Efektivitas Pelatihan Asertivitas untuk Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa Korban Bullying

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan

  2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6880 2337-6880 2337-6880

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Online: http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 3 Nomor 2, Juni 2015, Hlm 8-14 Volume 3 Nomor 2, Juni 2015, Hlm 8-14 Volume 3 Nomor 2, Juni 2015, Hlm 8-14

  ISSN Online:

  ISSN Online:

  Info Artikel: Diterima 24/05/2015 Direvisi 20/06/2015 Dipublikasikan 30/06/2015 Efektivitas Pelatihan an Asertivitas untuk Meningkatkan Per n Perilaku Asertif Siswa Korban Bullying Bullying

  1 * Akhmad Rifqi Azis

1 Fakultas Ilmu Pendidikan, IK

  IKIP PGRI Jember

  Abstratc

  Bullying a concrete impact o t on the victim both physically and psychologically. lly. The main characteristics of bullying victims is students wh who have not been able to be assertive. To improve t e the student assertive behavior bullying victim, the counselo lor can use assertiveness training. The purpose of th this research was to know the effectiveness of assertiveness ss training to improve the student assertive behavior b r bullying victim. This research uses a pure experimental desig sign pretest-posttest control group design. The research ch population was a 8 student of class VII & VIII SMPN1 Jom ombang - Jember who are bullying victims. The data an analysis used Two independent sample test man withney U. T U. These results indicate that statistic score of Z (-2.32 .323) and sig.(2-tailed) is 0.020 <0.05, So assertiveness trainin ining effective to improve assertive behavior student bull bullying victims. Suggestions of the researchers as follows: 1) 1) for the instution of the school should give counsel selor should gives assertiveness training to improve the studen ent assertive behavior bullying victims. 2) for the coun unselor be creative for improve assertive training module. And And 3) for other researcher should use time series design ign and broad population so that get good generality broader.

  Keyword: assertiveness trainin

  ining, assertive behavior, victims of bullying Copyright © 2015 IICE - Multi ultikarya Kons (Padang - Indonesia) - All Rights Reser served

  Indonesian Institute for Counse nseling and Education (IICE) Multikarya Kons PENDAHULUAN

  Maraknya perilaku ke kekerasan di sekolah yang tidak terkendali merupakan s n salah satu bentuk dari perilaku agresif atau yang lebih dikenal nal sebagai bullying. Bullying terjadi pada semua tingka gkatan sekolah mulai dari taman kanak-kanak hingga pergurua uan tinggi. Quiroz (dalam Anesty, 2009) mengemuka ukakan sedikitnya terdapat tiga faktor yang dapat menyebabka kan perilaku bullying yaitu hubungan keluarga, teman s n sebaya.

  Studi pendahuluan ya yang dilakukan peneliti di SMPN 1 Jombang - Jembe ber menunjukkan bahwa profil

  

bulliying di sekolah cukup me memprihatinkan, adapun data yang tercatat konselor ad adalah ditemukannya 17 kasus

  pemalakan liar, 3 kasus tawura wuran dengan teman sebaya, 18 kasus berkata kasar, 3 k 3 kaus menggosip, dan 28 kasus intimidasi terhadap siswa yang ng lemah.

  Bullying adalah pen penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti kiti seseorang atau kelompok,

  sehingga korban merasa terte rtekan trauma dan tidak berdaya. Siswa dianggap se sebagai korban bullying ketika diketahui secara berulang-ulan lang terkena tindakan negatif oleh pelaku bullying. T . Tindakan negatif tersebut ter- masuk melukai atau mencoba ba melukai atau membuat korban merasa tidak nyaman an. Tindakan bullying dapat di- lakukan secara fisik misalny lnya, pemukulan, tendangan, mendorong, dan mence cekik; secara verbal misalnya

  Telp atau Alamat Email Koresponden : Telp atau Alamat Email Koresponden : Telp atau Alamat Email Koresponden :

  akhmadrifqiazis@gmail.com akhmadrifqiazis@gmail.com akhmadrifqiazis@gmail.com

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14

  memanggil nama korban deng engan sebutan yang buruk, mengancam, mengolok-olok lok, dan fitnah. Penelitian yang dilakukan Setiawati (2012) me menggambarkan bahwa bentuk bullying yang dilakukan kan oleh pelaku terhadap koban diantaranya sebagai berikut, bu bullying fisik (22,28%); bullying verbal (10,43%) dan b bullying relasional (6,96%).

