ANALISIS ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU DI KOTA SURAKARTA

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU DI KOTA SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

Disusun Oleh:

IKA AYU MURTI NIM F3408050

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii ABSTRAK

ANALISIS ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU DI KOTA SURAKARTA

IKA AYU MURTI F3408050

The allocation of profit-sharing fund of cigarette duty (DBHCHT) is the first time to be carried out in the history of relationship between the central and local governments. With the development of the tobacco industry in the city of Surakarta, local governments have the potential to increase the revenue the city of Surakarta. This relates to the allocation of DBHCHT from the central government. DBHCHT one of the great potential in improving revenue of Surakarta city, seen from the growing level of allocation.

DBHCHT is a state income from cigarette duty produced in Indonesia which is distributed to CHT-producer provinces at about 2% to finance the quality improvement of the raw material, the industrial and social environment development, the socialization of regulation on duty, and/or the eradication of illegal duty-imposed goods

DBHCHT Surakarta allocated to the city through several stages will be undertaken by local government to the Governor and approved by the Finance Minister, then funds are allocated to each Local Government Unit. Based on the result of research is to be able to know the allocation DBHCHT in Surakarta as a means of regional income, and how the acquisition of those funds that will be used by local governments in financing activities in the city of Surakarta and find out how the allocation to each local government unit related and whether the allocation is well targeted and appropriate.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii ABSTRAK

ANALISIS ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU DI KOTA SURAKARTA

IKA AYU MURTI F3408050

Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) merupakan pertama kalinya membawa sejarah hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Dengan berkembangnya industri rokok di Kota Surakarta, pemerintah daerah memiliki potensi untuk meningkatkan PAD kota Surakarta. Hal ini berkaitan dengan adanya pengalokasian DBH CHT dari pemerintah pusat. DBH CHT salah satu potensi besar dalam peningkatan PAD kota Surakarta, dilihat dari tingkat pengalokasian yang terus bertambah.

DBHCHT merupakan penerimaan Negara dari cukai tembakau yang dibuat di Indonesia dibagikan kepada provinsi penghasil CHT sebesar 2% untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan dibidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal;

DBHCHT dialokasikan ke kota Surakrta melalui beberapa tahapan yang di lakukan oleh pemerintah daerah kepada Gubernur dan disetujui oleh Menteri Keuangan, kemudian dana tersebut dialokasikan ke setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Penulisan ini bertujuan untuk dapat mengetahui alokasi DBHCHT di kota Surakarta sebagai sarana pemasukan daerah, dan cara perolehan dana tersebut di kota Surakarta serta mengetahui berapa alokasi DBHCHT ke setiap SKPD terkait dan pengalokasian tersebut apakah sudah tepat sasaran dan tepat guna.

Kata kunci: Analisis Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di Kota Surakarta


(4)

commit to user


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(6)

commit to user

vi

HALAMAN MOTTO

“Do what you can, with what you have, where you are” (Theodore Roosevelt)

“Selama aku mampu aku akan berusaha mewujudkan semua impian dan harapan ‘tuk menjadi kenyataan”

(Maliq n D’essentials)

“Aja rumangsa bisa, nanging bisa rumangsa” (Bebasan jawi)


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini penulis persembahkan untuk : Allah SWT atas kuasa dan karunia-Nya Bapak, Ibu, dan adik keluargaku tersayang Bephi dan Nana untuk pengalaman ini Teman-teman D3 pajak ortax angkatan 2008 Semua orang yang mengenalku


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun tugas akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Ahli Madya pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Tugas Akhir berjudul “Analisis Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di Kota Surakarta”.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh bantuan, dorongan dan keterlibatan beberapa pihak baik moril maupun materiil, Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, dengan kuasa-Nya maka Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. 2. Untuk Bapak Ibu tersayang, Bagus adikku dan semua keluarga tercinta yang

selalu memberikan doa, dorongan, perhatian hingga saat ini.

3. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak. selaku Ketua Program DIII Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Sri Suranta, SE, M.Si, Ak, BKP. selaku Ketua Prodi DIII Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

7. Ibu Sri Murni, SE, M.Si, Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir yang berkenan membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis. 8. Bapak Anas Wibawa, SE, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing Magang. 9. Ibu Dra. Sri Wahyuni, MM. selaku kabid Perindustrian Disperindag Surakarta 10. Ibu CH. Dwi Puspandari, SE, MM. selaku pembimbing dan motivator atas

penulisan karya tulis dengan tema dana bagi hasil cukai tembakau.

