Terjemahan Laowömaru Manömanö Nono Niha Dalam Laowömaru Legenda Masyarakat Nias
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Zaman sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang
penerjemahan semakin berkembang yang dibuktikan dari tahun ke tahun, semakin
banyak produk buku yang diterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain.
Perkembangan ini sebagai bukti bahwa klien atau orang yang menggunakan jasa
penerjemah semakin meningkat. Untuk meningkatkan kualitas terjemahan,
seorang penerjemah harus mengetahui lebih dalam dan luas tentang teknik-teknik
penerjemahan. Hal inilah yang mendorong para penerjemah semakin banyak dan
berusaha meningkatkan kualitas terjemahannya.
Seorang penerjemah tidak hanya mengetahui BSu dan BSa tetapi juga
budaya kedua bahasa tersebut, karena kegiatan penerjemahan adalah melakukan
proses pengalihan pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran
(BSa) dengan memperhatikan
padanan dan ragam teksnya agar pesan dapat
dipahami oleh pembaca.
Berdasarkan pengamatan peneliti di beberapa toko buku dan perpustakaan
bahwa begitu banyak hasil karya orang yang telah dipublikasikan dan
diterjemahkan ke bahasa lain. Beberapa buku terjemahan itu, ibarat sebuah jambu
yang di luarnya kelihatan baik, namun setelah dibelah, di dalamnya busuk dan
berulat. Hal seperti ini bisa saja terjadi pada buku hasil terjemahan, kulitnya bagus
tapi isi dan pesan yang diterjemahkan tidak jelas. Setiap penerjemah pasti
berharap agar terjemahannya dibaca oleh orang lain. Untuk mendapatkan
perhatian dari para pembaca, penerjemah harus tahu kepada siapa terjemahan
diperuntukkan dan bagaimana tingkat kemampuan para pembaca BSa. Hal ini
penting diketahui oleh seorang penerjemah karena kemampuan pembaca dalam
memahami suatu bacaan pasti berbeda-beda. Apabila terjemahan itu ditunjukan
kepada orang-orang yang tidak terlalu ahli dalam bidang ilmu tertentu, maka tentu
seorang penerjemah perlu menyederhanakan kalimat-kalimat terjemahannya agar
mudah dipahami oleh para pembaca. Misalnya, jika terdapat kata-kata asing yang
sulit dipahami, maka penerjemah perlu mencari padanannya dalam BSa yang
memungkinkan para pembaca dapat memahami konsep yang terkandung dalam
kata-kata itu.
Ketika penerjemah melakukan kegiatan proses penerjemahan, dia harus
menganalisis BSu, berupa tataran seperti kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan
sebagainya. Usaha yang dilakukan oleh penerjemah adalah bagaimana mengetahui
makna dari unit-unit bahasa itu untuk kemudian di transfer ke unit-unit BSa.
Kemampuan untuk memahami makna yang direalisasikan dalam berbagai unitunit bahasa merupakan modal utama untuk memahami isi teks secara keseluruhan.
Dalam mempelajari makna, seorang penerjemah harus mengetahui bidang
semantik, karena semantik adalah ilmu yang membicarakan makna atau arti kata
dan kalimat. Hal ini sependapat dengan yang dikatakan Saeed (2009) yang
menyatakan bahwa “Semantics is the study of meaning of words and sentences”.
Selanjutnya, Hurford and Heaslay (1983) menyatakan bahwa “semantic is the
study of meaning in language”.
Setelah penerjemah memahami makna kata dan struktur BSu, maka
melalui proses pemikiran penerjemah akan menangkap pesan yang terdapat dalam
teks tersebut dan berusaha mencari makna yang kemudian proses itu akan
dilanjutkan dengan mengungkapkannya dalam BSa. Dalam melakukan kegiatan
penerjemahan ketepatan makna atau keakuratan suatu hasil terjemahan menjadi
sesuatu yang sangat penting, sebab terjemahan yang akurat akan berpengaruh
pada kemampuan pembaca BSa untuk memahami apa yang disampaikan oleh
penulis.
