Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Sifat Fisik Dan Kekuatan Bending Komposit Semen Serbuk Serat Aren (Arenga Pinnata)

(1)

commit to user

Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Sifat Fisik

Dan Kekuatan

Bending

Komposit Semen - Serbuk Serat Aren

(

Arenga Pinnata

)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik

Oleh:

MOHAMAD MACHBUBI NIM. I0404051

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Sifat Fisik

Dan kekuatan

Bending

Komposit Semen - Serbuk Serat Aren

(

Arenga Pinnata

)

Disusun oleh

MOHAMAD MACHBUBI NIM. I 0404051

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Wijang Wisnu Raharjo, MT Dody Ariawan, ST., MT NIP.196810041999031002 NIP. 197308041999031003

Telah dipertahankan dihadapan Tim Dosen Penguji pada hari Selasa tanggal 27 Juli 2010

1. Heru Sukanto, ST., MT

NIP. 197207311997021001 ... 2. Dr. Kuncoro Diharjo, ST., MT

NIP. 197101031997021001 ... 3. Bambang Kusharjanta, ST., MT

NIP. 196911161997021001 ...

Mengetahui

Ketua Jurusan Teknik Mesin Koordinator Tugas Akhir

Dody Ariawan, ST., MT Wahyu Purwo Raharjo, ST., MT NIP. 197308041999031003 NIP. 197202292000121001


(3)

commit to user

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Selalu optimis, berfikir efisien, berbesar hati menerima kekalahan

Hidup sehat, Jauhi narkoba

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1.

Ibuku


(4)

commit to user v

Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Sifat Fisik Dan

Kekuatan

Bending

Komposit Semen - Serbuk Serat Aren (

Arenga

Pinnata

)

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh variasi fraksi berat serbuk serat aren (0,20; 0,22; 0,24 dan 0,26) terhadap nilai densitas, serapan air, dan kekuatan

bending dari komposit semen serbuk serat aren (Arenga Pinnata). Komposit terbuat

dari serbuk serat aren, semen Portland, dan additive CaCl2. Pengujian densitas, serapan air, dan kekuatan bending mengacu pada American Society for Testing and

Materials (ASTM).

Pengujian kekuatan bending menggunakan alat UTM dan spesimen mengacu pada standar ASTM D 1037. Permukaan patah uji bending komposit diamati menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM).

Hasil pengujian densitas dan kekuatan bending semakin menurun seiring penambahan fraksi berat serbuk serat aren. Nilai densitas pada kandungan serbuk serat aren 0,20 sebesar 1,57 g/cm3 dan pada kandungan serbuk serat aren 0,26 sebesar 1,23 g/cm3. Nilai kekuatan bending pada kandungan serbuk serat aren 0,20 sebesar 11,92 MPa dan pada kandungan serbuk serat aren 0,26 sebesar 6,24 MPa. Serapan air semakin meningkat seiring penambahan fraksi berat serbuk serat aren. Nilai serapan air pada kandungan serbuk serat aren 0,20 sebesar 21,16 % dan pada kandungan serbuk serat aren 0,26 nilai serapan air 36,04%. Hasil SEM menunjukan ikatan antara matrik dan filler baik.

Kata kunci: serbuk serat aren (Arenga Pinnata), komposit semen, kekuatan bending, densitas, serapan air.


(5)

commit to user vi

The Weight Fraction Effect of Sugar Palm Fiber Powder to the

Physical Properties and Bending Strength of Sugar Palm (

Arenga

Pinnata

) Fiber Powder - Cement Composite

Abstract

The aim of this research is to investigate the weight fraction effect of sugar palm fiber powder which has variation of 0,20; 0,22; 0,24 and 0,26 to the bending strength value, density and water absorption of sugar palm (Arenga Pinnata) fiber powder cement composite. This composite composed of sugar palm powder, Portland

cement, and CaCl2 additive. This research based on American Society for Testing and

Materials (ASTM).

The bending test was done by Universal Testing Machine and based on ASTM D 1037. The surface fracture of bending composite was observed with Scanning

Electron Microscope (SEM).

The bending strength and density decrease along with the increasing of sugar palm fiber powder weight fraction. The density value of composite with 0,20 sugar palm fiber powder is 1,57 g/cm3 and composite with 0,26 sugar palm fiber powder is 1,23 g/cm3. The bending strength value of composite with 0,20 sugar palm fiber powder is 11,92 MPa and composite with 0,26 sugar palm fiber powder is 6,24 MPa. The water absorption increase along with the increasing of sugar palm fiber powder. The water absorption value of composite with 0,20 sugar palm fiber powder is 21,16% and composite with 0,26 sugar palm fiber powder is 36,04%. Based on the

Scanning Electron Microscope, the matrix and filler tie strongly.

Keywords: sugar palm (Arenga Pinnata) fiber powder, cement composite, bending strength, density, water absorption.


(6)

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya dan sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhamad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung dan tidak langsung.Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dody Ariawan, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin FT UNS, serta selaku dosen pembimbing skripsi.

2. Bapak Ir. Wijang Wisnu R, MT selaku dosen pembimbing skripsi.

3. Bapak Teguh Triyono, ST selaku pembimbing akademis.

4. Bapak-bapak dosen di jurusan Teknik Mesin UNS.

5. Seluruh jajaran staff FT UNS.

6. Teman-teman TA Komposit dan teman-teman mahasiswa Teknik Mesin UNS

angkatan ’04 serta teman-teman kost NUGROHO II.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bantuannya dalam proses penulisan skripsi ini, mohon maaf atas segala tingkah laku yang tidak berkenan dihati selama ini dan terima kasih atas partisipasinya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan ikhlas dan penulis ucapkan terima kasih. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Maret 2010


(7)

commit to user viii DAFTAR ISI Halaman Judul Surat Penugasan Halaman Pengesahan Motto dan Persembahan Abstrak Abstract Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Lampiran i ii iii iv v vi vii viii x xi BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Batasan Masalah 1.4. Tujuan Penelitian 1.5. Manfaat Penelitian 1.6. Sistematika Penulisan DASAR TEORI

1.1. Tinjauan Pustaka 1.2. Dasar Teori

1.3. Komponen Penyusun Komposit

1.3.1.Semen (Matriks)

1.3.2.Material Pengisi (Filler) 1.3.3. Air

1.3.4. Additive (admixtures)

1.4. Ikatan komposit 1.5. Kualitas Komposit

1.5.1. Fraksi Berat Komposit 1.5.2. Densitas Komposit 1.5.3. Serapan Air

1.5.4. Kekuatan Bending Komposit

1.5.5. SEM (Scaning Electron Microscopy)

METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Pelaksanaan Penelitian 1.2. Bahan Penelitian 1.3. Alat Penelitian 1.4. Tahapan Penelitian 1.5. Prosedur Penelitian

