PENGARUH PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH D
PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA
ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH
KOTA DI PULAU SUMATERA (PERIODE 2011-2013)
Hashifah Anisah
Drs. Zainal Bahri Torong, MM, Ak
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out whether there is influence of Local Tax, Local Retribution,
The General Allocation Fund And Special Allocation Fund against Local Goverment Expenditure. The
population in this study is the Goverment town in Sumatera Island. Design research in this research is using
causal associative design, with total sample of 16 cities each year from 34 cities in Sumatera Island. This
resarch used data secondary of Goverment Budgets- realization 2011, 2013, and 2013. Hypothesis testing in
this study using multiple linear regression with t - test and F – test, and the coeffisient of determination. The
result of this research show that partially, Local Taxes and DAU influence to local goverment expenditure.
While Local Retributions and DAK do not affect to local goverment expenditure. Simultaneously that Local
Taxes, Local Retributions, DAU, dan DAK influence to local goverment expenditure
Keyword: Local Tax, Local Retribution, General Allocation Fund, Special Allocation Fund and Local
Goverment Expenditur
Pendapatan
PENDAHULUAN
Belanja daerah, atau yang dikenal dengan
Belanja
merupakan
Negara
rencana
(APBN).
keuangan
APBD
tahunan
pengeluaran pemerintah daerah dalam Anggaran
pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan
Pendapatan
dan
ditetapkan dengan peraturan daerah.
merupakan
salah
Belanja
Anggaran dalam Pemerintah Daerah biasa
pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja
disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
daerah dikenal sebagai salah satu instrumen
Daerah
kebijakan
pemerintah
pengeluaran Pemerintahan Daerah baik dalam
(pemerintah daerah), di samping pos pendapatan
bentuk uang, barang dan/jasa pada tahun anggaran
pemerintah daerah. Semakin besar belanja daerah
yang berkenaan harus dianggarkan dalam APBD
diharapkan akan makin meningkatkan kegiatan
(Kawedar 2008). APBD merupakan satu kesatuan
perekonomian
yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah
yang
daerah
faktor
(APBD),
pendorong
fiskal
satu
Daerah
dilakukan
(terjadi
ekspansi
perekonomian).
(APBD).
Seluruh
penerimaan
dan
dan pembiayaan daerah (Darise, 2008).
Di sisi lain, semakin besar pendapatan yang
Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah
dihasilkan dari pajak-pajak dan retribusi atau
Daerah dalam organisasi sektor publik adalah
penerimaan penerimaan yang bersumber dari
mengenai pengalokasian anggaran. Pengalokasian
masyarakat, maka akan mengakibatkan menurunnya
anggaran merupakan jumlah alokasi dana untuk
kegiatan
masing-masing program. Dengan sumber daya yang
perekonomian
(terjadi
kontraksi
perekonomian). Peraturan Menteri Dalam Negeri
terbatas,
Nomor 30 Tahun 2006 menegaskan, belanja daerah
mengalokasikan penerimaan yang diperoleh untuk
merupakan semua pengeluaran dari rekening kas
belanja daerah yang bersifat produktif. Belanja
umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar,
daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran
yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
daerah yang dialokasikan secara adil dan merata
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya
agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok
kembali oleh daerah.
masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32
Pemerintah
Daerah
harus
dapat
pemberian pelayanan umum (Kawedar, 2008).
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal
Dalam mengelola keuangannya, Pemerintah
155 ayat (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan
Daerah harus dapat menerapkan asas kemandirian
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah dengan mengoptimalkan penerimaan dari
daerah didanai dari dan atas beban anggaran
sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan
pendapatan belanja daerah (APBD), dan ayat (2)
Asli
menyatakan
urusan
Pemerintah Daerah yang berasal dari daerah itu
pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah
sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
di daerah didanai dari dan atas beban Anggaran
Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah,
bahwa
penyelenggaraan
Daerah
merupakan
sumber
penerimaan
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
DAK
dimaksudkan
untuk
membantu
yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah
daerah yang sah (Kawedar, 2008).
tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan 2
sumber
PAD
yang
terbesar.
Setiap
daerah
dengan
prioritas
membiayai
nasional,
kebutuhan
khususnya
sarana
dan
untuk
prasarana
mempunyai dasar pengenaan pajak yang berbeda-
pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai
beda tergantung dari kebijakan Pemerintah Daerah
standar tertentu atau untuk mendorong percepatan
setempat.Untuk
kondisi
pembangunan daerah (Darise, 2008). Dana dari
perekonomian yang memadai, akan dapat diperoleh
Pemerintah Pusat digunakan oleh Pemerintah
pajak yang cukup besar. Tetapi untuk daerah
Daerah
tertinggal,
meningkatkan
daerah
Pemerintah
dengan
Daerah
hanya
dapat
memungut pajak dalam jumlah yang terbatas.
Demikian halnya dengan retribusi daerah yang
secara
efektif
dan
pelayanan
efisien
kepada
untuk
publik.
Pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya dapat
dilihat dari seberapa besar daerah akan memperoleh
Kemampuan
dana perimbangan, tetapi hal tersebut harus
daerah untuk menyediakan pendanaan yang berasal
diimbangi dengan sejauh mana instrumen atau
dari daerah sangat tergantung pada kemampuan
sistem
merealisasikan potensi ekonomi tersebut menjadi
memberikan nuansa manajemen keuangan yang
bentuk- bentuk kegiatan ekonomi yang mampu
lebih adil, rasional, transparan, partisipatif, dan
menciptakan
bertanggung jawab (Darise, 2008). Pelaksanaan
perguliran dana untuk pembangunan daerah yang
pemerintahan
berkelanjutan ( Darwanto, 2007)
transparansi akan mewujudkan terciptanya good
berbeda-beda untuk tiap daerah.
Pendelegasian
wewenang
dari
Pemerintah
pengelolaan
yang
keuangan
daerah
bertanggung
mampu
jawab
dan
governance.
Pusat kepada Pemerintah Daerah disertai dengan
Hasil penerimaan pajak dan retribusi dalam
pengalihan dana, sarana dan prasarana serta sumber
membiayai belanja daerah diakui belum optimal
daya manusia. Pengalihan dana dari Pemerintah
dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap
Pusat ke Pemerintah Daerah diwujudkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
bentuk dana perimbangan yang terdiri dari Dana
khususnya bagi daerah kabupaten dan kota.
Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH),
Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana
dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi
alokasi dari pusat yaitu dana alokasi umum (DAU)
Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber
dan dana alokasi khusus (DAK). Oleh karena itu,
dari APBN yang disalurkan ke Pemerintah Daerah
setiap daerah harus berusaha lebih keras lagi untuk
untuk
keuangan
dapat meningkatkan sumber penerimaan dengan
antardaerah. Fungsi DAU sebagai pemerataan
memanfaatkan potensi daerah yang dimilikinya
kapasitas fiskal (Darise, 2008).
sehingga tujuan otonomi daerah dapat tercapai.
mengatasi
kesenjangan
Terkait dengan
hal ini
Laksono
(2014)
melakukan penelitian yang bertujuan apakah pajak
daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan
Laksono (2014) karena tidak konsistennya hasil
temuan beberapa peneliti sebelumnya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian
dana alokasi khusus berpengaruh terhadap belanja
yang
daerah pada pemerintah kota/ kabupaten di Jawa
independen yang sama yaitu pajak daerah, retribusi
Tengah dan DIY. Hasil penelitian ini adalah secara
daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi
parsial pajak daerah, dana alokasi umum, dan dana
khusus, dan menggunakan variabel dependen yang
alokasi
belanja
sama yaitu belanja daerah. Perbedaan penelitian ini
daerah, sedangkan secara parsial retribusi daerah
adalah pada penggunaan sampel dan laporan tahun
tidak berpengaruh terhadap belanja daerah. Secara
realisasi
simultan pajak daerah, retribusi daerah, dana
menggunakan sampel Kabupaten/ Kota di Jawa
alokasi
Tengah dan DIY dan menggunakan laporan
khusus
umum,
berpengaruh
dan
terhadap
dana
alokasi
khusus
direplika
adalah
APBD.