Keberhasilan seorang penerjemah dalam melakukan proses penerjemahan
akan bergantung pada kemampuannya dalam memahami teks yang akan
diterjemahkannya. Penerjemah yang handal tidak hanya menerjemahkan teks dari
BSu ke BSa berdasarkan struktur kedua bahasa, tetapi lebih dari itu dia harus
mengetahui makna kata atau ungkapan yang barhubungan dengan budaya
setempat, misalnya dalam menerjemahkan teks yang berbaur budaya seperti cerita
rakyat atau legenda. Dalam teks cerita atau legenda, sering terdapat katakata/ungkapan-ungkapan
budaya.
Kata-kata
bermuatan
budaya
tersebut
merupakan salah satu kesulitan yang dihadapi oleh penerjemah.
Salah satu cara untuk mengetahui kebudayaan suatu daerah tertentu adalah
melalui cerita rakyat. Kedudukan cerita rakyat bagi suatu kelompok masyarakat
mempunyai keunikan tersendiri, karena masyarakatnya telah menghayati secara
mendalam tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam masyarakat tersebut.
Kebudayaan
suatu
daerah
perlu
dikembangkan
untuk
mengembangkan
kebudayaan nasional yang mempunyai tujuan bersama yaitu untuk mempererat
rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Cerita rakyat/legenda merupakan bagian kekayaan budaya dan sejarah yang
dimiliki oleh suatu bangsa. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang
suatu kejadian di suatu tempat atau asal usul terbentuknya suatu tempat. Tokohtokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat secara umum diwujudkan dalam
bentuk seperti dewa, manusia maupun binatang. Cerita rakyat sangat bermanfaat
sebagai hiburan dan juga bisa dijadikan sebagai suri tauladan karena sebagian
besar cerita rakyat
mengandung pesan yang bersifat edukatif sehingga dapat
berpengaruh pada pendidikan anak. Hal ini, terlihat pada kegiatan proses belajar
mengajar di lingkungan pendidikan sekolah, guru sering menggunakan legenda
atau cerita rakyat sebagai media ajar untuk pendidikan peserta didik. Masyarakat
Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki keanekaragaman budaya
dan bahasa daerah. Banyak cerita rakyat yang ditulis, telah dipublikasikan dan
mudah dicari di berbagai toko buku.
Sekarang ini, telah banyak legenda atau cerita rakyat di berbagai daerah di
Indonesia yang dituliskan dalam bahasa daerah dan telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia bahkan ke bahasa asing seperti bahasa Inggris, sehingga orang
lain di luar pemakai bahasa legenda itu dapat menikmati ceritanya. Salah satu cara
guru untuk mengajarkan bahasa kepada anak didik adalah dengan bercerita. Selain
mengajarkan bahasa kepada anak didik melalui cerita/legenda, juga guru bisa
menyampaikan pesan-pesan moral yang sangat bermanfaat untuk membentuk
karakter anak didik ke arah yang lebih baik.
Salah satu legenda dari daerah Nias adalah Legenda Laowömaru. Legenda
ini memiliki nilai budaya daerah Nias yang dituturkan dari generasi ke generasi.
Cerita ini mengisahkan kepahlawanan seorang putra Nias yang menghancurkan
“si jahat”, yaitu seekor ular tua dan ganas yang bernama Haria. Tidak hanya
membunuh ular tersebut, Laowömaru juga memerangi para pelaut asing yang
menculik, menyiksa dan membunuh orang-orang Nias. Cerita ini telah ditulis oleh
Zalukhu dalam bahasa daerah Nias dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris oleh Zalukhu, yang diterbitkan pada tahun 2011 oleh
Yayasan Gema Budaya Nias.
Contoh penerjemahan dalam legenda ini, sebagai berikut:
TSu :
Laowömaru Manömanö Nono Niha
(nama orang) (cerita) (anak) (orang)
TSa : Laowömaru Legenda masyarakat Nias
Terjemahan di atas merupakan judul legenda dalam penelitian ini,
Laowömaru Manömanö Nono Niha adalah judul legenda yang ditulis dalam teks
bahasa daerah Nias, diterjemahkan menjadi Laowömaru Legenda Masyarakat
Nias adalah terjemahan judul legenda yang ditulis dalam teks bahasa Indonesia.
