LIB TANO NIHA : SEBUAH MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UIKM DI KABUPATEN NIAS.
LIB TANO NIHA :
SEBUAH MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UIKM DI KABUPATEN NIAS
Oleh :
SORANI HALAWA
Dr. H. FIRWAN TAN, SE, M.Ec, DEA.Ing HAFIZ RAHMAN, SE, MSBS
ABSTRACT
The development of middle and small industry (UIKM) have to be pushed and growed to race a higher economic growth and improve society participation in the development activity. This is important, considering that UIKM give more opening job opportunity to the public. That is a reason why the growth of UIKM takes a strategic contribution in the acceleration of area development. Moreover if attributed to the economic condition of Kabupaten Nias society that weaker after earhquake happen in the area on March 28th, 2005, where is disaster have destroyed the economics life of Kabupaten Nias society. To restore and pursue the left behind in development and economic growth, developing UIKM is very precise to be executed immediately. This research aim to (1) Evaluating reqirement of UIKM in Kabupaten Nias after the earthquake disaster that happen on March 28th, 2005. (2) Engineering an institution development model of UIKM in Kabupaten Nias. This research concluded that to answer and realize the objective above, hence a sinergic institution is required to develop UIKM in Kabupaten Nias. LIB Tano Niha is representative and relevant enough to meet the needs of Kabupaten Nias society, so that thereby can be made as one of the alternative to develop UIKM or the other that to economics in Kabupaten Nias.
Keywords : Middle and small industry, development of Kabupaten Nias.
1. Latar Belakang.
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dalam jangka panjang ditandai dengan suatu perubahan struktur ekonomi negara yang bersangkutan dari ekonomi yang bersifat tradisional yang sangat tergantung kepada kegiatan sektor pertanian ke ekonomi modern yang lebih tergantung kepada kegiatan di sektor industri. Yang terakhir ini artinya adalah sektor industri sebagai mesin utama percepatan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Pembangunan sektor industri pada negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia harus didorong dan ditumbuhkembangkan agar produk-produk dan jasa
(2)
buatan sendiri dapat bersaing tidak saja di pasar lokal atau domestik tetapi juga di pasar internasional. (Todaro, 2000 : 562).
Sekarang dan masa mendatang, UIKM tidak mungkin diabaikan, malah bagi Indonesia khususnya, aspek ini unggulan sub-sektor yang semakin bisa diandalkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan nasional, daerah sampai ke tingkat pedesaan. Pengalaman di negara-negara yang telah maju menunjukkan bahwa sektor UIKM bisa lebih banyak memberikan kesempatan kerja bagi rakyat kelompok menengah ke bawah sebagai kelompok yang jumlahnya terbesar. (Tan, 2005 : 969).
Di Kabupaten Nias, menumbuhkembangkan UIKM merupakan hal yang sangat strategis dan sangat menentukan dalam percepatan pembangunan daerah ini sekarang dan di masa-masa yang akan datang. Adapun alasannya antara lain sebagai berikut :
Jumlah usaha kecil (cq. UIKM) cukup banyak dan tersebar sampai ke daerah-daerah pedesaan.
Sebagian besar penduduk menggantungkan hidup di sektor UIKM.
UIKM telah terbukti dapat bertahan terhadap krisis ekonomi yang begitu dahsyat (1997) karena memiliki karakteristik yang lebih fleksibel.
Dengan bergulirnya kebijakan otonomi daerah, peranan UIKM menjadi semakin penting mengingat sektor ini adalah sangat terbuka dalam menyerap tenaga kerja dan bisa ditumbuhkembangkan sampai ke tingkat pedesaan.
Oleh sebab itu perencanaan pembangunan bidang UIKM mesti dipersiapkan sedini mungkin. Terobosan dan pembaharuan yang bersifat terus menerus tentu diperlukan dalam rangka peningkatan nilai tambah dan daya saing UIKM.
(3)
Pekerjaan menumbuhkembangkan UIKM lebih intensif bukanlah suatu pekerjaan yang mudah di Kabupaten Nias. Hal ini disebabkan oleh musibah yang dialami yaitu gempa bumi yang begitu dahsyat yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005 yang telah memporak-porandakan sistem infrastruktur pembangunan di Kabupaten Nias disamping juga memberikan dampak negatif psikologis terhadap kehidupan rakyat dalam arti keseluruhan. Karena itu untuk membangun kembali khususnya kondisi UIKM agar bisa bertumbuh dan berkembang lebih baik di masa mendatang sudah pasti diperlukan suatu kebijakan terobosan. Akibat daripada gempa bumi tersebut telah menyebabkan produk-produk UIKM yang selama ini dihasilkan dan siap untuk dipasarkan telah hancur tertimpa bangunan-bangunan yang roboh. Demikian pula dengan sarana dan prasarana infrastruktur yang mendukung kegiatan industri dalam arti keseluruhan yang selama ini dimanfaatkan untuk berproduksi telah banyak yang tidak bisa digunakan lagi. Kondisi seperti ini telah membuat mereka kehilangan omzet* yang pada akhirnya membuat kehidupan perekonomian mereka semakin melemah. Singkatnya, peristiwa gempa bumi yang dialami masyarakat di Kabupaten Nias membuat kegiatan di sektor industri menjadi terstagnasi dalam arti kata tidak bisa berkembang secara baik, teratur dan cepat. Sejauh pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak, maka persoalan UIKM di Kabupaten Nias pasca gempa bumi perlu diupayakan mencari penyelesaian sehingga dapat dibangun suatu strategi kebijakan penyelamatan dan pembangunan jangka panjang. Untuk mewujudkan maksud tersebut sudah tentu tidaklah rasional kalau tidak dilakukan suatu pengkajian dan penelitian yang mendalam sebelum melahirkan rekomendasi kebijakan yang pantas dan menguntungkan rakyat banyak.
(4)
Dalam kerangka pemikiran inilah maka diangkat suatu studi tentang “LIB Tano Niha : Sebuah Model Pengembangan Kelembagaan UIKM di Kabupaten Nias.”
2. Perumusan Masalah.
Menumbuhkembangkan kegiatan UIKM di Kabupaten Nias terutama pasca gempa bumi ini perlu diupayakan secara sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin sehingga dapat meningkatkan kembali taraf kehidupan masyarakat dalam arti keseluruhan di daerah ini.
Jika dilihat dari hasil-hasil studi sebelumnya dan laporan-laporan yang dikeluarkan secara resmi oleh dinas-dinas yang terkait dengan UIKM, maka permasalahan utama yang dihadapi oleh UIKM secara umum adalah sebagai berikut : kurangnya daya tarik investor yang mau menanamkan modalnya di Kabupaten Nias, lemahnya keahlian dan ketrampilan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia, lemahnya aparatur pembina UIKM, kurang tersedianya peralatan pendukung yang efisien dan berteknologi, kurang menguntungkannya posisi geografis Kabupaten Nias karena jauh dari Ibukota Propinsi dan berada di Samudera Hindia, kurangnya keterkaitan kegiatan UIKM dengan Usaha Industri berskala besar, masih lemahnya jumlah APBD yang dianggarkan untuk UIKM, masih lemahnya kegiatan promosi dan pemasaran, belum adanya institusi tersendiri yang lebih fokus yang menangani persoalan UIKM, dst.
Menghadapi persoalan-persoalan tersebut diatas tentu yang menjadi pertanyaan adalah sebagai berikut :
1. Apa strategi dalam menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias ?
2. Apa bentuk strategi aktor yang memungkinkan efektif dan efisien dalam mendorong dan memfasilitasi kegiatan UIKM ?*
(5)
3. Tujuan Penelitian.
1. Mengevaluasi kebutuhan UIKM di Kabupaten Nias pasca musibah bencana alam gempa bumi yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005.
2. Merekayasa sebuah model pengembangan kelembagaan UIKM di Kabupaten Nias.
4. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Nias dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang dirasa perlu bagi upaya pemulihan, penumbuhan, pembinaan dan pengembangan sektor UIKM di Kabupaten Nias. Diharapkan dalam penelitian ini akan ditemukannya peluang dalam membangun kembali dan menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias. Hal ini sangat penting untuk memacu peningkatan pembangunan di Kabupaten Nias dalam mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan dengan daerah-daerah lain. Disamping itu juga akan bermanfaat dalam melakukan perubahan struktur pembangunan perekonomian di Kabupaten Nias. Usaha menumbuhkembangkan UIKM mutlak dilakukan, sebab dengan hal ini peningkatan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah dapat dicapai dan ditingkatkan. Khususnya bagi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Nias, tentu hasil penelitian ini sangat bermanfaat sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan sektor industri khususya UIKM di Kabupaten Nias.
(6)
5. Beberapa Penelitian Terdahulu.
Penelitian tentang UIKM sudah cukup banyak dilakukan, namun dalam tulisan ini akan ditinjau dan dievaluasi berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pedoman dan berkaitan dengan penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Hamidi (1995) terhadap UIKM di Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau dengan menekankan pada pengembangan UIKM dan pengaruhnya terhadap pembangunan wilayah di Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau. Dalam penelitian ditemukan bahwa industri kecil di Kabupaten Bengkalis mempunyai peranan yang relatif besar terhadap perekonomian wilayah dan merupakan sektor basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Bengkalis. Sektor sektor basis bagi perekonomian wilayah UIKM mempunyai efek pengganda terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja di wilayah Kabupaten Bengkalis. Strategi yang dilakukan dalam menumbuhkembangkan UIKM di daerah ini adalah dengan meningkatkan pos anggaran APBD dengan berbagai bantuan dan insentif untuk menumbuhkembangkan sektor industri khususnya UIKM.
Jimni (2004) meneliti tentang peranan UIKM terhadap pembangunan ekonomi di Kota Payakumbuh Propinsi Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan UIKM terhadap pertumbuhan pendapatan Kota Payakumbuh dan menganalisa peranan industri kecil terhadap penyerapan kesempatan kerja di Kota Payakumbuh. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa sektor industri mempunyai peranan yang cukup besar terhadap perekonomian, baik terhadap pertumbuhan pendapatan maupun terhadap pertumbuhan kesempatan kerja di Kota Payakumbuh. Sektor ini
(7)
merupakan sektor basis di Kota Payakumbuh yang mempunyai efek pengganda terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Strategi yang dilakukan dalam menumbuhkembangkan UIKM di daerah ini adalah dengan peningkatan anggaran untuk sektor ini dan pelaksanaan berbagai kegiatan pembinaan dan pengembangan terhadap UIKM.
Albertiusman (2005) meneliti tentang Strategi Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Bukit Tinggi (Studi Kasus UIK bordir, sepatu dan kerupuk sanjai). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat persaingan antar pengusaha dalam UIK di Bukit Tinggi khususnya persaingan dalam produksi dan pemasaran, dan merumuskan strategi dalam menumbuhkembangkan UIK di Bukit Tinggi supaya dapat menjadi salah satu sektor utama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa persaingan antar pengusaha UIK bordir, sepatu dan kerupuk sanjai di Bukit Tinggi mendekati sempurna terbukti dengan konsentrasi rasio perusahaan terbesar, 4-besar yang sangat kecil, serta indeks –H yang sangat kecil dan cenderung menurun. Strategi yang dilakukan untuk pengembangan UIK bordir dan sepatu adalah perlindungan terhadap pengusaha yang ada dalam UIK bordir, mempermudah akses pengusaha untuk mendapatkan bahan baku yang lebih murah dan berkualitas, memperluas peluang pasar dan peningkatan teknologi produksi. Sedangkan untuk UIK kerupuk sanjai dilakukan strategi diversifikasi produk menjadi berbagai macam aneka kerupuk dan peningkatan teknologi produksi dan pasca produksi.