menggunakan
Penelitian
variabel
sebelumnya
realisasi APBD pada tahun 2011 dan 2012.
berpengaruh terhadap belanja daerah.
tidak
Sedangkan penelitian ini menggunakan sampel
daerah
Kota di Pulau Sumatera dengan laporan realisasi
penggalian,
APBD pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Maka
pengelolaan sumber daya yang dimiliki masing-
judul yang akan diteliti adalah “Pengaruh Pajak
masing
meningkatkan
Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum
pendapatan asli daerahnya. Sedangkan menurut
(DAU) , dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap
Sarwono
Belanja
Menurut
memiliki
Laksono
pengaruh
dikarenakan
kurang
daerah
yang
retribusi
terhadap
daerah
belanja
optimalnya
untuk
dapat
melakukan
penelitian
tentang
pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan
Daerah
pada
Kota
di
Pulau
Sumatera(periode 2011- 2013)”.
lainnya yang sah, dan dana alokasi umum terhadap
belanja daerah pada pemerintah kabupaten/ kota di
HIPOTESIS
Hasil
Prakoso (2004) menyatakan bahwa kenaikan
penelitian ini adalah secara parsial pajak daerah,
dalam Pajak Daerah (X1) akan meningkatkan
retribusi daerah, pendapatan lainnya yang sah dan
belanja daerah,
dana alokasi umum berpengaruh terhadap belanja
penelitian yang dilakukan oleh Pakpahan (2009)
daerah.
dan Sarwono bahwa pajak daerah berpegaruh
Indonesia
tahun
anggaran
2010-2011.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik
fakta ini dibuktikan dengan
terhadap belanja daerah
untuk melakukan penelitian mengenai pajak daerah,
Retribusi Daerah (X2) merupakan bagian
retribusi daerah, dana alokasi umum, dan dana
dari Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli
alokasi terhadap belanja daerah dengan mengambil
Daerah dapat dijadikan sebagai indikator dalam
sampel
kota di Pulau Sumatera. Penelitian ini
menilai tingkat kemadirian suatu daerah. Jika
merupakan replikasi dari peneliti sebelumnya yaitu
Retribusi meningkat maka pengalokasian dana
belanja daerah untuk meningkatkan pelayanan
Alokasi
masyarakat juga akan meningkat
Dana Alokasi Umum (X3) merupakan dana
transfer
yang
penting,
H1: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana
transfer
dana
dari
pemerintah pusat ini merupakan transfer dana yang
Umum,
dan
Dana
Alokasi
Khusus
berpengaruh baik secara parsial maupun simultan
terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kota di
Pulau Sumatera
berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
METODE PENELITIAN
daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran
Jenis dan Sumber data
daerah, dimana belanja daerah termasuk kedalam
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
beberapa pengeluaran daerah guna melaksanakan
ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan
desentralisasi.
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
Dana Alokasi Khusus (X4) merupakan dana
secara tidak langsung, yaitu catatan, ataupun
yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
daerah untuk membantu
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
membiayai kebutuhan
khusus yang merupakan urusan daerah dan prioritas
Sumber data peneliti adalah dari dokumen
nasional. Sesuai dengan hasil penelitian yang
laporan realisasi APBD yang diperoleh dari situs
dilakukan oleh Gomgom Dana Alokasi Khusus
Direktorat
berpengaruh positif terhadap alokasi belanja daerah.
Kementerian
Hal ini disebabkan DAK telah ditentukan oleh
(http://www.djpk.kemenkeu.go.id).
pemerintah
proses
realisasi APBD tahun 2011-2013 dapat diperoleh
dapat
data mengenai jumlah Pajak Daerah, Retribusi
pusat
pembangunan,
diutamakan
sehingga
daerah
untuk
tidak
membelanjakannya untuk kebutuhan lain.
alokasi umum, dan dana alokasi khusus saling
sebagai
penerimaan
daerah
yang
berpengaruh terhadap belanja daerah. Pemerintah
daerah yang memiliki pajak daerah, retribusi
daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus yang tinggi akan mengakibatkan belanja
daerah yang tinggi pula.
Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah
diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
Perimbangan
Keuangan
Keuangan
Republik
Dari
Indonesia
laporan
Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Maka pajak daerah, retribusi daerah, dana
berkaitan
Jenderal
Khusus dan Belanja Daerah.
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation
Statistic Statistic
Statistic
Statistic
Std. Error Statistic
BELANJA DAERAH
48
292903
1938889
729845.79
61187.956 423922.591
PAJAK DAERAH
48
1968
245974
45830.85
9796.685
67873.426
RETRIBUSI DAERAH 48
724
75435
17268.33
2655.927
18400.801
DANA
ALOKASI 48
181919
1003116
431007.71
26961.029 186791.485
ALOKASI 48
17432
81842
31882.42
1948.040
UMUM
DANA
13496.414
KHUSUS
Valid N (listwise)
48
Berdasarkan tabel descriptive statistic di
dan nilai Dana Alokasi Umum terendah adalah
atas, dapat dijelaskan bahwa:
Rp181919. Jumlah sampel adalah 16 dan
1) Variabel Pajak Daerah (X1) memiliki nilai rata-
jumlah amatan adalah 48.
rata sebesar Rp 45955,85 dengan standar
4) Variabel Dana Alokasi Khusus (X4) memiliki
deviasi Rp 68137,254, nilai Pajak Daerah
nilai rata-rata sebesar Rp31881,58 , dengan
trtinggi adalah Rp 245974, dan nilai Pajak
standar deviasi Rp13496748,
Daerah terendah adalah Rp 1968. Jumlah
Alokasi Khusus tertinggi adalah81842, dan
Sampel adalah 16 dan Jumlah Amatan adalah
nilai Dana Alokasi Khusus terendah adalah Rp
48
17432. Jumlah sampel adalah 16 dan jumlah
2) Variabel Retribusi Daerah (X2) memiliki nilai
Nilai Dana
amatan adalah 48.
rata-rata sebesar Rp 17143,33, dengan standar
5) Variabel Belanja daerah (Y) memiliki nilai
deviasiRp 18282,730, Nilai Retribusi Daerah
rata-rata sebesar Rp 729851,00 dengan standar
tertinggi adalahRp 75435, dan nilai Retribusi
deviasi Rp 423918,269, Nilai Belanja Daerah
Daerah terendah adalah Rp 724. Jumlah sampel
tertinggi adalah Rp. 1938889 dan nilai Belanja
adalah 16 dan jumlah amatan adalah 48.
Daerah terendah adalah Rp 292903 Jumlah
3) Variabel Dana Alokasi Umum (X3) memiliki
sampel adalah 16 dan jumlah amatan adalah 48.
nilai rata-rata sebesar Rp 432325,83 , dengan
a. Uji Normalitas
standar deviasi Rp 186996,668, Nilai Dana
Uji normalitas bertujuan untuk menguji
Alokasi Umum tertinggi adalah Rp1003116,
apakah dalam model regresi , variabel pengganggu
atau variabel residual memiliki distribusi normal.
