Karya musik daerah sebagai usaha pengembangan evangelisasi baru bagi kaum muda di Keuskupan Agung Pontianak - USD Repository

  

KARYA MUSIK DAERAH SEBAGAI USAHA PENGEMBANGAN

EVANGELISASI BARU BAGI KAUM MUDA

DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Disusun oleh:

  John Ariyo Putra NIM: 041124015

  PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada orang yang sangat aku cintai, kedua orang tuaku dan adik-adikku: Ayah dan Ibu, Eriya, Wiro serta Adhe Panudi dari mereka aku belajar mencintai dan dicintai, dari mereka aku belajar tentang kerasnya hidup, dari mereka aku belajar pantang menyerah dalam hidup, dan dari mereka aku belajar tentang hidup.

  

MOTTO

  “Untuk terus maju, kadang-kadang cahaya terbaik bagi perjalanan itu mungkin saja berupa hasil dari pengurungan niat”.

  (Rubin, 2004: 18)

  ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah “KARYA MUSIK DAERAH SEBAGAI USAHA PENGEMBANGAN EVANGELISASI BARU BAGI KAUM MUDA DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK”. Penulis memilih judul ini didasari oleh suatu keinginan untuk menyumbangkan metode evangelisasi baru melalui karya musik daerah kepada Keuskupan Agung Pontianak. Selain itu penulis juga merasa sudah waktunya kaum muda bergerak berangkat dari tradisi kebudayaan dan kesenian daerah menuju kematangan iman di tengah kemajuan zaman yang semakin modern. Bertitik tolak pada alasan ini, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para pewarta untuk mewartakan Kabar Baik sekaligus usaha pendekatan terhadap kaum muda.

  Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana evangelisasi baru dapat terjadi terhadap kaum muda melalui karya musik daerah. Dalam pengkajian masalah ini diperlukan data yang berkaitan langsung dengan judul sebagai sumber bahasan utama dan penulis menggunakan metode analisis interpretatif dan studi pustaka. Di samping itu wawancara juga digunakan dalam usaha mendapatkan data yang berkaitan dengan kaum muda, karya musik daerah dan evangelisasi serta tradisi kesenian yang ada di Keuskupan Agung Pontianak agar memperoreh gagasan yang penting dalam tulisan ini. Data yang telah didapatkan ini akan dipergunakan sebagai acuan sekaligus melihat peluang untuk dilaksanakannya pewartaan melalui karya musik daerah atau musik inkuturasi.

  Sebagai metode pewartaan yang menggunakan karya musik daerah untuk sebuah sarana, metode pewartaan ini tidak lepas juga dengan budaya dan tradisi kesenian daerah di Kalimantan Barat. Karya musik daerah yang menjadi pokok bahasan terdiri dari tiga bagian yaitu musik asli yang berbahasa Dayak Kanayatn dan diiringi alat musik asli daerah Kalimantan, musik pop yang berbahasa Dayak Kanayatn namun diiringi dengan alat musik campuran diantaranya adalah suling dan peralatan band dengan segenap ciri kontemporer, dan bagian terakhir adalah musik Inkulturasi Gerejani dimana musik ini merupakan hasil lokakarya Pusat Musik Liturgi Yogyakarta di beberapa daerah pedalaman Kalimantan yang mengangkat gaya khas musik asli daerah ke dalam musik Gerejani/ musik liturgi. Evangelisasi Baru melalui karya musik daerah ini penulis wujudkan dalam sebuah pertemuan katekese. Dalam tulisan ini penulis menggunakan Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP). Namun penulis menyatakan bahwa model katekese model SCP ini bukan satu-satunya yang dimaksudkan dalam tulisan ini, dalam proses selanjutnya pasti ada katekese model lain yang ditemukan, tentunya sesuai dengan situasi umat.

  ABSTRACT The title of this thesis is “TRADITIONAL MUSIC AS AN

  CONTRIBUTION FOR DEVELOPMENT OF NEW EVANGELIZATION FOR THE YOUTH IN ARCHDIOCESE OF PONTIANAK”. The writer chose the title based on a concern to contribute an evangelization method by means of traditional music for the Archdiocese of Pontianak. Beside this, the writer also felt that it is high time for youth to enrich the maturity of faith based on the tradition of the native culture and art in the midst of modern world. Therefore, the thesis is meant to help catechists in proclaiming the Good News as well as their approach to the youth.

  The main problem of the thesis concerns about how the new evangelization can be implemented into the youth by means of traditional music. In examining the problem, the writer used the methods of interpretative analysis and bibliographical study. The writer also used the interview method to gather some data implementation youth, about traditional music and evangelization, as well as about traditional art that is present in the Archdiocese of Pontianak in order to gain some important ideas for this writing. The data are used as reference of this thesis and at once to see the chances upon evangelization by means of traditional and inculturated music.

  An evangelization method using traditional music as the medium, is not separated from the culture and traditional art in West Borneo. Traditional music, which is the main idea of the thesis, consists of three parts. Firstly, the original music using the language of Dayak Kanayatn accompanied by Borneo traditional music instruments, secondly, the pop music using the same language but accompanied by traditional music instruments such as flutes together with western pop instruments; and thirdly the liturgical inculturative music. The last one is the effort of the Pusat Musik Liturgi

  

Yogyakarta (Yogyakarta Liturgical Music Center) that has organized a couple of

  workshops on about the original styles of traditional music in some rural places in Borneo in order to create new liturgical inculturative songs out of it. The writer implemented this new method of evangelization by using traditional music in a catechetical lesson, using the Shared Christian Praxis (SCP) in this thesis. But the author also mentioned that the Shared Christian Praxis (SCP) is not the only way for implementing the idea, but there are still other catechetical methods according to the local situation and condition.

