PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUD (8)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TANGERANG SELATAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS LAPORAN HASIL AUDIT KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA

Diajukan oleh: Zakiatul Annisaa NPM: 133060019144

Mahasiswa Program Studi Diploma III Akuntansi Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Dinyatakan Lulus Program Studi Diploma III Akuntansi Tahun 2016

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TANGERANG SELATAN PERSETUJUAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA

: ZAKIATUL ANNISAA

NOMOR POKOK MAHASISWA : 133060019144 JURUSAN

: AKUNTANSI

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI BIDANG STUDI

JUDUL KARYA TULIS TUGAS : PENGARUH KOMPETENSI DAN AKHIR INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS LAPORAN HASIL AUDIT KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA

Mengetahui

Menyetujui

Ketua Jurusan Akuntansi, Dosen Pembimbing,

Yuniarto Hadiwibowo, M.A.,Ph.D. Tri Marhendra R., M.Si. (Han)., Ak. , NIP 197406091995021001

NIP 198312102005011002

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TANGERANG SELATAN PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA

: ZAKIATUL ANNISAA

NOMOR POKOK MAHASISWA : 133060019144 JURUSAN

: AKUNTANSI

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI BIDANG STUDI

: AUDIT

KEUANGAN SEKTOR

KOMERSIAL JUDUL KARYA TULIS TUGAS : PENGARUH KOMPETENSI DAN AKHIR INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS LAPORAN HASIL AUDIT KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA

Tangerang Selatan, September 2016

1. …………………….. (Dosen Penilai I/Pembimbing) Tri Marhendra R., S.E., M.Si. (Han)., Ak., CA., CFE.

NIP 198312102005011002

2. …………………….. (Dosen Penilai II) Sumono, S.E., Ak., CA.

NIP 197308061994021002

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TANGERANG SELATAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA

: ZAKIATUL ANNISAA

NOMOR POKOK MAHASISWA : 133060019144 JURUSAN

: AKUNTANSI

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI BIDANG STUDI

: AUDIT

KEUANGAN SEKTOR

KOMERSIAL JUDUL KARYA TULIS TUGAS : PENGARUH KOMPETENSI DAN AKHIR INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS LAPORAN HASIL AUDIT KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA

Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah hasil tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar yang telah diberikan.

Tangerang Selatan, September 2016 Yang memberi pernyataan,

Materai 6000

Zakiatul Annisaa

NPM 133060019144

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan keterbatasan yang dihadapi.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari berbagai bentuk bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua tercinta dr. Rahmatini, M. Kes dan Ir. Zalkamri yang memberikan semangat dan doa serta menjadi panutan yang inspiratif oleh penulis selama menempuh pendidikan dan proses penulisan.

2. Bapak Kusmanadji, Ak, MBA, selaku Direktur Politeknik Keuangan Negara STAN.

3. Bapak Tri Marhendra R.dan Bapak Sumono, selaku dosen pembimbing dan dosen penilai yang telah memberikan pengarahan dan ilmu yang bermanfaat selama penulisan.

4. Para dosen dan widyaiswara, terkhusus untuk Bapak M. Zuhdi, Bapak Setyawan Dwi Antoro, Bapak Asrarul Rachman yang selalu mengajar dengan semangat dan penuh inspirasi.

5. Syifaurrahmah dan Muhammad Furqaan. Kedua adik yang baik dan selalu mendoakan.

6. Keluarga besar STAPALA di seluruh Indonesia dan segenap penghuni Posko 23 yang telah menjadi rumah kedua selama di perantauan dan selalu memberikan bantuan dan dukungan moral. Terima kasih untuk pengetahuan, pengalaman, pelajaran dan semua perjalanan di alam bebas.

7. Fadhilla Gunawan, Vilda Yahya Pragita, Ivanny Trisna Hapsari, Praditya Tiastana dan Cendekiawan Al Ghifari, terima kasih untuk dukungan yang diberikan sejak hari pertama penulisan KTTA ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa DIII Akuntansi di kelas 2N, 4W, 5AB, STAPALA angkatan 2014, dan Inspektorat Jenderal BEM STAN 2014- 2015. Terima kasih atas kebersamaan dan semangat selama menempuh pendidikan.

9. Rekan-rekan dan pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, doa, dan semangat dalam penyusuan Tugas Akhir yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Tuhan YME membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Penulis memahami bahwa penyusunan laporan ini belum mencapai kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan masukan selalu diharapkan untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis juga berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat baik bagi diri penulis maupun pembaca sekalian.

