Korelasi umur, pekerjaan, dan keberadaan kontainer dengan kejadian penyakit malaria di desa simpang Martapura wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan tahun 2014 – A. Gani
KORELASI UMUR, PEKERJAAN, DAN KEBERADAAI\ KONTAINER
DENGAN KEJAI}IAN PEI{YAKIT MALARIA DI DESA SIMPAIYG
MARTAPT]RA WILAYAH KERJA T]PTD PUSKESMAS SIMPAI\G
MARTA MARTAPURA KECAMATAN SIMPANG KABUPATEN OGAN
KOMERING ULU SELATAI{ TAHTN 2014
A.
Gani,
S P d. S KM. S. Kep. M. Ke s
ABSTRAK
Menurut Laporan Badan Kesehatan Dunia tahun 2010, terdapat 225 juta
kasus malaria dan diperkirakan 781 000 meninggal pada tahun 2009. Data ini
mengalami penurunan dari233juta kasus dan 985 000 kematian pada tahun 2000.
Berdasarkan Data yang diperoleh dari Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan
tahun 2013 didapatkan jumlah kepala keluarga sebanyak 3165 KK. Dan yang
terkena penyakit malaria klinis sebanyak293 orang-
Tujuan penelitian : untuk mengetahui korelasi umur, pekerjaan, dan
keberadaan kontainer dengan kejadian penyakit malaria di Desa Simpang
Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan Simpang
Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014. Metode penelitian menggunakan survey
analitik dengan pendekatan Cross Sectional, populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kepala keluarga di Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan tahun 2014
dengan jumlah 3165 KK. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 93 kepala
keluarga.
Hasil penelitian: Ada korelasi umur dengan kejadian penyakit malaria
dengan p value 0,006, ada korelasi pekerjaan dengan kejadian penyakit malaria
dengan p value 0,009, dan ada korelasi keberadaan kontainer dengan kejadian
penyakit malaria dengan p value 0,007.
Perlu dilaksanakan secara rutin survei nyamuk anopheles untuk
mengetahui angka kepadatan nyamuk, dan tempat perkembangbiakan nyamuk,
serta melakukan identifikasi nyamuk tersebut untuk diketahui species arnpheles
yang dominan sebagai vector penyebab penyakit di Desa Simpang Martapura
Kabupaten OKU selatan.
Kata Kunci : utnur, peke$aan, futntainer dengan kejadian malaria
A. Latar Belakang
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan
oleh Plasmodium malariae, Plasrnodium vivax, Plasmodium falciparum dan
Plcsmodium ovale. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis
Plasmodium, dikenal sebagai infeksi campuran/maj emuk (mixe d infe ction).
Menurut Laporan Badan Kesehatan Dunia tahun 2010, terdapat 225
juta kasus malaria dan diperkirakan 781 000 meninggal pada tahun
2009.
Data ini mengalami penurunan dari233juta kasus dan 985 000 kematian pada
tahun 2000. Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala
sesuai dengan jumlah sporozoif kualitas plasmodium, dan daya tahan
tubuhnya. Beberapa faktor yang berinteraksi dalam kejadian dan penularan
penyakit malaria, antara lain: Faktor Host (Manusia), Faktor Agent
(Plasmodium), dan Faktor Lingkungan. Malaria dapat ditularkan melalui 2
cara yaitu cara alamiah dan bukan alamiah. Pencegahan dapat dilakukan
melalui pendekatan berbasis masyarakat dan pendekatan berbasis pribadi.
Obat yang dipakai untuk pengobatan malaria
di Indonesia adalah klorokuin,
primakuin, kina pirimetamin, dan sulfadoksin.
Malaria adalah penyakit yang mengancam kehidupan yang disebabkan
oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi. Pada tahun 2009, diperkirakan malaria menyebabkan 781 000
kematian, sebagian besar terjadi pJda anak-anak di Afrika. Menurut Laporan
Badan Kesehatan Dunia tahun 2010, terdapat 225 juta kasus malaria dan
diperkirakan 781 000 meninggal pada tahun 2009. Data
ini
mengalami
penurunan dari 233 juta kasus dan 985 000 kematian pada tahun 2000.
Sebagian besar kematian terjadi di antara anak yang tinggal di
seorang anak meninggal setiap
Afrika di mana
45 detik akibat malaria dan penyakit ini
menyumbang sekitar 20o/o dari semua kematian anak di dunia.
Di
Indonesia, hingga akhir 2008 kasus malaria menunjukkan
kecenderungan menurun, namun masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia baik API
(Annual Parasite Incidence) maupun A}v{I (Annual Malaria Inciderrce)
menunjukan penurunan selama periode 2000-2008. API pada tahun 2000
berada pada angka 0,81 per 1000 penduduk terus turun hingga 0,15 per 1000
penduduk pada tahun 2004. Angka
ini meningkat menjadi 0,19 pada tahun
2006, untuk kemudian kembali turun pada angka 0,16 per 1000 penduduk
pada tahun 2007-2A08. Hal yang sama terjadi pada
AMI.
Pada periode 2000-
2004 AMI cenderung menurun dari 31,09 menjadi 21,2 per 1000 penduduk
kemudian hingga tahun 2008 turun menjadi 18,82 per 1000 penduduk.
Kemudian berdasarkan data dari Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi
Kementerian Kesehatan R[ Tahun 2010, angka
AMI turun hingga 12,27 per
1000 penduduk.
Provinsi Sumatera Selatan adalah daerah endemis malaria dimana
tahun 2009 terdapat
7
kabupaten endemis malaria sedang
dan
8
kabupaten&ota lainnya digolongkan pada daerah endemis rendah. Satu kota
diantara daerah endemis rendah yaitu Kota Palembang adalah daerah bebas
malaria dalam arti kasus yang ada adalah kasus impor dari kabupaten lain
(Kabupaten Banyuasin). Angka kesakitan malaria dari tahun 2003 ke tahun
2004 menurun secara drastis. Hal ini disebabkan Kabupaten Bangka dan
Belitung berpisah dari Povinsi Sumatera Selatan. Kedua Kabupaten tersebut
adalah penyumbang kasus malafia paling tinggi. Angka kesakitan (malaria
klinis) per 1000 penduduk di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 (AMD
adalah 8,45 o4dengan kematian (CFR A,27yo), dengan jumlah sediaan darah
yang diperiksa
/
ABER (Annual Blood Examination rate) 0,42 oh
persentase dari sediaan darah yang
dan
positif dari seluruh sediaan darah yang
diperiksa (SPR) 21,9 yo. Angka kesakitan (malaria klinis) per 1000 penduduk
di
kabupatenlkota Provinsi Sumatera Selatan dalam tahun 2009 tertinggi
adalah di Kabupaten Ogan Komering Ulu 27,07Yo (7.217 kasus), Kabupaten
Lahat 22,A8yo (7..531 kasus), Kota Lubuk Linggau l7,88oh (3.326 kasus),
sedangkan terendah di Kabupaten Ogan
llir
0,34Yo (130 kasus).
