IMPLEMENTASI PENCATATAN KEUANGAN BAGI PELAKU USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) (Studi Kasus Pada Jaya Makmur Dan Sutiyono Pilar Usaha Pembuatan Pilar Bangunan Di Kediri).

(1)

USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) (Studi Kasus Pada Jaya Makmur Dan Sutiyono Pilar Usaha

Pembuatan Pilar Bangunan Di Kediri) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh:

0713010111/FE/EA S U L I K A H

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Berkat rahmat dan karunia Allah SWT yang telah memberikan bimbingannya serta tuntunan-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI PENCATATAN KEUANGAN BAGI PELAKU USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)”

Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulisan telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak mungkin dapat tersusun sebagaimana semestinya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur Surabaya.

2. Bapak DR. H. Djohan Mashudi, SE, MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si. Selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.

4. Ibu Dra. Ec. Siti Sundari, M.Si. Selaku Sekretaris Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.


(3)

memberikan petunjuk dan bimbingan dalam mengerjakan skripsi ini.

6. Ibu Rina Mustika Setyaningrum, SE.MM. Selaku dosen wali dan nara sumber yang senantiasa memberi dukungan dan bantuannya.

7. Kedua orang tua penulis yang telah banyak memberikan dukungan moral maupun materil sehingga dapat terselesaikannya laporan proposal ini.

8. Saudara dan teman-teman yang sudah memberi semangat dan dukungannya dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

Penulis menyadari segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Mei 2011


(4)

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL….……….. iv

DAFTAR GAMBAR………... iv

DAFTAR LAMPIRAN………... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan teori………... 12

2.2.1 Pengertian Akuntansi……….. 12

2.2.2 Proses Akuntansi………. 14

2.2.3 Sistem Informasi Akuntansi……… 15

2.2.3.1 Pengertian Sistem………... 16

2.2.3.2 Pengertian Informasi……….. 16


(5)

2.2.3.3 Akuntansi Sebagai system Informasi Akuntansi…… 19

2.2.4 Laporan Keuangan……….. 22

2.3 Pilar Bangunan……….. 25

2.4 UKM………. 25

2.4.1 Definisi UKM………... 25

2.4.2 Kriteria UMKM……….. 26

2.4.3 Kekuatan UKM……….. 28

2.4.4 Kelemahan UKM……… 28

BAB III METODE PENELITIAN………... 30

3.1 Jenis Penelitian………. 30

3.2 Ketertarikan Penelitian………. 34

3.3 Lokasi Penelitian……….. 36

3.4 Instrumen Penelitian………... 36

3.5 Sampel Sumber Data………... 37

3.6 Penentuan Informan………... 38

3.7 Teknik Pengumpulan Data………. . 39

3.8 Pengujian kredibilitas Data……….. 41

3.9 Analisis Data………... 44

3.10 Desain Study………. . BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN………..48


(6)

4.2 Sejarah Usaha Pembuatan Pilar Bangunan……….….. 48 BAB V HASIL PENELITIAN……….….. 50

5.1 Laporan Keuangan Yang Digunakan Oleh Usaha Pembuatan

PilarBangunan………...50 5.1.1 Apakah Usaha Pembuatan Pilar Bangunan Sudah

Melakukan Pembuatan Laporan Keuangan………...50 5.1.2 Cara memulai Pencatatan Keuangan Yang Dilakukan Oleh

Usaha Pilar Bangunan………51 5.1.3 Formulir yang digunakan Dalam Melakukan Pencatatan

Keuangan……….. 52 5.1.4 Laporan Keuangan Secara Periodik………... 53 5.1.5 Penggunaan Pencatatan laporan keuangan Dapat

Mengontrol Keuangan Usaha……….... 54 5.1.6 Penggunaan laporan Keuangan dapat Mencapai Tujuan Usaha….55 5.2 Proses Pencatatan Keuangan Pada Usaha Pilar Bangunan……….. 56 5.2.1 Bentuk Atau Model Pencatatan Keuangan……….. 56 5.2.2 Pembagian Buku Pencatatan dalam Melakukan Setiap

Transaksi……….58 5.2.3 Sumber Pengetahuan Mengenai pencatatan Keuangan…………. 60 5.2.4 Pembagian Tugas Kerja dalam Melakukan Pencatatan


(7)

5.2.5 Pencatatan Pemisahan Penggunaan Uang Pribadi dan Usaha…... 62

5.2.6 Perhitungan Akhir Proses Pencatatan Keuangan……….. 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 65

6.1 Kesimpulan………... 65

6.2 Saran……….…. 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR………. 2.1 Hubungan Data dan Informasi... 15

2.2 Siklus Akuntansi……….. 15

2.3 Siklus Pengolahan Data secara Manual………... 18

2.4 Siklus Pengolahan Data dengan Komputer………... 18

DAFTAR TABEL……….. 3.1 Tabel Desain Study………. 44


(8)

(Studi Kasus Pada Jaya Makmur Dan Sutiyono Pilar Usaha Pembuatan Pilar Bangunan Di Kediri)

OLEH : SULIKAH ABSTRAKSI

Kontribusi pelaku UKM terhadap perekonomian Indonesia sangat berperan. Begitu pula dengan penyerapan tenaga kerjanya. Prestasi tersebut dicapai dengan pengelolaan usaha UKM yang belum sepenuhnya optimal, khususnya di dalam pengelolaan keuangan. Masih banyak pelaku UKM yang belum memiliki sistem pengelolaan keuangan yang informatif dan banyak kelemahan. Sebuah potensi yang sangat besar apabila kesadaran akan perlunya pengelolaan keuangan UKM yang baik dan benar, dapat ditumbuhkan di kalangan UKM. Selain dapat meningkatkan kinerja usahanya, juga menjadi awal yang baik bila UKM bermaksud mengajukan dana ke perbankan dan sumber pendanaan lainnya, yang biasanya mensyaratkan pelaporan keuangan.

Berbagai keterbatasan yang melekat pada pelaku UKM, khususnya dari aspek sumber daya yang dimiliki. Perlu dicarikan jalan keluar bagi pengelolaan keuangan yang dapat dengan mudah diterapkan di skala UKM. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana pencatatan keuangan yang dilakukan oleh pelaku UKM di kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, yaitu UKM yang bergerak dibidang kerajinan pembuatan pilar bangunan. Dengan mudah untuk pengelolaan keuangan UKM, mulai dari pencatatan, penyajian laporan keuangan, dan penilaian kesehatan usaha. Sebagai langkah awal penelitian dan penerapan ini akan dilaksanakan di lokasi kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Dengan penelitian yang dilakukan ini diharapkan pengelolaan aktivitas UKM menjadi lebih optimal dan semakin meningkat kontribusinya dan menjadi sektor andalan bagi perekonomian Indonesia.


(9)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di era globalisasi salah satunya ditandai dengan semakin berkembangnya dunia usaha di segala bidang. Bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, dituntut untuk bisa mengadakan serta mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada serta mampu menjalankan roda perekonomian sehingga bangsa Indonesia tidak tertinggal dari negara lain.

Masalah yang dihadapi adalah semakin cepatnya laju pertumbuhan penduduk, akan tetapi penyediaan lapangan pekerjaan dari pemerintah maupun swasta sangat terbatas. Masyarakat dituntut memiliki keahlian dan kemampuan untuk bersaing dalam dunia kerja. Dampak dari keterbatasan tersebut adalah semakin meningkatnya angka pengangguran, karena tidak mampu berkompetisi dan sebagai akibat terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia.

Salah satu usaha untuk memperluas lapangan pekerjaan adalah dengan mengembangkan sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pentingnya sektor UKM di Indonesia adalah untuk memeratakan perekonomian penduduk, dan untuk menunjang perkembangan sektor-sektor yang lain.


(10)

penting dari perekonomian suatu Negara atau daerah. Setidaknya ada tiga alasan yang mendasari negara berkembang memandang pentingnya keberadaan UKM, yaitu pertama karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dari pada usaha besar.

Setiap perusahaan harus dapat merencanakan proses produksi yang baik dan tepat. Proses produksi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan sehingga input yang ada dapat diolah menjadi output berupa barang atau jasa. Dalam berproduksi, suatu perusahaan sangat ditentukan dengan adanya bahan baku karena merupakan faktor yang sangat penting. Bahan baku merupakan kebutuhan pokok dalam produksi barang dan harus ada setiap saat dibutuhkan.

Sampai saat ini yang menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi dalam mengembangkan usaha kecil adalah masalah permodalan, yang sebagian besar modal tersebut berasal dari modal sendiri. Untuk mengembangkan usahanya maka diharapkan adanya investasi dari pemerintah daerah maupun pusat.


(11)

yang mampu berperan dan berfungsi sebagai katup pengaman baik dalam menyediakan alternatif kegiatan usaha produktif, alternatif penyaluran kredit, maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Masih banyak usaha kecil menengah (UKM) yang belum menyelenggarakan pencatatan atas laporan keuangan usahanya. Akibatnya, mereka memang sulit mendapatkan kredit. Perlunya penyusunan laporan keuangan bagi UKM sebenarnya bukan hanya untuk kemudahan memperoleh kredit dari kreditur, tetapi untuk pengendalian aset, kewajiban dan modal serta perencanaan pendapatan dan efisiensi biaya-biaya yang terjadi yang pada akhirnya sebagai alat untuk pengambilan keputusan perusahaan.

Masalah utama dalam pengembangan UKM yaitu mengenai pengelolaan keuangan dalam usahanya tersebut, karena pengelolaan yang baik memerlukan keterampilan Akuntansi yang baik pula oleh pelaku bisnis UKM. Padahal dengan adanya laporan keuangan akan memungkinkan pemilik memperoleh data dan informasi yang tersusun secara sistematis.