  Bullying memberikan an dampak terhadap korban baik secara fisik maupun p n psikologis. Ketika mengalami

bullying , korban merasakan b banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertek tekan, takut, malu, sedih, tidak

  nyaman, terancam) namun tida tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang em emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan ren rendah diri bahwa dirinya tidak berharga. Para korban an kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, in ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sek sekolah itu, terganggu prestasi akademisnya atau sering seng engaja tidak masuk sekolah. Selain itu, bullying berdampak terhadap timbul-nya ber gangguan psikologis, seperti r ti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, si, ingin bunuh diri, dan gejala- gejala gangguan stres pasca-tr a-trauma (post-traumatic stress disorder), merasa hidu idupnya tertekan, takut bertemu pelaku bullying, bahkan depres resi dan berkeinginan untuk bunuh diri.

  Bimbingan dan konse nseling merupakan pelayananan bantuan untuk siswa, ba baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan b n berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribad ibadi - sosial, belajar dan karier (Depdiknas, 2008:4). Peran ko konselor sebagai pelaksana bimbingan dan konseling d di sekolah tentunya juga harus memberikan kontribusi dalam m memberikan intervensi serta bantuan kepada seluru ruh siswa yang dikemas dalam layanan-layanan bimbingan da dan konseling. Salah satu layanan bimbingan dan kons onseling untuk menangani siswa korban bullying melalui pela elatihan asertivitas. Soendjojo (dalam Gowi, 2009) men enjelaskan bahwa karakteristik utama korban bullying adalah s h siswa yang belum mampu bersikap asertif.

  Cawood (1997) meny nyatakan perilaku asertif yaitu ekspresi yang langsung, j

  g, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, an, atau hak-hak siswa tanpa kecemasan yang tidak ak beralasan. Langsung berarti perilaku siswa dapat menyamp mpaikan pesan di-sampaikan dengan lugas dan wajar, s r, serta tidak menghakimi siswa lain. Jujur berarti berperilaku ku menunjukkan semua isyarat pesan cocok artinya ka kata-kata, gerak-gerik, perasaan semuanya mengatakan hal yan yang sama. Sedangkan pada tempatnya berarti siswa da dapat mempertahankan hak-hak dan perasaan-perasaan siswa la lain maupun dirinya sendiri, waktu dan tempatnya.

  Dengan memiliki pe perilaku asertif, siswa korban bullying lebih mudah m h mengekpresikan diri, terbuka secara sosial dan emosional, m l, mencapai tujuan tanpa menghancurkan orang lain, be , bertanggung jawab, dan berani mengambil keputusan tanpa a rasa cemas. Penelitian yang dilakukan Nurfaizal ( l (2013:79) merekomendasikan “..pelatihan asertivitas efektif ktif digunakan untuk meningkatkan perilaku asertif tif siswa”. Gowi (2010) juga menambahkan bahwa pelatih atihan asertivitas dapat membantu siswa korban bu bullying untuk meningkatkan kemampuan memahami ketak takutan dan keyakinan irasional, mempertahankan hak- ak-hak pribadi, dan menyatakan keyakinan.

  Selian itu, pelatihan n asertivitas terbukti efektif untuk meningkatkan kete eterampilan interpersonal siswa (Trisnaningtias, 2010), mered eduksi kebiasaan merekok (Fidiyanti, 2009:125), men eningkatkan kedisiplinan siswa (Oktariana, 2012:135), menin ningkatkan self esteem dan prestasi akademik siswa wa (Mona, 2010), meningkatkan keterampilan perilaku asertif f dan mengurangi kecemasan interaksi sosial (Mousa, a, 2011), peningkatan harga diri (Sipayung, 2007).

  Ditambahkan pula ole oleh Akbari (2012:12) dalam penelitiannya bahwa “pe “pelatihan asertivitas pada masa remaja berfungsi untuk me mengurangi kebimbangan, memecahkan masalah, m , menyelesaikan konflik, dan mengembang-kan cara-cara pe pengambilan keputusan”. Dengan pelatihan asertivitas as akan membantu siswa korban bullying untuk berperilaku aser sertif.

