Organisasi Etnis Tionghoa Di Kota Bandar Lampung : Peranan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana(æ¥ æ¦œå®¢å±žæ³äº²ç¤¾) Bagi Masyarakat Di Kota Bandar Lampung.

(1)

ABSTRAK

Nama : Nova Merlinda

Program Studi : S-1 Sastra China

Judul : “Organisasi etnis Tionghoa di kota Bandar Lampung : Peranan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana (楠榜客属恳亲社) bagi masyarakat di kota Bandar Lampung.”

Organisasi etnis Tionghoa di Bandar Lampung didirikan oleh masyarakat etnis Tionghoa yang berasal dari berbagai macam puak, salah satunya adalah Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana. Organisasi ini pada dasarnya berfokus pada usaha pelestarian kebudayaan puak Hakka di Bandar Lampung. Organisasi ini semakin lama semakin mengalami perkembangan di dalam kehidupan bermasyarakat dan memberikan dampak bagi masyarakat yang ada di kota Bandar Lampung. Ada anggapan bahwa sebagian organisasi etnis Tionghoa ini umumnya bersikap eksklusif. Aktivitas mereka hanya berfokus pada kepentingan intern semata. Namun, seiring berjalannya waktu, peranan organisasi etnis Tionghoa mengalami perubahan. Sebagai contoh, Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana berperan aktif dalam kegiatan diluar keanggotaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana. Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana memiliki ciri khas tersendiri sebagai salah satu organisasi etnis Tionghoa di kota Bandar Lampung memperlihatkan bahwa pelestarian kebudayaan puak Hakka sangat penting. Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana menekankan bahwa setiap orang Hakka harus mengenal budaya leluhur mereka dan mencoba memeliharanya sebagai bentuk hormat terhadap leluhur mereka, sehingga pada akhirnya asosiasi ini telah memberikan kontribusi positif bagi masyarakat di kota Bandar lampung.

Kata kunci :

Organisasi etnis Tionghoa, Pelestarian Kebudayaan, Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana Bandar Lampung.


(2)

ABSTRACT

Name : Nova Merlinda

Study Program : Chinese Department

Title : “Chinese Ethnic Organization in Bandar Lampung, The Role of Hakka Association Metta Sarana Foundation (楠榜客属恳亲社) in The City of Bandar Lampung”

Chinese ethnic organizations in Bandar Lampung established by the Chinese ethnic community from many different ethnic groups. One of the Chinese ethnic organizations is Metta Sarana Hakka Association. This ethnic organization principally focusing itself towards preservation of Hakka culture in Bandar Lampung. This organization is increasingly experiencing growth in society life and would have an impact to the people in the city of Bandar Lampung. There is a presumption that the Chinese ethnic organizations typically are exclusive. Their activities implemented only focusing on the internal interests of the organization. However, as time goes by, the role of Chinese ethnic organization is changing. For example, Metta Sarana Hakka Association actively participates in activities outside the membership. Metta Sarana Hakka Association has its own characteristic as Chinese ethnic organization in Bandar Lampung shows that the preservation of Hakka culture is important. Metta Sarana Hakka Association stressed that every Hakka people should know their ancestor’s culture, and endeavour to preserve it as form of respect to their ancestor.Therefore, in the end this association has a positive contribution for the people in the city of Bandar Lampung.

Key words :

Chinese ethnic organization, culture preservation, Hakka Association Metta Sarana Foundation Bandar Lampung.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 3

1.4 Tujuan dan Kontribusi Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Metode Penelitian... 4

1.5.1 Jenis Penelitian... 4

1.5.2 Obyek Penelitian ... 4

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data ... 4

1.5.4 Teknik Analisis Data... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

2. KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Asosiasi Tionghoa ... 6

2.2 Identitas Ketionghoaan... 6

2.3 Eksklusifisme ... 7

2.4 Puak Hakka ... 7

3. GAMBARAN UMUM ... 9

3.1 Sejarah Masuknya Tionghoa ke kota Bandar Lampung ... 9


(4)

3.3 Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana ... 11

4. PEMBAHASAN ... 14

4.1 Peranan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana bagi Masayarakat kota Bandar Lampung ... 14

4.2 Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana Sebagai Bentuk Pelestarian Kebudayaan Puak Hakka di kota Bandar Lampung ... 17

5. KESIMPULAN ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 23


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu pintu masuk pulau Sumatera sehingga dapat dikatakan bahwa kota ini merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki potensi di bidang ekonomi maupun dalam bidang kehidupan lainnya. Hal ini didukung oleh letak geografis kota Bandar Lampung yang merupakan pintu masuk pulau Sumatera dan terhubung oleh selat Sunda. Masuknya orang Tionghoa ke kota Bandar Lampung menjadi awal pergerakan dan perkembangan kehidupan masyarakat Tionghoa di kota ini.

Kota Bandar Lampung juga merupakan salah satu kota penyebaran puak Hakka di Indonesia. Hal ini didukung dengan berdirinya Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana (楠 榜客属恳亲社 = Nán Bǎng Kè Shǔ Kěn Qīn Shè) di kota Bandar Lampung. Meskipun demikian, tidak banyak orang yang tertarik untuk membahas mengenai pengaruh yang ditimbulkan dari berdirinya sebuah organisasi tradisional Tionghoa dalam skala kedaerahan.

Dalam tata pelaksanaannya, Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana ini tidak dapat dipisahkan dari usaha-usaha orang-orang puak Hakka yang bergabung bersama

di dalamnya untuk melestarikan kebudayaan leluhur mereka. Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan, baik itu kegiatan yang rutin maupun tidak rutin, dapat dilihat bagaimana pengaruh keberadaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dalam kehidupan bermasyarakat di kota Bandar Lampung.

Maka dari itu, perlu diketahui bahwa penjelasan para ahli berkaitan dengan studi mengenai etnis Tionghoa di Indonesia selalu diawali dengan penjelasan mengenai identitas ketionghoaan (Chineseness). Salah satu poin pentingnya adalah bahwa identitas ketionghoaan tidak dapat terlepas dari adanya proses asimilasi, serta kondisi sosial dan sejarah budaya yang berkaitan dengan etnis Tionghoa itu sendiri, sehingga akan sulit untuk menentukan kemurnian (Coppel, 2002). Apabila dikaitkan dengan sejarah berdirinya Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana yang bermula dari masuknya orang


(6)

Tionghoa ke kota Bandar Lampung sebagai kelompok etnis Tionghoa, hal ini pada akhirnya tentu menjadi bentuk keterkaitan yang tidak dapat dihilangkan begitu saja.

Masyarakat Tionghoa dianggap tidak suka terjun dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Mereka dianggap lebih memilih untuk berkumpul bersama komunitas mereka sendiri. Oleh karena itu, masyarakat Tionghoa di Indonesia seringkali dipandang sebagai kelompok eksklusif dalam masyarakat. Pada akhirnya, hal ini memberikan stereotip negatif eksklusif terhadap masyarakat Tionghoa dan berbagai aktifitasnya (Coppel, 2005). Akibat dari munculnya pendapat tersebut, seringkali timbul kesalahpahaman diantara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat sekitar (masyarakat non-Tionghoa), yang pada akhirnya menimbulkan persoalan-persoalan yang mengarah pada timbulnya konflik antar etnis (Coppel, 2005).

Peranan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana di kota Bandar Lampung bagi anggota dan non-anggota asosiasi merupakan hal yang penting untuk diketahui. Hal ini dilakukan guna membuktikan bahwa tidak semua kelompok etnis Tionghoa yang ada di tengah kehidupan bermasyarakat di Indonesia, khususnya di kota Bandar Lampung, pantas untuk mendapatkan stereotip negatif eksklusif. Maka daripada itu, diperlukan pembuktian bahwa keberadaan asosiasi ini memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan masyarakat secara luas.

Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana menarik untuk diketahui karena melalui sejarah diketahui bahwa Asosiasi ini merupakan asosiasi Tionghoa pertama yang menjadi pusat perkembangan orang-orang Tionghoa perantau yang pertama kali datang ke kota Bandar Lampung. Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana merupakan pelopor berdirinya asosiasi Tionghoa serupa yang ada di kota Bandar Lampung. Asosiasi Hakka Yayasn Metta Sarana merupakan asosiasi Tionghoa pertama yang ada di kota Bandar Lampung.

Oleh sebab itu, untuk mengungkapkan fenomena yang terjadi, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian studi literatur yang berasal dari buku-buku, jurnal dalam bentuk cetak maupun online, studi lapangan dengan cara mengobservasi obyek penelitian, dan melakukan wawancara semi terstruktur terhadap salah satu pengurus asosiasi yang dianggap sebagai informan kunci, serta penganalisisan data.

Diharapkan, pada akhirnya hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan yang bermanfaat untuk Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dan masyarakat kota Bandar


(7)

Lampung. Di sisi lain, diharapkan penelitian ini dapat menjadi media positif dalam memperbaiki interaksi antara etnis yang memiliki keanekaragaman budaya.

1.2. Rumusan Masalah

Melalui tulisan ini maka akan dilakukan pembahasan mengenai: Apakah identitas ketionghoaan sebagai puak Hakka yang ada di dalam keanggotaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dan usaha pelestarian kebudayaan puak Hakka melalui Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana di kota Bandar Lampung masih dapat dikatakan murni? Bagaimanakah peranan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana bagi masyarakat di kota Bandar Lampung?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah yang akan dibahas disini adalah bagaimana peranan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dalam kontribusinya bagi masyarakat di kota Bandar Lampung, serta usaha Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana di dalam pelestarian kebudayaan Hakka di kota Bandar Lampung.

1.4. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Dengan mengidentifikasi peranan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dalam kehidupan bermasyarakat di kota Bandar Lampung, diharapkan akan memberikan kontribusi terhadap kajian budaya khususnya dalam studi tentang etnis Tionghoa dan hubungan / interaksinya dengan etnis non-Tionghoa di dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

1.4.2. Manfaat Praktis

Memberikan saran-saran praktis kepada Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dalam peranannya di tengah masyarakat dan memberikan kontribusi bagi para pembaca dalam memahami peranan asosiasi tradisional Tionghoa di tengah masyarakat.


(8)

1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan konsep teoritik tentang kemurnian identitas ketionghoaan sebagai puak Hakka yang ada di dalam keanggotaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dan usaha pelestarian kebudayaan puak Hakka melalui asosiasi tersebut, serta peranan asosiasi ini di kota Bandar Lampung, dan dampak-dampak yang terjadi atas peranan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana terhadap masyarakat di kota Bandar Lampung adalah metode kualitatif.

1.5.2 Objek Penelitian

Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana (楠榜客属恳亲社) yang berlokasi di Jl.Ikan Bawal No.76, Teluk Betung, Bandar Lampung.

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian ini maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Studi literatur. Pada penelitian ini studi literatur dilakukan melalui sumber-sumber tertulis maupun sumber-sumber yang berasal dari media elektronik seperti buku-buku, tesis, disertasi, jurnal, dokumentasi, majalah, koran, serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang terkumpul kemudian akan dianalisis sesuai dengan metode penelitian yang digunakan.

b. Studi lapangan. Pelaksanaanya dimulai dengan melakukan observasi langsung ke obyek penelitian, yakni Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana yang berlokasi di Jl.Ikan Bawal No.76, Teluk Betung, Bandar Lampung.

c. Wawancara dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur. Dalam hal ini, informan kunci yang dipilih adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang seluk-beluk dari objek yang akan diteliti, yakni penasehat dari Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana.


(9)

1.5.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data terstruktur terhadap hasil pengumpulan data yang berasal dari observasi langsung ke lokasi, hasil wawancara dengan informan kunci, serta hasil studi literatur dengan didasarkan pada teori yang telah ditentukan sebelumnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini diatur sebagai berikut:

Bab 1 berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan dan kontribusi penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab 2 berisi kajian pustaka yang mencakup tentang asosiasi Tionghoa, identitas Ketionghoaan, eksklusifisme, dan puak Hakka.

Bab 3 berisi tentang gambaran umum etnis Tionghoa, asosiasi Tionghoa di kota Bandar Lampung, dan gambaran umum tentang Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana kota Bandar Lampung.

Bab 4 berisi tentang pembahasan mengenai peranan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana mencakup di dalamnya bentuk pelestarian kebudayaan puak Hakka oleh Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana.


(10)

BAB V KESIMPULAN

Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana adalah asosiasi Tionghoa tertua yang berada di kota Bandar Lampung Asosiasi ini merupakan asosiasi Tionghoa pertama yang menjadi pusat perkembangan orang-orang Tionghoa perantau yang datang ke kota Bandar Lampung. Bahwa keberadaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana di kota Bandar Lampung juga bermula dari sejarah masuknya orang Tionghoa ke kota Bandar Lampung, khususnya puak Hakka yang termasuk di dalam jumlah 486 orang Tionghoa yang masuk ke kota Bandar Lampung di tahun 1905.

Orang-orang puak Hakka memulai kehidupannya dengan usaha berdagang dan sebagian besar bermukim di daerah pecinan kota Bandar lampung yakni di daerah Teluk Betung.

Terkait dengan pembahasan mengenai identitas ketionghoaan masyarakat Tionghoa di kota Bandar Lampung yang tidak dapat dipisahkan dari Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana sebagai asosiasi Tionghoa, seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan-perubahan terkait identitas ketionghoaan masyarakat Tionghoa di kota Bandar Lampung. Dijelaskan bahwa identitas orang-orang puak Hakka tidak lagi dapat dikatakan murni, karena sebagian orang-orang puak Hakka tidak lagi mengenal kebudayaan leluhur mereka dengan baik.

Karakter orang etnis Hakka yang menekankan pada sikap menghormati kebudayaan leluhur mereka, dilakukan dengan cara menjunjung tinggi rasa hidup saling sepenanggungan, saling hormat-menghormati. Hal ini menjadi landasan utama di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari masyarakat puak Hakka yang bergabung di dalam keanggotaan asosiasi ini dan merupakan bagian dari visi misi Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana kota Bandar Lampung. Hal ini pula menjadi landasan dasar usaha pelestarian kebudayaan leluhur puak Hakka oleh orang-orang puak Hakka itu sendiri, serta menjadi permulaan menghormati kebudayaan Indonesia.

Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana merupakan wadah bagi anggotannya untuk berinteraksi. Asosiasi ini hanya beranggotakan orang-orang puak Hakka. Di dalam pelaksanaannya di kota Bandar Lampung, asosiasi ini memfasilitasi masyarakat dalam


(11)

bidang sosial seperti penyediaan penyewaan rumah duka, penjualan peti mati, pengurusan jenazah dan penyediaan lahan perkuburan bagi yang membutuhkan.

Dari berbagai macam kegiatan-kegiatan yang dilakukan hingga saat ini, dapat disimpulkan bahwa Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana merupakan bentuk pelestarian kebudayaan puak Hakka di kota Bandar Lampung. Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana terus-menerus berupaya mendorong anggotanya untuk hidup lebih baik dengan menerapkan kebudayaan leluhur puak Hakka di dalam kehidupan sehari-hari mereka, serta mengesampingkan sikap eksklusifisme yang telah menjadi label bagi masyarakat etnis Tionghoa pada umumnya dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial sebagai bentuk kontribusi kepada masyarakat kota Bandar Lampung yang tidak bergabung di dalam keanggotaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana.