1.5.1. Pembuatan Komposit

1.5.2. Pengujian Sifat Fisik (densitas, serapan air)

1 3 3 3 3 4 5 5 7 7 9 10 10 11 12 12 13 14 14 15 16 16 16 16 17 17 18


(8)

commit to user ix

BAB IV

BAB V

1.5.3. Pengujian Bending 1.6. Variasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Densitas Komposit

4.2. Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Serapan Air Komposit

4.3. Pengujian Bending

4.3.1. Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Kekuatan Bending Komposit 4.3.2. Pengamatan Bentuk dan Permukaan Patah PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

18 18

21 22 23 23 24

25 25 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

26 28


(9)

commit to user x

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1

Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4

Ikatan pada komposit

Sketsa kontruksi uji densitas komposit Sketsa uji bending

Dimensi spesimen uji serapan air Dimensi spesimen uji bending Diagram alir penelitian

Kurva pengaruh fraksi berat serbuk serat aren terhadap densitas komposit

Kurva pengaruh fraksi berat serbuk serat aren terhadap serapan air komposit

Kurva pengaruh fraksi berat serbuk serat aren terhadap kekuatan bending komposit

Bentuk permukaan patah uji bending

11 13 15 18 18 20 21 22 23 24


(10)

commit to user xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1

Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5

Data uji densitas komposit. Data uji serapan air komposit. Data uji bending komposit.

Contoh perhitungan pengujian komposit. Foto SEM

29 30 31 32 34


(11)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kayu memiliki sifat yang istimewa dan sampai saat ini belum tergantikan oleh material lain. Material bangunan yang berasal dari kayu semakin langka untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari solusinya. Oleh karena itu untuk menciptakan produk alternatif baru harus terus dilakukan.

Perkembangan material komposit di bidang rekayasa sangat pesat.

Pemanfaatannya sebagai bahan pengganti logam sudah semakin luas, seperti untuk peralatan olah raga, sarana transportasi (darat, laut dan udara), konstruksi dan dunia antariksa. Keuntungan penggunaan material komposit antara lain: tahan korosi, rasio antara kekuatan dan densitasnya cukup tinggi, murah dan proses pembuatannya mudah (Gay dkk, 2003).

Aren (Arenga Pinnata) merupakan tanaman serba guna. Tanaman palma daerah tropis basah ini beradaptasi baik pada berbagai agroklimat, mulai dari dataran rendah hingga 1.400 m di atas permukaan laut. Dalam industri pembuatan papan semen, dibutuhkan material penguat yang mempunyai sifat kekuatan tinggi, elastis, diameter serat seragam. Serat aren berbeda dengan serat kayu, serat aren bersifat elastis, jaringan formasi tampak lebih homogen. Dalam hal ini serat aren memenuhi kriteria tersebut (Astuti, 2006).

Saat ini sudah ada penelitian tentang komposit panel sebagai material pengganti kayu, dan serat aren dapat digunakan sebagai material pengisi (filler) pada komposit panel. Cement Bonded Particleboad (CBP) merupakan salah satu cara memproduksi panel komposit yang memanfaatkan berbagai serat alam misalnya: bambu, sekam padi, serta daun kering yang dibuat menjadi serpihan kecil dan disatukan dengan menggunakan semen. Bambu dapat digunakan sebagai material pengisi pada komposit semen, untuk aplikasi di perumahan dan ramah lingkungan (Sudin dkk, 2003).


(12)

commit to user

2

Sifat mekanik dan fisik dari komposit semen yang diperkuat dengan serat tergantung pada banyak para meter seperti densitas, perbandingan semen air, kekuatan serat, serta material tambahan (Eva, 2008). Pemakaian semen dengan jumlah yang lebih besar akan meningkatkan kekuatan komposit. Hal ini dikarenakan semen dapat mengikat filler lebih banyak (Frybort dkk, 2008).

Penambahan 10% additive dari berat semen pada komposit semen serat akan meningkatkan sifat mekaniknya. Jumlah semen yang sedikit akan mempengaruhi kekuatan dari komposit tersebut karena semen tidak bisa mengikat serat lebih banyak (Meneeis dkk, 2007).

Filler memberikan kemudahan dalam desain dimensi komposit yang diinginkan,

dan selain sebagai material pengisi, material serbuk atau serpih juga digunakan sebagai material penguat komposit tetapi tidak seefektif fiber (Gibson, 1994).

Serat alam mampu meredam suara dan isolasi temperatur. Selain itu juga memiliki densitas rendah dan kemampuan mekanik tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri (Felix dkk, 1991), (Karnani dkk, 1997) dan (Raharjo, 2002), meskipun dapat menggantikan peran serat buatan tetapi jika ditinjau dari segi kekuatan dan rekayasa serat alam masih tertinggal. Oleh karena itu, secara aplikatif komposit serat alam dapat diterapkan pada struktur yang tidak memerlukan kekuatan tinggi.

Aplikasi serat aren dalam bidang komposit dapat digunakan sebagai penguat

(filler) menggantikan serat kayu, sehingga akan menghemat supply tumbuhan/kayu

komersial. Dalam hal ini dimanfaatkan sebagai bahan penguat alternatif pada produk komposit semen seperti: papan, atap, internit, ataupun struktur arsitektur.

Pada penelitian kali ini serat yang digunakan adalah serat batang aren hasil limbah produksi tepung aren sebagai material pembuatan komposit dengan pertimbangan bahwa serat mempunyai sifat elastis, diameter yang seragam, dan relatif murah. Penelitian tentang komposit semen ini diharapkan akan melengkapi kekurangan dari material yang sudah ada, sehingga jika penelitian ini berhasil, maka akan didapatkan sifat komposit semen yang optimal.


(13)

commit to user

3

1.2.Rumusan Masalah

a. Bagaimana sifat fisik (densitas dan serapan air) komposit yang dihasilkan, untuk berbagai variasi fraksi berat serbuk serat aren ?

b. Bagaimana kekuatan bending komposit yang dihasilkan, untuk berbagai variasi fraksi berat serbuk serat aren?

c. Bagaimana bentuk patahan semen pada komposit dengan SEM ?

1.3.Batasan Masalah

Pada penelitian ini masalah dibatasi sebagai berikut:

a. Penelitian ini hanya mengkaji sifat fisik komposit semen serbuk aren berupa densitas, serapan air, dan sifat mekanik berupa kekuatan bending.

b. Serbuk serat aren mesh 80.

c. Fraksi berat semen 0,20; 0,22; 0,24 dan 0,26. d. Material komposit dianggap homogen.

1.4.Tujuan Penelitian

a. Mengetahui pengaruh fraksi berat serbuk serat aren terhadap sifat fisik (densitas dan serapan air) komposit semen serbuk serat aren.

b. Mengetahui pengaruh fraksi berat serbuk serat aren terhadap kekuatan bending

komposit semen serbuk serat aren.

c. Mengetahui bentuk patahan hasil pengujian bending.