  Dengan segenap hormat dan kerendahan hati, penulis menghaturkan segala puji dan syukur yang tiada terkira kepada Yesus Kristus, Sang Cinta yang memberi cintaNya tanpa henti karena rahmat dan kasih-Nya telah memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul KARYA MUSIK DAERAH SEBAGAI USAHA PENGEMBANGAN EVANGELISASI BARU BAGI KAUM MUDA DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK.

  Penulis mengakui ketika awal menulis skripsi ini banyak hal suka duka yang dilalui. Kesulitan yang sangat terasa ketika penulis mengumpulkan sumber-sumber data, namun karena kecintaan terhadap musik serta ide-ide dan usulan-usulan cemerlang dari berbagai pihak terutama Dosen Pembimbing Skripsi, akhirnya kesulitan itu tidak berarti apa-apa. Memang tidak banyak seluk-beluk yang penulis ketahui tentang musik, namun karena cinta dan perjuangan keras sedikit demi sedikit penulis juga tahu mengenai musik. Namun di balik semua itu penulis sangat menyadari bahwa nuansa studi kateketik yang penulis jalani selama empat tahun setengah ini pun sungguh merasuk ke dalam pribadi penulis. Penulis merasa studi kateketik ini merupakan dasar untuk mengembangkan ilmu-ilmu lainnya termasuk ilmu-ilmu yang tidak terumuskan dalam kurikulum.

  Penulis mulai memberi perhatian besar terhadap karya musik daerah ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Saat itu penulis merasa ada sesuatu dari karya musik (khususnya di Kalimantan Barat) daerah ini yang harus diperjuangkan dan daerah tersebut berguna bagi kaum muda Gereja, selain sebagai barang komersial. Langkah awal penulis untuk menanggapi keprihatinan tersebut yaitu dengan menulis skripsi tentang karya musik daerah. Pusat Musik Liturgi Yogyakarta (PML) telah memulai memanfaatkan peluang terhadap adanya media pewartaan dalam budaya setempat yaitu karya musik, mengapa tidak penulis maupun siapa saja yang dapat melanjutkan karya tersebut dengan caranya masing-masing.

  Pergulatan penulis selama kurang lebih lima tahun studi di kampus IPPAK tercinta ini telah memampukan penulis untuk melihat dunia secara lebih luas lagi. Dari sisi ilmu, tak terbilang ilmu yang penulis peroleh, tak terbilang cinta dan perhatian yang penulis alami baik selama studi maupun saat penyusunan skripsi. Penulis merasa dengan menulis skripsi ini berarti inilah equilibrium dari semua ilmu yang didapat baik formal maupun non formal dan sekaligus awal untuk menapaki lembar-lembar kosong yang harus penulis isi dalam lembaran hidup ini. Sebagai ungkapan yang tiada berarti apa-apa dibandingkan cinta yang telah penulis dapatkan, izinkanlah penulis haturkan rasa syukur dan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mengembangkan penulis: 1.

  Romo Karl-Edmund Prier, S.J., Lic.Phil., selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa memberikan perhatian, semangat, menyediakan waktu khusus, mengusulkan ide-ide dan saran-saran serta membimbing penulis selama proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

  2. Romo Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan begitu banyak perhatian dan pendampingan bagi penulis selama skripsi maupun proses studi yang penulis jalani di kampus ini. Lepas dari itu, beliau

  3. Bapak P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak perhatian dan pendampingan bagi penulis selama proses studi yang penulis jalani di kampus ini maupun saat penulis menyusun skripsi.

  4. Romo Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J., selaku Kaprodi IPPAK yang selalu memberi dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Namun lebih daripada itu, terima kasih karena telah menjadi sosok yang demikian dekat dan berarti, layaknya orang tua bagi penulis. Terima kasih untuk semua kesempatan, bimbingan, perhatian, serta kepercayaan yang Romo berikan sehingga penulis dapat menjadi seperti sekarang ini.

  5. Segenap staf dosen, sekretariat dan perpustakaan, karyawan piket dan parkir Prodi

  IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah begitu melimpahi penulis dengan ilmu, perhatian, dukungan, bimbingan serta senyuman yang selalu menguatkan penulis menjalani proses studi di kampus ini.

  6. Sahabat-sahabat mahasiswa, terkhusus angkatan 2004. Kita telah melalui pahit getir selama studi di IPPAK, bersama jatuh dan bersama bernyanyi, bersama tertawa dan bersama terluka. Jadikan ini sebagai kenangan terindah yang takkan pernah terlupakan sampai kita tua nanti hingga kita terlahir kembali di suatu saat. Terima kasih atas warna-warni indah yang kalian berikan dalam hidup penulis. Selamanya akan penulis simpan sebagai kenangan terindah yang menghiasi taman hati penulis.

  Sampai jumpa di lain kesempatan.