Tangerang Selatan, September 2016

Zakiatul Annisaa

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Standar Audit merupakan standar umum yang berlaku dan mengharuskan auditor untuk memiliki kompetensi, keahlian dan pelatihan teknis (diklat) yang memenuhi standar minimal 40 jam per dua tahun dalam melakukan audit. Selain itu auditor juga wajib untuk mematuhi Kode Etik Profesi Auditor selama menjalankan tugasnya. Kode Etik mengatur tentang tanggung jawab dan kewajiban dimana auditor dituntut untuk memiliki kompetensi yang memenuhi standar minimal, mempertahankan independensi, menjaga integritas yang tinggi, bersikap objektif dan profesional selama menjalankan tugasnya sebagai auditor. Semua aturan dan standar tersebut diberlakukan untuk menjaga reliabilitas laporan yang dihasilkan dan kepercayaan pengguna laporan keuangan pada laporan yang dihasilkan.

Kualitas audit dapat didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkan dalam laporan keuangan auditee (DeAngelo 1981) dalam Septriani (2012,3). Sedangkan menurut AAA Financial Committee (2000) dalam Christiawan (2002) Kualitas audit dapat didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkan dalam laporan keuangan auditee (DeAngelo 1981) dalam Septriani (2012,3). Sedangkan menurut AAA Financial Committee (2000) dalam Christiawan (2002)

Kode Etik sangat menekankan pentingnya independensi, karena independensi merupakan dasar dari prinsip objektivitas dan integritas (Arens, 2008). Independensi dalam audit juga berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian kualitas hasil audit. Independensi menjadi sangat penting dikarenakan banyak pengguna laporan keuangan yang sangat mengandalkan laporan keuangan eksternal dan harapan mereka terhadap sudut pandang yang tidak bias dari auditor terhadap hasil audit. Independensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lamanya hubungan auditor dengan klien, audit fee , pelayanan yang diberikan oleh klien ke pada auditor dan persaingan antar Kantor Akuntan Publik (selanjutnya disingkat menjadi KAP).

Meskipun independensi sangat penting auditor juga harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melakukan audit dalam artian memiliki pengetahuan/keahlian dan pengalaman memadai dalam bidang auditing dan akuntansi seperti yang diatur dalam Standar Audit Umum. Pengalaman auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan dapat dilihat dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Semakin banyak pengalaman, auditor semakin dapat menghasilkan Meskipun independensi sangat penting auditor juga harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melakukan audit dalam artian memiliki pengetahuan/keahlian dan pengalaman memadai dalam bidang auditing dan akuntansi seperti yang diatur dalam Standar Audit Umum. Pengalaman auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan dapat dilihat dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Semakin banyak pengalaman, auditor semakin dapat menghasilkan

Para pemakai laporan keuangan mendasarkan keputusan mereka pada laporan keuangan hasil audit, sehingga informasi yang terdapat dalam laporan keuangan hendaknya bebas dari salah saji material dan tidak menyesatkan. Beberapa kasus kegagalan audit/skandal keuangan baik di luar ataupun di dalam negeri masih menjadi sorotan masyarakat luas seperti Kasus Enron di Amerika Serikat dimana para auditor memiliki konflik kepentingan yang kuat dengan saham perusahaan, hingga beberapa kasus di dalam negeri seperti indikasi pelanggaran berat oleh 10 KAP saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998 yang berujung pada diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan kasus-kasus lain yang kemudian menimbulkan banyak pertanyaan seputar independensi, kompetensi dan kualitas audit oleh akuntan publik. Hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik, dengan melakukan penelitian dengan objek beberapa KAP di Jakarta

Tugas Akhir ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas hasil audit yang dihasilkan oleh auditor di KAP. Pengambilan data primer akan dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh para responden. Kuesioner yang disebarkan merupakan modifikasi dari kuesioner dari beberapa penelitian sebelumnya.

Kuesioner akan menjadi sumber utama data primer pada penelitian ini karena dari kuesioner ini nantinya penulis akan mengolah data dan mengetahui apakah Kuesioner akan menjadi sumber utama data primer pada penelitian ini karena dari kuesioner ini nantinya penulis akan mengolah data dan mengetahui apakah

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulis menyusun karya tulis ini adalah:

1. Memenuhi salah satu persyaratan dinyatakan lulus dari program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi Politeknik Keuangan Negara STAN tahun akademik 2015/2016.

2. Memahami keterkaitan antara teori mengenai kompetensi dan independensi auditor serta penerapannya sebagai bekal untuk terjun langsung di lapangan.

3. Memperdalam pengetahuan penulis dari sisi teori maupun praktik di lapangan mengenai Audit Keuangan Sektor Komersial terutama yang telah dipelajari selama proses perkuliahan.