11. Seluruh staff pengajar dan pegawai Universitas Sebelas Maret Surakarta serta Disperindag kota Surakarta dalam pelaksanaan Kegiatan Magang Mahasiswa. 12. Rendra Bephi (moen-moen neh yuh beph, mugo sakteruse kabeh lancar, langgeng, sukses beph amiiiin, uyuuwuyu ^^, huuumffff), Ndug Nana Cipluk (angel terpisahkan ndug persis cupatkai gumo’ong enem semester iki Hahaha, makasih chucky-bar gaji pertamamu ndug hihi), Ima Rusty (kelingan ma setiap ketemu mesti ngomong ”Ayo konsul ma, bab piro we ma?” Hahaha), coppaja 2008, ortax 2008, dan teman-teman lain untuk semua pengalaman ini. 13. Komputer, Flashdisk, Printer, Hape wuelik-ku (istirahatlah tenang le huhuhu) 14. Si Ireng AD6802TB yang puaaling setia mengantar jemput, dan menunggu di

parkiran Pak Man (maaf reng, kartumu parkir rung sido dijupuk huhuhu). 15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Surakarta, Juli 2011


(10)

commit to user

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

ABSTRAK………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN……….. iv

HALAMAN PENGESAHAN………... v

MOTTO……….. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN……… vii

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR GAMBAR………. xii

DAFTAR TABEL……….. . xiii

DAFTAR ARTI DAN LAMBANG………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Organisasi……….. 1

B. Latar Balakang……… 12

C. Perumusan Masalah.……… 16

D. Tujuan Penelitian………..….…. 17


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pajak……….. 18

2. Pengertian Cukai………. 18

3. Dasar Hukum……….. 19

4. Barang Kena Cukai………. 19

5. Tarif Cukai……….. 21

6. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau………. 22

7. Pengalokasian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau………. 27

B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 1. Mekanisme alokasi DBH CHT untuk Kota Surakarta………... 31

2. Alokasi DBHCHT yang diterima Kota Surakarta………….… 33

BAB III TEMUAN A. Kelebihan……….. 45

B. Kelemahan………... 46

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan……….... 47

B. Saran……….. 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

I.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

I.1 Jabatan Organisasi DiSPERINDAG………... 4 II.1 Peranan Penerimaan terhadap Pendapatan Daerah

tahun anggaran 2008-2010………. 33

II.2 Anggaran dan Realisasi DBH CHT tahun 2008-2010

Kota Surakarta……… 35

II.3 Penggunaan DBH CHT tahun anggaran 2008

Kota Surakarta…... 36 II.4 Penggunaan DBHCHT tahun anggaran 2009

Kota Surakarta…..……… 38

II.5 Penggunaan DBHCHT tahun anggaran 2010


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR ARTI DAN LAMBANG

AMDAL : Analisis Dampak Lingkungan

BAPPEDA : Badan Pengawas Daerah

BKC : Barang Kena Cukai

BLH : Badan Lingkungan Hidup

DBHCHT : Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau DINKES : Dinas Kesehatan

DINSOSNAKER : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja DISKOMINFO : Dinas Komunikasi dan Informasi DISPERINDAG : Dinas Perindustrian Dan Perdagangan DISPORA : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

DJPK : Direktorat Jenderal Perimbangan Dan Keuangan DPPKA : Dinas Pendapatan Pengelolaaan Keuangan dan Aset HAKI : Hak Atas Kekayaan Intelektual

IHT : Industri Hasil Tembakau

IKM : Industri Kecil Menengah

NPPBKC : Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai

PMK : Peraturan Menteri Keuangan

SILPA : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SKPD : Satuan Kerja Pemerintah Daerah TAPD : Tim Penganggaran Pemerintah Daerah


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan Tugas Akhir Lampiran 2. Tanda Terima Kuliah Magang Kerja Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian untuk Tugas Akhir

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Kegiatan Magang Lampiran 5. Lembar Penilaian Kegiatan Magang

Lampiran 4. Jawaban data kuisioner IHT Surakarta

Lampiran 5. Realisasi Pendapatan Daerah tahun 2008-2010 Pemkot Surakarta Lampiran 6. Laporan Penggunaan DBH CHT 2008-2010 kota Surakarta Lampiran 7. Salinan Peraturan menteri Keuangan No.20/PMK.07/2009 Lampiran 8. Salinan Peraturan menteri Keuangan No.84/PMK.07/2008 Lampiran 9. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.9 tahun 2009


(16)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI

1. Sejarah dan Perkembangan DISPERINDAG Kota Surakarta

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta berdiri pada tahun 1950, yang pada saat itu bernama Kantor Pengadaan dan Penyaluran di bawah Departemen Perekonomian Umum yang menangani masalah bidang industri, bidang perdagangan dan bidang koperasi. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta yang mula-mula tugasnya mengurus tentang pemberian izin pendirian perusahaan dan usaha dagang, tetapi setelah berjalan 5 (lima) tahun yakni 1955 berganti nama menjadi Kantor Industri Perdagangan dan Koperasi.

Tahun 1957 Departemen Perekonomian Umum dihapuskan dan diganti menjadi Departemen Perdagangan Luar Negeri. Pada tahun 1971 Kantor Industri Perdagangan dan Koperasi berubah menjadi Kantor Departemen Perdagangan yang tidak berpengaruh pada Kantor Perdagangan dan Koperasi yang selokasi dengan Kantor Perindustrian yang letaknya, di Jalan Yosodipuro 150 Surakarta.