  Hasil penelitian yang ng telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pela elatihan asertivitas efektif untuk menyelesaikan masalah baik it k itu sosial, akademik maupun kepribadian. Perilaku u asertif siswa korban bullying merupakan perilaku yang men enghargai diri sendiri dan orang lain, mengekspresikan kan perasaan positif dan negatif, mengembangkan kemampuan an untuk menolak tanpa rasa bersalah, dan berani memi minta bantuan orang lain ketika membutuhkan.

  Fensterheim (1980) m ) mengatakan orang yang berperilaku asertif memiliki 4 i 4 ciri yaitu merasa bebas untuk mengemukakan emosi yang d dirasakan melalui kata dan tindakan. Misalnya “inila ilah diri saya, inilah yang saya rasakan dan saya inginkan”. . Dapat berkomunikasi dengan orang lain, baik deng ngan orang yang tidak dikenal, sahabat, dan keluarga. Dalam am berkomunikasi relatif terbuka, jujur, dan sebagaim aimana mestinya. Mem-punyai pandangan yang aktif tentang g hidup, karena orang asertif cenderung mengejar apa y a yang diinginkan dan berusaha agar sesuatu itu terjadi serta rta sadar akan dirinya bahwa ia tidak dapat selalu lu menang, maka ia menerima

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14

  keterbatasannya, akan tetapi ia i ia selalu berusaha untuk mencapai sesuatu dengan us usaha yang sebaik-baiknya dan sebaliknya orang yang tidak dak asertif selalu menunggu terjadinya sesuatu. B Bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri. Maksud udnya karena sadar bahwa ia tidak dapat selalu menan nang, ia menerima keterbatasan namun ia berusaha untuk menu nutupi dengan mencoba mengembangkan dan selalu bel belajar dari lingkungan

  Hamoud (2011:1086) 86) dalam Journal of American Science menjelas-kan an bahwa “pelatihan asertivitas adalah pendekatan sistemik un untuk ekspresi diri lebih tegas, didasarkan pada kese seimbang-an antara pencapaian tujuan sendiri dan menghorm rmati kebutuhan orang lain”. Trisnaningtias (2010:7) :7) juga menambah-kan bahwa “Latihan asertif adalah latihan an keterampilan yang dapat membantu seseorang berper perilaku asertif, dimana perilaku asertif merupakan perilaku ant antar perorangan atau interpersonal yang melibatkan asp aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan”

  Corey (2005) mengg ggemukakan bahwa secara khas prosedur atau tahapa pan terstruktur dalam pelatihan asertivitas adalah pertama, dim dimulai dengan pengenalan tentang kecemasan sosial y l yang tidak realistis, pemutusan pada belajar menghapus respon pon-respon internal yang tidak efektif yang telah menga gakibatkan kurang tegasnya dan mempelajari peran tingkah la laku baru yang asertif. Kedua, memperkenalkan sej sejumlah latihan relaksasi, dan masing-masing anggota mene nerangkan tingkahlaku spesifik dalam situasi-situasi i i interpersonal yang disarankan menjadi masalah. Para anggo gota kemudian membuat perjanjian untuk menjalanka kan tingkahlaku spesifik dalam situasi-situasi interpersonal ya yang dirasakan menjadi masalah. Para anggota kemudi udian membuat perjanjian untuk menjalankan tingkahlaku men enegaskan diri yang semula mereka hindari sebelum lum memasuki sesi berikutnya.

  

Ketiga, para anggota menerang angkan tentang tingkahlaku menegaskan diri yang telah ah dijalankan oleh mereka dalam

  situasi-situasi kehidupan nyat yata. Mereka berusaha mengevaluasi dan jika mereka ka belum sepenuhnya berhasil, kelompok langsung menjalank nkan permainan. Keempat, bisa disesuaikan dengan ke kebutuhan-kebutuhan individual para anggota. Sejumlah kelom lompok cenderung berfokus pada permainan peran tam tambahan, evaluasi dan latihan, sedangkan kelompok lainnya b a berfokus kepada usaha mendiskusikan sikap-sikap dan an perasaan-perasaan yang telah membuat tingkahlaku menegas gaskan diri sulit dijalankan.