Pengujian ini dilakukan untuk melakukan uji T dan
Ha
: Data residual tidak berdistribusi
normal
uji F yang mengasumsikan bahwa nilai residual
Jika signifikansi hitung > 0,05 (alpa) berarti
berdistribusi normal. Pada pengujian ini, peneliti
distribusi data normal atau H0 diterima, sebaliknya
menggunakan
non-parametrik
bila nilai signifikansi < 0,05 (alpa) berarti distribusi
Kolmogrov-Smirnov (KS). Uji KS dilakukan
data tidak normal atau Ha diterima. Hasil uji
dengan membuat hipotesis:
normalitas dengan uji statistic non-parametrik
H0
uji
statistic
Kolmogrov-Smirnov ditunjukkan sebagai berikut:
: Data residual berdistribusi normal
Tabel 2. Uji Kolmograv- Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ln_PD
N
48
Normal
Mean
9.7056
Parametersa,,b
Ln_BD Ln_RD Ln_DAU Ln_DAK
48
48
48
13.365 9.2105 12.8945
48
10.3009
0
Std.
1.45178
.50400 1.1189 .39208
Deviation
.35676
5
Most Extreme
Absolute
.181
.136
.067
.104
.142
Differences
Positive
.181
.136
.064
.104
.142
Negative
-.090
-.087
-.067
-.060
-.067
Kolmogorov-Smirnov Z
1.254
.945
.463
.722
.983
Asymp. Sig. (2-tailed)
.086
.334
.983
.675
.289
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari
hasil
Asymp.Sig.
di
atas,dapat
(2-tailed)
dilihat
setelah
nilai
dilakukan
transformasi > 0,05 artinya H0 diterima (data
residual
berdistribusi
dan histogram.
Hasil uji normalitas setelah dilakukan
Selain
transformasi data di atas memperlihatkan bahwa
non-parametrik
pada grafik histogram di atas distribusi data
Kolmogrov-Smirnov (KS), uji normalitas dapat
mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak
mengggunakan
uji
normal).
dilakukan dengan analisis normal probability plot
statistic
menceng kiri maupun menceng kanan atau bisa
Ada
disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi
tidaknya
multikolinieritas
dapat
dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan
normal.
variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF lebih
b. Uji Multikolinearitas
untuk
besar dari sepuluh dan nilai tolerance lebih kecil
menguji apakah model regresi ditemukan adanya
dari 0,1 maka ada multikolinearitas. Jika nilai VIF
korelasi antar variabel bebas (independen). Model
lebih kecil dari sepuluh dan nilai tolerance lebih
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
besar dari 0,1,maka tidak ada multikolinearitas.
Uji
multikolinearitas
bertujuan
di antara variabel independen.
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Collinearity
Coefficients
Statistics
Coefficients
Std.
Model
B
Error
Beta
1 (Constant) 5.349 .984
T
Sig. Tolerance VIF
5.433 .000
LN_PD
.223 .028
.643
8.028 .000 .128
7.796
LN_RD
.003 .027
.006
.104
.917 .236
4.241
LN_DAU
.459 .114
.357
4.038 .000 .105
9.526
LN_DAK
-.009 .056
-.007
-.169 .867 .530
1.888
a. Dependent Variable: LN_BD
Setelah
dilakukan
transformasi
nilai
heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini grafik
Varience Inflaction Factors (VIF) semua variabel
scatterplot digunakan untuk mengetahui apakah
dibawah 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1.
dalam penelitian terjadi heteroskedastisitas. Analisis
Maka tidak terjadi multikolinearitas di antara
pada gambar scatterplot yang menyatakan model
variabel independen dalam penelitian.
regresi
linier
berganda
tidak
terdapat
c. Uji Heteroskedastisitas
heterokedastisitas jika tidak ada pola yang jelas,
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance
dari
residual
satu
pengamatan
ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
0 pada sumbu Y.
berdasarkan masukan variabel independen, LN_PD,
LN_RD, LN_DAU, dan LN_DAK
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan
pengganggu
pada
periode
t-
1(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah
regresi
yang
penelitian
Gambar 1. Uji heteroskedastisitas
titik-titik data menyebar secara acak serta tersebar
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu
Y. titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas
dan di bawah saja, penyebaran titik-titik data tidak
membentuk pola bergelombang melebar kemudian
menyempit dan melebar kembali, dan penyebaran
data
tidak
berpola,sehingga
ini
dari
untuk
mengetahui
1. Angka
D-W
di
bawah
negatif.
Model Summaryb
R Std. Error of Durbin-
R Square Square
the Estimate
Watson
.965
.09905
1.838
a. Predictors: (Constant), LN_DAK, LN_RD, LN_PD, LN_DAU
b. Dependent Variable: LN_BD
Sumber: diolah dari SPSS, 2015
Setelah dilakukan transformasi dapat dilihat
hasil pengujian angka D-W sebesar 1,838 atau (-2<
ada
3. Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi
Tabel 4.Uji Autokorelasi Setelah Transformasi
.961
berarti
tidak ada autokorelasi.
dapat
Adjusted
-2
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti
untuk memprediksi variabel dependen (LN_BD)
.982a
masalah
autokorelasi positif.
model regresi sehingga model regresi layak dipakai
1
Pada
Watson dengan ketentuan:
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada
Model R
autokorelasi.
autokorelasi adalah dengan melakukan Uji Durbin
Dari grafik Scatterplot di atas terlihat bahwa
titik-titik
bebas
1,838 >+2), karena angka D-W diantara -2 sampai
menaikkan belanja daerah sebesar 0,003 atau
+2, maka disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
0,3% dengan asumsi variabel lainnya konstan.
tidak ada autokorelasi
d.
Koefisien LN_DAU 0,459 ini menunjukkan
3. Pengujian Hipotesis
bahwa apabila terjadi perubahan variabel pajak
a. Analisis Regresi
daerah sebesar 1% akan menaikkan belanja
Dalam
pengolahan
data
dengan
daerah sebesar 0,459 atau 45,9% dengan
menggunakan regresi linear, beberapa tahapan
dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel
asumsi variabel lainnnya konstan
e.
Koefisien LN_DAK 0,009 ini menunjukkan
independen dan variabel dependen. Hasil regresi
bahwa apabila terjadi perubahan variabel
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
retribusi daerah sebesar 1% maka akan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
terlihat
pada
tabel
di
atas
pada
menurunkan belanja daerah sebesar 0,009 atau
kolom
unstandardized coeffisients bagian B, ditunjukkan
modal persamaan regresi berganda sebagai berikut :
0,9% dengan asumsi variabel lainnya konstan.
f.
Standar error (e ) menunjukkan tingkat
kesalahan pengganggu
LnBD = 5,349+ 0,223 LnPD + 0,003 LnRD +
b. Uji Parsial (t-test)
0,459 LnDAU – 0,009 LnDAK+ e
Uji statistik t digunakan untuk menguji
Interpretasi dari persamaan regresi linier
bagaimana pengaruh variabel independen secara
berganda diatas adalah :
parsial terhadap variabel dependen. Hipotesis
a.
statistik yang diajukan adalah :
b.
Konstanta sebesar 5,349 menunjukkan bahwa
jika variabel independen dianggap konstan,
H1 : bi
maka tingkat Belanja Daerah sebesar 5,349
Kriteria yang digunakan dalam menerima
Koefisien LN_PD 0,223 ini menunjukkan
atau menolak hipotesis adalah:
bahwa apabila terjadi perubahan variabel pajak
1. H1 diterima pada
daerah sebesar 1% akan menaikkan belanja
daerah sebesar 0,223 atau 22,3% dengan
asumsi variabel lainnnya konstan
c.
0 : ada pengaruh
Koefisien LN_RD 0,003 ini menunjukkan
bahwa apabila terjadi perubahan variabel
retribusi daerah sebesar 1% maka akan
= 5% dan nilai probabilitas <
level of significant sebesar 0,05,
2. H1 ditolak apabila pada
= 5% dan nilai
probabilitas > level of significant sebesar 0,05.
