Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali).

(1)

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, KOMITMEN ORGANISASI

TERHADAP KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

SKRIPSI

Oleh:

KADEK AGUS SANTIKA PUTRA NIM: 1115351065

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, KOMITMEN ORGANISASI

TERHADAP KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

SKRIPSI

Oleh:

KADEK AGUS SANTIKA PUTRA NIM: 1115351065

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta diuji pada tanggal : 15 Januari 2016

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Ketua : Drs. I Made Mertha, M.Si, Ak. ...

2. Sekretaris : Made Yenni Latrini, SE., M.Si, Ak. ...

3. Anggota : Dr. I Ketut Sujana, SE., M.Si, Ak. ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si, Ak. Made Yenni Latrini, SE., M.Si, Ak NIP. 19650323 199103 1 004 NIP. 19670115 199203 2 002


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademi di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan. Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Januari 2016 Mahasiswa,

Kadek Agus Santika Putra NIM. 1115351065


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Bali)” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Tersusunnya laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa,SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Ibu Prof. Dr. Ni Luh Putu Wiagustini, SE., M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. I Dewa Gde Dharma Suputra, SE., M.Si., Ak., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. A.A.G.P Widanaputra, S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M.Si., Ak., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Bapak Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(6)

8. Ibu Ni Gst Putu Wirawati, S.E., M.Si., Ak., selaku Pembimbing Akademik. 9. Ibu Made Yenni Latrini, SE., M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam menyusun skripsi ini.

10.Bapak Drs. I Made Mertha., M.Si., Ak selaku dosen pembahas skripsi yang telah memberikan saran dan masukan.

11.Bapak Dr. I Ketut Sujana, SE., M.Si., Ak. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Orang tua penulis, I Wayan Mustika dan Dra. Ni Nengah Sukawati yang telah memberikan dukungan, doa, dan fasilitas selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas.

13.Teman-teman yang sudah membantu Ajus, Satwika, Guna, Tutang, Wira, Wibi, Bacol, Praktiyaksa, Tanti, Sagung, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah mendukung dan memotivasi saya setiap waktu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggungjawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Januari 2016


(7)

Judul : Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

Nama : Kadek Agus Santika Putra

NIM : 1115351065

ABSTRAK

Kinerja auditor adalah kemampuan dari seorang auditor menghasilkan temuan atau hasil pemeriksaan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan. Kinerja auditor dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah komitmen organisasional. Selain komitmen organisasi, auditor juga harus memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dalam menjalankan pemeriksaan/audit.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan komitmen organisasi pada kinerja auditor di Kantor Akuntan Publik di Bali. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel jenuh dengan jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 80 sampel. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu menyebarkan kuesioner pada auditor di Kantor Akuntan Publik di Bali. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda.

Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Hal ini menunjukan bahwa semakin meningkatnya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan komitmen organisasi maka kinerja auditor semakin meningkat pula.

Kata Kunci: kinerja auditor, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan komitmen organisasi.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN .. 11

2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 11

2.1.1 Teori Keagenan ... 11

2.1.2 Pengertian Audit ... 12

2.1.3 Jenis Audit ... 13

2.1.4 Manfaat Audit ... 14

2.1.5 Jenis-jenis Auditor ... 15

2.1.6 Kecerdasan Intelektual ... 17

2.1.7 Kecerdasan Emosional ... 19

2.1.8 Kecerdasan Spiritual ... 21

2.1.9 Komitmen Organisasi ... 22

2.1.10 Kinerja Auditor ... 23

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian ... 25

2.2.1 Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Kinerja Auditor ... 25

2.2.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Auditor ... 26

2.2.3 Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Auditor ... 26

2.2.4 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Desain Penelitian ... 29

3.2 Lokasi Penelitian ... 29


(9)

3.4 Identifikasi Variabel ... 31

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 31

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.6.1 Jenis Data ... 34

3.6.2 Sumber Data ... 34

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 35

3.7.1 Populasi ... 35

3.7.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 36

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.9 Teknik Analisis Data ... 37

3.9.1 Uji Instrumen Penelitian ... 37

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 38

3.9.3 Analisis Deskriptif ... 40

3.9.4 Metode Pengujian Hipotesis ... 40

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 43

4.1 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik ... 43

4.1.1 Bentuk Usaha Kantor Akuntan Publik ... 43

4.1.2 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik ... 44

4.2 Karakteristik Responden dan Rincinan Pengembalian Kuisioner ... 45

4.3 Pembahasan ... 49

4.3.1 Uji Instrumen Penelitian ... 49

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 52

4.4.1 Hasil Uji Normalitas ... 52

4.4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 53

4.4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 54

4.5 Deskripsi Variabel ... 55

4.6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 58

4.7 Uji F dan koefisien determinasi (R2) ... 60

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

4.8.1 Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Kinerja Auditor ... 65

4.8.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Auditor ... 66

4.8.3 Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Auditor ... 67

4.8.4 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor ... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Simpulan ... 70

5.2 Saran dan Keterbatasan Penelitian ... 71

DAFTAR RUJUKAN ... 73


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Daftar Kantor Akuntan Publik di Bali ... 30

