MAKNA PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN BAGI PELAKU USAHA KECIL MENENGAH (UKM)(STUDI KASUS PADA UD. INDAH FURNITURE DI TUBAN).

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi

Oleh :

FREDIA TRI KURNIAWATI

0713010225/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “MAKNA

PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN BAGI PELAKU USAHA KECIL MENENGAH (UKM) ; (STUDI KASUS PADA UD. INDAH FURNITURE DI TUBAN)”

Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak. Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE,MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak. Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS. selaku Wakil Dekan I Fakultas


(3)

dengan kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.

7. Bapak Eka Soejoed beserta keluarga dan seluruh pegawainya.

8. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini saya menghaturkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Juni 2011


(4)

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Fokus Penelitian ... 5

1.3. Perumusan Masalah ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Pengertian Akuntansi ... 12

2.2.2. Asumsi dan Konsep Dasar ... 14

2.2.2.1. Asumsi Dasar ... 14

2.2.2.2. Konsep Dasar ... 15

2.2.3. Sistem Informasi Akuntansi ... 17

2.2.3.1. Pengertian Sistem ... 17

2.2.3.2. Pengertian Informasi ... 17

2.2.3.3. Pengertian Pengendalian Internal ... 18

2.2.4. Siklus Pengolahan Data ... 20

2.2.5. Sifat-Sifat Informasi... 21

2.2.5. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi ... 22


(5)

2.4. Pengertian Produk ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Ketertarikan Penelitian ... 35

3.3. Lokasi Penelitian ... 36

3.4. Instrumen Penelitian ... 36

3.5. Sumber Data ... 36

3.6. Penentuan Informan ... 38

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.8. Analisis Data ... 41

3.9. Keabsahan Data... 42

BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 4.1. Sejarah Indah Furniture... 48

4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 48

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemahaman Pencatatan Keuangan Pada Indah Furniture ………... 51

5.1.1. Pentingnya Pencatatan Bagi Indah Furniture ………. 51

5.1.2. Pengetahuan Mengenai Pencatatan Keuangan ………... 53

5.2. Penerapan Pencatatan Keuangan Pada Indah Furniture ……….. 55

5.2.1. Penerapan Pencatatan Keuangan dalam Sistem Keuangan Pada Indah Furniture ……….. 55


(6)

Keuangan ……… 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 67 6.2. Saran... 68 DAFTAR PUSTAKA


(7)

(8)

(9)

Lampiran II Reduksi Data, Coding dan Analisis Lampiran III Surat Pernyataan Setelah Penelitian Lampiran IV Bukti Kas Induk

Lampiran V Bukti Laba Rugi

Lampiran VI Daftar Dokumentasi Foto Lapangan Penelitian, bukti-bukti nota pembelian dan penjualan bahan baku, buku rekening tabungan


(10)

Oleh:

Fredia Tri Kurniawati ABSTRAK

Perkembangan perekonomian di Indonesia yang berdasarkan pada konsep pengembangan perekonomian rakyat banyak didapat dari sektor Usaha Kecil Menengah (UKM). Informasi akuntansi mempunyai pengaruh sangat penting dalam pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil, kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak memiliki pengetahuan akuntansi dan diantara mereka juga belum memahami pentingnya pencatatan keuangan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. Oleh karena itu, penelitian ini mengungkapkan makna penerapan pencatatan keuangan bagi pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM).

Penelitian ini menggunakan motode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini diperlukan interaksi antara peneliti dengan obyek penelitian yang sifatnya interaktif untuk memahami realita obyek penelitian. Teknik pertama yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara mendalam terhadap informan. Teknik kedua yang digunakan adalah observasi terhadap tindakan di dalam penerapan system akuntansi. Teknik ketiga yang digunakan yaitu dokumentasi untuk mendapatkan bukti-bukti penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan. Analisis data, yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode waktu tertentu.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pemilik UKM masih kurang dalam pemahaman pencatatan keuangan dan model pencatatannya masih sederhana hanya sebatas pada pencatatan cash flow saja.


(11)

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian di Indonesia yang berdasarkan pada konsep pengembangan perekonomian rakyat banyak didapat dari sektor Usaha Kecil Menengah (UKM). Sektor ini mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional maupun daerah. Di Indonesia, usaha kecil mampu menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar 40% dan mempunyai potensi sebagai salah satu sumber penting pertumbuhan ekspor, khususnya ekspor non-migas. (Indonesia Small Business Research Center, 2003 dalam Pinasti 2007)

Perekonomian Indonesia dihadapkan pada krisis yang multidimensi industri kecil dan UKM tetap bertahan dan mampu berperan untuk melaksanakan fungsinya baik dalam memproduksi barang dan jasa ditengah kondisi usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya, sehingga dikenal ketika itu industri kecil dan UKM “tahan banting”. (Wijaya, 2008: 93)

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh sangat penting dalam pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000 dalam Pinasti 2007). Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan dapat menjadi modal dasar bagi UKM untuk pengambilan


(12)

keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan-keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain. Dalam hubungannya dengan pemerintah dan kreditur (bank), penyediaan informasi akuntansi juga diperlukan. Kewajiban penyelenggaraan pencatatan akuntansi yang baik bagi hasil usaha kecil sebenarnya telah tersirat dalam undang-undang usaha kecil no.9 tahun 1995 dan dalam undang-undang perpajakan. (Pinasti, 2007: 322)

Kenyataannya, kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya (Pinasti, 2007: 322). Salah seorang manajer klinik usaha kecil dan koperasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), menyatakan bahwa para pengusaha kecil tidak memiliki pengetahuan akuntansi dan banyak diantara mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. (Idrus, 2000 dalam Pinasti, 2007)

Padahal apabila tidak adanya sebuah sistem akuntansi yang baik dan benar, maka sebuah rencana tidak akan bisa disusun dengan sempurna, banyak usaha yang dibangun tidak didasari oleh suatu sistem pencatatan keuangan yang baik dan benar menurut standar akuntansi. Umumnya mereka membangun usaha manakala ada kesempatan, disatu pihak hal ini tidak bisa dipersalahkan, tetapi dilain pihak, usaha yang tidak direncanakan dengan cermat tidak akan bertahan lama. Perusahaan tidak tahu seberapa besar


(13)

kekuatan dan kelemahan-kelemahan apa saja yang ada pada perusahaan, manakala perusahaan telah semakin berkembang maka laporan keuangan itu akan semakin kompleks, manakala perusahaan semakin mengembangkan usaha maka mereka butuh yang namanya dana besar dan itu harus dilakukan peminjaman dan kepada pihak bank, seringkali pinjaman itu ditolak hanya karena perusahaan tersebut tidak menerapkan pencatatan keuangan dengan baik dan benar, sangat disayangkan apabila hal itu terjadi dikalangan sekitar kita (Krisdiartiwi, 2008: 141).

Umumnya pemilik UKM beranggapan bahwa perencanaan dan pengembangan strategi bisnis adalah tidak perlu. Teknologi seperti terlihat sebagai suatu investasi uang dan waktu yang mahal dan tak terjangkau, tetapi memilih alat yang tepat akan membuat bisnis menjadi lebih mudah daripada sebelumnya.

Menyadari situasi dan kondisi tersebut di atas, maka diperlukan sebuah inovasi teknologi baru agar para pelaku UKM yang sebagian dari mereka belum mengerti pencatatan akuntansi, menjadi mengerti dan mudah menerapkannya.

Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong kemajuan dalam teknologi, produk dan proses, serta terbentuknya masyarakat informasi, dalam dunia usaha dituntut untuk tampil adaptif terhadap


(14)

perubahan yang terjadi dengan perbaikan strategi dan operasi perusahaan agar dapat bertahan dalam kompetisi dunia usaha yang semakin ketat.

Begitu juga halnya dengan aspek pemasaran untuk produk dan proses dari UKM tersebut dibutuhkan sebuah inovasi-inovasi yang dapat meningkatkan pendapatan bagi UKM tersebut dan agar tidak “ jalan ditempat “ atau bahkan terlampau jauh tertinggal dari pesaing.

Faktor accountability mutlak diperlukan jika usaha tersebut menginginkan lebih maju karena untuk mengajukan kredit kepada bank atau lembaga perkreditan lain yang memerlukan laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan (accountability).

Permasalahan dalam penelitian ini sangat menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul:

Makna Penerapan Pencatatan Keuangan Bagi Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) ; (Studi Kasus pada UD. Indah Furniture di Tuban)

1.2 Fokus Penelitian

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, hal-hal yang perlu diamati kebanyakan dari pelaku UKM hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual dan jumlah piutang atau utang. Namun pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja dan tidak dengan


(15)

format yang di inginkan oleh pihak yang membutuhkan (contoh: bank) meskipun tidak dapat dipungkiri mereka dapat mengetahui jumlah modal akhir mereka setiap tahun yang hampir sama jumlahnya jika kita mencatat dengan sistem akuntansi.

