Efektivitas Behaviour Skill Training untuk Meningkatkan Asertivitas pada Korban Bullying

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai
aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan
pendidikan yang efektif dan efisien pada satuan pendidikan sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Salah satu di antaranya adalah suasana kondusif yang
diciptakan oleh semua komponen sekolah yang berperan dalam pelaksanaan
layanan pembelajaran bagi peserta didik sehingga tercapainya tujuan pendidikan
yang diharapkan. Namun kenyataannya tujuan pendidikan di sekolah belum
sepenuhnya tercapai. Sekolah yang seharusnya merupakan tempat untuk menuntut
ilmu dan mengembangkan karakter diri ternyata malah menjadi lokasi utama
praktik-praktik bullying. Hal ini sangat bertentangan dengan Undang-Undang
(UU) no.23 tahun 2002 pasal 54 tentang perlindungan anak, yang menyatakan
bahwa sekolah harus menjadi zona anti kekerasan.
Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh para tokoh diketahui
bahwa bullying telah terjadi dari beberapa tahun yang lalu dan terus meningkat,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Olweus terhadap 140.000 siswa Norwegia

usia 8-16 tahun pada tahun 1987, menemukan bahwa 9% siswa pernah di bully.
Selain itu, penelitian skala besar di Inggris bernama Sheffield Study pada tahun
1993 menunjukkan dari 24 sekolah di Inggris (2600 siswa SD dan 4100 siswa
SMP), 27% siswa mengaku sesekali pernah di bully dan 10% siswa mengaku

Universitas Sumatera Utara

2

sering di bully. Dari data National Mental Health and Education Centre tahun
2004 di Amerika menunjukkan bahwa bullying merupakan bentuk kekerasan
yang umumnya terjadi dalam lingkungan sosial. Sekitar 15% hingga 30% siswa
adalah pelaku dan korban bullying.
Di Indonesia sendiri, kasus bullying juga sudah marak terjadi. Bahkan,
survei global yang dilakukan oleh The Health Behavior in School-Aged Children
(HBSC) terhadap 200.000 siswa di 40 negara pada tahun 2005-2006 menemukan
bahwa Indonesia menduduki urutan kedua dengan kasus bullying tertinggi di
dunia (Kaman, 2012). Berikut ini merupakan data dari berbagai sumber mengenai
kasus bullying di Indonesia:
a. Berdasarkan data laporan kasus yang masuk ke Komnas Perlindungan Anak

per November 2009, setidaknya terdapat 98 kasus kekerasan fisik dan 176
kekerasan psikis pada anak yang terjadi di lingkungan sekolah. Dan data
tersebut terus meningkat sampai tahun ini, berikut merupakan hasil laporan
setiap tahunnya yang disajikan dalam bentuk tabel,
Tabel 1.1 Kasus kekerasan yang diterima Komisi Nasional Perlindungan Anak

Tahun
Laporan
kekerasan

2009
274

2010
2.413

2011
2.508

2012

2.637

2013
2.792

2014
3.339

b. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nurholis pada tahun 2012 terhadap
siswa SMPN 5 Pekanbaru menemukan bahwa dari 76 siswa, 47 siswa pernah
di bully dengan cara yang berbeda-beda. Sebagian besar pelaku adalah teman
sekelas mereka sendiri. Mereka mengaku merasa sedih ketika menerima
perlakuan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

3

c. Pada tahun 2014, seorang siswi berusia 14 tahun yang merupakan pelajar kelas
satu di SMPN 10 Bantar Gebang Bekasi memutuskan untuk mengakhiri