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan uaha, termasuk bagi usaha mikro, kecil dan menengah. Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan dapat menjadi modal dasar bagi usaha kecil dan menengah untuk pengambilan keputusan – keputusan dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, pengembangan harga, dan lain – lain serta


(12)

berhubungan dengan proses administrasi dan keuangan yang terjadi kedalam suatu sistem informasi akuntansi, sehingga dapat memberikan peningkatan control terhadap data keuangan perusahaan dan perbaikan tingkat keandalan informasi akuntansi.

Dengan adanya laporan keuangan, pemilik dapat memperhitungkan keuntungan yang diperoleh, mengetahui berapa tambahan modal yang dicapai, dan juga dapat mengetahui bagaimana keseimbangan hak dan kewajiban yang dimiliki. Sehingga setiap keputusan yang diambil oleh pemilik dalam mengembangkan usahanya akan didasarkan pada kondisi konkret keuangan yang dilaporkan secara lengkap bukan hanya didasarkan pada asumsi semata.

Pentingnya penerapan ilmu akuntansi dalam pengelolaan keuangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dinilai masih kurang dipahami oleh para pengusaha. Masih banyak pengusaha kecil yang belum melakukan pencatatan atas laporan keuangan usahanya dengan baik. Bahkan, ada juga yang tidak melakukan pencatatan. Para pengusaha kecil dan menengah biasanya hanya mengerjakan pembukuan hanya sebatas pencatatan pendapatan dan pengeluaran saja. Menyadari situasi dan kondisi tersebut di atas, maka diperlukan sebuah inovasi teknologi baru agar para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang sebagian dari mereka yang belum mengerti pencatatan akuntansi menjadi mengerti dan mudah menerapkannya.


(13)

bisnis ini sekarang maju dengan pesat seiring dengan kebutuhan manusia individu atau perusahaan. Seperti saat ini banyak yang memakai jasa ini karena dianggap lebih efisien dan praktis guna menghemat waktu para pengguna pilar bangunan guna untuk membangun suatu bangunan yang diinginkannya. Mereka tidak perlu susah – susah membuat pilar bangunan sendiri untuk bahan keperluan bangunannya.

Berdasarkan realitas tersebut, maka untuk membantu memudahkan pelaku UKM dalam mencatat setiap kegiatan usaha yang terjadi dan menyusun laporan keuangan, penulis memberi judul pada penulisnnya : “IMPLEMENTASI PENCATATAN KEUANGAN BAGI PELAKU USAHA KECIL DAN MENENGAH : (Studi Kasus Pada Jaya Makmur dan Sutiyono Pilar Usaha Pembuatan Pilar Bangunan Di Kediri)”.

1.2 Fokus Penelitian

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, hal – hal yang perlu diamati kebanyakan dari pelaku UKM hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual, dan jumlah piutang atau utang. Namun pencatatan itu hanya sebatas pengigat saja dan tidak dengan format yang di inginkan oleh pihak yang membutuhkan ( contoh : bank ) meskipun tidak dapat dipungkiri mereka dapat mengetahui jumlah modal akhir mereka setiap tahun yang hampir sama jumlahnya jika kita mencatat dengan sistem akuntansi.


(14)

sederhana tersebut, sebenarnya dapat diarahkan untuk mencatat kegiatan usaha yang sesuai dengan standar akuntansi secara lengkap dan rapi. Tentunya dengan format yang sederhana bagi UKM yang memiliki tenaga kerja dan waktu yang terbatas. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba untuk mengedepankan pentingnya menumbuhkan kebiasaan mencatat dan menyusun laporan keuangan bagi pelaku UKM yang sesuai dengan standar akuntansi namun dengan format yang mudah diterapkan.

Sehingga dapat difokuskan masalah yang benar – benar diteliti dan dibahas untuk menjadi fokus penelitian dalam hal ini adalah sejauh mana pelaku UKM memahami pencatatan laporan keuangan dalam usahanya.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat di rumuskan :

1. Bagaimana proses implementasi pencatatan keuangan dalam UKM?

2. Apakah usaha pembuatan pilar bangunan sudah mempunyai laporan keuangan ?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui implementasi pencatatan laporan keuangan pada pelaku UKM.


(15)

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Universitas

Sebagai tambahan informasi faktor – faktor penggunaan sistem informasi akuntansi pada usaha mikro, kecil dan menengah dan sebagai bahan pertimbangan untuk menindak lanjuti penelitian yang serupa serta sebagai referensi bagi penelitian yang serupa dimasa yang akan datang.

2. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dengan menetapkan ilmu yang didapat dibangku kuliah pada kenyataan yang ada terjadi di dalam perusahaan. Sebagai sarana untuk menetapkan dan mengaplikasikan teori – teori yang telah diperoleh dari sumber – sumber lain sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. 3. Bagi UKM

Hasil ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran atau hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk lebih mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi penggunaan sistem informasi akuntansi pada UKM.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelian terdahulu dengan penelitian ini. Penulis :

1. Herri dan Irda (2005)

“Sifat Kewirausahaan Dan Prestasi Usaha Kecil Dan Menengah Sumatra Barat Suatu Kajian Empiris”

a. Permasalahan :

1. Adakah pengaruh karakteristik entrepreneurial dan perusahaan terhadap prestasi UKM Sumatra Barat?

2. Adakah UKM yang prestasi tinggi memiliki karakteristik entrepreneurial UKM yang berbeda dibanding UKM yang berprestasi rendah?

b. Tujuan :

1. Mengetahui secara empiris karakteristik jiwa kewirausahaan manajer / pemilik dan karakteristik UKM Sumatra Barat.

2. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik entrepreneurial dan perusahaan terhadap prestasi UKM

3. Mengetahui apakah ada perbedaan karakteristik antara UKM yang berprestasi tinggi dengan yang berprestasi rendah.


(17)

c. Kesimpulan :

1. Modal dasar pendirian UKM umumnya berasal dari tabungan, hal ini bias menunjukan bahwa terbatasnya modal usaha UKM dalam membuka usaha. Oleh itu untuk mendorong lahirnya pengusaha atau entrepreneur maka tidak hanya diperlukan rangsangan peningkatan jiwa kewirausahaan tetapi juga skim pembukaan usaha baru oleh pengambil kebijakan.

2. Walaupun tidak ditemui adanya pengaruh keluasan daerah pemasaran dengan prestasi UKM. Namun terlihat adanya kecenderungan bahwa UKM yang memasrakan produknya pada lingkup pasar yang lebih luas seperti luar propinsi dan ekspor memiliki prestasi yang relatif lebih tinggi dibanding dengan UKM yang hanya memasarkan produknya pada daerah sekitar.

3. Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa sifat kewirausahaan (entrepreneurial) memberikan kontribusi terhadap variasi prestasi UKM terutamanya sifat inovatif dan suka menaggung resiko. Penelitian juga mendapatkan bahwa karakteristik UKM seperti jumlah tenaga kerja dan daerah pemasaran cenderung memberikan kontribusi terhadap perbedaan prestasi. UKM dengan daerah pemasaran yang luas termasuk ekspor memiliki prestasi lebih tinggi dibanding UKM yang hanya memasarkan produknya pada daerah sekitar mereka.


(18)

2.Margani Pinasti (2007)

“Pengaruh Penyelenggaraan Dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi : Suatu Riset Eksperimen”

a. Permasalahan :

Apakah penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi berpengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi?

b. Tujuan :

Untuk menguji penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi melalui metode eksperimen.

c. Kesimpulan :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam riset eksperimen ini mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi.

3. Much.Rifqi Adi Jaya L. (2009)

“Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi pada Usaha Kecil dan Menengah. (Studi kasus pada sentra Industri Kecil patung di desa Jati Kabupaten Mojokerto)”.


(19)

a. Permasalahan :

1. Apakah tingkat pendidikan pengrajin, tingkat pemahaman di bidang teknologi informasi, pelatihan yang diikuti oleh pengrajin dan tingkat investasi di bidang teknologi berpengaruh terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah (UKM) di Kabupaten Mojokerto?

2. Manakah yang lebih dominan antara tingkat pendidikan pengrajin, tingkat pemahaman di bidang teknologi informasi, pelatihan yang diikuti oleh pengrajin dan tingkat investasi di bidang teknologi terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah (UKM)?

b. Tujuan :

1. Untuk mengkaji adanya pengaruh antara tingkat pendidikan pengrajin, tingkat pemahaman dibidang teknologi informasi, pelatihan yang diikuti oleh pengrajin, dan tinkat investasi dibidang teknologi terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah di Kab.Mojokerto.

2. Untuk menguji manakah yang lebih dominan antara tingkat pendidikan pengrajin, tingkat pemahaman dibidang teknologi informasi, pelatihan yang diikuti oleh pengrajin, dan tingkat investasi dibidang teknologi terhadap penggunaan sistem


(20)

informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah di Kab.Mojokerto.

c. Kesimpulan :

1. Hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan pengrajin, tingakat pemahaman di bidang teknologi informasi , berpengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi telah terbukti kebenarannya, sedangkan investasi dibidang teknologi tidak berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi dan tidak terbukti kebenarannya.

2. Hipotesis yang menyatakan tingkat pendidikan pengrajin mempunyai pengaruh yang dominan terhadap penggunaan informasi akuntansi telah terbukti kebenarannya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli :

Warren dkk (2005 : 10) menjelaskan bahwa : “ secara umum, Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak – pihak yang berkepentingan mengenai aktifitas ekonomi dan kondisi perusahaan “.

Akuntansi menurut Kieso (2002 : 2) dapat didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi :


(21)

1. Pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomonikasian informasi keuangan tentang.

2. Entitas ekonomi kepada. 3. Pemakai yang berkepentingan.

Karakteristik – karakteristik ini telah dipakai untuk menjelaskan akuntansi selama beratus – ratus tahun. Namun, dalam 30 tahun terkhir entitas ekonomi telah berubah secara signifikan baik dari segi ukuran maupun komplekstitas, dan pemakai yang berkepentingan juga telah bertambah secara substansial baik dari segi jumlah maupun keragaman.