Hasil pengujian menggunakan uji t dapat
dilihat pada berikut
Tabel 5. Hasil Uji Parsial (t-Test)
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
5.433
.000
(Constant) 5.349
.984
Ln_PD
.223
.028
.643
8.028
.000
Ln_RD
.003
.027
.006
.104
.917
Ln_DAU
.459
.114
.357
4.038
.000
Ln_DAK
-.009
.056
-.007
-.169
.867
a. Dependent Variable: Ln_BD
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis
disimpulkan H1 diterima yaitu bahwa secara
tersebut adalah sebagai berikut:
parsial Dana Alokasi Umum berpengaruh
a.
signifikan terhadap belanja daerah.
Pajak Daerah (LN_PD) mempunyai nilai
signifikansi 0.000 yang berarti nilai ini lebih
b.
Dana Alokasi Khusus (LN_DAK) mempunyai
kecil dari 0.05. Berdasarkan nilai tersebut
nilai signifikansi 0.867 yang jauh lebih besar
disimpulkan H1 diterima yaitu bahwa secara
dari
parsial pajak daerah berpengaruh signifikan
disimpulkan bahwa secara parsial Dana Alokasi
terhadap belanja daerah
Khsusu tidak berpengaruh secara signifikan
Retribusi Daerah (LN_RD) mempunyai nilai
terhadap belanja daerah
signifikansi 0.917 yang jauh lebih besar dari
0.05, berdasarkan nilai tersebut disimpulkan
bahwa secara parsial retribusi daerah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap belanja
daerah.
c.
d.
Dana Alokasi Umum (LN_DAU) mempunyai
nilai signifikansi 0.000 yang berarti nilai ini
lebih kecil dari 0.05. Berdasarkan nilai tersebut
0.05,
berdasarkan
nilai
tersebut
c. Uji Simultan (F-test)
Hasil pengujian menggunakan uji F dapat dilihat
dari tabel anova berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Simultan (F-Test)
ANOVAb
Sum
Model
1
Squares
of
df
Mean Square F
Regression 11.517
4
2.879
Residual
.422
43
.010
Total
11.939
47
Sig.
293.445 .000a
a. Predictors: (Constant), Ln_DAK, Ln_RD, Ln_PD, Ln_DAU
b. Dependent Variable: Ln_BD
Berdasarkan tabel diatas dapat tingkat
Tabel 7. Koefisien Korelasi dan Determinasi
signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Maka
Model Summary
dapat diambil kesimpulan H1 diterima, yakni pajak
daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan
dana
alokasi
khusus
secara
Analisis
Koefisien
Model R
bersama-sama
1
berpengaruh terhadap belanja daerah
d.
Adjusted R Std. Error of
Korelasi
dan
Determinasi
Pengujian uji kesesuaian dilakukan untuk
R Square Square
.982a .965
.961
the Estimate
.09905
a. Predictors: (Constant), Ln_DAK, Ln_RD,
Ln_PD, Ln_DAU
Dari tabel model summary
di atas dapat
menentukan kelayakan suatu model regresi, karena
dilihat angka R sebesar 0,982 menunjukkan bahwa
variabel penelitian lebih dari satu variabel maka
korelasi atau hubungan antara LN_BD dengan
kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted
LN_PD, LN_RD, LN_DAU, LN_DAK sangat kuat
R Square. Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan
yaitu sebesar 98,2%. Sedangkan nilai R square atau
seberapa besar korelasi antara variabel-variabel
koefisien determinasi adalah 0,965. Nilai ini
independen dengan variabel dependen. Koefisian
mengindikasikan
korelasi dikatakan kuat apabila niali R lebih besar
perubahan dalam LN_BD dapat dijelaskan oleh
dari 0,5 atau mendekati 1. Koefisian determinasi (R
variasi variabel LN_PD,
Square) menunjukkan seberapa besar variabel
LN_DAK.
dependen menjelaskan variabel dependennya. Nilai
dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar penelitian.
R square adalah 0 sampai 1. Apabila R square
Kesimpulan
mendekati satu maka variabel-variabel independen
memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk mendeteksi variasi variabel dependennya.
bahwa
Sedangkan
96,5%
variasi
LN_RD,
sisanya
atau
LN_DAU,
sebesar
3,5%
Dari hasil pengujian hipotesis penelitian dan
pengujian regresi berganda dapat diperoleh :
1.
Secara simultan, pajak daerah, retribusi daerah,
Ghozali,
Imam,
2013.
Aplikasi
Analisis
dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus
Multivariate dengan Program SPSS., Badan
berpengaruh terhadap belanja daerah pada
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Pemerintah Kota di Pulau Sumatera
2.
Secara parsial, hanya pajak daerah dan dana
alokasi umum yang berpengaruh terhadap
belanja daerah pada Pemerintah Kota di Pulau
Sumatera. Retribusi daerah dan dana alokasi
khusus tidak berpengaruh terhadap belanja
daerah
pada
Pemerintah
Kota
di
Pulau
Sumatera
3.
Handayani,
adalah 0,965. Nilai ini berarti bahwa 96,5%
variasi atau perubahan dalam Belanja Daerah
dan
Elva
Nuraina.
2012.
“Pengaruh Pajak Daerah dan Dana Alokasi
Khusus Terhadap Alokasi Belanja Daerah
Kabupaten
Madiun”.
Dalam
Jurnal
Akuntansi dan Pendidikan, Volume 1 No. 1.
Hal 1-12 Madiun: IKIP PGRI Madiun
Kawedar,
Nilai R square atau koefisien determinasi
Dwi
Warsito,
Abdul
Rohman
dan
Sri
Handayani, 2008, Akuntansi Sektor Publik
: Buku 1, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang
dapat dijelaskan oleh variasi variabel Pajak
Daerah,
Retribusi
Daerah,
Dana
Alokasi
Nugraeni. 2011. Analisis Pengaruh Dana Alokasi
Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Sedangkan
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
sisanya sebesar 3,5% dijelaskan oleh sebab-
(DAK)
sebab lain diluar penelitian.
Terhadap
dan
Pendapatan
Prediksi
Asli
Belanja
Daerah
Daerah.
Akmenika UPY, Vol 8 Hal 96- 117
DAFTAR PUSTAKA
Darise,
Nurlan,
2008, Akuntansi Keuangan
Daerah (Akuntansi Sektor Publik), PT
Indeks, Jakarta
Darwanto dan Yulia Yustikasari, 2007, “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah, dan Dana Alokasi Umum Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal”,
Simposium Nasional Akuntansi X
Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, Usu Press,
Medan.
Yogyakarta: Universitas Mercu Buana
Pakpahan, Rolan. 2009. “Pengaruh Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja
Daerah Pemerintahan Kabupaten/ Kota di
Sumatera
Utara”.
Skripsi.
FE
USU.
Sumatera Utara.
Prakosa, Kesit Bambang, 2003. Pajak dan Retribusi
Daerah,
Cetakan
Press,Yogyakarta
Pertama,
UII
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
_______, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah.
_______, Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
Tentang Perimbangan
Pemerintah
Pusat
Keuangan Antara
dan
Pemerintahan
Daerah.
_______, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang
Pajak
Daerah
dan
Retribusi
Daerah.
_______, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13
Tahun
2006
tentang
Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
_______,
Pernyataan
Pemerintahan
No.2
Standar
Akuntansi
Tentang
Laporan
Realisasi Anggaran
_______,
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan No.30 Tahun 2006 Tentang
Laporan Realisasi Anggaran
Sangadji,
Etta
Mamang
Metodologi
dan
Penelitian,
Sopiah,
Andi
2010.
Offset,
Yogyakarta.