hidupnya dengan gantung diri karena merasa malu dengan ejekan anak tukang
bubur oleh teman-teman sekolahnya.
d. Pada tahun 2015 baru-baru ini kota Binjai dihebohkan dengan kasus bullying
yang dilakukan oleh seorang sisiwi SMP dengan mengancam, memukul dan
memnendang teman sekelasnya dan kemudian direkam oleh teman lainnya lalu
disebar melalui facebook sehingga kasus tersebut mencuat ke publik.
Berkaitan dengan kasus bullying di Medan, peneliti melakukan wawancara
terhadap beberapa anak dan orangtua di linkgungan X. Mereka semua mengakui
bahwa tindakan bullying pernah terjadi di sekolahnya. Di lingkungan X, terdapat
enam anak yang berasal dari sekolah yang berbeda yang sering diganggu dan
diejek oleh teman-temannya karena penampilannya yang terlihat kurang rapi,
rambutnya yang berkutu dan bau, serta anak yang kemampuannya di bawah ratarata. Reaksinya ketika diejek hanyalah diam. Mereka merasa kesal dan bingung
mengenai alasan teman-temannya berperilaku seperti itu.
Bullying merupakan salah satu bentuk kekerasan yang sering dilakukan
oleh seorang atau sekelompok anak dengan niat menyakiti atau mengganggu anak
lain yang tidak dapat membela dirinya sendiri (Olweus, 2009). Seseorang dapat
dikategorikan sebagai korban bullying ketika menerima perlakuan negatif atau
agresif secara sengaja, terus-menerus, berulang kali, dan sepanjang waktu, serta
memiliki kekuatan (power) yang lebih rendah dibanding pelaku sehingga ia


Universitas Sumatera Utara

4

mengalami kesulitan dalam membela dirinya sendiri. Korban bullying secara
signifikan merasa terancam dan kurang mampu mengontrol situasi mereka.
Menurut Olweus (2009), perlakuan negatif atau agresif yang dialami oleh
korban bullying yaitu berupa pernyataan atau sebutan kasar dan menyakitkan,
diperlakukan sebagai sesuatu yang lucu, diabaikan atau dikeluarkan dari
kelompok, atau ditinggalkan dengan tujuan tertentu. Selain itu, terdapat juga
perlakuan fisik seperti dipukul, ditendang, ditekan, didorong, atau dikunci di
dalam sebuah ruangan. Mereka juga menerima penyebaran berita yang salah
mengenai dirinya atau

membuat siswa lain untuk tidak menyukai, serta hal

menyakitkan lainnya.
Semakin banyaknya kasus bullying yang terjadi di Indonesia tidak diiringi
dengan perkembangan intervensi dalam menangani kasus tersebut (Fadil, 2007).
Terdapat kesalahpahaman terkait fenomena bullying yang dianggap sebagai

sesuatu yang wajar, tanpa menyadari dampak jangka panjang yang ditimbulkan
bagi korban maupun pelaku. Akibatnya, tindakan bullying terus terjadi sampai
terkadang menimbulkan korban jiwa dan trauma, yang tentunya menghambat
proses belajar dan proses perkembangan jiwa seorang anak.
Salah satu efek dari tindakan bullying yaitu dapat mempengaruhi
performansi korban di sekolah (Harris & Petrie, 2003; Murphy, 2009). Siswa yang
‘ditindas’ secara terus-menerus menjadi sangat tertekan dan terganggu dengan
perlakuan bullying sehingga mereka menjadi kehilangan ketertarikan pada tugastugas sekolah dan bahkan takut pergi ke sekolah. Hal ini dapat mengarah pada
isolasi sosial dan mendorong drop out. Efek jangka panjang yang mungkin

Universitas Sumatera Utara

5

dialami yaitu self-esteem yang rendah, depresi, atau bunuh diri. Selain itu, korban
bullying juga memiliki kecenderungan untuk menjadi pelaku bullying di masa
yang akan datang (Harris & Petrie, 2003).
Kajian mengenai bullying, pada umumnya korban dipilih karena mereka
terlihat menampilkan perilaku yang berbeda atau memiliki karakteristik eksternal
tertentu, misalnya berbeda secara fisik, usia, etnis, agama, atau latar belakang