  7. Teman-teman di Paduan Suara Pradnyawidya pimpinan Sara Lea, takkan pernah mengingatkan bahwa terdapat satu masa di mana kita bernyanyi bersama melantunkan ungkapan syukur yang melimpah kepada-Nya.

  8. Teman-teman kos V’Men yang pernah penulis kenal. Terima kasih untuk semua kebersamaan yang telah dilalui bersama, penulis tidak akan mampu menjalani semuanya tanpa bantuan dan kehadiran teman-teman kos V’Men. Segenap canda dan tawa, suka dan duka sangat menguatkan bagi penulis. Semoga hidup mempertemukan kita lagi dalam satu kesempatan.

  9. Yasinta yang selalu memberi dorongan serta semangat untuk menyelesaikan skripsi ini secepatnya, menjadi editor penulis secara langsung. Penulis mengakui peranannya sangat besar dalam proses penulisan skripsi ini karena tanpa dia dan tanpa semangatnya kemungkinan besar penulis akan selalu bermalas-malasan di kos.

  10. Keluarga penulis yang sangat penulis cintai, andai terdapat kata yang mampu melukiskan betapa kalian sungguh berarti dalam hidup penulis, karena dari kalian semuanya berawal dan kepada kalianlah penulis akan selalu terinspirasi.

  12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini telah menjadi bagian berarti dalam hidup penulis serta memampukan penulis menyelesaikan studi ini.

  Penulis sungguh menyadari bahwa penulis memiliki keterbatasan dalam pengetahuan, pengalaman, serta pemahaman yang menyebabkan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

  DAFTAR ISI

  JUDUL …………………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. iv MOTTO ………………………………………………………………...... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………… vii ABSTRAK ……………………………………………………………….. viii ABSTRACT ……………………………………………………………… ix KATA PENGANTAR …………………………………………………… x DAFTAR ISI …………………………………………………………....... xv DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………… xix BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………...

  1 A. Latar Belakang ………………………….....................................

  1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………

  11 C. Tujuan Penulisan ……………………………………………….

  11 D. Manfaat Penulisan…………………………………………........

  11 E. Metode Penulisan ………………………………………….........

  12 F. Sistematika Penulisan ………………………………………......

  12 BAB II. KAUM MUDA DAN KARYA MUSIK DEWASA INI ............

  14 A. Kesadaran Diri Gereja sebagai Umat Allah dalam Dokumen

Lumen Gentium ……………………………………………........

  14 B. Gambaran Umum Kaum Muda …………………………………

  18 1. Ciri-ciri kaum muda ………………………………………...

  20 a. Segi biologis …………………………………………….

  21 b. Segi psikologis …………………………………….........

  22

  c. Segi sosial ………………………………………………

  23

  2. Perkembangan iman kaum muda …………………………..

  37

  63 3. Evangelisasi melalui musik ……………………………........

  61 2. Pintu masuk evangelisasi melalui kebudayaan ……………..

  61 1. Motivator yang memberdayakan …………………………...

  56 B. Evangelisasi Baru Dilakukan Di Keuskupan Agung Pontianak dan Tantangan yang Dihadapi …………………........................

  56 A. Evangelisasi dalam Karya Musik Daerah Merupakan Sebuah Usaha Dialog ………………………………………....................

  51 BAB III. EVANGELISASI BARU MELALUI KARYA MUSIK DAERAH …………………………………………………........

  48 K. Kebudayaan dan Iman Memiliki Pengaruh Terhadap Evangelisasi: Sebuah Tinjauan Kritis John Mansford Prior ……

  46 J. Pewartaan Injil di Zaman Modern dalam

Evangelii Nuntiandi …………………………………………….

  43 I. Metode Evangelisasi Baru ……………………………………...

  41 H. Isi Evangelisasi Baru ……………………………………………

  40 3. Pengertian berdasarkan Dokumen Gereja …………….........

  2. Pengertian berdasarkan Kitab Suci …………………………

  37 1. Pengertian umum …………………………...........................

  24 a. Tahap I: proyektif intuitif (usia 4-8 tahun) ……………..

  34 G. Pengertian Evangelisasi Baru .......................................................

  31 F. Karya Musik Daerah Kalimantan Barat .......................................

  29 E. Musik Bagi Kaum Muda .............................................................

  27 D. Karya Musik Dewasa Ini .............................................................

  27 C. Kaum Muda di Keuskupan Agung Pontianak .............................

  26 f. Iman yang diuniversalkan ……………….……………...

  e. Tahap V: Iman yang konjungtif (usia 30an) ……………

  26

  d. Tahap IV: Refleksi individuatif (usia 17-18 tahun dan 20-22 tahun) …………………………………………….

  25

  25 c. Tahap III: Sistem konvensional (usia 12 tahun-dewasa)..

  b. Tahap II: Mistis literal (usia 6-7 tahun dan 11-12 tahun) ………………………………………..

  25

  65

  C. Karya Musik Daerah Sebagai Pintu Masuk Dalam Evangelisasi

  86 2) Musik ……………………………………………….

  98

  4. Pengembangan langkah-langkah ……………………………

  97

  95 3. Pemikiran dasar …………………………………………….

  95 2. Identitas …………………………………………………….

  95 1. Contoh katekese …………………………………………….

  94 E. Contoh Katekese Melalui Karya Musik Daerah ………………

  93 4) Musik sebagai evangelisasi ……………………........