3.2 Jumlah Auditor Kantor Akuntan Publik di Bali ... 36

3.3 Daftar Skala Likert ... 37

4.1 Rincian Pengiriman dan Penerimaan Kuisioner ... 46

4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47

4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Umur ... 48

4.5 Jumlah Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 49

4.6 Hasil Uji Valditas ... 50

4.7 Hasil Uji Reliabilitas ... 52

4.8 Hasil Uji Normalitas ... 53

4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 53

4.10 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 54

4.11 Statistik Deskriptif ... 55

4.12 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 59

4.13 Hasil Uji Kesesuaian Model ... 61

4.14 Hasil Adjusted R Square (R2) ... 61


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 80

2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 84

3 Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 92

4 Transformasi Data Ordinal Menjadi Internal Menggunakan MSI .. 103

5 Statistik Deskriptif ... 115

6 Uji Asumsi Klasik ... 127

7 Regresi Linear Berganda ... 128

8 Tabel F ... 129


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola perusahaan. Salah satu kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga yaitu akuntan publik.

Akuntan publik adalah akuntan yang menjalankan pekerjaan di bawah suatu kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien (Abdul Halim, 2008:12). Berdasarkan SK. Menkeu No. 470KMK.017/1999 dalam Abdul Halim (2008:14) menyatakan bahwa Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut KAP adalah lembaga yang memiliki ijin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan dan audit laporan keuangan. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan (Mulyadi, 2009:4).


(14)

Informasi yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan keputusan, maka bagian akuntansi dituntut untuk dapat menyajikan informasi yang memiliki relevansi, reliabilitas, daya uji, netralitas, dan disajikan dengan tepat (Kieso, dkk, 2008:36). Laporan keuangan yang biasanya digunakan untuk mengetahui hasil usaha dan posisi keuangan perusahaan, juga dapat digunakan sebagai salah satu alat pertanggungjawaban pengelolaan manajemen perusahaan kepada pemilik. Seorang akuntan (auditor) dalam proses audit memberikan opini kewajaran dengan judgment yang didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang, dan yang akan datang (Jamilah, dkk, 2007).

Kewajaran atas laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan sangat bermanfaat bagi pihak intern dan ekstern perusahaan. Pihak intern perusahaan yaitu manajemen dan semua orang yang terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan. Manajemen memerlukan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan, mengetahui keadaan keuangan perusahaan serta memudahkan dalam pengelolaan perusahaan. Pihak ekstern perusahaan antara lain investor, kantor pajak, kreditor, dan pihak-pihak lain yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan tapi memiliki kepentingan untuk mengetahui prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam perkembangannya pihak-pihak luar perusahaan juga memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penanaman modal (investasi) atau yang berhubungan dengan perusahaan.


(15)

Ada dua kepentingan yang berbeda, disatu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar dan dari pihak luar perusahaan ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan (Sabrina dan Januarti, 2012).

Pentingnya peran profesi akuntan publik serta beragamnya pengguna jasa, menyebabkan jasa profesi akuntan publik harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tersebut. Baik atau tidaknya pertanggungjawaban yang diberikan tergantung dari kinerja auditor. Kinerja auditor adalah kemampuan dari seorang auditor menghasilkan temuan atau hasil pemeriksaan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan (Yanhari, 2007). Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor individu yang berasal dari dalam diri seseorang, faktor organisasi dan faktor psikologis. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor yang berasal dari dalam diri mereka, serta unsur psikologis manusia adalah kemampuan mengelola emosional, kemampuan intelektual serta kemampuan spiritual. Kinerja auditor tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain (Martin 2000,dalam Fabiola 2005).

Kemampuan tersebut oleh Daniel Goleman disebut dengan emotional intelligence atau kecerdasan emosi yang akan memberikan pengaruh dari dalam diri seseorang. Goleman (2000) melalui penelitiannya mengatakan bahwa


(16)

kecerdasan emosi menyumbang 80% dari faktor penentu kesuksesan, sedangkan 20% yang lain ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient). Banyak kasus kegagalan perusahaan yang dikaitkan dengan kegagalan auditor yang terjadi belakangan ini, diawali dengan kasus Enron yang melibatkan salah satu kantor akuntan publik The Big Five Arthur Andersen. Di Indonesia sendiri, kegagalan audit atas laporan keuangan PT. Telkom yang melibatkan KAP Eddy Pianto dan rekan-rekan, dimana laporan auditan PT. Telkom ini tidak diakui oleh SEC (pemegang otoritas terbesar pasar modal di Amerika Serikat). Adanya peristiwa ini mengharuskan dilakukannya audit ulang terhadap laporan keuangan PT. Telkom oleh KAP yang lain (Choiriah, 2013).

