ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN JIWA DENGA (1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN JIWA DENGAN KECEMASAN (ANXIETAS)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi sebenarnya bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada kesehatan mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental bangsa termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut krisis multidimensional. Pernyataan ini dinyatakan dengan jelas oleh dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.K.J., dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2, yang bertema “Kesehatan Jiwa Masyarakat, Kesehatan Jiwa Bangsa,” pada hari Kamis (9/ 10) di Jakarta.

Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan ternyata meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan meningkatnya jumlah penderita ganngguan jiwa, terutama jenis anxietas (gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental yang mencakup mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa yang berat seperti Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin mewabah di tengah masyarakat. Dari sekian jumlah penderita yang ada baru 8% yang mendapatkan pengobatan yang memadai. Sedangkan selebihnya tidak tertangani.

Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.

Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa.

B. Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat:

1. Membedakan antara ansietas normal dengan ansietas yang dialami pada gangguan ansietas

2. Membedakan antara ansietas, takut, dan stres

3. Menjelaskan akibat positif dan negatif ansietas

4. Menjelaskan tingkat ansietas dengan perubahan prilaku yang terkait dengan setiap tingkat tersebut

5. Mendiskusikan penggunaan mekanisme pertahanan oleh individu yang mengalami gangguan ansietas

6. Menjelaskan teori etiologi terbaru tentang gangguan ansietas mayor

7. Menerapkan proses keperawatan pada perawatan klien yang mengalami ansietas dan gangguan terkait stres

8. Memberi penyuluhan kepada klien, keluarga, pemberi perawatan, dan anggota masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang ansietas dan gangguan terkait stres

C. Ruang lingkup

Ruang lingkup dari pembahasan makalah ini adalah mengenai gangguan ansietas yang dialami oleh klien, perbedaan antara ansietas, takut, dengan stres, akibat dari ansietas itu sendiri baik dari sisi positif dan negatifnya, tingkat ansietas, hingga pembahasan mengenai proses keperawatan yang tepat untuk diimplementasikan kepada klien dengan gangguan ansietas dan gangguan terkait dengan stres, serta penyuluhan untuk meningkatkan pemahaman tentang ansietas dan gangguan terkait stres

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

1. “Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. “ ( Harold I. LIEF) “Anenvous condition of unrest” ( Leland E. HINSIE dan Robert S CAMBELL)

2. “Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.” ( J.J GROEN)

B. Gejala umum anxietas

1. Gejala psikologik:
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”, takut kehilangan kontrol dan sebagainya.

2. Gejala fisik:

Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.

C. Faktor Predisposisi

1. Teori Psikoanalitik

Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID, EGO Dan SUPER EGO”. Ego melambangkan dorongaqn insting dan impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang , sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan Super Ego.

2. Teori Interpersonal

Anxietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami anxietas yang berat.

3. Teori Perilaku

Anxietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan anxietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya.

D. Penggolongan Anxietas

1. Anxietas ringan

Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Anxietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.

a. Respon Fisiologis

 Sesekali nafas pendek

 Nadi dan tekanan darah naik

 Gejala ringan pada lambung

 Muka berkerut dan bibir bergetar

 Ketegangan otot ringan

 Rileks atau sedikit gelisah

b. Respon Kognitif

 Mampu menerima rangsang yang kompleks

 Konsentrasi pada masalah

 Menyelesaikan masalah secara efektif

 Perasaan gagal sedikit

 Waspada dan memperhatikan banyak hal

 Terlihat tenang dan percaya diri

 Tingkat pembelajaran optimal

c. Respon Perilaku dan Emosi

 Tidak dapat duduk tenang

 Tremor halus pada tangan

 Suara kadang-kadang meninggi

 Sedikit tidak sabar

 Aktivitas menyendiri

2. Anxietas Sedang

Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.