Dari berbagai penelitian tersebut diatas terlihat bahwa strategi yang dilakukan dalam menumbuhkembangkan UIKM hanya dilakukan secara parsial dan tidak secara totalitas. Oleh sebab itu, dalam menumbuhkembangkan UIKM secara totalitas dan
(8)
menyeluruh diperlukan wadah/lembaga yang lebih profesional, efektif dan efisien yang dapat membantu UIKM dalam bertumbuh dan berkembang.
6. Metodologi Penelitian. 6.1. Daerah Penelitian.
Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Nias memiliki potensi yang cukup besar dalam menumbuhkembangkan UIKM di Propinsi Sumatera Utara dan Indonesia pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh karena sumber daya alamnya sebagai sumber bahan baku yang begitu melimpah. Karena sektor ini cukup penting untuk ditumbuhkembangkan, maka penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Nias Propinsi Sumatera Utara, apalagi daerah ini barusan saja dilanda oleh bencana alam gempa bumi yang begitu dahsyat pada tanggal 28 Maret 2005 yang lalu, disamping Kabupaten Nias adalah daerah asal Penulis dan tempat mengabdi.
6.2. Pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini, data yang dipergunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan berupa hasil pengisian kuisioner dan wawancara kepada pihak yang terkait dengan UIKM. Untuk mendukung data primer ini, maka diperlukan juga data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nias dan data lain yang diperlukan dari Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kabupaten Nias.
Dalam memperoleh data primer ini seluruh populasi tidak mungkin diteliti satu persatu, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dan biaya. Oleh sebab itu, perolehan data primer ini dilakukan dengan penarikan sampel terhadap industri kecil yang
(9)
diteliti dengan menggunakan menggunakan rumus (Albertiusman 2005 : 24) sebagai berikut :
N n =
1 + N e2 dimana : n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = % tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (10 %)
Penarikan sampel di lapangan dilakukan dengan metoda Stratified Simple Random Sampling, dimana industri kecil yang diteliti dikelompokkan menjadi 5 kelompok menurut pengelompokkan Departemen Perindustrian dan Perdagangan yaitu Industri Kecil Pangan, Industri Kecil Sandang dan Kulit, Industri Kecil Kimia dan Bahan Bangunan, Industri Kecil Kerajinan dan Umum, dan Industri Kecil Logam.
Dari jumlah sampel industri kecil yang ditetapkan berdasarkan rumus Slovian, ditetapkan jumlah sampel pada masing-masing kelompok. Untuk menentukan sampel masing-masing kelompok, digunakan alokasi sebanding. (Albertiusman (2005 : 25), yaitu :
Ni ni = n N
dimana : ni = jumlah sampel di masing-masing kelompok Ni = jumlah populasi di masing-masing kelompok N = jumlah semua populasi
(10)
Setelah jumlah sampel masing-masing kelompok pada industri kecil diketahui, maka penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling), dimana setiap populasi memiliki peluang yang sama untuk diambil.
Berdasarkan rumus penarikan sampel tersebut diatas maka sampel usaha industri kecil di Kabupaten Nias yang di survei dapat dilihat pada Tabel 3.1. di bawah ini : Tabel 3.1. Daftar Sampel Usaha Industri Kecil Di Kabupaten Nias Yang Di Survei.
No Kelompok Industri Kecil Jumlah Populasi
(N) Jumlah Sampel (n) 1. 2. 3. 4. 5. Pangan
Sandang dan Kulit
Kimia dan Bahan Bangunan Kerajinan dan Umum Logam 131 142 329 84 104 15 16 37 9 12
Jumlah 790 89
Sumber : Nias Dalam Angka 2004, BPS Kab. Nias 2005 (diolah).
Sedangkan pengambilan data dari pihak yang terkait dengan UIKM dilakukan dengan metode pengambilan sampel tidak acak, yaitu Purposive Sampling. Pemilihan sampel tidak acak (Purposive Sampling) dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini. Cara pengambilan sampel ini adalah memilih subjek dari populasi sedemikian rupa sehingga sampel yang dipilih mempunyai sifat yang sesuai dengan sifat-sifat populasi. (Singarimbun, 1987 : 168-169).
6.3. Pendekatan Penelitian.
Pendekatan penelitian terhadap suatu objek yang sedang diamati tergantung pada tujuan dari pelaksanaan penelitian tersebut. Untuk menjawab tujuan dilaksanakannya penelitian ini maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian deskriptif.
(11)
Pendekatan penelitian deskriptif adalah pendekatan dengan membandingkan teori maupun peraturan-peraturan dengan keadaan dan kondisi yang terjadi dilapangan, kemudian dikaji dan dianalisis untuk mengambil suatu kesimpulan.
Adapun ciri - ciri penelitian deskriptif menurut Hadari Nawawi (1993 : 63).
a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan saat sekarang atau masalah-masalah yang bersifat aktual.
b. Menggunakan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagimana adanya.
6.4. Langkah Metodologi.
Secara umum penelitian ini menggunakan pendekatan analisa kebutuhan (demand analysis). Dalam hubungan ini akan diidentifikasi hal-hal yang diperlukan atau dibutuhkan oleh pengusaha UIKM yang sudah ada untuk berkembang dan mengembangkan usahanya dan kebutuhan para calon pengusaha UIKM untuk memulai usahanya.
Untuk itu secara rinci pekerjaan mendeteksi kebutuhan yang dimaksud akan mengikuti langkah-langkah berikut ini :
1. Analisa terhadap kondisi faktor eksternal dari UIKM. Faktor-faktor eksternal yang di analisa ini adalah iklim ekonomi, sosial dan politik di Kabupaten Nias dalam arti keseluruhan yang akan dikaji sedemikian rupa.
2. Analisa terhadap kondisi faktor internal dari UIKM. Faktor-faktor internal yang di analisa ini adalah tentang kemampuan sumber daya manusia, organisasi dan manajemen, permodalan, sisterm produksi, produk, dan lain-lain.
Untuk mendapatkan informasi tentang faktor eksternal dan internal yang akan di analisa tersebut, maka alat yang digunakan adalah :
(12)
1. Menyusun kuisioner dan bahan wawancara.
2. Mendistribusikan kuisioner kepada responden (UIKM) yang terpilih berdasarkan sampel yang telah ditetapkan.
3. Melakukan observasi terhadap kegiatan UIKM.
4. Melakukan wawancara kepada pihak terkait dengan UIKM. 5. Pengalaman dan studi literatur lainnya.
6.5. Pengolahan Data.
Dalam pengolahan data, jawaban yang diperoleh diberi simbol berupa angka. Tahap pertama yang dilakukan dalam analisa dan pengolahan data ini adalah dengan mempelajari jawaban responden yang telah dikategorikan terlebih dahulu dan memberikan kode kepada jawaban yang ada. (Singarimbun, 1987 : 219).
Skala pengukuran yang dipergunakan dalam pengolahan data adalah dengan menggunakan Skala Likert. Menurut Sugiyono (1997 : 73), Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi subvariabel. Kemudian subvariabel dijabarkan menjadi komponen-komponen yang dapat terukur. Komponen-komponen yang terukur ini kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang kemudian dijawab oleh responden dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka setiap jawaban diberi skor atau nilai.
Dalam kuisioner yang dipakai di dalam penelitian ini, jawaban dan skor/nilai yang sudah di siapkan adalah :
(13)
1. Sangat Setuju Sekali/Sangat Menentukan Sekali/Sangat Diperlukan Sekali, dengan skor/nilai = 5.
2. Sangat Setuju / Sangat Menentukan / Sangat Diperlukan, dengan skor / nilai = 4. 3. Setuju/Menentukan/Diperlukan, dengan skor/nilai = 3.
4. Kurang Setuju / Kurang Menentukan / Kurang Diperlukan, dengan skor / nilai = 2.
5. Tidak Setuju/Tidak Menentukan/Tidak Diperlukan, dengan skor/nilai = 1.
Data yang telah dikumpulkan, diolah terlebih dahulu dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel-tabel guna kepentingan analisis. Dalam pengolahan data yang telah diperoleh dari lapangan, langkah yang dilakukan adalah :
1. Editing. Data yang masuk (raw data) diperiksa apakah terdapat kekeliruan-kekeliruan dalam pengisian dan lain-lain atau tidak.
2. Coding, yaitu pemberian tanda, simbol atau kode bagi tiap-tiap data yang masuk dalam kategori yang sama.
3. Tabulating. Jawaban-jawaban yang serupa dikelompokkan dengan cara teliti dan teratur, kemudian dihitung dan dijumlah berapa banyak peristiwa, gejala, items yang masuk dalam satu kategori.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisa data. Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan/pernyataan perihal rumusan-rumusan atau hal-hal yang diperoleh dalam penelitian. Untuk menganalisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisa non statistik, yaitu dengan membaca tabel-tabel atau angka yang tersedia dan kemudian melakukan uraian dan penafsiran.
(14)
7. Hasil dan Pembahasan.
7.1. Kebijakan Pembangunan UIKM di Indonesia.
Berdasarkan analisa data sekunder, secara nasional kebijakan dan program pemerintah atau swasta yang telah diluncurkan untuk membantu UIKM sangat bervariasi, namun dalam realisasinya sering terdengar kritik-kritik berikut :
1. Kurang efektif dan efisien serta tidak terpadu dan berkesinambungan karena dilaksanakan secara terpisah-pisah oleh departemen masing-masing, sehingga dalam realisasinya lebih besifat “top-down effects”.
2. Kurangnya keseriusan personil pelaksana dalam menangani persoalan karena yang bersangkutan bukanlah personil yang menerima resiko langsung atas kegagalan pekerjaannya (risk taker), para pelaksana bukanlah transferor, dinamisator dan stimulator yang bermotivasi tinggi dan menguasai permasalahan secara mendalam ; 3. Kurang mendapat “feed back” inovatif dari penerima bantuan karena masyarakat atau
kelompok sasaran bantuan tersebut tidak terpilih dengan cara-cara yang profesional, malah sering penentuan sasaran bantuan berbasis intuitif yang berwenang untuk tujuan-tujuan tertentu yang bersifat politis ;
4. Sulit menumbuhkembangkan UIKM melalui bantuan perusahaan-perusahaan berskala besar (BUMN/BUMD, perusahaan swasta), karena tidak mudah mendapatkan UIKM yang inovatif dimana produknya terintegrasi langsung atau dapat diintegrasikan dengan produk-produk perusahaan-perusahaan skala besar tersebut, oleh sebab itu sulit diciptakan kemitraan yang dinamis antara UIKM dengan usaha skala besar.
Cara-cara yang demikian ternyata telah menimbulkan lemahnya keterkaitan antara apa yang dibutuhkan oleh UIKM di lapangan, terutama di daerah-daerah dengan
(15)
skims program-program bantuan yang diberikan oleh pemerintah atau pihak swasta. Karena itu program-program yang diluncurkan akhirnya menjadi sumber pemborosan.
Misalnya program mengikut sertakan UIKM khususnya perusahaan pribumi dalam proyek-proyek PMDN dan PMA oleh perusahaan besar (semenjak 1970), tidak begitu berhasil karena terlalu birokratis, melibatkan cukup banyak aktor pembantu atau instansi-instansi pemerintah, untuk tujuan tersebut, kegiatan pembinaan teknis usaha dilakukan oleh lembaga-lembaga pada instansi-instansi pemerintah secara terpisah seperti proyek Departemen Perindustrian, BLK oleh Depnaker, Pusat Inkubasi Bisnis oleh Depkop, dll. Karena terlalu banyak yang terlibat sehingga sinkronisasi pembinaan dan kebutuhan sulit ditemukan.