Dalam penerjemahan kalimat di atas, penerjemah menggunakan teknik kreasi
diskursif, penerjemah menerjemahkan keluar dari konteks (Molina dan Albir
dalam Silalahi, 2012). Frasa Nono Niha diterjemahkan menjadi Masyarakat Nias.
Teknik ini dilakukan oleh penerjemah untuk menarik perhatian pembaca.
Contoh lain:
TSu :
Esolo sibai mbagimö Haria.
Lö
famaedo nia
ba gulidanö”
(Gemuk sekali) (lehermu Haria) (Tak ada) (bandingannya) (di) (dunia ini)”
KS
O
TSa : Lehermu besar sekali Haria. Tak ada bandingannya di dunia ini”
O
KS
Terjemahan di atas menggunakan teknik penerjemahan harfiah dan
transposisi. Teknik harfiah dilakukan oleh penerjemah dengan menerjemahkan
kata demi kata, Lö famaedo nia ba gulidanö diterjemahkan menjadi Tak ada
bandingannya di dunia ini. Sedangkan, teknik transposisi, yaitu penerjemahan
dengan melakukan perubahan kategori gramatikal. Terjadi pergeseran unit yaitu
pada Tsu: KS + O, sedangkan pada TSa adalah: O + KS. Namun, masalah pada
terjemahan itu, penerjemah menerjemahkan kata Esolo menjadi besar.
Terjemahkan kata itu kurang akurat, sebab kata Esolo dalam Kamus bahasa Nias
adalah gemuk, (Halawa. T, dkk. 1983) sedangkan arti kata besar dalam bahasa
Nias adalah ebua. Jadi, terjemahan itu kurang akurat. Kalimat itu bisa akurat
apabila terjemahannya menjadi: Lehermu gemuk sekali, Haria.
Legenda Laowömaru ini merupakan cerita rakyat di daerah Nias yang
memiliki kebudayaan tersendiri, tentunya menjadi kebanggan kita semua. Cerita
ini sangat bermanfaat sebagai hiburan dan suri tauladan terutama di daerah Nias,
cerita ini disukai oleh semua kalangan terutama anak-anak. Berdasarkan
pengamatan peneliti, legenda ini dipergunakan oleh guru di lingkungan
pendidikan sekolah di kepulauan Nias. Bertitik tolak dari salah satu contoh kasus
di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sebab bila terjemahannya
kurang baik, tentu pengaruhnya pada pembaca akan mengalami kesulitan dalam
membandingkan teks terjemahan dari BSu ke BSa, sementara, penerjemah
legenda
ini
(Zalukhu)
adalah
pengarang
legenda
Laowömaru
dan
menerjemahkannya ke beberapa bahasa lain seperti bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris dan masih aktif sampai sekarang mengarang legenda-legenda lain dan
menerjemahkannya ke bahasa lain.
Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan beberapa alasan mengapa peneliti
melakukan
penelitian ini adalah: 1) Legenda Laowömaru adalah salah satu
legenda yang cukup terkenal di seluh kepulauan Nias. Legenda ini sangat penting
dalam kehidupan masyarakat dan juga dalam bidang pendidikan, yang dapat
dijadikan sebagai hiburan, suri tauladan karena terdapat pesan-pesan moral
(misalnya: jangan mengkhianati masyarakat kita sendiri) dan juga untuk
mengajarkan bahasa daerah dan bahasa Indonesia kepada anak-anak sekolah
terutama di kepulauan Nias. Peneliti berasumsi bahwa bahasa daerah Nias
semakin punah, karena di lingkungan sekolah peserta didik dibiasakan memakai
bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia untuk berkomunikasi di lingkungan
sekolah. Akan tetapi, dengan diajarkannya legenda ini dalam bahasa daerah Nias
dan bahasa Indonesia, mereka akan terbantu untuk tetap mengetahui bahasa
daerah Nias dan juga bahasa Indonesia, 2) Legenda Laowömaru penting
dipertahankan dan dikembangkan karena ceritanya merupakan cirikhas budaya
daerah Nias, salah satu caranya melalui penerjemahan legenda ini ke dalam
bahasa lain seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, hal ini dimaksudkan agar
warga luar pulau Nias atau yang berbeda suku dengan suku Nias dapat memahami
bahasa dan budaya daerah Nias, 3) Terjemahan legenda ini merupakan konsumsi
publik sehingga perlunya terjemahan yang berkualitas, agar pembaca dapat
mengetahui maksud yang disampaikan oleh penulis.