  92 3) Syair …………………………………………….......

  91 2) Musik ……………………………………………….

  90 1) Penjelasan judul lagu ……………………………….

  89 c. Musik Inkulturasi Gerejani …………………………......

  88 4) Musik sebagai evangelisasi ……………………........

  87 3) Syair …………………………………………….......

  84 1) Penjelasan judul lagu ……………………………….

  67 1. Peluang evangelisasi ………………………………………..

  75 2. Analisis Karya Musik …………………...............................

  67 2. Realitas dan harapan dalam evangelisasi …………………...

  69 D. Contoh Karya Musik Dan Analisisnya …………………………

  72 1. Aspek-aspek lagu yang akan dianalisis …………………….

  73 a. Musik …………………………………………………...

  73 b. Syair …………….............................................................

  74 c. Musik sebagai evangelisasi …………..............................

  78

  b. Musik pop ………………………………………………

  a. Musik asli ………………………………………………

  78 1) Penjelasan judul lagu ……………………….............

  81 2) Musik ……………………………………………….

  81 3) Syair …………………………………………...........

  82 4) Musik sebagai evangelisasi ……………………........

  84

  5. Penutup …………………………………………………….. 107

  .

  BAB IV PENUTUP ……………………………………………………… 109 A. Kesimpulan …………………………………………………..... 110 B. Saran/ Usulan ............................................................................... 112 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..... 115 LAMPIRAN Lampiran 1: Hasil Wawancara 1 ....................................................... (1) Lampiran 2: Hasil Wawancara 2 ....................................................... (2) Lampiran 3: Hasil Wawancara 3 ....................................................... (3) Lampiran 4: Surat Permohonan Data Kaum Muda ........................... (4) Lampiran 5: Lampiran Surat Permohonan ........................................ (5) Lampiran 6: Hasil Wawancara 4 ....................................................... (6) Lampiran 7: Hasil Wawancara 5 ....................................................... (7) Lampiran 8: Hasil Wawancara 6 ....................................................... (8) Lampiran 9: Hasil Wawancara 7 ....................................................... (9) Lampiran 10: Hasil Wawancara 8 ..................................................... (10) Lampiran 11: Program Evangelisasi Melalui Karya Musik Daerah.. (11)

  Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat (Dipersembahkan kepada

  Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/ 1985, hal. 8.

  B.

Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.

  CT : Catechesi Tradendae , Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979. DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

  EN : Evangelii Nuntiandi , Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang Evangelisasi dalam Dunia Modern, 8 Desember 1975.

  GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral tentang Gereja Dalam dunia Modern, 7 Desember 1965.

  KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.

  LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

  RN : Rerum Novarum, Ensiklik Paus Leo XIII mengenai kondisi kelas kerja, Mei 1891.

  SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963.

  C.

Singkatan Lain

  Bdk : Bandingkan CU : Credit Union Dkk : Dan kawan-kawan GD-F : Generasi Dayak Foundation, komunitas yang bergerak di bidang pengumpulan dan penyaluran bantuan terhadap anak-anak miskin di

  Ketapang, Kalimantan Barat. GKE : Gereja Kristen Evangeli GNOTA : Gerakan Nasional Orang Tua Asuh

  IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Pendidikan Agama Katolik

  KAP : Keuskupan Agung Pontianak Komkat : Komisi Kateketik Komkep : Komisi Kepemudaan Komsos : Komisi Sosial

  MM : Maelzel Metronome , alat pengukur kecepatan (tempo) OMK : Orang Muda Katolik PIA : Pembinaan Iman Anak PIOD : Pembinaan Iman Orang Dewasa PIR : Pembinaan Iman Remaja PKPKM : Pedoman Karya Patoral Kaum Muda PML : Pusat Musik Liturgi SAV : Studio Audio Visual SCP : Shared Christian Praxis, metode dalam berketekese STFT : Sekolah Tinggi Filsafat Teologi STKAT : Sekolah Tinggi Kateketik UGM : Universitas Gajah Mada UNY : Universitas Negeri Yogyakarta USD : Universitas Sanata Dharma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjelang abad-21 perkembangan dunia bergerak sangat cepat, baik di

  bidang teknologi, ilmu pengetahuan, struktur masyarakat dunia, kebudayaan maupun paradigma-paradigma baru dalam memandang dunia. Perubahan-perubahan inilah yang lama-kelamaan memicu munculnya tema-tema dalam kehidupan seputar masalah keadilan, hak asasi manusia, kemerdekaan, demokrasi, emansipasi, solidaritas, lingkungan dan pluralitas. Hal ini merupakan sebuah tanda bahwa adanya hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Di sisi lain manusia sadar bahwa selain adanya hubungan dirinya dengan sesamanya dan makhluk hidup beserta lingkungan sekitarnya, ada hubungan manusia dengan Yang Ilahi. Dalam hubungan yang satu ini terkadang kurang disadarinya karena terkalahkan oleh permasalahan di seputar kehidupan manusia.

  Sejak zaman para nabi, zaman Yesus Kristus dan diteruskan hingga sekarang telah diusahakan dalam pewartaan yaitu membuka jalan pada manusia dalam hubungannya dengan Sang Pencipta.