Di
Kabupaten OKU Selatan jumlah penduduk pada tahun 2012
sebesar 284.904.000 orang, didapatkan data penduduk yang terkena penyakit
malaria sebesar 4.388.000 oraog (1,54o/o). Dari Desa Simpang Martapura
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan Simpang
Kabupaten OKU Selatan tahun 2013 didapatkan jumlah kepala keluarga
sebanyak 3165
KK. Dan yang terkena penyakit malaria klinis sebanyak 293
orang. Dari data di peneliti terfarik untuk meneliti "korelasi umur, pekerjaan,
dan keberadaan kontainer dengan kejadian penyakit malaria di Desa Simpang
Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan
Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014*.
A. Rumusan
Masalah
Diketahuinya korelasi umur, pekerjaan, dan keberadaan kontainer
dengan kejadian penyakit malaria di Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan
Tahun 2014.
B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah korelasi umur, pekerjaan, keberadaan konteiner dengan
kejadian
penyakit malaria
di
Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang
Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum adalah diketahuinya distribusi frekuensi
pekerjaan, dan keberadaan kontainer dan kejadian penyakit malaria
di
umur,
Desa
Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
Sedangkan secara Khusus adalah diketahuinya korelasi umur,
pekerjaan, dan keberadaan kontainer dengan kejadian penyakit malaria di
Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Desa.
Dengan hasil penelitian
ini diharapkan Desa mampu meningkatkan mutu
Kesehatan lingkungan Desa
di
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
Kecamatan Simpang Kabupaten Ogan Komering
Ulu Selatan khususnya
dalam Program Penanggulangan Malaria.
2.
Untuk Peneliti
Penelitian sebagai pengalaman dan menambah wawasan dalam penangan
penyakit malaria khususnya di tingkat Desa.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang
Kecamatan Simpang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, dengan subjek
penelitian adalah penderita malaria di Desa Simpang Martapura Wilayah
Kerja Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU
Selatan pada bulan Maret asampai dengan bulan Juli 2014.
F.
Konsep Penyakit Malaria.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronis,
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia,
dan splenomegali Mansjoer, (2001). Malaria adalah suatu penyakit akut dan
bisa menjadi kronis, disebabkan protozoa yang hidup intra-sel,
genus
plasmodium Zulfollah, (2A09), sedangkan menuruut, Arlan, (2004), Malaria
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus
plasmodium, y ang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles.
1.
Etiologi
Plasmodium sebagai penyebab Malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu
plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malaria dan
plasmodium ovale. Malaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu
manusia maupun vertebrata lainnya dan hospes
anopheles.
dekinitil yaitu
nyamuk
2.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu terjadinya infaksi pertama kali sampai
timbulnya gejala penyakit. Sedangkan waktu antara tedadinya infaksi
sampai ditemukannya parasit malaria
di
dalam darah disebut periode
Prapaten. Masa inkubasi maupun periode Prapaten ditentukan oleh jenis
plasmodiumnya.
3.Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klasik yaitu terjadinya "Trias Malaria" (malaria
paroxysm) secara berurutan:
a.
Periode Dingin
Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus
diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh
badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis
seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung
l5 menit sampai l jam
diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b.
Periode Panas
Penderita muka merah,
kulit panas dan kering, nadi cepat dan
badan tetap tinggi dapat sampai 400
panas
c atau lebiy. Penderita membuka
blanketnya, respirasi meningkat nyeri kepala, nyeri recto-orbital,
muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran
delirium sampai terjadi kejang anak). Periode ini lebih lama dari fase
dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih diikuti dengan
keadaan
berkeringat.
c.
Periode Berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh sampai
basah, temperatur turun, penderita merasa lelah dan sering tertidur. Bila
penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan
seperti biasa. (Harijanto, 2000: 153).
2.
Komplikasi
a.
Pembesaran Limpa
Limpa membengkak akibat penlumbatan oleh sel-sel darah merah yang
mengandung parasit malaria. Lama-lama, konsistensi limpa menjadi
keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan
pengobatan yang baik, limpa berangsur normal kembali.
G. Korelasi Kejadian Penyakit Malaria.
I. Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang
mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia
lahir hingga waktu umur itu dihitung (Wikipedia, 2009).
Semua kelompok umur secara umum rawan terhadap penyakit
malari4 insiden terbanyak adalah pada kelompok usia 5-14 tahun dan
yang paling rentan adalah kelompok dewasa muda (20-40 tahun).
2. Pekerjaan
Menurut Wawolumaya (1997) pekerjaan adalah suatu kegiatan
rutin yang dilakukan dalam upaya memperoleh penghasilan yang
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Menurut hasil penelitian Ardian
(2010) menyatakan bahwa orang yang berisiko terkena penyakit malaria
adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan rutin diluar rumah hal ini
disebabkan faktor kelelahan bekerja diluar rumah. Selain itu juga mereka
yang bekerja di rumah bisa saja lingkungan dimana dia bekerja merupakan
endemik penyakit malaria.
3. Keberadaan Kontainer
Menurut standar minimal yang harus dipenuhi dalam pengadakan
kontainer/tempat penampungan air bersih berdasarkan Kepmenkes No.
1357lN4enkes/SK/XIV2001 adalah: harus tertutup dan dikuras setiap 2
seminggu (Ardian, 201 0).
H. Kerangka Teori
Menurut Hendrik.L.Blum dalam Notoatmodjo (2A07), faktor
yang
mempengaruhi kejadian penyakit malria pada gambar dibawah ini:
PELAYANAN
KESEHATAN
I,INGKI]NGAN
KESEIIATAN
MASYARAKAT
Fisik, sosial ekonomi,
budaya, dsb
PEERTLAKU
I.
Kerangka Konsep Penelitian.
Umur
Penyakit Malaria
Pekedaan
Kontainer
J. Metoda Penelitian.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Survei Analitik, yaitu
survey yang dilakukan untuk melihat korelasi umur, pekerjaan
dan
keberadaan kontainer dengan kejadian penyakit malaria.
K.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi, dalam penelitian
ini
adalah
di seluruh kepala keluarga di
Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan tahun 2015 dengan jumlah
3165 KK. Melalui tabel kerja dari sampel maka didapatkan besar sampel
adalah 93 responden. Selanjutnya sampel diambel secara radum smpling.
L.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
ini adalah di
Desa Simpang Wilayah Kerja
Puskesmas simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten oKU
Selatan, sedangkan waktu Penelitian adalah bulan
April sampai
dengan
juli
2014.
M.
TeknikPengumpulan Data
Data Primer dalam penelitian
ini diperoleh dari desa Simpang,
sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan atau rekam medik Puskesmas
Simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan-
N.
Analisa Data
Analisa datayangdilakukan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan
bivariat.
O.
Ilasil Penelitian.
t.
Analisa Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penderita Malaria
di
Desa
Simpang
Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan
Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
NO
I
2
Penderita Malaria
Ya
Frekuensi
22
Presentase (7o)
7t
76,3
100
Tidak
Jumlah
Berdasarkan tabel
93
I,
23,7
distribusi frekuensi diatas dapat diketahui
bahwa responden yang merupakan penderita malaria sebanyak 22
responden (23,7o/o), dan responden yang merupakan bukan penderita
malaria sebanyak 71 responden (76,3%).