Dari kasus-kasus tersebut membuktikan bahwa masih belum optimalnya kecerdasan intelektual, kemampuan mengelola emosi, spiritualitas dan pelaksanaan etika profesi oleh auditor, sehingga kinerja yang mereka berikan juga tidak optimal dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap KAP secara umum dan khusunya KAP dimana mereka bekerja dimata publik. Kepatuhan terhadap kode etik menjadi hal yang penting dalam menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan dan jasa yang diberikan auditor, disamping kepatuhan terhadap SAK, SPAP dan peraturan lainnya. Pernyataan etika profesi yang dikeluarkan IAI menjadi standar minimum perilaku etis para akuntan publik. Keputusan auditor dilakukan melalui bentuk opini mengenai kewajaran laporan keuangan, maka dari itu auditor menggunakan laporan audit untuk mengkomunikasikan opininya terhadap laporan keuangan yang diperiksanya (Choiriah, 2013).


(17)

Ada faktor-faktor psikologis yang mendasari hubungan antara seseorang dengan organisasinya. Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh pada kemampuan akuntan di dalam organisasinya diantaranya adalah kemampuan mengelola diri sendiri, kemampuan mengkoordinasi emosi dalam diri, serta melakukan pemikiran yang tenang tanpa terbawa emosi. Akuntan yang cerdas secara intelektual belum tentu dapat memberikan kinerja yang optimum terhadap organisasi dimana mereka bekerja, namun akuntan yang juga cerdas secara emosional dan spiritual tentunya akan menampilkan kinerja yang lebih optimum untuk KAP dimana mereka bekerja.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. Ciri utama dari kecerdasan spiritual ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna (Imelda yanti, 2012). Komponen kecerdasan spiritual meliputi mutlak jujur, keterbukaan, pengetahuan diri, fokus pada konstribusi diri, spiritual non dogmatis (Setyawan:2004). Kecerdasan spiritual memungkinkan manusia untuk berpikir kreatif, berwawasan jauh, membuat atau bahkan mengubah aturan, yang membuat orang tersebut dapat bekerja lebih baik. Kecerdasan spiritual merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif. Secara singkat kecerdasan spiritual mampu mengintegrasikan dua kemampuan lain yang sebelumnya telah disebutkan yaitu kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional (Idrus 2002).


(18)

Pada dasarnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Kecerdasan emosional ini dipengaruhi lingkungan, tidak menetap dan dapat berubah-ubah serta dikembangkan. Kecerdasan emosional berperan penting dalam pekerjaan seseorang. Proses yang dijalani auditor dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor akan melatih dan meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Kecerdasan emosional dalam hal ini sikap kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial akan melatih kemampuan auditor yaitu kemampuan untuk menyadari emosi dirinya (kesadaran diri) dan mengelola perasaannya dalam hal ini mampu mengendalikan dorongan, mampu memotivasi diri dalam keadaan frustasi, kesanggupan untuk tegar, mengatur suasana hati yang reaktif serta mampu berempati dan mempunyai keterampilan sosial dengan orang lain.

Komitmen organisasi adalah suatu prinsip yang dimiliki oleh seorang auditor untuk cenderung memilih organisasi tersebut dengan tujuan berupaya mempertahankan dirinya di dalam organisasi tersebut (Gummala, 2014). Komitmen organisasi mencerminkan sejauh mana individu lebih mementingkan kepentingan organisasinya dari pada kepentingan pribadinya, sehingga individu tersebut menjadi lebih loyal terhadap organisasinya (Robbins, 2007). Komitmen organisasi akan muncul bila individu sadar akan hak dan kewajibannya didalam menjalankan tugasnya di organisasi tersebut tanpa memikirkan kepentingannya (Suryana, 2013).


(19)

Suatu komitmen organisasional merupakan suatu daya dari seseorang dalam mengidentifikasikan keterlibatan dalam suatu organisasi. Auditor yang komitmen terhadap organisasi akan menunjukkan sikap dan gaya kepemimpinan yang baik terhadap lembaganya, auditor akan memiliki jiwa untuk tetap membela organisasinya, berusaha meningkatkan prestasinya, dan memiliki keyakinan yang pasti untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi (Arifah, 2012).

Faktor pendukung untuk terciptanya manajemen kinerja yang baik diperlukan juga komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. Komitmen tersebut dapat tercipta apabila individu dalam organisasi sadar akan hak dan kewajibannya dalam organisasi tanpa melihat jabatan dan kedudukan masing-masing individu, karena pencapaian tujuan organisasi merupakan hasil kerja semua anggota organisasi yang bersifat kolektif. Hal tersebut membuktikan bahwa akuntanbilitas pun sangat diperlukan sebagai pertanggungjawaban kinerja setiap individu tersebut (Akriyanto, 2012).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul tentang “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor”.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah keceradasan intelektual berpengaruh terhadap kinerja auditor? 2) Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja auditor?


(20)

3) Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap kinerja auditor? 4) Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual terhadap kinerja auditor. 2) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor. 3) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kinerja auditor. 4) Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja auditor.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh melalui pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan di lingkungan akademis. Selain itu diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya mengenai pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan komitmen organisasi terhadap kinerja auditor.

2) Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak Kantor Akuntan Publik di Bali dalam meningkatkan para auditor untuk memberikan kinerja auditornya.