  Beranjak lebih jauh lagi bahwa pewartaan bukanlah seperti yang dimaksudkan demikian: pewartaan selalu berhubungan dengan yang rohani, berbicara tentang masalah surga, semua perkataan yang selalu berhubungan dengan yang ilahi, pewartaan lebih-lebih merupakan pengungkapan iman secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini karya Roh lebih diutamakan dibandingkan dengan karya manusia itu sendiri. Apa itu karya Roh dan apa itu karya manusia? harus dimiliki dan diwujudkan bersama sedangkan karya manusia berupa suatu tindakan untuk mewujudkan karya Roh. Tidak mungkin karya manusia terjadi tanpa karya Roh namun karya Roh dapat terwujud dalam diri manusia yang berkehendak baik serta menyerahkan diri seutuhnya kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu penerangan dan dorongan Roh Kudus dibutuhkan baik dalam si pewarta maupun dalam orang yang mendengarkan Injil (Gal 1:9). Berpangkal dari 2 Kor 4:5, St.

  Paulus menyebutkan “Bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus”. Segala perhatian diarahkan kepada Kristus, khususnya kepada tindakan penyelamatan Allah dalam Kristus. Berbicara dalam konteks ini, mewartakan berarti membawakan orang kehadapan peristiwa keselamatan Allah sendiri. Artinya orang-orang yang mau dan tergerak untuk ‘dibawa’ dalam keselamatan Allah dengan sendirinya akan mengalami suka cita yang menjadi cita-cita dalam jemaat bersama sejak jemaat perdana terbentuk yaitu damai sejahtera hadir dan menyelimuti orang-orang yang percaya.

  “Paulus memiliki keyakinan bahwa manusia diselamatkan hanya karena iman kepada Yesus Kristus” (Gal 2:6).

  1. Evangelisasi Evangelisasi tidak dapat dimengerti dengan hanya menyebut satu kata: evangelisasi berarti pewartaan. Evangelisasi dimengerti dengan beranjak dari kenyataan bahwa karya-karya dari evangelisasi haruslah nampak terlebih dahulu dan setelah itu dapat dinamakan evangelisasi (Jacobs, 1992: 108). Memang dapat dimengerti juga bahwa evangelisasi berarti pewartaan, namun pewartaan yang bagaimana dan bagaimana bentuk pewartaannya?

  Evangelisasi merupakan suatu upaya bersama sebagai orang beriman untuk menyalurkan pengalaman imannya kepada masyarakat di sekitarnya dalam terang Roh Kudus. Oleh karena itu evangelisasi merupakan suatu bentuk kesaksian hidup. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa kesaksian merupakan tugas perutusan Kristiani. Kesaksian ini mengisyaratkan integrasi dari berbagai aspek kehidupan, keluarga, dan persekutuan umat Gereja (EN 41). Kesaksian hidup merupakan aspek evangelisasi yang paling mendasar dan dari sinilah pergerakan karya evangelisasi dapat terwujud nyata dalam kehidupan sehari-hari umat beriman. Kesaksian hidup menuntut pribadi untuk berani keluar dalam dirinya sendiri dan ikut memberikan kesaksian hidup bagi yang lainnya setelah dirinya menerima suatu kesaksian akan keselamatan dari Allah.

  Jika ditelaah sedikit ke dalam, dalam praxisnya, evangelisasi menuntut beberapa hal yang bukan hanya berkaitan dengan akibat positif namun akibat negatif juga dapat terjadi. Akibat negatif bisa saja ditimbulkan karena minimnya atau sempitnya pengertian/ pemahaman akan evangelisasi tersebut. Misalnya saja ketika evangelisasi hanya dipahami sebagai misi. Begitu sempitnya sehingga dengan pemahaman seperti ini segala kegiatan dan tindakan dilakukan juga hanya sebatas untuk mencapai tujuan tertentu saja yaitu lebih mementingkan kuantitas (Suharso & Retnoningsih, 2005: 116). Menurut Suharyo, 1995: 58, ada tiga tahap inisiasi ke dalam iman yang berkaitan dengan evangelisasi yaitu, pra-evangelisasi: usaha menumbuhkan minat terhadap masalah-masalah hidup dan iman sebagai persiapan untuk mendengarkan warta kristiani, evangelisasi: merupakan pewartaan iman kristiani yang dasar, katekese: pengajaran mengenai pokok-pokok iman.

  Evangelisasi memang menuntut pengetahuan baik dari sisi pewarta memberikan diri masuk lebih dalam lagi dalam evangelisasi; Sakramen Inisiasi (Pembaptisan, Krisma dan Ekaristi) menawarkan sebuah gerbang indah untuk memulai hidup baru berdasarkan sabda-sabda dan pengetahuan yang diterima dari buah-buah evangelisasi. Perlu disadari juga kajian mengenai Umat Allah oleh Konsili Vatikan II yang dinyatakan, “Umat Allah sangat dipentingkan, khususnya untuk menekankan bahwa Gereja pertama-tama bukanlah sebuah oraganisasi manusiawi melainkan perwujudan karya Allah yang konkret” (LG 9 bdk. KWI, 1996: 333). Kekhususan Umat Allah dalam menanggapi sebuah evangelisasi justru terlihat dari bagaimana cara memahami sebuah warta keselamatan dengan caranya masing- masing dan di sini pula letak kekhasannya sebagai Umat Allah yang selalu dihidupi oleh sabda kehidupan atau sabda keselamatan. Dengan caranya masing-masing dapat terlihat misalnya dalam kehidupan berkeluarga (bagi yang telah berkeluarga), dalam kehidupan pertemanan (bagi yang belum berkeluarga), dalam kehidupan biara (bagi para religius), dan dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya.