Baru kemudian pada tahun 1980 kantor dijadikan satu yang tempatnya di Jalan Slamet Riyadi 320 Surakarta yang mula-mula merupakan kantor Tera. Pada tanggal 22 September 1980 oleh Bapak Kardjono Wiryo diresmikan pembukaannya, namun ruang lingkupnya


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

lebih sempit dari pada kantor yang dulu. Sebab hanya meliputi daerah Kotamadya saja. Kemudian dipersempit lagi dengan didirikannya kantor-kantor perdagangan di beberapa daerah Eks-Karesidenan. Surakarta seperti kantor perdagangan di Sragen, Klaten dan Sukoharjo.

Berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor : 814 / MPP / Kep / 4 / 1996 tanggal 16 April 1996, kemudian berganti nama menjadi Departemen Perindustrian dan perdagangan. Pada surat keputusan tersebut berisi tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Surakarta yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Surakarta.

Pada waktu otonomi daerah digulirkan pada tahun 2000, Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Surakarta mengalami perubahan dan perkembangan dengan berganti nama menjadi menjadi Dinas Perindustran Perdagangan dan Penanaman Modal Kotamadya Surakarta yaitu berdasarkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 6 Tahun 2001, yang berisi tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta yang termuat dalam Lembaran Daerah Kota Surakarta tahun 2001 Nomor 14 Seri D.12.

Kemudian mengalami perubahan dan perkembangan lagi dengan berrganti nama menjadi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta yang berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6


(18)

commit to user

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta.

2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi DISPERINDAG Kota Surakarta a. Kedudukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang perindustrian dan perdagangan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

b. Tugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas umum pemerintah Kota Surakarta pada bidang perindustian dan perdagangan dalam rangka pengembangan perekonomian di daenah Kota Surakarta.

c. Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta 1) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas

2) Penyusunan rencana program, pengendalian evaluasi pelaporan. 3) Penyelenggaraan bimbingan terhadap perindustrian

4) Pembinaan dan pengembangan pengusaha industri menengah, besar,

kecil dan pengendalian pencemaran

5) Penyelenggarian perlindungan terhadap konsumen

6) Penyelenggaraan sosialisasi


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

3. Visi, dan Misi DISPERINDAG Kota Surakarta

a. Visi :

Terwujudnya Kota Solo sebagai kota perdagangan dan industri yang maju dan berwawasan budaya.

b. Misi :

1) Terciptanya kesempatan berusaha di sektor perdagangan dan industri yang berwawasan lingkungan dan budaya.

2) Meningkatkan kelancaran distribusi barang dan jasa perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri.

4. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

Tabel I.1

JABATAN ORGANISASI

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

No Jabatan Nama NIP

1. Kepala Dinas Drs. Slamet, Msi. 1960811 198103 1 010

2. Sekretaris Ariani Indriastuti, S.H. 19601212 198603 2 016

3. Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan Tri Lestari, S.Teks. 19631211 199303 2 005 4. Kasubag Umum dan Kepegawaian Mastuti, SH. 19610805 198303 2 014

5. Kasubag Keuangan Endang Onto Siam, SE. 19580403 198303 2 008

6. Kabid Perindustrian Dra. Sri wahyuni, MM. 19580628 198503 2 004 7. Kasi Industri Kecil Dra. Sapti Maini Nurbaiti 19620507 198803 2 003 8. Kasi Industri Menengah dan Besar CH. Dwi Puspandari, SE, MM. 19610331 199003 2 002 9. Kabid Perdagangan Eko Prajudhy N.A, SE, MM. 19621015 198303 1 014 10. Kasi Perdagangan Luar Negeri Dra. Endang Kurnia M, S.Sos. 19701030 199703 2 004 11. Kasi Perdagangan Dalam Negeri Dra. Corina Endang Puji A. 19640303 199203 2 008 12. Kabid Pengawasan dan Perlindungan Konsumen Dra. Sri Redjiki Ida S, MM. 19630522 198703 2 009

13. Kasi Pengawasan Sulastri, MM. 19630205 198303 2 012

14. Kasi Perlindungan Konsumen Joko Wiwoho, SH. 19630101 198509 1 001


(20)

commit to user

Gambar I.1

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA

Sumber : DISPERINDAG Surakarta

Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Struktural Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Walikota Surakarta No.21 Tahun 2008 tentang pedoman Uraian Tugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Surakarta.

a. Uraian Tugas Kepala Dinas Peindustrian dan Perdagangan

Kepala Dinas memiliki tugas pokok melaksanakan administrasi urusan pemerintahan di bidang perindustrian dan perdagangan.

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

Ka Sub Bag. Umum Kepegawaian Ka Sub Bag.

Perencanaan Evaluasi dan

Ka Sub Bag. Keuangan Ka. Bidang Perdagangan Kasi Perdagangan Luar Negeri Kasi Perdagangan Dalam Negeri

Ka Bidang Pengawasan dan Perlindungan Konsumen Ka Seksi Pengawasan Ka. Seksi Perlindungan Konsumen Ka Bidang Perindustrian Ka. Seksi Industri Kecil Ka. Seksi Industri Menengah Dan Besar


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b. Uraian Tugas Seketariat

sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi, dan pelaporan, keuangan, umum, dan kepegawaian. Untuk melaksanakan tugasnya secretariat mempunyai fungsi :

1) Penyiapan bahan perumusan kebijaksanaan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan.