(21)

1.5Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan, diuraikan mengenai latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini merupakan kajian pustaka terdiri dari landasan teori, pembahasan hasil penelitian sebelumnya, dan hipotesis. Landasan teori menjelaskan mengenai Teori Keagenan, Pengertian Audit, Jenis Audit, Manfaat Audit, Jenis-Jenis Auditor, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Komitmen Organisasi dan Kinerja Auditor.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini merupakan metode penelitian yang terdiri dari desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini terdiri dari gambaran umum daerah penelitian dan pembahasan hasil penelitian.


(22)

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan penutup terdiri dari simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta saran-saran yang dipandang perlu atas simpulan yang dikemukakan.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) dalam Pebi (2010:9) menggambarkan teori keagenan sebagai suatu kontrak dibawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Agen bertanggungjawab kepada prinsipal dengan membuat laporan pertanggungjawaban setiap periode tertentu.

Hubungan antara prinsipal dan agen pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (Conflict of Interest). Kepentingan yang saling bertentangan tersebut menyebabkan keraguan kepada agen terhadap kewajaran laporan pertanggungjawaban yang dibuat akibat manipulasi. Untuk meminimalisasi dampak dari konflik kepentingan dapat dilakukan dengan adanya monitoring dari pihak ketiga yaitu auditor independen (Surya Antari, 2007). Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer melalui sarana laporan pertanggungjawaban. Tugas auditor adalah memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan.


(24)

2.1.2 Pengertian Audit

Menurut Sukriesno Agoes (2004:3) auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah dilakukan disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Whittington, et. al. (2001) dalam Susiana dan Arleen Herawaty (2007) menyatakan bahwa audit adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh perusahaan akuntan publik independen. Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi 7 elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu:

1) Proses yang sistematis;

2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif;

3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi; 4) Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence); 5) Kriteria yang ditentukan;

6) Menyampaikan hasil-hasilnya; dan 7) Para pemakai yang berkepentingan.

Arens, et. al. (2008:4) menyatakan bahwa audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten, orang independen, sedangkan definisi menurut Abdul Halim (2008:3) audit adalah review metodis dan pemeriksaan obyektif item, termasuk verifikasi informasi spesifik yang ditentukan oleh auditor


(25)

atau ditetapkan oleh praktek umum. Umumnya, tujuan dari audit adalah untuk menyatakan pendapat atas atau mencapai kesimpulan tentang apa yang telah diaudit.

2.1.3 Jenis Audit

Munawir (2008:18) menyatakan ada 3 jenis audit yaitu: 1) Audit laporan keuangan (financial statement audit)

Pemeriksaan laporan keuangan untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan klien. Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum.

2) Audit kepatuhan (compliance audit)

Audit kepatuhan meliputi pemeriksaan aktivitas keuangan atau aktivitas operasi tertentu dengan tujuan untuk menentukan kesesuaianya dengan kondisi atau aturan tertentu. Kriteria dalam pemeriksaan ini biasanya datang dari penguasa, misalnya pemerintah.

3) Audit operasional (operational audit).

Audit operasional merupakan pemeriksaan sistematis atas aktivitas operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan pemeriksaan ini adalah menilai prestasi, mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan, dan membuat rekomendasi untuk pengembangan dan tindakan lebih lanjut.


(26)

2.1.4 Manfaat Audit

Menurut Abdul Halim (2008:62) manfaat audit dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi ekonomi dan sisi pengawasan.

1) Manfaat ekonomis audit.

(1) Meningkatkan kredibilitas perusahaan.

Audit dilaksanakan untuk mengatahui pendapat auditor mengenai kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan. Audit dilaksanakan agar laporan keuangan perusahaan dapat lebih dipercaya oleh pengguna laporan keuangan. Dengan demikian kredibilitas perusahaan akan meningkat sehingga para pemakai laporan keuangan akan memandang bahwa risiko investasi atas perusahaan tersebut relatif lebih rendah daripada perusahaan yang tidak diaudit.

(2) Meningkatkan efisiensi dan kejujuran.

Audit dilaksanakan agar elemen intern perusahaan lebih meminimalisasi kesalahan dan penyimpangan dalam proses akuntansi.

(3) Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.

Auditor independen, berdasarkan pengujiannya dapa memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk memperbaiki pengendalian internal dan untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan klien.

(4) Mendorong efisiensi pasar modal.

Pada tingkat makro, audit memberi dampak positif yang sangat penting. Audit yang dilakukan secara efektif akan menghasilkan laporan keuangan auditan berkualitas, relevan, dan handal atau reliable. Dengan demikian,


(27)

pasar modal yang menggunakan informasi yang dihasilkan laporan keuangan sebagai sumber informasi utamanya, akan dapat berjalan secara efisien. Pasar modal yang efisien akan menghasilkan alokasi sumber daya yang efisien pula sehingga perekonomian nasional akan berjalan secara efisien.

2) Manfaat dari sisi pengawasan.

Sofyan Harahap dalam (Abdul Halim, 2008:63) mengemukakan manfaat audit dari sisi pengawasan adalah sebagai berikut:

(1) Preventive control.