budaya (Murphy, 2009). Walaupun pada awalnya korban bullying dipilih
berdasarkan faktor eksternal, para ahli setuju bahwa kebanyakan dari mereka
memiliki karakteristik internal yang sama sehingga pelaku tidak hanya memilih
mereka pada satu waktu, tetapi juga terus-menerus menjadikan mereka target
sepanjang waktu. Salah satu karakteristik tersebut yaitu berespon pasif ketika
dihadapkan pada situasi bullying (Murphy, 2009; Sharp & Cowie, 1994). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bruyan, Cillesen, & Wissink (2010), Mize (2005),
serta Fax & Belton (2006) juga menemukan bahwa anak yang tidak memiliki
keahlian sosial lebih besar kemungkinan untuk dikucilkan dan di bully oleh teman
sebayanya (Beane, 2003; Moghtadaie, et al., 2012).
Berdasarkan contoh kasus di Medan, respon yang pasif ketika di bully juga
ditunjukkan oleh korban bullying khususnya lingkungan X. Mereka tidak
berusaha untuk membela diri atau tidak mencoba untuk melawan ketika temantemannya mengejek penampilannya yang ‘culun’ atau diejek ‘gendut’ atau ‘idiot’.
Respon yang ditampilkan yaitu hanya diam atau bahkan menangis ketika
menerima ejekan tersebut. Dengan demikian, pelaku dapat beranggapan bahwa ia

Universitas Sumatera Utara

6


merupakan target yang mudah dan mendapatkan penguat untuk tetap melakukan
tindakan bullying.
Penelitian

mengenai

perilaku

dan

karakteristik

korban

bullying

mengindikasikan bahwa kelompok tersebut membutuhkan pelatihan keterampilan
berperilaku yang mengajarkan teknik-teknik asertivitas (Sharp & Cowie, 1994).
Selain itu, korban bullying di lingkungan X Medan menyatakan bahwa mereka
merasa tidak tahu harus berespon seperti apa ketika menghadapi ejekan temantemannya. Hal ini membuat mereka cenderung pasif ketika di bully, misalnya

diam atau menangis. Selain itu terkadang mereka akan berperilaku agresif dengan
menyerang balik pelaku bullying, namun hal tersebut tidak menyelesaikan situasi
bullying tersebut. Justru yang terjadi korban akan mendapat tindakan bullying
yang lebih parah dari sebelumnya.
Teknik-teknik asertivitas biasanya direkomendasikan untuk individu yang
mengalami kesulitan dalam membela hak pribadinya, yaitu merespon situasi sulit
secara pasif atau agresif. Asertivitas merupakan cara interaksi yang berbeda dari
respon pasif dan agresif, merupakan serangkaian strategi yang efektif karena
individu diajarkan untuk memberdayakan dirinya sendiri (Sharp & Cowie, 1994).
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa keahlian asertif
mampu mengurangi penindasan pada korban yang tertindas (Rana, 2008; Sharp &
Cowie, 1994). Oleh karena itu, dalam penenlitian ini kemampuan asertif secara
khusus diberikan kepada korban bullying dengan tujuan agar mereka dapat
membela diri ketika dihadapkan pada situasi bullying.

Universitas Sumatera Utara

7

Ketika merespon perilaku bullying secara asertif, seseorang membela hakhak yang dimiliki tanpa melanggar hak orang lain (Sharp & Cowie, 1994).

Asertivitas melibatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, spesifik,
dan tidak ambigu, serta pada waktu yang bersamaan menjadi sensitif terhadap
kebutuhan orang lain dan respon mereka dalam situasi tertentu (Rees & Graham,
1991; Sharp & Cowie, 1994; Stein & Book, 2006; Pipas & Jaradat, 2010). Asertif
yaitu percaya bahwa pendapat, pemikiran, kepercayaan, dan perasaan pribadi
sama pentingnya dengan yang dimiliki orang lain.
Behaviour skill training merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku
yang bertujuan untuk membantu subjek memperoleh kemampuan tertentu yang
akan bermanfaat dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, seperti
anak-anak korban bullying yang tidak memiliki pengetahuan mengenai bagaimana
caranya berespon dengan asertif saat dibully (Miltenberger, 2012).
Pada penelitian behaviour skill trainng ini, kemampuan asertivitas yang
akan diajarkan menggunakan pendekatan behavioristik yaitu pendekatan yang
menggunakan prinsip-prinsip belajar untuk membantu seseorang dalam mengubah
perilaku yang tidak sesuai (Corey, 1996). Subjek diharapkan terlibat dalam
tindakan-tindakan spesifik untuk mempelajari dan melatih kemampuan baru
sesuai dengan permasalahan yang sedang mereka hadapi saat ini.
Behaviour skill training mengajarkan enam teknik yang dapat digunakan
sesuai dengan situasi-situasi bullying yang akan dihadapi. Teknik-teknik tersebut
antara lain membuat pernyataan asertif, melawan manipulasi dan ancaman,