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah ilmiah, yaitu dengan cara
peneliti melakukan analisis teknik-teknik yang digunakan oleh penerjemah dalam
menerjemahkan legenda Laowömaru dari bahasa daerah Nias ke dalam bahasa
Indonesia, kemudian peneliti menilai dampak teknik penerjemahan itu pada
tingkat keakuratan, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan
positif kepada penerjemah dan para pembaca untuk melakukan proses
penerjemahan yang lebih baik di masa yang akan datang. Para penerjemah
berpendapat bahwa tidak ada terjemahan yang paling sempurna. Namun demikian,
prinsip penerjemahan bahwa isinya harus dapat tersampaikan ke BSa sesuai
dengan maksud yang disampaikan oleh penulis agar dapat dipahami oleh pembaca
BSa.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik penerjemahan apa sajakah yang digunakan penerjemah dalam
menerjemahkan Laowömaru Manömanö Nono Niha dalam Laowömaru
Legenda Masyarakat Nias?
2. Bagaimana keakuratan terjemahan Laowömaru Manömanö Nono Niha dalam
Laowömaru Legenda Masyarakat Nias?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam
menerjemahkan Laowömaru Manömanö Nono Niha dalam Laowömaru
Legenda Masyarakat Nias.
2. Untuk menganalisis keakuratan terjemahan Laowömaru Manömanö Nono
Niha dalam Laowömaru Legenda Masyarakat Nias.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian dalam penelitian ini adalah:
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu kebahasaan
(linguistik) khususnya dalam penerjemahan untuk mengetahui keakuratan
hasil suatu penerjemahan.
2. Untuk memperkaya khasanah penelitian dalam bidang penerjemahan
khususnya bahasa daerah Nias ke dalam bahasa Indonesia.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Untuk memberikan masukan kepada penerjemah agar lebih hati-hati dalam
melakukan proses penerjemahan di masa yang akan datang.
2. Untuk memberikan kontribusi kepada penerjemah dalam melakukan penilaian
kualitas terjemahan.
3. Sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.
1.5. Klarifikasi Makna Istilah
Klarifikasi makna istilah bertujuan untuk menghindari agar tidak terjadi
kesalahan dalam mengartikan istilah yang ada, maka perlu diklarifikasikan.
Istilah-istilah tersebut, antara lain:
1.
Terjemahan, yaitu produk atau hasil yang disajikan oleh seorang penerjemah
melalui proses penerjemahan (Machali, 2009).
2.
Bahasa sumber (BSu) dan Bahasa Sasaran (BSa). Bahasa sumber adalah
bahasa daerah Nias (Laowömaru Manömanö Nono Niha) dan bahasa sasaran
adalah bahasa Indonesia (Laowömaru Legenda Masyarakat Nias).
3.
Legenda Laowömaru adalah merupakan cerita rakyat masyarakat Nias yang
ditulis oleh Zalukhu dan diterjemahkan oleh Zalukhu, yang diterbitkan oleh
penerbit Yayasan Gema Budaya Nias tahun 2011.
4.
Teknik
Penerjemahan
adalah
prosedur
untuk
menganalisis
dan
mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan
dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina dan Albir (2002)
dalam Silalahi (2012).
5.