Siahaan, Marihot P, 2005 Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah,Edisi 1, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi
Terapan,Ghalia Indonesia, Jakarta.
www.djpk.kemenkeu.go.id
ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH
KOTA DI PULAU SUMATERA (PERIODE 2011-2013)
Hashifah Anisah
Drs. Zainal Bahri Torong, MM, Ak
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out whether there is influence of Local Tax, Local Retribution,
The General Allocation Fund And Special Allocation Fund against Local Goverment Expenditure. The
population in this study is the Goverment town in Sumatera Island. Design research in this research is using
causal associative design, with total sample of 16 cities each year from 34 cities in Sumatera Island. This
resarch used data secondary of Goverment Budgets- realization 2011, 2013, and 2013. Hypothesis testing in
this study using multiple linear regression with t - test and F – test, and the coeffisient of determination. The
result of this research show that partially, Local Taxes and DAU influence to local goverment expenditure.
While Local Retributions and DAK do not affect to local goverment expenditure. Simultaneously that Local
Taxes, Local Retributions, DAU, dan DAK influence to local goverment expenditure
Keyword: Local Tax, Local Retribution, General Allocation Fund, Special Allocation Fund and Local
Goverment Expenditur
Pendapatan
PENDAHULUAN
Belanja daerah, atau yang dikenal dengan
Belanja
merupakan
Negara
rencana
(APBN).
keuangan
APBD
tahunan
pengeluaran pemerintah daerah dalam Anggaran
pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan
Pendapatan
dan
ditetapkan dengan peraturan daerah.
merupakan
salah
Belanja
Anggaran dalam Pemerintah Daerah biasa
pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja
disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
daerah dikenal sebagai salah satu instrumen
Daerah
kebijakan
pemerintah
pengeluaran Pemerintahan Daerah baik dalam
(pemerintah daerah), di samping pos pendapatan
bentuk uang, barang dan/jasa pada tahun anggaran
pemerintah daerah. Semakin besar belanja daerah
yang berkenaan harus dianggarkan dalam APBD
diharapkan akan makin meningkatkan kegiatan
(Kawedar 2008). APBD merupakan satu kesatuan
perekonomian
yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah
yang
daerah
faktor
(APBD),
pendorong
fiskal
satu
Daerah
dilakukan
(terjadi
ekspansi
perekonomian).
(APBD).
Seluruh
penerimaan
dan
dan pembiayaan daerah (Darise, 2008).
Di sisi lain, semakin besar pendapatan yang
Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah
dihasilkan dari pajak-pajak dan retribusi atau
Daerah dalam organisasi sektor publik adalah
penerimaan penerimaan yang bersumber dari
mengenai pengalokasian anggaran. Pengalokasian
masyarakat, maka akan mengakibatkan menurunnya
anggaran merupakan jumlah alokasi dana untuk
kegiatan
masing-masing program. Dengan sumber daya yang
perekonomian
(terjadi
kontraksi
perekonomian). Peraturan Menteri Dalam Negeri
terbatas,
Nomor 30 Tahun 2006 menegaskan, belanja daerah
mengalokasikan penerimaan yang diperoleh untuk
merupakan semua pengeluaran dari rekening kas
belanja daerah yang bersifat produktif. Belanja
umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar,
daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran
yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
daerah yang dialokasikan secara adil dan merata
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya
agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok
kembali oleh daerah.
masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32
Pemerintah
Daerah
harus
dapat
pemberian pelayanan umum (Kawedar, 2008).
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal
Dalam mengelola keuangannya, Pemerintah
155 ayat (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan
Daerah harus dapat menerapkan asas kemandirian
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah dengan mengoptimalkan penerimaan dari
daerah didanai dari dan atas beban anggaran
sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan
pendapatan belanja daerah (APBD), dan ayat (2)
Asli
menyatakan
urusan
Pemerintah Daerah yang berasal dari daerah itu
pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah
sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
di daerah didanai dari dan atas beban Anggaran
Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah,
bahwa
penyelenggaraan
Daerah
merupakan
sumber
penerimaan
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
DAK
dimaksudkan
untuk
membantu
yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah
daerah yang sah (Kawedar, 2008).
tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan 2
sumber
PAD
yang
terbesar.
Setiap
daerah
dengan
prioritas
membiayai
nasional,
kebutuhan
khususnya
sarana
dan
untuk
prasarana
mempunyai dasar pengenaan pajak yang berbeda-
pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai
beda tergantung dari kebijakan Pemerintah Daerah
standar tertentu atau untuk mendorong percepatan
setempat.Untuk
kondisi
pembangunan daerah (Darise, 2008). Dana dari
perekonomian yang memadai, akan dapat diperoleh
Pemerintah Pusat digunakan oleh Pemerintah
pajak yang cukup besar. Tetapi untuk daerah
Daerah
tertinggal,
meningkatkan
daerah
Pemerintah
dengan
Daerah
hanya
dapat
memungut pajak dalam jumlah yang terbatas.
Demikian halnya dengan retribusi daerah yang
secara
efektif
dan
pelayanan
efisien
kepada
untuk
publik.
Pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya dapat
dilihat dari seberapa besar daerah akan memperoleh
Kemampuan
dana perimbangan, tetapi hal tersebut harus
daerah untuk menyediakan pendanaan yang berasal
diimbangi dengan sejauh mana instrumen atau
dari daerah sangat tergantung pada kemampuan
sistem
merealisasikan potensi ekonomi tersebut menjadi
memberikan nuansa manajemen keuangan yang
bentuk- bentuk kegiatan ekonomi yang mampu
lebih adil, rasional, transparan, partisipatif, dan
menciptakan
bertanggung jawab (Darise, 2008). Pelaksanaan
perguliran dana untuk pembangunan daerah yang
pemerintahan
berkelanjutan ( Darwanto, 2007)
transparansi akan mewujudkan terciptanya good
berbeda-beda untuk tiap daerah.
Pendelegasian
wewenang
dari
Pemerintah
pengelolaan
yang
keuangan
daerah
bertanggung
mampu
jawab
dan
governance.
Pusat kepada Pemerintah Daerah disertai dengan
Hasil penerimaan pajak dan retribusi dalam
pengalihan dana, sarana dan prasarana serta sumber
membiayai belanja daerah diakui belum optimal
daya manusia. Pengalihan dana dari Pemerintah
dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap
Pusat ke Pemerintah Daerah diwujudkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
bentuk dana perimbangan yang terdiri dari Dana
khususnya bagi daerah kabupaten dan kota.
Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH),
Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana
dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi
alokasi dari pusat yaitu dana alokasi umum (DAU)
Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber
dan dana alokasi khusus (DAK). Oleh karena itu,
dari APBN yang disalurkan ke Pemerintah Daerah
setiap daerah harus berusaha lebih keras lagi untuk
untuk
keuangan
dapat meningkatkan sumber penerimaan dengan
antardaerah. Fungsi DAU sebagai pemerataan
memanfaatkan potensi daerah yang dimilikinya
kapasitas fiskal (Darise, 2008).
sehingga tujuan otonomi daerah dapat tercapai.
mengatasi
kesenjangan
Terkait dengan
hal ini
Laksono
(2014)
melakukan penelitian yang bertujuan apakah pajak
daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan
Laksono (2014) karena tidak konsistennya hasil
temuan beberapa peneliti sebelumnya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian
dana alokasi khusus berpengaruh terhadap belanja
yang
daerah pada pemerintah kota/ kabupaten di Jawa
independen yang sama yaitu pajak daerah, retribusi
Tengah dan DIY. Hasil penelitian ini adalah secara
daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi
parsial pajak daerah, dana alokasi umum, dan dana
khusus, dan menggunakan variabel dependen yang
alokasi
belanja
sama yaitu belanja daerah. Perbedaan penelitian ini
daerah, sedangkan secara parsial retribusi daerah
adalah pada penggunaan sampel dan laporan tahun
tidak berpengaruh terhadap belanja daerah. Secara
realisasi
simultan pajak daerah, retribusi daerah, dana
menggunakan sampel Kabupaten/ Kota di Jawa
alokasi
Tengah dan DIY dan menggunakan laporan
khusus
umum,
berpengaruh
dan
terhadap
dana
alokasi
khusus
direplika
adalah
APBD.