Dipihak swasta misalnya dikenal degan deklarasi para konglomerat (1990) untuk membantu UIKM yang dikenal dengan istilah “Deklarasi Jimbaran”, tidak mencapai sasaran sebagaimana komitmen semula karena tidak diorganisir secara profesional dan terasa lebih bertujuan politis ketimbang bisnis murni.
Demikian pula dengan perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN) atau milik daerah (BUMD), diharapkan sebagai dinamisator ekonomi rakyat dan daerah melalui bantuan dana yang diambil dari keuntungannya pertahun (2,5% - 5,0%) untuk UIKM jua tidak berjalan mulus dan sesuai dengan harapan masyarakat karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak memiliki hak otonom yang luas untuk mengaturnya, dan tidak dapat diberikan kepada “lembaga independen” tetapi semuanya dilakukan sendiri dan diatur dari pusat melalui ketentuan menteri terkait sehingga dalam pelaksanaannya lebih berbobot politis.
Sebetulnya persoalan permodalan bagi UIKM bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan aspek-aspek lain, terutama dengan prospektif proyek. Untuk
(16)
mendapatkan proyek yang prospektif dikalangan UIKM bukanlah pekerjaan yang sederhana karena diperlukan suatu studi yang mendalam, penelitian dan rekayasa produk dan jasa terkait sehingga bernilai tambah tinggi, berdaya saing dan terjual.
7.2. Pembangunan UIKM di Kabupaten Nias.
Berdasarkan analisa data sekunder, di Kabupaten Nias cukup banyak kelembagaan yang dikerahkan untuk membantu UIKM terutama dalam konteks penelitian, pendidikan dan pelatihan ketrampilan manajemen, baik yang dilakukan oleh dinas-dinas dan instansi (Dinas Perindagtamben, Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi PKM dan Penanaman Modal, BAPPEDA, BPM, dll) maupun yang dilakukan oleh Kadin (pameran dan promosi produk, temu usaha, dll) dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat lainnya. Masing-masing bekerja sendiri-sendiri, terpisah satu sama lain tanpa koordinasi yang produktif pada satu fokus karena dibatasi oleh tugas pokok dan fungsi masing-masing sehingga “bantuan terpadu dan berkesinambungan“ yang merupakan harapan banyak UIKM di Kabupaten Nias sulit untuk terealisir. Keadaan yang demikian semakin menyulitkan lagi bagi pengusaha UIKM atau calon pengusaha UIKM jika dikaitkan dengan usaha mereka untuk membangun prospektif proyek melalui kegiatan inovasi usaha dan produk (business innovation and product development).
Kurangnya perhatian pemerintah, swasta, Perguruan Tinggi, dan lain-lain terhadap pengembangan produk-produk inovasi (inovasi teknologi) di tingkat UIKM adalah suatu kekeliruan, karena telah menyebabkan penguasaan teknologi produk bagi UIKM sangat lemah, karena itu pula mengapa mereka tidak proaktif dalam membangun kekuatan sendiri, mengolah sumber-sumber potensial dan membangun kemitraan yang dinamis dengan perusahaan-perusahaan besar yang ada. Lemahnya inovasi produk
(17)
dikalangan UIKM adalah alasan bagi perusahan-perusahaan besar untuk kurang tertarik membangun keterkaitan atau kemitraan dengan UIKM dan sebaliknya bagi UIKM menjadi tidak efisien dan efektif jika memasuki pasar yang sudah dikuasai oleh perusahaan besar.
Kondisi yang kurang baik tersebut adalah penyebab mengapa masih banyak hasil-hasil pertanian yang dijual dalam bentuk mentah, belum diolah sama sekali, meliputi produk-produk tanaman pangan, hortikultura dan hasil tanaman obat-obatan, tanaman tahunan, perikanan laut, perikanan darat/sungai, peternakan unggas, ayam, dan lain-lain, termasuk produk-produk hasil hutan seperti kayu maupun non kayu seperti bambu dan rotan. Demikian pula dengan kekayaan seni dan budaya yang beraneka ragam kurang mendapat sentuhan transformasi sehingga tidak bernilai tambah tinggi dan menjadi sumber pendapatan yang berarti bagi kehidupan mereka dan orang banyak.
Namun demkian dalam melaksanakan pembangunan di sektor industri, Pemerintah Kabupaten Nias melakukan berbagai kebijakan antara lain seperti yang tertuang di dalam Perda Kabupaten Nias No. 10 Tahun 2001 tentang Rencana Strategi (Renstra) Daerah Kabupaten Nias Tahun 2001 - 2006 yaitu : “Mengembangkan komoditi unggulan serta berdaya saing untuk mendukung pariwisata dan tumbuhnya indusri kecil dan menengah yang memanfaatkan hasil pertanian dan perkebunan rakyat” dan Perda Kabupaten Nias No. 13 Tahun 2003 tentang Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten Nias Tahun 2001-2006 seperti yang tertuang dalam Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi dan Program Pembangunan Pengembangan Industri berdasarkan keunggulan komperatif, antara lain :
1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi.
(18)
2 . Memberdayakan pengusaha kecil menengah dan koperasi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha yang kondusif dan peluang usaha yang seluas-luasnya.
3. Mendorong pihak swasta untuk pengembangan industri sebagai usaha perluasan lapangan kerja.
4. Peningkatan promosi produk unggulan daerah maupun potensi daerah.
Sedangkan Program Pembangunan dalam Pengembangan Industri berdasarkan keunggulan komperatif adalah :
1. Membina pengusaha industri kecil (Home Industry) didaerah ini untuk meningkatkan mutu/kualitas produk.
2. Mendorong investasi atau dunia usaha untuk pengembangan industri di Kabupaten Nias terutama agroindustri.
3. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga-lembaga/institusi yang dapat menjembatani Pemerintah Kabupaten Nias dengan investor.
7.3. Permasalahan UIKM di Kabupaten Nias.
Berdasarkan hasil analisa data primer yang berbasis pada hasil pengisian kuisioner dan hasil wawancara, maka permasalahan yang dihadapi dalam menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias secara umum antara lain adalah sebagai berikut :
1. Letak geografis Kabupaten Nias. Letak geografis Kabupaten Nias yang berada di Samudera Hindia dan terpisah dari Pulau Sumatera menyebabkan kurangnya daya tarik investor yang ingin menanamkan modalnya di Kabupaten Nias. Hal ini menyebabkan pertumbuhan usaha khususnya di sektor UIKM menjadi lemah karena industri atau
(19)
perusahaan berskala besar yang diharapkan dapat menopang keberadaan UIKM sampai saat ini masih belum ada. Keadaan ini juga menyebabkan posisi UIKM menjadi tidak menguntungkan sehingga kegiatan yang berhubungan dengan produksi, promosi dan pemasaran menjadi sangat terbatas. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Sekretaris Bappeda Kabupaten Nias pada tanggal 25 April 2006.
2. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung. Kurangya sarana dan prasarana pendukung misalnya jalan, jembatan, alat transportasi, alat komunikasi dan informasi teknologi, mesin-mesin dan peralatan yang diperlukan dalam berproduksi, dan lain-lain merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran perolehan bahan baku, sistem produksi, pemasaran produk serta mengakibatkan biaya (cost) produksi dan pemasaran menjadi tinggi. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kabupaten Nias pada tanggal 11 April 2006.
3. Peristiwa bencana alam gempa bumi yang begitu dahsyat pada tanggal 28 Maret 2005 yang lalu, sangat berpengaruh pada kegiatan perekonomian masyarakat secara umum dan kegiatan UIKM secara khusus di Kabupaten Nias. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan didukung dengan hasil wawancara dengan Ketua DPRD Kabupaten Nias pada tanggal 29 Maret 2006, Kepala Dinas Perindagtamben Kabupaten Nias pada tanggal 11 April 2006, Sekretaris Komisi C DPRD Kabupaten Nias pada tanggal 18 April 2006, Ketua STIE Pembnas Nias pada tanggal 20 April 2006 dan Sekretaris Bappeda Kabupaten Nias pada tanggal 25 April 2006, sebagai akibat terjadinya bencana alam ini sarana dan prasarana yang selama ini mendukung kegiatan UIKM menjadi tidak efektif dan efisien lagi. Selanjutnya, berdasarkan hasil pengisian
(20)
kuisioner yang telah dilakukan, bagaimana pengaruh yang diakibatkan oleh bencana alam gempa bumi tersebut terhadap perekonomian dan kegiatan UIKM di Kabupaten Nias antara lain adalah seperti dapat kita lihat pada Tabel 4.1. dibawah ini :
Tabel 4.1. Pengaruh Bencana Alam Gempa Bumi Terhadap Perekonomian Dan UIKM Di Kabupaten Nias.
No Pengaruh Bencana Gempa Bumi Bobot
1. Terhadap kemampuan daya beli masyarakat 97,07
2. Terhadap aktifitas/pekerjaan masyarakat 96,40
3. Terhadap kegiatan produksi (usaha industri) 96,17
4. Terhadap kesejahteraan masyarakat 95,50
5. Terhadap iklim usaha 95,05
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas kita dapat melihat bahwa akibat bencana alam gempa bumi yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005 di Kabupaten Nias, 97,07 persen menyatakan bahwa bencana alam gempa bumi sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat, 96,40 persen menyatakan bahwa bencana alam gempa bumi sangat berpengaruh terhadap aktifitas/pekerjaan masyarakat, 96,17 persen menyatakan bahwa bencana alam gempa bumi sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi (usaha industri), 95,50 persen menyatakan bahwa bencana alam gempa bumi sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat dan 95,05 persen menyatakan bahwa bencana alam gempa bumi sangat berpengaruh terhadap iklim usaha. Hal ini berarti bahwa dengan kejadian bencana alam gempa bumi, mengakibatkan kegiatan perekonomian dan kegiatan UIKM di Kabupaten Nias menjadi tidak kondusif.
4. Terbatasnya jumlah dana yang dianggarkan untuk UIKM. Sesuai dengan hasil wawancara dengan Ketua DPRD Kabupaten Nias pada tanggal 29 Maret 2006,, terbatasnya jumlah dana yang dianggarkan untuk UIKM merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam usaha menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias. Sebaik
(21)
apapun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam membantu UIKM untuk bertumbuh dan berkembang, bila dana yang disediakan terbatas maka hasilnya juga sudah barang tentu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
5. Lemahnya keahlian, ketrampilan dan kualitas sumber daya manusia yang tersedia. Kondisi seperti ini merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias. Lemahnya keahlian, ketrampilan dan kualitas sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi dan produk yang dihasilkan. Lemahnya keahlian, ketrampilan dan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap kemampuan dalam manajemen usaha termasuk kegiatan pengelolaan keuangan, promosi dan pemasaran serta kemampuan untuk menjalin kerjasama dengan mitra usaha baik dalam daerah, luar daerah dan luar negeri. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Ketua DPRD Kabupaten Nias, Kepala Dinas Perindagtamben Kabupaten Nias, Sekretaris Komisi C DPRD Kabupaten Nias dan Ketua STIE Pembnas Nias.