2) Penyiapan bahan perumusan kebijaksanaan teknis, pembinaan pengkoordinasian penyelenggara tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan dibidang keuangan.

3) Penyiapan bahan perumusan kebijaksanaan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggara tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan dibidang umum dan kepegawaian. Bagian sekretariat terdiri dari :

1) Subbagian perncanaan, evaluasi, dan pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu di bidang perencanaan evaluasi dan pelaporan.


(22)

commit to user

2) Subbagian keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi : pengelolahan keuangan, verifikasi, pembekuan dan akuntansi di lingkungan dinas.

3) Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian, meliputi : pengelolahan administrasi dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian, meliputi : pengelolahan administrasi, kepegawaian, hukum, humas, organisasi dan tata laksana, ketatausahaan, rumah tangga, dan perlengkapan di lingkungan dinas.

c. Uraian Tugas Bidang Perindustrian

Bidang Perindustrian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang industry kecil dan industry menengah dan industry besar. Untuk melaksnakan tugasnya di bidang perindustrian mempunyai fungsi : 1) Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis dibidang industry


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2) Menyelenggarakan pameran dan promosi di bidang industry, menyelenggarakan pembinaan dan pendampingan keterampilan industry, mengelolah magang dan ahli teknologi

3) Menyelenggarakan penyelenggaraan mutu atau kualitas hasil industry sesuai dengan Standart Nasional Industri (SNI), ISO 9000 dan Gugus Kendali Mutu (GKM)

4) Menyelengarakan pelatihan keterampilan teknik industry meliputi : Achievement Motivation Traning (AMT), Creation and formation of entrepreneur (CEFE)dan kewirausahaan.

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai tugas dan fungsinya.

Bidang Perindustrian terdiri dari : 1) Seksi Industri Kecil

Industri Kecil mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dim pelaksanaan di bidang perindustrian kecil. Yaitu meliputi pembinaan dan pengembangan industri kccil.

2) Seksi Industri Menengah dan Besar

Industri Menengah dan Besar mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaaan dan pelaksanaan di bidang industri menengah dan besar. Yaitu meliputi pembinaan dan pengembangan industri menengah dan besar.


(24)

commit to user

d. Uraian Tugas Bidang Perdagangan

Sub Dinas Perdagangan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan bidang perdagangan luar negeri, perdagangan dalam negeri serta kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Untuk menjalankan tugasnya, Sub Dinas Perdagangan mempunyai fungsi : 1) Melaksanakan pembinaan teknis pengembangan ekspor daerah

dan perdagangan luar negeri, melaksanakan pembinaan, koordinasi dan pengawasan pendaftaran perusahaan, pemantauan, penyediaan dan penyaluran barang dan jasa serta bimbingan usaha dan promosi.

2) Melaksanakan penyelesaian proses perijinan perdagangan, rekomendasi perijinan perdagangan dalam dan luar negeri serta pengelolahan dokumen penyerta barang ekspor (Certificate Of Origin), melaksanakan pembinaan tertib niaga, menyelenggarakan pendataan, kinerja ekspor dan impor perusahaan.

Bidang Perdagangan terdiri dari :

1) Seksi Perdagangan Dalam Negeri mempunyai tugas memberikan bimbingan teknis pembinaan dan pengembangan perdagangan dalam negeri mempunyai fungsi :

a) Mendata jumlah, jenis dan harga di bidang perdagangan dalam negeri khususnya bahan pokok, barang penting, dan barang umum lainnya, menyusun dan melaksanakan program pembinaan dan pengembangan perdagangan dalam negeri.


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

b) Memfasilitasi program kemitraan perdagangan dan pembentukan asosiasi perdagangan.

2) Seksi Perdagangan Luar Negeri mempunyai tugas memberikan bimbingan teknis dan pembinaan pengembangan perdagangan luar negeri. Untuk melaksanakan tugasnya, Seksi PerdaganganLuar Negeri mempunyai fungsi :

a) Mendata jumlah dan jenis perdagangan luar negeri, menyusun dan melaksanakan program pembinaan dan pengembangan perdagangan luar negeri, memfasilitasi program kemitraan antar eksportir dengan industry dagang kecil dan menengah. b) Melaksanakan pembinaan teknis perdagangan internasional,

menyusun teknis pembinaan dan pengembangan ekspor impor, melaksanakan penerbitan dokumen pengantar barang ekspor (Certificate Of Origin).

e. Bidang Pengawasan dan Perlindungan Konsumen

Bidang Pengawasan dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengawasan dan perlindungan konsumen. Untuk menyelenggarakan tugasnya, Bidang Pengawasan dan Perlindungan Konsumen mempunyai fungsi :

1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang pengawasan.