1.5.Manfaat Penelitian

Manfaat dari kajian ini adalah

a. Memberi masukan bagi kalangan akademisi praktisi serta pihak terkait mengenai seberapa besar pengaruh variasi fraksi berat serbuk serat aren terhadap sifat fisik dan mekanik komposit semen serbuk serat aren.

b. Sebagai informasi yang penting bagi kalangan industri sebagai landasan bagi terbentuknya industri yang bergerak dalam bidang komposit.


(14)

commit to user

4

c. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk mengolah hasil limbah yang mudah didapatkan di sekitar kita menjadi bahan yang memiliki kegunaan luas.

d. Sebagai literatur pada penelitian yang sejenis dalam rangka pengembangan teknologi khususnya bidang komposit.

1.6.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

a. Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.

b. Bab II Dasar teori, berisi tinjauan pustaka serta kajian teoritis yang memuat penelitian-penelitian sejenis serta landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

c. Bab III Metodologi penelitian, menjelaskan peralatan yang digunakan, tempat dan pelaksanaan penelitian, langkah-langkah percobaan dan pengambilan data. d. Bab IV Data dan analisa, menjelaskan data hasil pengujian, perhitungan data

hasil pengujian serta analisa hasil dari perhitungan.

e. Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan memuat petanyaan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian serta merupakan jawaban dari tujuan penelitian dan pembuktian kebenaran hipotesis. Saran memuat pengalaman dan pertimbangan penulis yang ditunjukkan kepada para peneliti yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang sejenis.


(15)

commit to user 5 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Tinjauan Pustaka

Asyifa (2005) meneliti tentang komposit semen CaCl2 sekam padi. Hasil penelitian menunjukan karakteristik penambahan fraksi berat sekam pada komposit semen-sekam meningkatkan nilai modulus elastisitas bendingnya. Ikatan antarmuka yang lemah antara matrik dan sekam pada komposit menyebabkan turunnya kekuatan tarik dan kekuatan bending.

Peningkatan kandungan additive 10 % dari berat semen akan meningkatkan sifat mekanik komposit tetapi dimensi menjadi tidak stabil. Perbandingan semen dan kayu yang rendah menyebabkan kekuatan komposit rendah (Meneeis dkk, 2007).

Frybort (2008) menyimpulkan bahwa penambahan panjang serat alam yang dikombinasikan dengan semen akan meningkatkan kekuatan mekanik dan kekakuannya. Partikel serat yang tebal akan memiliki kekuatan mekanik yang lebih tinggi dari pada pemakaian serat yang tipis.

Studi percobaan mengenai betuk retak dengan pembebanan bending dan tarik pada komposit semen serat kontinyu yang dilakukan oleh (Silva, dkk 2009), menyimpulkan bahwa daerah elastis memiliki modulus yang tinggi (30-34 GPa). Retak berkurang secara signifikan terhadap elastisitas, kekuatan maksimum rata-rata komposit 12 MPa untuk pembebanan tarik dan 25 MPa untuk pembebanan bending.

Penelitian oleh Guntekin (2009) yang menggunakan semen dan serat cemara menyimpulkan bahwa peningkatan rasio serat dan semen pada kondisi basah akan meningkatan kekuatan lentur, kekuatan tarik penurunan modulus elastisitasnya dan terjadi perubahan warna pada komposit semen.

2.2.Dasar Teori

Struktur material dalam bidang engineering dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu logam, polimer, keramik, dan komposit. Definisi tentang material komposit, yang paling umum adalah: “Komposit merupakan material gabungan yang dibuat


(16)

commit to user

6

melalui penyusunan secara sintetik dua atau lebih komponen yaitu, suatu bahan pengisi (filler) atau semacam senyawa penguat tertentu dan bahan pengikatnya (yang umumnya ada dalam jumlah dominan/matrik), yang dinamakan resin untuk mendapatkan karakteristik dan sifat-sifat tertentu” (Schwartz, 1984).

Komposit merupakan bahan yang terdiri atas serat yang diselubungi oleh matrik, biasanya berupa polimer, metal, atau keramik. Serat biasanya berupa bahan dengan kekuatan dan modulus yang tinggi yang berperan sebagai penyandang beban utama. Matrik harus menjaga serat tetap dalam lokasi dan orientasi yang dikehendaki. Matrik juga berfungsi sebagai media transfer beban antar serat, pelindung serat dari kerusakan sebelum, ketika dan setelah proses pembuatan komposit, serta melindungi dari pengaruh abrasif antar serat (IPTN, 1993).

Komponen penyusun komposit tidak saling melarutkan ataupun bergabung satu sama lain dengan sempurna, akan tetapi bertindak bersama-sama. Semua komponen serta interfasa (yang memegang peranan penting dalam mengontrol sifat-sifat komposit) yang berada diantaranya, umumnya dapat didefinisikan secara fisik. Sifat komposit secara keseluruhan tidak bisa dicapai hanya dari tiap-tiap komponen yang bertindak sendiri-sendiri (Schwardz, 1984).

Berdasarkan bentuk komponen strukturalnya, bentuk-bentuk komponen utama yang digunakan dalam material komposit dapat dibagi atas tiga kelas (Schwartz, 1984), yaitu:

a. Komposit Serat

Komposit serat (Fibricus Composite) adalah komposit yang terdiri dari serat dan matrik yang dibuat secara fabrikasi, misalnya serat ditambah resin sebagai bahan perekat. Komposit serat merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat. Serat yang digunakan bisa berupa glass fibers, carbon fibers, aramid fibers, dan sebagainya. Serat ini disusun secara acak (Chopped Strand Mat) maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih komplek seperti anyaman, sebagai contoh FRP (Fibrous Reinforce Plastic) plastik yang diperkuat dengan serat dan banyak digunakan, yang sering disebut fiber glass,


(17)

commit to user

7

contoh lainnya PCB (Pulp Cement Bord) semen yang diperkaya dengan serat

pulp dan dicetak dalam lembaran datar atau gelombang. PCB menggantikan papan asbes dalam penggunaannya, karena asbes akan terhisap dan merugikan kesehatan dengan menimbulkan gangguan kesehatan pada paru-paru.

b. Komposit Partikel

Komposit partikel (Particulate Composite) adalah komposit yang terdiri dari partikel dan matrik yaitu butiran. Komposit partikel mempunyai bahan penguat yang dimensinya kurang lebih sama, seperti bulat serpih, balok, serta bentuk-bentuk lainnya yang memiliki sumbu hampir sama, yang kerap disebut partikel, dan bisa terbuat dari satu atau lebih material yang dibenamkan dalam suatu matriks dengan material yang berbeda. Partikelnya bisa logam atau nonlogam, seperti halnya matrik. Adapula polimer yang mengandung partikel yang hanya dimaksudkan untuk memperbesar volume material dan bukan untuk kepentingan sebagai bahan penguat. Komposit ini biasa dinamakan komposit skeletal/bermuatan.

c. Komposit Laminat.