4. Menganalisis pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas laporan hasil audit.

C. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah

Penelitian ini terbatas pada pembahasan mengenai kompetensi dan independensi yang mempengaruhi kualitas audit atas praktik jasa audit yang dilakukan oleh beberapa KAP yang berlokasi di DKI Jakarta. Data yang akan digunakan adalah data primer yang didapat dari para auditor KAP di DKI Jakarta.

D. Metode Penelitian

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, metode penelitian yang akan penulis gunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data, yaitu:

1. Studi Pustaka Metode ini merupakan metode pengumpulan data dengan mengumpulkan dan

mempelajari sumber-sumber tertulis seperti undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri, buku, makalah, bahan-bahan perkuliahan, artikel, jurnal, dan literatur tertulis lainnya yang berkaitan dengan Audit Keuangan Sektor Komersial. Melalui metode ini, penulis dapat memperoleh dasar teori yang akan digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir.

2. Studi Lapangan Dari data yang tersebar di internet dan literatur yang digunakan, penulis

mahfum bahwa melakukan kunjungan ke KAP secara langsung adalah hal yang wajib. Ini bertujuan untuk mencocokkan data yang penulis dapat di internet dan buku dengan keadaan di lapangan. Penelitian lapangan dilakukan dengan metode observasi, dimana penulis mengumpulkan data primer dengan melakukan pengamatan dan pengisian kuesioner terhadap objek penelitian di lapangan yang berkaitan dengan independensi dan kompetensi auditor di beberapa KAP di Jakarta sebagai bahan penyusunan Tugas Akhir.

E. Sistematika Penulisan

Pada bagian ini penulis diharapkan untuk melakukan pemaparan mengenai struktur (sistematika) dalam penulisan tugas akhirnya. Misalnya: BAB I PENDAHULUAN Bagian ini berisi gambaran umum atas Tugas Akhir yang direncanakan akan disusun oleh penulis. Meliputi latar belakang, tujuan, ruang lingkup pembahasan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II DATA& FAKTA

Dalam bab ini, penulis akan menyajikan data-data terkait kondisi umum terkait hubungan Standar Profesi Akuntan, Kode Etik Auditor, Independensi dan Kompetensi Auditor dengan Kualitas Audit. Selain itu pada bab ini penulis juga menyajikan data pendukung meliputi profil umum KAP. BAB III LANDASAN TEORI & PEMBAHASAN

Pada bab ini terlebih dahulu penulis akan memaparkan definisi dari kualitas audit, independensi, kompetensi, audit tenure, auditor fee, peer review dan istilah- istilah lain yang berkaitan. Di dalam bab ini nantinya akan diuraikan teori yang dijadikan landasan atas parameter independensi dan kompetensi auditor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil audit. Di antaranya data-data terkait dengan hubungan Standar Profesi Akuntan, Kode Etik Auditor dan Standar Kualitas Audit. Selain itu, penulis juga berusaha memaparkan permasalahan serta tingkat kepatuhan KAP pada standar yang ditetapkan IAI.

BAB III PENUTUP Bab ini berisi simpulan dari apa yang telah diuraikan di bab-bab sebelumnya dan beberapa saran yang diharapkan dapat digunakan untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam mendapatkan kualitas laporan hasil audit yang baik.

BAB II DATA DAN FAKTA

A. Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta

1. Kantor Akuntan Publik dan Auditing .

Berdasarkan UU Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 1 ayat 5 menyatakan, yang dimaksud dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan undang-undang tersebut. Kantor Akuntan Publik dapat berbentuk usaha perseorangan, persekutuan perdata, firma, atau bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik, yang diatur dalam Undang- Undang.

Untuk mendapatkan izin menjadi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) seseorang harus memenuhi syarat seperti; memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah, berpengalaman praktik memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan Publik,tidak pernah dipidana yang telah Untuk mendapatkan izin menjadi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) seseorang harus memenuhi syarat seperti; memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah, berpengalaman praktik memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan Publik,tidak pernah dipidana yang telah

Arens et al (2008), mendefinisikan audit sebagai proses akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang ditetapkan, serta harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

International Standard on Auditing (ISA) 200 menjelaskan tujuan dari audit ( financial audit ) adalah untuk meningkatkan tingkat kepercayaan bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Hal itu dapat dicapai dengan pemberian pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disusun, disajikan dengan benar dalam semua hal, sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku.

Laporan keuangan adalah media pertanggung jawaban manajemen suatu entitas kepada stakeholder. Jika stakeholder ingin mengetahui akuntabilitas laporan keuangan, maka audit atas laporan keuangan dapat dilakukan oleh pihak independen atau akuntan publik. Audit ( financial audit ) memiliki fungsi atestasi yang dilakukan oleh auditor berdasarkan standar audit untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan.