Tabel
2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di Desa Simpang
Martapura wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
Umur
NO
Frekuensi
Presentase (%)
54,8
I
Tidak rentan
51
2
Rentan
42
4s.2
93
100
Jumlah
Berdasarkan tabel
2, distribusi frekuensi diatas dapat diketahui
bahwa responden yang memiliki umur yang tidak rentan terhadap penyakit
malaria sebanyak 51 responden (54,8%), dan responden yang memiliki
umur rentan terhadap penyakit malaria sebanyak 42 responden (45,2Yo).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan di Desa Simpang
Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
NO
I
2
Pekeriaan
Bekeria
Tidak Bekeria
.Tumlah
Frekuensi
Presentase (7o)
35
58
93
37,6
62,4
100
3. distribusi frekuensi diatas dapat diketahui
yang memiliki pekedaan sebanyak 35 responden
Berdasarkan tabel
bahwa responden
(37,6yo), dan responden yang tidak memiliki pekerjaan sebanyak 58
responden (62,4%).
Tabel
4.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keberadaan Kontainer di Desa
Simpang Markpura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
Martapura Kecamatan simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun
24ru.
Keberadaan Kontainer
NO
Baik
I
Tidak baik
2
Jumlah
Berdasarkan tabel
Frekuensi
Presentase (7o)
62
66,7
31
-r-r - -)
93
100
4, distribusi frekuensi
diatas dapat diketahui
bahwa responden yang memiliki keadaan kontainer yang baik sebanyak 62
l0
responden (66,70A, dan responden yang tidak memiliki keadaan kontainer
yang baik sebanyak 31 responden (33,3Yo).
2. Analisa
Bivariat
Tabel 5. Korelasi Umur dengan Kejadian Penyakit Malaria di Desa
Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan
Tahun 2014.
Penderita Malaria
Bukan Penderita
Penderita
IJmur
n
o/o
Rentan
t6
TidakRentan
Jumlah
6
22
38,1
1 1.8
23.7
n
26
45
71
Jumlah
%
n
61,9
42
88,2
76,3
93
5t
%
r00
r00
r00
p value
0,00
Dari tabel 5, diketahui bahwa dari 51 responden dengan kategori
umur tidak rentan yang merupakan penderita malaria sebanyak 6
responden (11,87o), dan yang bukan penderita malaria sebanyak 45
responden {88,2%). Sedangkan dari 42 responden dengan kategori umur
rentan yang merupakan penderita malaria sebanyak 16 responden (38,1%),
dan yang bukan penderita malaia sebanyak 26 responden (6l,9Yo).
Berdasarkan hasil
uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,00 yang
artinya terdapat kolerasi yang bermakna antara umur dengan penderita
malaria.
Tabel 6. Korelasi Pekerjaan dengan Kejadian Penyakit Malaria di Desa
Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
MartapuraKecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun
2014.
Penderita Malaria
Pekerjaan
Bekeria
Tidak Bekeria
Jumlah
Penderita
Bukan
Jumlah
Penderita
n
Vo
n
%
n
%
t4
40
r 3.8
23.7
21
60
86,2
76,3
35
100
58
100
100
8
22
50
71
93
p value
0,00
Dari tabel 6, dapatdiketahui bahwa dari 35 responden yang bekerja
yang menderita malaria sebanyak 14 responden (40%), dan responden
It
yang tidak menderita malaria sebanyak
2l responden (607o). Sedangkan
dari 58 responden yang tidak bekerja dan menderita malaria sebanyak 8
responden (t3,8yo), dan responden yang tidak menderita malaria sebanyak
50 responden (86,2Yo). Berdasarkan hasil
p
uji statistik menunjukkan
value 0,00 yang artinya terdapat kolerasi yang bermakna
bahwa
antara
pekerjaan dengan penderita malaria.
Tabel 7. Korelasi Kontainer dengan Kejadian Penyakit Malaria di Desa
Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
MartapuraKecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun
2AA.
Penderita Malaria
Kontainer
Tidak baik
Baik
Jumlah
Penderita
Jumlah
Bukan
Penderita
n
%
l3
41,9
9
14,5
53
22
23,7
71
n
.t8
o/o
n
%
s8.1
31
100
85.5
62
76,3
93
100
100
p value
0,00
Dari tabel 7, dapat diketahui bahwa dafi 62 responden, responden
yang memiliki kontainer baik yang menderita malaria sebanyak
responden (l4,5yo), dan yang bukan penderita
9
malaria sebanyak 53
responden (85,5%). Sedangkan dari 31 responden yang memiliki kontainer
tidak baik yang menderita malaria sebanyak 13 responden (41,9o/o), dan
yang bukan penderita malaria sebanyak 18 responden (58,17o)Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,00 yang
artinya terdapat korelasi yang bermakna antara keberadaan kontainer
dengan penderita malaria.
P. Pembahasan.
1. Korelasi Umur dengan Penderita Malaria
Pada penelitian
ini dari 51 responden
dengan kategori umur tidak
rentan yang merupakan penderita malaria sebanyak
6 responden (l1,8%),
dan yang bukin penderita malaria sebanyak 45 responden (88,2WSedangkan dad. 42 responden dengan kategori umur rentan yang merupakan
t2
penderita malaria sebanyak 16 responden (38,lyo), dan yang bukan
penderita malaria sebanyak 26 responden (61,90/o). Berdasarkan hasil uji
statistik menunjukkan bahwa p value 0,00 yang artinya terdapat kolerasi
yang bermakna antara umur dengan penderita malaria. Responden dengan
kategori umur tidak rentan lebih sedikit yang merupakan penderita malaria
dibandingkan dengan respondeg5 yang memiliki umur rentan, hal ini
dikarenakan responden yang berumur tidak rentan memiliki daya tahan
tubuh dan system imun yang relatif lebih kuat dibandinkan dengan umur
yang rentan, dimana hal ini dipengaruhi oleh pola makan yang buruk,
kelelahan akibat dari aktifitas kerja sehari-hari, dan lain sebagainya.
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rifqatussa'adah, dkk (2011),
dengan
judul "Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan Rumah
dengan Malaria
di
Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi
Lampung", yang menyatakan bahwa usia dan jenis kelamin sebenamya
berkaitan dengan tingkat imunitas karena variasi keterpaparan gigitan
nyamuk. Mauny et
al.
dalam studi di Madagaskar tahun 1995 menunjukkan
bahwa usia berhubungan dengan kejadian infeksi malaria. Usia anak
merupakan prediktor yang signifikan untuk densitas kekambuhan
parasitemia.
2. Korelasi Pekerjaan
dengan Penderita Malaria
Pada penelitian
ini dari 35 responden yang bekerja yang
menderita
malaria sebanyak 14 responden (4Ao/o), dan responden yang tidak menderita
malaria sebanyak 21 responden (60%). Sedangkan dari 58 responden yang
tidak bekerja dan menderita malaria sebanyak 8 responden (13,8%), dan
responden yang tidak menderita malaria sebanyak 50 responden (86,2oh).
hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,00 yang artinya terdapat
kolerasi yang bermakna antara pekerjaan dengan penderita malaria. artinya
bahwa responden yang memiliki pekerjaan lebih banyak yang menderita
malaria dibandingkan yang tidak bekerja. Hal ini dikarenakan mereka yang
bekerja cenderung memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Dimana hal ini,
dipengaruhi oleh faktor kelelahan setelah seharian bekerja diluar rumah dan
13
polusi udara yang terdapat dilingkungan sekitar seperti kondisi tempat kerja,
peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara
perusahaan dan
kerj4 limbah
hasil produksi. Sehingga mempermudah mereka untuk
terserang penyaki! terutama penyakit malaria. Dimana pekerjaan adalah
suatu kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya memperoleh penghasilan
yang memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sedangkan, mereka yang tidak
memiliki pekerjaan di luar rumah, memiliki waktu istirahat yang cukup dan
memiliki pola hidup yang sehat misalnya makan tepat pada waktunya.
