Politik Luar Negeri Amerika Serikat terh

Politik Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Mesir di Era Hosni Mubarak
Dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Teori Hubungan Internasional

Disusun oleh:
Chandra Wulan
12/328760/SP/25135
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Amerika Serikat merupakan negara yang dikenal sebagai super power dalam politik

internasional. Salah satu tanggung jawab negara yang memiliki power yang sangat kuat dalam
politik internasional adalah menjaga keamanan dan perdamaian dunia, sesuai dengan misi PBB.

Amerika Serikat percaya bahwa salah satu cara menjaga perdamaian adalah dengan menyebarkan
nilai-nilai demokratis di seluruh dunia. Sementara itu, tidak semua negara di dunia ini menerapkan
sistem pemerintahan yang demokratis, terutama negara-negara di kawasan regional Timur Tengah.
Beberapa negara di kawasan tersebut, meskipun sudah berstatus negara republik, seringkali
masih diwarnai dengan pemerintahan yang represif dan dipimpin oleh tokoh yang berkuasa selama
lebih dari satu periode pemerintahan dan melanggengkan kekuasaannya dengan cara yang korup,
misalnya Mesir di bawah pemerintahan Hosni Mubarak. Sebagai negara superpower, politik luar
negeri AS terhadap negara-negara middle-power yang bertujuan menyebarkan paham demokrasi
seringkali dipertanyakan, apakah kebijakannya memang bertujuan untuk menyebarkan nilai-nilai
perdamaian melalui demokratisasi, atau ini hanya alat Amerika Serikat untuk mempertahankan
pengaruh di negara tersebut dan regional sekitarnya?
Mesir merupakan salah satu negara yang berpengaruh di regional Timur Tengah dan Afrika
Utara (MENA: Middle East and North Africa). Negara yang terkenal dengan piramidanya ini resmi
menjadi republik pada tahun 1953 setelah revolusi yang terjadi pada tahun 1951-1952. Tiga dekade
kemudian, Mesir dipimpin oleh Hosni Mubarak, salah satu presiden Mesir yang dikenal dunia
karena demonstrasi yang menuntutnya mundur pada tahun 2011. Mubarak menjadi presiden Mesir
pada tahun 1981 setelah presiden sebelumnya yaitu Anwar Sadat terbunuh. Posisi Mubarak saat itu
adalah wakil presiden sehingga dengan mudah ia dapat menggantikan Anwar Sadat. Saat terpilih,
Mubarak dianggap sebagai sosok yang moderat dan juga seorang teknokrat.
Pada tahun 1978, Anwar Sadat menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Israel, yang

disebut dengan Camp David Accords, sebuah perjanjian rahasia yang penandatanganannya diawasi
oleh Amerika Serikat. Perjanjian damai tersebut diharapkan dapat menetralisir isu keamanan di
Arab, yang diwarnai dengan sengketa Israel-Palestina, dan dapat menjembatani terciptanya
keamanan di Timur Tengah. Sejak dulu, Israel merupakan sekutu terdekat Amerika Serikat. Di
kawasan Arab, Israel merupakan “musuh bersama” karena tindakannya kepada Palestina. Sikap
yang ditunjukkan Mesir kepada Israel ini di luar kebiasaan negara-negara Arab pada umumnya.
Sejak itu, Mesir mendapatkan bantuan finansial dari Amerika Serikat sebesar hampir 2 juta USD
per tahun. Mesir merupakan negara yang besar dan dihormati di Arab (Timur Tengah dan Afrika
Utara). Kebijakan yang diambil oleh Mesir akan berpengaruh terhadap bagaimana bangsa-bangsa
Arab di sekitarnya bersikap. Mesir juga merupakan negara dengan kualitas tentara terbaik ke-13

sedunia dan dengan jumlah pasukan terbanyak kedua di Timur Tengah setelah Iran. 1 Oleh karena
itu, kerjasama antara Amerika Serikat dan Mesir juga sampai di bidang militer. Mesir bahkan
mendukung tindakan Amerika menginvasi Irak pada tahun 2003.
Jika memang Amerika Serikat menginginkan terwujudnya demokrasi, mengapa ketika Hosni
Mubarak terpilih pada periode kedua, yang diduga merupakan pemilihan umum yang tidak
demokratis, juga selama masa pemerintahan tahun-tahun pertamanya melakukan represi terhadap
jurnalis dan aktivis politik, tetap didukung? Apakah bantuan yang diberikan Amerika Serikat
kepada Mesir menjadi jaminan agar Mesir melaksanakan kebijakan-kebijakan yang selaras dengan
politik luar negeri Amerika Serikat?