Tenaga akuntansi akan bekerja lebih berhati-hati dan akurat bila mereka menyadari adanya audit.

(2) Detective control.

Suatu penyimpangan atau kesalahan yang terjadi lazimnya akan dapat diketahui dan dikoreksi melalui suatu proses audit.

(3) Reporting control.

Setiap kesalahan perhitungan, penyajian, atau pengungkapan yang tidak dikoreksi dalam keuangan akan disebutkan dalam laporan pemeriksaan. Dengan demikian pembaca laporan keuangan terhindar dari informasi yang keliru atau menyesatkan.

2.1.5 Jenis-jenis Auditor

Auditor adalah seseorang yang menyediakan jasa kepada masyarakat terutama di bidang audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan yang dibuat


(28)

kliennya (Abdul Halim, 2008:11). Boynton, et. Al. (2006:1) mengemukakan tiga jenis auditor, yaitu goverment auditors, internal auditors, and independent auditors. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga jenis auditor tersebut :

1) Auditor pemerintah (goverment auditors)

Auditor pemrintah adalah audit profesional yang berkerja di instansi pemerintah, yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujuakn kepada pemerintah. Di Indonesia audit ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dibentuk sebagai perwujudan dari Pasal 23 ayat 5 Undang-undang dasar 1945. 2) Auditor internal (internal auditors)

Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

3) Auditor independen (independent auditors)

Auditor independen adalah auditor yang melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan terbuka. Perusahaan terbuka yaitu perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal, perusahaan-perusahaan besar, dan kecil. Auditor independen berpraktik harus dilakukan melalui suatu kantor akuntan publik yang telah mendapat ijin dari Departemen Keuangan.


(29)

2.1.6 Kecerdasan Intelektual

. Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang yang satu dengan orang yang lain, kecerdasan intelektual lazim disebut dengan inteligensi. Inteligensi adalah kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik (Galton, dalam Fabiola, 2005).

Menurut Isabella (2011), kecerdasan intelektual merupakan kemampuan mahasiswa dalam membaca, memahami dan mengintepretasikan setiap informasi khususnya yang berkaitan dengan pelajaran yang diterimanya. Demikian halnya pada auditor tanpa memiliki kecerdasan intelektual ia tidak akan mampu memahami dan mengaplikasikan pengetahuan yang ia peroleh baik dalam bidang akuntansi maupun auditing di dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga auditor tidak dapat melakukan pemeriksaan/audit dengan baik, dimana hasil pemeriksaan tersebut akan menjadi tolok ukur auditor dalam menentukan atau merekomendasikan opini audit.

Raven memberikan pengertian yang lain. Ia mendefinisikan inteligensi sebagai kapasitas umum individu yang nampak dalam kemampuan individu untuk menghadapi tuntutan kehidupan secara rasional (dalam Fabiola,2005). Inteligensi lebih difokuskan kepada kemampuannya dalam berpikir, Wechsler mengemukakan bahwa inteligensi adalah kemampuan global yang dimiliki oleh individu agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara bermakna serta bisa


(30)

berinteraksi dengan lingkungan secara efisien (dalam Anastasi dan Urbina, 1997:220).

Istilah inteligensi digunakan dengan pengertian yang luas dan bervariasi, tidakhanya oleh masyarakat umum tetapi juga oleh anggota-anggota berbagai disiplin ilmu (Sternberg dalam Anastasi, 1997:219). Anastasi (1997:220) mengatakan bahwa inteligensi bukanlah kemampuan tunggal dan seragam tetapi merupakan komposit dari berbagai fungsi. Istilah ini umumnya digunakan untuk mencakup gabungan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk bertahan dan maju dalam budaya tertentu (Fabiola, 2005) . sedangkan indikator kecerdasan intelektual yang dikemukakan oleh Stenberg dalam Arie, 2009 yaitu:

1) Kemampuan memecahkan masalah

Yaitu mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan fikiran jernih.

2) Intelegensi verbal

Yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu secara intelektual, menunjukkan keingintahuan.

3) Intelegensi praktis

Yaitu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar


(31)

2.1.7 Kecerdasan Emosional

Menurut Harrison and Walker (2008), kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan untuk merefleksikan emosi seseorang dan suasana hati dan berhasil mengelolanya. Menurut Goleman (dalam Uno,2010:69), makin kompleks pekerjaan, makin penting kecerdasan emosi. Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, seseorang tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum. Steven J. Stein dan Howard E. Book (dalam Uno,2010:69), menjelaskan kecerdasan emosional merupakan serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan nonkognitif yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Semakin tinggi derajat EQ seseorang, semakin terampil ia melakukan mengetahui mana yang benar (Uno, 2010:71).

Purba, 1999 (dalam Fabiola, 2005) berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan di bidang emosi yaitu kesanggupan menghadapi frustasi, kemampuan mengendalikan emosi, semamgat optimisme, dan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain atau empati. Hal tersebut seperti yang dikemukakan Patton 1998 (dalam Fabiola 2005) bahwa penggunaan emosi yang efektif akan dapat mencapai tujuan dalam membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan kerja.