Sehingga, sebagian dari mereka memiliki daya tahan tubuh yang cukup kuat
dan akibatnya sulit bagi bibit penyakit untuk menyerang tubuh mereka
terutama bibit penyakit malaria.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa
responden yang berisiko terkena penyakit malaia adalah orang-orang yang
memiliki pekerjaan rutin hal ini disebabkan faktor kelelahan bekerja diluar
rumah. selain itu juga mereka yang bekeda sebagai nelayarq hal ini
dikarenakan lingkungan pemukiman nelayan banyak terdapat genagangenangan air yang merupakan tempat untuk berkembangnya biak nyamuk.
3. Korelasi Kontainer dengan Penderita Malaria.
Pada penelitian
ini
dari 62 responden, responden yang memiliki
kontainer baik yang menderita malaria sebanyak 9 responden (14,5o/o), dan
yang bukan penderita malaria sebanyak 53 responden (85,5%o). Sedangkan
dari
3l
responden yang memiliki kontainer tidak baik yang menderita malaria
sebanyak 13 respondet (4l,9Yo), dan yang bukan penderita malaria sebanyak
l8
responden (58,17o)-
Berdasarkan hasil
uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,00 yang
artinya terdapat korelasi yang bermakna antara keberadaan kontainer dengan
penderita malaria.
Berdasarkan hasil penelitian
ini
diperoleh bahwa responden yang
memiliki keadaan kontainer baik lebih sedikit yang menderita malaria
(lz9ry, dibandingkan dengan responden yang memiliki keadaan kontainer
yang tidak batk (45,2Yo). Hal ini dikarenakan mereka yang memiliki keadaan
t4
container yang baik, menufup rapat kontainernya, memberihkannya, dan
mengubur kontainer yang tidak digunakan, sehingga peluang nyamuk untuk
melakukan perindukan sangat kecil, sehingga penyebaran nyamuk dapat
diatasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa
responden yang memiliki kontainer baik yang menderita malaria (14,5o/o), dan
yang bukan penderita malaria (85,5%). Hal ini dikarenakan kontainer yang
tidak tenutup rapat, tidak dibersihkan akan mengakibatkan
berkembang
biaknya nyamuk dengan baik, terutama pada kontainer yang tidak terpakai dan
dapat menampung
air hujan akan mengakibatkan
genangan
air
dimana
genangan air tersebut merupakan tempat yang ideal untuk perindukan nyamuk
malaria. Dengan bertambahnya tempat perindukan, populasi nyamuk malatia
bertambah sehinggah bertambah pula jumlah penularannya. Diman4
lingkungan mempunyai peran yang penting dalam penyebaran malaria
lingkungan yang tempat nyamuk yang sering di jadikan sebagai ntempat
bersrangnya adalah biasanya lembab serta ada kubangan air vyang mengenang
karena nyamuk ponyabab malaria
ini siklus hidupnya
suka bertelur
beersarang pada tempat-tempat tersebut. Masyarakat yang kut*.."
memperhatikan sanitasi lingkungannya dapat menyebabkan vector penyakit
ini berkembang biak.
Q. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang "Korelasi Umur, Pekerjaan, dan
Keberadaan Kontainer dengan Kejadian Penyakit Malaria
di Desa
Simpang
Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan
Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2A14" dapat disimpulkan sebagai
berikut
:
1. Ada hubungan yang
bermakna antara umur dengan kejadian penyakit
malaria di Desa Simpang Martapura wilayah Kerja Puskesmas simpang
Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
15
2.
Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian penyakit
malaria di Desa Simpang Martapura Wilayah Keda Puskesmas Simpang
Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
J.
Ada hubungan yang bermakna antara kontainer dengan kejadian penyakit
malaria di Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
R
Saran
1.
Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Selatan
Perlu dilaksanakan secara rutin survei nyamuk anopheles
untuk
mengetahui angka kepadatan nyamuk, dan tempat perkembangbiakan
nyamuk, serta melakukan identifikasi nyamuk tersebut untuk diketahui
species arnpheles yang dominan sebagai vektor.
Untuk Puskesmas Simpang Martapura
a.
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan
yang ada
di
rnasyarakat seperti pengajian, arisan-arisan, posyandu
tentang penyakit malaria dan upaya pencegahannya (melalui
pemakaian kelambu, pemakaian obat anti nyamuk, pemasangan kawat
kasa, pemeliharaan temak besar, dan meniadakan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk di sekitar tempat tinggal yang mempunyai
jarak kurang dari 2 km).
b.
Melakukan pemeriksaan sediaan darah tebal secara berkala kepada
mereka yang berisiko terkena malari4 untuk mendeteksi secara dini
kasus penularan malaria, dengan melibatkan posyandu, polindeg dan
pos obat desa.
3.
Untuk Masyarakat
a.
Agar menggunakan kelambu waktu tidur terutama pada malam hari,
dan memakai obat anti nyamuk waktu tidur pada malam hari.
b.
Kepada masyarakat yang rumahnya dekat dengan perkembangbiakan
nyamuk, hutan, sawah dan rawah dianjurkan unfuk memasang kawat
kasa di ventilasi rumah.
l6
c.
Perlu memelihara temak besar disekitar tempat tinggal
karena
merupakan cattle barrier sehingga sebelum nyamuk menggigit
manusia dia terlebih dahulu mengigit binatang.
d" Agar
dibudayakan pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk di
tempat perkembangbiakan nyamuk.
t7
DAFTAR PUSTAKA
Antonang Irianton. 2005. Aplikasi Statistika dalam Pengolahan dan Analisa Data Kesehatan.
Yogyakarta : Media Pressindo
Departemen Kesehatan RI. 2001. Kapita Selekta Kedoheran Edisi
Ausculaplus Fakutlas Kedokteran Universitas Indonesia
Jilid
I
Penerbit Media
.2003. Model Pengobatan Malaria Kabupaten OKU. Baturaja
Dinkes OKU. 2AA6. Rekapitulasi Kasus Malaria Perolesa. Baturaja
Harijanto, Dr, PN. 2000. Malaria: Epidemiogi Patogenesis, Manifestasi Klinis Penanganan.
Jakarta
Mursito Bambang, Drs. 2002. Ramuan Tradisional Penyakit Malaria. Jakarta: Penebar Swadaya
Noer Syaifoelan. 1999. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3 Jilid FKUI. Jakarta
Notoatmodjo, Dr. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Crpta
,Dr.2002. Metodolodig Penelitian Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta
PHD, Wawolumaya Corrie. 1997. Survey Epidemolodi Sederhana. Jakarta
Prabowo Arlan, Dr.2004. Malaria Mencegah dan Mengalokasikannya. Jakarta : Puspa Swara
Sukami, Mariati. 1999. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Yogyakarta : Kamsus
18
l-
DENGAN KEJAI}IAN PEI{YAKIT MALARIA DI DESA SIMPAIYG
MARTAPT]RA WILAYAH KERJA T]PTD PUSKESMAS SIMPAI\G
MARTA MARTAPURA KECAMATAN SIMPANG KABUPATEN OGAN
KOMERING ULU SELATAI{ TAHTN 2014
A.