Komposit laminat (Laminated Composite), merupakan jenis komposit yang tersusun atas dua atau lebih lamina. Komposit serat dalam bentuk lamina ini yang paling banyak digunakan dalam lingkup teknologi otomotif maupun industri.

2.3.Komponen Penyusun Komposit 2.3.1. Semen (Matrik)

Polimer, logam, dan keramik digunakan sebagai material matrik dalam komposit tergantung pada kebutuhan tertentu. Matrik di dalam komposit mengikat serat secara bersama-sama dalam suatu unit struktural dan melindungi serat dari kerusakan eksternal, mentransfer dan mendistribusikan beban ke serat, dan pada beberapa kasus memberikan sifat yang diinginkan seperti keuletan, ketangguhan, atau isolasi listrik (Gibson, 1994).


(18)

commit to user

8

Sebagai komponen utama pembentuk komposit, dalam melakukan pemilihan terhadap matrik harus memperhatikan elongasi/batas mulur. Matrik yang digunakan sebaiknya mempunyai elongasi yang lebih besar daripada elongasi serat. Sebagai contoh jika elongasi yang dimiliki oleh serat 3%, maka matrik harus mempunyai elongasi lebih dari 3%. Ikatan antarmuka yang kuat antara matrik dan serat sangat diperlukan, oleh karena itu matrik harus mampu menghasilkan ikatan mekanis atau kimia dengan serat. Matrik ini juga harus cocok secara kimia dengan serat, sehingga reaksi yang tidak diinginkan tidak terjadi pada interface. Matrik dan serat sebaiknya mempunyai sifat-sifat mekanis yang saling melengkapi diantara keduanya (Gibson, 1994).

Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa: silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya (kandungan senyawa silikat), yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/sak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg (Alighiri, 2007).

Semen Portland, merupakan salah satu jenis semen yang sering digunakan untuk membuat bangunan. Dalam semen Portland, terdapat dua macam fasa yang penting, yaitu beta dicalcium silikat (β-Ca2SiO4) dan trikalsium silikat (Ca3SiO5). Adapun fasa-fasa lainnya antara lain trikalsium aluminat (Ca3Al2O6)dan senyawaan ferit (Ca3Al2Fe2O4) (West, 1984).

Keberadaan senyawa-senyawa silikat dan aluminat dalam semen menyebabkan terjadinya reaksi dengan air jika semen dicampur dengan air, akibatnya terbentuk suatu senyawa hidrat sebagai produk dari proses hidrasi yang selanjutnya akan terjadi


(19)

commit to user

9

pengerasan massa. Reaksi hidrasi semen secara umum dapat dituliskan sebagai berikut (Van Vlack, 1985):

Ca3Al2O6 + 6 H2O Ca3Al2(OH)12 + 200 J/g Ca2SiO4 + x H2O Ca2SiO x H2O + 500 J/g

Ca3SiO5 + (x+1) H2O Ca2SiO4 x H2O + Ca(OH)2 + 865 J/g

Rasio air terhadap semen sangat mempengaruhi sifat-sifat semen. Pasta semen memiliki volume tinggi yang konstan. Volume ini akan bertambah besar dengan meningkatnya rasio air terhadap semen dalam campuran mula-mula. Suatu set semen bersifat porus dan mengandung lubang-lubang air yang amat kecil (10-20 Angstrom) maupun lubang-lubang dengan ukuran amat besar (1 mikrometer). Hubungan antar kapiler-kapiler yang terdapat di dalamnya sangat mempengaruhi permeabilitas dan

vulnerabilitas semen. Adanya interkoneksi antar pori-pori kapiler tentunya harus

dihindari karena melemahkan kekuatan semen. Keadaan ini bisa tercapai apabila ada waktu yang cukup bagi pasta semen untuk hidrasi. Untuk rasio air-semen sebesar 0,4 biasanya perlu waktu 3 hari, sedang untuk rasio air-semen 0,7 waktu yang diperlukan sekitar 1 tahun (West, 1984).

2.3.2. Material Pengisi (Filler)

Komposit yang mengunakan semen memiliki beberapa kelemahan yaitu mudah patah/rapuh dan memiliki kekutan tarik yang lemah. Untuk mengatasi kelamahan yaitu dengan menambahkan serat sebagai filler atau pengisi dalam campuran semen. Dengan penambahan serat alam pada komposit semen dapat meningkatkan kekuatan tarik, keuletan dan ketangguhan. Karakteristik mekanik maupun fisik material komposit semen dengan penguat serat alam tergantung pada beberapa faktor antara lain: sifat matrik, perbandingan komposisi matrik dan material pengisinya, ukuran serat, jenis serat dan penyebaran serat (Balaguru, 1992).

Secara umum struktur sel serat tumbuhan hampir sama atau mirip dimana tersusun dari tiga komponen utama, yaitu selullose, hemiselullose, lignin ditambah bahan-bahan lain. Serat yang berasal dari tanaman bersifat hydrophilic karena


(20)

commit to user

10

komposisi utamanya adalah sellulose (Rowell dkk, 2000). Serat aren (Arenga

Pinnata) filler alam yang berasal dari proses pengolahan pati aren masih banyak

mengandung selullose (Fadilah dkk, 2009). 2.3.3. Air

Air dalam campuran komposit mempunyai fungsi memungkinkan terjadinya reaksi kimiawi dengan semen yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan, untuk bereaksi dengan semen. Air berfungsi untuk membasahi komposit semen-sekam agar mudah dikerjakan (Tjokrodimuljo, 1996).

Air yang digunakan dalam pencampuran komposit harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik, atau bahan-bahan lain yang bersifat dapat merusak komposit. Air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum memenuhi syarat pula untuk bahan campuran komposit tetapi tidak berarti air pencampuran komposit harus memenuhi standar persyaratan air minum. Air untuk perawatan dapat dipakai juga untuk pengadukan tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang merusak warna permukaan hingga tidak sedap dipandang (Tjokrodimuljo, 1996).

2.3.4. Additive (Admixtures)

Additive adalah bahan yang ditambahkan ke dalam adukan mortar/pasta sebelum

atau selama proses pengadukan untuk mengubah sifat dari mortar/pasta karena alasan tertentu. Bahan tambahan berkisar pada bahan kimia sampai pada penggunaan bahan buangan yang dianggap potensial (Susanto, 2009).

Additive yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalsium klorida yang

merupakan senyawa garam yang mempunyai sifat larut dalam air dan mempunyai sifat fisik seperti kristal garam dapur bewarna putih. Kalsium klorida dengan rumus CaCl2 berbentuk kristal yang sangat higroskopis dan mudah larut dalam air dan alkohol dengan dosis maksimal 2gr 1x dan 8gr per hari (Hachmi, 1990).