a. Respon fisiologis

 Ketegangan otot sedang

 Tanda-tanda vital meningkat

 Pupil dilatasi, mulai berkeringat

 Sering mondar-mandir, memukulkan tangan

 Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi

 Kewaspadaan dan ketegangan meningkat

 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung

b. Respon kognitif

 Lapang persepsi menurun

 Tidak perhatian secara selektif

 Fokus terhadap stimulus meningkat

 Rentang perhatian menurun

 Penyelesaian masalah menurun

 Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan

c. Respon prilaku dan emosi

 Tidak nyaman

 Mudah tersinggung

 Kepercayaan diri goyah

 Tidak sadar

 gembira

3. Ansietas berat

Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat melakukan sesuatu.

a. Respon fisiologis

 Ketegangan otot berat

 Hiperventilasi

 Kontak mata buruk

 Pengeluaran keringat meningkat

 Bicara cepat, nada suara tinggi

 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan

 Rahang menegang, menggetakkan gigi

 Kebutuhan ruang gerak meningkat

 Mondar-mandir, berteriak

 Meremas tangan, genetar

b. Respon kognitif

 Lapang persepsi terbatas

 Proses berfikir terpecah-pecah

 Sulit berfikir

 Penyelesaian masalah buruk

 Tidak mampu mempertimbangkan informasi

 Hanya memerhatikan ancaman

 Preokupasi dengan pikiran sendiri

 Egosentris

c. Respon prilaku dan emosi

 Sangat cemas

 Agitasi

 Takut

 Bingung

 Merasa tidak adekuat

 Menarik diri

 Penyangkalan

 Ingin bebas

E. Bentuk Gangguan Anxietas

1. Gangguan Panik

Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika individu mengalami serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir yang menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami serangan panik berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik, atau perubahab prilaku yang signifikan terkait dengan serangan panik, saat gejala-gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu dengangangguan panik mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari lingkungan. Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi oleh stimulus fobia atau karena berada di bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf pusat dan menstimulasi respon hormonal, organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada serangan panik. Setengah dari individu yang mengalami serangan panik juga mengalami agorafobia.

Ada dua kriterla Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panic

F. Gambaran Klinis

Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit.
Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap kali mereka keluar rumah.

G. Gejala Penyerta

Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.

H. Diagnosa Banding

1. Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb.

2. Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru.

3. Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, inigrain, tumor, dsb.

4. Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma pramestruasi, gangguan menopause, dsb.
lntoksikasi obat, putus obat.

5. Kondisi lain : anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, uremia dsb

 Pedoman Diagnosis Agrafobia

 Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana kemungkinan sulit meloloskan diri

 Situasi dihindari, misal jarang bepergian

 Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain, misal fobia sosial

 Pedoman Diagnostik Gangguan Panik

 Serangan panik rekuren dan tidak diharapkan

 Sekurangnya satu serangan , diikuti satu atau lebih : kekawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan, ketakutan tentang arti serangan, perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan

 Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung atau suatu kondisi medis umum

 Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain. misal gangguan obsesif - kompulsif.

 Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia.

 Terapi

Konseling dan medikasi.
Konseling: ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan panik berlalu, konsentrasikan diri untuk mengatasi anxietas bukan pada gejala fisik, rileks, latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan cara menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan jantung, hanya panik, akan berlalu.

Medikasi : banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi. Bila serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri antidepresan (imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg malam selama 2 minggu ). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti anxietas, jangka pendek (lorazepam 0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian jangka panjang dan pemberian medikasi yang tidak perlu.

I. Gangguan fobik

Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 10 persen populasi menderita gangguan ini. FOBIA adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti.
Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dsb
Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial seperti berbicara di depan umum, dsb

 Pedoman Diagnostik

 Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek /situasi)

 Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan kecemasan

 Menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan

 Situasi fobik dihindari

 Terapi

Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat daftar situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut. Dengan konseling banyak pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi antidepresan lmipramin 50 150 mg/ hari. Bila ada anxietas beri antianxietas dalam waktu singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta blokerdapat mengurangi gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap.