Gani,
S P d. S KM. S. Kep. M. Ke s
ABSTRAK
Menurut Laporan Badan Kesehatan Dunia tahun 2010, terdapat 225 juta
kasus malaria dan diperkirakan 781 000 meninggal pada tahun 2009. Data ini
mengalami penurunan dari233juta kasus dan 985 000 kematian pada tahun 2000.
Berdasarkan Data yang diperoleh dari Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan
tahun 2013 didapatkan jumlah kepala keluarga sebanyak 3165 KK. Dan yang
terkena penyakit malaria klinis sebanyak293 orang-
Tujuan penelitian : untuk mengetahui korelasi umur, pekerjaan, dan
keberadaan kontainer dengan kejadian penyakit malaria di Desa Simpang
Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan Simpang
Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014. Metode penelitian menggunakan survey
analitik dengan pendekatan Cross Sectional, populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kepala keluarga di Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan tahun 2014
dengan jumlah 3165 KK. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 93 kepala
keluarga.
Hasil penelitian: Ada korelasi umur dengan kejadian penyakit malaria
dengan p value 0,006, ada korelasi pekerjaan dengan kejadian penyakit malaria
dengan p value 0,009, dan ada korelasi keberadaan kontainer dengan kejadian
penyakit malaria dengan p value 0,007.
Perlu dilaksanakan secara rutin survei nyamuk anopheles untuk
mengetahui angka kepadatan nyamuk, dan tempat perkembangbiakan nyamuk,
serta melakukan identifikasi nyamuk tersebut untuk diketahui species arnpheles
yang dominan sebagai vector penyebab penyakit di Desa Simpang Martapura
Kabupaten OKU selatan.
Kata Kunci : utnur, peke$aan, futntainer dengan kejadian malaria
A. Latar Belakang
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan
oleh Plasmodium malariae, Plasrnodium vivax, Plasmodium falciparum dan
Plcsmodium ovale. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis
Plasmodium, dikenal sebagai infeksi campuran/maj emuk (mixe d infe ction).
Menurut Laporan Badan Kesehatan Dunia tahun 2010, terdapat 225
juta kasus malaria dan diperkirakan 781 000 meninggal pada tahun
2009.
Data ini mengalami penurunan dari233juta kasus dan 985 000 kematian pada
tahun 2000. Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala
sesuai dengan jumlah sporozoif kualitas plasmodium, dan daya tahan
tubuhnya. Beberapa faktor yang berinteraksi dalam kejadian dan penularan
penyakit malaria, antara lain: Faktor Host (Manusia), Faktor Agent
(Plasmodium), dan Faktor Lingkungan. Malaria dapat ditularkan melalui 2
cara yaitu cara alamiah dan bukan alamiah. Pencegahan dapat dilakukan
melalui pendekatan berbasis masyarakat dan pendekatan berbasis pribadi.
Obat yang dipakai untuk pengobatan malaria
di Indonesia adalah klorokuin,
primakuin, kina pirimetamin, dan sulfadoksin.
Malaria adalah penyakit yang mengancam kehidupan yang disebabkan
oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi. Pada tahun 2009, diperkirakan malaria menyebabkan 781 000
kematian, sebagian besar terjadi pJda anak-anak di Afrika. Menurut Laporan
Badan Kesehatan Dunia tahun 2010, terdapat 225 juta kasus malaria dan
diperkirakan 781 000 meninggal pada tahun 2009. Data
ini
mengalami
penurunan dari 233 juta kasus dan 985 000 kematian pada tahun 2000.
Sebagian besar kematian terjadi di antara anak yang tinggal di
seorang anak meninggal setiap
Afrika di mana
45 detik akibat malaria dan penyakit ini
menyumbang sekitar 20o/o dari semua kematian anak di dunia.
Di
Indonesia, hingga akhir 2008 kasus malaria menunjukkan
kecenderungan menurun, namun masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia baik API
(Annual Parasite Incidence) maupun A}v{I (Annual Malaria Inciderrce)
menunjukan penurunan selama periode 2000-2008. API pada tahun 2000
berada pada angka 0,81 per 1000 penduduk terus turun hingga 0,15 per 1000
penduduk pada tahun 2004. Angka
ini meningkat menjadi 0,19 pada tahun
2006, untuk kemudian kembali turun pada angka 0,16 per 1000 penduduk
pada tahun 2007-2A08. Hal yang sama terjadi pada
AMI.
Pada periode 2000-
2004 AMI cenderung menurun dari 31,09 menjadi 21,2 per 1000 penduduk
kemudian hingga tahun 2008 turun menjadi 18,82 per 1000 penduduk.
Kemudian berdasarkan data dari Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi
Kementerian Kesehatan R[ Tahun 2010, angka
AMI turun hingga 12,27 per
1000 penduduk.
Provinsi Sumatera Selatan adalah daerah endemis malaria dimana
tahun 2009 terdapat
7
kabupaten endemis malaria sedang
dan
8
kabupaten&ota lainnya digolongkan pada daerah endemis rendah. Satu kota
diantara daerah endemis rendah yaitu Kota Palembang adalah daerah bebas
malaria dalam arti kasus yang ada adalah kasus impor dari kabupaten lain
(Kabupaten Banyuasin). Angka kesakitan malaria dari tahun 2003 ke tahun
2004 menurun secara drastis. Hal ini disebabkan Kabupaten Bangka dan
Belitung berpisah dari Povinsi Sumatera Selatan. Kedua Kabupaten tersebut
adalah penyumbang kasus malafia paling tinggi. Angka kesakitan (malaria
klinis) per 1000 penduduk di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 (AMD
adalah 8,45 o4dengan kematian (CFR A,27yo), dengan jumlah sediaan darah
yang diperiksa
/
ABER (Annual Blood Examination rate) 0,42 oh
persentase dari sediaan darah yang
dan
positif dari seluruh sediaan darah yang
diperiksa (SPR) 21,9 yo. Angka kesakitan (malaria klinis) per 1000 penduduk
di
kabupatenlkota Provinsi Sumatera Selatan dalam tahun 2009 tertinggi
adalah di Kabupaten Ogan Komering Ulu 27,07Yo (7.217 kasus), Kabupaten
Lahat 22,A8yo (7..531 kasus), Kota Lubuk Linggau l7,88oh (3.326 kasus),
sedangkan terendah di Kabupaten Ogan
llir
0,34Yo (130 kasus).
Di
Kabupaten OKU Selatan jumlah penduduk pada tahun 2012
sebesar 284.904.000 orang, didapatkan data penduduk yang terkena penyakit
malaria sebesar 4.388.000 oraog (1,54o/o). Dari Desa Simpang Martapura
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan Simpang
Kabupaten OKU Selatan tahun 2013 didapatkan jumlah kepala keluarga
sebanyak 3165
KK. Dan yang terkena penyakit malaria klinis sebanyak 293
orang. Dari data di peneliti terfarik untuk meneliti "korelasi umur, pekerjaan,
dan keberadaan kontainer dengan kejadian penyakit malaria di Desa Simpang
Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan
Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014*.