Menurut Warren dan Reeve (2008 : 10 ) secara umum akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang mengahasilkan laporan kepada pihak – pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Contoh dari kegiatan ini seperti menghitung kegiatan jam kerja, pengeluaran yang dilakukan, dan tagihan yang telah jatuh tempo. Pihak - pihak yang berkepentingan akan menggunaan dari akuntansi ini adalah kreditor, orang – orang yang bergantung pada hasil informasi tersebut dan pemerintah. Sistem informasi ini sangat penting dikomonikasikan informasi – informasi penting kepada pihak yang berkepentingan, demikian pula para analis keuangan yang bekerja di bank dimana melalui laporan akuntansi tersebut mereka dapat merekomendasikan untuk memberikan pinjaman modal terhadap pemohon pinjaman. Terakhir, sistem akuntansi juga mencatat data ekonomi mengenai kegiatan perusahaan dan hal – hal yang terjadi pada perusahaan,


(22)

yang hasilnya dilaporkan kepada pihak – pihak yang berkepentingan sesuai dengan kebutuhan informasi mereka.

Dari definisi akuntansi diatas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan proses pencatatan pengelolahan yang berkaitan dengan kesatuan ekonomi yang bersifat penting yang dapat menjadi dasar bagi pihak ekstern dan intern untuk mengambil keputusan. Sehingga akuntansi sifatnya lebih luas dari pada teknik – teknik pencatatan semata – mata.

2.2.2 Proses Akuntansi

Akuntansi bukanlah sesuatu yang baru di dunia bisnis. Pada awalnya akuntansi berhubungan dengan kebutuhan informasi bagi manajemen, dan bukan lagi pemilik modal atau investor. Akuntansi lebih digunakan oleh manajemen untuk mempertanggung jawabkan hasil pengolahan usaha yang dipercayakan kepadanya.

Hasil dari proses akuntansi laporan keuangan untuk mengetahui bagaimana proses lahirnya laporan akuntansi. Maka di bawah ini akan dijelaskan mulai dari adanya transaksi sebagai input sampai lahir laporan keuangan sebagai output. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar sebagai berikut :


(23)

Gambar 2.1. : Hubungan Data dan Informasi

Gambar 2.2. : Siklus Akuntansi

Kemudian akuntansi dalam pengolahan datanya menggunakan arus, siklus akuntansi yang dimulai dari transaksi, pencatatan, pengklasifikasian, sampai dengan tahap pelaporan (Harahap, 2002 : 49). Siklus akuntansi sama dengan juga proses akuntansi yang digambarkan diatas.

2.2.3 Sistem Informasi Akuntansi

Moscove ( 1981 : 6 ) memberikan definisi tentang sistem informasi akuntansi sebagai berikut :

Sistem informasi akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, mengklafikasikan, mengolah, menganalisa dan mengkomonikasikan informasi finansial dan pengambilan keputusan yang relevan kepada pihak di luar perusahaan ( seperti kantor pajak, investor, dan kreditor ) dan pihak intern ( terutama manajemen ).

Definisi yang diberikan oleh Berry E. Chusing ( 1982 : 16 ) sebagai berikut :

Input Proses Output

Bukti Transaksi

Jurnal Buku

Besar

Neraca Lajur

Laporan Keuangan


(24)

Sistem informasi akuntansi adalah suatu set sumberdaya manusia dan modal dalam suatu organisasi, yang bertugas untuk menyiapkan informasi keuangan dan juga informasi yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan dan pengolahan data transaksi.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan bagian yang terpenting dari seluruh informasi yang diperlukan oleh manajemen.

2.2.3.1Pengertian sistem

Menurut Widjajanto (1989 : 1). “ sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian – bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu”, sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 2), “ suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Kedua definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan dengan yang lainnya, dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan.

2.2.3.2 Pengertian Informasi

Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data, menurut Cushing (1989 : 11), “data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan disimpan serta diolah. Informasi diartikan sebagai output pengelolah data yang diorganisir dan


(25)

berguna bagi orang yang menerimanya”, sedangkan menurut Wilkinson (1993 ; 3),”data adalah fakta, angka, bahkan simbol mentah, secara bersama – sama mereka merupakan masukan bagi suatu simtem informasi. Sebaliknya, informasi terdiri dari data yang telah ditransformasi dan dibuat lebih bernilai melalui pemprosesan. Idealnya, informasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran”.

Peran informasi merupakan kumpulan dari data yang telah diolah sehingga dapat bermanfaat bagi penerimanya, biasanya data belum dapat digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen, sehingga agar dapat berguna bagi pemakainya, data harus diproses sehinnga dapat menghasilkan output yang berupa informasi.

2.2.3.2.1Siklus Pengolahan data

Untuk mengubah data menjadi informasi , dilakukan proses pengolahan data dalam akuntansi proses ini disebut sebagai siklus akuntansi.

Karena informasi merupakan hasil proses dari data, maka sistem informasi akuntansi merupakan pemprosesan data yang berupa transaksi di dalam suatu sistem. Untuk mengolah data supaya menjadi informasi yang berguna dapat dilakukan dengan cara manual, mesin mekanisme atau dengan bantuan komputer.


(26)

Berikut gambar siklus pengolahan data dengan manual

Gambar 2.3. : Siklus Pengolahan Data secara Manual

Berikut gambar siklus pengolahan data dengan computer

Gambar 2.4. : Siklus Pengolahan Data dengan Komputer

Sumber : Baridwan, Zaki, 1994, SIA,Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta, hal. 4-5 Bukti

Transaksi

Laporan Keuangan

Jurnal Buku

Besar

Buku Pembantu

Laporan

Bukti Transaksi

Laporan Keuangan dan Laporan Jurnal

Buku Besar

File Transaksi


(27)

2.2.3.2.2 Sifat – sifat Informasi

Menurut Wilkinson (1993 : 121) sifat – sifat informasi terdiri atas : 1. Relevansi, hubungannya antara informasi dan situasi

keputusan, serta dengan sasaran perusahaan.

2. Kuantifiabilitas, sejauh mana informasi dapat dikuantifikasikan ( dinyatakan dalam bentuk numerik).

3. Akurasi, keandalan dan kepresisian informasi.

4. Kepadatan, sejauh mana informasi diringkaskan atau didapatkan.

5. Ketepatan waktu, keyakinan informasi.

6. Cakupan, rentang yang dicakup oleh informasi.

2..2.3.3 Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

Sebagai sistem informasi akuntansi diperlukan oleh berbagai pihak, baik kalangan intern maupun ekstern.

Informasi keuangan digunakan baik oleh para manajer, maupun pihak eksternal perusahaan. Informasi keuangan untuk pihak luar (eksternal) disajikan dalam laporan keuangan pihak luar menggunakan laporan keuangan umum. Pihak – pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda – beda. Informasi tersebut jarang dibuat khusus untuk pemakaian tertentu. Informasi yang disajikan disusun berdasarkan aturan dasar yang dinamakan prinsip akuntansi yang lazim. Prinsip akuntansi


(28)

tersebut dipakai untuik menyusun laporan keuangan, laporan keuangan untuk pihak luar menyajikan suatu gambaran menyeluruh mengenai kondisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi.

Menurut Simamora (2000:6-9) pihak – pihak yang membutuhkan informasi akuntansi terdiri atas berbagai kalangan. Pada umumnya, para pemakai laporan keuangan dapat dibagi ke dalam dua golongan antara lain , para pemakai internal dan para pemakai eksternal.

1. Pemakai internal

Para manajer dan staf internal dari berbagai entitas bisnis. Manajer – manajer perusahaan memakai informasi akuntansi untuk menetapkan sasaran bagiorganisasinya, untuk mengevaluasi kemajuan terhadap sasaran – sasaran tersebut dan mengambil tindakan korektif dan menekankan dibutuhkan.

2. Pemakai Eksternal

a) Pemilik Perusahaan, para pemilik (owners) telah menanamkan dana mereka yang berharga ke dalam sebuah organisasi bisnis. Orang – orang ini menghendaki wawasan tentang keinginan pendapatan di masa lalu, kemungkinan pertumbuhan pada waktu yang akan datang dan prospek arus kas.

b) Karyawan, para karyawan biasanya berkepentingan dengan penilaian positif finansial perubahan. Mereka guna menenjukkan suatu indikasi keselamatan pekerjaan mereka.


(29)

Selain itu, kalangan karyawan juga berminat pada informasi yang yang memungkinkan mereka menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, tunjangan pension dan kesempatan kerja.

c) Investor, investor dana yang dibutuhkan untuk memulai kegiatan usaha, untuk memutuskan apakah membantu permodalan suatu perusahaan, pemodal – pemodal biasanya mengevaluasi besarnya pendapatan yang diperkirakan dapat diraup dari investasi mereka.

d) Kreditor, kreditor adalah yang menyediakan barang – barang, jasa – jasa dan sumber – sumber daya keuangan bagi perusahaan, baik dengan mengucurkan kredit usaha maupun memberikan pinjaman. Kreditor berminat untuk mengetahui kesanggupan sebuah perusahaan melunasi kewajiban – kewajibannya secara tepat waktu dan terjadwal.

e) Badan pemerintahan, pemerintah membutuhkan informasi dalam upayanya mengatur kegiatan – kegiatan perusahaan dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan sosial dan statistik lainnya. Pemerintah pusat maupun daerah menarik pajak dari perusahaan. Besarnya pajak terutang yang harus dibayar tentunya ditetapkan berdasarkan angka yang tertera dalam laporan keuangannya.