  2. Kaum muda Dalam tulisan ini yang menjadi sasaran utama adalah kaum muda di

  Keuskupan Agung Pontianak. Mengapa kaum muda? Mengapa kaum muda di Keuskupan Agung Pontianak? Penulis mengatakan bahwa kaum muda identik dengan generasi fresh. Dalam kotbahnya pada hari Minggu tanggal 21 November 2006 saat misa Ekaristi Kaum Muda di gereja St. Antonius Kotabaru, Romo Gandhi, SJ mengatakan, “Kaum muda adalah tonggak awal bergeraknya Gereja menuju kedewasaan. Kaum muda diharapkan mampu yang pertama ialah menggerakkan dirinya sendiri untuk membangun situasi diri sendiri kemudian berani keluar dari dengan ungkapan yang dilontarkan oleh Romo Gandhi tadi dapat dikatakan bahwa kaum muda benar-benar memiliki andil yang lebih besar terhadap situasi luar yang melingkupi gerak kaum muda itu sendiri. Berbagai cara yang dilakukan dalam pendekatan dengan situasi kaum muda dewasa ini misalnya dengan cara camping rohani, out bond, rekoleksi kaum muda dan sebagainya.

  Realitas yang terjadi bahwa kaum muda sendiri yang menggerakan dirinya dapat terlihat di sebuah desa kecil Taize, di Pegunungan Burgundi beberapa mil dari garis demarkasi yang membelah Prancis menjadi dua. Kaum muda berdatangan dari berbagai negara baik perorangan maupun kelompok dengan satu tujuan yaitu ingin mendapatkan keheningan dan pengalaman baru bersama saudara-saudara dari negara yang berbeda (Olivier, 2003:107). Kaum muda memiliki harapan untuk memperoleh sesuatu dengan apa yang dilakukannya dan dengan apa yang diusahakan dengan sekuat kemampuannya. Sebuah keinginan yang terpendam pasti menuntut sebuah penyelesaian bahwa harus segera mencapai sesuatu. Keinginan keras inilah yang mendorong kaum muda dalam usahanya untuk segera melakukan sesuatu dan memenuhi keinginannya tersebut. Inilah sifat asli kaum muda, yaitu keinginan untuk terus memandang keluar untuk melihat sebuah kebahagiaan.

  Sebuah pertanyaan yang cukup kritis yang dilontarkan oleh Oliver Clement (2003: 10) dalam bukunya yang berjudul Taize, Mencari Makna Hidup yaitu “Mengapa setiap tahun beribu-ribu orang muda dari kelima benua terus saja datang ke Taize, tak kunjung henti mengadakan ziarah, minggu demi minggu”? Dibutuhkan tanggapan serius untuk menanggapi pertanyaan tersebut. Kaum muda adalah sebuah sosok ketika dalam masanya selalu memiliki pengharapan dimana pengharapan tersebut tidak lain adalah untuk memberi warna di masa itu. Banyak hal yang harus dilakukan oleh kaum muda dan salah satu warna cerah yang terus dihidupi ialah ketika harus sampai di sebuah desa kecil Taize, Prancis.

  Orang-orang muda sangat haus akan yang mutlak. Dan tidak dapat diragukan, dewasa ini banyak orang muda/ kaum muda mengunjungi biara-biara walau hanya sekedar ingin tahu kehidupan di dalamnya. Namun dari maksudnya yang terdalam mungkin ada pertanyaan yang sedikit mengganjal, mengapa? Karena mereka sedang mencari Allah? Yang mereka temukan di biara-biara terlebih-lebih adalah rasa misteri, kedamaian, dan kedalaman – segala sesuatu yang tidak terdapat dalam masyarakat-masyarakat tempat kita hidup (Oliver, 2003: 28). Keinginan kaum muda dalam masanya memang masih berupa pencarian hidup. Banyak hal yang ditawarkan baik yang berifat khas duniawi dan fantastis maupun dalam beberapa yang berurusan dengan kekudusan. Tidak heran apa saja yang dapat dicoba senantiasa terus dilakukan, dan sekali lagi ini demi memberi warna di masa mudanya serta dalam pencariannya. Dengan alasan seperti ini jugalah maka penulis memilih kaum muda sebagai fokus dalam tulisan ini.

  3. Musik Salah satu yang paling dekat dengan kaum muda dan tidak mungkin tidak ada dari salah satu kaum muda yang mengenalnya yaitu musik. Melalui musik, apa saja dapat diungkapkan. Berbagai macam perasaan contohnya saja sedih, senang, marah, benci, sayang, cemburu, bosan, terharu dan sebagainya. Seperti yang diungkapkan dalam istilah seni pada umumnya bahwa suatu karya seni paling baik dinilai menurut ukuran atau pertimbangan estetis, yaitu bersifat ekspresif atau tidak ekspresif, dapat atau tidak dapat menimbulkan emosi estetis para pemirsa (Gie, 1996: sisi penghargaan maupun sebuah prestasi hanya merupakan sebuah pendukung sebab dalam unsur estetis ini mementingkan sebuah ekspresi yang mendalam dari sebuah estetika sehingga menimbulkan tanggapan berupa perasaan estetis dan pada akhirnya sebuah perasaan estetis yang merupakan sebuah emosi dari si penanggap timbul sebagai sebuah bentuk respon penting untuk memberi penilaian suatu karya seni.