A. Rumusan
Masalah
Diketahuinya korelasi umur, pekerjaan, dan keberadaan kontainer
dengan kejadian penyakit malaria di Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan
Tahun 2014.
B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah korelasi umur, pekerjaan, keberadaan konteiner dengan
kejadian
penyakit malaria
di
Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang
Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum adalah diketahuinya distribusi frekuensi
pekerjaan, dan keberadaan kontainer dan kejadian penyakit malaria
di
umur,
Desa
Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
Sedangkan secara Khusus adalah diketahuinya korelasi umur,
pekerjaan, dan keberadaan kontainer dengan kejadian penyakit malaria di
Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Desa.
Dengan hasil penelitian
ini diharapkan Desa mampu meningkatkan mutu
Kesehatan lingkungan Desa
di
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
Kecamatan Simpang Kabupaten Ogan Komering
Ulu Selatan khususnya
dalam Program Penanggulangan Malaria.
2.
Untuk Peneliti
Penelitian sebagai pengalaman dan menambah wawasan dalam penangan
penyakit malaria khususnya di tingkat Desa.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang
Kecamatan Simpang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, dengan subjek
penelitian adalah penderita malaria di Desa Simpang Martapura Wilayah
Kerja Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU
Selatan pada bulan Maret asampai dengan bulan Juli 2014.
F.
Konsep Penyakit Malaria.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronis,
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia,
dan splenomegali Mansjoer, (2001). Malaria adalah suatu penyakit akut dan
bisa menjadi kronis, disebabkan protozoa yang hidup intra-sel,
genus
plasmodium Zulfollah, (2A09), sedangkan menuruut, Arlan, (2004), Malaria
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus
plasmodium, y ang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles.
1.
Etiologi
Plasmodium sebagai penyebab Malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu
plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malaria dan
plasmodium ovale. Malaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu
manusia maupun vertebrata lainnya dan hospes
anopheles.
dekinitil yaitu
nyamuk
2.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu terjadinya infaksi pertama kali sampai
timbulnya gejala penyakit. Sedangkan waktu antara tedadinya infaksi
sampai ditemukannya parasit malaria
di
dalam darah disebut periode
Prapaten. Masa inkubasi maupun periode Prapaten ditentukan oleh jenis
plasmodiumnya.
3.Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klasik yaitu terjadinya "Trias Malaria" (malaria
paroxysm) secara berurutan:
a.
Periode Dingin
Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus
diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh
badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis
seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung
l5 menit sampai l jam
diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b.
Periode Panas
Penderita muka merah,
kulit panas dan kering, nadi cepat dan
badan tetap tinggi dapat sampai 400
panas
c atau lebiy. Penderita membuka
blanketnya, respirasi meningkat nyeri kepala, nyeri recto-orbital,
muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran
delirium sampai terjadi kejang anak). Periode ini lebih lama dari fase
dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih diikuti dengan
keadaan
berkeringat.
c.
Periode Berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh sampai
basah, temperatur turun, penderita merasa lelah dan sering tertidur. Bila
penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan
seperti biasa. (Harijanto, 2000: 153).
2.
Komplikasi
a.
Pembesaran Limpa
Limpa membengkak akibat penlumbatan oleh sel-sel darah merah yang
mengandung parasit malaria. Lama-lama, konsistensi limpa menjadi
keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan
pengobatan yang baik, limpa berangsur normal kembali.
G. Korelasi Kejadian Penyakit Malaria.
I. Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang
mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia
lahir hingga waktu umur itu dihitung (Wikipedia, 2009).
Semua kelompok umur secara umum rawan terhadap penyakit
malari4 insiden terbanyak adalah pada kelompok usia 5-14 tahun dan
yang paling rentan adalah kelompok dewasa muda (20-40 tahun).
2. Pekerjaan
Menurut Wawolumaya (1997) pekerjaan adalah suatu kegiatan
rutin yang dilakukan dalam upaya memperoleh penghasilan yang
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Menurut hasil penelitian Ardian
(2010) menyatakan bahwa orang yang berisiko terkena penyakit malaria
adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan rutin diluar rumah hal ini
disebabkan faktor kelelahan bekerja diluar rumah. Selain itu juga mereka
yang bekerja di rumah bisa saja lingkungan dimana dia bekerja merupakan
endemik penyakit malaria.
3. Keberadaan Kontainer
Menurut standar minimal yang harus dipenuhi dalam pengadakan
kontainer/tempat penampungan air bersih berdasarkan Kepmenkes No.
1357lN4enkes/SK/XIV2001 adalah: harus tertutup dan dikuras setiap 2
seminggu (Ardian, 201 0).
H. Kerangka Teori
Menurut Hendrik.L.Blum dalam Notoatmodjo (2A07), faktor
yang
mempengaruhi kejadian penyakit malria pada gambar dibawah ini:
PELAYANAN
KESEHATAN
I,INGKI]NGAN
KESEIIATAN
MASYARAKAT
Fisik, sosial ekonomi,
budaya, dsb
PEERTLAKU
I.
Kerangka Konsep Penelitian.
Umur
Penyakit Malaria
Pekedaan
Kontainer
J. Metoda Penelitian.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Survei Analitik, yaitu
survey yang dilakukan untuk melihat korelasi umur, pekerjaan
dan
keberadaan kontainer dengan kejadian penyakit malaria.
K.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi, dalam penelitian
ini
adalah
di seluruh kepala keluarga di
Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan tahun 2015 dengan jumlah
3165 KK. Melalui tabel kerja dari sampel maka didapatkan besar sampel
adalah 93 responden. Selanjutnya sampel diambel secara radum smpling.
L.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
ini adalah di
Desa Simpang Wilayah Kerja
Puskesmas simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten oKU
Selatan, sedangkan waktu Penelitian adalah bulan
April sampai
dengan
juli
2014.
M.
TeknikPengumpulan Data
Data Primer dalam penelitian
ini diperoleh dari desa Simpang,
sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan atau rekam medik Puskesmas
Simpang Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan-
N.
Analisa Data
Analisa datayangdilakukan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan
bivariat.
O.
Ilasil Penelitian.
t.
Analisa Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penderita Malaria
di
Desa
Simpang
Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan
Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
NO
I
2
Penderita Malaria
Ya
Frekuensi
22
Presentase (7o)
7t
76,3
100
Tidak
Jumlah
Berdasarkan tabel
93
I,
23,7
distribusi frekuensi diatas dapat diketahui
bahwa responden yang merupakan penderita malaria sebanyak 22
responden (23,7o/o), dan responden yang merupakan bukan penderita
malaria sebanyak 71 responden (76,3%).