Dari kebiasaan-kebiasaan mencatat kegiatan usaha secara sederhana tersebut, sebenarnya dapat diarahkan untuk mencatat kegiatan usaha yang sesuai dengan standar akuntansi secara lengkap dan rapi. Tentunya dengan format yang sederhana bagi UKM yang memiliki tenaga kerja dan waktu terbatas. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba untuk mengedepankan pentingnya menumbuhkan kebiasaan mencatat dan menyusun laporan keuangan bagi pelaku UKM yang sesuai dengan standar akuntansi namun dengan format yang mudah diterapkan.

Sehingga dapat difokuskan masalah yang benar-benar diteliti dan dibahas untuk menjadi fokus penelitian dalam hal ini adalah sejauh mana pelaku UKM memahami pencatatan keuangan dalam usahanya.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka berikut ini dibuat suatu perumusan masalah:


(16)

2. Bagaimana penerapan pencatatan keuangan bagi Usaha Kecil Menengah?

1.4 Tujuan Penelitian

Setelah melakukan kajian masalah, yang selanjutnya dilakukan rumusan atau permasalahan yang terjadi, berikut ini akan dibuat suatu tujuan dari penelitian berikut ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pemahaman pencatatan keuangan pada pelaku UKM.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan pencatatan keuangan pada pelaku UKM.

1.5 Manfaat Penelitian

1) Bagi UKM

Hasil ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan atau hasil ini diharapkan juga mampu memberikan bahan masukan untuk lebih mengetahui pentingnya akuntabilitas usaha.

2) Bagi Universitas

Sebagai tambahan informasi mengenai akuntabilitas UKM dan bahan penelitian mahasiswa dimasa yang akan datang.


(17)

Sebagai sarana untuk menetapkan dan mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh dari sumber-sumber lain sehingga bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.


(18)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:

1. Kiryanto, dkk (2001)

“Pengaruh Persepsi Manajer atas Informasi Akuntansi Keuangan terhadap Keberhasilan Perusahaan Kecil”

a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah faktor-faktor dalam proses belajar, motivasi dan kepribadian mempunyai pengaruh yang positif terhadap persepsi manajer atas informasi keuangan?

2) Sejauh mana pengaruh antara persepsi manajer atas informasi

akuntansi keuangan terhadap keberhasilan perusahaan kecil?

b. Kesimpulan

1) Proses belajar, motivasi dan kepribadian terbukti secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi manajer perusahaan kecil atas informasi akuntansi keuangan.


(19)

2) Persepsi manajer perusahaan kecil atas informasi akuntansi keuangan mempunyai hubungan yang nyata dengan keberhasilan perusahaan kecil.

2. Herri dan Irda (2005)

“Sifat Kewirausahaan dan Prestasi Usaha Kecil Dan Menengah Sumatra Barat”

a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1) Adakah Pengaruh Karakteristik Entrepreneurial dan perusahaan

terhadap prestasi UKM Sumatra Barat ?

2) Adakah UKM yang prestasi tinggi memiliki karakteristik

entrepreneurial UKM yang berbeda dibanding UKM yang berprestasi rendah ?

b. Kesimpulan

1) Modal dasar pendirian UKM umumnya berasal dari tabungan, hal ini

bisa menunjukkan bahwa terbatasnya modal usaha UKM dalam membuka usaha. Oleh karena itu untuk mendorong lahirnya pengusaha atau entrepreneur maka tidak hanya diperlukan rangsangan peningkatan jiwa kewirausahaan tetapi juga skim pembukaan usaha baru oleh pengambil kebijakan.

2) Walaupun tidak ditemui adanya pengaruh keluasan daerah pemasaran


(20)

UKM yang memasarkan produknya pada lingkup pasar yang lebih luas seperti ke luar propinsi dan ekspor memiliki prestasi yang relatif lebih tinggi dibanding dengan UKM yang hanya memasarkan produknya pada daerah sekitar.

3) Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa sifat kewirausahaan

memberikan kontribusi terhadap variasi prestasi UKM terutama sifat inovatif dan suka menanggung resiko. Penelitian juga mendapatkan bahwa karakteristik UKM seperti jumlah tenaga kerja dan daerah pemasaran cenderung memberikan kontribusi terhadap prestasi UKM dengan daerah pemasaran yang luas termasuk ekspor memiliki prestasi lebih tinggi dibanding UKM yang hanya memasarkan produknya pada daerah sekitar mereka.

3. Pinasti Margani (2007)

“Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Akuntansi terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen”

a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

Apakah penyelenggaraan dan penggunaan akuntansi Berpengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi ?

b. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam riset eksperimen


(21)

mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi.

4. Wijaya Tony (2008)

“Kajian Model Empiris Perilaku Berwirausaha UKM DIY dan Jawa Tengah” a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1) Secara umum, apakah model yang dirancang sesuai dengan data di

lapangan ?

2) Secara khusus, apakah dalam model empiris variabel sikap

berwirausaha, norma subjektif, efikasi diri mempunyai peran terhadap perilaku berwirausaha melalui intensi berwirausaha serta peran efikasi diri secara langsung terhadap perilaku berwirausaha ?

b. Kesimpulan

1) Secara umum penelitian ini bertujuan menguji kelayakan rancangan

model peran sikap berwirausaha, norma subjektif, efikasi diri terhadap perilaku berwirausaha melalui intense berwirausaha.

2) Secara khusus penelitian ini bertujuan memperoleh hasil analisis peran antar variabel yaitu besaran peran sikap berwirausaha, norma subjektif, efikasi diri terhadap intensi berwirausaha, besaran peran efikasi diri terhadap perilaku berwirausaha dan besaran peran intensi berwirausaha terhadap perilaku berwirausaha.


(22)

Penelitian yang sekarang ini berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu terletak pada waktu, sampel dan metode penelitian. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang UKM dan informasi akuntansi. Oleh karena itu, penelitian sekarang bukan replikasi dari peneliti terdahulu.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan beberapa lembaga-lembaga terkait, menurut Winwin Yadiati (2007: 1) definisi tersebut antara lain:

1. Accounting Principle Board (APB) dalam Statement No.4 disebutkan :

Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat financial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan logis diantara tindakan alternatif.

2. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam

Accounting Bulletin No.1, tahun 1953, menyatakan :

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran dengan cara yang berarti, atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan, serta penafsiran hasil-hasilnya.


(23)

Akuntansi merupakan suatu body of knowledge serta fungsi organisasi secara sistematik, orisinal dan autentik, mencatat, mengklarifikasikan, memproses, mengikhtisarkan, menganalisis, menginterprestasikan seluruh transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti yang dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggung jawaban atas kepercayaan yang diterimanya.

Menurut Suwaldiman (2005 : 12) produk akuntansi adalah informasi keuangan yang menjembatani kepentingan pihak pemakai laporan keuangan dengan aktifitas suatu unit usaha. Keindahan sebagai hasil produk seni sama sekali tidak terdapat dalam akuntansi. Laporan keuangan yang disajikan secara rapi bukanlah suatu seni, akan tetapi agar pemakai laporan tersebut lebih mudah untuk membaca dan memahami. Akuntansi tidak menitik beratkan keindahan, tetapi yang lebih penting adalah kelayakan dan keandalan informasi keuangan yang dihasilkannya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi diselenggarakan dalam suatu perusahaan. Informasi akuntansi yang dihasilkan adalah informasi tentang organisasi dan informasi akuntansi sangat penting dalam menyelenggarakan perusahaan.


(24)

2.2.2. Asumsi dan Konsep Dasar 2.2.2.1. Asumsi Dasar

Ada beberapa asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi. Asumsi – asumsi tersebut menurut Baridwan ( 2004:8 ) adalah :

1) Kesatuan Usaha Khusus

Di dalam konsep ini, perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Atau dengan kata lain perusahaan dianggap sebagai “unit akuntansi” yang terpisah dari pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang lain. Dengan anggapan seperti ini maka transaksi – transaksi perusahaan dipisahkan dari transaksi – transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua pencatatan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi.

2) Kontinuitas Usaha

Konsep ini menganggap bahwa suatu perusahaan itu akan hidup terus, dalam arti diharapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa yang akan datang. Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan usaha, kontrak – kontrak dan perjanjian – perjanjian. Oleh karena itu dibuat berbagai metode penilaian dan pengalokasian dalam akuntansi yang didasarkan pada konsep ini.


(25)

Beberapa transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat dicatat dengan menggunakan ukuran unit fisik atau waktu, tetapi karena tidak semua transaksi itu bisa menggunakan ukuran unit fisik yang sama, sehingga akan menimbulkan kesulitan – kesulitan di dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini maka semua transaksi – transaksi yang terjadi akan dinyatakan di dalam catatan dalam bentuk unit moneter pada saat terjadinya transaksi itu. Unit moneter yang digunakan adalah mata uang dari negara di mana perusahaan itu berdiri.