  Penelitian ini diharapk apkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis ma maupun praktis. Manfaat teoritis yaitu Untuk pengembangan ilm ilmu bimbingan dan konseling, khususnya pelatihan a n asertivitas dan perilaku asertif siswa korban bullying, dan an memberikan pemahaman dan gambaran tahapan an pelatihan asertivitas dalam meningkatkan perilaku asertif tif siswa korban bullying. Manfaat praktis penelitian ini ini adalah memberikan masukan bagi sekolah tetang pentingny nya pelatihan asertivitas untuk meningkatkan perilaku u asertif siswa korban bullying, meberikan pengetahuan kepad pada konselor dalam memberikan pembinaan pelatiha tihan asertivitas secara periodik terhadap siswa korban bullying ing, memberikan bahan rujukan kepada penelitian selan lanjutnya yang berkaitan dengan penanggulangan siswa korban an bullying dan pelatihan asertivitas.

  METODE

  Penelitian ini menggu ggunakan pretest-posttest group control design. Subjek jek penelitian ini adalah 8 siswa kelas VII & VIII SMPN 1 Jom Jombang - Jember yang menjadi korban bullying, kemu mudian subjek penelitian dibagi dalam kelompok eksperimen ( n (konseli yang mendapatkan intervensi pelatihan aserti ertivitas) dan kelompok kontrol (konseli yang mendapatkan int intervensi bimbingan pribadi sosial). Pengumpulan data ta dengan skala perilaku asertif.

  Analisis data menggu ggunakan uji Two independent sample test man whithn ithney U, yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ya perbedaan dari dua himpunan data yang berasal da dari sampel yang bebas dengan bentuk data oridinal dan memili miliki sampel dibawah 30. Dalam pengujian hipotesis, is, dasar pengambilan keputusan adalah dengan membandingka kan angka Z hitung dan Z tabel, yaitu jika Zh>Za mak aka Ho ditolak. Dengan melihat angka probalitas dengan ketent entuan, jika P>0,05, maka Ho diterima, jika P<0,05, mak aka Ho ditolak.

  HASIL Variabel N Mean an Rank Sig. Ket. Ke Kesimpulan Kel.

  4 6. 6.50 0,020 Sig Terdapat perbedaa aan nilai rata-rata kelompok

  Eksperimen <0,05 eksperimen d n dan kelompok kontrol Kel. Kontrol

  4 2.

  2.50 Berdasarkan hasil ana analisis, maka hipotesis diterima dan dapat disimpulka lkan bahwa pelatihan asertivitas efektif untuk meningkatkan pe perilaku asertif siswa korban bullying.

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 PEMBAHASAN

  Berdasarkan hasil pen penelitian, peneliti memperoleh temuan bahwa perilaku ku asertif siswa korban bullying pada kelompok eksperimen da dan kelompok kontrol sebelum diberikan intervensi pel pelatihan asertivitas berada pada kategori rendah dan sedang. Te Terdapat tiga hal yang mempengaruhi rendahnya tingka kat perilaku asertif siswa korban

  

bullying diantaranya yaitu sis siswa masih belum mampu mengungkapkan perasaa saan negatif, afirmasi diri dan

mengungkapkan perasaan positi ositif.

  Berdasarkan tenemua uan penelitian siswa korban bullying masih belum m mampu mengekspresikan rasa ketidak-senangan terhadap te teman, mempertahan-kan hak yang semestinya ia ia dapatkan, menolak ajakan/ permintaan teman, mengun ungkapkan pendapat, memberikan pujian kepada da teman yang berprestasi, mengungkapkan perasaan cint inta dan tidak berani meminta pertolongan apabila me mengalami kesulitan. Tenemuan penelitian ini mendukung pe pernyataan Galassi (dalam Porpitasari, 2007) bahwa wa aspek-aspek perilaku asertif terdapat tiga kategori yaitu exp

  expressing positive feelings, self affirmations and express essing negative feelings.

  Tenemuan kedua ada dalah siswa yang korban bullying mayoritas meiliki c i ciri fisik yang lebih kecil dari pada pelaku, pemalu, siswa b wa baru, beda agama, memiliki uang saku banyak. Te Tenemuan penelitian kedua ini mendukung pernyataan Cloros roso (2006) bahwa karakteristik korban bullying adala alah siswa baru, penurut, takut berkelahi, kaya, berbeda etnis d is dan agama, cerdas, dan memiliki ciri fisik yang berbed beda.

  Tenemuan ketiga ad adalah sebelum mendapatkan pelatihan asertivitas, si siswa cendrung takut, cemas, kurang percaya diri dalam be bergaul dan trauma. Tenemuan penelitian ini menduku ukung pernyataan Rigby (2002) bahwa korban bullying dapat m t mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi ti kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well well-being ) sehingga korban akan merasa tidak nyaman, an, takut, rendah diri serta tidak berharga, introvert, memiliki h i harga diri yang rendah dan kurangnya keterampilan sos sosial.