(26)

commit to user

2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang perlindungan konsumen.

3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pengawasan dan Perlindungan terdiri dari :

1) Seksi pengawasan mempunyai tugaas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengawasan, meliputi : pengawasan kelayakan dan kualitas produk kemasan.

2) Seksi Perlindungan Konsumen mempunyai tugas menyusun rencana dan melaksanakan program bimbingan usaha dan perlindungan konsumen. Untuk melaksanakan tugasnya, seksi perlindungan dan pengawasan konsumen mempunyai fungsi : a) Melaksanakan penyelesaian perijinan dan penelitian lapangan

dalam rangka penerbitan rekomendasi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) minuman beralkohol, perdagangan berjangka, perdagangan berjenjang (multilevel marketing) dan ijin pasar modern, melaksanakan pendaftaran perusahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b) Meyusun bahan dan melaksanakan pembinaan bidang

perlidungan konsumen serta penggunaan alat ukur takar timbangan dan perlengkapannya, melaksanakan pengawasan


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kelayakan dan kualitas produk yang dikemas dalam rangka perlindungan konsumen.

f. Uraian Tugas Kelompok Fungsional, terdiri dari : 1) Prana Komputer

2) Arsiparis

3) Penguji Mutu Barang 4) Statistik

5) Penyuluh Industri

Uraian Tugas Kelompok Jabatan Fungsional mengikuti pedoman uraian tugas sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

B. LATAR BELAKANG

Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun tembakau dan rokok (hasil tembakau). Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia berperan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu sumber devisa, sumber penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), sumber pendapatan petani dan lapangan kerja masyarakat (Muchjidin Rachmat dan Sri Nuryanti). Tembakau adalah jenis komoditi yang dikenakan cukai oleh negara. Pemungutan cukai tembakau tersebut dilakukan dengan cara yang legal, didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

Industri Hasil Tembakau (IHT) secara umum merupakan penyumbang cukai terbesar di berbagai negara penghasil tembakau di dunia, juga bagi


(28)

commit to user

Indonesia. Cukai IHT menyumbang Rp 54,4 triliun pada tahun 2009, dana yang begitu besar ini jauh lebih tinggi dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan serta pajak jenis lainnya di luar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (N. Natasya Sirait, 2009). Indonesia menyumbang 2,1% dari persediaan daun tembakau di seluruh dunia (http://www.naikkan-hargarokok.com). Hampir seluruh produksi daun tembakau digunakan untuk produksi rokok domestik dan produk-produk tembakau lainnya. Penerimaan negara melalui IHT diterima dengan cara menerapkan cukai terhadap IHT yang dihasilkan setiap perusahaan. IHT berkontribusi bagi penerimaan negara melalui cukai. Pemungutan cukai tembakau sekarang ini memperlihatkan peningkatan rata-rata 13,64% dari Rp 29 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 49 triliun pada tahun 2008 (Wisnu Hendratmo, 2009). Cukai hasil tembakau tersebut menyumbang Rp 50,2 triliun yang merupakan jumlah penerimaan cukai pada tahun 2008 (Anton Aprianto, 2008). Pada tahun 2009 penerimaan negara dari cukai mencapai Rp 54,4 triliun serta pada tahun 2010 ini telah melampui target yang ditargetkan sebesar Rp 55,9 triliun (Majalah Warta Ekonomi, 2009). Berdasarkan gambaran tersebut, maka pada dasarnya penerimaan cukai dari IHT berupa rokok memiliki potensi yang cukup besar dalam meningkatkan peranannya sebagai salah satu sumber dana pembangunan. tembakau juga memegang peranan yang cukup penting. Meskipun mengalami sedikit perlambatan pertumbuhan pada tahun 2008, namun secara keseluruhan nilai ekspor tembakau menunjukkan tren yang terus meningkat. Secara rata-rata nilai ekspor tembakau mencatat pertumbuhan


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

sebesar 9,2% dalam lima tahun terakhir, dengan rata-rata nilai ekspor mencapai sebesar US$. 65,7 juta dalam kurun waktu tahun 2004 – tahun 2008 (N. Natasya Sirait 2009). Salah satu obyek yang dapat menjadi sumber penerimaan daerah adalah cukai rokok. Dengan berkembangnya industri rokok di Kota Surakarta, pemerintah daerah memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan pendapatan kota Surakarta. Hal ini berkaitan dengan mengenai Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT).

Pada tahun 2010, DBH CHT digunakan untuk pembinaan kemampuan dan keterampilan kerja masyarakat di lingkungan IHT dan daerah penghasil bahan IHT, peningkatan sarana dan prasarana kelembagaan pelatihan bagi tenaga kerja IHT. Kebijakan DBH CHT dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan tersebut, diperkirakan sebanyak 2% dari penerimaan cukai tembakau, akan dibagikan kepada lima provinsi penghasil cukai tembakau, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sumatera Utara. Namun harus diingat bahwa instrumen kebijakan “cukai” akan sangat menentukan terhadap perkembangan IHT. Hal ini didasarkan pada fungsinya yang berbanding terbalik dengan pengembangan IHT. Semakin tinggi tarif cukai ditetapkan, maka akan semakin besar pula beban yang dipikul IHT.