  Musik merupakan salah satu unsur yang terdapat pada karya seni. Hampir semua panca indera memainkan peranan penting di dalamnya. Musik menuntut tanggapan dari masing-masing bagian panca indera, misalnya dalam penglihatan. Musik menampilkan seni tentang ruang dimana terdapat cahaya, warna, gerak dan tarikan garis-garis sebagai mediumnya. Panca indera yang lainnya ialah pendengaran.

  Pendengaran ini berkaitan langsung dengan melodi dan syair. Musik menampilkan suara yang dihasilkan langsung oleh alat-alat yang keberadaan musik tersebut. Dalam pendengaran ini musik tidak lupa menampilkan kata atau syair. Kata merupakan bentuk ekspresif langsung dari sebuah nada. Ungkapan berupa kata ini dapat menunjukan sekaligus mendukung nada dalam menunjukan berbagai karakter manusia atau situasional berbagai macam peristiwa hidup. Masih dalam lingkup ini pula, musik memberikan paduan antara penglihatan dan pendengaran. Terciptanya nada dan gerak merupakan sebuah unsur seni paduan yang memberikan warna baru untuk sebuah esensi seni yang ekspresif (Gie, 1996: 54-57).

  Melihat begitu banyaknya peran musik dalam hidup dengan memberikan ruang khusus pada diri personal, ada kemungkinan bahwa warna-warni hidup terbangun karenanya. Kaum muda yang ekspresif akan selalu menghiasi hidupnya dengan musik. Namun dengan mengatakan seperti ini bukan berarti musik digemari oleh semua orang terkhusus kaum muda, tidak. Tidak semua dari kaum muda menggemari musik untuk bertindak mengambil langkah agar menghindari musik. Ibarat pepatah para penikmat musik kebanyakan, “hidup tanpa musik adalah hampa”. Sekedar mengenal ‘kulit luarnya’ saja sudah cukup bagi orang-orang yang tidak gemar akan musik, apalagi untuk mereka yang menjadikan musik sebagai bagian hidupnya.

  4. Evangelisasi dalam karya musik Evangelisasi bagi kaum muda melalui musik sebagai pintu masuknya sangat memungkinkan bahwa Kabar Gembira akan cepat dan mudah ditangkap atau dipahami. Kaum muda umumnya telah mengenal musik dengan berbagai jenisnya. Memang perlu diakui bahwa dunia musik telah merambah dimana-dimana hingga ke pelosok daerah bahkan musik merupakan salah satu adat-istiadat/ kebiasaan masyarakat setempat dengan peralatan musiknya masing-masing. Contohnya saja di Kalimantan Barat. Berbagai karya musik telah dihasilkan. Beranjak dari gaya musik daerah di Kalimantan, para komposer menciptakan lagu-lagu yang kurang lebih memiliki gaya khas Kalimantan.

  Dewasa ini blantika musik daerah telah diwarnai dengan berbagai hasil ciptaan lagu-lagu yang cukup digemari oleh masyarakat setempat. Inspirasi lirik dari lagu-lagu daerah tidak jauh dari seputar masalah dan kejadian dalam kehidupan sehari-hari dan tidak sedikit pula lagu-lagu hasil ciptaan mengangkat adat istiadat daerah setempat. Oleh karena inilah karya musik daerah merupakan salah satu karya musik yang digemari. Evangelisasi melalui lagu-lagu daerah merupakan salah satu cara yang digunakan dalam pendekatan terhadap kaum muda dengan maksud utama agar Kabar Gembira dapat sampai kepada kaum muda.

  Evangelisasi dalam pengertian alkitabiah khususnya Perjanjian Baru dimengerti sebagai Kabar Gembira yang didasarkan pada apa yang dimaksud Paulus dalam pewartaan tentang Kristus dan rencana keselamatan Allah. Kabar Gembira dalam Perjanjian Baru erat kaitannya dengan istilah kesaksian, dalam bahasa Yunani kuno martyria. Dikatakan oleh Jacobs (1992: 108) bahwa kesaksian selalu berarti pengakuan, dengan itu maka “saksi” mempunyai arti yang khas misioner.

  Komposer asal Kalimantan Barat yang telah berkarya kurang lebih sepuluh tahun, Alpino telah memberikan sebuah kesaksian hidup dalam beberapa karyanya (mis. Ka’ Patamuan, Ka’ Radio, dan Baru’ Tumalam). Dia juga telah membagikan pengalaman dan pergulatan batinnya dalam menghadapi tantangan dalam dirinya sendiri maupun tantangan dalam kehidupan bermasyarakat dan selain itu ungkapan syukur serta permohonan tidak luput dari tema lirik beberapa lagu-lagunya. Misalnya berikut ini kutipan refren dari salah satu judul lagu yang memiliki tema tentang penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan dengan judul Jubata:

  Ka’ Kita’ Jubata kami bapadah Ka’ Kita Jubata kami bapinta’ Uba’atn barat niti maraga nang manyak rintangan

  (PadaMu Tuhan kami mengadu PadaMu Tuhan kami memohon Memikul beban berat di sepanjang jalan yang banyak rintangan) Karya musik memang tidak jauh dari pengungkapan oleh apa yang sedang dirasakan dan ada yang menjadi acuan norma dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pengungkapan rasa bersalah di hadapan Tuhan dan merasa telah berdosa karena melalaikan kepentingan bersama dan hanya mementingkan kepentingan sendiri dan contoh yang lain misalnya, seorang anak muda mengungkapkan rasa sayangnnya kepada kekasihnya. Kemudian dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari sebuah prosesi kegiatan di ladang dilukiskan dengan sebuah lantunan lagu.