Secara konseptual, kerangka kerja kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Goleman (2001) meliputi dimensi-dimensi sebagai berikut: 1) Kesadaran Diri (Self Awarness)


(32)

Self Awareness adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri yang kuat.

2) Pengaturan Diri (Self Management)

Self Management adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

3) Motivasi Diri (Self Motivation)

Self Motivation merupakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisiatif serta bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi.

4) Empati (Emphaty)

Empathy merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan. 5) Keterampilan Sosial (Relationship Management)

Relationship Management adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan


(33)

ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama dalam tim.

2.1.8 Kecerdasan Spiritual

Manusia dalam sudut pandang psikologis mempunyai akal (Intelligence Quotient), budi (Spiritual Quotient), dan emosi (Emotional Quotient) yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan ( Isabella, 2011). Menurut Ummah dkk 2003:43 (dalam Tikollah dkk, 2006), wujud dari kecerdasan spiritual adalah sikap moral yang dipandang luhur oleh pelaku. Agoes dan Ardana (2011:19), menyatakan orang yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi sudah pasti mempunyai perilaku etis yang tinggi pula. Apabila auditor mempunyai kecerdasan spiritual yang tepat, skandal dan manipulasi tindakan yang dilakukan oleh auditor tidak dapat terjadi (Hanafi, 2010). Pada satu sisi auditor adalah sebagai penjual jasa yang mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya.

Eckersley memberikan pengertian yang lain mengenai kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual didefinisikan sebagai perasaan intuisi yang dalam terhadap keterhubungan dengan dunia luas didalam hidup manusia (Eckersley 2000, dalam Fabiola 2005.) Konsep mengenai kecerdasan spiritual dalam hubungannya dengan dunia kerja, menurut Ashmos dan Duchon 2000 (dalam Fabiola 2005) memiliki tiga komponen yaitu kecerdasaan spiritual sebagai nilai kehidupan dari dalam diri, sebagai kerja yang memiliki arti dalam komunitas.


(34)

2.1.9 Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi menurut Meyer et al., dalam Yustina (2006) adalah derajat sejauh mana keterlibatan seseorang dalam organisasinya dan kekuatan identifikasinya terhadap suatu organisasi tertentu. Karenanya komitmen organisasi ditandai dengan tiga hal yaitu: (1) Suatu kepercayaan yang kuat terhadap organisasi dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi (2) Keinginan yang kuat untuk memelihara hubungan yang kuat dengan organisasi dan (3) Kesiapan dan kesediaan untuk menyerahkan usaha keras demi kepentingan organisasi. Sementara Robbins (2001) mengemukakan bahwa komitmen karyawan pada organisasi merupakan salah satu sikap yang mencerminkan perasaan suka atau tidak suka seseorang karyawan terhadap organisasi tempat dia bekerja.

Komitmen organisasi menunjukkan suatu daya dari dalam diri seseorang dalam mengidentifikasi keterlibatannya dalam suatu organisasi. Dari berbagai keterbatasan definisi komitmen organisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya komitmen organisasi merupakan suatu proses dalam diri individu untuk mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan dan tujuan-tujuan organisasi yang bukan hanya sebagai kesetiaan yang pasif terhadap organisasi, sehingga komitmen menyiratkan hubungan pegawai dan organisai secara aktif


(35)

2.1.10 Kinerja Auditor

Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2005:67) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang), yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Teori tentang prestasi kerja lebih banyak mengacu pada teori psikologi yaitu tentang proses tingkah laku kerja seseorang, sehingga seseorang tersebut menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan dari pekerjaannya (Agustia, 2006:104). Kinerja atau prestasi kerja dapat diukur melalui kriteria seperti kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi dan keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan.

Gibson, et. al. (1996) dalam Wibowo (2009), menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja organisasi. Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu.

Pengertian kinerja auditor menurut Mulyadi dan Kanaka (1998:116) adalah auditor yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan


(36)

tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Kalbers dan Forgarty (1995) mengemukakan bahwa kinerja auditor sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh atasan, rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan langsung.

Fanani ,dkk (2008) menyatakan bahwa pencapaian kinerja auditor yang lebih baik harus sesuai dengan standar dan kurun waktu tertentu, yaitu:

1) Kualitas kerja

Mutu penyelesaian pekerjaan dengan bekerja berdasar pada seluruh kemampuan dan keterampilan, serta pengetahuan yang dimiliki auditor.

2) Kuantitas kerja

Jumlah hasil kerja yang dapat diselesaikan dengan target yang menjadi tanggungjawab pekerjaan auditor, serta kemampuan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana penunjang pekerjaan.

3) Ketepatan Waktu

Ketepatan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang tersedia.

Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tangung jawab yang diberikan kepadanya, dan menjadi salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu pekerjaan yang dilakukan akan baik atau sebaliknya. Kinerja auditor menjadi perhatian utama, baik bagi klien ataupun publik, dalam menilai hasil audit yang dilakukan


(37)

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Auditor

Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan mahasiswa dalam membaca, memahami dan mengintepretasikan setiap informasi khususnya yang berkaitan dengan pelajaran yang diterimanya (Isabella, 2011). Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan intelektual terhadap kinerja auditor.