6. Permodalan. Permodalan adalah masalah utama yang dihadapi oleh pengusaha UIKM di Kabupaten Nias. Hal ini disebabkan oleh karena rendahnya pendapatan masyarakat khususnya pengusaha dengan aset yang sangat terbatas serta akses pada lembaga keuangan (perbankan) sangat terbatas. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Ketua DPRD Kabupaten Nias, Kepala Dinas Perindagtamben Kabupaten Nias, Sekretaris Komisi C DPRD Kabupaten Nias, Ketua STIE Pembnas Nias dan Sekretaris Bappeda kabupaten Nias.
(22)
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dan didukung oleh hasil penelitian bahwa pembangunan sektor industri khususnya UIKM harus didorong dan ditumbuhkembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan nasional, daerah sampai ke tingkat pedesaan. Hal ini penting mengingat UIKM bisa lebih banyak membuka kesempatan kerja bagi rakyat banyak kelompok menengah ke bawah sebagai kelompok yang jumlahnya terbesar. Bagi masyarakat dan daerah Kabupaten Nias menumbuhkembangkan UIKM adalah kebutuhan yang sangat penting sekali dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah Kabupaten Nias. Apalagi jika hal ini dihubungkan dengan bencana alam gempa bumi yang begitu dahsyat yang dampaknya begitu terasa sekali terhadap kehidupan perekonomian masyarakat Kabupaten Nias, maka usaha menumbuhkembangkan UIKM adalah hal yang mutlak dilakukan. Pentingnya peranan UIKM terhadap masyarakat dan daerah Kabupaten Nias dapat dilihat pada Tabel 4.2. dibawah ini.
Tabel 4.2. Peranan UIKM Terhadap Kehidupan Masyarakat Dan Daerah.
No Peranan UIKM Bobot
1. Peranan UIKM dalam mengurangi kemiskinan 90,78 2. Peranan UIKM dalam pemulihan kesejahteraan masyarakat pasca gempa bumi 89,88 3. Peranan UIKM dalam penyediaan dan perluasan lapangan kerja 89,66 4. Peranan UIKM dalam memacu aktifitas dan kreatifitas masyarakat. 89,43 5. Peranan UIKM dalam pengembangan potensi yang dimiliki daerah. 88,31 6. Peranan UIKM dalam pengelolaan sumber daya alam 87,86 7. Peranan UIKM dalam mengejar ketertinggalan dengan daerah lain dalam
pelaksanaan pembangunan 87,64
8. Peranan UIKM dalam pemberdayaan masyarakat 87,41 9. Peranan UIKM dalam percepatan pembangunan 87,41 10. Peranan UIKM dalam peningkatan pendapatan dan perekonomian masyarakat
dan daerah
87,41 11. Peranan UIKM terhadap pertumbuhan ekonomi 86,74 12. Peranan UIKM terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan 86,74 13. Peranan UIKM dalam penyediaan kebutuhan masyarakat lokal 86,06 Sumber : Hasil penelitian (diolah).
(23)
Dari tabel tersebut diatas, kita dapat melihat bahwa 90,78 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam mengurangi kemiskinan, 89,88 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam memulihkan kesejahteraan masyarakat pasca gempa bumi, 89, 66 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam penyediaan dan perluasan lapangan kerja, 89,43 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam memacu aktifitas dan kreatifitas masyarakat, 88,31 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam pengembangan potensi yang dimiliki daerah, 87, 86 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam pengelolaan sumber daya alam, 87,64 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam mengejar ketertinggalan dengan daerah lain dalam pelaksanaan pembangunan, 87,41 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam pemberdayaan masyarakat, percepatan pembangunan dan peningkatan pendapatan/perekonomian masyarakat dan daerah, 86,74 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan terhadap pertumbuhan ekonomi dan partisipasi masyaarakat dalam pembangunan dan 86,06 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam penyediaan kebutuhan masyarakat lokal.
Oleh sebab itu menumbuhkembangkan UIKM merupakan hal yang sangat strategis dan sangat menentukan dalam percepatan pembangunan daerah baik sekarang maupun di masa-masa yang akan datang. Masyarakat di Kabupaten Nias tentu hanya akan berperan sebagai penonton di daerah sendiri jika sektor UIKM terlambat ditumbuhkembangkan. Apalagi jika dihubungkan dengan keadaan dan kondisi perekonomian masyarakat dan daerah Kabupaten Nias yang melemah akibat terjadinya bencana alam gempa bumi yang begitu dahsyat pada tanggal 28 Maret 2005 yang lalu. Musibah ini telah memporak-porandakan kehidupan ekonomi terutama bagi kelompok masyarakat menengah ke bawah. Untuk memulihkan kembali dan mengejar
(24)
ketertinggalannya dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, maka menumbuhkembangkan UIKM sangat tepat untuk segera dilaksanakan.
Dalam menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias ada beberapa faktor penting yang perlu menjadi perhatian utama sebagai kebutuhan esensial atau kebutuhan mendasar antara lain adalah seperti terlihat pada Tabel 4.3. dibawah ini.
Tabel 4.3. Faktor-faktor Esensial Yang Dibutuhkan Dalam Menumbuhkembangkan UIKM Di Kabupaten Nias.
No Faktor-faktor Esensial Bobot
1. Ketersediaan mesin dan peralatan 95,50
2. Inovasi 95,28
3. Terciptanya peluang pasar 95,28
4. Terciptanya promosi 95,05
5. Peningkatan mutu produk 94,83
6. Kondisi dan iklim yang dapat menarik investor 94,60
7. Hubungan kerjasama dengan lembaga keuangan (bank) 93,93
8. Peningkatan kualitas SDM pengusaha 93,70
9. Hubungan kerjasama dengan BUMN 93,25
10. Hubungan kerjasama dengan BUMD 93,25
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel diatas, menunjukkan kepada kita bahwa 95,50 persen menyatakan bahwa ketersediaan mesin dan peralatan adalah sangat menentukan dan merupakan kebutuhan esensial dalam usaha menumbuhkembangkan UIKM, 95,28 persen menyatakan bahwa inovasi dan terciptanya peluang pasar sangat menentukan, 95,05 persen menyatakan bahwa promosi produk sangat menentukan, 94,83 persen menyatakan bahwa peningkatan mutu produk sangat menentukan, 94,60 persen menyatakan bahwa kondisi dan iklim sangat menentukan, 93,93 persen menyatakan bahwa hubungan kerjasama dengan lembaga keuangan (bank) sangat menentukan, 93,70 persen menyatakan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia pengusaha sangat menentukan, dan 93,25 persen menyatakan bahwa hubungan kerjasana dengan BUMN dan BUMD sangat menentukan dalam menumbuhkembangkan UIKM.
(25)
Selain kebutuhan esensial tersebut diatas, hal lain yang begitu penting dalam menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias adalah adanya peranan pemerintah, perguruan tinggi, lembaga keuangan (bank), BUMN, BUMD dan lain-lain seperti terlihat pada Tabel 4.4. dibawah ini.
Tabel 4.4. Peranan Pemerintah Dan Swasta Dalam Menumbuhkembangkan UIKM Di Kabupaten Nias.
No Peranan Bobot
1. Perguruan Tinggi 98,65
2. Pemerintah Kabupaten Nias 93,48
3. Pemerintah Propinsi Sumatera Utara 93,48
4. Pemerintah Pusat 93,48
5. Lembaga Keuangan (bank) 91,23
6. BUMN, BUMD 90,33
7. Perusahaan swasta 90,11
8. Kadin, asosiasi, LSM, dll 86,96
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas, kita dapat melihat bahwa 98,65 persen menyatakan bahwa peranan perguruan tinggi dalam usaha menumbuhkembangkan UIKM adalah sangat menentukan, 93,48 persen menyatakan bahwa peranan Pemerintah Kabupaten Nias, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan pemerintah pusat sangat menentukan, 91,23 persen menyatakan bahwa peranan lembaga keuangan (bank) sangat menentukan, 90,33 persen menyatakan bahwa peranan BUMN dan BUMD sangat menentukan, 90,11 persen menyatakan bahwa peranan perusahaan swasta sangat menentukan dan 86,96 persen menyatakan bahwa peranan Kadin, asosiasi, LSM dan lain-lain sangat menentukan.
Selain peranan tersebut diatas kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah juga sangat menentukan. Kebijakan-kebijakan dimaksud antara lain : kemudahan-kemudahan dalam birokrasi, program yang efektif dan efisien, tanggungjawab aparat pemerintah, pemberian bantuan mesin dan peralatan, pemberian paket-paket kredit,
(26)
pemberian bantuan dana, memfasilitasi UIKM dengan perusahaan-perusahaan besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5. dibawah ini.
Tabel 4.5. Kebijakan-Kebijakan Yang Dilakukan Pemerintah.
No Kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah Bobot
1. Pemberian bantuan dana 94,38
2. Pendidikan dan pelatihan kepada pengusaha 92,13
3. Pemberian bantuan mesin dan peralatan 91,68
4. Memfasilitasi UIKM dengan perusahaan-perusahaan besar 89,88
5. Pemberian paket-paket kredit 89,21
6. Pengembangan potensi sumber daya alam 88,76
7. Program-program yang efektif dan efisien 84,04
8. Tanggungjawab aparat pemerintah 83,59
9. Kemudahan-kemudahan dalam urusan birokrasi 82,47
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas, kita dapat melihat bahwa 94,38 persen menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam pemberian bantuan dana kepada UIKM sangat diperlukan, 92,13 persen menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam menyediakan dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan kepada pengusaha sangat diperlukan, 91,68 persen menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam pemberian bantuan mesin dan peralatan kepada UIKM sangat diperlukan, 89,88 persen menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam memfasilitasi UIKM dengan perusahaan-perusahaan besar sangat diperlukan, 89,21 persen menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam pemberian paket-paket kredit kepada UIKM sangat diperlukan, 88,76 menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam pengembangan potensi sumber daya alam sangat diperlukan, 84,04 persen menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam perencanaan program-program yang efektif dan efisien sangat diperlukan, 83,59 persen menyatakan bahwa tanggungjawab aparatur pemerintah sangat diperlukan dan 82,47 persen menyatakan bahwa kemudahan-kemudahan dalam birokrasi sangat diperlukan.
(27)
Untuk menjawab dan merealisasikan hal tersebut diatas dan untuk membantu program pemerintah, maka dibutuhkan sebuah lembaga sinergis yang mampu membantu UIKM untuk bertumbuh dan berkembang. Bantuan-bantuan yang dapat diberikan oleh lembaga ini antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.6. dibawah ini.
Tabel 4.6. Bantuan Yang Dapat Diberikan Oleh Lembaga Sinergis Dalam Menumbuhkembangkan UIKM Di Kabupaten Nias.