menggunakan
Penelitian
variabel
sebelumnya
realisasi APBD pada tahun 2011 dan 2012.
berpengaruh terhadap belanja daerah.
tidak
Sedangkan penelitian ini menggunakan sampel
daerah
Kota di Pulau Sumatera dengan laporan realisasi
penggalian,
APBD pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Maka
pengelolaan sumber daya yang dimiliki masing-
judul yang akan diteliti adalah “Pengaruh Pajak
masing
meningkatkan
Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum
pendapatan asli daerahnya. Sedangkan menurut
(DAU) , dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap
Sarwono
Belanja
Menurut
memiliki
Laksono
pengaruh
dikarenakan
kurang
daerah
yang
retribusi
terhadap
daerah
belanja
optimalnya
untuk
dapat
melakukan
penelitian
tentang
pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan
Daerah
pada
Kota
di
Pulau
Sumatera(periode 2011- 2013)”.
lainnya yang sah, dan dana alokasi umum terhadap
belanja daerah pada pemerintah kabupaten/ kota di
HIPOTESIS
Hasil
Prakoso (2004) menyatakan bahwa kenaikan
penelitian ini adalah secara parsial pajak daerah,
dalam Pajak Daerah (X1) akan meningkatkan
retribusi daerah, pendapatan lainnya yang sah dan
belanja daerah,
dana alokasi umum berpengaruh terhadap belanja
penelitian yang dilakukan oleh Pakpahan (2009)
daerah.
dan Sarwono bahwa pajak daerah berpegaruh
Indonesia
tahun
anggaran
2010-2011.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik
fakta ini dibuktikan dengan
terhadap belanja daerah
untuk melakukan penelitian mengenai pajak daerah,
Retribusi Daerah (X2) merupakan bagian
retribusi daerah, dana alokasi umum, dan dana
dari Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli
alokasi terhadap belanja daerah dengan mengambil
Daerah dapat dijadikan sebagai indikator dalam
sampel
kota di Pulau Sumatera. Penelitian ini
menilai tingkat kemadirian suatu daerah. Jika
merupakan replikasi dari peneliti sebelumnya yaitu
Retribusi meningkat maka pengalokasian dana
belanja daerah untuk meningkatkan pelayanan
Alokasi
masyarakat juga akan meningkat
Dana Alokasi Umum (X3) merupakan dana
transfer
yang
penting,
H1: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana
transfer
dana
dari
pemerintah pusat ini merupakan transfer dana yang
Umum,
dan
Dana
Alokasi
Khusus
berpengaruh baik secara parsial maupun simultan
terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kota di
Pulau Sumatera
berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
METODE PENELITIAN
daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran
Jenis dan Sumber data
daerah, dimana belanja daerah termasuk kedalam
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
beberapa pengeluaran daerah guna melaksanakan
ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan
desentralisasi.
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
Dana Alokasi Khusus (X4) merupakan dana
secara tidak langsung, yaitu catatan, ataupun
yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
daerah untuk membantu
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
membiayai kebutuhan
khusus yang merupakan urusan daerah dan prioritas
Sumber data peneliti adalah dari dokumen
nasional. Sesuai dengan hasil penelitian yang
laporan realisasi APBD yang diperoleh dari situs
dilakukan oleh Gomgom Dana Alokasi Khusus
Direktorat
berpengaruh positif terhadap alokasi belanja daerah.
Kementerian
Hal ini disebabkan DAK telah ditentukan oleh
(http://www.djpk.kemenkeu.go.id).
pemerintah
proses
realisasi APBD tahun 2011-2013 dapat diperoleh
dapat
data mengenai jumlah Pajak Daerah, Retribusi
pusat
pembangunan,
diutamakan
sehingga
daerah
untuk
tidak
membelanjakannya untuk kebutuhan lain.
alokasi umum, dan dana alokasi khusus saling
sebagai
penerimaan
daerah
yang
berpengaruh terhadap belanja daerah. Pemerintah
daerah yang memiliki pajak daerah, retribusi
daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus yang tinggi akan mengakibatkan belanja
daerah yang tinggi pula.
Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah
diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
Perimbangan
Keuangan
Keuangan
Republik
Dari
Indonesia
laporan
Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Maka pajak daerah, retribusi daerah, dana
berkaitan
Jenderal
Khusus dan Belanja Daerah.
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation
Statistic Statistic
Statistic
Statistic
Std. Error Statistic
BELANJA DAERAH
48
292903
1938889
729845.79
61187.956 423922.591
PAJAK DAERAH
48
1968
245974
45830.85
9796.685
67873.426
RETRIBUSI DAERAH 48
724
75435
17268.33
2655.927
18400.801
DANA
ALOKASI 48
181919
1003116
431007.71
26961.029 186791.485
ALOKASI 48
17432
81842
31882.42
1948.040
UMUM
DANA
13496.414
KHUSUS
Valid N (listwise)
48
Berdasarkan tabel descriptive statistic di
dan nilai Dana Alokasi Umum terendah adalah
atas, dapat dijelaskan bahwa:
Rp181919. Jumlah sampel adalah 16 dan
1) Variabel Pajak Daerah (X1) memiliki nilai rata-
jumlah amatan adalah 48.
rata sebesar Rp 45955,85 dengan standar
4) Variabel Dana Alokasi Khusus (X4) memiliki
deviasi Rp 68137,254, nilai Pajak Daerah
nilai rata-rata sebesar Rp31881,58 , dengan
trtinggi adalah Rp 245974, dan nilai Pajak
standar deviasi Rp13496748,
Daerah terendah adalah Rp 1968. Jumlah
Alokasi Khusus tertinggi adalah81842, dan
Sampel adalah 16 dan Jumlah Amatan adalah
nilai Dana Alokasi Khusus terendah adalah Rp
48
17432. Jumlah sampel adalah 16 dan jumlah
2) Variabel Retribusi Daerah (X2) memiliki nilai
Nilai Dana
amatan adalah 48.
rata-rata sebesar Rp 17143,33, dengan standar
5) Variabel Belanja daerah (Y) memiliki nilai
deviasiRp 18282,730, Nilai Retribusi Daerah
rata-rata sebesar Rp 729851,00 dengan standar
tertinggi adalahRp 75435, dan nilai Retribusi
deviasi Rp 423918,269, Nilai Belanja Daerah
Daerah terendah adalah Rp 724. Jumlah sampel
tertinggi adalah Rp. 1938889 dan nilai Belanja
adalah 16 dan jumlah amatan adalah 48.
Daerah terendah adalah Rp 292903 Jumlah
3) Variabel Dana Alokasi Umum (X3) memiliki
sampel adalah 16 dan jumlah amatan adalah 48.
nilai rata-rata sebesar Rp 432325,83 , dengan
a. Uji Normalitas
standar deviasi Rp 186996,668, Nilai Dana
Uji normalitas bertujuan untuk menguji
Alokasi Umum tertinggi adalah Rp1003116,
apakah dalam model regresi , variabel pengganggu
atau variabel residual memiliki distribusi normal.