Tabel
2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di Desa Simpang
Martapura wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
Umur
NO
Frekuensi
Presentase (%)
54,8
I
Tidak rentan
51
2
Rentan
42
4s.2
93
100
Jumlah
Berdasarkan tabel
2, distribusi frekuensi diatas dapat diketahui
bahwa responden yang memiliki umur yang tidak rentan terhadap penyakit
malaria sebanyak 51 responden (54,8%), dan responden yang memiliki
umur rentan terhadap penyakit malaria sebanyak 42 responden (45,2Yo).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan di Desa Simpang
Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura
Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
NO
I
2
Pekeriaan
Bekeria
Tidak Bekeria
.Tumlah
Frekuensi
Presentase (7o)
35
58
93
37,6
62,4
100
3. distribusi frekuensi diatas dapat diketahui
yang memiliki pekedaan sebanyak 35 responden
Berdasarkan tabel
bahwa responden
(37,6yo), dan responden yang tidak memiliki pekerjaan sebanyak 58
responden (62,4%).
Tabel
4.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keberadaan Kontainer di Desa
Simpang Markpura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
Martapura Kecamatan simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun
24ru.
Keberadaan Kontainer
NO
Baik
I
Tidak baik
2
Jumlah
Berdasarkan tabel
Frekuensi
Presentase (7o)
62
66,7
31
-r-r - -)
93
100
4, distribusi frekuensi
diatas dapat diketahui
bahwa responden yang memiliki keadaan kontainer yang baik sebanyak 62
l0
responden (66,70A, dan responden yang tidak memiliki keadaan kontainer
yang baik sebanyak 31 responden (33,3Yo).
2. Analisa
Bivariat
Tabel 5. Korelasi Umur dengan Kejadian Penyakit Malaria di Desa
Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan
Tahun 2014.
Penderita Malaria
Bukan Penderita
Penderita
IJmur
n
o/o
Rentan
t6
TidakRentan
Jumlah
6
22
38,1
1 1.8
23.7
n
26
45
71
Jumlah
%
n
61,9
42
88,2
76,3
93
5t
%
r00
r00
r00
p value
0,00
Dari tabel 5, diketahui bahwa dari 51 responden dengan kategori
umur tidak rentan yang merupakan penderita malaria sebanyak 6
responden (11,87o), dan yang bukan penderita malaria sebanyak 45
responden {88,2%). Sedangkan dari 42 responden dengan kategori umur
rentan yang merupakan penderita malaria sebanyak 16 responden (38,1%),
dan yang bukan penderita malaia sebanyak 26 responden (6l,9Yo).
Berdasarkan hasil
uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,00 yang
artinya terdapat kolerasi yang bermakna antara umur dengan penderita
malaria.
Tabel 6. Korelasi Pekerjaan dengan Kejadian Penyakit Malaria di Desa
Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
MartapuraKecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun
2014.
Penderita Malaria
Pekerjaan
Bekeria
Tidak Bekeria
Jumlah
Penderita
Bukan
Jumlah
Penderita
n
Vo
n
%
n
%
t4
40
r 3.8
23.7
21
60
86,2
76,3
35
100
58
100
100
8
22
50
71
93
p value
0,00
Dari tabel 6, dapatdiketahui bahwa dari 35 responden yang bekerja
yang menderita malaria sebanyak 14 responden (40%), dan responden
It
yang tidak menderita malaria sebanyak
2l responden (607o). Sedangkan
dari 58 responden yang tidak bekerja dan menderita malaria sebanyak 8
responden (t3,8yo), dan responden yang tidak menderita malaria sebanyak
50 responden (86,2Yo). Berdasarkan hasil
p
uji statistik menunjukkan
value 0,00 yang artinya terdapat kolerasi yang bermakna
bahwa
antara
pekerjaan dengan penderita malaria.
Tabel 7. Korelasi Kontainer dengan Kejadian Penyakit Malaria di Desa
Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
MartapuraKecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun
2AA.
Penderita Malaria
Kontainer
Tidak baik
Baik
Jumlah
Penderita
Jumlah
Bukan
Penderita
n
%
l3
41,9
9
14,5
53
22
23,7
71
n
.t8
o/o
n
%
s8.1
31
100
85.5
62
76,3
93
100
100
p value
0,00
Dari tabel 7, dapat diketahui bahwa dafi 62 responden, responden
yang memiliki kontainer baik yang menderita malaria sebanyak
responden (l4,5yo), dan yang bukan penderita
9
malaria sebanyak 53
responden (85,5%). Sedangkan dari 31 responden yang memiliki kontainer
tidak baik yang menderita malaria sebanyak 13 responden (41,9o/o), dan
yang bukan penderita malaria sebanyak 18 responden (58,17o)Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,00 yang
artinya terdapat korelasi yang bermakna antara keberadaan kontainer
dengan penderita malaria.
P. Pembahasan.
1. Korelasi Umur dengan Penderita Malaria
Pada penelitian
ini dari 51 responden
dengan kategori umur tidak
rentan yang merupakan penderita malaria sebanyak
6 responden (l1,8%),
dan yang bukin penderita malaria sebanyak 45 responden (88,2WSedangkan dad. 42 responden dengan kategori umur rentan yang merupakan
t2
penderita malaria sebanyak 16 responden (38,lyo), dan yang bukan
penderita malaria sebanyak 26 responden (61,90/o). Berdasarkan hasil uji
statistik menunjukkan bahwa p value 0,00 yang artinya terdapat kolerasi
yang bermakna antara umur dengan penderita malaria. Responden dengan
kategori umur tidak rentan lebih sedikit yang merupakan penderita malaria
dibandingkan dengan respondeg5 yang memiliki umur rentan, hal ini
dikarenakan responden yang berumur tidak rentan memiliki daya tahan
tubuh dan system imun yang relatif lebih kuat dibandinkan dengan umur
yang rentan, dimana hal ini dipengaruhi oleh pola makan yang buruk,
kelelahan akibat dari aktifitas kerja sehari-hari, dan lain sebagainya.
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rifqatussa'adah, dkk (2011),
dengan
judul "Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan Rumah
dengan Malaria
di
Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi
Lampung", yang menyatakan bahwa usia dan jenis kelamin sebenamya
berkaitan dengan tingkat imunitas karena variasi keterpaparan gigitan
nyamuk. Mauny et
al.
dalam studi di Madagaskar tahun 1995 menunjukkan
bahwa usia berhubungan dengan kejadian infeksi malaria. Usia anak
merupakan prediktor yang signifikan untuk densitas kekambuhan
parasitemia.
2. Korelasi Pekerjaan
dengan Penderita Malaria
Pada penelitian
ini dari 35 responden yang bekerja yang
menderita
malaria sebanyak 14 responden (4Ao/o), dan responden yang tidak menderita
malaria sebanyak 21 responden (60%). Sedangkan dari 58 responden yang
tidak bekerja dan menderita malaria sebanyak 8 responden (13,8%), dan
responden yang tidak menderita malaria sebanyak 50 responden (86,2oh).
hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,00 yang artinya terdapat
kolerasi yang bermakna antara pekerjaan dengan penderita malaria. artinya
bahwa responden yang memiliki pekerjaan lebih banyak yang menderita
malaria dibandingkan yang tidak bekerja. Hal ini dikarenakan mereka yang
bekerja cenderung memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Dimana hal ini,
dipengaruhi oleh faktor kelelahan setelah seharian bekerja diluar rumah dan
13
polusi udara yang terdapat dilingkungan sekitar seperti kondisi tempat kerja,
peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara
perusahaan dan
kerj4 limbah
hasil produksi. Sehingga mempermudah mereka untuk
terserang penyaki! terutama penyakit malaria. Dimana pekerjaan adalah
suatu kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya memperoleh penghasilan
yang memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sedangkan, mereka yang tidak
memiliki pekerjaan di luar rumah, memiliki waktu istirahat yang cukup dan
memiliki pola hidup yang sehat misalnya makan tepat pada waktunya.