4) Periode Waktu

IAI (2002) menyatakan bahwa asumsi dasar dalam pencapaian tujuan laporan keuangan adalah dasar akrual dan kelangsungan usaha. Dasar akrual adalah pencatatan transaksi pada saat terjadinya dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan, bukan pada saat kas diterima atau dikeluarkan.

2.2.2.2. Konsep Dasar

Konsep (prinsip) dasar yang mendasari penyusuan standar akuntansi menurut Baridwan ( 2004:10 ) adalah :

1) Prinsip Biaya Historis

Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang, modal dan biaya.


(26)

2) Prinsip Pengakuan Pendapatan

Pendapatan adalah aliran masuk harta – harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu.

3) Prinsip Mempertemukan

Yang dimaksud dengan prinsip mempertemukan adalah mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya penghasilan bersih setiap periode. Karena biaya itu harus dipertemukan dengan pendapatannya maka pembebanan biaya sangat tergantung pada saat pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan suatu pendapatan ditunda, maka pembebanan biayanya juga akan ditunda sampai saat diakuinya pendapatan.

4) Prinsip Konsistensi

Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya, maka metode dan prosedur – prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun, sehingga bila terdapat perbedaan antara suatu pos dalam dua periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan selisih akibat penggunaan metode yang berbeda.


(27)

Yang dimaksud dengan prinsip pengungkapan lengkap (full disclousure) adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan. Karena informasi yang disajikan itu merupakan ringkasan dari transaksi – transaksi dalam satu periode dan juga saldo – saldo dari rekening – rekening tertentu, tidaklah mungkin untuk memasukkan semua informasi – informasi yang ada ke dalam laporan keuangan.

2.2.3. Sistem Informasi Akuntansi 2.2.2.1.Pengertian Sistem

Menurut Widjajanto (2001: 2), “sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 2), “suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”.

Dari kedua definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

2.2.2.2. Pengertian Informasi

Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data, menurut Cushing (1986: 11), “data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang diterima sebagai


(28)

diartikan sebagai output pengelolahan data yang diorganisir dan berguna bagi orang yang menerimanya”. Sedangkan menurut Wilkinson (1993: 3), “data adalah fakta, angka, bahkan simbol mentah. Secara bersama-sama mereka merupakan masukan bagi suatu sistem informasi. Sebaliknya, informasi terdiri dari data yang telah ditranformasi dan dibuat lebih bernilai melalui pemrosesan. Idealnya, informasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran”.

Jadi informasi merupakan kumpulan dari data yang telah diolah sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Biasanya data belum dapat digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Sehingga agar dapat berguna bagi pemakainya, data harus diproses sehingga dapat menghasilkan output yang berupa informasi.

2.2.2.3. Pengertian Pengendalian Internal

Pengendalian internal menurut Widjajanto (2001: 18) adalah sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk:

1. Mengamankan aktiva perusahaan

2. Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi


(29)

4. Mendorong agar kebijakkan manajemen dipetuhi oleh segenap jajaran organisasi.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengendalian internal bertujuan untuk menjaga integritas informasi akuntansi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan, dan pencurian yang dilakukan oleh pihak didalam maupun di luar perusahaan. Pengendalian intern juga harus dapat memudahkan pelacakan kesalahan baik yang disengaja atau tidak, demikian rupa sehingga memperlancar prosedur audit. Agar dapat berjalan efektif, pengendalian intern memerlukan adanya pembagian tanggung jawab yang jelas dalam organisasi. Setiap fungsi harus ada penanggung jawabnya secara khusus. Tujuannya adalah agar setiap karyawan dapat mengkonsentrasikan perhatian kepada lingkup tanggung jawabnya masing-masing, sehihingga tidak ada suatu fungsi yang tidak terganggu.

Agar dapat berjalan baik, suatu system pengendalian intern harus memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut:

• Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab


(30)

• Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

• Pelaksanaan kerja yang sehat dalam melaksanakan tugas dan

fungsi setiap unit organisasi.

• Karyawan yang berkualitas sesuai dengan tanggung jawab

yang dipikulnya.

2.2.4. Siklus Pengolahan Data

Untuk mengubah data menjadi informasi, dilakukan proses pengolahan data. Dalam akuntansi proses ini disebut sebagai siklus akuntansi. Maka dalam sistem informasi akuntansi proses pengolahan ini dilakukan dengan berbagai tahapan tertentu. Yaitu sistem informasi akuntansi yang diproses secara manual dan sistem informasi akuntansi yang diproses dengan komputer.

Gambar 1 : Siklus pengolahan data secara manual

Bukti

Transaksi Jurnal Buku

Besar

Laporan Keuangan


(31)

Sumber : Zaki Baridwan, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, BPPE, Yogyakarta, Edisi Kedua, hal.

Gambar 2 : Siklus pengolahan data dengan komputer

Input Pengolahan Output

Sumber : Zaki Baridwan, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, BPPFE, Yogyakarta, Edisi Kedua, hal. 4

2.2.5. Sifat-sifat Informasi

Menurut Wilkinson (1993: 121), sifat-sifat informasi yang penting meliputi hal-hal berikut :

Bukti

Transaksi Jurnal

Buku

Besar Laporan

Keuangan & Laporan lain

File Transaksi


(32)

1) Relevansi.

Hubungan antara informasi dan situasi keputusan, serta dengan sasaran perusahaan.

2) Kuantifiabilitas.

Sejauh mana informasi dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam bentuk numerik).

3) Akurasi.

Keandalan dan kepresisisan informasi.

4) Kepadatan.

Sejauh mana informasi diringkaskan atau dipadatkan.

5) Ketepatan Waktu.

Keyakinan informasi.

6) Cakupan.

Rentang yang dicakup oleh informasi.

2.2.6. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai pihak, baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi yang menyelenggarakan akuntansi tersebut.

Secara garis besar (Weygandt, dkk, 2007: 6) pihak-pihak tersebut adalah :


(33)

a. Pengguna internal, yaitu manajer yang merencanakan, mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis.

b. Pengguna eksternal, yaitu :

1) Investor, menggunakan informasi akuntansi guna membuat keputusan

untuk membeli, menahan atau menjual sahamnya.

2) Kreditor, seperti pemasok dan banker menggunakan informasi akuntansi

guna mengevaluasi risiko pemberian kredit atau pinjaman.

3) Badan perpajakan, Amerika seperti Internal Revenue Service (IRS), ingin mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi undang-undang perpajakan.

4) Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap harus

menghargai jaminan dan dukungan produk atas lini-lini produknya.

5) Serikat pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat membayar

kenaikan upah dan tunjangan. 2.2.7. Akuntabilitas Usaha

Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut

dengan accoutability yang diartikan sebagai “yang dapat

dipertanggungjawabkan”. Atau dalam kata sifat disebut sebagai accountable. Lalu apa bedanya dengan responsibility yang juga diartikan sebagai “tanggung jawab”. Pengertian accountability dan responsibility seringkali diartikan sama. Padahal maknanya jelas sangat berbeda. Beberapa ahli


(34)

menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan birokrasi, responsibility merupakan otoritas yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu

kebijakan. Sedangkan accountability merupakan kewajiban untuk

menjelaskan bagaimana realisasi otoritas yang diperolehnya tersebut.

Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin H Saleh dan Aslam Iqbal berpendapat bahwa akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap dan watak kehidupan manusia yang meliputi akuntabilitas internal dan eksternal

seseorang. Dari sisi internal seseorang akuntabilitas merupakan

pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhan-nya. Sedangkan akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas orang tersebut kepada lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan) maupun lingkungan masyarakat.

Tidak dapat dipungkiri, pencatatan keuangan memegang peranan penting bagi dunia usaha yang dinamis karena laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan (accountability) mutlak diperlukan. Usaha yang pada awalnya tergolong kecil tidak menutup kemungkinan akan menjadi besar disaat mendatang, salah satu cara yang ditempuh adalah pengajuan kredit kepada bank namun sering kali proposal yang diajukan tidak memenuhi persyaratan dari pihak bank (www.depkominfo.go.id).


(35)

2.2.8. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Kecil dan Menengah

Perlakuan akuntansi untuk perusahaan industri kecil dimana perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Perlakuan yang disebutkan adalah penyajian yang sesuai dengan SAK ETAP 2009 yang berlaku, dimana menurut SAK ETAP 2009 dalam penyajiannya setiap pelaporan keuangan entitas sebagai berikut:

A. Neraca

Neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu – akhir periode pelaporan. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut:

a. Kas dan setara kas

b. Piutang usaha dan piutang usaha dan piutang lainnya. c. Persediaan

d. Properti investasi e. Aset tetap

f. Aset tidak berwujud

g. Utang usaha dan utang lainnya. h. Aset dan kewajiban pajak

i. Kewajiban diestimasi

j. Ekuitas


(36)

Laporan laba rugi memasukan semua pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode kecuali SAK ETAP 2009 mensyaratkan lain. SAK ETAP 2009 mengatur perlakuan berbeda terhadap dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu, dan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan.

Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :

a. Pendapatan

b. Beban keuangan

c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode

ekuitas

d. Beban pajak

e. Laba atau rugi

Entitas harus menyajikan Pos, judul dan sub-jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Entitas tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan.

C. Laporan Perubahan Ekuitas

Penyajian perubahan dalam ekuitas entitas selama suatu periode, baik dalam laporan perubahan ekuitas dan laporan laba rugi dan saldo laba (jika


(37)

memenuhi kondisi tertentu). Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode tersebut.

Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan ; • Laba atau rugi untuk periode

• Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas

• Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan

akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui.

• Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara

jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari:

i. Laba atau rugi,

ii. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam

ekuitas.

iii. Jumlah investasi dividen, dan distribusi lainnya ke

pemilik ekuitas dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian.


(38)

D. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi yang disajikan dalam laporan arus kas :

• Aktivitas operasi. • Aktivitas investasi.

• Aktivitas pendanaan.

E. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

2.3. Usaha Kecil Menengah

2.3.1. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah

a. Kriteria Menurut undang-undang RI No. 9 tahun 1995 tentang usaha

kecil :

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua

ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau


(39)

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

3) Milik Warga Negara Indonesia.

4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berfiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

5) Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hokum, termsuk koperasi.

b. Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

(Menegkop dan UKM) :

Bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.


(40)

Memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27

Juni 1994 :

Usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1) badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).

e. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah :

Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: (1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).


(41)

Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.3.2. Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah

Marbun (1986: 35) menyatakan kelemahan usaha kecil sebagai berikut:

1) Tidak atau jarang mempunyai perencanaan tertulis.

2) Tidak berorientasi ke masa depan, melainkan kepada hari kemarin atau hari ini.


(42)

3) Tidak memiliki pendidikan yang relevan.

4) Tanpa pembukuan yang teratur dan tanpa neraca rugi laba.

5) Tidak mempunyai atau tidak mengadakan analisis pasar “up to

date” atau tepat waktu dan mutakhir.

6) Kurang spesialisasi atau difersifikasi berencana.

7) Jarang mengadakan pembaharuan (inovasi).

8) Tidak ada atau jarang terjadi pengkaderan. 9) Cepat puas.

10)Keluarga sentris.

11)Kurang percaya pada ilmu modern.

2.3.3. Peluang Usaha Kecil dan Menengah

Marbun (1986: 44), menyatakan bahwa peluang usaha kecil yang masih bisa diraih antara lain :

1) Belajar ilmu manajemen sederhana.

2) Meminta jasa konsultan manajemen.

3) Meminta jasa keluarga / kenalan yang pintar. 4) Kembali ke bangku belajar.

5) Mengalihkan bidang usaha.

2.4. Pengertian Produk

Produk dalam arti yang lebih luas mencakup segala sesuatu yang dapat


(43)

Produk juga dapat berarti hasil yang berupa barang ataupun jasa. Barang merupakan benda yang nyata, dapat dilihat dan dirasakan. Sedangkan jasa hanya dapat dirasakan tanpa dilihat, seperti jasa dokter, advokat dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh Buchari Alma (2004 : 139) yang menyatakan bahwa produk adalah seperangkat atribut baik berwujud, maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginan.

Jadi produk bukan hanya berbentuk sesuatu yang berwujud saja, akan tetapi sesuatu yang tidak berwujud seperti pelayanan jasa, semuanya untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Pengertian diatas menekankan bahwa produk merupakan hasil terakhir dari suatu proses produksi, atau produk tersebut merupakan alat pemuas kebutuhan manusia.


(44)

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan makna penerapan pencatatan keuangan bagi pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM), dengan pendekatan ini peneliti berada dalam posisi tidak bisa mengontrol obyek penelitian. Penelitian memerlukan interaksi antara peneliti dengan obyek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas obyek.

Menurut Sugiyono (2010: 8) metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang alamiah (natural setting). Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2000: 3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.


(45)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian sendiri sebagai alat untuk mencapai suatu kesimpulan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, kekuatan pendekatan ini bukan pada “objektivitas” hasil studi diperoleh, namun lebih ke pengenalan secara mendalam atas fenomena yang diteliti.

3.2. Ketertarikan Penelitian

Alasan penulis untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti sehari-hari, yaitu melihat pada saat ini semakin berkembangan unit usaha kecil menengah di daerah penulis khususnya usaha mebel/furniture.

Berbicara mengenai menjalankan suatu usaha tentu banyak aspek yang terlibat didalamnya, misalnya aspek pemasaran, sumber daya manusia, keuangan dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas aspek keuangan, yaitu sejauhmana penerapan pencatatan akuntansinya yang mampu memberikan informasi keuangan bagi pemilik sekaligus pelaku UKM

tersebut. Masalah pegelolaan keuangan dari pelaku usaha terganjal pada

sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka mengenai akuntansi, ilmu akuntansi dianggap sebagai suatu yang merepotkan dan tidak penting.

Kondisi terakhir ini menimbulkan pertanyaan di dalam penulis, yaitu bagaimana jenis transaksi yang terjadi didalam usaha tersebut? bagaimana pula cara pemilik usaha melakukan kegiatan pencatatan akuntansinya ?


(46)

Dengan penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui apa saja transaksi yang ada pada usaha tersebut dan implementasinya.

3.3. Lokasi Penelitian

UD. Indah Furniture terletak di jalan Jombok 177, Jatirogo Tuban.

3.4. Instrumen Penelitian

Informasi tentang pencatatan keuangan pada UKM sangat dibutuhkan peneliti untuk menunjang dan akan digali sebagai instrumen. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian selanjutnya untuk terjun ke lapangan.

Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk masuk objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. (Sugiono, 2010: 222)

3.5. Sampel Sumber Data

Teknik pengambilan sample menggunakan teknik Non – probabilitas. Menurut Sumarsono ( 2004 : 51 ) dalam penarikan sample secara non – probabilitas penentuan ukuran sample didasarkan pada pertimbangan atau


(47)

penilaian yang sifatnya subyektif dan tidak berdasar teori probabilitas, sehinnga setiap anggota populasi tidak mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sample.

Pemilihan sumber data yaitu UKM yang akan dijadikan objek penelitian berasal dari landasan UU No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Lantas peneliti menentukan bidang usaha furniture yang dijadikan objek disekitar Jl. Jombok 177, Tuban. Mengapa peneliti memutuskan untuk meneliti UD. Indah Furniture, dikarenakan sama dengan tujuan penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pemahaman pencatatan keuangan pada

pelaku UKM.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan pencatatan keuangan pada

pelaku UKM.

Gambar 3: Tampak Depan UD. Indah Furniture


(48)

3.6. Penentuan Informan

Jumlah informan ditentukan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Menurut Sumarsono (2004: 52) snowball sampling adalah teknik penarikan sample yang pada awalnya responden dipilih secara random dengan menggunakan metode non-probabilitas yang selanjutnya responden yang telah terpilih tersebut diminta untuk memberikan informasi mengenai responden-responden lainnya sehingga diperoleh tambahan responden-responden.

Informan dari pihak UKM ini adalah Ir. H. Eka Soejoed sebagai pelaku UKM yang bertindak sebagai pemilik dan pelaksana usaha mebel UD. Indah Furniture. Dan ibu Chrisna yang bertugas untuk mencatat keuangan. Total jumlah informan yang digunakan sementara dalam penelitian ini sejumlah dua orang dan kemungkinan akan berkembang seiring dengan informasi yang berkembang pula.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi studi lapangan yang terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian studi kepustakaan.

Teknik pertama yang digunakan adalah wawancara mendalam terhadap para informan. Dengan teknik wawancara mendalam, bisa digali apa yang tersembunyi disanubari seseorang, apakah yang menyangkut masa


(49)

lampau, masa kini, maupun masa depan dan harapan serta cita – cita ( visi misi ) para pelaku UKM terhadap kemajuan usaha mereka sendiri. Dari teknik ini akan diketahui bagaimana proses sistem pencatatan laporan keuangan pada UKM.

Dalam menggunakan teknik wawancara ini, keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari objek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara. Untuk itu peneliti sebagai instrument dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data, untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian, sehingga cara melakukan wawancara mirip dengan kalau kita sedang melakukan pembicaraan dengan lawan bicara kita.

Teknik kedua merupakan observasi terhadap tindakan dalam penerapan sistem akuntansi. Kegiatan observasi meliputi pencatatan secara sistematik dari penyusun anggaran, penerimaan pendapatan, pelaksanaan belanja, pembukuan dan perhitungan, dan pelaporan.