merespon nama panggilan, meninggalkan situasi bullying, mencari dukungan

Universitas Sumatera Utara

8

orang sekitar, dan tetap tenang dalam situasi menekan (Sharp & Cowie, 1994).
Metode behaviour skill training ini memiliki empat prosedur (instruksi, modeling,
latihan, feedback) yang akan digunakan di setiap sesi pelatihan untuk membantu
subjek mempelajari teknik-teknik asertivitas (Miltenberger, 2012).
Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu untuk diteliti tentang
efektivitas Behaviour Skill Training untuk meningkatkan asertivitas pada korban
bullying di lingkungan X, Medan.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena latar belakang masalah, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah “Apakah Behaviour Skill Training Efektif untuk
Meningkatkan Asertivitas Korban Bullying?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas maka tujuan dari
penelitian adalah “Untuk Menguji Efektivitas dari Behaviour Skill Training dalam
Meningkatkan Asertivitas Korban Bullying”.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Psikolog Klinis Anak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai aplikasi nyata
psikologi klinis anak terkait penerapan program Behaviour Skill Training dalam

Universitas Sumatera Utara

9

upaya untuk meningkatkan asertivitas pada anak-anak yang menjadi korban
bullying, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal.

b. Perkembangan Pelayanan Psikologi
Hasil penelitian behaviour skill training ini kiranya dapat menjadi acuan
atau program pelatihan untuk membantu dalam menangani anak-anak yang
menjadi korban bullying sebagai cara untuk meningkatkan asertivitas mereka.

c. Dunia Pendidikan
Hasil

penelitian

behaviour

skill

training

dapat

berguna

untuk

mengembangkan asertivitas anak yang menjadi korban bullying melalui
rancangan program pendidikan dan kurikulum di sekolah.

2. Manfaat Teoritis
a. Perkembangan Riset Psikologi
Manfaat penelitian lainnya adalah sebagai dasar pengembangan riset
psikologi. Penelitian ini akan menghasilkan gambaran efektivitas behaviour skill
training dalam meningkatkan asertivitas anak yang menjadi korban bullying.
Pengembangan riset pikologi yang dilakukan akan menambah pengetahuan
profesional seperti, psikolog dan para guru di sekolah dalam memberikan arahan
dan bimbingan kepada anak-anak yang berada di situasi bullying untuk
mengurangi masalah bullying dan meningkatkan asertivitas pada korban bullying.

Universitas Sumatera Utara

10

E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Menguraikan latarbelakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini berisikan kajian yang diperoleh dari penelaahan pustaka
meliputi kajian literatur dan hal-hal yang terkait Behaviour Skill Training,
Asertivitas, dan perilaku Bullying.
Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini diuraikan mengenai rancangan penelitian, identifikasi
variabel penelitian, defenisi operasional penelitian, subjek penelitian, alat ukur
yang digunakan, tahap-tahap penelitian, kriteria keberhasilan program intervensi,
dan metode analisa data.
Bab IV Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian
Pada bab ini berisikan pelaksanaan intervensi, hasil penelitian, serta
pembahasan hasil penelitian efektivitas Behaviour Skill Training untuk
meningkatkan asertivitas pada korban bullying. Selain itu, akan dibahas pula
mengenai keterbatasan penelitian.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang
diberikan pada hal-hal yang terkait dengan penelitian.

Universitas Sumatera Utara