(30)

f) Organisasi Nirlaba, organisasi nirlaba seperti yayasan pendidikan, rumah sakit dan panti asuhan memakai informasi akuntansi untuk merencanakan dan mengelola aktifitas – aktifitasnya. Mereka ini perlu pula penyusun anggaran, yang semuanya itu membutuhkan informasi akuntansi.

g) Masyarakat, masyarakat umum seringkali bergantung pada informasi keuangan yang dirangkum dalam laporan – laporan keuangan untuk mengevaluasi tindakan – tindakan perusahaan besar di Indonesia. Masyarakat banyak memakai informasi finansial dalam menilai keberadaan ekonomi perusahaan – perusahaan di tengah masyarakat.

2.2.4 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.

Secara konvensional laporan keuangan disusun dengan periode satu tahun karena satu tahun dianggap merupakan satu periode akuntansi. Salah satu karakteristik usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia adalah labil terhadap perubahan lingkungan eksternal. Kondisi ini menyebabkan diperlukannya penilaian kinerja dengan periode yang lebih singkat untuk lebih memantau kelangsungan usaha.


(31)

Laporan keuangan bulanan sangat membantu usaha keci dalam menilai kinerja usah dan menentukan kelangsungan hidup usaha kecil. Oleh sebab itu, akan lebih efektif jika laporan keuangan disusun setiap bulan atau periode satu bulan.

Suatu laporana keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan meliputi :

1 Aktifa 2 Kewajiban 3 Ekuitas

4 Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian 5 Arus kas

Adapun laporan keuangan yang lengkap meliputi :

1. Laporan neraca (Balance Sheet)

Adalah sebuah laporan, yang sistematistentang posisi aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan pertanggal tertentu. Tujuan laporan neraca adalah untuk menggembarkan posisi keuangan perusahaan.

2. Laporan laba / rugi (Income statement)

Laporan laba / rugi merupakan laporan yang sistematis tentang pendapatan dan beban perusahaan untuk satu periode waktu tertentu. Laporan laba/ rugi ini akhirnya memuat informasi mengenai hasil usaha perusahaan, yaitu laba / rugi bersih yang merupakan hasil dari pendapatan dikurangi beban.


(32)

3. Laporan Modal Pemilik (Statement of Owner’s Equity)

Adalah sebuah laporan yang menyajikan ikhtisar perubahan dalam modal pemilik suatu perusahaan untuk satu periode waktu tertentu (laporan perubahan modal). Modal pemilik akan bertambah denganadanya investasi 9setoran modal) dan laba bersih, sebaliknya modal pemilik akan berkurang dengan adanya prive (penarikan/pengambilan uang tunai untuk kepentingan pribadi pemilik) dan rugi bersih. Pada perusahaan perseroan (corporation),laporan laba ditahan dibuat untuk menyajikan ikhtisar perubahan dalam saldo laba ditahan. Dividen kas maupun dividen saham yang diumumkan sepanjang periode akan mengurangi besarnya saldo laba ditahan.

4. Laporan arus kas (Cash – Flow Statement )

Laporan arus kas adalah sebuah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dank as keluar secara terperinci dari masing – masing aktivitas, mulai dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, sampai pada aktivitas pendanaan (pembiayaan) untuk satu periode waktu tertentu. Laporan arus kas menunjukkan besarnya kenaikan dan penurunan bersih kas dari seluruh aktivitas selama periode berjalan serta saldo kas yang dimiliki perusahaan sampai dengan akhir periode.

5. Catatan atas laporan keuangan (notes to the financial statement)

Merupakan laporan bagian integral (satu kesatuan) yang tidak dapat dipisahkan dari komponen laporan keuangan lainnya. Tujuan catatan ini adalah untuk memberikan penjelasan yang lebih lengkap


(33)

mengenai informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. (Hery, 2009 :6-7)

2.3. Pilar Bangunan.

Usaha Pilar bangunan merupakan salah satu usaha bisnis yang lumayan menguntungkan dan sangat berhubungan dengan dagang dan jasa. Timbulnya bisnis ini karena dirasa oleh pelaku usaha kecil dengan modal yang sedikit tapi mempunyai untung yang banyak apalagi pada saat ini banyak bermunculan pembangunan bangunan baru contohnya rumah, dimana tiap tahunnya banyak mengalami peningkatan akan kebutuhan pilar bangunan. Selain itu dirasakan oleh pemilik usaha dengan memanfaatkan situasi seperti ini dengan menaikkan harga jual maka keuntungan yang didapat akan terasa jauh lebih banyak.

2.4 UKM

2.4.1 Definisi UKM 1. Usaha Kecil

Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.


(34)

2. Usaha Menengah

Usaha Menengah Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. (http://ksupointer.com/definisi-usaha-kecil)

2.4.2 Kriteria UMKM

Dalam pasal 5 Undang-Undang No.5 Tahun 1995, termuat empat kriteria agar suatu usaha dapat dikategorikan sebagai usaha kecil, yaitu :

1. Dilihat dari kekayaan bersih yang dimilikinya. Suatu badan usaha dikatakan sebagai usaha kecil apabila memiliki kekayaan bersih sebanyak Rp 200 juta. Nilai sebesar ini di luar nilai tanah dan bangunan tempat usaha. Artinya bahwa kekayaan atau asset usaha kecil sebesar tersebut adalah nilai jual asetnya dikurangi kewajibannya seperti membayar hutang-hutang yang masih belum dilunasinya.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar. Artinya bahwa setiap usaha akan digolongkan kepada usaha kecil bila hasil penjualan bersih atas barang-barang dan jasa dalam satu tahun buku tidak lebih dari Rp 1 milyar. Jika melebihi Rp 1 milyar maka kemungkinan usaha itu dapat digolongkan kepada usaha menengah. Perubahan


(35)

terhadap nilai nominal tersebut masih dimungkinkan dengan Peraturan Pemerintah (PP).

3. Milik warga negara Indonesia. Artinya bahwa usaha kecil itu sepenuhnya menjadi milik Warga Negara Indonesia. Usaha tersebut dikelola oleh pemiliknya sendiri atau pemiliknya dapat menyerahkan pengelolaannya kepada warga negara Indonesia yang lain. Dari kriteria ini terkandung makna bahwa tidak ada gerbang yang terbuka bagi orang asing untuk mengelola usaha kecil.

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.Artinya , usaha kecil itu tidak dikuasai sahamnya oleh usaha menengah atau usaha besar seperti menjadi komisaris, direksi atau manajer. Disamping itu usaha kecil itu tidak dimiliki oleh orang yang sama yang memiliki juga usaha menengah atau usaha besar dan lain-lain. (http://id-

jurnal.blogspot.com/2008/04/fokus-ekonomi-agustus-2003-inter-firm.html)

Dalam Undang-Undang No.9 / 1995 pasal 5 tentang usaha kecil disebutkan beberapa kriteria usaha kecil antara lain : memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah), (Suryana, 2001 : 84)


(36)

2.4.3 Kekuatan UKM

Menurut Suryana (2001 : 85 - 86) usaha kecil memiliki kekuatan tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain :

1. Memiliki kebebasan untuk bertindak. Bila ada perubahan, misalnya perubahan produk baru, teknologi baru, dan perubahan mesin baru, usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk menyesuaikan dengan keadaan yang berubah tersebut. Sedangkan pada perusahaan besar, tindakan tersebut susah dilakukan.

2. Fleksibel. Perusahaan kecil dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran produk usaha kecil pada umumnya menggunakan sumber-sumber setempat yang bersifat lokal.

3. Tidak mudah goncang. Karena bahan baku kebanyakan lokal dan sumber daya lainnya bersifat lokal, maka perusahaan kecil tidak rentan terhadap fluktuasi bahan baku impor.

2.4.4 Kelemahan UKM

Menurut Suryana (2001 : 85-86) usaha kecil memiliki kelemahan tersendiri. Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, antara lain :

1. Aspek kelemahan struktural, yaitu kelemahan dalam strukturnya, misalnya kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi,


(37)

kelemahan dalam pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal, dan terbatasnya akses pasar.

2. Kelemahan Kultural. Kelemahan kultural mengakibatkan kelemahan struktural, kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku, seperti informasi peluang dan cara memasarkan produk; informasi untuk mendapatkan bahan baku, murah dan mudah didapat; informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh bantuan permodalan dan pemasaran; informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain, kualitas, maupun kemasannya; serta informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan yang terjangkau.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Memahami adanya pelaku UKM yang mempunyai masalah dalam melakukan pencatatan laporan keuangan, maka banyak unsur – unsur penting yang harus ditemukan sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka peneliti menggunakan metode kualitatif.

Untuk memperjelas metode yang akan diterapkan berupa studi deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan realita sosial yang kompleks dengan menerapkan konsep - konsep teori yang telah ada. Reailita sosial yang dipelajari dititik beratkan pada pencatatan keuangan bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kediri. Dalam penelitian berdasarkan pokok masalah yang akan diteliti, maka penelitian ini tergolong jenis penelitian kualitatif. Adapun karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut (Indrawati Yuhertina, 2009 : 4 - 7) :

1. Menekankan pada pola berpikir induktif. Pada dasarnya penelitian kualitatif berfokus untuk mengamati secara subyektif berbagai tema dari sebuah realita sosial, menghubungkan berbagai tema yang muncul sehingga akan terjadi sebuah pernyataan teori . Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melakukan generalisasi, setiap


(39)

hipotesis hendaknya dapat diuji kebenarannya secara deduktif sesuai atau tidak dengan kenyataan dilapangan.