J. Gangguan Obsesif – Kompulsif

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2-3 persen.
OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.
KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.

 Pedoman Diagnosis

= Pikiran, impuls, yang berulang
= Perilaku yang berulang
= Menyadari bahwa obsesif-kompulsif adalah berlebihan atau tidak beralasan
= Obsesif-kompulsif menyebabkan penderitaan
= Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.

 Diagnosi Banding

Kondisi fisik
- Gangguan neurologis (epilepsi lobul temporalis, komplikasi trauma, dsb)
Kondisi psikiatrik
- Skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia, gangguan depresif.

 Terapi

Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.
Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau menetap.

K. Ganguan Stres Pasca – Trauma

Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres pasca-trauma, bila mereka mengalami suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir semua orang. Trauma bisa berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan.

Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta yang sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan kognitif(contoh pemusatan perhatian yang buruk)

Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasaca-trauma diperkirakan I sampai 3 persen populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk gangguan yang subklinis. Walaupun gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun gangguan paling menonjol pada usia dewasa muda.

 Pedoman Diagnostik

 Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:

o mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa ancaman kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang serius,atau ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain

o respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya

 Keadan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara berikut:

o rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian

o Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian

o berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali

o penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik

o reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik

 Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma

 Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran , seperti dua atau lebih berikut:
kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejut
yang berlebihan.

 Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.

 Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

L. Gangguan Stres Akut

Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada seseorang tanpa adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik maupun mental yang luar biasa dan biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat berupa pengalaman traumatik yang luar biasa . Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya dan keparahannya suatu reaksi stres akut.

 Pedoman Diagnostik

Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya pengalaman stresor luar biasa dengan onset dan gejala. Onset biasanya setelah beberapa menit atau bahkan segera setelah kejadian. Selain itu ditemukan (a) terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain gejala permulaan berupa keadaan “ terpaku” , semua gejala berikut mungkin tampak: depresif, anxietas, kemarahan, kekecewaan, overaktif dan penarikan diri, akan tetapi tidak satupun dan jenis gejala tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya untuk waktu lama. (b) pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dan stresomya, gejala-gejalanya dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam); dalam hal dimana stres tidak dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru mulai mereda setelah 24 - 48 jam dan biasanya menghilang setelah 3 hari.

M. Gangguan Anxietas Menyeluruh

Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan epigastnik adalah keluhan­keluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan

 Pedoman Diagnostik

Pasien harus menunjukan gejala primer anxietas yang berlangsung hampir setiap hari selama beberapa minggu, bahkan biasanya sampai beberapa bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut : kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, overaktivitas otonomik

 Terapi

Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya mempunyai efek fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak stres merupakan pertolongan yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan menantang kekhawatiran yang berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas. Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong. Medikasi merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala menetap. Medikasi anxietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2 minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati gejala fisik, antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan berlangsung lebih dan 3 bulan.

ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.

A. Kaji faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:

a. peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

b. konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

c. konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.

d. frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

e. gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

f. pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

g. riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

h. medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

B. kaji stressor presipitasi

Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:

a.Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi:

 Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil)

 Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

 Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancanm harga diri.

 Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.

C. kaji perilaku

Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.

 Respon fisiologis.

Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)

 Respon psikologologis.

Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal.

 Respon kognitif.

Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung.

 Respon afektif.

Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

D. kaji penilaian terhadap stressor

E. kaji sumber dan mekanisme koping

F. rentang perhatian menurun

G. gelisah, iritabilitas

H. control impuls buruk

I. perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya

J. deficit lapangan persepsi

K. penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil keputusan.

 Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.

 Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.

 Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian saudara kandung.

 Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak sakit.

 Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

INTERVENSI KEPERAWATAN

DX 1: panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil keputusan.

Kriteria hasil:

 Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.

 Klien akan berkomunikasi dengan efektif.

 Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.