Terjemahan akurat adalah terjemahan yang merujuk pada terjemahan yang
tidak mengalami distorsi makna. Dengan kata lain, makna kata, frasa, klausa
dan kalimat dari bahasa sumber diterjemahakan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran. (Silalahi, 2012)
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Zaman sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang
penerjemahan semakin berkembang yang dibuktikan dari tahun ke tahun, semakin
banyak produk buku yang diterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain.
Perkembangan ini sebagai bukti bahwa klien atau orang yang menggunakan jasa
penerjemah semakin meningkat. Untuk meningkatkan kualitas terjemahan,
seorang penerjemah harus mengetahui lebih dalam dan luas tentang teknik-teknik
penerjemahan. Hal inilah yang mendorong para penerjemah semakin banyak dan
berusaha meningkatkan kualitas terjemahannya.
Seorang penerjemah tidak hanya mengetahui BSu dan BSa tetapi juga
budaya kedua bahasa tersebut, karena kegiatan penerjemahan adalah melakukan
proses pengalihan pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran
(BSa) dengan memperhatikan
padanan dan ragam teksnya agar pesan dapat
dipahami oleh pembaca.
Berdasarkan pengamatan peneliti di beberapa toko buku dan perpustakaan
bahwa begitu banyak hasil karya orang yang telah dipublikasikan dan
diterjemahkan ke bahasa lain. Beberapa buku terjemahan itu, ibarat sebuah jambu
yang di luarnya kelihatan baik, namun setelah dibelah, di dalamnya busuk dan
berulat. Hal seperti ini bisa saja terjadi pada buku hasil terjemahan, kulitnya bagus
tapi isi dan pesan yang diterjemahkan tidak jelas. Setiap penerjemah pasti
berharap agar terjemahannya dibaca oleh orang lain. Untuk mendapatkan
perhatian dari para pembaca, penerjemah harus tahu kepada siapa terjemahan
diperuntukkan dan bagaimana tingkat kemampuan para pembaca BSa. Hal ini
penting diketahui oleh seorang penerjemah karena kemampuan pembaca dalam
memahami suatu bacaan pasti berbeda-beda. Apabila terjemahan itu ditunjukan
kepada orang-orang yang tidak terlalu ahli dalam bidang ilmu tertentu, maka tentu
seorang penerjemah perlu menyederhanakan kalimat-kalimat terjemahannya agar
mudah dipahami oleh para pembaca. Misalnya, jika terdapat kata-kata asing yang
sulit dipahami, maka penerjemah perlu mencari padanannya dalam BSa yang
memungkinkan para pembaca dapat memahami konsep yang terkandung dalam
kata-kata itu.
Ketika penerjemah melakukan kegiatan proses penerjemahan, dia harus
menganalisis BSu, berupa tataran seperti kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan
sebagainya. Usaha yang dilakukan oleh penerjemah adalah bagaimana mengetahui
makna dari unit-unit bahasa itu untuk kemudian di transfer ke unit-unit BSa.
Kemampuan untuk memahami makna yang direalisasikan dalam berbagai unitunit bahasa merupakan modal utama untuk memahami isi teks secara keseluruhan.
Dalam mempelajari makna, seorang penerjemah harus mengetahui bidang
semantik, karena semantik adalah ilmu yang membicarakan makna atau arti kata
dan kalimat. Hal ini sependapat dengan yang dikatakan Saeed (2009) yang
menyatakan bahwa “Semantics is the study of meaning of words and sentences”.
Selanjutnya, Hurford and Heaslay (1983) menyatakan bahwa “semantic is the
study of meaning in language”.
Setelah penerjemah memahami makna kata dan struktur BSu, maka
melalui proses pemikiran penerjemah akan menangkap pesan yang terdapat dalam
teks tersebut dan berusaha mencari makna yang kemudian proses itu akan
dilanjutkan dengan mengungkapkannya dalam BSa. Dalam melakukan kegiatan
penerjemahan ketepatan makna atau keakuratan suatu hasil terjemahan menjadi
sesuatu yang sangat penting, sebab terjemahan yang akurat akan berpengaruh
pada kemampuan pembaca BSa untuk memahami apa yang disampaikan oleh
penulis.