2. Melihat pada setting dan manusia sebagai satu kesatuan, secara holistik (utuh). Penelitian kualitatif memandang sebuah realita social secara holistik, menyeluruh dan utuh, dengan menggunakan pola pikir holistik pula. Berpikir holistik berarti dengan menggunakan berbagai aspek dengan menyadari aktivitas berfikir sebagai aktivitas gabungan antara dimensi – dimensi spiritual (moral, etika, tujuan hidup), psikososial (motivasi, empati), rasional dan fisikal (eksekusi, implementasi, menerima feedbacks). Kecerdasan pada dimensi – dimensi tersebut dilabeli dengan istilah SQ (spiritual), EQ (emosional), IQ (rasional), dan PQ (fisikal). (http://www.itpin.com/blog/). Berbeda dengan penelitiam kuantitatif yang berdasarkan pada pola fikir reduktif, melakukan penyederhanaan pada sebuah sistem sosial yang sebenarnya amatlah kompleks.

3. Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka sendiri – verstehen. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan empati pada orang yang diteliti dalam upaya memahami bagaimana mereka melihat berbagai hal dalam kehidupan. Pemahaman mengandung makna pemahaman dari dalam (verstehen) yang mempunyai arti bahwa peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memahami permasalahan dari dalam konteks masalah yang diteliti, oleh karena itu peneliti kualitatif tidak mengambil jarak dengan yang diteliti.


(40)

4. Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian. Bukan pemahaman yang dicari melainkan pemahaman mendalam tentang kehidupan social. Proses awal, getting in, mendekati informan, mencoba memahami latar belakangnya dan mengapa informan berpendapat atau berperilaku demikian. Terlebih lagi pada proses getting along, ber-relasi untuk dapat menjaga kepercayaan sehingga memahami benar – benar obyek yang diteliti adalah lebih penting daripada hasil penelitian itu sendiri. Misalnya penelitioan Yuhertina, 2004, menemukan bahwa terdapat kecenderungan untuk menciptakan budgetary slackpada para birokrat di Jawa Timur. Namun, lebih penting untuk mengetahui apa alas an mereka cenderung memark-up anggaran, apakah karena budaya, kalau iya, budaya seperti ap?

5. Bersifat humanities. Peneliti mencoba memahami secara pribadi orang yang diteliti dan ikut mengalami apa yang di alami orang yang diteliti dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya, seorang peneliti mencoba memahami berbagai tekanan yang diterima seorang auditor baik dari rekan sekerja, atasan klien (auditee). Berdasarkan wawancara dan observasi peneliti dapat dipahami betapa informan tersebut sering diharapkan pada situasi tidak menyenangkan yang mengharuskannya harus bersikap, sehingga karena prinsip tegasnya jusru malah karirnya menjadi terhambat.

Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna


(41)

(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

Dalam penelitian ini yang diamati adalah orang, yaitu pemilik dan pegawai pada usaha kecil yang berbentuk usaha pembuatan pilar bangunan. Terkadang para pemilik juga merangkap sebagai kasir, namun tidak sedikit pula yang memperkerjakan orang lain untuk bagian tersebut. Interaksi dan komonikasi antara pemilik dan pegawai dengan tempat atau lingkungan


(42)

dimana unit usaha tersebut berdiri ( place), kemudian berapa unit usaha tersebut telah lama beroperasi akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu.

Dengan digunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehinnga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode ini, maka permasalahan akan lebih tepat diperoleh datanya debgan metode kualitatif. Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali fakta – fakta yang bersifat empirik dan terukur. Fakta – fakta yang tidak tampak oleh indera akan sulit diungkapkan.

3.2. Ketertarikan Penelitian

Ketertarikan penelitian terhadap UKM karena UKM adalah usaha yang relative dijangkau dimungkinkan dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit tetapi dapat memperoleh penghasilan yang mengalahkan pegawai kantoran. Dipilih UKM usaha pembuatan pilar bangunan yang digunakan dalam penelitian ini karena usaha ini merupakan usaha kecil. Jadi memiliki pandangan yang berbeda.

Menariknya untuk menjadi pimpinan utama tentu tidak semudah membalik tangan, memerlukan waktu yang cukup lama, adanya kemauan yang keras dan gigih, adanya perjuangan untuk mencapai titik sana dengan


(43)

tidak mudah menyerah. Tetapi semua itu tergantung dari pelaku usaha sendiri bagaimana mereka menjalani proses tersebut.

Jiwa kewirausahaan yang telah dimiliki juga harus ada dan ditanamkan pada diri seseorang sejak usia dini sehingga dapat menumbuh kembangkan potensi jiwa kewirausahaannya. Ini karena kewirausahaan merupakan suatu jiwa bukan keahlian (skill) semata, tetapi didalamnya terdapat suatu jiwa merupakan satu tekat yang kuat dan yakin kalau usahanya itu berhasil dan sukses. Karena itu sebenarnya seorang pelaku usaha memikul beban tanggung jawab yang besar.

Berbagai mengenai menjalankan suatu usaha, seorang pelaku usaha, seorang pelaku usaha dalam skala kecil sekalipun dalam menjalankan kegiatannya akan selalu menggunakan berbagai sumber daya. Sumber daya organisasi usaha meliputi, sumber daya manusia, finansial, peralatan fisik, informasi dan waktu. Masalah pengolahan finansial dari pelaku usaha adalah terjangal masalah sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka mengenai akuntansi, ilmu akuntansi di anggap tidak terlalu penting bahkan dianggap terlaku merepotkan. Penelitian ini juga akan mencari tahu pemahaman mereka mengenai kebutuhan akuntansi dalam usaha kecil. Pentingnya pencatatan dan laporan keuangan bagi seorang pengusaha, para pelaku UKM untuk tujuan yang relatif sederhana, yakni menyajikan informasi keuangan kepada pihak – pihak yang membutuhkan.


(44)

Ketertarikan penelitian ini menggunakan usaha pembuatan pilar bangunan karena saat ini dengan adanya persaingan bisnis yang ketat sehinnga membuat perusahaan harus benar – benar berkosentrasi pada bidangnya, hal itu menyebabkan perubahan lebih memilih membeli pilar bangunan yang sudah jadi guna membangun.

Oleh sebab itu peneliti tergerak untuk ingin mencari tahu permasalahan yang dihadapi pelaku usaha kecil usaha pembuatan pilar bangunan dalam membuat laporan yang membutuhkan data dari beberapa tempat, seperti data pembelian bahan – bahan yang digunakan membuat pilar dan pembelian dan lain – lain. Ha ini sering kali memperlambat proses pembuatan laporan.

3.3. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di Kediri. Peneliti memilih lokasi penelitian di Kediri disebabkan karena sudah mulai banyak berkembang sektor Usaha Kecil, khususnya didaerah-daerah, yang menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai mengembangkan kemampuan dan keahliannya untuk berwirausaha.

3.4. Instrumen Penelitian

Informasi mengenai sistem pencatatan laporan keuangan pada usaha kecil pembuatan pilar bangunan sangat dibutuhkan peneliti untuk menunjang dan akan digali sebagai instrument. Dalam penelitian kualitatif digunakan instrument penelitian yang terdiri dari instrument utama dan instrument


(45)

penunjang. Instrument utama adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi terhadap pemehaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk masuk obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Di kutip dari Sugiyono (2006 : 59).

Meningkatkan mengenai pemahaman kualitatif, peneliti sendiri juga banyak melakukan diskusi dengan dosen pembimbing maupun dengan dosen – dosen yang peduli dengan metode kualitatif, tidak sebatas itu pula peneliti juga diskusi dengan rekan yang melakukan penelitian yang serupa.

Sedangkan instrument penunjang adalah berupa daftar pertanyaan, catatan – catatan lapangan dan rekaman yang diperoleh dengan media (foto).

3.5. Sampel Sumber Data

Teknik pengambilan sample menggunakan teknik Non – probabilitas. Menurut Sumarsono ( 2004 : 51 ) dalam penarikan sample secara non – probabilitas penentuan ukuran sample didasarkan pada pertimbangan atau penilaian yang sifatnya subyektif dan tidak berdasar teori probabilitas, sehinnga setiap anggota populasi tidak mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sample.


(46)

kecil dan Menengah. Lantas peneliti menentukan bidang usaha dagang penjulan pilar bangunan yang disajikan objek pertama terletak di desa Rembang kecamatan Ngaduluwih dan objek kedua terletak di Ds. Trate kecamatan Ngaduluwih karena usaha pembuatan pilar bangunan adalah usaha yang sudah peneliti kenal sebelumnya disamping itu, pemilik yang selanjutnya adalah sebagai informan kunci dari dinilai sangat kooperatif.

Mengacu pada penjelasan sebelumnya bahwa penentuan ukuran sample didasarkan dari peneliti dan bersifat subjektif.

3.6. Penentuan Informan

Informan yang peneliti gunakan untuk mendapat informasi adalah pemilik, istri dan dari pemilik, pegawainya dan rekan – rekan pemilik yang saling bekerja sama serta pihak dari pembeli. Disini pemilik merangkap sebagai pencatat keluar masuknya uang. Dimana pencatatan ini sengaja dilakukan sendiri oleh pemilik karena pemilik lebih nyaman jika pencatatan dilakukan sendiri dan lebih jelas kemana dana – dana tersebut akan digunakan. Informasi dari pihak Jaya Makmur adalah sdri. Srikanah. Sedangkan informan dari pihak Sutiyono Pilar adalah sdr. Sutiyono. Mereka adalah sebagai pelaku UKM yang bertindak sebagai pemilik dan pelaksana usaha pembuatan pilar bangunan.


(47)

3.7. Teknik pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi studi lapangan yang terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian studi kepustakaan.

Teknik pertama yang digunakan adalah wawancara mendalam terhadap para informan. Dengan teknik wawancara mendalam, bisa digali apa yang tersembunyi disanubari seseorang, apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan dan harapan serta cita – cita ( visi misi ) para pelaku UKM terhadap kemajuan usaha mereka sendiri. Dari teknik ini akan diketahui bagaimana proses sistem pencatatan laporan keuangan pada UKM.