 Klien akan mengungkapkan rasa ppengendalian diri.

Intervensi:

 Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas secara ritmik.

 Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.

 Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.

 Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan sebelumnya dan telah terlatih.

 Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang menimbulkan ansietas.

DX 2: kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.

kriteria hasil:

 Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.

 Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.

 Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.

Intervensi:

 Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat, ,menjadi pendengar yang baik.

 Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.

 Melakukan kominikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic yang ringan.

 Bantu kilen mengidentifikasi respon terhadap sters.

DX 3: ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara kandung.

Kriteria hasil:

 Klien memiliki koping terhadap ancaman.

 Strategi koping positif.

 Untuk mengetahui sebab biologis.

 Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.

Intrvensi:

 Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang telah berhasil digunakan pada masa lampau.

 Bantu kien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.

 Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.

 Konseling dan penyuluhan keluarga ataun orang terdekat tentang penyebab biologis.

 Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak adekuat.

DX 4: ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.

Kriteria hasil:

 Meningkatkan kesadaran diri klien.

 Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.

 Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.

Intervensi:

 Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan cemasnya dan menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi kecemasan klien.

 Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan penyebab stresnya.

 Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek yang ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan batasan perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek lain.

BAB III

PENUTUP KESIMPULAN

Ganggauan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis. Gangguan ansietas memiliki banyak manifestasi, tetapi ansietas adalah gambaran utama pada gangguan berikut ini (DSM-IV-TR,2000):

 Gangguan panik dengan atau tanpa agrofobia.

 Gangguan fobia: sosial atau spesifik.

 Gangguan obsesif-kompulsif (ocd).

 Gangguan stres pascatrauma.

 Gangguan stres akut.

 Gangguan ansietas umum.

 Gangguan ansietas akibat kondisi medis.

 Gangguan ansietas akibat zat.

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif di alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di kaji dengan melihat stresos predisposisi dan stresor presipitasi dan faktor yang lainnya. Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa menerapkan proses keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas.

DAFTAR PUSTAKA

Videbeck,Sheila L.Buku Ajar Keprawatan Jiwa.EGC,Jakarta

Suliswati,dkk.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.EGC,Jakarta

PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas sedang adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.

Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak sepesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasan yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapi.

Spielberger (1966) dalam Slameto (2003 : 185) membedakan kecemasan atas dua bagian; kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya, dan kecemasan sebagai suatu keadaan (State Anxiety), yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subyektif, dan meningginya sistem saraf otonom. Sebagai suatu keadaan, kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus, misalnya situasi tes.

Kecemasan/anxiety dan kegelisahan/restlessness merupakan salah satu masalah yang banyak mendapat perhatian dan penelitian para sufi maupun para ahli psikologi. Cemas dan gelisah adalah bentuk ketakutan diri terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas biasanya muncul manakala seseorang berada dalam suatu keadaan yang ia duga akan merugikan dan mengancam diri, jabatan karier atau usaha bisnis nya, di mana ia merasa tidak berdaya menghadapinya. Sebenarnya apa yang dicemaskan itu belum tentu terjadi. Rasa cemas itu pada dasarnya adalah ketakutan yang kita bangun sendiri yang kemudian melahirkan prilaku gelisah. Duduk tak tenang, berdiri rasa mengambang, tidur seperti di awang-awang, makanan dan minuman terasa hambar.

2. Penyebab

Cemas itu timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri, itu akan menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh daerah maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respon yanmg demikian, penderita biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat.

a. Teori Biologis

Biokimia

Biokimia dan neurofisiologis berpengaruh pada etiologi dari kelainan-kelainan ini telah diselidiki; bagaimanapun, bukti empiris selanjutnya penting sebelum hubungan definitif dapat ditentukan (Tawnsend, 1993)

Genetik

Penyelidikan akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa kelainan ansietas paling sering ditemukan pada populasi umum. Hal ini telah memperlihatkan bahwa kelainan ini lebih umum antara hubungan kekerabatan seseorang dengan kelainan secara biologis generasi pertama dari populasi umum (DSM-III-R, 1987)

b. Teori psikososial

Psikodinamik

Teori ini (Erikson, 1963) menganggap predisposisi untuk kelainan ansietas saat tugas-tugas yang diberikan untuk tahap perkembangan awal belum terpecahkan. Dalam berespon terhadap stres, prilaku dihubungkan dengan penampilan tahap dini ini, seperti regresi pada seseorang atau terfiksasi pada tahap perkembangan awal.