Audit laporan keuangan dilakukan oleh akuntan publik, yaitu seseorang yang telah memenuhi persyaratan yang diajukan oleh negara, termasuk kewajiban untuk menempuh ujian akuntan publik, dan kemudian berhak atas sertifikat akuntan publik. Seorang akuntan publik memiliki tanggung jawab utama untuk melaksanakan fungsi Audit laporan keuangan dilakukan oleh akuntan publik, yaitu seseorang yang telah memenuhi persyaratan yang diajukan oleh negara, termasuk kewajiban untuk menempuh ujian akuntan publik, dan kemudian berhak atas sertifikat akuntan publik. Seorang akuntan publik memiliki tanggung jawab utama untuk melaksanakan fungsi

2. Gambaran Umum KAP Subjek Penelitian

a. KAP RSM Indonesia Disadur dari company profile , RSM Indonesia adalah salah satu KAP dan

konsultan yang menyediakan jasa di bidang audit, perpajakan, dan konsultasi di beragam area penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan suatu organisasi. Awal didirikan pada tahun 1985 oleh Amir Abadi Jusuf dengan KAP, yang dalam tiga dekade ini telah menjadi grup professional services terintegrasi AAJ Associates , kemudian RSM AAJ, dan kini RSM Indonesia.

Dengan ‘ strong local presence ’ di Indonesia selama lebih dari 30 tahun, RSM Indonesia kini memiliki kantor di Jakarta dan Surabaya. Menjadi suatu bagian dari RSM International Network yang memiliki lebih dari 760 kantor di seluruh dunia memberikan keunikan " one firm structure ".

b. KAP Drs. Thomas, Blasius, Widartoyo & Rekan KAP ini didirikan dengan Akta Notaris No. 3 dari Leny Janis Ishak, S.H., Jakarta

tanggal 11 Februari 2010 dan saat ini terdaftar akuntan di Departemen Keuangan Republik Indonesia dengan Keputusan Menteri Keuangan, Republik KEP 1305 - / Market Indonesia Nomor KM.1 / 2009, serta Indonesia Capital dan Bank Indonesia. KAP Drs. Thomas, Blasius, Widartoyo & Rekan bergerak di bidang akuntansi dan audit, konsultasi pajak, konsultasi manajemen dan jasa profesional lainnya yang terkait.

c. Moores Rowland Indonesia Berdasarkan data dari company profile , Moores Rowland didirikan pada tahun

1991, sejak saat itu perusahaan telah berkembang menjadi salah satu dari penyedia jasa audit, akuntansi, hukum dan lain-lain di Indonesia dengan kantor di Jakarta dan Bali yang melayani berbagai macam klien multi-sektor yang termasuk besar yang terdaftar perusahaan di Indonesia, UKM dan anak dari kelompok internasional, serta LSM, organisasi pemerintah, dan lembaga bantuan bilateral dan multilateral. Selain penyediaan berbagai jasa audit keuangan, Moores Rowland Indonesia juga merupakan penyedia terkemuka konsultasi keberlanjutan melalui resources starling .

d. PricewaterhouseCoopers Indonesia PricewaterhouseCoopers adalah kantor jasa profesional terbesar di dunia saat ini.

Kantor ini dibentuk atas penggabungan usaha antara Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand. Pada tahun 1971 KAP Drs. Hadi Susanto memulai kerja sama dengan Price Waterhouse dan menjadi perwakilan PwC Indonesia. KAP ini sempat beberapa kali berganti nama hingga pada tahun 2015 secara resmi menjadi KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis dan Rekan.

e. Deloitte Indonesia Deloitte merupakan salah satu dari big four audit firm menyediakan jasa audit,

konsultasi, penasehat keuangan, manajemen risiko, pajak, dan layanan yang terkait dengan permintaan klien. Di Indonesia, Deloitte bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio & Eny dan entitas terkait lainnya di Indonesia. Deloitte Indonesia adalah afiliasi dari Deloitte Southeast Asia Ltd yang merupakan perusahaan anggota dari Deloitte Touche Tohmatsu Limited.

3. Lingkup kegiatan usaha.

Akuntan Publik adalah akuntan yang memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri.