Dalam menggunakan teknik wawancara ini, keberhasian dalam mendapatkan data atau informasi dari objek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara. Untuk itu peneliti sebagai instrument dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data, untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian, sehingga cara melakukan wawancara mirip dengan kalau kita sedang melakukan pembicaraan dengan lawan bicara kita.

Teknik kedua merupakan observasi terhadap tindakan dalam penerapan sistem akuntansi. Kegiatan observasi meliputi pencatatan secara


(48)

sistematik dari penyusun anggaran, penerimaan pendapatan, pelaksanaan belanja, pembukuan dan perhitungan, dan pelaporan.

Kegiatan observasi tersebut tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan – kenyataan yang terlihat, tetapi juga terhadap yang terdengar oleh peneliti sebagai peneliti sebagai aktivitas observasi ketika para responden atau informan melakukan kegiatan ini.

1. Studi Lapangan

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung pada para pelaku usaha UKM umtuk memperoleh data primer dan informasi yang dibutuhkan. Adapun kegiatan yang dilakukan yang sudah dijelaskan adalah : a. Wawancara

Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam terutama yang berkenaan dengan penerapan sistem penerapan akuntansi pada UKM, usaha yang bergerak dalam bidang pembuatan pilar bangunan. Teknik wawancara ini diakukan dengan semua informan yang ada pada khususnya kepada sdri. Srikanah dan sdr. Sutiyono Selaku pemilik usaha.

b. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan yang merupakan salah satu bentuk cara mencari data utama atau informasi untuk mengamati berbagai kegiatan penerapan pencatatan


(49)

laporan keuangan pada UKM pilar bangunan, usaha yang bergerak pada bidang pembuatan pilar bangunan.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara melihat dan membaca mengenai cara sdr. Srikanah dan sdr Sutiyono mencatat dan mengolah data keuangan perusahaan beliau selain itu merekam aktivitas usaha pembuatan pilar bangunan. Media yang digunakan adalah foto.

2. Studi Kepustakaan (library research)

Yaitu mencari dan mengumpulkan bahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mempelajari dan mendalami literature – literature yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

3.8. Pengujian Kredibilitas Data

Menurut (Sugiyono, 2005 : 120-121). Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji :

1. Credibility (validitas internal) yaitu sebuah uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :


(50)

A. Dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, yaitu dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrap (tidak ada lagi jarak lagi), semakin terbuka, saling sehingga tidak ada informasi yang disembuyikan lagi. Bila telah terbentuk rapport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari.

B. Meningkatkan Ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

C. Trigulasi, dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara, dan bernagai waktu. Dengan demikian terdapat trigulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, trigulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang berbeda, dan trigulasi waktu dimana waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada


(51)

saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel.

D. Analisis Kasus Negatif, adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian sehingga pada saat tertentu.

E. Menggunakan bahan referensi, yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.

F. Mengadakan Member Check, adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

2. Pengujian Transferability, yaitu validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, sehingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalm situasi lain. Bagi peneliti naturalistic, nilai transfer bergantung pada pemakai hingga manakan hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi social lain. Peneliti sendiri tidak menjamin “validitas eksternal” ini. Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat


(52)

laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut ditempat lain.

3. Pengujian Depenability, dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut dengan reabilitis. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian .

4. Pengujian Konfirmability, dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

3.9. Analisis Data

Untuk analisis data dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa narasi-narasi kualitatif yang dihasilkan dalam wawancara mendalam (in-depth interview) yang berkaitan dengan pencatatan akuntansi keuangan


(53)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kediri. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pencatatan keuangan yang dilakukan pelaku UKM dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Selanjutnya peneliti menggunakan teknik focused syntesis yaitu dengan menggunakan teori-teori yang relevan dari literature yang relevansi digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diamati. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data.

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan focus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.

2. Analisis selama di lapangan Model Miles and Huberman

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman (1984), mengemukakan


(54)

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu :

A. Data reduction

Mereduksi data berarti merangkum,memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari teme dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan semencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperto computer mini, dengan memberikan kode pada aspek – aspek tertentu.

B. Data display (penyajian data)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering dugunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa


(55)

yang yang terjadi, merencakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang difahami tersebut.

C. Conclusion drawing/verification

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang – remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

3. Analisis data selama di lapangan model spradley. (Sugiono : 2005 : 89 – 91).


(56)

BAB IV

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

4.1 Usaha Pembuatan Pilar Bangunan

4.2 Sejarah Usaha Pembuatan Pilar Bangunan

JAYA MAKMUR adalah usaha kecil yang bergerak dalam bidang kerajinan pilar. Usaha pilar ini didirikan pada tahun 2003 dan berlokasi di desa Rembang Kecamatan Ngadiluwih Kediri. Didirikan oleh pasangan suami istri yaitu bapak Sakur dan ibu Srikanah. Dalam hal ini sebagai pengelola usahanya adalah ibu Srikanah dan dibantu dengan putra sulungnya, sedangkan bapak Sakur bertugas mengantarkan pesanan barang baik ke dalam maupun ke luar kota. Sebelum terjun dalam usaha ini, pada awalnya mereka menjalankan usaha dagang krupuk, karena dirasa usaha tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan dan biaya pendidikan putra putrinya maka mereka beralih menjalankan usaha pilar. Mereka termotivasi dari banyaknya pengusaha pilar di wilayah kecamatan Ngadiluwih yang telah sukses. Pada awalnya mereka belajar membuat pilar dengan mendatangkan orang yang mampu dan menguasai dalam bidang pembuatan kerajinan pilar tersebut.

Dengan dibantu oleh putra sulungnya yang enggan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi karena terbatasnya biaya, maka mereka mulai merintis usaha tersebut sedikit demi sedikit. Pada akhirnya usahanya semakin berkembang hingga saat ini, yang pada awalnya dikerjakan sendiri, tetapi saat ini sudah mempunyai lebih dari sepuluh tenaga kerja yang membantu.


(57)

SUTIYONO PILAR adalah usaha yang juga bergerak dalam bidang kerajinan pilar. Usaha pilar ini didirikan pada tahun 1989 dan berlokasi di desa Trate Banjarejo Ngadiluwih Kediri. Usaha ini didirikan oleh suami istri bapak Sutiyono dan ibu Sriyati. Dalam hal ini sebagai pengelola usahanya adalah bapak sutiyono dan ibu Sriyati. Selain itu ibu Sriyati juga yang bertugas mencatat pesanan barang baik dalam maupun luar kota. Alasan bapak sakur dan ibu Sriyati terjun di dunia usaha ini karena di desa Trate Banjarejo banyak yang berkembang jenis usaha ini khususnya usaha pembuatan pilar bangunan dan termotivasi karena banyaknya orang yang terjun usaha pilar bangunan yang sukses.

Dengan dibantu empat karyawan, bapak Sutiyono dan Ibu Sriyati menjalankan usahanya ini hingga sekarang. Hingga sekarang usaha yang dikelola oleh bapak Sutiyono dan ibu Sriyati telah cukup berkembang. Bisa dilihat dengan adanya “penambahan macam pilar yang diproduksi”, kata bapak Sutiyono.


(58)

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1Laporan Keuangan Yang Digunakan Oleh Usaha Pembuatan Pilar Bangunan 5.1.1 Apakah usaha usaha pembuatan pilar bangunan sudah melakukan pembuatan

laporan keuangan

Laporan keuangan yang diterapkan oleh para pelaku UKM biasanya menganut pola yang paling gampang, yang artinya pola yang dianut yang dipandang gampang untuk dipahami itulah yang dipakai untuk pola penglolaan keuangan. Dimana laporan keuangan sangat penting bagi pertumbuhan suatu perusahaan atau usaha. Dengan laporan keuangan yang dibuat dapat diketahui pertumbuhan pertumbuhan perusahaan dan dapat membantu mencapai tujuab perusahaan.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Ib. Srikanah, dapat tergambar apakah usaha prmbuatan pilar bangunan sudah membuat laporan keuangan :

“ ya kalo laporan keuangan tidak mbak….saya cuma makai nota aja buat laporannya…

Informan Ibu Srikanah (Jaya Makmur)

Dapat diketahui bahwa pelaku usaha pembuatan pilar bangunan yang di lakukan oleh pihak Jaya Makmur yaitu Ib. srikanah belum melakukan pembuatan laporan keuangan karena menganggap hanya


(59)

melakukan pencatatan dinota sudah cukup untuk dimengerti dah mudah untuk diingat dan tidak ribet.

“,,,ya saya cuma melakukan laporan hanya berdasar dari nota saja mbak…tidak bikin laporan keuangan yang kayak diajarkan disekolah – sekolah…ribet mbak….”

Ibu. Sriyati (Sutiyono Pilar)

Dari hasil wawancara kepada Ib. Sriyati bahwa usaha yang dikelolanya belum melakukan pembuatan laporan keuangan yang benar. Hanya menggunakan buku nota saja yang digunakan untuk laporan keuangan.

“…hmm…setahu saya ya Ib. Srikanah hanya mencatat dibuku nota saja mbak… dan itu juga yang dipakai untuk laporan….”

Informan Bpk.Mafud (pegawai Jaya Makmur)

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pelaku usaha pembuatan pilar bangunan belum membuat laporan keuangan secara benar, hanya menggunakan hasil pencatatan di nota yang telah dilakukan sejak awal berdiri usaha.

5.1.2 Cara memulai pencatatan keuangan yang dilakukan oleh usaha pembuatan pilar bangunan.


(60)

Dalam melakukan membuat laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan atau badan membuatan laporan keuangan yang dibuat pasti membuat laporan keuangan yang sesuai dan benar. Sedangkan pelaku usaha kecil dan menengah masih banyak yang belum membuat laporan keuangan .