Interpersonal

Sullivan (1953) melengkapi respon ansietas untuk kesukaran dalam hubungan interpersonal yang berasal dari hubungan awal Ibu-anak. Anak tidak menerima mutlak kebutuhanya akan kasih sayang dan pemeliharaan.

Sosiokultural

Horney (1939) menyatakan kelainan ansietas dipengaruhi oleh suatu kontra diksi yang banyak terjadi dalam masyarakat yang mengkontribusi perasaan tidak aman atau ketidakberdayaan.

Faktor predisposisi

Berbagai teori yang dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :

Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua element kepribadian---id dan super ego. Id mewakili dororngan insting dan impuls primitif seseorang, sedang super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh noma-norma budaya seseorang

Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma , seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan yang spesifik

Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatau yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menggangap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.

Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.

Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penghambatan asam aminobutirik-gamma neroreulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagai mana halnya dengan endorfin.

Faktor yang berhubungan

Terpapar racun

Konflik yang tidak disadari mengenai nilai hidup/tujuan hidup

Berhubungan dengan herediter

Kebutuhan yang tidak terpenuhi

Transmisi inter personal

Krisis situasional/maturasi

Ancaman kematian

Ancaman terhadap konsep diri

Stress

Substans abuse

Perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi

3. Akibat

 Pola nafas inefektif

 Kerusakan komunikasi verbal

 Resiko terhadap cedera

 Perubahan nutrisi

 Ketidak berdayaan

 Ketakutan

 Perubahan proses fakir

 Isolasi sosial

 Gangguan pola tidur

 Gangguan harga diri

 Respon pasca trauma

 Kerusakan interaksi sosial

4. Janis Ansietas

 Ansietas ringan

Berhubungan dengan ketengangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas

Ansietas sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatau yang lebih terarah.

Ansietas berat

Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatau yang terinci spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.

 Tingkat panik dari Ansietas

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Karena panik melibatkan disorganisasi keperibadian. Dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunya lemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansieta ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

5. Tanda dan gejala

Perilaku:

Subyektif :

Klien mengatakan susah tidur

Klien menyatakankan resah

Klien mengatakan banyak pikiran

Obyektif :

Penurunan produktifitas

Kewaspadaan dan menatap

Kontak mata buruk

Gelisah

Pandangan sekilas

Pergerakan yang tidak bermakna (jalan menyeret, geraktangan dan kaki)

Ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup

Afektif :

Subyektif :

Klien menyatakan rasa penyesalan

Klien mengatakan takut pada sesuatu

Klien bengatakan tidak mempu melakukan sesuatu

Obyektif :

Iritabel

Kesedihan yang mendalam

Ketakutan

Gugup

Mudah tersinggung

Nyeri hebat, persisten bertambah

Rasa tidak menentu

Kewaspadaan meningkat

Fokus pada diri sendiri

Perasaan tidak mampu

Distress

Khawatir

Cemas

Fisiologi:

Subyektif :

-

Obyektif :

Suara gemetar

Gemetar, tangan tremor

Goyah

Peningkatan respirasi (simpatis)

Keinginan berkemih (parasimpatis)

Ganguan tidur (parasimpatis)

Nyeri abdomen (parasimpatis)

Peningkatan nadi (simpatis)

Peningkatan reflek (simpatis)

Dilatasi pupil (simpatis)

Perasaan tingling pada ekstermitas (parasimpatis)

Peningkatan aktivitas kardiovaskuler (simpatis)