  Pelatihan asertivitas d s dapat diarti-kan sebagai suatu program pelatihan sist sistemik untuk mengekspresikan diri lebih tegas, didasarkan pad pada keseimbangan antara pencapaian tujuan itu sendiri diri dan menghormati kebutuhan orang lain. Pengertian ini sen senada dengan pendapat Hamoud (2011:1086) bahwa wa pelatihan asertivitas adalah pendekatan sistemik untuk men engekspresikan diri lebih tegas dan menghormati kebutu utuhan orang lain.

  Ada tiga prosedur yan yang digunakan peneliti dalam pelatihan asertivitas yait aitu menghapus rasa takut yang berlebihan dan keyakinan tidak dak logis. Prosedur ini lebih menekankan pada mengha hapus kecemasan dan rasa takut yang dialami siswa korban bu bullying di sekolah. Kegiatan yang dilakukan dalam m pertemuan ini adalah peneliti memberikan tayangan film “ba “bawang merah dan bawang putih” yang memberikan g n gambaran kecemasan dan rasa takut berlebihan yang dialami mi oleh bawang putih, kemudian peneliti mengajak sis siswa untuk menganalisis rasa takut dan keyakinan tidak log logis bawang putih, kemudian dilanjutkan dengan me mengaitkan permasalahan yang dialami bawang putih dengan f n fakta-fakta yang dialaminya.

  Berdasarkan hasil an analisis rasa takut dan keyakinan tidak logis serta ta mengaitkan fakta-fakta yang dialaminya tenemuan peneliti liti yang kelima adalah siswa sering menyendiri di sa saat jam istirahat, tidak masuk sekolah dan pulang sekolah h dengan tergesa-gesa. Tenemuan keempat penelitia litian ini mendukung penyataan Swearer (2009) bahwa secara ra psikologis, dampak yang dialami korban bullying ad adalah anak-anak tercatat lebih menyendiri, lebih baik menghin hindari sekolah dan kurang memiliki harga diri.

  Setelah siswa mengeta etahui dan menyadari bahwa yang ia alami adalah kecem cemasan dan keyakinannya tidak logis, peneliti mengajaknya un untuk berdiskusi dan memberikan nasihat bahwa rasa c a cemas dan keyakinannya tidak logis yang diekspresi-kannya ya adalah kuarang baik untuk pengembangan kep epribadiaannya. Hasil evaluasi pertemuan pertama yaitu angg ggota kelompok eksperimen mampu meng-analisis ras rasa cemas dan keyakinan tidak logis, selain itu anggota kelom lompok eksperimen juga merasa lega karena telah men enyadari bahwa keyakinan dan kecemasannya kurang baik dal dalam pengembangan kepribadiannya.

  Prosedur kedua dalam lam penelitian ini adalah berlatih untuk bersikap aser sertif, dalam prosedur ini lebih menekankan pada latihan bers ersikap asertif dalam menghadapi pelaku bullying. Ke Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan ini adalah latihan m mengungkapkan perasaan positif, afirmasi diri dan men engungkapkan perasaan negatif. Sebelum berlatih peneliti mem emutarkan Film “perilaku asertif, agresif dan non ase asertif”, setelah menonton film anggota kelompok eksperimen en diajak untuk menganalisis isi film tersebut dan n mem-bagikan angket analisis perilaku asertif, non asertif dan dan agresif. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa a wa anggota kelompok eksperimen telah mampu membedakan per erilaku asertif, non asertif dan agresif.

  Selain memberikan le lembar analisis perilaku asertif, non asertif dan agres resif dalam prosedur ini peneliti melatih anggota kelompok e eksperimen untuk mengungkap-kan perasaan negati gatif misalnya mengungkapkan

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14

  ketidak-senangan dan kemarah rahan; afirmasi diri misalnya mem-pertahankan hak mutl utlak, menolak permintaan, dan meng-ungkapkan pendapat; m mengungkapkan perasaan positif misalnya memberi da i dan menerima pujian, meminta bantuan apabila mengalami ke kesulitan, mengungkapkan perasaan suka dan simpati ati, memulai dan terlibat dalam percakapan.