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pihak Jaya makmur. Ib. srikanah menyetakan :

“…ya saya membuat laporan gitu ya, menurut saya ribet itu mbak…yang ada tanbah binggung…saya membuat laporan keuangan ya berawal dari buku nota itu mbak…”

Informan Ibu Srikanah (Jaya Makmur)

“….ya dari nota itu mbak..kan nota itu saja yang saya gunakan untuk laporan keuangan usaha saya…”

Informan Ibu. Sriyati (Sutiyono Pilar)

Dari pernyataan yang telah di ungkapkan oleh Ib. srikanah dan Ib. Sriyati dapat diketahui bahwa pembuatan laporan keuangan yang dilakukan hanya berawal dari buku nota yang digunakan sebagi laporan keuangan.

5.1.3 Formulir yang digunakan dalam melakukakan pencatatan keuangan.

Dalam membuat laporan keuangan yang benar banyak menggunakan formulir – formulir yang digunakan. Mulai dari bukti transaksi yang telah dikumpulkan sampai laporan keuangan. Dewasa ini masih banyak pihak pelaku usaha yang belum melakukan pembuatan laporan keuangan yang benar, bahkan ada yang sama sekali tidak melakukan pembuatan laporan keuangan.

“..yang saya gunakan ya hanya buku nota itu saja mbak..tidak ada yang lain…kalo banyak buku malah saya jadi binggung mbak…


(61)

Informan Ib. srikanah (Jaya Makmur)

“..kalo saya ya hanya pakai nota itu saja mbak yang saya gunakan untuk laporan keuangan saya…hanya dengan buku nota yang saya pakai sudah cukup mbak…lagian saya juga males mbak..kalo harus pakek buku lain…”

Informan Ib. Sriyati (Sutiyono Pilar)

Dari hasil wawancara yang dilakukan, dari pernyataan yang telah di ungkapkan oleh pelaku usaha pembuatan pilar bangunan dapat disimpulkan bahwa kedua pihak hanya menggunakan buku nota saja dalam membuat laporan keuangan. Karena hanya dengan buku nota itu mereka gunakan sebagai laporan keuangan.

5.1.4 Laporang keuangan secara periodik

Laporan keuangan adalah slah satu laporan yang berperan penting dalam suatu perusahaan atau badan. Karena dengan laporan keuangan yang maka dapat diketahui perekonomian perusaan tersebut. Dan laporan keuangan biasanya di buat satu bulan. Karena satu bulan merupakan hari akhir dalam melakukan pembukuan mulai dari awal tanggal sampai akhir tangga dalam hitungan satu bulan.

“…ya bikin mbak..tapi ya itu,,cuma saya jumlahkan saja mbak ..order pemasukkan yang saya catat di buku nota yang saya buat…ya alakadarnya aja mbak..”

Informan Ib. srikanah (Jaya makmur) “…buat mbak..kan dari nota yang saya pakai itu kan bisa..saya jumlahkan mbak…”


(62)

Dari pernyataan yang telah dipaparkan oleh kedua pihak, bahwa kedua pihak melakukan laporan keuangan secara periodik tetapi sangat sederhana sekali karena mereka hanya melaporkan laporan keuangannya hanya berdasar dari nota saja. Mereka rasa dengan cara yang dilakukan seperti itu sudah cukup jelas.

5.1.5 Penggunakan pencatatan laporan keuangan dapat mengontrol keuangan usaha. Dewasa ini laporan keuangan bukanlah hal yang baru. Dimana setiap suatu perusahaan pasti ada pelaporan keuangan yang dibuat di akhir bulan. Karena dengan laporan keuangan dapat dilihat pertumbuhan ekonomi perusahaan.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Ib. Srikanah dapat tergambar sebagai berikut ;

“…iya mbak…dengan itungan yang saya lakukan setiap bulan berdasar buku catatan saya yang saya punya kan bisa dilihat keuangan usaha saya mbak….”

Informan Ib. Srikanah(Jaya Makmur) Dari pernyataan Ib. Srikanah dapat diketahui bahwa laporan keuangan dapat mengontrol keungan usahanya. Dan sangat membantu dalam kemajuan usahanya tersebut.

“..ya bisa mbak…dari hasil itungan yang saya lakukan setiap akhir bulan kan bisa dilihat bagaimana keuangan usaha saya….walaupun itungan saya sekedar itungan kasar saja…”

Informan Ib. Sriyati (Sutiyono Pilar)

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa laporan keuangan dapat membantu mengontrol keuangan usaha pembuatan pilar bangunan walaupun


(63)

laporan keuangan yang telah diterapkan sangatlah keliru dan tidak transparan hanya itungan secara kasar saja.

5.1.6 Penggunaan laporan keuangan dapat mencapai tujuan usaha.

Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan masing – masing. Akan tetapi biasanya tujuan tersebut susah dicapai oleh perusahaan dikarenakan kurang akuratnya informasi yang didapat oleh perusahaan. Laporan keuangan adalah laporan yang berperan penting di suatu perusahaan. Dimana laporan keuangan dapat mengukur bagaimana kinerja perusahaan tersebut dan dapat menilai bagaimana perekonomian perusahaan.

“..bisa mbak…dengan mengetahui hasil akhir perhitungan yang saya lakukan kan bisa saya perkirakan mbak..berapa belanja buat bahan yang dibutuhkan dan keperluan lain – lain…”

Informan Ib. Srikanah (Jaya Makmur)

“…hmm…bisa mbak….dengan itungan yang saya lakukan setiap akhir bulannya kan bisa saya prediksi, perlu apa saja yang saya butuhkan kiranya di bulan depannya…”

Informan Ib.Sriyati (Sutiyono Pilar)

Dari hasil yang telah dipaparkan oleh pengelola usaha pembuatan pilar bangunan dapat diketahui bahwa laporan keuangan dapat membantu kemajuan usahanya karena dengan laporan keuangan dapat membantu memprediksi apa saja yang sekiranya perlu dilakukan demi kemajuan usahanya.


(64)

5.2 Proses Pencatatan Keuangan Pada Usaha Pilar Bangunan

5.2.1 Bentuk Atau Model Pencatatan Keuangan

Bentuk yang diterapkan oleh para pelaku UKM biasanya menganut pola yang paling gampang, yang artinya pola yang dianut yang dipandang gampang untuk dipahami itulah yang dipakai untuk pola penglolaan keuangan. Berdasarkan bermacam – macam latar belakang karakter dan pendidikan yang dimiliki oleh pelaku UKM menjadi pola tata kelola keuangan menjadikan berbeda – beda antara pemilik yang satu dengan yang lainnya dengan catatan jika pemilik UKM tersebut sudah biasa mengajukan kredit kepada pihak bank atau lembaga formal lainnya biasanya mereka sudah menerapkan catatan keuangan yang rapid an dapat dipertanggung jawabkan (accountability).

Dalam wawancara dengan Ibu Srikanah dapat tergambar bagaimana pola tata kelola keuangan yang dimiliki oleh Jaya Makmur, adalah sebagai berikut :

“ya modelnya ya hanya pakai nota itu aja mbak….”

Informan Ibu Srikanah (Jaya Makmur)

Pencatatan yang dilakukan oleh Jaya Makmur masih sangat sederhana dan tanggal lakunya barang tanggal berapa dan keterangan. Pencatatan hanya sebatas pengingat saja sehingga pencatatan yang dilakukan adalah manual dan sangat biasa sekali. Bahkan model


(65)

pencatatannya tidak ada pemisahan antara yang membeli yang memesan terlebih dahulu dengan pembeli yang tidak memesan terlebih dahulu.

Dari pihak pembeli bisa dikatakan bahwa setiap mau membeli itu lebih baik datang langsung ke tempat usaha yaitu ke Jaya Makmur karena jika pembeli membeli langsung datang ketempat usaha Jaya Makmur mendapatkan potongan harga dan secara otomatis mendapat harga yang lebih murah dibanding dengan harga yang sudah masuk toko.

“ ya ..aku kurang tahu mbak…aku beli di Ibu Srikanah yang setahu saya cuma dikasih kwitansi atau nota pembelian saja dan kalau aku uda bayar lunas,..baru saya dikasih kwitansi yang ada tulisan lunas,,,saya beli ya cuma dikasih nota itu aja mbak…selebihnya ya saya ngak tahu…”

Informan Ibu. Is (pembeli Jaya Makmur)

Pencatatan yang dilakukan Sutiyono Pilar hampir sama dengan pencatatan yang dilakukan oleh Jaya Makmur terapkan yaitu modelnya sederhana dan dumulai dari user, tanggal pembelian dan diterimanya barang kepada pembeli, serta jumlah uang yang dibayar dan keterangan.

“ya biasanya ya pakai nota saja…nota itu saja tidak ada pembukuan yang lain..”

Ibu. Sriyati (Sutiyono Pilar)

“saya beli pilar ya kan saya pas lagi mau bangun rumah..jadi saya ya itu mbak..saya beli ya pesan dulu..datang kerumah bapak Sutiyono, saya pesan


(66)

pilar ya cuma dikasih nota atau kwitansi aja mbak…setahu saya ya pas beli tadi pak Sutiyono cuma nyatat dibuku nota saja..sebagai buktinya saya cuma dikasih nota saja mbak..”

Informan Ibu. Mar(pembeli Sutiyono Pilar)

Dapat diketahui dari pihak pengelola sendiri memerlukan sebuah pencatatan untuk mengetahui dan mengontrol perkembangan unitnya yang dikelola oleh pengelola.

5.2.2 Pembagian Buku Pencatatan dalam Melakukan Setiap Transaksi

Setiap bulan dengan buku pencatatan keuangan yang selama ini dipakai sebaiknya perusahaan kecil maupun perusahaan besar menggunakan buku pencatatan akuntansi yang berbeda – beda dalam setiap transaksinya untuk mengatur kegiatan keuangan mereka sehinnga setiap transaksi bisa dikelompokkan sendiri – sendiri dan tidak binggung dan bisa dimengerti oleh pihak – pihak yang membutuhkannya.