Peningkatan keringat

Wajah tegang

Anoreksia (simpatis)

Jantung berdetak kuat (simpatis)

Diare (parasimpatis)

Keraguan dalam berkemih (parasimpatis)

Kelelahan (parasimpatis)

Mulut kering (simpatis)

Kelemahan (simpatis)

Pulsasi menurun (parasimpatis)

Wajah memerah (simpatis)

Vasokonstriksi superfisial (simpatis)

Gugup (simpatis)

Penurunan tekanan darah (parasimpatis)

Mual (parasimpatis)

Sering berkemih (parasimpatis)

Pusing (parasimpatis)

Kesulitan bernafas (simpatis)

Peningkatan tekanan darah (simpatis)

Kognitif:

Subyektif :

Klien menyatakan bingung

Klien sering mengatak lupa

Klien sering menanyakan pertanyaan yang sama

Obyektif :

Bloking

Keasikan

Merenung

Kerusakan perhatian

Penurunan lapang persepsi

Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas

Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain

Sulit berkonsentrasi

Penurunan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah

Gejala kewaspadaan fisiologis

6. Masalah keperawatan menurut Stuart and Sunden (1998)

a. Anxietas

b. Isolasi sosial : menarik diri

c. Koping individu tidak efektif

d. Tidak efektifnya koping keluarga

e. Harga diri rendah : Gangguan konsep diri.

f. Perilaku kekerasan

g. Tidak efektifnya pelaksanaana regimen terapeutik

7. Pohon masalah

8. Diagnosa keperawatan

a. Anxietas berhubungan dengan Koping individu tidak efektif

b. Anxietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping keluarga

c. Resiko gangguan pesepsi sensorik dan audiotori : Halusinasi berhubungan dengan Ansietas

d. Resiko gangguan isi fikir : Waham berhubungan dengan Anxietas

9. Rencana keperawatan

Diagnosa

Perencanaan

Intervensi

Keperawatan

Tujuan (Umum dan Khusus)

Berhubungan dengan ansietas sedang

TUM :

TUK 1

Klien dapat menjalin dan membina hubungan saling percaya

1. jadilah pendengar yang hangat dan responsif

2. beri waktu yang cukup pada klien untuk berespon

3. beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya

4. identifikasi pola prilaku klien atau pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan negatif

5. bersama klien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan berkembang


TUK 2

Klien dapat mengenal ansietasnya

1. bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya

2. hubungkan perilaku dan perasaannya

3. validasi kesimpulan dan asumsi terhadap klien

4. gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik

5. gunakan konsultasi





TUK 3

Klien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas

1. bantu klien mernjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan ansietas

2. bersama klien meninjau kembali penilaian klien terhadap stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik

3. kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang relevan


TUK 4

Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif

1. gali cara klien mengurangi ansietas di masa lalu

2. tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif dari respons koping yang digunakan

3. dorong klien untuk menggunakan respons koping adaptif yang dimilikinya

4. bantu klien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan, menggunakan sumber dan menggunakan koping yang baru

5. latih klien dengan menggunakan ansietas sedang

6. beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya

7. libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial dalam membantu klien menggunakan koping adaptif yang baru


TUK 5

Klien dapat menggunakan teknik relaksasi

  1. ajarkan klien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri

  2. dorong klien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat ansietas

C. DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC

------------------,2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC.

Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester, Jakarta : EGC.

Rasmun, 2001, Kepwrawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.

Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta

Askep pada Klien Hospitalisasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan dirumah sakit dan dapat menimbulkan trauma dan stress pada klien yang baru mengalami rawat inap dirumah sakit. Hospitalisasi dapat diartikan juga sebagai suatu keadaan yang memaksa seseorang harus menjalani rawat inap di rumah sakit untuk menjalani pengobatan maupun terapi yang dikarenakan klien tersebut mengalami sakit. Pengalaman hospitalisasi dapat mengganggu psikologi seseorang terlebih bila seseorang tersebut tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya di rumah sakit. Pengalaman hospitalisasi yang dialami klien selama rawat inap tersebut tidak hanya mengganggu psikologi klien, tetapi juga akan sangat berpengaruh pada psikososial klien dalam berinteraksi terutama pada pihak rumah sakit termasuk pada perawat.