Kalsium klorida mempunyai sifat fisik antara lain: a. Berupa kristal garam bewarna putih


(21)

commit to user

11

c. Dapat dilarutkan dalam air

Sedangkan sifat kimia kalsium klorida diperoleh dari reaksi sebagai berikut: Ca(OH)2 (aq) + 2HCl(aq)→ CaCl2 (s) + 2H2O(l)

Kemudian dalam air kalsium klorida akan mengion karena merupakan garam elektrolit:

CaCl2→ Ca2+ + 2Cl –

Penambahan additive CaCl2 pada pasta semen mampu meningkatkan proses hidrasi/pengerasan semen. Hal ini terjadi karena adanya faktor kecocokan antara unsur-unsur kalsium yang terkandung dalam semen dan dalam additive CaCl2 (Hachmi, 1990).

2.4.Ikatan Komposit

Material komposit merupakan gabungan dari unsur-unsur yang berbeda. Hal itu menyebabkan munculnya daerah perbatasan antara serat dan matrik seperti ditampilkan pada Gambar 2.1. Daerah pencampuran antara serat dan matrik disebut dengan daerah interphase (bonding agent), sedangkan batas pencampuran antara serat dan matrik disebut interface ( George, 1995).

Ikatan antarmuka yang optimal antara matrik dan serat merupakan aspek yang penting dalam penunjukan sifat-sifat mekanik komposit. Transfer beban/tegangan diantara dua fase yang berbeda ditentukan oleh derajat adhesi. George dkk (1995) mengungkapkan bahwa adhesi yang kuat diantara permukaan antara matrik dan serat diperlukan untuk efektifnya perpindahan dan distribusi beban melalui ikatan permukaan.


(22)

commit to user

12

2.5.Kualitas Komposit

Karakteristik komposit sangat dipengaruhi oleh (Gibson, 1994): a. Jenis material penyusun komposit

b. Bentuk dan susunan struktural dari material penyusun komposit c. Hubungan antar material penyusun komposit

Dari faktor utama di atas, secara nyata terlihat bahwa sifat individu yang dimiliki oleh material penyusun sangatlah penting. Sifat ini sebagian besar akan menentukan sifat-sifat dari produk komposit, meskipun hubungan dari material penyusun akan menghasilkan sifat-sifat baru, dan sifat-sifat gabungan dari komposit ini berasal dari sifat-sifat individu material penyusun itu sendiri (Gibson, 1994).

Karakteristik struktural dan geometrikal dari material penyusun juga memberikan kontribusi yang penting pada sifat komposit. Bentuk dan ukuran, susunan struktur dan distribusi, dan jumlah relatif dari material penyusun merupakan faktor utama yang memberikan kontribusi pada kualitas komposit secara keseluruhan (Gibson, 1994).

2.5.1. Fraksi Berat Komposit

Jumlah kandungan serat atau material pengisi (filler) dalam komposit yang biasa disebut fraksi volume atau fraksi berat merupakan hal yang menjadi perhatian khusus pada komposit penguatan serat maupun komposit dengan material pengisi. Salah satu elemen kunci dalam analisa mikromekanik komposit adalah karakteristikisasi dari volume atau berat relatif dari material penyusun. Persamaan mikromekanik meliputi fraksi volume dari material penyusun tetapi pengukuran secara aktual sering berdasarkan pada fraksi berat (Gibson, 1994).

Fraksi berat adalah perbandingan antara berat material penyusun dengan berat komposit. Fraksi berat material penyusun dapat dihitung dengan persamaan 2.1.

c i i

W W

w = (2.1)

Dimana,

wi = fraksi berat material penyusun.


(23)

commit to user

13

Wc = berat komposit (g).

2.5.2. Densitas Komposit

Densitas suatu material merupakan perbandingan antara berat dan volume dari material tersebut. Penentuan densitas komposit dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain (ASTM D 792):

1. Penimbangan

Penentuan densitas material komposit dengan penimbangan yaitu dengan membandingkan berat material komposit itu di udara dengan berat material komposit itu di air.

w a

a w c

W W

W

-= r .

r (2.2)

Dimana,

ρc : densitas komposit (g/cm3).

ρw : densitas air (g/cm3).

Wa : berat komposit di udara (g).

Ww : berat komposit di air (g).

Gambar 2.2. Sket konstruksi uji densitas komposit (ASTM D 792)

2. Dengan menggunakan gelas ukur.

Percobaan dengan gelas ukur dapat dilakukan dengan memasukkan benda kedalam gelas ukur yang berisi air. Volumenya dapat diketahui dengan menghitung selisih volume sesudah dan sebelum benda dimasukkan kedalam air. Cara ini hasilnya kurang akurat, terutama disebabkan karena pembacaan volume yang kurang teliti untuk volume yang kecil.


(24)

commit to user

14

2.5.3. Serapan Air

Serapan air adalah persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu material jika direndam didalam air. Uji serap air selama 24 jam menentukan sifat dimensi komposit terhadap serapan air (ASTM D 1037). Penentuan serapan air mengacu pada standard ASTM D1037. Rumus menghitung serapan air

1. Thickness swelling (%) = [(Tw-Ti) / Ti] x 100 (2.3)

Tw = tebal setelah direndam (mm)

Ti = tebal pertama sebelum direndam (mm)

2. Water absorption (%) = [(Ww-Wi) / Wi] x 100 (2.4)

Ww = berat setelah direndam (g)

Wi = berat sebelum direndam (g)

2.5.3Kekuatan Bending Komposit

Untuk mengetahui kekuatan bending komposit dilakukan pengujian bending

dengan mengacu pada standar ASTM D 1037. Pada uji bending, spesimen yang berbentuk batang ditempatkan pada dua tumpuan lalu diterapkan beban di tengah tumpuan tersebut dengan laju pembebanan konstan. Pembebanan ini disebut dengan metode three-point bend (bending 3 titik), yang mana dapat dilihat pada gambar 2.3.

Kekuatan bending material komposit dapat diketahui dengan melakukan uji

bending pada material komposit tersebut. Pada pengujian bending, bagian atas

spesimen akan mengalami tekanan, dan bagian bawah akan mengalami tegangan tarik. Pada pengujian bending akan didapatkan besarnya beban maksimum yang dapat ditahan spesimen serta besarnya defleksi yang terjadi, dari data yang diperoleh dicari besarnya nilai kekuatan bending tersebut (Krzysik dan Youngquist 1997).

Modulus of Raptur atau kekuatan bending dapat dihitung dengan menggunakan

rumus (ASTM D 1037) :

MOR = 2

2 3

bd PL

(2.5)

Dimana,

MOR = modulus of rapture ( pembebanan dari tengah) (KPa)


(25)

commit to user

15

L = panjang span (mm)

b = lebar spesimen (mm)

d = tebal spesimen (mm)

L/2

L/2

P

Gambar 2.3.Sketsa uji bending( ASTM D 1037)

2.5.4. SEM (Scanning Electron Microscopy)

Pengamatan SEM (Scanning Electron Microscopy) dilakukan untuk merekam patahan pada spesimen. Spesimen yang diamati adalah spesimen patahan hasil dari pengujian bending.