Kegiatan observasi tersebut tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan – kenyataan yang terlihat, tetapi juga terhadap yang terdengar oleh peneliti


(50)

sebagai peneliti sebagai aktivitas observasi ketika para responden atau informan melakukan kegiatan ini.

1. Studi Lapangan

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung pada para pelaku usaha UKM umtuk memperoleh data primer dan informasi yang dibutuhkan.

Adapun kegiatan yang dilakukan yang sudah dijelaskan adalah :

a. Wawancara

Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam terutama yang berkenaan dengan penerapan sistem penerapan akuntansi pada UKM, usaha yang bergerak dalam bidang pembuatan pilar bangunan. Teknik wawancara ini diakukan dengan semua informan yang ada pada khususnya kepada bapak Eka sebagai pemilik dan pelaksana UD. Indah Furniture. Dan ibu Chrisna yang bertugas untuk mencatat keuangan.

b. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan yang merupakan salah satu bentuk cara mencari data utama atau informasi untuk mengamati berbagai kegiatan penerapan pencatatan laporan keuangan pada UKM meubel.


(51)

Teknik dokumentasi merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara melihat dan membaca mengenai cara bapak Eka mencatat dan mengolah data keuangan perusahaan beliau selain itu merekam aktivitas usaha meubel. Media yang digunakan adalah foto.

2. Studi Kepustakaan (library research)

Yaitu mencari dan mengumpulkan bahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mempelajari dan mendalami literature – literature yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

3.8. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah sampai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Dikutip dari Sugiono (2010: 246-253), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data:


(52)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data ini berasal dari data mentah (hasil rekaman, catatan lapangan) sampai reduksi data yang telah dipilah-pilah oleh penulis untuk melihat gambaran pola masalah. 2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan data. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing / Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Rencananya, kesimpulan dibuat dengan melalui tahap-tahap analisis data sehingga mencapai saran dari peneliti yang berasal dari fakta lapangan.

3.9. Keabsahan Data

Setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat kepercayaan atas kebenaran dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif standar yang dikutip dari Sugiyono (2010: 270-277), tersebut dengan keabsahan data adalah :

1. Derajat Kepercayaan (credibility)


(53)

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Diharapkan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk kepercayaan, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direka secara pasti dan sistematis. Dalam peningkatan ketekunan peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.

c. Triangulasi

Triangulasi dilakukan untuk mengecek data dari sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat


(54)

triangulasi sumber, triangulasi pengumpulan data, dokumen dan waktu.

2. Pengujian Transferability

Seperti telah dikemukakan bahwa, transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat digunakan dalam situasi lain. Maka hasil penelitian tentang perencanaan dan pengelolaan keuangan keluarga dapat dipahami, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Pengujian Dependability

Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tapi datanya ada. Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

4. Pengujian Konfirmability


(55)

maka menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.


(56)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan furniture “Indah” didirikan sejak tahun 1980. Adapun yang mendirikan adalah Alm. Ibu Soejoed dan sekarang diteruskan oleh putranya yaitu Ir. H. Eka Soejoed, yang juga sebagai pimpinan perusahaan.

Pada awal berdirinya perusahaan ini sebenarnya tidak langsung memproduksi bermacam-macam jenis meubel, melainkan memproduksi hanya beberapa macam saja, yaitu meja kursi makan dan almari.

Dari tahun ketahun aktivitas perusahaan semakin bertambah maju, dalam waktu yang relatif singkat perusahaan telah menjalani perkembangan pesat. Dan sampai sekarang perusahaan ini mulai bermacam-macam jenis meuble dengan karyawan sebanyak 40 orang. Pada akhirnya prusahaan ini memperoleh ijin usaha dengan ijin surat No. 104/kp/B-26/PDM/VII/87. NPWP. 6339.955.4.50.

Adapun lokasi perusahaan ini terletak dijalan Jombok 177 Jatirogo Tuban. Pemilihan lokasi perusahaan adalah salah satu faktor yang penting dalam mendirikan perusahaan. Oleh karena itu faktor pemilihan lokasi perlu diperhatikan dan di dasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang matang.


(57)

Sebab tepat atau tidaknya pemilihan lokasi perusahaan akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan perusahaan ini sendiri.

Demikian pula dengan perusahaan furniture “Indah” didalam penentuan lokasi perusahaan telah didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Faktor Primer (1). Bahan Baku

Bahan baku merupakan faktor utama didalam proses produksi, oleh karena itu akan menguntungkan bila suatu perusahaan dapat didirikan dekat bahan yang diperlukan.

Mengenai bahan baku atau bahan penolong, perusahaan ini tidak mengalami kesulitan, karena pada dasarnya daerah sekitar wilayah Tuban, bahan kayu jati mudah didapat.

(2). Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menjamin kelancaran proses produksi. Bagi perusahaan meubel ini dalam hal pemenuhan tenaga kerja tidak mengalami kesulitan, karena daerah sekitarnya banyak sekali tenaga kasar dengan upah yang relatif rendah.

(3). Transportasi


(58)

kelancaran pengangkutan bahan ke perusahaan dan pengangkutan barang jadi ke pasar maupun kepemesanan.

Melihat lokasi perusahaan furniture “Indah” terletak dipinggir jalan raya, sehingga memudahkan pengangkutan, apalagi perusahaan juga memiliki 5 (lima) buah kendaraan, yaitu 3 buah truck dan 2 pick up untuk memperlancar kegiatan transportasi.

(4). Energi

Pada perusahaan furniture “Indah” ini sebagian peralatan yang digunakan dalam proses produksi digerakkan melalui tenaga listrik yang diperoleh dari generator.

b. Faktor Sekunder

1. Lingkungan

Perusahaan ini sudah tepat dalam hal memilih lokasi karena jika dilihat dari lingkungannya perusahaan terletak agak jauh dari rumah-rumah penduduk sehingga aktivitas pabrik tidak menganggu masyarakat disekitarnya.

2. Ekspansi

Di dalam penjualan, perusahaan furniture “Indah” ini semakin meningkat oleh karena itu membutuhkan tempat yang makin luas pula. Perusahaan furniture “Indah” didalam menjalankan aktivitasnya masih memungkinkan diadakan perluasan tempat. Karena tanah disekitar perusahaan cukup luas


(59)

5.1. Pemahaman Pencatatan Keuangan Pada Indah Furniture

5.1.1. Pentingnya Pencatatan Bagi Indah Furniture

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh sangat penting dalam pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000 dalam Pinasti 2007). Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan dapat menjadi modal dasar bagi UKM untuk pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan-keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain. Dalam hubungannya dengan pemerintah dan kreditur (bank), penyediaan informasi akuntansi juga diperlukan. Kewajiban penyelenggaraan pencatatan akuntansi yang baik bagi hasil usaha kecil sebenarnya telah tersirat dalam undang-undang usaha kecil no.9 tahun 1995 dan dalam undang-undang perpajakan (Pinasti, 2007: 322). Kewajiban penyelenggaraan akuntansi bagi usaha kecil sebenarnya tersirat dalam Undang-undang tentang usaha kecil, mikro dan menengah pada Bab VI pasal 19 No 20 tahun 2008. Pengembangan dalam bidang sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara:


(60)

b. Meningkatkan ketrampilan teknis dan manajerial; dan

c. Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis dan penciptaan wirausaha baru.

Untuk menganalisis pemahaman pencatatan keuangan pada UD. Indah Furniture maka peneliti melakukan wawancara dengan informan kunci bapak Eka dalam hal ini sebagai pemilik sekaligus sebagai pengelola. Adapun pertanyaanya yang diajukan terkait dengan seberapa pentingkah pencatatan keuangan bagi usaha anda, berikut pemaparannya:

“Sebenarnya pencatatan keuangan itu kan formal saja. Itu masuk dalam perencanaan. Yang penting ada uang yang masuk.”

Bapak Eka Ada pemahaman yang salah secara mendasar mengenai konsep pencatatan keuangan. Bapak Eka hanya memandang bahwa pencatatan yang dilakukan hanya berupa pencatatan untuk perencanaan. Untuk itu peneliti melakukan wawancara kembali, dengan wawancara yang sama karena peneliti merasa jawaban bapak Eka belum sesuai dengan list question yang pertama: “Sebenarnya menurut saya pencatatan itu nomer tiga. Yang penting ada order masuk, coba kalo pencatatannya rapi tapi tidak ada order masuk, itu kan percuma. Kalo banyak order yang masuk pasti kan untung.”


(61)

Berdasarkan wawancara dengan bapak Eka pencatatan keuangan itu merupakan sesuatu hal yang formal dan penting, namun yang lebih penting lagi bila usahanya mendapatkan order dari pelanggan. Informan selanjutnya yaitu istrinya yang membantu dalam melakukan pencatatan keuangan dan masih dengan pertanyaan yang sama, berikut pemaparannya:

“Ya, kalau masalah pencatatan keuangan juga penting bagi saya, sebab biar tahu keluar masuknya uang dan juga order-order yang masuk khusus dalam 1 bulan.”