Pengujian ini dilakukan untuk melakukan uji T dan
Ha
: Data residual tidak berdistribusi
normal
uji F yang mengasumsikan bahwa nilai residual
Jika signifikansi hitung > 0,05 (alpa) berarti
berdistribusi normal. Pada pengujian ini, peneliti
distribusi data normal atau H0 diterima, sebaliknya
menggunakan
non-parametrik
bila nilai signifikansi < 0,05 (alpa) berarti distribusi
Kolmogrov-Smirnov (KS). Uji KS dilakukan
data tidak normal atau Ha diterima. Hasil uji
dengan membuat hipotesis:
normalitas dengan uji statistic non-parametrik
H0
uji
statistic
Kolmogrov-Smirnov ditunjukkan sebagai berikut:
: Data residual berdistribusi normal
Tabel 2. Uji Kolmograv- Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ln_PD
N
48
Normal
Mean
9.7056
Parametersa,,b
Ln_BD Ln_RD Ln_DAU Ln_DAK
48
48
48
13.365 9.2105 12.8945
48
10.3009
0
Std.
1.45178
.50400 1.1189 .39208
Deviation
.35676
5
Most Extreme
Absolute
.181
.136
.067
.104
.142
Differences
Positive
.181
.136
.064
.104
.142
Negative
-.090
-.087
-.067
-.060
-.067
Kolmogorov-Smirnov Z
1.254
.945
.463
.722
.983
Asymp. Sig. (2-tailed)
.086
.334
.983
.675
.289
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari
hasil
Asymp.Sig.
di
atas,dapat
(2-tailed)
dilihat
setelah
nilai
dilakukan
transformasi > 0,05 artinya H0 diterima (data
residual
berdistribusi
dan histogram.
Hasil uji normalitas setelah dilakukan
Selain
transformasi data di atas memperlihatkan bahwa
non-parametrik
pada grafik histogram di atas distribusi data
Kolmogrov-Smirnov (KS), uji normalitas dapat
mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak
mengggunakan
uji
normal).
dilakukan dengan analisis normal probability plot
statistic
menceng kiri maupun menceng kanan atau bisa
Ada
disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi
tidaknya
multikolinieritas
dapat
dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan
normal.
variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF lebih
b. Uji Multikolinearitas
untuk
besar dari sepuluh dan nilai tolerance lebih kecil
menguji apakah model regresi ditemukan adanya
dari 0,1 maka ada multikolinearitas. Jika nilai VIF
korelasi antar variabel bebas (independen). Model
lebih kecil dari sepuluh dan nilai tolerance lebih
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
besar dari 0,1,maka tidak ada multikolinearitas.
Uji
multikolinearitas
bertujuan
di antara variabel independen.
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Collinearity
Coefficients
Statistics
Coefficients
Std.
Model
B
Error
Beta
1 (Constant) 5.349 .984
T
Sig. Tolerance VIF
5.433 .000
LN_PD
.223 .028
.643
8.028 .000 .128
7.796
LN_RD
.003 .027
.006
.104
.917 .236
4.241
LN_DAU
.459 .114
.357
4.038 .000 .105
9.526
LN_DAK
-.009 .056
-.007
-.169 .867 .530
1.888
a. Dependent Variable: LN_BD
Setelah
dilakukan
transformasi
nilai
heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini grafik
Varience Inflaction Factors (VIF) semua variabel
scatterplot digunakan untuk mengetahui apakah
dibawah 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1.
dalam penelitian terjadi heteroskedastisitas. Analisis
Maka tidak terjadi multikolinearitas di antara
pada gambar scatterplot yang menyatakan model
variabel independen dalam penelitian.
regresi
linier
berganda
tidak
terdapat
c. Uji Heteroskedastisitas
heterokedastisitas jika tidak ada pola yang jelas,
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance
dari
residual
satu
pengamatan
ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
0 pada sumbu Y.
berdasarkan masukan variabel independen, LN_PD,
LN_RD, LN_DAU, dan LN_DAK
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan
pengganggu
pada
periode
t-
1(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah
regresi
yang
penelitian
Gambar 1. Uji heteroskedastisitas
titik-titik data menyebar secara acak serta tersebar
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu
Y. titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas
dan di bawah saja, penyebaran titik-titik data tidak
membentuk pola bergelombang melebar kemudian
menyempit dan melebar kembali, dan penyebaran
data
tidak
berpola,sehingga
ini
dari
untuk
mengetahui
1. Angka
D-W
di
bawah
negatif.
Model Summaryb
R Std. Error of Durbin-
R Square Square
the Estimate
Watson
.965
.09905
1.838
a. Predictors: (Constant), LN_DAK, LN_RD, LN_PD, LN_DAU
b. Dependent Variable: LN_BD
Sumber: diolah dari SPSS, 2015
Setelah dilakukan transformasi dapat dilihat
hasil pengujian angka D-W sebesar 1,838 atau (-2<
ada
3. Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi
Tabel 4.Uji Autokorelasi Setelah Transformasi
.961
berarti
tidak ada autokorelasi.
dapat
Adjusted
-2
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti
untuk memprediksi variabel dependen (LN_BD)
.982a
masalah
autokorelasi positif.
model regresi sehingga model regresi layak dipakai
1
Pada
Watson dengan ketentuan:
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada
Model R
autokorelasi.
autokorelasi adalah dengan melakukan Uji Durbin
Dari grafik Scatterplot di atas terlihat bahwa
titik-titik
bebas
1,838 >+2), karena angka D-W diantara -2 sampai
menaikkan belanja daerah sebesar 0,003 atau
+2, maka disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
0,3% dengan asumsi variabel lainnya konstan.
tidak ada autokorelasi
d.
Koefisien LN_DAU 0,459 ini menunjukkan
3. Pengujian Hipotesis
bahwa apabila terjadi perubahan variabel pajak
a. Analisis Regresi
daerah sebesar 1% akan menaikkan belanja
Dalam
pengolahan
data
dengan
daerah sebesar 0,459 atau 45,9% dengan
menggunakan regresi linear, beberapa tahapan
dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel
asumsi variabel lainnnya konstan
e.
Koefisien LN_DAK 0,009 ini menunjukkan
independen dan variabel dependen. Hasil regresi
bahwa apabila terjadi perubahan variabel
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
retribusi daerah sebesar 1% maka akan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
terlihat
pada
tabel
di
atas
pada
menurunkan belanja daerah sebesar 0,009 atau
kolom
unstandardized coeffisients bagian B, ditunjukkan
modal persamaan regresi berganda sebagai berikut :
0,9% dengan asumsi variabel lainnya konstan.
f.
Standar error (e ) menunjukkan tingkat
kesalahan pengganggu
LnBD = 5,349+ 0,223 LnPD + 0,003 LnRD +
b. Uji Parsial (t-test)
0,459 LnDAU – 0,009 LnDAK+ e
Uji statistik t digunakan untuk menguji
Interpretasi dari persamaan regresi linier
bagaimana pengaruh variabel independen secara
berganda diatas adalah :
parsial terhadap variabel dependen. Hipotesis
a.
statistik yang diajukan adalah :
b.
Konstanta sebesar 5,349 menunjukkan bahwa
jika variabel independen dianggap konstan,
H1 : bi
maka tingkat Belanja Daerah sebesar 5,349
Kriteria yang digunakan dalam menerima
Koefisien LN_PD 0,223 ini menunjukkan
atau menolak hipotesis adalah:
bahwa apabila terjadi perubahan variabel pajak
1. H1 diterima pada
daerah sebesar 1% akan menaikkan belanja
daerah sebesar 0,223 atau 22,3% dengan
asumsi variabel lainnnya konstan
c.
0 : ada pengaruh
Koefisien LN_RD 0,003 ini menunjukkan
bahwa apabila terjadi perubahan variabel
retribusi daerah sebesar 1% maka akan
= 5% dan nilai probabilitas <
level of significant sebesar 0,05,
2. H1 ditolak apabila pada
= 5% dan nilai
probabilitas > level of significant sebesar 0,05.