  Prosedur ketiga dalam lam penelitian ini adalah berlatih menghadapi situasi yan yang sulit dengan bermain peran perilaku asertif dan menerapk apkannya dalam kehidupan nyata. Kegiatan ini mene nekan-kan pada bermain peran perilaku asertif dalam suatu p tu permasalahan yang sulit. Peneliti menyiap-kan sken enario drama “Persahabatan di Sekolah”, dalam drama ini terd erdapat dua pemeran yaitu Upin dan Ipin, Upin adalah a h anak yang rajin dan berprestasi sedangkan Ipin adalah anak su suka mem-bully temannya. Hasil dari bermain peran an ini adalah anggota kelompok eksperimen mampu meng-hada adapi situasi yang sulit dengan sikap asertif.

  Berdasarkan pernyata ataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perilaku a asertif memiliki peran penting dalam meningkatkan perilaku ku asertif siswa korban bullying. Hal ini menguatkan n pendapat Nurfaizal (2013:79) bahwa pelatihan asertivitas e efektif untuk meningkatkan perilaku asertif siswa. wa. Selain itu Corey (2009:134) mengungkap-kan bahwa pela elatihan asertivitas dapat meningkatkan perilaku ase asertif karena dalam pelatihan asertivitas terdapat komponen en yang meliputi pertama, menghapuskan rasa takut ya t yang berlebihan dan keyakinan tidak logis. Rasa takut yang be berlebihan siswa korban bullying, termasuk ketakutan an disakiti orang lain. Ketakutan kedua yaitu bila siswa korban an bullying merasa gagal memaksa orang untuk mencin cintai dirinya. Ketakutan ketiga adalah siswa korban bullying g memandang bahwa perilaku tegas adalah sebuah per perilaku yang kurang sopan dan tidak menghargai orang lain da dan dapat menampilkan diri sebagai orang yang tidak m k mampu, tidak mahir, dan tidak berguna. Ketakutan yang berl erlebihan dan keyakinan yang irasional sering menghe hentikan siswa korban bullying yang akan bersikap tegas.

  Kedua, menerima dan dan mengemukakan fakta-fakta masalah yang akan dih dihadapi. Siswa korban bullying

  menerima bahwa setiap oran rang harus mampu bersikap tegas dan mengekspres resi-kan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara jujur.

  Ketiga, berlatih untu tuk bersikap asertif sendiri. Latihan bersikap tegas se sendiri biasanya menggunakan

  refleksi atau permainan peran ji n jiwa dimana dalam situasi ini siswa korban bullying ak akan lebih bisa bersikap asertif, memusatkan pada perilaku non onverbal yang penting dalam ketegasan.

  Keempat, menempatk atkan individu dengan orang lain untuk bermain peran n pada situasi yang sulit. Tahap

  keempat menyediakan kesemp mpatan siswa korban bullying untuk berlatih peran da dan men-dapatkan umpan balik orang lain. Pelatihan lebih lan anjut mengizinkan siswa korban bullying untuk lebih la lanjut menunjukkan perubahan perilaku dan membiasakan siswa iswa untuk dan menerap-kan timbal bersikap lebih tega gas. Menggandakan latihan juga membuat siswa korban bullyin ying semakin bertambah nyaman dan senang saat menjad jadi asertif.

  Kelima, membawa p perilaku asertif pada kondisi yang sebenarnya atau u dalam kehidupan sehari-hari.

  Siswa korban bullying membua buat kontrak perilaku untuk melaksanakan perilaku aserti ertif yang sebelumnya dihindari. Pada sesi selanjut-nya, siswa wa korban bullying menjelaskan pengalamannya, me enilai usaha yang di-lakukan, hubungkan dalam latihan sela elanjut-nya dan membuat kontrak perilaku lain untuk k keluar dari pengalaman asertif kelompok.

  Pelatihan asertivitas as dilakukan selama lima kali pertemuan, satu kali li pertemuan digunakan untuk praintervensi, tiga kali pertem emuan digunakan untuk intervensi, satu pertemuan di digunakan untuk terminasi dan evaluasi. Pertimbang-an penelit neliti menggunakan pertemuan ke lima untuk terminas nasi dan evaluasi karena dalam pertemuan ini peneliti dapat m t mengamati keterampilan yang telah dipelajari. Berdasa asar-kan hasil pengamatan siswa mampu menerapkan keteramp pilan yang sudah dipelajari seperti mengungkap-kan p n perasaan negatif, afirmasi diri dan mengungkapkan perasaan an positif.