Ibu Chrisna

Masih tidak dianggap penting pencatatan akuntansi oleh pelaku UKM merupakan fenomena yang terjadi secara umum, tetapi patut diingat bahwa salah satu permasalahan nyata juga sering ditemui akibat tidak adanya pencatatan keuangan oleh pelaku UKM, tepatnya ketika berhubungan dengan lembaga keuangan dalam rangka usaha mendapatkan kredit bank. Sangat disayangkan sekali, kredit ditolak hanya karena usaha tersebut tidak memiliki pencatatan keuangan dan pembukuan yang jelas.

5.1.2. Pengetahuan Mengenai Pencatatan Keuangan

Ilmu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses hidup umat manusia. Sekolah adalah media formal yang disediakan pemerintah dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang diamanatkan oleh


(62)

UUD 1945. Dewasa ini pendidikan dan ilmu tidak hanya diperoleh melalui proses pendidikan formal.

Seperti terungkap dalam hasil wawancara:

“Ya itu alamiah,,,saya pikir dalam arti alamiah dari bekal-bekal. Karena sedikit banyak kita juga ada basic-basic ilmiah atau dasar-dasar ilmiah istri saya juga dari ekonomi juga. Ya…walaupun itu mungkin sifatnya pembukuan sederhana waktu kita sekolah dulu itu kan cukup membekali namun bekal itu kan tidak cukup teori saja adapun terjadi demikian juga dikombinasi tuntutan atau kondisi perusahaan.”

Bapak Eka Dan berikut hasil pemaparan dari istri, yang sama pernyataannya yaitu darimana anda mengetahui cara pencatatan keuangan tersebut:

“Dulu memang basic saya ada di ekonomi, sehingga pada saat ini saya bisa menerapkan ilmu-ilmu saya, yang saya peroleh sewaktu di bangku kuliah.”

Ibu Chrisna

Dalam hasil wawancara yang diperoleh penulis, dari bapak Eka beserta dengan istrinya. Bapak Eka pemilik meubel Indah Furniture berlatar belakang dari perkuliahan Unbraw (Universitas Brawijaya) jurusan arsitektur sedangkan istrinya dari jurusan manajemen, sehingga penulis menyimpulkan masih tepat apabila didalam perusahaannya dikelola sendiri.

Berdasarkan hasil pemahaman pencatatan keuangan oleh informan selaku pemilik dan pengelola UD Indah Furniture, dapat ditarik kesimpulan


(63)

bahwa pencatatan keuangan penting untuk keberlangsungan usahanya, namun laporan keuangan yang sesuai dengan SAK ETAB belum ada. Hal ini sama dengan pendapat yang menyatakan bahwa didalam akuntabilitas usaha yaitu tidak dapat dipungkiri, pencatatan keuangan memegang peranan penting bagi dunia usaha yang dinamis karena laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan (accountability) mutlak diperlukan. Usaha yang pada awalnya tergolong kecil tidak menutup kemungkinan akan menjadi besar disaat mendatang, salah satu cara yang ditempuh adalah pengajuan kredit kepada bank namun sering kali proposal yang diajukan tidak memenuhi persyaratan dari pihak bank (www.depkominfo.go.id).

Berdasarkan pemaparan diatas jelas bahwa permasalahan yang dihadapi usaha kecil menengah adalah pada kelengkapan administrasi usahanya yaitu laporan keuangan. Dengan demikian peneliti selanjutnya ingin mengetahui sampai sejauh mana penerapan pencatatan keuangan pada UD Indah Fusniture.

5.2. Penerapan Pencatatan Keuangan Pada UD Indah Furniture

5.2.1. Penerapan Pencatatan Keuangan dalam Sistem Keuangan Pada Indah Furniture


(64)

perusahaan menerapkan pencatatan keuangan dalam sistem keuangannya. Berikut pemaparan dari bapak Eka:

“Ya,,,,seperti itu pencatatan keuangan yang sederhana. Malah nek nggawe neraca terlalu formil koyo’ kantor tenan malah gak nyampek, hehehehe…… Kebanyakan pembayaran/pelunasan dilakukan via transfer yang masuk dalam rekening/atm. Dan itu saya memisahkan sekali dengan kebutuhan keluarga (pribadi) masih belum bisa kadang-kadang masih tercampur.”

Berdasarkan pemaparan tersebut bapak Eka melakukan pencatatan yang sederhana. Pelunasan barang banyak dilakukan melalui transfer di Bank. Tetapi masih belum memisahkan antara kebutuhan keluarga (pribadi) dengan perusahaan.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan istrinya yang bertugas untuk mencatat keuangan usahanya. Peneliti mengajukan pertanyaan yang sama, berikut pemaparannya:

“Ya,,, namun tidak selengkap dan secanggih yang biasa adek terima di bangku kuliah. Laporan keuangan yang kita pakai sebatas pencatatan keuangan untuk mengetahui arus keluar masuknya uang.”

Laporan keuangan yang digunakan oleh UD. Indah Furniture sebatas pencatatan keuangan untuk mengetahui arus keluar masuknya uang dan jenis barang. Sesuai dengan konsep (prinsip) dasar yang mendasari penyusunan standar akuntansi menurut Baridwan (2004:10 ) adalah prinsip biaya historis,


(65)

prinsip pengakuan pendapatan, prinsip mempertemukan, prinsip konsistensi, dan prinsip pengungkapan lengkap. Menurut konsep ini bisa dijelaskan bahwa dalam pencatatan keuangan yang bisa menghasilkan suatu laporan keuangan tidak cukup hanya mencatat keluar masuknya uang saja.

5.2.2. Bentuk Atau Model Pencatatan Keuangan

Bentuk atau model yang diterapkan oleh para pelaku UKM biasanya menganut pada pola yang paling mudah, artinya pola yang diterapkan yang dipandang mudah untuk dipahami itu yang dipakai untuk pedoman pengelolaan keuangan. Karena bermacam-macam latar belakang karakter dan pendidikan yang dimiliki oleh pelaku UKM menjadikan pola tata kelola keuangan yang berbeda-beda antara pemilik satu dengan pemilik yang lainnya dengan catatan para pemilik UKM biasa mengajukan kredit pada bank atau lembaga-lembaga yang terkait, biasanya mereka sudah menerapkan catatan keuangan dapat dipertanggung jawabkan. Berikut hasil wawancara:

“Biasanya ada kas induk dan kas harian. Aku tidak pernah memakai neraca. Nek aliran keuangan gini… misalnya, ada konsumen yang order barang kebanyakan memakai DP, kita catat dalam buku pesanan.

DP tadi otomatis disimpan masuk ke dalam kas induk (kerjaannya istri saya yang mencatat) itu dari pembeli satu ke yang lain selalu begitu. Terus aliran keuangannya telah masuk kas induk, kita ada distribusi saya biasanya yang memegang kas harian.


(66)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan istri bapak Eka, berikut hasil wawancaranya:

“Bentuk pencatatan keuangannya ya,,,gitu dek…seperti yang dikatakan oleh bapak tadi.”

Bapak Eka dan Ibu Chrisna menunjukkan kepada peneliti beberapa lembar nota pembelian bahan baku, bentuk kas induk, laba-rugi (lihat lampiran IV, V, VI). Peneliti mencoba melakukan perpanjangan pengamatan dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan beberapa komposisi account yang bisa membentuk laporan keuangan, karena peneliti merasa ada yang kurang dimengerti oleh informan, bahwa sebenarnya dalam kegiatan usahanya tersebut sudah bisa dibuat suatu laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan SAK ETAP.

Berikut pertanyaan yang terkait dengan pos piutang. Apakah UD Indah Furniture melakukan transaksi penjualan dan apa buktinya, berikut pemaparan dari bapak Eka:

“Saya gak punya rekening koran atau giro, adanya saya rekening tabungan untuk transaksi transfer. Faktur penjualan pun saya tidak ada, adanya cuma nota-nota penjualan aja.

Berdasarkan jawaban tersebut berarti sudah ada pos kas, piutang dan penjualan yang bisa dicatat. Selanjutnya peneliti melakukan pertanyaan yaitu


(67)

tentang berapa kira-kira modal awal yang disetor, dan apakah melakukan penilaian pada nilai asset, berikut pemaparannya:

Modal awal yang disetor kurang lebih antara 400-500 juta berupa alat, stok dan bangunan. Penyusutan disini itu saya gunakan untuk mengantisipasi penurunan nilai asset saya seperti rumah, mobil operasional, alat-alat produksi,dll. Seperti yang saya bilang, saya tidak punya neraca. Adanya arus kas, seperti format resmi saya ndak punya. Yang saya maksud arus kas adalah arus masuk-keluarnya uang saya di bisnis. Tanah, bangunan, mesin/peralatan, alat transport, alat kantor.”