Untuk terus menjaga keharmonisan di dalam kehidupan bermasyarakat, diharapkan setiap pengurus maupun anggota Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dapat lebih peka dalam melihat kebutuhan masyarakat kota Bandar Lampung, dengan memberikan kontribusi lebih lagi serta berusaha untuk terus menjaga kesatuan diantara perbedaan-perbedaan yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat di kota Bandar Lampung.


(12)

Nova Merlinda, S.S.__________________________

Curriculum Vitae

Data Pribadi

Umur : 23 tahun

Tempat / tanggal lahir : Bandar Lampung / 14 November 1989 Jenis kelamin : Perempuan

Status : Belum menikah

Kebangsaan : Warga Negara Indonesia Agama : Kristen Protestan Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 52 Kg Golongan darah : O Alamat & Nomor Handphone :

Jl.Yos Sudarso No.162/128 Teluk Betung, Bandar Lampung 35225 / 081929898990 Email/ Website : :

novamerlinda@yahoo.com fuxuanliu@gmail.com novamerlinda.blogspot.com Riwayat Pendidikan :

-1996 -2002 SD Xaverius 1 Bandar Lampung -2002 -2005 SMP Xaverius 1 Bandar Lampung -2005 -2008 SMA Xaverius Bandar Lampung

-2008 -2013 S-1 Sastra China Universitas Kristen Maranatha Kemampuan Bahasa :

- Indonesia aktif - Inggris aktif - China aktif

Pengalaman Kerja :

-2008-2012 Staf Magang Admission Universitas Kristen Maranatha

-2008-2013 Mengajar Les Privat Bahasa Mandarin bagi anak TK-SD-SMP-SMA -2012-2013 Staf Magang International Office Universitas Kristen Maranatha Pengalaman Berorganisasi :

-2002-2005 Grup Drumband Gita Agneta dengan spesialisasi alat Belira dan Snare Drum SMP Xaverius 1 Bandar Lampung

-2002-2005 Koor Inti SMP Xaverius 1 Bandar Lampung

-2002-2005 Ekstrakurikuler Seni Tari SMP Xaverius 1 Bandar Lampung -2002-2005 Ekstrakurikuler PMR SMP Xaverius 1 Bandar Lampung


(13)

-2002-2005 Ekstrakurikuler Majalah Dinding SMP Xaverius 1 Bandar Lampung -2002-2005 Tim Basket SMP Xaverius 1 Bandar Lampung

-2005-2008 Ekstrakurikuler Majalah Dinding SMA Xaverius 1 Bandar Lampung -2009-2010 Koordinator PMK SHINE-Sastra Universitas Kristen Maranatha -2011-2012 Anggota HIMA S-1 Sastra China Universitas Kristen Maranatha Kepanitiaan :

-2007 Panitia Lomba Kreasi Majalah Dinding dalam acara Xaverius Day 2007

-2009 Panitia Youth Alpha Celebration, Badan Pelayanan Kerohanian Universitas Kristen Maranatha

-2009 Panitia Natal Gabungan PMK Universitas Kristen Maranatha “Mission to The World” -2010 Panitia Acara Festival Lentera 2010 S-1 Sastra China Universitas Kristen Maranatha -2010 Panitia Acara God’s Excellence, Universitas Kristen Maranatha

-2012 Panitia Talkshow “Study, Work, and Life in Australia”

-2012 Panitia Seminar “Post-Graduate Education in the U.S.A. for Indonesian Student” oleh Michigan State University.

-2013 Panitia Talkshow “Thinking and Working Abroad-Singapore Case Study” -2013 Panitia Seminar “Study in Germany” oleh DAAD Representative in Bandung

-2013 Panitia FFCE 2013 “Food Festival and Cultural Exhibition 2013” Universitas Kristen Maranatha

Perlombaan :

-2007 Peserta Lomba IT-Fiesta Tingkat Nasional dalam acara Xaverius Day 2007 -2008 Peserta Lomba Karaoke Kompetisi Bahasa Mandarin D-3 Bahasa Mandarin

Universitas Kristen Maranatha

-2011 Juara 1 Perlombaan Games Rally Kelompok Kecil PMK Immanuel

-2013 Peserta PKM-AI Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan oleh DIKTI Performance :

-2009 Performance Pawai Crea-expotivity D-3 Bahasa Mandarin dan S-1 Sastra China Universitas Kristen Maranatha

-2010 Performance Drama Berbahasa Mandarin “Jin Zhong Yue Fei” yang diselenggarakan oleh S-1 Sastra China Universitas Kristen Maranatha

Seminar/Training/Meeting :

-2008 Peserta Welcome to Maranatha “Searching for The Meaning of Life” oleh Universitas Kristen Maranatha

-2009 Peserta Table Manner Course Grand Serela Hotel, Bandung -2010 Peserta Pelatihan EE Evangelism Explosion, oleh EE Bandung -2010 Peserta NIX, National IT Expo 2010, Landmark Bandung -2012 Peserta Seminar Sosialisasi Beasiswa Studi ke China

-2012 Peserta Meeting Indonesian International Meeting 2012, International Office and Partnership Universitas Airlangga, Surabaya


(14)

-2013 Peserta Sosialisasi UU.No.6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Terkait Pengawasan Orang Asing, oleh Kantor Imigrasi Kelas I, Bandung

Penerjemah :

-2011 Chinese Interpreter dalam acara “West Java International Expo” yang

diselenggarakan oleh Pemprov.Jawa Barat, Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah

Keahlian :

Komputer Ms-Words, Ms-Exel, Sound editing, Video editing, Photoshop, Internet Explorer. Kemampuan menganalisa dan memecahkan masalah, komunikasi, negosiasi dan jiwa kepemimpinan, follow up, keahlian dalam pengurusan ijin tinggal maupun ijin Kerja bagi Tenaga Kerja Asing/ Mahasiswa Asing.


(15)

1

ORGANISASI ETNIS TIONGHOA DI KOTA BANDAR

LAMPUNG : PERANAN ASOSIASI HAKKA YAYASAN METTA

SARANA (

楠榜客属恳亲社

) BAGI MASYARAKAT DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

Nova Merlinda Abstract

Chinese ethnic organization in Bandar Lampung established by the Chinese ethnic community from many different ethnic groups. One of the Chinese ethnic organizations is Metta Sarana Hakka Association. This ethnic organization principally focusing itself towards preservation of Hakka culture in Bandar Lampung. This organization is increasingly experiencing growth in society life and would have an impact to the people in the city of Bandar Lampung. There is a presumption that the Chinese ethnic organizations typically are exclusive. Their activities implemented only focusing on the internal interests of the organization. But as time goes by, the role of Chinese ethnic organization is changing. For example, Metta Sarana Hakka Association which has its own characteristic as Chinese ethnic organization in Bandar Lampung shows that the preservation of Hakka culture is important. Metta Sarana Hakka Association stressed that everyone or every Hakka’s people should know their ancestor culture, and try to preserve it as form of respect to their ancestor.

Key words :

Chinese ethnic organization, culture preservation, Hakka Association Metta Sarana Foundation Bandar Lampung.

Pendahuluan

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu pintu masuk pulau Sumatera sehingga dapat dikatakan bahwa kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki potensi di bidang ekonomi maupun dalam bidang kehidupan lainnya. Hal ini didukung oleh letak geografis kota Bandar Lampung yang merupakan pintu masuk pulau Sumatera dan terhubung oleh selat Sunda. Masuknya orang Tionghoa ke kota Bandar Lampung menjadi awal pergerakan dan perkembangan kehidupan masyarakat di kota Bandar Lampung.