Keberhasilan seorang penerjemah dalam melakukan proses penerjemahan
akan bergantung pada kemampuannya dalam memahami teks yang akan
diterjemahkannya. Penerjemah yang handal tidak hanya menerjemahkan teks dari
BSu ke BSa berdasarkan struktur kedua bahasa, tetapi lebih dari itu dia harus
mengetahui makna kata atau ungkapan yang barhubungan dengan budaya
setempat, misalnya dalam menerjemahkan teks yang berbaur budaya seperti cerita
rakyat atau legenda. Dalam teks cerita atau legenda, sering terdapat katakata/ungkapan-ungkapan
budaya.
Kata-kata
bermuatan
budaya
tersebut
merupakan salah satu kesulitan yang dihadapi oleh penerjemah.
Salah satu cara untuk mengetahui kebudayaan suatu daerah tertentu adalah
melalui cerita rakyat. Kedudukan cerita rakyat bagi suatu kelompok masyarakat
mempunyai keunikan tersendiri, karena masyarakatnya telah menghayati secara
mendalam tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam masyarakat tersebut.
Kebudayaan
suatu
daerah
perlu
dikembangkan
untuk
mengembangkan
kebudayaan nasional yang mempunyai tujuan bersama yaitu untuk mempererat
rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Cerita rakyat/legenda merupakan bagian kekayaan budaya dan sejarah yang
dimiliki oleh suatu bangsa. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang
suatu kejadian di suatu tempat atau asal usul terbentuknya suatu tempat. Tokohtokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat secara umum diwujudkan dalam
bentuk seperti dewa, manusia maupun binatang. Cerita rakyat sangat bermanfaat
sebagai hiburan dan juga bisa dijadikan sebagai suri tauladan karena sebagian
besar cerita rakyat
mengandung pesan yang bersifat edukatif sehingga dapat
berpengaruh pada pendidikan anak. Hal ini, terlihat pada kegiatan proses belajar
mengajar di lingkungan pendidikan sekolah, guru sering menggunakan legenda
atau cerita rakyat sebagai media ajar untuk pendidikan peserta didik. Masyarakat
Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki keanekaragaman budaya
dan bahasa daerah. Banyak cerita rakyat yang ditulis, telah dipublikasikan dan
mudah dicari di berbagai toko buku.
Sekarang ini, telah banyak legenda atau cerita rakyat di berbagai daerah di
Indonesia yang dituliskan dalam bahasa daerah dan telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia bahkan ke bahasa asing seperti bahasa Inggris, sehingga orang
lain di luar pemakai bahasa legenda itu dapat menikmati ceritanya. Salah satu cara
guru untuk mengajarkan bahasa kepada anak didik adalah dengan bercerita. Selain
mengajarkan bahasa kepada anak didik melalui cerita/legenda, juga guru bisa
menyampaikan pesan-pesan moral yang sangat bermanfaat untuk membentuk
karakter anak didik ke arah yang lebih baik.
Salah satu legenda dari daerah Nias adalah Legenda Laowömaru. Legenda
ini memiliki nilai budaya daerah Nias yang dituturkan dari generasi ke generasi.
Cerita ini mengisahkan kepahlawanan seorang putra Nias yang menghancurkan
“si jahat”, yaitu seekor ular tua dan ganas yang bernama Haria. Tidak hanya
membunuh ular tersebut, Laowömaru juga memerangi para pelaut asing yang
menculik, menyiksa dan membunuh orang-orang Nias. Cerita ini telah ditulis oleh
Zalukhu dalam bahasa daerah Nias dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris oleh Zalukhu, yang diterbitkan pada tahun 2011 oleh
Yayasan Gema Budaya Nias.
Contoh penerjemahan dalam legenda ini, sebagai berikut:
TSu :
Laowömaru Manömanö Nono Niha
(nama orang) (cerita) (anak) (orang)
TSa : Laowömaru Legenda masyarakat Nias
Terjemahan di atas merupakan judul legenda dalam penelitian ini,
Laowömaru Manömanö Nono Niha adalah judul legenda yang ditulis dalam teks
bahasa daerah Nias, diterjemahkan menjadi Laowömaru Legenda Masyarakat
Nias adalah terjemahan judul legenda yang ditulis dalam teks bahasa Indonesia.