Menurut Choiriah (2013) menunjukkan bahwa variabel kecerdasan intelektual berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Jika seorang auditor memiliki kecerdasan intelektual yang baik, maka mereka akan mampu memahami dan menjalankan tugasnya dengan sangat baik, dan implikasinya kinerja mereka akan baik. Tugas yang dihadapi oleh seorang auditor merupakan suatu tugas yang menuntut auditor untuk memiliki analisis dan proses berfikir rasional juga melibatkan kemampuan mental untuk menarik sebuah kesimpulan.

Menurut Djasuli dan Nur Hidayah menunjukkan bahwa variabel kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Dari penelitian yang telah dipaparkan diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Kecerdasan intelektual berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor pada KAP di Bali


(38)

2.2.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor

Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan untuk merefleksikan emosi seseorang dan suasana hati dan berhasil mengelolanya (Harrison and

Walker, 2008). Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor.

Menurut Choiriah (2013) menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Secara khusus auditor membutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi karena dalam lingkungan kerjanya auditor akan berinteraksi dengan orang banyak baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja. Kecerdasan emosional berperan penting dalam membentuk moral disiplin auditor. Dalam dunia kerja auditor, berbagai masalah dan tantangan yang harus dihadapi seperti persaingan yang ketat. Tuntutan tugas, suasana kerja yang tidak nyaman dan masalah hubungan dengan orang lain

Menurut Apriyanti (2014) menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja auditor. Dari penelitian yang telah dipaparkan maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Kecerdasan emosional berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor pada KAP di Bali

2.2.3 Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Auditor

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan jiwa yang dimiliki seseorang untuk membangun dirinya secara utuh melalui berbagai kegiatan positif sehingga


(39)

mampu menyelesaikan berbagai persoalan dengan melihat makna yang terkandung didalamnya. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor.

Menurut Fabiola (2005) menunjukkan variabel kecerdasan spiritual berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor. Seorang auditor dapat menunjukkan kinerja yang optimal apabila ia sendiri mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan seluruh potensi dirinya. Hal tersebut akan dapat muncul apabila seseorang dapat memaknai setiap pekerjaannya dan dapat menyelaraskan antara emosi, perasaan dan otak. Kecerdasan spiritual mengajarkan orang untuk mengekspresikan dan memberi makna pada setiap tindakannya, sehingga bila ingin menampilkan kinerja yang baik, maka dibutuhkan kecerdasan spiritual (Fabiola, 2005).

Menurut Choiriah (2013) menunjukkan variabel kecerdasan spiritual berpengaruh secara postif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Dari penelitian yang telah dipaparkan diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Kecerdasan spiritual berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor pada KAP di Bali.

2.2.4 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor

Komitmen organisasi adalah suatu prinsip yang dimiliki oleh seorang auditoruntuk cenderung memilih organisasi tersebut dengan tujuan berupayamempertahankan dirinya didalam organisasi tersebut (Gummala, 2014). Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan antara


(40)

komitmen organisasi terhadap kinerja auditor. Menurut Wijana dan Ramantha (2015) menunjukkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh pada kinerja auditor. Semakin meningkatnya komitmen organisasi didalam suatu organisasi dapat meningkatkan kinerja auditor tersebut. Sebaliknya jika komitmen organisasi menurun disuatu organisasi, maka kinerja auditor akan menurun.

Menurut Yulistiani (2014) komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta. Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja auditor, bahwa seorang auditor yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi di tempat dia bekerja maka akan timbul rasa memiliki terhadap organisasi tersebut, sehingga dia akan merasa senang dalam bekerja dan dia akan bekerja sebaik mungkin untuk organisasinya tersebut sehingga kinerjanya akan meningkat. Dari penelitian yang telah dipaparkan diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Komitmen organisasi berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor pada KAP di Bali


(1)

2.1.10 Kinerja Auditor

Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2005:67) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang), yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Teori tentang prestasi kerja lebih banyak mengacu pada teori psikologi yaitu tentang proses tingkah laku kerja seseorang, sehingga seseorang tersebut menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan dari pekerjaannya (Agustia, 2006:104). Kinerja atau prestasi kerja dapat diukur melalui kriteria seperti kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi dan keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan.

Gibson, et. al. (1996) dalam Wibowo (2009), menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja organisasi. Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu.

Pengertian kinerja auditor menurut Mulyadi dan Kanaka (1998:116) adalah auditor yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan


(2)

tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Kalbers dan Forgarty (1995) mengemukakan bahwa kinerja auditor sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh atasan, rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan langsung.

Fanani ,dkk (2008) menyatakan bahwa pencapaian kinerja auditor yang lebih baik harus sesuai dengan standar dan kurun waktu tertentu, yaitu:

1) Kualitas kerja

Mutu penyelesaian pekerjaan dengan bekerja berdasar pada seluruh kemampuan dan keterampilan, serta pengetahuan yang dimiliki auditor.

2) Kuantitas kerja

Jumlah hasil kerja yang dapat diselesaikan dengan target yang menjadi tanggungjawab pekerjaan auditor, serta kemampuan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana penunjang pekerjaan.