No Bantuan yang diberikan Bobot
1. Bantuan permodalan 94,60
2. Bantuan teknologi 94,38
3. Bantuan pemasaran produk 94,38
4. Bantuan pelatihan pemasaran 94,38
5. Bantuan pelatihan pengelolaan keuangan 94,15
6. Bantuan pelatihan manajemen 93,93
7. Bantuan menjadi penghubung dengan calon konsumen 93,25
8. Bantuan menjadi penghubung dengan calon mitra usaha 93,25 Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas kita dapat melihat bahwa 94,60 persen menyatakan bahwa bantuan permodalan sangat diperlukan oleh UIKM, 94,38 persen menyatakan bahwa bantuan teknologi, bantuan pemasaran produk dan bantuan pelatihan pemasaran sangat diperlukan oleh UIKM, 94,15 persen menyatakan bahwa bantuan pelatihan pengelolaan keuangan sangat diperlukan oleh UIKM, 93,93 persen menyatakan bahwa bantuan pelatihan manajemen sangat diperlukan oleh UIKM, dan 93,25 persen menyatakan bahwa bantuan untuk dihubungkan dengan calon konsumen dan calon mitra usaha sangat diperlukan oleh UIKM. Untuk membantu UIKM bertumbuh dan berkembang di Kabupaten Nias, bantuan-bantuan tersebut diatas mutlak diperlukan mengingat kondisi dan keadaan yang sedang dihadapi oleh UIKM saat ini. Apalagi setelah terjadinya bencana alam gempa bumi 28 Maret 2005, maka peran lembaga sinergis yang efektif dan efisien sangat diperlukan. Apabila hal ini tidak menjadi perhatian serius maka UIKM di
(28)
Kabupaten Nias bukan semakin maju tetapi malah akan semakin mengalami kemunduran yang pada akhirnya kehidupan perekonomian masyarakat akan semakin terpuruk.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di lapangan menunjukkan bahwa 96,62 persen pengusaha UIKM menyatakan bahwa lembaga sinergis yang mampu mensinkronkan berbagai kepentingan UIKM dimaksud memang dibutuhkan dalam membantu UIKM bertumbuh dan berkembang di Kabupaten Nias.
Untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya dalam membantu UIKM bertumbuh dan berkembang di Kabupaten Nias, lembaga ini memiliki kegiatan-kegiatan yang diharapkan bisa dan mampu membantu UIKM. Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh lembaga ini dalam membantu UIKM bertumbuh dan berkembang di Kabupaten Nias antara lain adalah seperti terlihat pada Tabel 4.7. dibawah ini.
Tabel 4.7. Kegiatan Lembaga Sinergis Dalam Menumbukembangkan UIKM Di Kabupaten Nias
No Kegiatan Bobot
1. Membangun jaringan secara nasional dan internasional 93,25 2. Pelatihan dan peningkatan kemampuan dan ketrampilan manajemen usaha 91,23 3. Membantu mencari dan membangun kerjasama dalam proses kreasi dan
pengembangan usaha industri 91,01
4. Mengakomodasi kegiatan-kegiatan transfer teknologi 90,78 5. Melakukan promosi UIKM berbasis inovasi 90,78 6. Mendeteksi kemungkinan diversifikasi usaha dan produk 90,56 7. Melakukan penelitian dan pengembangan modernisasi usaha dan produk 90,56 8. Mencari dan membangun kemitraan usaha 90,56 9. Mengarahkan dan mendampingi pengusaha dalam mencari mitra usaha 90,56 10. Membangun dan mengembangkan peluang pasar dan produk baru 90,56 11. Mencari dan mendeteksi peluang usaha dan industri 90,33 12. Melakukan modernisasi dan diversifikasi produk 90,11 13. Menyediakan jasa-jasa logistik yang dibutuhkan 90,11 14. Expertis tekno-ekonomi proyek industri 90,11 15. Determinasi inovasi teknologi yang dapat diterima pasar 90,11 16. Membantu penyusunan dan implementasi rencana bisnis 89,88 17. Analisa konsistensi dan membangun keterpaduan usaha dengan pengusaha 89,88 18. Membantu pengusaha dalam memecahkan persoalan yang dihadapi 89,66 19. Temu usaha, pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan 89,66 20. Membangun kerjasama intensif dan aktif dengan lembaga keuangan 89,43 21. Perkantoran dan jasa-jasa logistik satu atap 89,43 22. Analisa konsistensi dan keterpaduan produk pasar 89,21 23. Sebagai dampingan permanen dalam kongkretisasi ide produk inovasi 88,98 24. Penyediaan lahan sebagai tempat percobaan produk agroindustri 88,76
(29)
25. Penyadaran bahwa orientasi keuntungan semata-mata bukan bisnis yang
menguntungkan dan berjangka panjang 88,76 26. Pelaksanaan studi kelayakan proyek/bisnis/usaha 88,08 27. Melakukan deteksi, seleksi dan promosi calon pengusaha 87,65 28. Membangun kerjasama yang aktif dengan pemerintah dan instansi terkait. 87,64 29. Pertumbuhan dan perkembangan UIKM berbasis sinergis keahlian dan
ketrampilan antara pakar dan praktisi 87,64 30. Refleksi inovasi teknologi dan bisnis secara teratur dan permanen dengan
perguruan tinggi dan Kadin 87,41
31. Penelitian dan pengembangan 86,96
32. Seminar, panel mengenai hal-hal baru dan spesifik untuk bisnis dan industri 86,29 33. Publikasi dan sirkulasi bisnis dan teknologi 85,16 34. Menciptakan hubungan dengan negara lain 84,71 35. Mengeksploitasi dan mendayagunakan sumber-sumber teknologi dan ekonomi
lokal 84,04
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas, terlihat bahwa kegiatan - kegiatan lembaga ini memang sangat menentukan dan sangat diperlukan dalam usaha menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias. Dari hasil penelitian yang dilakukan seperti yang terlihat pada tabel diatas menunjukkan bahwa 84 persen lebih menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan lembaga ini sangat diperlukan.
Dilihat dari segi pengguna, maka lembaga ini ditujukan untuk calon pengusaha, pengusaha yang sedang dalam pertumbuhan tetapi terkendala, pengusaha yang sedang dalam pertumbuhan dan bahkan pengusaha yang sudah maju seperti dapat dilihat pada Tabel 4.8. dibawah ini.
Tabel 4.8. Pengguna Lembaga.
No Pengguna Bobot
1. Pengusaha yang sedang bertumbuh tetapi terkendala 92,80
2. Pengusaha yang sedang dalam pertumbuhan 92,80
3. Calon pengusaha 89,43
4. Pengusaha yang sudah maju 88,53
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa 92,80 persen menyatakan bahwa lembaga ini diperlukan oleh pengusaha yang sedang bertumbuh baik yang terkendala dengan berbagai persoalan maupun yang tidak memiliki kendala, 89,43 persen menyatakan
(30)
bahwa lembaga ini diperlukan oleh calon pengusaha dan 88,53 persen menyatakan bahwa lembaga ini bahkan diperlukan oleh pengusaha yang sudah maju. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan lembaga sinergis yang efektif dan efisien sangat membantu calon pengusaha untuk memulai usahanya dan pengusaha dalam mengembangkan usahanya lebih baik.
Dalam melaksanakan misinya, lembaga ini tidak mungkin bekerja tanpa adanya dukungan yang diperoleh dari berbagai pihak. Adapun dukungan yang diharapkan oleh lembaga ini adalah antara lain seperti terlihat pada Tabel 4.9. dibawah ini.
Tabel 4.9. Dukungan Yang Diharapkan Lembaga.
No Dukungan yang diharapkan Bobot
1. Dukungan dana dari Pemerintah Kabupaten Nias 94,15
2. Dukungan dana dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara 94,15 3. Dukungan dana dari Pemerintah Pusat melalui departemen
terkait dengan UIKM
94,15 4. Dukungan dana dari para perantau asal Nias/konglomerat
nasional.
90,33
5. Dukungan dana dari sumber lain yang sah 88,08
6. Dukungan dana dari kegiatan, penelitian, konsultasi, kreasi dan
animasi 87,64
7. Dukungan politis 86,96
8. Dukungan fasilitas perkantoran 86,96
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas, 94,15 persen menyatakan bahwa dukungan dana dari pemerintah baik Pemerintah Kabupaten Nias, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara maupun pemerintah pusat melalui departemen yang terkait dengan UIKM sangat menentukan, 90,33 persen menyatakan bahwa dukungan dana dari para perantau asal Nias/konglomerat nasional sangat menentukan, 80,08 persen menyatakan bahwa dukungan dana dari sumber lain yang sah sangat menentukan, 87,64 persen menyatakan bahwa dukungan dana dari kegiatan, penelitian, konsultasi, kreasi dan animasi sangat
(31)
menentukan, dan 86,96 persen menyatakan bahwa dukungan politis dan fasilitas perkantoran sangat menentukan.
Ini menunjukkan bahwa lembaga ini tidak bisa bekerja sendiri tanpa adanya dukungan konkrit dari berbagai pihak terkait.
Dalam melaksanakan tugasnya lembaga ini sudah pasti akan mengalami kendala-kendala, baik kendala internal maupun eksternal. Kemungkinan kendala yang akan dihadapi itu adalah seperti dapat terlihat pada Tabel 4.10. dibawah ini
Tabel 4.10. Beberapa Kemungkinan Kendala Yang Dihadapi Lembaga.
No Kemungkinan kendala Bobot
1. Pendanaan 92,80
2 Infrasruktur 92,58
3. Sumber Daya Manusia 90,11
4. Informasi teknologi 88,76
5. Krisis ekonomi 82,24
6. Kondisi politik daerah 80,44
7. Perolehan lahan 77,75
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas, 92,58 persen menyatakan bahwa kemungkinan kendala pertama yang dihadapi oleh lembaga ini adalah masalah pendanaan, 92,58 persen menyatakan bahwa kemungkinan kendala kedua yang dihadapi lembaga adalah ketiadaan atau keterbatasan infrastruktur yang tersedia, 90,11 persen menyatakan bahwa kemungkinan kendala ketiga yang dihadapi lembaga adalah yang berhubungan dengan sumber daya manusia, 88,76 persen menyatakan bahwa kemungkinan kendala keempat yang dihadapi lembaga adalah keterbatasan informasi teknologi, 82,24 persen menyatakan bahwa kemungkinan kendala kelima yang dihadapi lembaga adalah krisis ekonomi, 80,44 persen menyatakan bahwa kemungkinan kendala keenam yang dihadapi lembaga adalah kondisi politik di daerah yang tidak kondusif, dan 77,75 persen menyatakan bahwa kemungkinan kendala ketujuh yang dihadapi adalah perolehan lahan.
(32)
Namun demikian terlepas dari berbagai kemungkinan kendala yang akan dihadapi, dengan potensi yang dimiliki dan dukungan dari semua pihak lembaga sinergis ini akan mampu memainkan peranannya dalam membantu UIKM bertumbuh dan berkembang di Kabupaten Nias.
8. LIB Tano Niha : Sebuah Model Pengembangan Kelembagaan UIKM Kabupaten Nias.
8.1. Pendahuluan.
Dari hasil penelitian yang berbasis pada hasil pengisian kuisioner dan hasil wawancara yang dielaborasi dengan hasil tinjauan pustaka, maka dihasilkan sebuah model pengembangan kelembagaan UIKM di Kabupaten Nias.
8.2. Defenisi.
Menyadari kesalahan masa lalu, maka kehendak untuk mengentaskan kemiskinan, memberdayakan rakyat banyak serta memperkecil kesenjangan sosial ekonomi antara daerah dan pusat dan antara masyarakat sesamanya sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 Pasal 33 sudah merupakan tekad bersama bangsa Indonesia dewasa ini, inilah tekad Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu.
Untuk maksud tersebut tidak ada pilihan lain selain menempatkan daerah-daerah, kecamatan dan pedesaan sebagai sasaran kebijakan pembangunan dan UIKM ditumbuhkembangkan supaya berperan sebagai aktor utama ekonomi rakyat di desa-desa dimasa mendatang.