Dalam penerjemahan kalimat di atas, penerjemah menggunakan teknik kreasi
diskursif, penerjemah menerjemahkan keluar dari konteks (Molina dan Albir
dalam Silalahi, 2012). Frasa Nono Niha diterjemahkan menjadi Masyarakat Nias.
Teknik ini dilakukan oleh penerjemah untuk menarik perhatian pembaca.
Contoh lain:
TSu :
Esolo sibai mbagimö Haria.
Lö
famaedo nia
ba gulidanö”
(Gemuk sekali) (lehermu Haria) (Tak ada) (bandingannya) (di) (dunia ini)”
KS
O
TSa : Lehermu besar sekali Haria. Tak ada bandingannya di dunia ini”
O
KS
Terjemahan di atas menggunakan teknik penerjemahan harfiah dan
transposisi. Teknik harfiah dilakukan oleh penerjemah dengan menerjemahkan
kata demi kata, Lö famaedo nia ba gulidanö diterjemahkan menjadi Tak ada
bandingannya di dunia ini. Sedangkan, teknik transposisi, yaitu penerjemahan
dengan melakukan perubahan kategori gramatikal. Terjadi pergeseran unit yaitu
pada Tsu: KS + O, sedangkan pada TSa adalah: O + KS. Namun, masalah pada
terjemahan itu, penerjemah menerjemahkan kata Esolo menjadi besar.
Terjemahkan kata itu kurang akurat, sebab kata Esolo dalam Kamus bahasa Nias
adalah gemuk, (Halawa. T, dkk. 1983) sedangkan arti kata besar dalam bahasa
Nias adalah ebua. Jadi, terjemahan itu kurang akurat. Kalimat itu bisa akurat
apabila terjemahannya menjadi: Lehermu gemuk sekali, Haria.
Legenda Laowömaru ini merupakan cerita rakyat di daerah Nias yang
memiliki kebudayaan tersendiri, tentunya menjadi kebanggan kita semua. Cerita
ini sangat bermanfaat sebagai hiburan dan suri tauladan terutama di daerah Nias,
cerita ini disukai oleh semua kalangan terutama anak-anak. Berdasarkan
pengamatan peneliti, legenda ini dipergunakan oleh guru di lingkungan
pendidikan sekolah di kepulauan Nias. Bertitik tolak dari salah satu contoh kasus
di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sebab bila terjemahannya
kurang baik, tentu pengaruhnya pada pembaca akan mengalami kesulitan dalam
membandingkan teks terjemahan dari BSu ke BSa, sementara, penerjemah
legenda
ini
(Zalukhu)
adalah
pengarang
legenda
Laowömaru
dan
menerjemahkannya ke beberapa bahasa lain seperti bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris dan masih aktif sampai sekarang mengarang legenda-legenda lain dan
menerjemahkannya ke bahasa lain.
Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan beberapa alasan mengapa peneliti
melakukan
penelitian ini adalah: 1) Legenda Laowömaru adalah salah satu
legenda yang cukup terkenal di seluh kepulauan Nias. Legenda ini sangat penting
dalam kehidupan masyarakat dan juga dalam bidang pendidikan, yang dapat
dijadikan sebagai hiburan, suri tauladan karena terdapat pesan-pesan moral
(misalnya: jangan mengkhianati masyarakat kita sendiri) dan juga untuk
mengajarkan bahasa daerah dan bahasa Indonesia kepada anak-anak sekolah
terutama di kepulauan Nias. Peneliti berasumsi bahwa bahasa daerah Nias
semakin punah, karena di lingkungan sekolah peserta didik dibiasakan memakai
bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia untuk berkomunikasi di lingkungan
sekolah. Akan tetapi, dengan diajarkannya legenda ini dalam bahasa daerah Nias
dan bahasa Indonesia, mereka akan terbantu untuk tetap mengetahui bahasa
daerah Nias dan juga bahasa Indonesia, 2) Legenda Laowömaru penting
dipertahankan dan dikembangkan karena ceritanya merupakan cirikhas budaya
daerah Nias, salah satu caranya melalui penerjemahan legenda ini ke dalam
bahasa lain seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, hal ini dimaksudkan agar
warga luar pulau Nias atau yang berbeda suku dengan suku Nias dapat memahami
bahasa dan budaya daerah Nias, 3) Terjemahan legenda ini merupakan konsumsi
publik sehingga perlunya terjemahan yang berkualitas, agar pembaca dapat
mengetahui maksud yang disampaikan oleh penulis.