Menurut UU Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 3 ayat 1, Akuntan Publik memberikan jasa asuransi yang meliputi jasa audit atas informasi keuangan historis, jasa reviu atas informasi keuangan historis, dan jasa asuransi lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun, pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu. Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pada umumnya KAP yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki ruang lingkup usaha sebagai berikut:

a. Jasa Akuntansi Pengelolaan administrasi keuangan perusahaan dan kompilasi laporan

keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Jasa Audit Jasa yang akan membantu klien mengidentifikasi hasil yang sesuai

berdasarkan Standard Akuntansi yang berlaku (PSAK) dan meminimalisasi berdasarkan Standard Akuntansi yang berlaku (PSAK) dan meminimalisasi

c. Jasa Konsultasi Manajemen Telaah due dilligence keuangan perusahaan, penyiapan perusahaan induk,

restrukturisasi dan konsolidasi perusahaan, proyeksi laporan untuk pencarian dana, penyiapan proses go public serta sebagai penasihat keuangan

d. Jasa Sistem Informasi Akuntansi dan Manajemen Menyusun sistem informasi akuntansi dan manajemen perusahaan secara

lengkap, analisis sistem informasi akuntansi dan manajemen dan memberikan solusi atas masalah komputerisasi sistem informasi akuntansi dan manajemen perusahaan.

e. Jasa Perpajakan Menyiapkan semua jenis SPT perusahaan, pribadi, dengan periode tahunan

atau bulanan atas pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai/pajak penjualan atas barang mewah (PPN/PPn BM), reviu SPT, manajemen pajak dan advis pajak, informasi ketentuan perpajakan terkini, ketaatan terhadap ketentuan pajak, membantu pengurusan restitusi, surat keterangan bebas pajak dan pengecualian lainnya serat mendampingi klien dalam pemeriksaan oleh kantor pajak.

4. Struktur Organisasi KAP secara umum

Menurut Mulyadi (2002), umumnya hierarki auditor dalam perikatan audit dalam KAP dibagi menjadi berikut ini : Menurut Mulyadi (2002), umumnya hierarki auditor dalam perikatan audit dalam KAP dibagi menjadi berikut ini :

jawab atas hubungan dalam klien; bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai audit. Partner menandatangani laporan audit dan management letter , dan bertanggung jawab terhadap penagihan audit fee dari klien.

b. Managing Partner Managing Partner bertindak sebagai pengawas audit, bertugas untuk

membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit, mereviu kertas kerja, laporan audit, dan management letter . Biasanya Managing Partner melakukan pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior. Pekerjaan Managing Partner tidak berada di kantor klien, melainkan di kantor auditor, dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior.

c. Auditor senior Auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggung jawab

untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, bertugas untuk mengarahkan dan mereviu pekerjaan auditor junior. Auditor senior biasanya akan menetap di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan. Umumnya auditor senior melakukan audit terhadap satu objek pada saat tertentu.

d. Auditor junior Auditor junior melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas

kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.

Pekerjaan ini biasanya dipegang oleh auditor yang baru saja menyelesaikan pendidikan formal. Auditor junior sering juga disebut asisten auditor.

5. Gambaran Umum Mengenai Hubungan Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Laporan Hasil Audit dalam Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut banyak memberi masukan dan menjadi referensi bagi penulis dalam melakukan penelitian ini. Harhinto (2004) meneliti pengaruh keahlian dan independensi terhadap kualitas audit dengan populasi auditor Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur. Keahlian diproksikan melalui sub variabel pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan independensi diproksikan melalui tekanan dari klien, lama hubungan dengan klien dan telaah rekan auditor. Hasil penelitiannya menunjukkan keahlian dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Penelitian yang dilakukan oleh Elfarini (2007) pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah, menemukan bahwa kompetensi dan independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif dalam arti semakin tinggi kompetensi dan independensi auditor, maka akan semakin tinggi pula tingkat kualitas audit yang dihasilkan auditor tersebut. Keahlian diproksikan dalam 2 sub variabel yaitu pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan independensi diproksikan dalam lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah rekan auditor dan jasa non audit.

Purnomo (2007) melakukan penelitian tentang persepsi auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Keahlian diproksikan Purnomo (2007) melakukan penelitian tentang persepsi auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Keahlian diproksikan

Huntoyungo (2009) di penelitian yang ditujukan untuk menguji pengaruh keahlian auditor (kompetensi), independensi, kecermatan dan keseksamaan terhadap kualitas audit, menyimpulkan bahwa keahlian auditor dan independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan kecermatan dan keseksamaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Populasi yang diuji adalah auditor Inspektorat Daerah se-Provinsi Gorontalo.

6. Objek Penelitian

Menurut Arikunto (2000;29), objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari masalah penelitian. Sedangkan untuk benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan disebut subjek penelitian. Mengacu pada definisi tersebut, maka yang menjadi objek di dalam penelitian ini adalah pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengaruh kompetensi dan independensi auditor berperan dalam baik atau buruknya kualitas audit. Untuk mengetahui hal itu maka dilakukan penelitian dengan auditor yang bekerja di KAP yang berlokasi di DKI Jakarta sebagai sampel penelitian.