  Sesuai dengan tujua juan penelitian yaitu untuk mengetahui efektivitas itas pelatihan aserivitas untuk meningkatkan perilaku asertif tif siswa korban bullying. Hal ini dapat dilihat dari has asil posttest yang menunjukkan signifikasi antara kelompok ek eksperimen dan kelompok kontrol adalah 0,020. Berdas dasarkan pada penyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sete etelah meng-ikuti pelatihan asertivitas, siswa korban bu bullying mampu bersikap asertif dalam menghadapi permasalah lahannya; siswa memperoleh keterampilan mengungkap apkan perasaan negatif, afirmasi diri dan mengungkapkan peras rasaan positif.

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14

KESIMPULAN DAN SARAN ARAN

  Berdasarkan hasil pe penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa wa pelatihan asertivitas efektif untuk meningkatkan perilaku a u asertif siswa korban bullying. Berdasarkan hasil pe penelitian dapat diberikan saran – saran kepada pihak hak ter-kait sebagai berikut: 1)

  Sekolah hendak-nya menyelen lenggarakan pelatihan asertivitas untuk meningkatkan an perilaku asertif siswa korban

  

bullying. 2) Konselor hendak daknya lebih kreatif baik waktu pelaksanaan pelatiha tihan maupun bahan intervensi

  pelatihan asertivitas. 3) Bagi gi peneliti selanjutnya hendaknya meng-gunakan ranc ancangan penelitian time series design dan populasi yang lebih bih banyak sehingga memperoleh generalisasi yang lebih bih luas.

DAFTAR RUJUKAN

  Agbakwuru, C., &Stela, U. 200 2009. Effect Asertiveness Training on Resilience Among ong Early-Adolance. European Sciensific Journal. l. M May Edition Vol.8 No. 10. Akbari, B., & Soraya, S. 2012

  12. Effect of Assertiveness Training Methods on Self Es Esteem and General Self- Eficacy Female Stud tudents of Islamic Azad University, Anzali Branch. Jour ournal of Basic and Applied Scientific Research ch 2265-2269.

  Alberti, R. E. & Emmons, M. L . L. 2008. Your Perfect Right: Assertiveness and Equalit ality in Your Life and Relationships (9th e h ed.) . Atascadero, CA: Impact Publishers. Anesty, E. 2009. Konseling Ke Kelompok Behavioral Untuk Mereduksi Perilaku Bullyin llying siswa SMAN 10 Bandung.

  Skripsi. Tidak Diterb terbitkan. Bandung : UPI. Arikunto, S. 2002. Prosedur Su r Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Rin Rineka Cipta: Jakarta. Azwar, S. 2000. Reliabilitas da s dan Validitas . Yogyakarta: Pustaka Belajar. Besag, V. E. 1989. Bullies and nd Victims in Schools . Washington: Open University Pre Press. Coloroso, B. 2006. Penindasan san, Tertindas, dan Penonton; Resep Memutus Rantai Ke i Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga S a SMU . Terjemahan oleh Santi Indra Astuti. Jakarta: Ser Serambi.

  Corey, G. 2005. Theory and Pr Practice of Counseling & Psychotherapy. Belmont: Tho homson. Corey, G. 2009. Teori dan Prak raktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika ka Aditama. Cowood, R. 1997. And Asserts rts That for Companies to Survive. Daryono. 2011. Program Bimb imbingan & Konseling Komprehensif dalam Upaya Meng engembangkan Kecerdasan Emosional Siswa SM SMA. Tesis. Tidak Diterbitkan. Bandung : UPI.

  Depdiknas. 2007. Rambu-ramb mbu Penyelenggaraan Pelayanan Bimbingan dan Konse nseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: De Depdiknas. Mahmud M. 2005. Desain Pen enelitian . Alfabeta: Bandung. Marini, L., & Andriani, E. (200 2005). Perbedaan Tingkat Asertivitas Remaja Ditinjau da dari Pola Asuh Orang Tua.

  Jurnal Psikologia. .