Bapak Eka

Berdasarkan wawancara juga ditemukan bukti bahwa UD Indah Furniture juga melakukan kegiatan pembelian bahan baku seperti kayu yang didatangkan dari Jepara, sistem pembayarannya dengan transfer melalui rekening Bank. Hal ini membuktikan sebenarnya dari kegiatan transaksi tersebut dengan didukung dokumen nota pembelian (lampian VI) sudah bisa dicatat pada pos persediaan bahan baku, hutang dan kas.

Pertanyaan tersebut dikonfirmasikan kembali kepada ibu Chrisna berikut pemaparannya:

“Ya..memang apa yang dikatakan oleh suami saya itu benar, memang kenyataannya seperti itu dek…”

Ibu Chrisna

Berdasarkan pemaparan tersebut aktivitas yang dilakukan pada UD Indah Furniture dapat digambarkan dalam laporan posisi keuangan, namun


(68)

kenyataannya belum bisa dilaporkan sesuai dengan SAK ETAP. Walaupun demikian penerapan pencatatan keuangan dalam sistem keuangannya sangatlah sederhana dan sudah mampu memberikan informasi keuangan yang berguna bagi pemilik sekaligus sebagai pelaksana. Hal ini sejalan dengan pemikiran Suwaldiman (2005 : 12) bahwa produk akuntansi adalah informasi keuangan yang menjembatani kepentingan pihak pemakai laporan keuangan dengan aktifitas suatu unit usaha. Keindahan sebagai hasil produk seni sama sekali tidak terdapat dalam akuntansi. Laporan keuangan yang disajikan secara rapi bukanlah suatu seni, akan tetapi agar pemakai laporan tersebut lebih mudah untuk membaca dan memahami. Akuntansi tidak menitik beratkan keindahan, tetapi yang lebih penting adalah kelayakan dan keandalan informasi keuangan yang dihasilkannya.

Laporan keuangan yang direkomendasikan untuk Usaha kecil dan menengah adalah sesuai dengan SAK ETAP. Terdapat beberapa pos-pos:

• Neraca

Neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu – akhir periode pelaporan.

• Laporan Laba-Rugi

Laporan laba rugi memasukan semua pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode kecuali SAK ETAP 2009 mensyaratkan lain. SAK ETAP 2009 mengatur perlakuan berbeda terhadap dampak


(69)

koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu, dan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan. • Laporan Perubahan Ekuitas

Penyajian perubahan dalam ekuitas entitas selama suatu periode, baik dalam laporan perubahan ekuitas dan laporan laba rugi dan saldo laba (jika memenuhi kondisi tertentu). Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode tersebut.

• Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

• Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang


(70)

disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

5.2.3. Model Pencatatan Keuangan Yang Memberikan Manfaat dan Pengendalian Manajemen Perusahaan

Model pencatatan keuangan didalamnya memberikan manfaat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara kepada bapak Eka dan pertanyaannya yaitu, apakah dengan menggunakan model pelaporan keuangan yang sudah dibuat itu, sudah memberikan manfaat bagi manajemen perusahaan. Berikut pemaparannya:

“Sudah bermanfaat sekali,eee….karena dengan adanya pencatatan pelaporan keuangan ini perusahaan dapat mengetahui secara persis keluar masuknya uang baik pengeluaran yang kecil atau yang besar. Disamping itu juga saya dapat mengetahui rugi/laba dan pengembangan perusahaan. Walaupun ya…..secara teknis belum ada yang menangani secara khusus dibidang pengelolaan keuangan.”

Bapak Eka

Hasil wawancara dengan bapak Eka, dengan adanya pelaporan pencatatan keuangan tersebut manfaat perusahaan adalah dapat mengetahui keluar masuknya uang baik pengeluaran yang kecil atau yang besar untuk operasional dan sekaligus dapat mengetahui rugi/laba dan pengembangan perusahaan.


(71)

Pernyataan bapak Eka diperjelas lagi oleh ibu Chrisna, berikut pemaparannya:

“Sejauh ini kita rasa sudah banyak bermanfaat. Karena informasi yang kita perlukan hanya jenis pekerjaan atau order dari pelanggan, besarnya piutang besarnya DP dan kapan selesainya barang pesanan itu.”

Berdasarkan pemaparan di atas bahwa menggunakan model pelaporan keuangan yang sederhana sudah memberikan manfaat bagi usahanya, yaitu memberikan informasi-informasi yang diperlukan oleh perusahaan.

Menurut Suwaldiman (2005 : 12) produk akuntansi adalah informasi keuangan yang menjembatani kepentingan pihak pemakai laporan keuangan dengan aktifitas suatu unit usaha. Keindahan sebagai hasil produk seni sama sekali tidak terdapat dalam akuntansi. Laporan keuangan yang disajikan secara rapi bukanlah suatu seni, akan tetapi agar pemakai laporan tersebut lebih mudah untuk membaca dan memahami. Akuntansi tidak menitik beratkan keindahan, tetapi yang lebih penting adalah kelayakan dan keandalan informasi keuangan yang dihasilkannya.

5.2.4. Pembagian Tugas Kerja Untuk Pencatatan Keuangan

Keberhasilan suatu perusahaan yang ditandai dengan naiknya laba merupakan suatu impian yang ingin dicapai oleh para pemilik perusahaan tersebut, tidak terkecuali perusahaan kecil sekalipun. Setiap perusahaan kecil atau besar didalamnya terdapat pembagian tugas-tugas kerja baik dibagian


(72)

produksi dan keuangan ataupun dibagian lainnya sesuai dengan bidangnya. Tetapi penulis disini membahas tentang bagian produksi dan keuangan.

Setelah melakukan wawancara dengan informan, maka dapat kita simpulkan bahwa:

“Dikelola sendiri, biasanya dibantu dengan istri saya.”

Bapak Eka “Ya,,,memang benar dik..saya yang membantunya.”

Ibu Chrisna Keinginan untuk mendelegasikan seseorang sebetulnya ada dari bapak Eka selaku pemilik Indah Furniture dan ibu Chrisna yang bertugas sebagai pencatat keuangan, tetapi mengingat untuk kondisi saat ini bapak Eka dan ibu Chrisna belum merekrut karyawan dibidang pengelolaan keuangan sehingga pencatatan keuangan masih dilakukan olehistrinya sendiri. Kesadaran untuk membagi tugas sebetulnya sudah cukup paham tetapi kembali ke masalah kondisi yang dialami saat ini oleh bapak Eka, sehingga proses usaha meliputi pemsaran, produksi, hingga administrasi masih dikerjakan sendiri, tetapi ada orang yang membantu dalam bidang produksi yang berjumlah 40 orang.

Meskipun bapak Eka menginginkan orang lain yang mengurus pengelolaan keuangan, namun sampai saat ini belum dilakukan hanya dengan istrinya sendiri.


(73)

itu sudah memberikan informasi keuangan yang sangat berguna bagi pelaku UKM tersebut. Terbukti pemilik UKM bisa melakukan perencanaan biaya produksi dalam membeli atau belanja bahan-bahan finishing atau bahan-bahan setengah jadi dan masih bisa dikatakan “eksis” atau masih bisa bertahan sampai dengan sekarang dan mampu memperkerjakan masyarakat sekitar untuk membantu sebagai tenaga kasar sebanyak 40 orang. Kondisi ini seperti yang diungkapkan oleh Suwaldiman (2005: 12) bahwa produk akuntansi adalah informasi keuangan yang menjembatani kepentingan pihak pemakai laporan keuangan dengan aktifitas suatu unit usaha. Keindahan sebagai hasil produk seni sama sekali tidak terdapat dalam akuntansi. Laporan keuangan yang disajikan secara rapi bukanlah suatu seni, akan tetapi agar pemakai laporan tersebut lebih mudah untuk membaca dan memahami. Akuntansi tidak menitik beratkan keindahan, tetapi yang lebih penting adalah kelayakan dan keandalan informasi keuangan yang dihasilkannya. Menurut Baridwan (2004: 8) tentang asumsi dasar going concern yaitu kontinuitas usaha yang beranggapan bahwa suatu perusahaan itu akan hidup terus, dalam arti diharapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa yang akan datang. Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan usaha, kontrak – kontrak dan perjanjian – perjanjian.


(74)

Dengan demikian bisa dibuat bahan kajian yang mendalam bagi pemerintah dan lembaga-lembaga terkait yang bertanggung jawab dalam pertumbuhan ekonomi rakyat, sehingga kurangnya pemahaman dan penerapan pencatatan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Martani (2007) bahwa meskipun SAK ETAP telah diterbitkan, namun masih ada beberapa kelemahan. Diantaranya adalah tidak disinggung bagaimana UMKM harus menyusun laporan keuangan. Kelemahan UMKM dalam pembukuan terkadang membuat UMKM menghadapi kendala dalam pendanaan oleh bank. Oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah melalui dinas yang terkait membuat semacam jaringan pendamping, untuk memberikan pelatihan manajemen keuangan usaha dengan sistem akuntansi sederhana yang bisa dipertanggung jawabkan.

Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa tidak cukup hanya pemahaman dan pencatatan keuangan saja, namun lebih dari itu dari pemahaman dan pencatatan keuangan tersebut mampu menjadi dasar dalam pembuatan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK ETAP.


(75)

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di meubel Indah Furniture Jatirogo, Tuban tentang Makna Penerapan Pencatatan Keuangan Bagi Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) ; (Studi Kasus Pada UD. Indah Furniture di Tuban) dan berdasarkan data-data yang dimasukkan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan:

1. Pencatatan keuangan yang dilakukan Indah Furniture hanya sebatas mencatat data-data pembelian untuk modal kerja di tiap order yang dilakukan. Dan mencatat setiap transaksi atau belanja yang dilakukan dan untuk tiap order yang masuk. Semua dilakukan karena bagi Eka selaku pemilik sekaligus pengelola Indah Furniture, pencatatan adalah kegiatan perencanaan sebagai pedoman dalam menentukan penawaran kedepan.

2. Setiap transaksi selalu dicatat dalam sebuah buku khusus. Buku ini lebih tepatnya adalah catatan untuk bidang produksi, karena mencatat order, piutang dan pembayaran/finishing produk.

3. Saat ini bapak Eka mendelegasikan pengelolaan keuangan kepada istrinya. Dan kadangkala jika ada jeda waktu istrinya membantu dalam pemasaran


(76)

4. Pendelegasian tugas dibidang keuangan kepada istri bapak Eka sudah cukup tepat karena istrinya adalah lulusan dari sekolah Ekonomi, sehingga mempunyai cukup pengetahuan untuk mengelola dan menatausahakan keuangan perusahaan.

5. Model pencatatan keuangan masih sangat sederhana, yaitu buku kas induk yang mencatat DP, piutang, jenis pekerjaan dan laporan laba/rugi untuk mengetahui laba usaha. Namun belum menggunakan neraca dan cash flow.

6. Karena baik Eka maupun istrinya menangani sendiri keseluruhan proses bisnis, maka Eka kurang fokus pada masalah administrasi keuangan, yang penting bagi dia adalah banyaknya order yang masuk.

6.2. Saran

Bahwa perusahaan Indah Furniture tersebut sudah sesuai dengan perencanaan pencatatan keuangan. Namun ada beberapa yang perlu ditingkatkan dalam perusahaan ini untuk perkembangan masa yang akan datang yaitu:

1. Bagi Indah Furniture

Indah Furniture sebagai entitas dan Eka sebagai pemilik diharapkan untuk melakukan pencatatan keuangan yang rapi dan detail yang sesuai dengan SAK ETAP 2009, karena usaha meubel atau furniture ini sudah cukup


(1)

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di meubel Indah Furniture Jatirogo, Tuban tentang Makna Penerapan Pencatatan Keuangan Bagi Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) ; (Studi Kasus Pada UD. Indah Furniture di Tuban) dan berdasarkan data-data yang dimasukkan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan:

1. Pencatatan keuangan yang dilakukan Indah Furniture hanya sebatas

mencatat data-data pembelian untuk modal kerja di tiap order yang dilakukan. Dan mencatat setiap transaksi atau belanja yang dilakukan dan untuk tiap order yang masuk. Semua dilakukan karena bagi Eka selaku pemilik sekaligus pengelola Indah Furniture, pencatatan adalah kegiatan perencanaan sebagai pedoman dalam menentukan penawaran kedepan.

2. Setiap transaksi selalu dicatat dalam sebuah buku khusus. Buku ini lebih tepatnya adalah catatan untuk bidang produksi, karena mencatat order, piutang dan pembayaran/finishing produk.

3. Saat ini bapak Eka mendelegasikan pengelolaan keuangan kepada istrinya. Dan kadangkala jika ada jeda waktu istrinya membantu dalam pemasaran dan produksi.


(2)

68

4. Pendelegasian tugas dibidang keuangan kepada istri bapak Eka sudah

cukup tepat karena istrinya adalah lulusan dari sekolah Ekonomi, sehingga mempunyai cukup pengetahuan untuk mengelola dan menatausahakan keuangan perusahaan.

5. Model pencatatan keuangan masih sangat sederhana, yaitu buku kas induk yang mencatat DP, piutang, jenis pekerjaan dan laporan laba/rugi untuk mengetahui laba usaha. Namun belum menggunakan neraca dan cash flow.

6. Karena baik Eka maupun istrinya menangani sendiri keseluruhan proses bisnis, maka Eka kurang fokus pada masalah administrasi keuangan, yang penting bagi dia adalah banyaknya order yang masuk.

6.2. Saran

Bahwa perusahaan Indah Furniture tersebut sudah sesuai dengan perencanaan pencatatan keuangan. Namun ada beberapa yang perlu ditingkatkan dalam perusahaan ini untuk perkembangan masa yang akan datang yaitu:

1. Bagi Indah Furniture

Indah Furniture sebagai entitas dan Eka sebagai pemilik diharapkan untuk melakukan pencatatan keuangan yang rapi dan detail yang sesuai dengan SAK ETAP 2009, karena usaha meubel atau furniture ini sudah cukup


(3)

berkembang menuju perusahaan yang lebih besar, sehingga dalam prosesnya nanti akan membutuhkan masukan dana yang besar juga. Dan perbankan atau lembaga keuangan lainnya selaku pemilik dana lebih

concern kepada UKM yang memilik kinerja yang bagus. Dan kinerja yang bagus itu tercermin dalam laba/rugi yang rapi dan detail.

2. Bagi Pemerintah

a. Dengan melihat kondisi yang terjadi di lapangan, peneliti berharap khususnya kepada pemerintah agar bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk memberikan sumbangan pemikiran guna meringankan permasalahan yang dihadapi oleh UKM. Karena itulah pemerintah dan perguruan tinggi harus turun kelapangan untuk memberikan program pendampingan bagi UKM, untuk memberikan pelatihan manajemen keuangan usaha, dengan sistem akuntansi sederhana yang bisa dipertanggung jawabkan.

b. Di sisi lain pemerintah pun juga akan terbantu dalam hal mengurangi angka pengangguran karena dengan adanya program pendampingan tersebut, diharapkan UKM bisa berkembang lebih besar lagi sehingga mampu untuk menyerap tenaga kerja yang lebih banyak.


(4)

70

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat meneliti kajian secara lebih mendalam atau dari sudut pandang yang berbeda, karena permasalahan yang terjadi di UKM sangat beragam dan ini bisa menambah ilmu pengetahuan selain yang didapat di bangku perkuliahan.


(5)

Alfabeta, Bandung.

Anonim, 1995, Undang-Undang RI No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Anonim, 2008, Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah.

Anonim, Keragaman Definisi UKM di Indonesia, infoukm wordpress.com diakses bulan Agustus 2008.

Anonim, Konsep Akuntabilitas, www.depkominfo.go.id, diakses bulan Desember 2008.

Baridwan, Zaki, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Cushing, Barry E, 1986, Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi Perusahaan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Herri dan Irda, 2005, “Sifat Kewirausahaan dan Prestasi Usaha Kecil dan

Menengah Sumatra Barat”, Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi vol 5

No 2, Agustus 2005, hal 198-215.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, Penerbit Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.

Kiryanto, dkk, 2001, “Pengaruh Persepsi Manajer atas Informasi Akuntansi

Keuangan terhadap Keberhasilan Perusahaan Kecil”, Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia, vol 4 No 2 Mei 2001, hal 199-211.

Krisdiartiwi dan Mamik, 2008, Pembukuan Sederhana Untuk UKM Disertai


(6)

Marbun, B.N, 1986, Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil, Penerbit PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Martani, Dwi, 2007, Masukan Atas Rancangan Undang – Undang Tentang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, www.ukm-center.org, diakses pada

bulan Oktober 2009.

Moleong, Lexy J, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit Remaja Rosda Karya.

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Pinasti, Margani, 2007, “Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi

Akuntansi; Suatu Riset Eksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia vol 10, No 3, September, hal 321-331.

Sudradjad, 1999, Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wirausaha, Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Cetakan Kesebelas, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi, Penerbit Fakultas Ekonomi UPN, Surabaya.

Wijaya, Tony, 2008, “Kajian Model Empiris Perilaku UKM DIY dan Jawa

Tengah”, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Weygandt, dkk, 2007, Accounting Principles, Edisi 7, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Wilkinson, Joseph W, 1993, Sistem Akuntansi dan Informasi, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.

Widjajanto, Nugroho, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Winwin, Yadiati, 2007, Teori Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Pertama, Penerbit