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota penyebaran puak hakka di Indonesia. Hal ini didukung dengan berdirinya Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana di kota Bandar Lampung. Meskipun demikian, tidak banyak orang yang tertarik untuk membahas mengenai pengaruh yang ditimbulkan dari berdirinya sebuah organisasi etnis Tionghoa dalam skala kedaerahan.


(16)

2

Maka dari itu, perlu diketahui bahwa penjelasan para ahli berkaitan dengan studi mengenai etnis Tionghoa di Indonesia selalu diawali dengan penjelasan mengenai identitas ketionghoaan (Chineseness). Salah satu poin pentingnya adalah bahwa identitas ketionghoaan tidak dapat terlepas dari adanya proses asimilasi, serta kondisi sosial dan sejarah budaya yang berkaitan dengan etnis Tionghoa itu sendiri, sehingga akan sulit untuk menentukan kemurnian (Coppel, 2002). Apabila dikaitkan dengan sejarah berdirinya Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana yang bermula dari masuknya orang Tionghoa ke kota Bandar Lampung sebagai kelompok etnis Tionghoa, hal ini pada akhirnya tentu menjadi bentuk keterkaitan yang tidak dapat dihilangkan begitu saja.

Dalam tata pelaksanaannya, Asosiasi Hakka Yayasan Metta Saran ini tidak dapat dipisahkan dari usaha-usaha puak Hakka yang bergabung bersama di dalamnya untuk melestarikan kebudayaan leluhur mereka. Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan, baik itu kegiatan yang rutin maupun tidak rutin, dapat dilihat bagaimana pengaruh keberadaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dalam kehidupan bermasyarakat di kota Bandar Lampung.

Melalui tulisan ini maka akan dilakukan pembahasan mengenai: Apakah identitas ketionghoaan sebagai puak Hakka yang ada di dalam keanggotaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dan usaha pelestarian kebudayaan puak Hakka melalui Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana di kota Bandar Lampung masih dapat dikatakan murni? Bagaimanakah peranan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana bagi masyarakat di kota Bandar Lampung?

Masyarakat Tionghoa di kota Bandar Lampung dan Identitas Ketionghoaan Berdirinya Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana di kota Bandar Lampung tidak terlepas dari sejarah masuknya orang Tionghoa ke kota Bandar Lampung. Menurut catatan perjalanan orang Tionghoa pada abad ke-17, mereka sudah mengenal kerajaan Tulang Bawang dengan sebutan lainnya yakni To Lang Pohwang (杜朗峇望 = Dù Lǎng Bā Wàng). Kerajaan ini merupakan kerajaan terbesar di Lampung (Kebudayaan, 1997/1998).

Di tahun 1364 – 1643, daerah Lampung telah terkenal dengan hasil hutannya. Sehingga, di era 1600-an orang-orang Tionghoa perantauan telah mengincar daerah Lampung karena sektor perdagangan serta argoindustri yang sudah bisa dikembangkan. Kemudian di zaman Hindia Belanda 1668 VOC mendirikan benteng Petrus Albertus di Tulang Bawang. Benteng ini dijadikan sebagai tempat penampungan hasil-hasil pembelian lada di daerah Lampung bagian Utara. Selanjutnya, pada tahun 1738 VOC kembali menempatkan bentengnya yang bernama benteng “Val Kenoog” di Bumi Agung. Di tahun 1900-1928, sebagian besar roda perekonomian daerah Lampung sudah banyak dikuasai oleh orang Tionghoa. Pada


(17)

3

tahun 1905, jumlah orang Tionghoa perantauan yang sudah bermukim di Lampung berjumlah sekitar 486 jiwa, dengan jumlah orang puak Hakka 100 jiwa. Jumlah imigran dari China ini relatif lebih besar daripada jumlah kedatangan orang-orang Arab yang hanya 108 jiwa atau orang-orang Eropa yang hanya berjumlah 146 jiwa (Kebudayaan, 1997/1998).

Umumnya para Tionghoa ini bermukim di daerah-daerah kawasan tepi pantai dan kawasan perkebunan (Coppel, 2005). Daerah lampung juga cukup strategis dengan adanya dermaga-dermaga sebagai pendukung jalur perdagangan. Pada tahun 1902, sudah terlihat keramaian serta kesibukan yang terjadi di Pelabuhan Teluk Betung dan Pelabuhan Menggala. Pelabuhan Teluk Betung dinilai sangat strategis kerena dermaga tersebut merupakan satu-satunya pintu keluar masuk dari dan ke Batavia. Dalam perkembangannya, di era yang sama semakin bertambah lagi dengan adanya dermaga-dermaga kecil lain yang dibangun di Kota Agung, Krui dan Labuhan Maringgai. Dinamika perdagangan komoditi hasil hutan ini semakin banyak ketika pembukaan Pelabuhan Panjang di sekitar tahun 1935 (Kebudayaan, 1997/1998). Selain urutan mengenai sejarah masuknya orang Tionghoa ke kota Bandar Lampung, pembahasan mengenai masyarakat Tionghoa di kota Bandar Lampung juga tidak dapat terlepas dari penjelasan para peneliti berkaitan dengan studi mengenai identitas Ketionghoaan yang ada di Indonesia. Menurut Ang, identitas Ketionghoaan yang ada tidak lagi bersifat murni dan identitas Tionghoa ini tidak dapat dikategorikan secara tetap. Hal ini disebabkan karena identitas Tionghoa bersifat hibrid. Adanya pengaruh asimilasi dan akulturasi menjadikan identitas Tionghoa mengandung unsur-unsur keberagaman, bersifat dinamis dan terbuka. Oleh karena itu, memungkinkan untuk dapat mengalami perubahan sesuai dengan konteks ruang dan waktu. Dengan kata lain, identitas Tionghoa tidak hanya dapat ditetapkan melalui satu bentuk ciri yang berasal dari identitas Tionghoa itu sendiri seperti: ciri fisik, budaya, bahasa, geografi, dan lain-lain. Penjelasan mengenai apa itu identitas Tionghoa dapat dicontohkan seperti mereka yang merupakan bagian dari keturunan Tionghoa, namun sudah tidak dapat berbicara menggunakan bahasa Mandarin ataupun dialek Tionghoa lainnya. Mereka memiliki ciri fisik orang Tionghoa namun tidak mengenal budaya Tionghoa dan lain sebagainya (Ang, 2001). Teori ini mendukung fakta di lapangan bahwa sekarang sudah terjadi perubahan-perubahan terkait identitas Ketionghoaan masyarakat Tionghoa di kota Bandar Lampung. Kenyataannya masyarakat kesulitan untuk membedakan apakah seseorang itu memiliki bentuk ciri yang dapat dibedakan dengan tegas dan jelas bahwa mereka adalah murni seorang Tionghoa dengan etnis tertentu.

Kondisi ini juga terjadi di dalam keanggotaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana. Keanggotaan yang ada tidak lagi dapat dikatakan mampu mempertahankan identitas sebagai asosiasi yang murni dengan mengutamakan hanya puak hakka yang menjadi anggotanya. Hal ini dikarenakan masih adanya usaha pelestarian kebudayaan dari bagian yang lebih kecil yakni keluarga. Sebagai contoh adalah ketika seorang pria


(18)

4

puak hakka yang menikah dengan seorang wanita yang berasal dari etnis Hokkian, secara tidak langsung sang wanita telah masuk menjadi seorang puak hakka, dan tidak lagi menyandang identitasnya sebagai etnis Hokkian melainkan telah diterima sebagai seorang puak hakka. Namun kondisi ini tentu tidak bisa dijelaskan dengan mudah karena secara latar belakang kebudayaan terlihat jelas perbedaan yang ada. Secara tidak langsung perlu adanya proses panjang penyesuaian untuk dapat mengatasi perbedaan yang terjadi.

Puak hakka di kota Bandar Lampung dan Organisasi etnis Tionghoa.