Bidang administrasi perekonomian sekretaris daerah kota Surakarta mencatat penganggaran alokasi DBH CHT di tahun pertama Kota Surakarta pada tahun 2008 sebesar Rp1.158.259.124,- (Satu Milyard seratus lima puluh delapan juta dua ratus lima puluh Sembilan seratus dua puluh empat Rupiah) namun realisasi penggunaan DBH CHT Satuan Kerja Pemerintah Daerah


(30)

commit to user

(SKPD) Kota Surakarta tahun 2008 sebesar Rp257.940.125,- (Dua Ratus Lima Puluh Tujuh Juta Sembilan Ratus Empat Puluh Ribu Seratus Dua Puluh Lima Rupiah) sehingga jumlah alokasi DBH CHT tahun 2008 yang belum digunakan sebesar Rp900.318.999,- (Sembilan Ratus juta tiga ratus delapan belas ribu Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan rupiah). Penganggaran tahun kedua DBH CHT di kota Surakarta pada tahun 2009 sebesar Rp2.764.989.068,- (Dua Milyard Tujuh Ratus Enam Puluh Empat Juta Sembilan Ratus Delapan Puluh Sembilan Ribu Enam Puluh Delapan rupiah) ditambah dengan sisa tahun 2008 sebesar Rp900.318.999,- (Sembilan Ratus juta tiga ratus delapan belas ribu Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan rupiah) maka besar anggaran DBH CHT yang belum digunakan hingga tahun 2009 sebesar Rp3.665.308.067,- (Tiga Milyard enam ratus enam puluh lima juta tiga ratus delapan ribu enam puluh tujuh Rupiah) dan realisasi anggaran tahun 2009 sebesar Rp3.120.821.175,- (Tiga Milyard Seratus Dua Puluh Juta Delapan Ratus Dua Puluh Satu Ribu Seratus Tujuh Puluh Lima Rupiah) dari Rencana Anggaran Kegiatan untuk 11 (sebelas) SKPD sebesar Rp3.329.480.609,- (Tiga Milyard Tiga Ratus Dua Puluh Sembilan Juta Empat Ratus Delapan Puluh Ribu Enam Ratus Sembilan Rupiah). Penganggaran tahun ketiga DBH CHT di kota Surakarta pada tahun 2010 menurun, hanya sebesar Rp2.913.664.000,- (Dua Milyard Sembilan Ratus Tiga Belas Juta Enam Ratus Enam Puluh Empat Ribu Rupiah) dan realisasinya sebesar Rp2.520.380.500,- (Dua Milyard Lima Ratus Dua Puluh Juta Tiga Ratus Delapan Puluh Ribu Lima Ratus Rupiah). Penggunaan sisa realisasi anggaran


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

DBHCHT tergantung kebijakan daerah masing-masing sesuai ketetapan Peraturan Menteri Keuangan No.20/PMK.07/2009. DBH CHT merupakan salah satu potensi besar dalam peningkatan pendapatan kota Surakarta, dilihat dari tingkat pengalokasian yang terus bertambah.

Kebijakan DBH CHT di kota Surakarta merupakan salah satu bentuk kontribusi IHT dalam peningkatan pendapatan kota Surakarta yang pengalokasiannya dapat digunakan dalam mendanai kegiatan peningkatan kualitas bahan baku tembakau, pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal di kota Surakarta. Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan tersebut, penulis mengambil judul “ANALISIS ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU DI KOTA SURAKARTA“

C. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang melatarbelakangi penelitian, maka penulis mengambil masalah sebagai berikut:

1. Apakah mekanisme alokasi DBH CHT untuk kota Surakarta sesuai dengan PMK No.20/PMK.07/2009?

2. Berapakah alokasi DBHCHT yang diterima kota Surakarta berdasarkan PMK No.20/PMK.07/2009 ?


(32)

commit to user

D. TUJUAN PENELITIAN

Penulisan tugas akhir bertujuan untuk :

1. Mengetahui mekanisme DBH CHT di kota Surakarta sebagai sarana pemasukan daerah, serta cara perolehan dana tersebut yang nantinya digunakan oleh setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah.

2. Menganalisis berapa alokasi DBHCHT ke setiap SKPD terkait dan pengalokasian tersebut apakah sudah tepat sasaran dan tepat guna.

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1. Memberi masukan atas kebijakan pemerintah daerah yang mampu menciptakan kestabilan, keterprediksian, dan keadilan bagi seluruh anggota masyarakat termasuk IHT sebagai salah satu sumber penghasil pendapatan kota Surakarta

2. Menciptakan hubungan baik antara instansi pemerintahan dengan pihak Program Diploma III Perpajakan Sebelas Maret Surakarta

3. Merupakan tambahan referensi bacaan dan bahan pertimbangan bagi penelitian lanjutan terkait dengan DBH CHT di kota Surakarta.