(26)

commit to user 16 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1.Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta pada bulan Agustus – Desember 2009.

3.2.Bahan Penelitian a. Serbuk aren mesh 80.

b. Semen Portland ’HOLCIM’.

c. Calsium Chlorida (CaCl2).

d. Air destilasi.

3.3.Alat Penelitian a. Dongkrak hidrolik. b. Timbangan elektronik.

c. Crushing.

d. Mesh.

e. Moister wood meter.

f. Oven elektrik.

g. Perangkat cetakan.

h. Universal Testing Mechine.

3.4. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian eksperimental yang dilakukan dengan uji laboratorium. Secara umum penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Mengumpulkan bahan baku pembuatan komposit yang meliputi serat aren, semen Portland, CaCl2 dan air destilasi. Penelitian diawali dengan proses pencucian dan pengeringan alami dengan sinar matahari. Setelah proses


(27)

commit to user

17

pengeringan, limbah aren di-crushing (dihancurkan) lalu di saring dengan ukuran mesh 80. Serbuk aren kemudian disimpan di dalam kantong plastik tertutup yang didalamnya diisi dengan silica gel.

b. Proses pembuatan komposit

Komposit dibuat dengan mencampur semen, serbuk dan additive (CaCl2). Jumlah serbuk yang terkandung dalam komposit (fraksi berat serbuk serat aren) diatur dengan variasi 0,20; 0,22; 0,24 dan 0.26 berat. Pengepresan dilakukan pada tekanan 88 kg / cm2 selama 10 menit.

c. Pengujian komposit.

Pengujian yang dilakukan pada spesimen komposit meliputi uji densitas, serapan air, bending dan uji dengan scanning electron microscope untuk permukaan patah.

3.5.Prosedur Penelitian 3.4.1. Pembuatan Komposit

Komposit yang dibuat mempunyai ukuran yang disesuakan dengan standar ASTM D 792 dan ASTM D 1037 dengan variasi fraksi berat semen.

Adapun cara membuat komposit adalah sebagai berikut:

a. Menimbang fraksi berat serbuk serat aren, semen, air dan CaCl2 dengan perbandingan komposisi 5 : 2 : 2 : 1.

b. Mencampur semen, serbuk serat aren, air dan CaCl2 sampai rata. Jumlah serbuk yang terkandung dalam komposit (fraksi berat serbuk serat aren) diatur dengan variasi 0,20; 0,22; 0,24 dan 0.26.

c. Memasukan campuran semen, serbuk serat aren, air dan CaCl2 kedalam cetakan dan memberi tekanan pada komposit sebesar 88 kg/cm2 selama 10 menit.

d. Mengeluarkan komposit dari cetakan.

e. Mengeringkan komposit di tempat terbuka selama ± 7 hari, kemudian mengeringkan komposit di dalam oven dengan temperatur 500 C selama 6 jam.


(28)

commit to user

18

f. Mengukur kandungan air pada komposit menggunakan Moister Wood Meter

(10 – 15%) .

3.4.2. Pengujian Sifat Fisik (densitas, serapan air)

Langkah pengujian densitas komposit yaitu membandingkan berat komposit di udara dan berat komposit didalam air (ASTM D 792). Langkah pengujian serapan air pada komposit yaitu mengukur persentase dari ketebalan spesimen atau persentase dari berat spesimen setelah dilakukan perendaman selama 24 jam (ASTM D 1037). Bentuk dan ukuran benda uji disesuaikan dengan standar ASTM D 1037 (serapan air).

Gambar 3.1. Dimensi spesimen serapan air (satuan dalam milimeter)

3.4.3. Pengujian Bending

Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adala tipe Universal Testing Machine

(UTM). Bentuk dan ukuran benda uji bending komposit disesuaikan dengan standar ASTM D 1037.

50

6 194

Gambar 3.2. Dimensi spesimen uji bending (satuan dalam milimeter)

3.6.Variasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan variasi fraksi berat semen pada komposit seperti yang terlihat pada tabel 3.1 berikut:


(29)

commit to user

19

Tabel 3.1 Variasi penelitian

No Fraksi Berat

Serbuk Serat Aren

Pengujian

Bending Densitas Serapan

Air

1 0,20 5 5 5

2 0,22 5 5 5

3 0,24 5 5 5

5 0,26 5 5 5

Total spesimen 20 20 20

Prosedur penelitian yang dikemukakan diatas dapat dilihat pada diagram alir (Gambar 3.3.).


(30)

commit to user

20

Gambar 3.3. Diagram alir penelitian

MULAI

SERAT BATANG AREN DIKERINGKAN

PROSES PENGGILINGAN SERAT BATANG AREN

DIKERINGKAN

SERBUK AREN MESH 80 ADDITIVE CaCl2

MATRIK SEMEN PORTLAND

CETAK MANUAL SPESIMEN KOMPOSIT: 1.FRAKSI BERAT SEMEN : CACL2 :AIR = 5: 1: 2

2.VARIASI FRAKSI BERAT SERBUK SERAT AREN 0,20; 0,22; 0,24; 0,26 3.TEKANAN PENGEPRESAN 88 kg/ cm2 SELAMA 10 MENIT

SPESIMEN DIKERINGKAN SAMPAI DIDAPAT KANDUNGAN AIR 10 -15 %

ANALISA DATA

PENGOLAHAN DATA

KESIMPULAN

SELESAI PENGUJIAN: 1.DENSITAS 2.SERAPAN AIR 3.BENDING 4.FOTO SEM


(31)

commit to user 21 BAB IV

DATA DAN ANALISA

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahui sifat fisik dan kekuatan bending komposit semen serbuk serat aren. Pengujian yang dilakukan antara lain uji densitas, uji serapan air, dan uji kuat lentur/bending. Variasi yang digunakan untuk uji sifat fisik dan kekuatan bending adalah fraksi berat serbuk serat aren. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain nilai densitas, serapan air dan kuat lentur/bending. Data – data hasil pengujian tersebut kemudian dianalisa dan dibahas untuk menghasilkan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.

4.1.Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Densitas Komposit

Gambar 4.1. Kurva pengaruh fraksi berat serbuk serat aren terhadap densitas komposit

Dari hasil perhitungan nilai densitas komposit semen serbuk aren dengan kandungan serbuk aren 0,2 sebesar 1,57 g/cm3 dan nilai densitas komposit semen serbuk aren dengan kandungan serbuk aren 0,26 sebesar 1,23 g/cm3. Hubungan antara kandungan serbuk serat aren dengan densitas komposit semen serbuk aren ditunjukkan pada kurva Gambar 4.1.