(33)
Kondisi menunjukkan bahwa kendala utama yang menghambat bertumbuh dan berkembangnya UIKM, terutama didaerah-daerah pada dasarnya adalah sebagai berikut :
1. Struktur pasar yang tidak seimbang dan sistem persaingan yang tidak sehat, karena kurang mengutamakan keandalan produk inovasi (teknologi produk) dan peluang pasar 2. Lemahnya semangat inovatif dari individu pengusaha dan calon pengusaha karena
kurangnya faktor pendorong yang proaktif (institusi dinamisator, transferor dan fasilitator yang dekat dengan mereka) ;
3. Kurangnya kegiatan penelitian yang berorientasi industri karena kurangnya komunikasi yang produktif antara peneliti dan industrialis atau antara perguruan tinggi dan pengusaha kecil dan menengah ;
4. Dominasi perusahaan tertentu (cq. perusahaan besar) untuk teknologi tertentu karena bekerjanya kekuatan monopoli dipaksa dan relatif lama
5. Belum berkembang dan berfungsinya “modal beresiko” secara baik (Perusahaan Modal Ventura) dan “small banking system” yang fleksibel, mengutamakan keandalan dan keunggulan proyek usaha ;
6. Lemahnya teknik adopsi dan distribusi, transfer teknologi karena mahalnya informasi teknologi dan pasar, karena bertumbuh dan berkembangnya kawasan promosi inovasi produk-produk bisnis yang menyediakan sarana logistik dan penelitian, pendidikan serta pelatihan dalam satu sistem terpadu berbasis prinsip “leaning by doing on efficiency basis”.
Karena kendala tersebut diatas maka menumbuhkembangkan UIKM tidaklah mudah, apalagi dilakukan di daerah-daerah. Disamping itu membutuhkan kemampuan dan ketrampilan serta motivasi individu yang tinggi, juga diperlukan suatu sarana pendukung
(34)
operasional yang lebih efektif. Tidak mungkin bila dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa adanya suatu tim kerja terpadu, yang dapat bekerja secara sinergis, terdiri dari para ahli dan praktisi yang memiliki keahlian dan ketrampilan yang berbeda namun saling terkait dan mendukung satu sama lainnya.
Walaupun terdapat beberapa kebijakan dan program-program yang diimplementasikan selama ini, namun yang lebih spesifik dan khusus untuk keperluan UIKM baik yang sedang bertumbuh atau yang akan didirikan dapat dikatakan belum ada di Kabupaten Nias.
Untuk memfasilitasi, mendinamisasi lahir dan berkembangnya UIKM di Kabupaten Nias, maka akan lebih realistis jika konsep-konsep yang telah teruji peran dan kesuksesannya seperti konsep ”Business and Innovation Centre (BIC)” di USA,” “Technopark” di Inggris, “Technopole-PROMOTECH” di Perancis, dengan beberapa penyesuaian dapat diimplementasikan sehingga sesuai dengan iklim dan kebutuhan serta perspektif dunia usaha di Indonesia dan potensilitas Kabupaten Nias khususnya. Karena itu ide “Lembaga Inovasi Bisnis Tano Niha” disingkat menjadi LIB Tano Niha, barangkali cukup relevan dan representatif untuk kepentingan masyarakat Kabupaten Nias. Tano Niha adalah nama lain dari Pulau Nias yang artinya adalah Tanah Manusia. Pemakaian nama ini dimaksudkan untuk lebih mudah mensosialisasikannya karena nama Tano Niha sangat dicintai dan begitu melekat di hati masyarakat Pulau Nias dan Kabupaten Nias khususnya. Hal ini juga dimaksudkan agar wadah/lembaga ini lebih dekat dan merasa dimiliki oleh masyarakat Nias umumnya dan para pengusaha UIKM di Kabupaten Nias khususnya.
Dengan demikian maka LIB Tano Niha dapat dijadikan sebagai strategi alternatif, merupakan sebuah institusi bisnis yang dikelola secara profesional, sebagai
(35)
wadah bekerjanya para ahli secara sinergis untuk membantu calon pengusaha atau pengusaha yang sedang bertumbuh tetapi terkendala, berbasis prinsip “learning by doing” dalam menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias atau yang terkait dengan perekonomian Kabupaten Nias.
8.3. Kegiatan LIB Tano Niha.
1. Membantu dalam melakukan pra-diagnosa proyek usaha sehingga ditemukan kemungkinan jalur modernisasi dan diversifikasi atau modifikasi.
2. Penelitian dan pengkajian sehingga dapat dibangun prototipe produk dan usaha berpeluang pasar besar dan menguntungkan.
3. Studi kelayakan proyek usaha sehingga dapat diketahui dan dibangun keunggulan teknik ekonomis dari proyek yang bersangkutan.
4. Mengarahkan mendamMpingi aktor pelaksana/pemilik usaha dalam mencari mitra usaha (lokal dan internasional) dan menentukan serta menjalankan operasional untuk merealisasikan proyek usaha.
5. Mengamati, mengevaluasi dan mengoreksi dalam batas-batas pekerjaan konsultasi. 6. Mengakomodasi dan mengelola kegiatan-kegiatan transfer teknologi dari peneliti ke
pengusaha dan sebaliknya atau pengusaha ke pengusaha (di pasar lokal dan internasional) sehingga tercipta sirkulasi informasi teknologi produk yang cepat dan relatif murah.
7. Menyediakan jasa-jasa logistik yang diperlukan untuk menumbuhkembangkan UIKM sekurang-kurangnya untuk masa lima tahun pertama.
Untuk merealisir fungsi utama tersebut diatas, maka dalam operasionalnya kegiatan LIB Tano Niha akan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: kegiatan yang
(36)
bersifat umum, kegiatan yang bersifat khusus dan kegiatan animasi usaha. Kegiatan umum dari LIB Tano Niha dimaksud dapat dilihat pada Tabel 5.1. dibawah ini : Tabel 5.1. Kegiatan Umum LIB Tano Niha.
No Kegiatan Umum
1 Promosi dan konsepsi UIKM berbasis inovasi produk 2 Mencari dan membangun kemitraan usaha
3 Penelitian dan pengembangan modernisasi usaha dan produk
4 Mendeteksi kemungkinan dan membangun diversifikasi usaha dan produk 5 Mencari dan mendeteksi peluang industri dan usaha
6 Expertis tekno-ekonomi proyek industri 7 Deteksi, seleksi dan promosi calon entrepreneur
8 Mengeksploitasi dan mendayagunakan sumber-sumber teknologi dan ekonomi lokal
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Selain kegiatan-kegiatan umum yang dilakukan, LIB Tano Niha juga melakukan berbagai kegiatan yang bersifat khusus. Kegiatan-kegiatan yang bersifat khusus ini untuk lebih jelasny dapat dilihat pada Tabel 5.2. di bawah ini.
Tabel 5.2. Kegiatan Khusus LIB Tano Niha.
No Kegiatan Khusus
1 Pelatihan dan peningkatan kemampuan dan ketrampilan manajemen usaha
2 Membantu mencari dan membangun kerjasama dalam proses kreasi dan pengembangan usaha industri 3 Membangun dan mengembangkan peluang pasar untuk produk baru (modifikasi, diversifikasi, substitusi,
imitasi,dll)
4 Determinasi inovasi teknologi yang dapat diterima pasar 5 Membantu penyusunan dan implementasi Business Plan
6 Analisa konsistensi dan membangun keterpaduan proyek dan aktornya 7 Analisa konsistensi dan keterpaduan produk pasar
8 Dampingan permanen dalam kongretisasi ide produk inovasi dalam konteks industrialisasi atau pembudidayaan bahan baku
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Sedangkan kegiatan animasi LIB Tano Niha dapat dilihat pada Tabel 5.3. di bawah ini :
Tabel 5.3. Kegiatan Animasi LIB Tano Niha.
No Kegiatan Animasi
1 Membangun networks secara nasional dan internasional
2 Temu usaha, pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
3 Perkantoran dan jasa-jasa logistik terkait lainnya, satu atap dengan LIB (kantor bersama)
4 Membangun kerjasama intensif dan aktif dengan lembaga keuangan ”non interest basis” yang menyediakan ”seedcapital” (tingkat daerah, nasional dan internasional)
5 Refleksi dan promosi kualitas (quality promotion and reflection)
6 Penyadaran bahwa profit oriented semata-mata bukan bisnis yang menguntungkan dan berjangka panjang 7 Menyediakan lahan di Kabupaten Nias sebagai tempat percobaan khusus untuk produk-produk agroindustri,
(37)
8 Mencari akses dengan negara-negara maju dan dengan negara-negara tetangga untuk manifestasi kegiatan transfer teknologi (teknologi, skill, pengalaman, dll)
9 Mengembangkan kerjasama aktif dengan Pemkab Nias, Pemprop Sumatera Utara dan pemerintah pusat melalui departemen terkait
10 Pertumbuhan dan perkembangan UIKM berbasis sinergis keahlian dan ketrampilan antara pakar dan praktisi 11 Membangun kerjasama aktif dengan instansi terkait dalam kegiatan menumbuhkembangkan UIKM dan SDM 12 Refleksi inovasi teknologi dan bisnis secara teratur dan permanen bersama perguruan tinggi dan Kadin 13 Seminar, panel mengenai hal-hal baru dan spesifik untuk bisnis dan industri
14 Publikasi dan sirkulasi informasi bisnis dan teknologi
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
5.4. Pengguna.
Dilihat dari segi aktor usaha maka jasa-jasa LIB Tano Niha ditujukan untuk : 1. Calon pengusaha muda, terutama yang terkait dengan putra daerah Nias, memiliki ide
usaha yang cemerlang dan yang bersangkutan memiliki motivasi yang tinggi dan tangguh.
2. Pengusaha yang sedang dalam pertumbuhan tetapi terkendala, dimana kendala tersebut bersifat “solvable constraints”.
Dilihat dari segi bidang usaha, maka jasa-jasa LIB Tano Niha diarahkan untuk menumbuhkembangkan dua bidang usaha yang saling terkait dan melengkapi yaitu bidang usaha di sektor hulu dan bidang usaha di sektor hilir.
Bidang usaha di sektor hulu meliputi :
1. Usaha-usaha yang berbasis produk-produk hasil pertanian di Kabupaten Nias. 2. Usaha-usaha yang berbasis ketrampilan dan kerajinan tangan.
Sedangkan bidang usaha di sektor hilir meliputi, antara lain : 1. Industri pengolah hasil-hasil pertanian.
2. Industri jasa angkutan.
3. Industri perdagangan penunjang ekspor. 4. Industri penghasil barang ekspor
(38)
6. Industri pembangunan rumah sederhana.
Dilihat dari sumber-sumber informasi teknologi maka Perguruan Tinggi adalah sasaran jasa LIB Tano Niha, terutama dalam rangka mengkomunikasikan peneliti dengan pengusaha dan sebaliknya.
Dilihat dari segi program pemerintah, maka jasa-jasa LIB Tano Niha akan membantu BUMN, BUMD, perusahaan swasta, Pemerintah Kabupaten Nias, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan pemerintah pusat melalui departemen yang terkait dengan UIKM dalam menyalurkan bantuannya baik berupa bantuan dana maupun bantuan lainnya kepada UIKM atau dalam rangka mengelola perusahaan binaannya.
8.5. Prinsip Operasional LIB Tano Niha.
1. Partner Pemerintah Daerah dan Swasta.
LIB Tano Niha dalam menjalankan perannya tidak bisa bekerja sendiri, badan ini bermisi ganda : sosial dan bisnis yang harus dijalankan secara terpadu. Proses menumbuhkembangkan UIKM berbasis produk inovasi adalah suatu sistem pekerjaan yang sangat kompleks. Untuk sukses harus melibatkan banyak faktor dan mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Pekerjaan ini membutuhkan banyak keahlian dan ketrampilan (produksi, organisasi, pemasaran, dll) dan perlu dukungan lainnya (iklim, perizinan, pembinaan, sarana dan prasarana, dll). Karena itu dalam operasionalnya lembaga ini bekerja secara sinergis, bahu membahu dengan instansi dan lembaga lain. Karena itu LIB Tano Niha mestinya dibawah lindungan dan
(39)
bendera Pemerintah Kabupaten Nias dan dikerjakan oleh swasta atau lembaga swadaya masyarakat.