Kota Bandar Lampung dengan luas mencapai 35.000km², merupakan salah satu pintu gerbang masuk ke pulau Sumatera. Dengan adanya selat Sunda sebagai pemisah antara pulau Sumatera dan pulau Jawa, menjadikan kota ini menjadi kota yang penting dalam bidang perekonomian sejak zaman pasca kolonial. Pelabuhan yang terletak di bagian Selatan kota Bandar Lampung disebutkan sebagai salah satu pelabuhan tersibuk di pulau Sumatera. Hal ini jelas terjadi karena pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang menjadi penghubung pulau Jawa dengan pulau Sumatera. Kota Bandar Lampung juga memiliki daratan yang subur karena daratannya merupakan daratan yang mengandung vulkanik. Hal ini terjadi karena tanah di kota Bandar lampung merupakan bagian dari sisa-sisa sejarah meletusnya gunung Krakatau yang berada di selat Sunda. Maka tidaklah mengherankan apabila banyak sekali komoditi terutama hasil mineral dan hasil bumi yang dihasilkan di kota Bandar Lampung. Selain itu, kota Bandar Lampung merupakan daerah pelabuhan. Banyak pelabuhan-pelabuhan disepanjang bibir laut kota Bandar Lampung. Hal ini pula yang mendorong orang-orang Cina bermigrasi ke kota Bandar Lampung (Kebudayaan, 1997/1998).

Pada tahun 1905 orang-orang Cina yang termasuk di dalamnya adalah orang-orang puak hakka mulai memasuki kota Bandar Lampung, perkiraan jumlahnya sebanyak 100 jiwa (林志康, 2012) (Kebudayaan, 1997/1998). Puak hakka yang bermigrasi ke kota Bandar Lampung bukannya hanya hidup tinggal diam. Karena secara karakter orang-orang puak hakka merupakan para pekerja keras. Mereka memiliki keinginan untuk memajukan kehidupan mereka ke taraf yang lebih baik (Kin, 2006). Prinsip ini adalah salah satu bagian yang diajarkan oleh kebudayaan Hakka.

Dengan didasarkan pada penerapan kebudayaan Hakka di dalam kehidupan sehari-hari seperti ini mereka menjalankan kehidupan mereka yang baru di tempat yang baru pula. Mereka mulai beradaptasi dan bertahan hidup dengan keadaan yang baru. Adaptasi dengan tempat yang baru bukanlah hal yang mudah. Namun, kondisi sulit ini bukanlah menjadi hal yang menakutkan dan membuat orang-orang puak hakka yang bermigrasi menjadi putus asa dan mengakhiri hidup begitu saja. Kondisi ini


(19)

5

justru membuat semangat orang-orang puak Hakka terus dipacu untuk lebih memperbaiki kondisi kehidupannya.

Usaha-usaha bertahan hidup yang dilakukan orang-orang puak hakka salah satunya adalah berdagang. Di sekitar kota Bandar Lampung, khususnya daerah pecinannya yakni daerah Teluk Betung merupakan pusat pertokoan orang-orang Tionghoa. Dari segi tata ruang kota dan arsitektur bangunannya, dapat dibuktikan bahwa orang-orang puak hakka telah dan masih menetap di daerah ini hingga sekarang. Dari kegiatan usaha berdagang inilah mereka mulai bersosialisasi (Coppel, 2005). Ketika bersosialisasi, mereka menggunakan bahasa asal mereka yaitu bahasa Hakka. Hal ini, mendorong terjadinya perjumpaan yang tidak terduga diantara orang-orang puak Hakka sehingga menciptakan hubungan yang lebih akrab dan bersifat kekeluargaan dengan orang-orang sesama puak Hakka. Lama kelamaan hubungan yang berawal dari kegiatan berdagang di antara orang-orang puak Hakka ini akhirnya memicu munculnya gagasan untuk sama-sama tetap menjalin hubungan yang baik. Gagasan ini pun akhirnya melahirkan muculnya organisasi etnis Tionghoa yang salah satunya adalah Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana.

Gagasan ini bukan hanya dicetuskan oleh orang-orang puak Hakka yang ada di kota Bandar lampung saja. Perlu diketahui bahwa kota Bandar Lampung yang merupakan salah satu basis penyebaran orang Tionghoa di Indonesia, dimana orang Tionghoa ini memiliki berbagai macam puak seperti puak Hokkian. Puak ini juga memiliki organisasi etnis Tionghoa. Ditinjau dari visi misi berdirinya organisasi-organisasi yang ada di kota Bandar Lampung ini memiliki kesamaan-kesamaan. Namun, orientasinya kepada pelestarian kebudayaan puak masing-masing (J).

Asosiasi Tradisional Tionghoa dan Usaha Pelestarian Kebudayaan puak hakka Secara umum asosiasi adalah sebuah kelompok sosial yang dibentuk untuk memenuhi kepentingan tertentu (Soekanto, 1990). Asosiasi merupakan kelompok sosial yang terorganisir dan memiliki struktur formal (kepengurusan). Ciri-ciri asosiasi adalah direncanakan, terorganisir, adanya interaksi terus-menerus, adanya kesadaran kelompok, dan kehadirannya bersifat konstan. Sedangkan asosiasi Tionghoa lebih menekankan pada unsur rasa kebersamaan, sama-sama berasal dari salah satu etnis Tionghoa ataupun daerah tertentu di China. Asosiasi Tionghoa juga memiliki fungsi sebagai bentuk kontrol sosial bagi masyarakat. Kegiatan asosiasi mengacu pada kegiatan yang bersifat mengontrol hubungan satu dengan lainnya dengan tujuan yang sama yakni memperoleh kehidupan yang sejahtera dan lebih baik. Kegiatan yang dilakukan di dalam asosiasi Tionghoa ini didasarkan pada prinsip-prinsip kebudayaan Cina yang sudah tertanam dalam diri mereka masing-masing (Tan, 1998).

Berdasarkan definisi umum mengenai asosiasi dan ciri-ciri dari asosiasi tradisional yang ada, Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana merupakan salah satu yang termasuk di dalamnya. Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana ini didirikan di tahun


(20)

6

1910 atas gagasan bersama orang-orang puak Hakka yang ada dan yang berdomisili di kota Bandar Lampung (林志康, 2012).

Melalui visi misi dari Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana yang menyebutkan bahwa Asosiasi ini merupakan suatu komunitas orang-orang puak Hakka yang dalam relasinya antara sesama orang-orang puak Hakka berusaha untuk saling mengisi, hormat-menghormati, tolong-menolong, sebagai bentuk sikap sehidup sepenanggungan, dan juga melestarikan budaya Hakka. Alasan utamanya adalah karena adanya sejarah ketionghoaan Hakka yang berawal dari kesamaan kampung halaman mereka sebelum bermigrasi ke kota Bandar Lampung. Alasan selanjutnya adalah karena perlu adanya hubungan diantara masing-masing sesama orang-orang puak hakka yang ada di kota Bandar Lampung. Di saat pertemuan diantara mereka terjadi secara tidak langsung mereka memikirkan persamaan-persamaan yang terjadi diantara mereka seperti kesamaan latar belakang kebudayaan, latar belakang sejarah dan kampung halaman (林志康, 2012).

Di dalam kehidupan bermasyarakat yang dilakukan oleh orang-orang etnis Tionghoa ini diawali dengan hal-hal yang bersifat dasar, dalam bentuk kekeluargaan yang erat. Mereka umumnya beranggapan bahwa dengan cara menghormati kebudayaan leluhur mereka sendiri merupakan awal dari menghormati kebudayaan yang sekarang ini mau tidak mau harus mereka hormati, yakni kebudayaan Indonesia.