Nilai densitas komposit semen serbuk serat aren yang menurun disebabkan oleh densitas filler lebih rendah dibandingkan densitas matrik. Peningkatan kandungan


(32)

commit to user

22

serbuk serat aren akan diikuti dengan pengurangan jumlah kandungan semen, hal ini mengakibatkan serbuk serat aren tidak tertutup baik oleh semen atau memiliki ikatan yang kurang padat sehingga menyebabkan turunnya nilai densitas komposit semen serbuk serat aren. Dari Gambar 4.1 dapat diketahui dengan peningkatan fraksi berat serbuk aren, nilai densitas komposit semen serbuk serat aren yang dihasilkan semakin menurun.

4.2.Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Serapan Air Komposit

Gambar 4.2. Kurva pengaruh fraksi berat serbuk serat aren terhadap serapan air komposit

Nilai pengujian serapan air komposit semen serbuk aren setelah perendaman di dalam air selama 1.440 menit (24 jam) pada kandungan serbuk serat aren 0,26 sebesar 36,04 % dan kandungan serbuk serat aren 0,2 sebesar 21,16%. Peningkatan kandungan serbuk serat aren membuat struktur komposit menjadi tidak begitu rapat sehingga air mudah masuk kedalam struktur komposit.

Peningkatan kandungan serbuk serat aren akan diikuti dengan pengurangan jumlah kandungan semen, dimana semakin sedikit kandungan semen dalam komposit, semakin meningkat nilai kadar air pada komposit. Hal ini menunjukan bahwa serbuk serat aren bersifat menyerap air. Dari Gambar 4.2 dapat diketahui dengan peningkatan fraksi berat serbuk aren, nilai serapan air pada komposit semen serbuk aren yang dihasilkan semakin meningkat.


(33)

commit to user

23

4.3.Pengujian Bending

4.3.1. Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Kekuatan Bending

Komposit

Gambar 4.3. Kurva pengaruh fraksi berat serbuk serat aren terhadap kekuatan bending

komposit

Pengujian bending komposit dilakukan dengan menggunakan alat uji bending

UTM dengan metode bending tiga titik (Three Point Bending). Nilai kekuatan

bending dengan kandungan serbuk serat aren 0,2 sebesar 11,92 MPa dan kandungan

serbuk serat aren 0,26 sebesar 6,24 MPa.

Peningkatan kandungan serbuk serat aren dan berkurangnya jumlah kandungan semen menyebabkan ikatan antarmuka yang terjadi antara matrik dan filler menjadi lemah. Ikatan antara matrik dan filler yang lemah menyebabkan komposit tidak mampu menerima pembebanan yang tinggi sehingga kekuatan bending komposit semakin menurun seiring bertambahnya kandungan serbuk serat aren.

Proses hidrasi yang cukup mempengaruhi kenaikan kekuatan bending komposit. Pada proses hidrasi interkoneksi antar pori-pori kapiler yang melemahkan kekuatan semen dapat dihindari/berkurang. Keberadaan pori-pori kapiler yang semakin berkurang akan mengurangi peluang terjadinya retakan awal yang akan berkembang menjadi perpatahan. Berkurangnya peluang terjadinya perpatahan akan menghasilkan nilai kekuatan bending yang tinggi dengan demikian semen mampu menerima beban


(34)

commit to user

24

dengan kuat. Dari Gambar 4.3. menunjukan dengan peningkatan kandungan serbuk aren nilai kekuatan bending komposit semen serbuk aren yang dihasilkan semakin menurun.

4.3.2. Pengamatan Bentuk dan Permukaan Patah Uji Bending

a) b)

Gambar 4.4. Bentuk permukaan patah uji bending komposit semen serbuk serat aren

a) Wf= 0,26; b) Wf= 0,2

Komposit dengan kandungan serbuk serat aren 0,26 memiliki ikatan antara semen dan serbuk serat aren yang kurang baik bila dibandingkan dengan komposit dengan kandungan serbuk serat aren 0,2 (Gambar 4.4.b). Hal ini terlihat (Gambar 4.4.a) pada bagian permukaan serat ada yang kotor dan ada bagian serat yang bersih. Bagian permukaan serat yang kotor adalah bagian permukaan serat yang terikat oleh semen dan bagian permukaan serat yang bersih adalah bagian permukaan yang tidak terikat oleh semen. Gambar 4.4.b memperlihatkan komposit dengan kandungan serbuk aren 0,2 ikatan antara semen dengan serat memiliki ikatan yang lebih baik. Hal ini terlihat dari bagian permukaan serat lebih banyak yang kotor.

serat


(35)

commit to user 25 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Semakin meningkat kandungan serbuk serat aren maka nilai densitas dan kekuatan bending komposit semen serbuk serat aren semakin menurun. Nilai densitas komposit 1,57 g/cm3 pada kandungan serbuk serat aren 0,2 dan 1,23 g/cm3 pada kandungan serbuk serat aren 0,26. Nilai kekuatan bending komposit 11,92 MPa pada kandungan fraksi berat serbuk serat aren 0,2 dan 6,24 MPa pada kandungan serbuk serat aren 0,26.

2. Nilai serapan air semakin meningkat seiring penambahan fraksi berat serbuk serat aren. Nilai serapan air komposit 21,16 % pada kandungan fraksi berat serbuk serat aren 0,2 dan 36,04 % pada kandungan serbuk serat aren 0,26.

3. Ikatan antarmuka antara serat dan matrik secara visual menunjukan adanya kemampuan mengikat antara serat dan semen yang baik.

5.2. Saran

Untuk lebih mengembangkan pemanfaatan potensi serat aren (Arenga Pinnata)

sebagai bahan pengisi (filler) komposit polimer, maka penulis memberikan saran: 1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan merubah matrik selain menggunakan

semen portland tipe I.

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh fraksi berat semen terhadap nilai konduktivitas listrik, ekspansi panas, dan sifat-sifat lainnya.


(1)

commit to user

20

Gambar 3.3. Diagram alir penelitian MULAI

SERAT BATANG AREN DIKERINGKAN

PROSES PENGGILINGAN SERAT BATANG AREN

DIKERINGKAN

SERBUK AREN MESH 80 ADDITIVE CaCl2

MATRIK SEMEN PORTLAND

CETAK MANUAL SPESIMEN KOMPOSIT: 1. FRAKSI BERAT SEMEN : CACL2 :AIR = 5: 1: 2

2. VARIASI FRAKSI BERAT SERBUK SERAT AREN 0,20; 0,22; 0,24; 0,26 3. TEKANAN PENGEPRESAN 88 kg/ cm2 SELAMA 10 MENIT

SPESIMEN DIKERINGKAN SAMPAI DIDAPAT KANDUNGAN AIR 10 -15 %

ANALISA DATA

PENGOLAHAN DATA

KESIMPULAN

SELESAI PENGUJIAN: 1. DENSITAS 2. SERAPAN AIR 3. BENDING 4. FOTO SEM


(2)

commit to user

21

BAB IV

DATA DAN ANALISA

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahui sifat fisik

dan kekuatan

bending

komposit semen serbuk serat aren. Pengujian yang dilakukan

antara lain uji densitas, uji serapan air, dan uji kuat lentur/

bending

. Variasi yang

digunakan untuk uji sifat fisik dan kekuatan

bending

adalah fraksi berat serbuk serat

aren. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain nilai densitas, serapan air dan

kuat lentur/

bending

. Data – data hasil pengujian tersebut kemudian dianalisa dan

dibahas untuk menghasilkan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.