Sedangkan subjek penelitian adalah seluruh auditor KAP yang berada di wilayah DKI Jakarta dengan asumsi setiap KAP memiliki kurang lebih 5 orang auditor. Kuesioner yang kembali adalah sebanyak 37 kuesioner.

7. Variabel Penelitian

a. Kompetensi Lee dan Stone (1995) dalam Elfarini (2007), mendefinisikan kompetensi sebagai

keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Oleh karena itu pada penelitian ini variabel kompetensi akan diproksikan dengan 2 sub variabel yaitu pengetahuan dan pengalaman.

1) Pengetahuan Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard et al ., 1987 dalam Harhinto, 2004:35).

2) Pengalaman Libby dan Frederick (1990) dalam Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalamannya, auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit.

b. Independensi Independensi menurut Arens dkk. (2008:111) berarti mengambil sudut pandang

yang tidak bias. Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan yang tidak bias. Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan

c. Kualitas Audit

De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan ( probability ) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien.

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Kompetensi

Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2011) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP 2011), menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan saksama ( due professional care ).

Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu (Arens et al , 2008:5). Bedard (1986) dalam Lastanti (2005) dalam Marpaung et al (2012:3) mengartikan kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dengan pengalaman audit.

Sedangkan, Shanteau (1987) dalam Septriani (2012:7) mendefinisikan keahlian sebagai orang yang memiliki keterampilan dan kemampuan pada derajat yang tinggi.

Menurut Suraida (2005) dalam Septriani (2012:8) kompetensi adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar dan simposium. Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijazah atau sertifikat yang dimiliki, serta jumlah atau banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam pelatihan, seminar dan sertifikat. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar dan simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya.

Lee dan Stone (1995) dalam Septriani (2012:6), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Sedangkan kompetensi menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2002:35) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yakni sudut pandang auditor individual, tim audit dan KAP. Masing-masing sudut pandang akan dijelaskan sebagai berikut: Lee dan Stone (1995) dalam Septriani (2012:6), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Sedangkan kompetensi menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2002:35) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yakni sudut pandang auditor individual, tim audit dan KAP. Masing-masing sudut pandang akan dijelaskan sebagai berikut:

pada kemampuan auditor. Sebelum melakukan audit, auditor harus memiliki pengetahuan tentang bidang audit, akuntansi, dan nature bisnis klien di industri terkait. Selain itu pengalaman auditor juga akan mempengaruhi kualitas pengambilan keputusan oleh auditor nantinya.

b. Kompetensi Audit Tim Dalam suatu tugas pemeriksaan, satu tim audit biasanya terdiri dari auditor

junior, auditor senior, manajer dan partner. Kerja sama yang baik antar anggota tim, profesionalime, skeptisisme profesional, pengalaman dengan klien, dan pemahaman yang baik tentang nature industri bisnis klien dapat menghasilkan tim audit yang berkualitas.

c. Kompetensi dari Sudut Pandang KAP Besaran KAP menurut Deis & Giroux (1992) dalam Tjun et. al (2012: 4)

diukur dari jumlah klien dan persentase dari audit fee dalam usaha mempertahankan klien untuk tidak berpindah pada KAP yang lain. Selanjutnya, menurut De Angelo (1981) KAP yang besar sudah mempunyai jaringan klien yang luas dan banyak sehingga mereka tidak tergantung atau tidak takut kehilangan klien. Selain itu KAP yang besar biasanya mempunyai sumber daya yang lebih banyak dan lebih baik untuk melatih auditor mereka, membiayai auditor ke berbagai pendidikan profesi berkelanjutan, dan melakukan pengujian audit daripada KAP kecil.

Berdasarkan penjelasan di atas maka kompetensi dapat dilihat melalui berbagai perspektif. Namun penelitian ini akan membahas kompetensi dari perspektif auditor individual, karena auditor adalah subjek yang melakukan audit secara langsung dan terlibat langsung dalam proses audit sehingga diperlukan kompetensi yang baik agar menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Dan berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh De Angelo (1981), kompetensi diproksikan dalam dua hal yaitu pengetahuan dan pengalaman. Widhi (2006) dalam Elfarini (2007) menyatakan bahwa pengetahuan memiliki

pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Adapun SPAP 2001 tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup.

Harhinto (2004) menemukan bahwa pengetahuan akan mempengaruhi keahlian audit yang pada gilirannya akan menentukan kualitas audit. Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard et al , 1987 dalam Harhinto, 2004:35).

Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor (Kusharyanti, 2003), yaitu : (1) Pengetahuan audit umum, (2) Pengetahuan area fungsional, (3) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru, (4) Pengetahuan mengenai industri khusus, (5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Pengetahuan audit umum seperti risiko audit, prosedur audit, Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor (Kusharyanti, 2003), yaitu : (1) Pengetahuan audit umum, (2) Pengetahuan area fungsional, (3) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru, (4) Pengetahuan mengenai industri khusus, (5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Pengetahuan audit umum seperti risiko audit, prosedur audit,

Selanjutnya Ashton (1991) dalam Mayangsari (2003) dalam Tjun (2012:6) meneliti auditor dari berbagai tingkat jenjang yakni dari partner sampai staf dengan 2 pengujian. Pengujian pertama dilakukan dengan membandingkan antara pengetahuan auditor mengenai frekuensi dampak kesalahan pada laporan keuangan ( error effect ) pada 5 industri dengan frekuensi archival. Pengujian kedua dilakukan dengan membandingkan pengetahuan auditor dalam menganalisa sebab ( error cause ) dan akibat kesalahan pada industri manufaktur dengan frekuensi archival .

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan pengetahuan auditor mempengaruhi error effect pada berbagai tingkat pengalaman, tidak dapat dijelaskan oleh lama pengalaman dalam mengaudit industri tertentu dan jumlah klien yang mereka audit. Selain itu pengetahuan auditor yang mempunyai pengalaman yang sama mengenai sebab dan akibat menunjukkan perbedaan yang besar. Singkatnya, auditor yang mempunyai tingkatan pengalaman yang sama, belum tentu pengetahuan yang dimiliki sama pula. Jadi ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan suatu keputusan yang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan pengetahuan auditor mempengaruhi error effect pada berbagai tingkat pengalaman, tidak dapat dijelaskan oleh lama pengalaman dalam mengaudit industri tertentu dan jumlah klien yang mereka audit. Selain itu pengetahuan auditor yang mempunyai pengalaman yang sama mengenai sebab dan akibat menunjukkan perbedaan yang besar. Singkatnya, auditor yang mempunyai tingkatan pengalaman yang sama, belum tentu pengetahuan yang dimiliki sama pula. Jadi ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan suatu keputusan yang

Sementara itu menurut Murtanto dan Gudono (1999) dalam Tjun et al (2012:6) terdapat 2 (dua) pandangan mengenai keahlian. Pertama, pandangan perilaku terhadap keahlian yang didasarkan pada paradigma Einhorn . Pandangan ini bertujuan untuk menggunakan lebih banyak kriteria objektif dalam mendefinisikan seorang ahli. Kedua, pandangan kognitif yang menjelaskan keahlian dari sudut pandang pengetahuan. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman langsung (pertimbangan yang dibuat di masa lalu dan umpan balik terhadap kinerja) dan pengalaman tidak langsung (pendidikan).

Audit menuntut keahlian, integritas dan profesionalisme yang tinggi. Dalam profesi ini keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani (Suraida, 2005 dalam Septriani 2012:2).

Dalam hal pengalaman penelitian- penelitian di bidang psikologi yang telah dikutip oleh Jeffrey (1996) dalam Septriani (2012:10) memperlihatkan bahwa seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Butt (1988) dalam Septriani (2012:10) mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas professional ketimbang Dalam hal pengalaman penelitian- penelitian di bidang psikologi yang telah dikutip oleh Jeffrey (1996) dalam Septriani (2012:10) memperlihatkan bahwa seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Butt (1988) dalam Septriani (2012:10) mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas professional ketimbang

Akuntan pemeriksa yang berpengalaman juga memperlihatkan tingkat perhatian selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan menurut Davis (1996) dalam Suraida (2005) dalam Septriani (2012) .Menurut Tubbs (1992) dalam Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal: (1) Mendeteksi kesalahan, (2) Memahami kesalahan secara akurat, (3) Mencari penyebab kesalahan.

Murphy dan Wrigth (1984) dalam Sularso dan Naim (1999) memberikan bukti empiris bahwa seseorang yang berpengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya. Weber dan Croker (1983) dalam artikel yang sama juga menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaannya semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur kategori yang rumit.

Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003:5) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik. Libby dan Frederick (1990) dalam Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalamannya, auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003:5) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik. Libby dan Frederick (1990) dalam Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalamannya, auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan

Sedangkan Harhinto (2004) menghasilkan temuan bahwa pengalaman auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Dan Widhi (2006) dalam Elfarini (2007) memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda yang menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalaman auditor maka semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit.