Penerapan nilai-nilai kebajikan moral dalam kehidupan orang-orang puak Hakka terus dipupuk melalui kegiatan keanggotaan yang ada di lingkungan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana. Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana ini memberikan fasilitas peminjaman rumah duka, penjualan peti mati, pengurusan jenazah dan penyedia lahan perkuburan bagi masyarakat yang membutuhkan. Fasilitas ini bersifat umum, namun apabila pengguna fasilitas adalah anggota dari Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana sendiri, maka akan diberikan kompensasi yang sesuai.

Selain fasilitas peminjaman rumah duka, penjualan peti mati, pengurusan jenazah, acara kematian dan penyedia lahan perkuburan, secara rutin setiap tahunnya Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana mengadakan pertemuan antar anggota dengan sembahyang bersama di depan altar leluhur. Kemudian dilanjutkan dengan acara sembahyang untuk orang tua masing-masing. Kegiatan ini dikenal dengan sembahyang Ceng Beng. Kegiatan tahunan lainnya adalah sembahyang untuk mendoakan arwah-arwah yang tidak terurus. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan malam bersama para anggota sebagai bentuk silahturahmi menyatukan hubungan. Di samping kegiatan sembahyang untuk menghormati para leluhur, ada pula kegiatan pelatihan bahasa Mandarin. Tujuannya adalah untuk membantu membangkitkan minat orang-orang terhadap bahasa Mandarin. Kegiatan lain yang juga sering dilakukan namun tidak bersifat rutin adalah kegiatan pertandingan tenis meja/bola pingpong antar anggota, acara donor darah, serta acara bakti sosial bersama dengan organisasi etnis Tionghoa lainnya yang ada di kota Bandar Lampung. Melalui


(21)

7

kegiatan kegiatan rutin maupun tidak rutin yang dilakukan oleh Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dalam tata pelaksanaannya sebagai perkumpulan masyarakat puak hakka, membuktikan bahwa Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana berusaha untuk melestarikan kebudayaan leluhur mereka.

Simpulan

Bahwa keberadaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana di kota Bandar Lampung berawal dari sejarah masuknya orang Tionghoa ke kota Bandar Lampung, khususnya puak Hakka yang termasuk dalam jumlah 500 orang Tionghoa yang masuk ke kota Bandar Lampung di tahun 1905.

Setelah kedatangannya ke kota Bandar Lampung ini, orang-orang puak Hakka memulai kehidupannya dengan usaha berdagang. Dari kegiatan berdagang inilah mendorong orang puak Hakka untuk bertemu dengan sesama puak Hakka lainnya, sehingga memicu interaksi diantara sesama puak Hakka. Interaksi yang terjadi bukannya tidak menghasilkan apa-apa, sebaliknya interaksi ini mendorong orang-orang puak hakka untuk bersatu bersama-sama menjalani kehidupan mereka.

Karakter orang puak Hakka yang menekankan pada sikap menghormati kebudayaan leluhur mereka (Kin, 2006) ini, akhirnya menjadi landasan utama di dalam kehidupan bermsayarakat sehari-hari masyarakat puak Hakka. Hal ini juga mendorong orang-orang puak hakka yang ada di kota Bandar Lampung pada akhirnya mendirikan perkumpulan orang-orang puak hakka yang kemudian diberi nama Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana.

Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana merupakan wadah bagi anggotannya untuk berinteraksi. Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana merupakan asosiasi yang hanya beranggotakan orang-orang puak hakka. Di dalam pelaksanaannya di kota Bandar Lampung, Asosiasi ini bersifat memfasilitasi masyarakat dalam bidang sosial seperti penyediaan penyewaan rumah duka, penjualan peti mati, pengurusan jenazah dan penyediaan lahan perkuburan bagi yang membutuhkan.

Di dalam kehidupan bermasyarakat yang diterapkan di dalam keangotaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana, mereka menjunjung tinggi rasa hidup saling sepenanggungan, saling hormat menghormati. Tujuan dari didirikannya Asosiasi ini sendiri adalah untuk mendorong orang-orang sesama puak Hakka untuk bersama-sama berjuang untuk melestarikan kebudayaan Hakka sebagai kebudayaan leluhur (Kin, 2006).

Dari berbagai macam kegiatan-kegiatan yang dilakukan hingga saat ini dapat disimpulkan bahwa Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana merupakan bentuk pelestarian kebudayaan puak Hakka di kota Bandar Lampung. Meskipun Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dalam kenyataannya tidak lagi mampu dengan murni mempertahankan identitas keanggotaan Asosiasi yakni hanya orang-orang yang


(22)

8

merupakan puak hakka yang boleh bergabung di dalamnya. Pergeseran ini akhirnya tidak begitu terasa karena Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana terus-menerus berupaya mendorong anggotanya untuk hidup lebih baik dengan menerapkan kebudayaan leluhur puak Hakka di dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Daftar Pustaka

Ang, I. (2001). On Not Speaking Chinese, Living Between Asia and The West. London: Routledge.

Coppel, C. A. (2005). Chinese Indonesians Remembering, Distorting, Forgetting. (L. a. Pausacker, Ed.)

Coppel, C. A. (2002). Studying Ethnic Chinese In Indonesia. Singapore: Singapore Society of Asian.

J, S. C. (n.d.). Arsip: Kenangan Satu Abad Perkumpulan Sosial "Dharma Bhakti" (Hok Kian Hwee Koan) 1902-2002. Retrieved Mei 6, 2012, from web.budaya-tionghoa.net: http://web.budaya-tionghoa.net

Kebudayaan, D. P. (1997/1998). Sejarah Daerah Lampung. Bandar Lampung: Bag.Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Lampung.

Kin, J. T. (2006). Hakkas Destiny . Hakkas Destiny Challenge and Response , 1-36. Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Tan, T. T. (1998). Your Chinese Roots The Overseas Chinese Story. Singapore: Times Books International.

Tu, W. M. (1994). The Living Tree, The Changing Meaning of Being Chinese Today. California, Stanford: Stanford University Press.

林志康, A. R. (2012, Juni 30). Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana, Sejarah dan Peranan Bagi Masyarakat kota Bandar Lampung. (N. Merlinda, Interviewer)


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Media Cetak :

Ang, I. (2001). On Not Speaking Chinese, Living Between Asia and The West. London: Routledge.

Coppel, C. A. (2005). Chinese IndonesiansRemembering, Distorting, Forgetting. (L. a. Pausacker, Ed.)

Coppel, C. A. (2002). Studying Ethnic Chinese In Indonesia. Singapore: Singapore Society of Asian.

Kebudayaan, D. P. (1997/1998). Sejarah Daerah Lampung. Bandar Lampung: Bag.Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Lampung.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Tan, T. T. (1998). Your Chinese Roots The Overseas Chinese Story. Singapore: Times books international.

Tu, W. M. (1994). The Living Tree The Changing Meaning of Being Chinese Today. California, Stanford: Stanford University Press.

Sumber Media Online :

Chan, A. (2006). Origins of the Hakka People and their Martial Arts.

J, S. C. (n.d.). Arsip: Kenangan Satu Abad Perkumpulan Sosial "Dharma Bhakti" (Hok Kian Hwee Koan) 1902-2002. Retrieved Mei 6, 2012, from web.budaya-tionghoa.net: http://web.budaya-tionghoa.net

Kin, J. T. (2006). Hakkas Destiny . Hakkas Destiny Challenge and Response , 1-36.

Sumber Wawancara :

Apuk. (2012, Juni 30). Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana, Sejarah dan Peranan Bagi Masyarakat kota Bandar Lampung. (N. Merlinda, Interviewer)


(24)

Supri. (2012, Juni 30). Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana, Sejarah dan Peranan Bagi Masyarakat kota Bandar Lampung. (N. Merlinda, Interviewer)

林志康 Lín Zhì Kāng , A. R. (2012, Juni 30). Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana, Sejarah dan Peranan Bagi Masyarakat kota Bandar Lampung. (N. Merlinda, Interviewer)


(1)

5

justru membuat semangat orang-orang puak Hakka terus dipacu untuk lebih memperbaiki kondisi kehidupannya.