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pajak

Pajak menurut UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang tidak mendapatkan imbalan langsung untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mardiasmo (2009) mendefinisikan fungsi pajak yang terdiri dari 2, yaitu:

a. Fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Mengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2. Pengertian Cukai

Cukai menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang. Barang-barang tertentu yang


(34)

commit to user

mempunyai sifat atau karakteristik adalah barang yang konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan Negara demi keadilan dan keseimbangan

3. Dasar Hukum

a. Peraturan Menteri Keuangan No.20/PMK.07/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau.

b. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.9 tahun 2009 tentang pedoman pengelolaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di Provinsi Jawa Tengah

4. Barang Kena Cukai a. Etil alcohol

Yang dimaksud dengan "etil alkohol atau etanol" adalah barang cair, jernih, dan tidak berwarna, merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH, yang diperoleh baik secara peragian dan/atau penyulingan maupun secara sintesa kimiawi b. Minuman yang mengandung Etil Alkohol

Yang dimaksud dengan "minuman yang mengandung etil alkohol" adalah semua barang cair yang lazim disebut minuman yang


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

mengandung etil alkohol yang dihasilkan dengan cara peragian, penyulingan, atau cara lainnya, antara lain bir, shandy, anggur, gin, whisky, dan yang sejenis. Yang dimaksud dengan "konsentrat yang mengandung etil alkohol" adalah bahan yang mengandung etil alkohol yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan minuman yang mengandung etil alkohol.

c. Hasil Tembakau Sigaret

Yang dimaksud dengan "sigaret" adalah hasil tembakau yang dibuat dari tembakau rajangan yang dibalut dengan kertas dengan cara dilinting, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti,atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.

Hasil Tembakau merupakan salah satu barang yang dikenakan BKC (Barang Kena Cukai). Setiap orang yang akan menjalankan kegiatan sebagai pengusaha pabrik hasil tembakau wajib memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC).

Industri Hasil Tembakau (IHT) adalah industri yang menghasilkan, atau mendistribusikan atau memasarkan atau menjual produk yang dihasilkan dari pengolahan tembakau. Cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia dibagihasilkan kepada daerah karena barang kena cukai berupa hasil tembakau memiliki sifat atau karakteristik yang konsumsinya perlu dikendalikan dan diawasi serta memberikan


(36)

commit to user

dampak negatif bagi masyarakat dan mengoptimalkan upaya penerimaan negara dari cukai.

5. Tarif Cukai

Untuk penetapan harga dasar dan tarif cukai hasil tembakau ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.04/2005, pada peraturan ini dilakukan pembagian jenis-jenis hasil tembakau, penggolongan pengusaha pabrik hasil tembakau, nilai tarif cukai dan batasan harga jual eceran hasil tembakau buatan dalam negeri dan luar negeri, batasan harga jual eceran dan tarif cukai hasil tembakau yang diimpor maupun tidak. Peraturan ini diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.04/2006 pada tahun 2006, diubah kembali pada tahun 2007 dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.04/2007.

Pada tahun 2008 dikeluarkan peraturan baru yang mengatur tentang tarif cukai hasil tembakau dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008 dan diubah kembali pada tahun 2009 dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009. Perubahan yang dilakukan berulang-ulang ini dimaksudkan untuk mengikuti perubahan perekonomian negara mengikuti inflasi dan kenaikan harga yang terjadi. Hal-hal yang diubah adalah mengenai tarif dasarnya. Mengenai pengaturan DBH CHT diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan DBH CHT dan Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

DBH CHT. Tata urutan pelaksanaan pembagian DBH CHT ke daerah diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. Barang kena cukai berupa hasil tembakau dikenai cukai berdasarkan tarif paling tinggi:

1) Untuk yang dibuat di Indonesia:

a. 275% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik; atau

b. 57% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.

2) Untuk yang diimpor:

a. 275% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah nilai pabean ditambah bea masuk; atau;

b. 57% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.

6. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau

Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) adalah Penerimaan negara dari cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia dibagikan kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau sebesar 2% (dua persen). DBH CHT merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam pengembangan pembangunan di Indonesia atas pemungutan cukai dari Industri Hasil Tembakau (IHT). DBH CHT digunakan


(38)

commit to user

a. Peningkatan kualitas bahan baku

Peningkatan proses produksi industri hasil tembakau berupa bahan mentah dengan bantuan sarana dan prasarana produksi, bantuan modal kerja, demo intensifikasi tembakau sebagai bahan baku utama dan cengkeh sebagai bahan baku tambahan dalam proses pembuatan rokok. Peningkatan kualitas bahan baku industri hasil tembakau, meliputi:

1) Standardisasi kualitas bahan baku;

2) Pembudidayaan bahan baku dengan kadar nikotin rendah; 3) Pengembangan sarana laboratorium uji dan pengembangan

metode pengujian;

4) Penanganan panen dan pascapanen bahan baku; dan/atau

5) Penguatan kelembagaan kelompok petani bahan baku untuk industri hasil tembakau.