  Sebuah kesaksian hidup sangat berarti dan memiliki nilai seni ketika diungkapkan melalui sebuah lagu. Kesaksian hidup yang memiliki nilai seni merupakan wujud daya kreativitas manusia yang tidak hanya memandang dari sisi luar/ harafiahnya saja namun mencoba menggali sejauh mana sebuah kesaksian hidup dapat terungkapkan dengan memperhatikan nilai-nilai seni yang ada.

  Kaum muda di Keuskupan Agung Pontianak mendapat tempat khusus dalam tulisan ini. Sebagai salah satu dari kaum muda di Keuskupan Agung Pontianak, penulis merasa ada suatu hal yang harus dilakukan untuk menyemangati serta mengembangkan sisi hidup rohaninya. Penulis merasa ini perlu dilakukan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ialah karena faktor ekonomi, sosial, dan agama.

  Faktor ekonomi menuntut setiap keluarga yang berkekurangan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tingkat pendidikan di Sekolah Dasar bagi anak-anak terpaksa digantikan dengan kerja keras di ladang/ sawah atau mencari kerja di luar daerah. Begitu juga yang terjadi pada kaum mudanya. Dalam hal ini yang terpenting adalah uang dan kebutuhan keluarga, sisi hidup rohani menjadi terabaikan. Faktor sosial dalam masyarakat mempengaruhi pola hidup orang-orang tertentu dan menjadi sebuah kebiasaan. Misalnya, pagi hari noreh (mengumpulkan lateks dari pohon karet), siang hari menjual hasil olahan pada penadah. Pada sore hingga malam hari hasil dari penjualan karet ini dipergunakan untuk mabuk- mabukan, sisanya untuk membeli kebutuhan keluarga. Lain hal dengan faktor agama; disebabkan kekurangan tenaga, Gereja Katolik sering kehilangan anggotanya yang

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana kaum muda Keuskupan Agung Pontianak menanggapi karya musik dewasa ini?

  2. Sejauh mana karya musik daerah mengembangkan evangelisasi baru bagi kaum muda di Keuskupan Agung Pontianak?

  3. Apa relevansi dan peran karya musik daerah terhadap perkembangan evangelisasi baru dalam Gereja zaman sekarang?

C. Tujuan Penulisan

  1. Memberikan gambaran mengenai tanggapan kaum muda secara umum dan secara khusus kaum muda di Keuskupan Agung Pontianak tentang karya musik dewasa ini.

  2. Karya musik daerah mengembangkan evangelisasi di Kalimantan Barat sejauh ada dukungan dari pihak Gereja setempat serta adanya kemauan dan usaha para pewarta dalam mendukung perkembangan evangelisasi baru.

  3. Memaparkan relevansi dan peran karya musik daerah terhadap perkembangan evangelisasi baru dalam Gereja zaman sekarang.

D. Manfaat Penulisan

  1. Menumbuhkan kesadaran baru bagi kaum muda bahwa sebuah karya musik dapat membantu dalam menumbuh-kembangkan iman kepada Yesus Kristus.

  2. Memberikan sumbangan gagasan dan pemikiran serta motivasi bagi para katekis, hierarki dan para pemimpin umat akan pentingnya sebuah

  3. Bagi penulis sendiri, membangun kesadaran dan paradigma baru mengenai arti sebuah evangelisasi beserta cara yang dapat digunakan dalam evagelisasi tersebut.

Dokumen yang terkait

Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di Paroki Santo Petrus Sungai Kayan Keuskupan Tanjung Selor Kalimantan Utara.

1 48 171

Menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki Santo Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

7 80 382

Karya Pendidikan Tarekat Carolus Borromeus di Keuskupan Agung Semarang 1952-1998.

2 27 142

Upaya meningkatkan pendampingan iman kaum muda di Paroki Santa Maria Mater Dolorosa, Soe, Keuskupan Agung Kupang melalui katekese umat model shared christian praxis - USD Repository

0 0 138

Relevansi spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi bagi pemberdayaan jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam rangka pelestarian lingkungan hidup - USD Repository

0 5 177

Upaya inovasi pelaksanaan liturgi perayaan ekaristi di Paroki ST. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta demi keterlibatan kaum muda - USD Repository

0 0 123

Pendewasaan iman dalam pergulatan kaum muda melalui pedagogi Ignasian dalam latihan rohani - USD Repository

1 7 172

Pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping melalui katakese - USD Repository

0 1 154

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di Paroki Santo Antonius, Bade, Keuskupan Agung Merauke melalui shared christian praxis - USD Repository

0 4 141

Menggali semangat pewartaan amos yang menekankan keadilan sosial serta aplikasinya bagi evangelisasi baru dalam gereja dewasa ini - USD Repository

0 6 112