  Mona M., Promila, S. (2010). “ ). “Efektivitas Program Asertif Training untuk Meningk gkatkan Self Esteem dan Prestasi Akademik p k pada Remaja”. International Research Journal. 1, (11 11). Mousa, A., & Amira Y.S. 2011 011. The Effect of An Assertiveness Training Program o on Assertiveness Skill and Social Interaction An Anxiety of Individuals with Schizophrenia. Journal of A of American Science 254-466. Nurfaizal. 2013. Efektivitas As Assertive Training untuk Meningkatkan Perilaku Asertif rtif Siswa. Tesis. Tidak Diterbitkan. Bandun ung : UPI. Olweus, D. 1993. Bullying at S at School:What We Know and What We Can Do. Oxford: rd: Blackwell. Okezone.com. Geng Motor di di Sekolah. (Online), (http://www.okezone.com) diakses es 07 Oktober 2012. Oktariana, Y. 2012. Program B m Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Tra Training untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa.

a. Tesis. Tidak Diterbitkan. Bandung: UPI.

  Peraturan Pemerintah No. 29 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah . 1990. Jak Jakarta: PT. Armas Duta Jaya.

  Porpitasari, D. M. 2007. Penga ngaruh Perilaku Asertif Terhadap Hubungan Interperson sonal pada Siswa Kelas XI SMK Skrip ripsi. Tidak Diterbitkan. Bandung: UPI.

  Islam 1 Blitar.

  Radar Jember. 23 Januari 2013 13. Pelaku Bullying di SMAN 1 Jember di Tuntut 5 Bula ulan Penjara . Hal. 15-19. Rigby, K. 2002. A New Perspe spective on Bullying . London: Jessica Kingsley. Rivers, I. 2007. Bullying: A Ha Handbook for Educators and Parents. London: Praeger ger Publisher.

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 8 -14

  RRI. 29 Desember 2012. Polis olisi Membubarkan Aksi Tawuran Antarpelajar SMKN 2

   2 Jember dengan SMAN 3 Jember .

  Riauskina, I., Djuwita, R., Soe oesetio., & Sri, R. 2005. ”Gencet-Gencetan” di Mata Sis Siswa/Siswi Kelas I SMA : Naskah Kognitif Ten Tentang Arti Skenario, dan Dampak ”Gencet-Gencetan”. n”. Jurnal Psikologi Sosial. Vol.

  12. Nomor. 01, Sep eptember. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Santosa, J. S. 1999. Peran Ora Orang Tua dalam Mengajarkan Asertivitas pada Remaja. ja. Anima, Indonesian Psychological Journ urnal .

  Setiyawati, T. M. 2012. Efektiv ktivitas Konseling Kelompok Melalui Teknik Role Playin ying Untuk Menangani Perilaku

  Bullying: Studi Kuas uasi Eksperimen Terhadap Siswa Sekolah Dasar Labora oratorium Percontohan UPI Bandung . Tesis. Tid idak Diterbitkan. Bandung : SPS UPI.

  Sipayung. 2007. Efektifitas Pe Pelatihan Asertivitas untuk Meningkat Harga Diri Siswa wa. Jurnal fakultas psikologi UNDIP 1-13. Siswanti. 2009. Fenomena Bull ullying di Sekolah Dasar Negeri di Semarang : Sebuah S h Studi Deskriptif. Jurnal

  Fakultas Psikologi gi UNDIP 1-13. UNDI Surya.1988. Bimbingan Pribad ibadi Sosial. Alfabeta: Bandung.

  Suryabrata. 2006. Validitas & & Reabilitas Instrumen. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Swearer, S. M. 2009. Bullying ng Prevention and Intervention: Realistic Strategies for S for Schools . New York: Guilford Press.

  Trisnaningtias, E. 2010. Pener erapan Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Komunika ikasi Interpersonal. Tuckman, B.W. 1999. Conduc ucting Educational Research, 5th Edition. Orlando. FL: L: Harcourt Brace.

  Undang-undang Nomor 20 ta tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 200 003. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

Univesitas Negeri Malang. 200 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Dis is, Disertasi, Artikel, Makalah,

Laporan Penelitian an Cetakan Keempat. Malang : Universitas Negeri Malan lang. Webster’s Third New Internatio ational Dictionary .1993. Merriam Webster Inc. USA.

  Wilis, S. 2004. Praktek Konseli seling . Bandung: Alfabeta. Winkel, W.S. 1997. Bimbingan Jakarta: PT. Grafindo.

  gan dan Konseling.

  Yusuf, S. 2008. Psikologi Perk erkembangan Remaja. Bandung: Rosda.