Sehingga, sebagian dari mereka memiliki daya tahan tubuh yang cukup kuat
dan akibatnya sulit bagi bibit penyakit untuk menyerang tubuh mereka
terutama bibit penyakit malaria.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa
responden yang berisiko terkena penyakit malaia adalah orang-orang yang
memiliki pekerjaan rutin hal ini disebabkan faktor kelelahan bekerja diluar
rumah. selain itu juga mereka yang bekeda sebagai nelayarq hal ini
dikarenakan lingkungan pemukiman nelayan banyak terdapat genagangenangan air yang merupakan tempat untuk berkembangnya biak nyamuk.
3. Korelasi Kontainer dengan Penderita Malaria.
Pada penelitian
ini
dari 62 responden, responden yang memiliki
kontainer baik yang menderita malaria sebanyak 9 responden (14,5o/o), dan
yang bukan penderita malaria sebanyak 53 responden (85,5%o). Sedangkan
dari
3l
responden yang memiliki kontainer tidak baik yang menderita malaria
sebanyak 13 respondet (4l,9Yo), dan yang bukan penderita malaria sebanyak
l8
responden (58,17o)-
Berdasarkan hasil
uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,00 yang
artinya terdapat korelasi yang bermakna antara keberadaan kontainer dengan
penderita malaria.
Berdasarkan hasil penelitian
ini
diperoleh bahwa responden yang
memiliki keadaan kontainer baik lebih sedikit yang menderita malaria
(lz9ry, dibandingkan dengan responden yang memiliki keadaan kontainer
yang tidak batk (45,2Yo). Hal ini dikarenakan mereka yang memiliki keadaan
t4
container yang baik, menufup rapat kontainernya, memberihkannya, dan
mengubur kontainer yang tidak digunakan, sehingga peluang nyamuk untuk
melakukan perindukan sangat kecil, sehingga penyebaran nyamuk dapat
diatasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa
responden yang memiliki kontainer baik yang menderita malaria (14,5o/o), dan
yang bukan penderita malaria (85,5%). Hal ini dikarenakan kontainer yang
tidak tenutup rapat, tidak dibersihkan akan mengakibatkan
berkembang
biaknya nyamuk dengan baik, terutama pada kontainer yang tidak terpakai dan
dapat menampung
air hujan akan mengakibatkan
genangan
air
dimana
genangan air tersebut merupakan tempat yang ideal untuk perindukan nyamuk
malaria. Dengan bertambahnya tempat perindukan, populasi nyamuk malatia
bertambah sehinggah bertambah pula jumlah penularannya. Diman4
lingkungan mempunyai peran yang penting dalam penyebaran malaria
lingkungan yang tempat nyamuk yang sering di jadikan sebagai ntempat
bersrangnya adalah biasanya lembab serta ada kubangan air vyang mengenang
karena nyamuk ponyabab malaria
ini siklus hidupnya
suka bertelur
beersarang pada tempat-tempat tersebut. Masyarakat yang kut*.."
memperhatikan sanitasi lingkungannya dapat menyebabkan vector penyakit
ini berkembang biak.
Q. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang "Korelasi Umur, Pekerjaan, dan
Keberadaan Kontainer dengan Kejadian Penyakit Malaria
di Desa
Simpang
Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Martapura Kecamatan
Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2A14" dapat disimpulkan sebagai
berikut
:
1. Ada hubungan yang
bermakna antara umur dengan kejadian penyakit
malaria di Desa Simpang Martapura wilayah Kerja Puskesmas simpang
Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
15
2.
Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian penyakit
malaria di Desa Simpang Martapura Wilayah Keda Puskesmas Simpang
Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
J.
Ada hubungan yang bermakna antara kontainer dengan kejadian penyakit
malaria di Desa Simpang Martapura Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
Martapura Kecamatan Simpang Kabupaten OKU Selatan Tahun 2014.
R
Saran
1.
Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Selatan
Perlu dilaksanakan secara rutin survei nyamuk anopheles
untuk
mengetahui angka kepadatan nyamuk, dan tempat perkembangbiakan
nyamuk, serta melakukan identifikasi nyamuk tersebut untuk diketahui
species arnpheles yang dominan sebagai vektor.
Untuk Puskesmas Simpang Martapura
a.
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan
yang ada
di
rnasyarakat seperti pengajian, arisan-arisan, posyandu
tentang penyakit malaria dan upaya pencegahannya (melalui
pemakaian kelambu, pemakaian obat anti nyamuk, pemasangan kawat
kasa, pemeliharaan temak besar, dan meniadakan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk di sekitar tempat tinggal yang mempunyai
jarak kurang dari 2 km).
b.
Melakukan pemeriksaan sediaan darah tebal secara berkala kepada
mereka yang berisiko terkena malari4 untuk mendeteksi secara dini
kasus penularan malaria, dengan melibatkan posyandu, polindeg dan
pos obat desa.
3.
Untuk Masyarakat
a.
Agar menggunakan kelambu waktu tidur terutama pada malam hari,
dan memakai obat anti nyamuk waktu tidur pada malam hari.
b.
Kepada masyarakat yang rumahnya dekat dengan perkembangbiakan
nyamuk, hutan, sawah dan rawah dianjurkan unfuk memasang kawat
kasa di ventilasi rumah.
l6
c.
Perlu memelihara temak besar disekitar tempat tinggal
karena
merupakan cattle barrier sehingga sebelum nyamuk menggigit
manusia dia terlebih dahulu mengigit binatang.
d" Agar
dibudayakan pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk di
tempat perkembangbiakan nyamuk.
t7
DAFTAR PUSTAKA
Antonang Irianton. 2005. Aplikasi Statistika dalam Pengolahan dan Analisa Data Kesehatan.
Yogyakarta : Media Pressindo
Departemen Kesehatan RI. 2001. Kapita Selekta Kedoheran Edisi
Ausculaplus Fakutlas Kedokteran Universitas Indonesia
Jilid
I
Penerbit Media
.2003. Model Pengobatan Malaria Kabupaten OKU. Baturaja
Dinkes OKU. 2AA6. Rekapitulasi Kasus Malaria Perolesa. Baturaja
Harijanto, Dr, PN. 2000. Malaria: Epidemiogi Patogenesis, Manifestasi Klinis Penanganan.
Jakarta
Mursito Bambang, Drs. 2002. Ramuan Tradisional Penyakit Malaria. Jakarta: Penebar Swadaya
Noer Syaifoelan. 1999. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3 Jilid FKUI. Jakarta
Notoatmodjo, Dr. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Crpta
,Dr.2002. Metodolodig Penelitian Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta
PHD, Wawolumaya Corrie. 1997. Survey Epidemolodi Sederhana. Jakarta
Prabowo Arlan, Dr.2004. Malaria Mencegah dan Mengalokasikannya. Jakarta : Puspa Swara
Sukami, Mariati. 1999. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Yogyakarta : Kamsus
18
l-