4.1.

Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Densitas Komposit

Gambar 4.1. Kurva pengaruh fraksi berat serbuk serat aren terhadap densitas komposit

Dari hasil perhitungan nilai densitas komposit semen serbuk aren dengan

kandungan serbuk aren 0,2 sebesar 1,57 g/cm

3

dan nilai densitas komposit semen

serbuk aren dengan kandungan serbuk aren 0,26 sebesar 1,23 g/cm

3

. Hubungan antara

kandungan serbuk serat aren dengan densitas komposit semen serbuk aren

ditunjukkan pada kurva Gambar 4.1.

Nilai densitas komposit semen serbuk serat aren yang menurun disebabkan oleh


(3)

commit to user

22

serbuk serat aren akan diikuti dengan pengurangan jumlah kandungan semen, hal ini

mengakibatkan serbuk serat aren tidak tertutup baik oleh semen atau memiliki ikatan

yang kurang padat sehingga menyebabkan turunnya nilai densitas komposit semen

serbuk serat aren. Dari Gambar 4.1 dapat diketahui dengan peningkatan fraksi berat

serbuk aren, nilai densitas komposit semen serbuk serat aren yang dihasilkan semakin

menurun.

4.2.

Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Serapan Air Komposit

Gambar 4.2. Kurva pengaruh fraksi berat serbuk serat aren terhadap serapan air komposit

Nilai pengujian serapan air komposit semen serbuk aren setelah perendaman di

dalam air selama 1.440 menit (24 jam) pada kandungan serbuk serat aren 0,26 sebesar

36,04 % dan kandungan serbuk serat aren 0,2 sebesar 21,16%. Peningkatan

kandungan serbuk serat aren membuat struktur komposit menjadi tidak begitu rapat

sehingga air mudah masuk kedalam struktur komposit.

Peningkatan kandungan serbuk serat aren akan diikuti dengan pengurangan

jumlah kandungan semen, dimana semakin sedikit kandungan semen dalam

komposit, semakin meningkat nilai kadar air pada komposit. Hal ini menunjukan

bahwa serbuk serat aren bersifat menyerap air. Dari Gambar 4.2 dapat diketahui

dengan peningkatan fraksi berat serbuk aren, nilai serapan air pada komposit semen

serbuk aren yang dihasilkan semakin meningkat.


(4)

commit to user

4.3.

Pengujian

Bending

4.3.1.

Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Serat Aren Terhadap Kekuatan

Bending

Komposit

Gambar 4.3. Kurva pengaruh fraksi berat serbuk serat aren terhadap kekuatan bending

komposit

Pengujian

bending

komposit dilakukan dengan menggunakan alat uji

bending

UTM dengan

metode

bending

tiga titik (

Three Point Bending

)

.

Nilai kekuatan

bending

dengan kandungan serbuk serat aren 0,2 sebesar 11,92 MPa dan kandungan

serbuk serat aren 0,26 sebesar 6,24 MPa.

Peningkatan kandungan serbuk serat aren dan berkurangnya jumlah kandungan

semen

menyebabkan ikatan antarmuka yang terjadi antara matrik dan

filler

menjadi

lemah. Ikatan antara matrik dan

filler

yang lemah menyebabkan komposit tidak

mampu menerima pembebanan yang tinggi sehingga kekuatan

bending

komposit

semakin menurun seiring bertambahnya kandungan serbuk serat aren.

Proses hidrasi yang cukup mempengaruhi kenaikan kekuatan

bending

komposit.

Pada proses hidrasi interkoneksi antar pori-pori kapiler yang melemahkan kekuatan

semen dapat dihindari/berkurang. Keberadaan pori-pori kapiler yang semakin

berkurang akan mengurangi peluang terjadinya retakan awal yang akan berkembang

menjadi perpatahan. Berkurangnya peluang terjadinya perpatahan akan menghasilkan


(5)

commit to user

24

dengan kuat. Dari Gambar 4.3. menunjukan dengan peningkatan kandungan serbuk

aren nilai kekuatan

bending

komposit semen serbuk aren yang dihasilkan semakin

menurun.

4.3.2.

Pengamatan Bentuk dan Permukaan Patah Uji

Bending

a)

b)

Gambar 4.4. Bentuk permukaan patah uji bending komposit semen serbuk serat aren a) Wf= 0,26; b) Wf= 0,2

Komposit dengan kandungan serbuk serat aren 0,26 memiliki ikatan antara semen

dan serbuk serat aren yang kurang baik bila dibandingkan dengan komposit dengan

kandungan serbuk serat aren 0,2 (Gambar 4.4.b). Hal ini terlihat (Gambar 4.4.a) pada

bagian permukaan serat ada yang kotor dan ada bagian serat yang bersih. Bagian

permukaan serat yang kotor adalah bagian permukaan serat yang terikat oleh semen

dan bagian permukaan serat yang bersih adalah bagian permukaan yang tidak terikat

oleh semen. Gambar 4.4.b memperlihatkan komposit dengan kandungan serbuk aren

0,2 ikatan antara semen dengan serat memiliki ikatan yang lebih baik. Hal ini terlihat

dari bagian permukaan serat lebih banyak yang kotor.

serat


(6)

commit to user

25

BAB V

PENUTUP

5.1.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1.

Semakin meningkat kandungan serbuk serat aren maka nilai densitas dan

kekuatan

bending

komposit semen serbuk serat aren semakin menurun. Nilai

densitas komposit 1,57 g/cm

3

pada kandungan serbuk serat aren 0,2 dan 1,23

g/cm

3

pada kandungan serbuk serat aren 0,26. Nilai kekuatan

bending

komposit

11,92 MPa pada kandungan fraksi berat serbuk serat aren 0,2 dan 6,24 MPa pada

kandungan serbuk serat aren 0,26.

2.

Nilai serapan air semakin meningkat seiring penambahan fraksi berat serbuk serat

aren. Nilai serapan air komposit 21,16 % pada kandungan fraksi berat serbuk

serat aren 0,2 dan 36,04 % pada kandungan serbuk serat aren 0,26.

3.

Ikatan antarmuka antara serat dan matrik secara visual menunjukan adanya

kemampuan mengikat antara serat dan semen yang baik.

5.2.

Saran

Untuk lebih mengembangkan pemanfaatan potensi serat aren

(Arenga Pinnata)

sebagai bahan pengisi (

filler

) komposit polimer, maka penulis memberikan saran:

1.

Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan merubah matrik selain menggunakan

semen

portland

tipe I.

2.

Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh fraksi berat semen terhadap