Hasil pengujian menggunakan uji t dapat
dilihat pada berikut
Tabel 5. Hasil Uji Parsial (t-Test)
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
5.433
.000
(Constant) 5.349
.984
Ln_PD
.223
.028
.643
8.028
.000
Ln_RD
.003
.027
.006
.104
.917
Ln_DAU
.459
.114
.357
4.038
.000
Ln_DAK
-.009
.056
-.007
-.169
.867
a. Dependent Variable: Ln_BD
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis
disimpulkan H1 diterima yaitu bahwa secara
tersebut adalah sebagai berikut:
parsial Dana Alokasi Umum berpengaruh
a.
signifikan terhadap belanja daerah.
Pajak Daerah (LN_PD) mempunyai nilai
signifikansi 0.000 yang berarti nilai ini lebih
b.
Dana Alokasi Khusus (LN_DAK) mempunyai
kecil dari 0.05. Berdasarkan nilai tersebut
nilai signifikansi 0.867 yang jauh lebih besar
disimpulkan H1 diterima yaitu bahwa secara
dari
parsial pajak daerah berpengaruh signifikan
disimpulkan bahwa secara parsial Dana Alokasi
terhadap belanja daerah
Khsusu tidak berpengaruh secara signifikan
Retribusi Daerah (LN_RD) mempunyai nilai
terhadap belanja daerah
signifikansi 0.917 yang jauh lebih besar dari
0.05, berdasarkan nilai tersebut disimpulkan
bahwa secara parsial retribusi daerah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap belanja
daerah.
c.
d.
Dana Alokasi Umum (LN_DAU) mempunyai
nilai signifikansi 0.000 yang berarti nilai ini
lebih kecil dari 0.05. Berdasarkan nilai tersebut
0.05,
berdasarkan
nilai
tersebut
c. Uji Simultan (F-test)
Hasil pengujian menggunakan uji F dapat dilihat
dari tabel anova berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Simultan (F-Test)
ANOVAb
Sum
Model
1
Squares
of
df
Mean Square F
Regression 11.517
4
2.879
Residual
.422
43
.010
Total
11.939
47
Sig.
293.445 .000a
a. Predictors: (Constant), Ln_DAK, Ln_RD, Ln_PD, Ln_DAU
b. Dependent Variable: Ln_BD
Berdasarkan tabel diatas dapat tingkat
Tabel 7. Koefisien Korelasi dan Determinasi
signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Maka
Model Summary
dapat diambil kesimpulan H1 diterima, yakni pajak
daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan
dana
alokasi
khusus
secara
Analisis
Koefisien
Model R
bersama-sama
1
berpengaruh terhadap belanja daerah
d.
Adjusted R Std. Error of
Korelasi
dan
Determinasi
Pengujian uji kesesuaian dilakukan untuk
R Square Square
.982a .965
.961
the Estimate
.09905
a. Predictors: (Constant), Ln_DAK, Ln_RD,
Ln_PD, Ln_DAU
Dari tabel model summary
di atas dapat
menentukan kelayakan suatu model regresi, karena
dilihat angka R sebesar 0,982 menunjukkan bahwa
variabel penelitian lebih dari satu variabel maka
korelasi atau hubungan antara LN_BD dengan
kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted
LN_PD, LN_RD, LN_DAU, LN_DAK sangat kuat
R Square. Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan
yaitu sebesar 98,2%. Sedangkan nilai R square atau
seberapa besar korelasi antara variabel-variabel
koefisien determinasi adalah 0,965. Nilai ini
independen dengan variabel dependen. Koefisian
mengindikasikan
korelasi dikatakan kuat apabila niali R lebih besar
perubahan dalam LN_BD dapat dijelaskan oleh
dari 0,5 atau mendekati 1. Koefisian determinasi (R
variasi variabel LN_PD,
Square) menunjukkan seberapa besar variabel
LN_DAK.
dependen menjelaskan variabel dependennya. Nilai
dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar penelitian.
R square adalah 0 sampai 1. Apabila R square
Kesimpulan
mendekati satu maka variabel-variabel independen
memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk mendeteksi variasi variabel dependennya.
bahwa
Sedangkan
96,5%
variasi
LN_RD,
sisanya
atau
LN_DAU,
sebesar
3,5%
Dari hasil pengujian hipotesis penelitian dan
pengujian regresi berganda dapat diperoleh :
1.
Secara simultan, pajak daerah, retribusi daerah,
Ghozali,
Imam,
2013.
Aplikasi
Analisis
dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus
Multivariate dengan Program SPSS., Badan
berpengaruh terhadap belanja daerah pada
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Pemerintah Kota di Pulau Sumatera
2.
Secara parsial, hanya pajak daerah dan dana
alokasi umum yang berpengaruh terhadap
belanja daerah pada Pemerintah Kota di Pulau
Sumatera. Retribusi daerah dan dana alokasi
khusus tidak berpengaruh terhadap belanja
daerah
pada
Pemerintah
Kota
di
Pulau
Sumatera
3.
Handayani,
adalah 0,965. Nilai ini berarti bahwa 96,5%
variasi atau perubahan dalam Belanja Daerah
dan
Elva
Nuraina.
2012.
“Pengaruh Pajak Daerah dan Dana Alokasi
Khusus Terhadap Alokasi Belanja Daerah
Kabupaten
Madiun”.
Dalam
Jurnal
Akuntansi dan Pendidikan, Volume 1 No. 1.
Hal 1-12 Madiun: IKIP PGRI Madiun
Kawedar,
Nilai R square atau koefisien determinasi
Dwi
Warsito,
Abdul
Rohman
dan
Sri
Handayani, 2008, Akuntansi Sektor Publik
: Buku 1, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang
dapat dijelaskan oleh variasi variabel Pajak
Daerah,
Retribusi
Daerah,
Dana
Alokasi
Nugraeni. 2011. Analisis Pengaruh Dana Alokasi
Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Sedangkan
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
sisanya sebesar 3,5% dijelaskan oleh sebab-
(DAK)
sebab lain diluar penelitian.
Terhadap
dan
Pendapatan
Prediksi
Asli
Belanja
Daerah
Daerah.
Akmenika UPY, Vol 8 Hal 96- 117
DAFTAR PUSTAKA
Darise,
Nurlan,
2008, Akuntansi Keuangan
Daerah (Akuntansi Sektor Publik), PT
Indeks, Jakarta
Darwanto dan Yulia Yustikasari, 2007, “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah, dan Dana Alokasi Umum Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal”,
Simposium Nasional Akuntansi X
Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, Usu Press,
Medan.
Yogyakarta: Universitas Mercu Buana
Pakpahan, Rolan. 2009. “Pengaruh Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja
Daerah Pemerintahan Kabupaten/ Kota di
Sumatera
Utara”.
Skripsi.
FE
USU.
Sumatera Utara.
Prakosa, Kesit Bambang, 2003. Pajak dan Retribusi
Daerah,
Cetakan
Press,Yogyakarta
Pertama,
UII
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
_______, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah.
_______, Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
Tentang Perimbangan
Pemerintah
Pusat
Keuangan Antara
dan
Pemerintahan
Daerah.
_______, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang
Pajak
Daerah
dan
Retribusi
Daerah.
_______, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13
Tahun
2006
tentang
Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
_______,
Pernyataan
Pemerintahan
No.2
Standar
Akuntansi
Tentang
Laporan
Realisasi Anggaran
_______,
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan No.30 Tahun 2006 Tentang
Laporan Realisasi Anggaran
Sangadji,
Etta
Mamang
Metodologi
dan
Penelitian,
Sopiah,
Andi
2010.
Offset,
Yogyakarta.
Siahaan, Marihot P, 2005 Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah,Edisi 1, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi
Terapan,Ghalia Indonesia, Jakarta.
www.djpk.kemenkeu.go.id