Dalam wawancara ini, Ibu. Srikanah menggungkapkan :

“ ya satu aja mb..ya nota itu saja dan tidak ada buku lain“

Informan Ibu.Srikanah (Jaya Makmur)

Pemahaman dalam Jaya Makmur mengenai pembagian buku pencatatan yang digunakan adalah sangat kurang baik secara mendasar. Karena menurut pengelola Jaya Makmur semakin banyak buku catatan yang digunakan dan yang dikelompokkan malah membuatnya tambah binggung.


(67)

Padahal seharusnya setiap transaksi pasti ada pencatatannya sendiri – sendiri dan itu memang aturan dalam setiap laporan keuangan tapi ternyata oleh informan Ibu. Srikanah direspon terbalik.

“setiap transaksi ya memakai nota saja..nota itu aja tidak ada buku yang lain.. “

Informan Ibu. Sriyati (sutiyono Pilar)

Dalam pencatatan yang dilakukan oleh pihak Sutiyono Pilar pembukuan yang digunakan juga sama yang digunakan oleh Jaya Makmur yaitu dengan menggunakan selembar kertas atau buku kwitansi saja. Dari pencatatan yang dilakukan oleh kedua pihak usaha pembuatan pilar bangunan tersebut mereka sama – sama menjadikan pemisahan pencatatan adalah hal yang membuat mereka malah tampak binggung dan mereka tidak mau direpotkan dengan masalah – masalah seperti itu. Bagi pemilik usaha pembuatan pilar bangunan dengan satu buku pencatatan sudah mewakili semua kegiatan operasional usahanya.

5.2.3 Sumber Pengetahuan Mengenai Pencatatan Keuangan

Ilmu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses hidup manusia. Sekolah adalah media formal yang disediakan oleh pemerintah untuk tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti ap yang diamanatkan oleh UUD 45. Dimana dewasa ini, pendidikan dan ilmu tidak hanya diperoleh melalui proses pendidikan formal maupun non – formal pun juga


(1)

akuntasi….kayak pengeluaran sekian pemasukan sekian gitu itu tidak pakai..“

Informan Ibu.Sriyati (Sutiyono Pilar)

Dengan wawancara diatas menunjukkan bahwa akhir dari proses pencatatan Jaya Makmur adalah uang yang dipakai setiap harinya menggunakan uang sisa yang digunakan untuk biaya operasi usahanya. Sedangkan Sutiyono Pilar hasil akhir dari proses pencatatan menggunakan hasil sisa laba akhir tahun yang digunakan untuk biaya sehari – hari.


(2)

65

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai studi Tentang Implementasi Pencatatan keuangan bagi Pelaku Usaha Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Pada Jaya Makmur dan Sutiyono Pilar Usaha Pembuatan Pilar Bangunan Di Kediri) dan berdasarkan data- data yang diuraikan pada bab- bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Pengusaha pembuatan pilar bangunan belum melakukan pembuatan laporan keuangan yang benar.

2. Laporan keuangan dapat membantu mengontrol keuangan usaha pembuatan pilar bangunan.

3. Bahwa laporan keuangan yang telah dibuat dapat membantu mencapai tujuan usaha.

4. Pengusaha pembuatan pilar bangunan tersebur sadar pentingnya sebuah pencatatan keuangan dalam sebuah usaha, namun apa yang dilakukan oleh kedua pengelola obyek penelitian tersebut masih bersifat sederhana dan seadanya. Dimana pencatatan yang dilakukan berdasarkan order masuk dan bukti kuitansi pembayaran.

5. Model pencatatan yang dilakukan oleh kedua obyek masih sangat sederhana, yang hanya menggunakan satu buku saja yaitu buku nota.


(3)

6. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pihak Jaya Makmur yaitu Ibu. Srikanah mengetahui cara pencatatan keuangan dari inisiatif sendiri sedangkan dari pihak Sutoyono Pilar yaitu Ibu. Sriyati mengetahui cara pencatatan keuangan tersebut dari khalayak orang yang melakukan pencatatan keuangan.

7. Dari pengamatan dan penelitian yang peneliti lakukan, pencatatan yang dilakukan oleh Ibu. Srikanah dan Ibu. Sriyati masih menggunakan sistem manual dan catatan setiap unitnya dijadikan satu sehinnga pencatatan yang dilakukan oleh Ibu. Srikanah dan Ibu. Sriyati masih sangat tidak rapi.

8. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa yang bertugas melakukan pencatatan dalam usaha pembuatan pilar bangunan adalah Ibu. Srikanah dan Ibu. Sriyati sendiri tanpa dibantu oleh orang lain. Karena mereka menganggap tidak perlu bantuan orang lain dalam proses melakukan pencatatan keuangan dalam usahanya tersebut dan mereka merasa mampu melakukan sendiri dalam melakukan proses pencatatan keuangan.

9. Bahwa pengusaha pilar bangunan dalam hal pencatatan antara pencatatan uang usaha dan uang pribadi sudah bisa mereka ketahui dengan cara yang selama ini mereka lakukan, walaupun cara yang mereka lakukan selama ini kurang transparan dan kurang jelas.


(4)

67

6.2 Saran

1. Bagi pengelola usaha

Bagi pengelola usaha yang bergerak dibidang pembuatan pilar bangunan, Ibu. Srikanah dan Bpk. Sutiyono selaku pengelola usaha agar pengelola juga menerapkan pencatatan keuangan yang lebih sistematis, lengkap, serta jelas perhitungan akhirnya, minimal sesuai dengan standar akuntansi pada umumnya. Mengenai jumlah buku pencatatan yang dilakukan setiap usaha pembuatan pilar bangunan agar dikelompokkan masing – masing antara piutang dengan cash dan batasan penggunaan antara mana milik pribadi dan mana milik unit usaha. Serta di sarankan agar melakukan pencatatan jika ada pembatalan pemesanan dalam pemesanan. Bagi Jaya Makmur dan Sutiyono Pilar sebaiknya menambah jumlah tenaga kerja untuk memperluas jangkauan pemasaran produknya dan untuk melayani jika ada pemesan dan pesanan yang banyak dan bersamaan sehinnga dapat mengurangi jumlah order yang ditolak.

2. Bagi peneliti yang akan datang

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, akan banyak peneliti – peneliti lain yang tertarik untuk menggunakan metode penelitian kualitatif dalam melakukan penelitian karena penelitiannya yang menggali obyek lebih dalam, untuk penelitian selanjutnya juga diharapkan lebih baik lagi bila penelitian tidak hanya dilakukan di daerah Kediri dan cisedane melainkan daerah lainnya juga.


(5)

Buku Teks :

Anonim, 2010. “Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Program

Studi Akuntansi” . Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jatim. Surabaya.

Baridwan, Zaki, 1994, “Sistem Informasi Akuntansi”, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Cushing, Berry E, 1989, “Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi

Perusahaan”, Penerbit Salemba Erlangga, Jakarta.

Donald E. Kieso Ph.D., C.P.A. “Akuntansi Intermediate” , Jilib Satu, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hery, 2009, “Teori Akuntansi”, Edisi Pertama, Cetakan Kesatu, Penerbit Pradana Media Group, Jakarta.

Mulyadi, 2001, “Sistem Akuntansi” , Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Simamora, Henry, 2000, “Basis Pengambilan Keputusan bisnis” , Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suryana, 2001, “Kewirausahaan” , Edisi Pertama, Penerbit salemba Empat (PT. Salemba Emban Patria), Jakarta.

Sumarsono, 2004, “Metode Penelitian Akuntansi” , Edisi Revisi, Penerbit Fakultas Ekonomi UPN, Surabaya.

Sugiono, 2005, “Memahami Penelitian Kualitatif”, Cetakan Kesatu, Penerbit ALFABETA, Bandung.

Werren carl S. & Reeve James, 2005,” Accounting, 19th Edition”, Cengage Learning Asia Pte Ltd, Singapure. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Widjajanto, Nugroho, 1989, “Sistem Informasi Akuntansi”, Penerbit Lembaga

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Wilkinson, Joseph W, 1993, “Sistem Akuntansi dan Informasi” , Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.

Yuhertina, Indrawati, 2009, “Panduan Penelitian Kualitatif Bagi Pemula” , Penerbit Eureka Smart Publishing, Surabaya.


(6)

Jurnal :

Herri dan Irda , 2005, “Sifat Kewirausahaan dan Prestasi usaha Kecil dan

Menengah Sumatra Barat”, Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi ,

Vol. 5 No. 2, Agustus 2005, Hal 198 – 218.

Pinasti, Margani, 2007, “Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas

Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen”, Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia, Vol. 10, September, hal. 321 – 331.

Sujoko Efferin, Bonnie Soeherman, 2005, “Analisis Empiris Tentang Peran

Akuntansi Manajemen Dalam Perencanaan Pengendalian UKM” ,

Jurnal Akuntansi Dan Teknologi Informasi, Vol. 4, No. 2, November, Hal. 71 – 91.

Penelitian :

Much.Rifqi Adi Jaya L. (2009), “Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi pada Usaha Kecil dan Menengah. (Studi kasus pada sentra Industri Kecil patung di desa

Jati Kabupaten Mojokerto)”. Sripsi, fakultas Ekonomi UPN

“Veteran” Jawa Timur.

Website :

http://ksupointer.com/definisi-usaha-kecil, FX Rizal Hartanto, 16 Agustus 2010),

“Pengertian Dasar Tentang Microfinance atau Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM)”.

http://id-jurnal.blogspot.com/2008/04/fokus-ekonomi-agustus-2003-inter-firm.html. Amin Pujiati, 5 April 2008, “Teori dan Implementasi Di