2. Pendekatan menyeluruh dan terintegrasi.
LIB Tano Niha adalah suatu sarana untuk membantu penumbuhan dan pengembangan UIKM baru atau yang sedang berjalan. Pekerjaan ini bersifat menyeluruh dan terintegrasi satu sama lainnya, ini terlepas dari sifat dan sistem perusahaan itu sendiri yang sangat kompleks. Karena itu program dan bantuan LIB Tano Niha tidak bisa setengah-setengah, tetapi harus terpadu dan kontinu, misalnya mulai dari mengevaluasi dan menyeleksi proyek dan aktonya (pembawa proyek), dilanjutkan dengan pendampingan dalam penyusunan dan implementasi “Business Plan (BP)”. Untuk membuat BP maka sebelumnya dilakukan penelitian dan pengkajian yang mendalam tentang proyek mengenai aspek-aspek yang terkait : teknologi, komersialisasi, keuangan, SDM, administrasi, dll. Bersamaan dengan kegiatan tersebut aktornya perlu pula difasilitasi melalui program-program pelatihan dan penyuluhan, konsultasi dan dukungan logistik/perlengkapan, dll. Setelah BP tersusun dengan baik dan proyek mulai diimplementasikan maka perkembangan terus diikuti dan dimonitoring.
Untuk memudahkan komunikasi maka selama dibawah dampingan dan bimbingan serta pengawasan LIB Tano Niha, perusahaan baru tersebut dapat pula berkantor di LIB Tano Niha, disini semua fasilitas yang diperlukan disediakan oleh LIB Tano Niha, tetapi perusahaan yang bersangkutan mesti dikonsinyasi atas pelayanan dan fasilitas yang dipakai. Sungguhpun demikian biaya-biaya dibebankan berbasis prinsip”right price” and “right tools” sehingga tidak ada pihak yang tereksploitasi. 3. Team animasi berpengalaman dan berwawasan luas.
(40)
Team pengarah dan animasi tidak perlu terlalu banyak, cukup 3-5 orang pada tahap awal dan 7-9 orang kalau sudah berkembang. Anggota timnya dapat bekerja penuh atau “part time job”. Anggota team yang penting profesional, bisa bekerja sama dengan baik secara sinergis satu sama lain, mempunyai motivasi tinggi dan komitmen serta dedikasi untuk membangun daerah, pandangan luas tentang industri, memiliki filling bisnis dan industri tanpa harus seorang yang spesialis. Sebagai animator harus memiliki fungsi ganda ; disamping kegiatan animasi, sekaligus yang bersangkutan dalam waktu yang sama berperan sebagai koordinator proyek (arsitektur dan assembler). Untuk mengelola LIB Tano Niha secara keseluruhan seyogyanya seseorang yang memiliki kemampuan manajemen yang baik, wawasan dan network yang luas, intelektual, namun juga praktisi dan mampu mengelola LIB Tano Niha sebagai sebuah perusahaan.
4. Kemitraan industri dan bisnis terbuka sampai ke tingkat internasional.
Fokus kegiatan LIB Tano Niha adalah di lingkungan Kabupaten Nias harus lebih banyak menyentuh kepentingan ekonomi rakyat desa. Kemitraan diutamakan dilingkungan sendiri, namun dapat dikembangkan lebih jauh lagi ke luar daerah Kabupaten Nias sampai ke tingkat nasional dan internasional dengan catatan ada kontribusinya untuk kepentingan pembangunan daerah. Ruang lingkup jangkauan aktivitas LIB Tano Niha dan prioritasnya mencerminkan sumber pendanaan yang akan dipergunakan. LIB Tano Niha dapat memanfaatkan semua sumber pendanaan yang memungkinkan baik dan terdapat di tingkat lokal maupun terdapat di tingkat nasional dan internasional yang tidak merugikan.
(41)
8.6.Faktor Pendukung Lainnya Yang Diperlukan.
Keberhasilan LIB Tano Niha dalam melaksanakan misinya, tidak terlepas dari dukungan yang diperoleh dari berbagai pihak. Adapun dukungan-dukungan dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Sumber Pendanaan.
Dalam melaksanakan misinya LIB Tano Niha tidak mungkin sukses menjalankan kegiatan operasionalnya tanpa adanya dana yang mendukung. Sumber pendanaan yang diharapkan dalam kegiatan operasional LIB Tano Niha adalah seperti pada Tabel 5.4. berikut ini :
Tabel 5.4. Sumber Dana LIB Tano Niha.
No Sumber Dana
1 Pemerintah Kabupaten Nias
2 Pemerintah Propinsi Sumatera Utara
3 Pemerintah Pusar melalui departemen terkait dengan UIKM 4 Para perantau asal Nias/konglomerat nasional
5 Sumber lainnya yang sah
6 Kegiatan, penelitian, konsultasi, kreasi dan animasi Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Pendanaan diatas akan bergeser secara bertahap dari dominasi Pemerintah Daerah kepada sistem “swakelola”. Diperkirakan LIB Tano Niha akan dapat membiayai diri sendiri dalam operasionalnya setelah lebih kurang 5 tahun beroperasi. Untuk tahap awal anggaran operasionalnya diharapkan bersumber dari Pemerintah Kabupaten Nias yang jumlahnya barangkali relatif besar pada tahap awal, karena disamping
(42)
mempersiapkan lahan (“Park of Research and Training”) untuk pendirian pondok-pondok percobaan, pembangunan “prototipe produk”, juga diperlukan pembinaan/pelatihan SDMnya.
Sumber pendanaan tentu erat kaitannya dengan bentuk yuridis dari LIB Tano Niha itu sendiri : apakah berbentuk sebuah perusahaan terbatas, perorangan, yayasan atau assosiasi atau sebuah badan resmi non struktural milik Pemerintah Kabupaten Nias. Salah satu bentuk legalitas tersebut dapat dipilih dan diimplementasikan. Kalau kita lihat di banyak negara maju kelembagaan yang identik dengan LIB Tano Niha ini selalu dimiliki bersama oleh swasta dan pemerintah, sehingga pada umumnya lembaga tersebut diposisikan sebagai “Badan Resmi Non Struktural”.
2. Dukungan Politis.
Mengingat perannya lebih operasional dan sangat terkait dengan masyarakat Kabupaten Nias secara keseluruhan, LIB Tano Niha dalam konteks ini adalah perpanjangan tangan pimpinan daerah terutama dalam rangka menghidupkan kembali ekonomi rakyat pasca bencana alam gempa bumi. Karena itu, LIB Tano Niha akan lebih efektif dimulai dari sekarang daripada menunggu dan seyogyanya badan ini didirikan atas dasar Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Nias.
Karena lahan operasional lembaga ini berlokasi di Kabupaten Nias, maka peran Pemerintah Kabupaten Nias sangat menentukan. Ada beberapa alasan mengapa peran Pemerintah Kabupaten Nias sangat menentukan :
a. Pemerintah Kabupaten Nias dapat memanfaatkan LIB Tano Niha untuk membantu memformulasikan strategi dan program aksi agar masyarakat Kabupaten Nias mampu mentransformasikan tantangan krisis menjadi suatu peluang.
(43)
b. Pemerintah Kabupaten Nias dapat memanfaatkan lahan percobaan usaha bisnis LIB Tano Niha untuk membantu dalam mengembangkan proyek-proyek prospektif untuk kepentingan daerah dan swasta.
c. LIB Tano Niha dapat juga diminta oleh Pemerintah Kabupaten Nias sebagai aktor yang lebih proaktif dalam mentransformasikan pengaruh globalisasi menjadi peluang bisnis yang menguntungkan untuk daerah.
d. Pemerintah Kabupaten Nias dapat memanfaatkan LIB Tano Niha sebagai institusi independen dalam membangun peluang dan kesempatan pengusaha-pengusaha industrialis untuk berkiprah di Kabupaten Nias.
e. Pemerintah Kabupaten Nias dapat menjadikan LIB Tano Niha sebagai “think tank” untuk “policy makers”, dan sebagai institusi pesaing dan kontrol terhadap program yang sejenis atau terkait.
3. Perkantoran.
Idealnya LIB Tano Niha memiliki sistem perkantoran yang mampu mengakomodasikan 3 kegiatan sekaligus : Bisnis inkubasi, Cycle of Creativities dan jasa akomodasi dan logistik untuk para pengusaha UIKM yang sedang bertumbuh dalam binaan sekurang-kurangnya untuk selama masa pendampingan, karena itu luas ruangan operasional diperkirakan 500 m2. Namun untuk memulainya barangkali dapat dipersiapkan secara bertahap, sekurang-kurangnya untuk tahap awal diperlukan ruangan untuk mengakomodasikan staf sekitar 5 orang dan dapat bergabung dengan pihak lain.
4. Kemungkinan Struktur Organisasi LIB Tano Niha.
Kemungkinan atau alternatif struktur organisasi LIB Tano Niha adalah seperti terlihat pada Gambar 5.1. dibawah ini.
(44)
Gambar 5.1. Struktur organisasi LIB Tano Niha
Dewan Komisaris
Direktur LIB Tano Niha
Kabid Kabid Kabid Kabid Inovasi dan Pelatihan dan Administrasi Pengelolaan Transfer Teknologi Pengembangan dan Keuangan SDM Logistik
Pakar/Peneliti/ Animator/ Tenaga Tenaga Praktisi Transferor Administrasi Perencanaan Keuangan
8.7. Beberapa Kemungkinan Kendala Yang Dihadapi.
Dalam melaksanakan tugasnya, LIB Tano Niha sudah pasti akan mengalami kendala-kendala, baik internal maupun eksternal. Kemungkinan kendala-kendala yang dihadapi itu adalah seperti terlihat pada Tabel 5.5. berikut ini :
(45)
Tabel 5.5. Beberapa Kemungkinan Kendala Yang Dihadapi LIB Tano Niha.
No Kemungkinan Kendala
1 Infrastruktur
2 Pendanaan (investment funds) 3 Sumber Daya Manusia 4 Informasi teknologi
5 Krisis ekonomi (economic crisis / economic conjuncture) 6 Kondisi politik daerah
7 Perolehan lahan
Sumber : Hasil peneleitian (diolah).
8.8. Hasil Yang Diharapkan Dari Berfungsinya LIB Tano Niha.
LIB Tano Niha diharapkan akan berfungsi sebagai dinamisator, stimulator dan transferor dalam mewujudkan cita-citanya. Adapun hasil yang diharapkan dari LIB Tano Niha ini adalah antara lain sebagai berikut :
1. LIB Tano Niha berkembang menjadi katalisator transfer teknologi antara perguruan tinggi dan kegiatan bisnis dan sebaliknya informasi teknologi dari bisnisman ke perguruan tinggi.
2. Tumbuhnya pusat-pusat informasi teknologi dan bisnis di daerah-daerah kecamatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari LIB Tano Niha.
3. Tumbunya Kabupaten Nias sebagai laboratorium pencetak prototipe SDM yang bernuansa dan berpola pikir bisnis, sekurang-kurangnya untuk putra-putra daerah Kabupaten Nias sehingga dengan demikian memudahkan bagi mereka untuk menciptakan usaha mandiri baik untuk bekerja di daerah Kabupaten Nias atau ke daerah lain.