2. Pengertian Independensi

Independensi menurut Arens et. al (2008:111) dapat diartikan mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta ( independence in fact ) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan ( independent in appearance ) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini (Agoes 2012 : 45)

Kode Etik Profesi menjelaskan dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik (SPAP) yang diterbitkan oleh IAPI. Independensi menurut Mulyadi (2002:26-27) dapat diartikan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Independensi secara umum dapat diartikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan dan tidak tergantung pada pihak lain. Independensi juga dapat diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Persyaratan umum bagi independensi auditor melarang auditor untuk terlibat dalam berbagai aktivitas audit di suatu entitas bilamana terdapat konflik kepentingan yang belum terselesaikan terkait dengan entitas tersebut. Hal itu dikarenakan nilai audit sangat tergantung pada persepsi publik tentang independensi auditor (Arens; 2011: 75).

Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2002:27) :

1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh klien atas jasanya tersebut.

2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan klien.

3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien.

Standar umum audit yang kedua menyatakan bahwa “dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (IAI, 2001:220.1). Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi akuntan publik, yaitu : (1) Akuntan publik memiliki mutual atau Standar umum audit yang kedua menyatakan bahwa “dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (IAI, 2001:220.1). Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi akuntan publik, yaitu : (1) Akuntan publik memiliki mutual atau

Pengaruh independensi terhadap performa kerja auditor sudah cukup banyak dilakukan baik itu dalam negeri maupun luar negeri. Penelitian independensi yang dilakukan Lavin (1976) meneliti 3 faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu : (1) Ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, (2) Pemberian jasa lain selain jasa audit kepada klien, dan (3) Lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien.

Shockley (1981) meneliti 4 faktor yang mempengaruhi independensi, yaitu (1) Persaingan antar akuntan publik, (2) Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien, (3) Ukuran KAP, dan (4) Lamanya hubungan audit. Elfarini (2007) mengukur independensi diukur melalui lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor dan pemberian jasa non audit.

Arens et al (2011) mengidentifikasi 5 ancaman terhadap independensi yaitu : 1) kepemilikan finansial yang signifikan, 2) pemberian jasa non-audit kepada klien, 3) imbalan jasa audit 4) tindakan hukum antara KAP dan klien 5) pergantian auditor. Selanjutnya Kasidi (2007) meneliti faktor yang mempengaruhi independensi auditor dengan menggunakan variabel bebas yaitu: 1) ukuran KAP, 2) lamanya hubungan audit, 3) audit fee, 4) pelayanan konsultasi manajemen dan 5) keberadaan komite audit. Sementara itu, Supriyono (1988) meneliti 6 faktor yang mempengaruhi Arens et al (2011) mengidentifikasi 5 ancaman terhadap independensi yaitu : 1) kepemilikan finansial yang signifikan, 2) pemberian jasa non-audit kepada klien, 3) imbalan jasa audit 4) tindakan hukum antara KAP dan klien 5) pergantian auditor. Selanjutnya Kasidi (2007) meneliti faktor yang mempengaruhi independensi auditor dengan menggunakan variabel bebas yaitu: 1) ukuran KAP, 2) lamanya hubungan audit, 3) audit fee, 4) pelayanan konsultasi manajemen dan 5) keberadaan komite audit. Sementara itu, Supriyono (1988) meneliti 6 faktor yang mempengaruhi

Mulyono (1988) dalam Alim (2007: 9) melakukan penelitian mengenai independensi auditor di Indonesia. Penelitian tersebut mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor yaitu (1) Ikatan keputusan keuangan dan hubungan usaha dengan klien; (2) Persaingan antar KAP; (3) Pemberian jasa lain selain jasa audit; (4) Lama penugasan audit; (5) Besar kantor akuntan; (6) Besarnya audit fee.

Penelitian ini menguji pengaruh dari independensi terhadap integritas laporan keuangan yang dinyatakan melalui berapa besar audit fee yang dibayarkan klien kepada auditor. Jika KAP menerima audit fee yang tinggi maka KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini yang bersih (dalam hal ini wajar tanpa pengecualian) dan di sisi lain juga dalam rangka mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah pada KAP atau auditor lain (Susiana, 2007: 7).

Hasil penelitian Anis (2008: 10) menyatakan bahwa independensi tidak memiliki pengaruh terhadap kelangsungan bisnis KAP tetapi variabel kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan usaha KAP. Dengan kata lain keputusan klien atas penggunaan jasa KAP tidak terlalu mempertimbangkan independensi auditor, melainkan lebih mempertimbangkan kompetensi dan pengalaman auditor dan KAP tersebut.