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah ilmiah, yaitu dengan cara
peneliti melakukan analisis teknik-teknik yang digunakan oleh penerjemah dalam
menerjemahkan legenda Laowömaru dari bahasa daerah Nias ke dalam bahasa
Indonesia, kemudian peneliti menilai dampak teknik penerjemahan itu pada
tingkat keakuratan, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan
positif kepada penerjemah dan para pembaca untuk melakukan proses
penerjemahan yang lebih baik di masa yang akan datang. Para penerjemah
berpendapat bahwa tidak ada terjemahan yang paling sempurna. Namun demikian,
prinsip penerjemahan bahwa isinya harus dapat tersampaikan ke BSa sesuai
dengan maksud yang disampaikan oleh penulis agar dapat dipahami oleh pembaca
BSa.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik penerjemahan apa sajakah yang digunakan penerjemah dalam
menerjemahkan Laowömaru Manömanö Nono Niha dalam Laowömaru
Legenda Masyarakat Nias?
2. Bagaimana keakuratan terjemahan Laowömaru Manömanö Nono Niha dalam
Laowömaru Legenda Masyarakat Nias?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam
menerjemahkan Laowömaru Manömanö Nono Niha dalam Laowömaru
Legenda Masyarakat Nias.
2. Untuk menganalisis keakuratan terjemahan Laowömaru Manömanö Nono
Niha dalam Laowömaru Legenda Masyarakat Nias.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian dalam penelitian ini adalah:
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu kebahasaan
(linguistik) khususnya dalam penerjemahan untuk mengetahui keakuratan
hasil suatu penerjemahan.
2. Untuk memperkaya khasanah penelitian dalam bidang penerjemahan
khususnya bahasa daerah Nias ke dalam bahasa Indonesia.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Untuk memberikan masukan kepada penerjemah agar lebih hati-hati dalam
melakukan proses penerjemahan di masa yang akan datang.
2. Untuk memberikan kontribusi kepada penerjemah dalam melakukan penilaian
kualitas terjemahan.
3. Sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.
1.5. Klarifikasi Makna Istilah
Klarifikasi makna istilah bertujuan untuk menghindari agar tidak terjadi
kesalahan dalam mengartikan istilah yang ada, maka perlu diklarifikasikan.
Istilah-istilah tersebut, antara lain:
1.
Terjemahan, yaitu produk atau hasil yang disajikan oleh seorang penerjemah
melalui proses penerjemahan (Machali, 2009).
2.
Bahasa sumber (BSu) dan Bahasa Sasaran (BSa). Bahasa sumber adalah
bahasa daerah Nias (Laowömaru Manömanö Nono Niha) dan bahasa sasaran
adalah bahasa Indonesia (Laowömaru Legenda Masyarakat Nias).
3.
Legenda Laowömaru adalah merupakan cerita rakyat masyarakat Nias yang
ditulis oleh Zalukhu dan diterjemahkan oleh Zalukhu, yang diterbitkan oleh
penerbit Yayasan Gema Budaya Nias tahun 2011.
4.
Teknik
Penerjemahan
adalah
prosedur
untuk
menganalisis
dan
mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan
dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina dan Albir (2002)
dalam Silalahi (2012).
5.
Terjemahan akurat adalah terjemahan yang merujuk pada terjemahan yang
tidak mengalami distorsi makna. Dengan kata lain, makna kata, frasa, klausa
dan kalimat dari bahasa sumber diterjemahakan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran. (Silalahi, 2012)