4. Tumbuhnya dimasing-masing kecamatan sekurang-kurangnya 4 pengusaha UIKM pioner profesional berbasis produk unggulan daerah yang dikelola oleh SDM unggul. 5. Tumbuhnya 100 pengusaha menengah unggul dengan produk unggulannya, siap
(46)
6. Dengan kehadiran LIB Tano Niha diharapkan menjadi fasilitator investor yang ingin menanamkan modalnya di Kabupaten Nias.
9. Kesimpulan dan Saran. 9.1. Kesimpulan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Lembaga pemerintah yang sudah ada memang masih memiliki keterbatasan dalam mengakomodasi semua kebutuhan UIKM untuk bertumbuh dan berkembang. Oleh sebab itu, untuk membantu lembaga pemerintah, maka diperlukan strategi aktor yaitu sebuah lembaga sinergis yang efektif dan efisien sebagai mitra pemerintah.
2. Untuk membantu UIKM agar mampu bertumbuh dan berkembang serta berinovatif dan memiliki kemampuan kompetitif, maka diperlukan sebuah wadah/lembaga sinergis yang efektif dan efisien yang bekerja secara profesional yang mampu memenuhi kebutuhan UIKM untuk bertumbuh dan berkembang.
3. Untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan daerah dengan berbagai potensi dan sumber daya yang dimiliki, maka diperlukan sebuah wadah/lembaga sinergis yang efektif dan efisien serta mampu mengakomodasi semua kepentingan demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dan daerah.
(47)
Berdasarkan strategi yang dirumuskan, maka apa yang telah dipaparkan dalam penelitian ini masih memiliki peluang untuk disempurnakan. Karena itu, terdapat kemungkinan dilakukan penelitian lebih lanjut dan pengkajian yang lebih mendalam. Beberapa aspek yang barangkali masih perlu dalam penelitian lebih lanjut, misalnya sejauh mana masing-masing variabel yang dianggap penting dari hasil poling (kuisioner) tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap UIKM. Untuk itu, tentu akan lebih baik jika diuji dengan menggunakan ”regresi linier model” atau ”regresi non linier model”. Selanjutnya akan lebih sempurna lagi jika model yang diusulkan dalam penelitian ini didukung oleh masing-masing profil perusahaan-perusahaan yang diteliti. Hal ini penting untuk memudahkan implementasi LIB Tano Niha : Sebuah Model Pengembangan Kelembagaan UIKM di Kabupaten Nias sebagai hasil dari penelitian ini.
(1)
6. Dengan kehadiran LIB Tano Niha diharapkan menjadi fasilitator investor yang ingin menanamkan modalnya di Kabupaten Nias.
9. Kesimpulan dan Saran. 9.1. Kesimpulan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Lembaga pemerintah yang sudah ada memang masih memiliki keterbatasan dalam mengakomodasi semua kebutuhan UIKM untuk bertumbuh dan berkembang. Oleh sebab itu, untuk membantu lembaga pemerintah, maka diperlukan strategi aktor yaitu sebuah lembaga sinergis yang efektif dan efisien sebagai mitra pemerintah.
2. Untuk membantu UIKM agar mampu bertumbuh dan berkembang serta berinovatif dan memiliki kemampuan kompetitif, maka diperlukan sebuah wadah/lembaga sinergis yang efektif dan efisien yang bekerja secara profesional yang mampu memenuhi kebutuhan UIKM untuk bertumbuh dan berkembang.
3. Untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan daerah dengan berbagai potensi dan sumber daya yang dimiliki, maka diperlukan sebuah wadah/lembaga sinergis yang efektif dan efisien serta mampu mengakomodasi semua kepentingan demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dan daerah.
(2)
Berdasarkan strategi yang dirumuskan, maka apa yang telah dipaparkan dalam penelitian ini masih memiliki peluang untuk disempurnakan. Karena itu, terdapat kemungkinan dilakukan penelitian lebih lanjut dan pengkajian yang lebih mendalam. Beberapa aspek yang barangkali masih perlu dalam penelitian lebih lanjut, misalnya sejauh mana masing-masing variabel yang dianggap penting dari hasil poling (kuisioner) tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap UIKM. Untuk itu, tentu akan lebih baik jika diuji dengan menggunakan ”regresi linier model” atau ”regresi non linier model”. Selanjutnya akan lebih sempurna lagi jika model yang diusulkan dalam penelitian ini didukung oleh masing-masing profil perusahaan-perusahaan yang diteliti. Hal ini penting untuk memudahkan implementasi LIB Tano Niha : Sebuah Model Pengembangan Kelembagaan UIKM di Kabupaten Nias sebagai hasil dari penelitian ini.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Albertiusman (2005), ”Strategi Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Bukit Tinggi (Studi Kasus UIK Bordir, Sepatu dan Kerupuk Sanjai” Tesis Magister Sains, Program Pascasarjana, Universitas Andalas.
Arikunto Suhartini (1997), Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta.
Bappeda Kabupaten Nias (2003), Profil Perindustrian Kabupaten Nias, Bappeda Kabupaten Nias.
BPS (2000), Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI 2000), Badan Pusat Statistik.
BPS Kabupaten Nias (2005), PDRB Kabupaten Nias 2004, BPS Kabupaten Nias. ... (2005), Nias Dalam Angka 2004, BPS Kabupaten Nias.
Budiman, Arief (1995), Teori Pembangunan Dunia Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil (1995), Undang-undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia.
Departemen Perindustrian (1984). Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, Departemen Perindustrian.
Depperindag. (2002). Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah (RIP – IKM, Buku II) Tahun 2002 – 2004, Depperindag Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2001), Pembagian Jenis-jenis Industri dan Dagang Kecil Menengah (menurut KLUI) Dalam Pembinaan Masing-masing Direktorat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah, Depperindag Republik Indonesia.
(4)
Djojohadikusumo, Sumitro (1994), Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, LP3ES.
Drucker, Peter F. (1994), Inovasi dan Kewiraswastaan. Praktek dan Dasar-dasar. Erlangga.
Gulo, W. (2002), Metodologi Penelitian, Grasindo.
Hadari Nawawi (1993), Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Cetakan ke-6, Gajah Mada Univ, Press.
Hartarto, Airlangga (2004), Strategi Clustering dalam Industrialisasi Indonesia. ANDI. Hasibuan, Nurimansjah (1991), Ekonomi Industri. Persaingan, Monopoli dan
Regulasi, LP3ES.
Jimmi Albert Marciano (2004), ”Peranan Industri Kecil Terhadap Pembangunan Ekonomi di Kota Payakumbuh” Tesis Magister Sains, Program Pascasarjana, Universitas Andalas.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 590/MPP/Kep/10/1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri, Depperindag Republik Indonesia.
Kristanto, Philip (1997), Ekologi Industri, ANDI.
Marzuki (2002). Metodologi Riset. PT. Prasetia Widya Pratama.
Media Centre – Satkorlak PBP Sumatera Utara, 17 April 2005. Recovery Kejadian Gempa Nias dan Nias Selatan, Media Centre-Satkorlak PBP Sumatera Utara. Perry, Martin (2002), Mengembangkan Usaha Kecil Dengan Memanfaatkan Berbagai
Bentuk Jaringan Kerja Ekonomi, PT. RajaGrafindo Persada.
Prawirosentono, Suyadi (2001), Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu. Total Quality Management Abad 21. Studi Kasus dan Analisis, Bumi Aksara. Sanusi, Bachrawi (2004), Pengantar Ekonomi Pembangunan, PT. Rineka Cipta. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi (1987), Metode Penelitian Survai, LP3ES. Soekartawi (1996), Pengantar Agroindustri, PT. RajaGrafindo Persada.
Sugiarto,dkk. (2003), Teknik Sampling, PT. Gramedia.
Sugiyono (1997), Metode Penelitian Administrasi. CV. Alfabeta.
Suhartina (2001), ”Prospek Pengembangan Perkebunan Kopi Arabika PT. Krakatau Limo Sajati dengan Pendekatan Agribisnis” Tesis Magister Sains, Pascasarjana, Universitas Andalas.
(5)
Taifur, Werri Darta (2005) “Tinjauan Teoritis Terhadap Kebijakan Pertumbuhan Yang Berpihak Kepada Penduduk Miskin“ Makalah dipresentasikan pada Seminar Keberpihakan Pertumbuhan Ekonomi Kepada Kelompok Miskin (Pro – Poor Growth Policy) dalam rangka Dies Natalis Fakultas Ekonomi Universitas Andalas ke – 48, Padang, 25 September 2005.
Tambunan, Tulus (1999), Perkembangan Industri Skala Kecil Di Indonesia, PT. Mutiara Sumber Widya, Penabur Benih Kecerdasan.
... (2001), Industrialisasi Di Negara Sedang Berkembang. Kasus Indonesia, Ghalia Indonesia.
Tan, Firwan (1993), ”Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Berbasis Teknologi di Tingkat Daerah. Peranan Business Innovation Centre (BIC).” Makalah dipresentasikan pada Seminar Internasional “Operasionalisasi dan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Berbasis Teknologi.” Jakarta, 29 Juli 1993.
……….. (1999), “Bisnis Inovasi & Promosi Teknologi Lubuk Selasih. BiProTEKs. Business Innovation and Promotion of Technology Lubuk Selasih. BIPROTECHS. Konsep Penyempurnaan Ide P4LK Gebu Minang” Disampaikan kepada : Pengurus Yayasan Gebu Minang di Jakarta, Mei 1999.
……….. (2005), ”Efisiensi Harga pada Vertical Integrated Market Studi tentang Pasar Produk Industri Karet Alam di Indonesia” Jurnal Manajemen dan Pembangunan Volume 4 No. 1 Januari-Juni 2005 FE-UNJA ISSN 0852-680X.
……….. (2005), ”Industrialisasi Untuk Menumbuhkembangkan Ekonomi Rakyat Di Daerah” Jurnal Industri dan Perkotaan Volume IX Nomor 16/Agustus 2005.
Todaro, M, P. (2000), Pembangunan Ekonomi, Jilid II. Bumi Aksara.
Thee Kian Wie (1994), Industrialisasi di Indonesia. Beberapa Kajian, Penerjemah Nirwono, Pengantar Mari Pangestu, Cetakan-1, LP3ES.
Thomas W. Zimmerer & Norman M. Scarborough. (2002), Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil., PT. Prenhallindo.
Undang-Undang Dasar 1945.
(6)
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.
Wahyu Hamidi (1995), ”Pengembangan Industri Kecil dan Pengaruhnya terhadap Pembangunan Wilayah Di Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau” Tesis Magister Sains, Program Pascasarjana, Universitas Andalas.
BIO DATA
Nama : SORANI HALAWA.
Tempat/Tanggal Lahir : Fanedanu, 18 Nopember 1972. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil.
Instansi : Pemerintah Kabupaten Nias.
Jabatan : Plt. Kepala Seksi Pembinaan dan Pengembangan pada Sub Dinas Perindustrian Dinas Perindagtamben Kabupaten Nias. Pangkat/Golongan Ruang : Penata Muda (III/a).
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri No. 070975 Gunungsitoli : Tamat 1986
2. SMP Negeri Idano Gawo : Tamat 1989
3. SMA Negeri Gunungsitoli Jurusan A1 : Tamat 1992 4. Universitas Sisingamangaraja XII Medan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Industri : Tamat 1999 5. Universitas Andalas Padang
Program Pascasarjana