3) Ketepatan Waktu

Ketepatan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang tersedia.

Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tangung jawab yang diberikan kepadanya, dan menjadi salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu pekerjaan yang dilakukan akan baik atau sebaliknya. Kinerja auditor menjadi perhatian utama, baik bagi klien ataupun publik, dalam menilai hasil audit yang dilakukan


(3)

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Auditor

Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan mahasiswa dalam membaca, memahami dan mengintepretasikan setiap informasi khususnya yang berkaitan dengan pelajaran yang diterimanya (Isabella, 2011). Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan intelektual terhadap kinerja auditor.

Menurut Choiriah (2013) menunjukkan bahwa variabel kecerdasan intelektual berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Jika seorang auditor memiliki kecerdasan intelektual yang baik, maka mereka akan mampu memahami dan menjalankan tugasnya dengan sangat baik, dan implikasinya kinerja mereka akan baik. Tugas yang dihadapi oleh seorang auditor merupakan suatu tugas yang menuntut auditor untuk memiliki analisis dan proses berfikir rasional juga melibatkan kemampuan mental untuk menarik sebuah kesimpulan.

Menurut Djasuli dan Nur Hidayah menunjukkan bahwa variabel kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Dari penelitian yang telah dipaparkan diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Kecerdasan intelektual berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor pada KAP di Bali


(4)

2.2.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor

Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan untuk merefleksikan emosi seseorang dan suasana hati dan berhasil mengelolanya (Harrison and Walker, 2008). Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor.

Menurut Choiriah (2013) menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Secara khusus auditor membutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi karena dalam lingkungan kerjanya auditor akan berinteraksi dengan orang banyak baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja. Kecerdasan emosional berperan penting dalam membentuk moral disiplin auditor. Dalam dunia kerja auditor, berbagai masalah dan tantangan yang harus dihadapi seperti persaingan yang ketat. Tuntutan tugas, suasana kerja yang tidak nyaman dan masalah hubungan dengan orang lain

Menurut Apriyanti (2014) menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja auditor. Dari penelitian yang telah dipaparkan maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Kecerdasan emosional berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor pada KAP di Bali

2.2.3 Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Auditor

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan jiwa yang dimiliki seseorang untuk membangun dirinya secara utuh melalui berbagai kegiatan positif sehingga


(5)

mampu menyelesaikan berbagai persoalan dengan melihat makna yang terkandung didalamnya. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor.

Menurut Fabiola (2005) menunjukkan variabel kecerdasan spiritual berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor. Seorang auditor dapat menunjukkan kinerja yang optimal apabila ia sendiri mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan seluruh potensi dirinya. Hal tersebut akan dapat muncul apabila seseorang dapat memaknai setiap pekerjaannya dan dapat menyelaraskan antara emosi, perasaan dan otak. Kecerdasan spiritual mengajarkan orang untuk mengekspresikan dan memberi makna pada setiap tindakannya, sehingga bila ingin menampilkan kinerja yang baik, maka dibutuhkan kecerdasan spiritual (Fabiola, 2005).

Menurut Choiriah (2013) menunjukkan variabel kecerdasan spiritual berpengaruh secara postif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Dari penelitian yang telah dipaparkan diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Kecerdasan spiritual berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor pada KAP di Bali.

2.2.4 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor

Komitmen organisasi adalah suatu prinsip yang dimiliki oleh seorang auditoruntuk cenderung memilih organisasi tersebut dengan tujuan berupayamempertahankan dirinya didalam organisasi tersebut (Gummala, 2014). Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan antara


(6)

komitmen organisasi terhadap kinerja auditor. Menurut Wijana dan Ramantha (2015) menunjukkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh pada kinerja auditor. Semakin meningkatnya komitmen organisasi didalam suatu organisasi dapat meningkatkan kinerja auditor tersebut. Sebaliknya jika komitmen organisasi menurun disuatu organisasi, maka kinerja auditor akan menurun.

Menurut Yulistiani (2014) komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta. Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja auditor, bahwa seorang auditor yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi di tempat dia bekerja maka akan timbul rasa memiliki terhadap organisasi tersebut, sehingga dia akan merasa senang dalam bekerja dan dia akan bekerja sebaik mungkin untuk organisasinya tersebut sehingga kinerjanya akan meningkat. Dari penelitian yang telah dipaparkan diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Komitmen organisasi berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor pada KAP di Bali


Dokumen yang terkait

Pengaruh kemampuan intekltual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap perilaku etis auditor serta dampaknya pada kenerja : studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta

1 12 150

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 16

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 19

PENGARUH ETIKA PROFESI, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN S[IRITUAL Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual( Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta dan

0 3 24

PENGARUH ETIKA PROFESI, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual( Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta dan

0 3 14

PENDAHULUAN Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual( Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta dan Yogyakarta ).

0 2 10

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA PADANG.

0 1 6

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK.

0 0 12

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN TEKANAN KLIEN TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta).

5 27 201

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA AUDITOR (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 31