Usaha-usaha bertahan hidup yang dilakukan orang-orang puak hakka salah satunya adalah berdagang. Di sekitar kota Bandar Lampung, khususnya daerah pecinannya yakni daerah Teluk Betung merupakan pusat pertokoan orang-orang Tionghoa. Dari segi tata ruang kota dan arsitektur bangunannya, dapat dibuktikan bahwa orang-orang puak hakka telah dan masih menetap di daerah ini hingga sekarang. Dari kegiatan usaha berdagang inilah mereka mulai bersosialisasi (Coppel, 2005). Ketika bersosialisasi, mereka menggunakan bahasa asal mereka yaitu bahasa Hakka. Hal ini, mendorong terjadinya perjumpaan yang tidak terduga diantara orang-orang puak Hakka sehingga menciptakan hubungan yang lebih akrab dan bersifat kekeluargaan dengan orang-orang sesama puak Hakka. Lama kelamaan hubungan yang berawal dari kegiatan berdagang di antara orang-orang puak Hakka ini akhirnya memicu munculnya gagasan untuk sama-sama tetap menjalin hubungan yang baik. Gagasan ini pun akhirnya melahirkan muculnya organisasi etnis Tionghoa yang salah satunya adalah Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana.

Gagasan ini bukan hanya dicetuskan oleh orang-orang puak Hakka yang ada di kota Bandar lampung saja. Perlu diketahui bahwa kota Bandar Lampung yang merupakan salah satu basis penyebaran orang Tionghoa di Indonesia, dimana orang Tionghoa ini memiliki berbagai macam puak seperti puak Hokkian. Puak ini juga memiliki organisasi etnis Tionghoa. Ditinjau dari visi misi berdirinya organisasi-organisasi yang ada di kota Bandar Lampung ini memiliki kesamaan-kesamaan. Namun, orientasinya kepada pelestarian kebudayaan puak masing-masing (J).

Asosiasi Tradisional Tionghoa dan Usaha Pelestarian Kebudayaan puak hakka Secara umum asosiasi adalah sebuah kelompok sosial yang dibentuk untuk memenuhi kepentingan tertentu (Soekanto, 1990). Asosiasi merupakan kelompok sosial yang terorganisir dan memiliki struktur formal (kepengurusan). Ciri-ciri asosiasi adalah direncanakan, terorganisir, adanya interaksi terus-menerus, adanya kesadaran kelompok, dan kehadirannya bersifat konstan. Sedangkan asosiasi Tionghoa lebih menekankan pada unsur rasa kebersamaan, sama-sama berasal dari salah satu etnis Tionghoa ataupun daerah tertentu di China. Asosiasi Tionghoa juga memiliki fungsi sebagai bentuk kontrol sosial bagi masyarakat. Kegiatan asosiasi mengacu pada kegiatan yang bersifat mengontrol hubungan satu dengan lainnya dengan tujuan yang sama yakni memperoleh kehidupan yang sejahtera dan lebih baik. Kegiatan yang dilakukan di dalam asosiasi Tionghoa ini didasarkan pada prinsip-prinsip kebudayaan Cina yang sudah tertanam dalam diri mereka masing-masing (Tan, 1998).

Berdasarkan definisi umum mengenai asosiasi dan ciri-ciri dari asosiasi tradisional yang ada, Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana merupakan salah satu yang termasuk di dalamnya. Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana ini didirikan di tahun


(2)

6

1910 atas gagasan bersama orang-orang puak Hakka yang ada dan yang berdomisili di kota Bandar Lampung (林志康, 2012).

Melalui visi misi dari Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana yang menyebutkan bahwa Asosiasi ini merupakan suatu komunitas orang-orang puak Hakka yang dalam relasinya antara sesama orang-orang puak Hakka berusaha untuk saling mengisi, hormat-menghormati, tolong-menolong, sebagai bentuk sikap sehidup sepenanggungan, dan juga melestarikan budaya Hakka. Alasan utamanya adalah karena adanya sejarah ketionghoaan Hakka yang berawal dari kesamaan kampung halaman mereka sebelum bermigrasi ke kota Bandar Lampung. Alasan selanjutnya adalah karena perlu adanya hubungan diantara masing-masing sesama orang-orang puak hakka yang ada di kota Bandar Lampung. Di saat pertemuan diantara mereka terjadi secara tidak langsung mereka memikirkan persamaan-persamaan yang terjadi diantara mereka seperti kesamaan latar belakang kebudayaan, latar belakang sejarah dan kampung halaman (林志康, 2012).

Di dalam kehidupan bermasyarakat yang dilakukan oleh orang-orang etnis Tionghoa ini diawali dengan hal-hal yang bersifat dasar, dalam bentuk kekeluargaan yang erat. Mereka umumnya beranggapan bahwa dengan cara menghormati kebudayaan leluhur mereka sendiri merupakan awal dari menghormati kebudayaan yang sekarang ini mau tidak mau harus mereka hormati, yakni kebudayaan Indonesia.

Penerapan nilai-nilai kebajikan moral dalam kehidupan orang-orang puak Hakka terus dipupuk melalui kegiatan keanggotaan yang ada di lingkungan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana. Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana ini memberikan fasilitas peminjaman rumah duka, penjualan peti mati, pengurusan jenazah dan penyedia lahan perkuburan bagi masyarakat yang membutuhkan. Fasilitas ini bersifat umum, namun apabila pengguna fasilitas adalah anggota dari Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana sendiri, maka akan diberikan kompensasi yang sesuai.

Selain fasilitas peminjaman rumah duka, penjualan peti mati, pengurusan jenazah, acara kematian dan penyedia lahan perkuburan, secara rutin setiap tahunnya Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana mengadakan pertemuan antar anggota dengan sembahyang bersama di depan altar leluhur. Kemudian dilanjutkan dengan acara sembahyang untuk orang tua masing-masing. Kegiatan ini dikenal dengan sembahyang Ceng Beng. Kegiatan tahunan lainnya adalah sembahyang untuk mendoakan arwah-arwah yang tidak terurus. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan malam bersama para anggota sebagai bentuk silahturahmi menyatukan hubungan. Di samping kegiatan sembahyang untuk menghormati para leluhur, ada pula kegiatan pelatihan bahasa Mandarin. Tujuannya adalah untuk membantu membangkitkan minat orang-orang terhadap bahasa Mandarin. Kegiatan lain yang juga sering dilakukan namun tidak bersifat rutin adalah kegiatan pertandingan tenis meja/bola pingpong antar anggota, acara donor darah, serta acara bakti sosial bersama dengan organisasi etnis Tionghoa lainnya yang ada di kota Bandar Lampung. Melalui


(3)

7

kegiatan kegiatan rutin maupun tidak rutin yang dilakukan oleh Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dalam tata pelaksanaannya sebagai perkumpulan masyarakat puak hakka, membuktikan bahwa Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana berusaha untuk melestarikan kebudayaan leluhur mereka.

Simpulan

Bahwa keberadaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana di kota Bandar Lampung berawal dari sejarah masuknya orang Tionghoa ke kota Bandar Lampung, khususnya puak Hakka yang termasuk dalam jumlah 500 orang Tionghoa yang masuk ke kota Bandar Lampung di tahun 1905.

Setelah kedatangannya ke kota Bandar Lampung ini, orang-orang puak Hakka memulai kehidupannya dengan usaha berdagang. Dari kegiatan berdagang inilah mendorong orang puak Hakka untuk bertemu dengan sesama puak Hakka lainnya, sehingga memicu interaksi diantara sesama puak Hakka. Interaksi yang terjadi bukannya tidak menghasilkan apa-apa, sebaliknya interaksi ini mendorong orang-orang puak hakka untuk bersatu bersama-sama menjalani kehidupan mereka.