Tulisan ini akan mencoba menjelaskan mengenai kebijakan-kebijakan Amerika Serikat
terhadap Mesir pada era Hosni Mubarak, melihat maksud kerjasama yang ditawarkan dan dijalani
oleh kedua belah pihak, dan melihat korelasi antara prinsip idealis Amerika Serikat mengenai
politik internasional (democratic peace) dengan cara-cara realis yang ditempuh Amerika Serikat
untuk mewujudkannya (perjanjian damai dengan Israel berarti membiarkan Palestina tetap dijajah,
kerjasama militer AS dengan Mesir dilakukan untuk berjaga-jaga kekurangan pasukan saat invasi,
terusan Suez untuk kelancaran interaksi ekonomi) dan apakah bantuan militer yang diberikan AS
kepada Mesir semata-mata diberikan untuk menjaga kontrol Amerika Serikat di Timur Tengah?
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana politik luar negeri Amerika Serikat terhadap Mesir pada masa pemerintahan
Hosni Mubarak?
1.3 Landasan Konseptual
1.3.1
Realisme Klasik
Salah satu perspektif yang tertua dan paling populer di Hubungan Internasional ini percaya bahwa
manusia pada dasarnya bersifat kejam dan rakus. Negara diibaratkan bertindak layaknya seorang
manusia dengan sifat-sifat tersebut. Tokoh-tokoh yang merupakan pemikir realisme klasik adalah
Thucydides, Machiavelli, dan Morgenthau. Thucydides menyatakan bahwa manusia pada dasarnya
selalu mencari kekuasaan atau yang lebih sering disebut sebagai power. Morgenthau mengatakan
bahwa sifat selalu ingin memiliki dan melebarkan kekuasaan ini juga merupakan elemen dari politik

internasional, yang kemudian dapat melahirkan rasa takut dan peperangan. Menurut Thucydides,
kepentingan nasional adalah dasar pertama negara bertindak. Lalu apa kepentingan nasional yang
paling mendasar? Jawabannya adalah survival. Kepentingan nasional yang utama adalah to survive,
atau bertahan dari munculnya kekuatan lain yang sedang berkembang yang berpotensi mengganggu
power yang sudah established. 2
1

Al-Weshah, A. (2016). American Foreign Policy Towards Egypt Under Hosni
Mubarak's Regime.

2Baylis, J., Smith, S., & Owens, P. (2007). The Globalization of World Politics: an
introduction to International Relations. New York: Oxford University Press, pp. 87-91.

Al-Weshah, A. (2016). American Foreign Policy Towards Egypt Under Hosni Mubarak's
Regime.
Baylis, J., Smith, S., & Owens, P. (2007). The Globalization of World Politics: an
introduction to International Relations. New York: Oxfor University Press.
Sharp, J. M. (2016). Egypt: Background and US Relations.


Dokumen yang terkait

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

15 165 84

Partisipasi Politik Perempuan : Studi Kasus Bupati Perempuan Dalam Pemerintahan Dalam Kabupaten Karanganyar

3 106 88

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Akademik Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandung

21 159 139

Pembangunan aplikasi e-learning sebagai sarana penunjang proses belajar mengajar di SMA Negeri 3 Karawang

8 89 291

EFEKTIVITAS MEDIA PENYAMPAIAN PESAN PADA KEGIATAN LITERASI MEDIA (Studi pada SMA Negeri 2 Bandar Lampung)

15 96 159

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60