Masalah yang dapat ditimbulkan dari hospitalisasi biasanya berupa cemas, rasa kehilangan, dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, jika masalah tersebut tidak diatasi maka akan mempengaruhi perkembangan psikososial, terutama pada anak-anak. Masalah tersebut akan berpengaruh pada pelayanan keperawatan yang akan diberikan, karena yang mengalami masalah psikososial akibar hospitalisasi cenderung tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan di rumah sakit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan terganggunya interaksi baik dari perawat maupun tim medis lain di rumas sakit.

Untuk mencegah supaya masalah hospitalisasi teratasi maka peran perawat adalah tetap memberikan dukungan (support) dan dorongan kepada klien yang efektif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan tetap menjaga kepercayaan klien agar klien tidak merasa takut akan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. Selain itu perawat juga berperan sebagai promotif yang memberikan pandangan pada keluarga agar selalu setia mendampingi dan memberi perhatian lebih pada klien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Hal ini menjadi salah satu pendukung karena kehadiran orang terdekat dapat mengurangi rasa cemas maupun jenuh selama klien mengalami perawatan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hospitalisasi

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan konsep dasar hospitalisasi

b. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien hospitalisasi secara teoritis

C. Ruang lingkup penulisan

Ruang lingkup dari penulisan makalah ini, yaitu asuhan keperawatan pada klien dengan hospitalisasi yang mencakup konsep dasar dan asuhan keperawatan hospitalisasi secara teoritis

D. Metode Penulisan

Metode penulisan pada makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui pengumpulan literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampaian ini kami menggunakan metode presentasi supaya audient dapat dengan mudah mencerna materi ini

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan, dan sistematika Penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis tentang konsep dasar hospitalisasi, dan asuhan keperawatan pada klien dengan hospitalisasi secara teoritis .

BAB III : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Hospitalisasi

1. Pengertian

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan klien untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatic dan penuh dengan stress, ( Supartini, 2004 hal : 188 ).

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang penuh tekanan, utamanya karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan ( Potter & Perry, 2005, hal : 665 )

Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu : cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah ( Wong, 2000, dalam Supartini, 2004, hal : 188 ). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Tidak hanya anak, orang tua juga mengalami hal yang sama. (Supartini, 2004 hal : 188 ).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang tinggi saat perawatan anaknya dirumah sakit walaupun beberapa orang tua juga dilaporkan tidak mengalami karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi permasalahannya (Hallstrom dan Ellander, 1997. Brewis, E. 1995, dalam Supartini 2004: 188 ).

Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula, dan stress orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin meningkat ( Supartini, 2004 hal : 188 ).

Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada pengalaman yang mengganggu kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat stress ( Brewis ,1995, dalam Supartini hal : 188 ).

Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan, bergantung pada institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk rumah sakit. ( Stuart, 2007, hal :102 )

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi ini merupakan perawatan yang dilakukan selama dirumah sakit dimana terdapat rasa penekanan akan sesuatu yang baru dan belum bisa menerima keadaan dan hospitalisasi juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman serta stress yang bisa dialami oleh klien maupun keluarga.

2. Macam – macam hospitalisasi

Macam-macam hospitalisasi adalah menurut Lyndon (1995, dikutip oleh Supartini 2004, hal 189),, Sebagai berikut :

a. Hospitalisasi Informal

Perawatan dan pemulangan dapat diminta secara lisan, dan pasien dapat meninggalkan tempat pada tiap waktu, bahkan jika menentang dengan nasehat medis. Sebagian besar pasien medis dan bedah dirawat secara informal.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124