Karakter orang puak Hakka yang menekankan pada sikap menghormati kebudayaan leluhur mereka (Kin, 2006) ini, akhirnya menjadi landasan utama di dalam kehidupan bermsayarakat sehari-hari masyarakat puak Hakka. Hal ini juga mendorong orang-orang puak hakka yang ada di kota Bandar Lampung pada akhirnya mendirikan perkumpulan orang-orang puak hakka yang kemudian diberi nama Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana.

Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana merupakan wadah bagi anggotannya untuk berinteraksi. Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana merupakan asosiasi yang hanya beranggotakan orang-orang puak hakka. Di dalam pelaksanaannya di kota Bandar Lampung, Asosiasi ini bersifat memfasilitasi masyarakat dalam bidang sosial seperti penyediaan penyewaan rumah duka, penjualan peti mati, pengurusan jenazah dan penyediaan lahan perkuburan bagi yang membutuhkan.

Di dalam kehidupan bermasyarakat yang diterapkan di dalam keangotaan Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana, mereka menjunjung tinggi rasa hidup saling sepenanggungan, saling hormat menghormati. Tujuan dari didirikannya Asosiasi ini sendiri adalah untuk mendorong orang-orang sesama puak Hakka untuk bersama-sama berjuang untuk melestarikan kebudayaan Hakka sebagai kebudayaan leluhur (Kin, 2006).

Dari berbagai macam kegiatan-kegiatan yang dilakukan hingga saat ini dapat disimpulkan bahwa Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana merupakan bentuk pelestarian kebudayaan puak Hakka di kota Bandar Lampung. Meskipun Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana dalam kenyataannya tidak lagi mampu dengan murni mempertahankan identitas keanggotaan Asosiasi yakni hanya orang-orang yang


(4)

8

merupakan puak hakka yang boleh bergabung di dalamnya. Pergeseran ini akhirnya tidak begitu terasa karena Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana terus-menerus berupaya mendorong anggotanya untuk hidup lebih baik dengan menerapkan kebudayaan leluhur puak Hakka di dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Daftar Pustaka

Ang, I. (2001). On Not Speaking Chinese, Living Between Asia and The West. London: Routledge.

Coppel, C. A. (2005). Chinese Indonesians Remembering, Distorting, Forgetting. (L. a. Pausacker, Ed.)

Coppel, C. A. (2002). Studying Ethnic Chinese In Indonesia. Singapore: Singapore Society of Asian.

J, S. C. (n.d.). Arsip: Kenangan Satu Abad Perkumpulan Sosial "Dharma Bhakti" (Hok Kian Hwee Koan) 1902-2002. Retrieved Mei 6, 2012, from web.budaya-tionghoa.net: http://web.budaya-tionghoa.net

Kebudayaan, D. P. (1997/1998). Sejarah Daerah Lampung. Bandar Lampung: Bag.Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Lampung.

Kin, J. T. (2006). Hakkas Destiny . Hakkas Destiny Challenge and Response , 1-36. Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Tan, T. T. (1998). Your Chinese Roots The Overseas Chinese Story. Singapore: Times Books International.

Tu, W. M. (1994). The Living Tree, The Changing Meaning of Being Chinese Today. California, Stanford: Stanford University Press.

林志康, A. R. (2012, Juni 30). Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana, Sejarah dan Peranan Bagi Masyarakat kota Bandar Lampung. (N. Merlinda, Interviewer)


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Media Cetak :

Ang, I. (2001). On Not Speaking Chinese, Living Between Asia and The West. London: Routledge.

Coppel, C. A. (2005). Chinese IndonesiansRemembering, Distorting, Forgetting. (L. a. Pausacker, Ed.)

Coppel, C. A. (2002). Studying Ethnic Chinese In Indonesia. Singapore: Singapore Society of Asian.

Kebudayaan, D. P. (1997/1998). Sejarah Daerah Lampung. Bandar Lampung: Bag.Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Lampung.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Tan, T. T. (1998). Your Chinese Roots The Overseas Chinese Story. Singapore: Times books international.

Tu, W. M. (1994). The Living Tree The Changing Meaning of Being Chinese Today. California, Stanford: Stanford University Press.

Sumber Media Online :

Chan, A. (2006). Origins of the Hakka People and their Martial Arts.

J, S. C. (n.d.). Arsip: Kenangan Satu Abad Perkumpulan Sosial "Dharma Bhakti" (Hok Kian Hwee Koan) 1902-2002. Retrieved Mei 6, 2012, from web.budaya-tionghoa.net: http://web.budaya-tionghoa.net

Kin, J. T. (2006). Hakkas Destiny . Hakkas Destiny Challenge and Response , 1-36.

Sumber Wawancara :

Apuk. (2012, Juni 30). Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana, Sejarah dan Peranan Bagi Masyarakat kota Bandar Lampung. (N. Merlinda, Interviewer)


(6)

Supri. (2012, Juni 30). Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana, Sejarah dan Peranan Bagi Masyarakat kota Bandar Lampung. (N. Merlinda, Interviewer)

林志康 Lín Zhì Kāng , A. R. (2012, Juni 30). Asosiasi Hakka Yayasan Metta Sarana, Sejarah dan Peranan Bagi Masyarakat kota Bandar Lampung. (N. Merlinda, Interviewer)


Dokumen yang terkait

æ ¹æ®éƒ¨é¦–åˆ†ç±»çš„æ±‰å­—æ•™å­¦å¯¹ BPK PENABUR 小学四年级的学生的教学效果.

0 0 7

ä¸‡éš†çŽ›æ‹‰æ‹¿è¾¾åŸºç£æ•™å¤§å­¦æ¥è‡ªè‹é—¨ç­”è Šå²›çš„åŽè£”å¤§å­¦ç”Ÿçš„äº¤é™ æ–¹å¼åˆ†æž.

0 0 7

万隆玛拉拿达基督教大学文学院万隆玛拉拿达基督教大学文学院 中文本科汉语教学方向毕业论文 解决BPK Penabur 第一基督教高 ä¸­çš„ä¸­æ–‡æ•™å¸ˆåœ¨è¯¾å ‚æ•™å­¦ 用板书的困难.

0 3 7

äº¤é™ æ³•ä¸Žå¬è¯´æ³•å¯¹åˆçº§æ±‰è¯­å£è¯­æ•™å­¦æœ‰æ•ˆçŽ‡çš„æ¯”è¾ƒç ”ç©¶.

0 0 8

万隆玛拉拿达基督教大学文学院中文本科毕业论文 客家方言对万隆客家人的汉语普通话语音的影响.

0 0 9

æœ‰æ•ˆçš„é˜ è¯»æ•™å­¦æŠ€å·§â€”â€” 针对于玛大汉语专科第四学期学生的考察.

0 0 9

万隆玛拉拿达基督教大学文学院中文本科毕业论文 æ–‡å­¦ä¸Žå“²å­¦çš„å ³ç³»âˆ¶ ä½™åŽã€Šæ´»ç€ã€‹çš„ä¸»äººå ¬ç¦è´µåæ˜ äº†åº„å­æ€æƒ³.

0 0 10

视觉教学法如何帮助 St.ALOYSIUS 小学一年级的学生掌握汉字.

0 0 12

有效及有趣的听力教学.

0 1 9

Laporan Kerja Praktik 巴眼亚比 华人过中国 ä¼ ç»ŸèŠ‚æ—¥çš„ 分析 ( æ˜¥èŠ‚ã€å ƒå®µèŠ‚åŠæ¸ æ˜ŽèŠ‚).

0 0 11