b. Pembinaan Industri

Kegiatan dalam rangka perbaikan kualitas produk IHT sejak dari bahan mentah hingga barang siap dipasarkan, termasuk penyediaan data yang menyajikan informasi yang memuat tentan IHT, kebutuhan bahan baku IHT, daerah penghasil bahan baku IHT, jumlah tenaga kerja, jenis IHT yang diproduksi, total produksi IHT periode tertentu, dan potensi pemakaian cukai. Pembinaan industri hasil tembakau, meliputi:


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

1) Pendataan mesin/peralatan mesin produksi hasil tembakau (registrasi mesin/peralatan mesin) dan memberikan tanda khusus;

2) Penerapan ketentuan terkait Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI);

3) Pembentukan kawasan industri hasil tembakau;

4) Pemetaan IHT berupa kegiatan pengumpulan data yang berkaitan dengan industri hasil tembakau di suatu daerah, meliputi :

5) Asal daerah bahan baku (tembakau dan cengkih).

6) Kemitraan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan usaha besar dalam pengadaan bahan baku;

7) Penguatan kelembagaan asosiasi industri hasil tembakau; 8) Pengembangan industri hasil tembakau dengan kadar tar dan

nikotin rendah melalui penerapan Good Manufacturing Practices (GMP).

c. Pembinaan lingkungan sosial

Merupakan tanggung jawab sosial yang dilakukan untuk membantu penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan lingkungan, membantu permodalan Usaha Kecil Menengah (UKM) atau Industri Kecil Menengah (IKM). Pembinaan lingkungan sosial, meliputi :


(40)

commit to user

1) Pembinaan kemampuan dan ketrampilan kerja masyarakat di lingkungan IHT dan/atau daerah penghasil bahan baku IHT; 2) Penerapan manajemen limbah industri hasil tembakau yang

mengacu kepada Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL); 3) Penetapan kawasan tanpa asap rokok dan pengadaan

tempat khusus untuk merokok di tempat umum; dan/ atau 4) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan penyediaan

fasilitas perawatan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok

d. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai

Proses pengenalan dan pemahaman tentang penggunaan pita cukai rokok, pentingnya pendapatan dari cukai rokok untuk pembangunan, dampak penggunaan pita cukai rokok illegal.

e. Pemberantasan barang kena cukai illegal

Kegiatan yang bertujuan untuk meminimalisir peredaran rokok illegal, meningkatkan penggunaan cukai rokok resmi dan memberikan efek jera kepada pelaku. Pemberantasan barang kena cukai ilegal, meliputi:

1) Pengumpulan informasi hasil tembakau yang dilekati pita cukai palsu di peredaran atau tempat penjualan eceran;

2) Pengumpulan informasi hasil tembakau yang tidak dilekati pita cukai di peredaran atau tempat penjualan eceran; dan


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3) Pengumpulan informasi barang kena cukai berupa etil alkohol dan minuman mengandung etil alkohol yang ilegal di peredaran atau tempat penjualan eceran.

4) Apabila dalam pelaksanaan kegiatan pengumpulan informasi ditemukan indikasi adanya hasil tembakau yang dilekati pita cukai palsu, hasil tembakau yang tidak dilekati pita cukai, atau etil alkohol dan minuman mengandung etil alcohol yang ilegal di peredaran atau tempat penjualan eceran, walikota menyampaikan informasi secara tertulis kepada DJBC.

Dana bagi hasil cukai merupakan bagian kapasitas fiskal yang perhitungannya disesuaikan dengan formula Dana Alokasi Umum (DAU) yang setiap tahun ditetapkan dalam pembahasan RAPBN. Pembagian, pengelolaan, dan penggunaan pembagian dana bagi hasil cukai hasil tembakau kepada kabupaten/kota penyumbang cukai hasil tembakau dihitung berdasarkan kontribusi penerimaan cukai hasil tembakau pada kabupaten/kota tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.20/PMK.07/2009. Pembagian DBH CHT untuk masing-masing daerah provinsi/kabupaten/kota diatur oleh gubernur dan diusulkan untuk mendapatkan persetujuan dan penetapan oleh Menteri Keuangan, dengan komposisi :

a. 30 % untuk provinsi penghasil

b. 40% untuk kabupaten/kota daerah penghasil c. 30% untuk kabupaten/kota lainnya


(42)

commit to user

Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan anggaran peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan Industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai illegal yang berasal dari DBH CHT yang dibuat di Indonesia. Apabila hasil pemantauan dan evaluasi anggaran peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan Industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai illegal dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau mengidikasikan adanya penyimpangan pelaksanaan akan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundagan yang belaku. Atas penyalahgunaan alokasi tersebut dapat diberikan sanksi penangguhan hingga penghentian penyaluran DBH CHT serta apabila dalam pelaksanaan pengalokasian ke setiap SKPD terdapat sisa alokasi, Penganggaran Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) DBH CHT dianggarkan kembali dalam APBD Tahun Anggaran berikutnya untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

7. Pengalokasian DBH CHT

Pengalokasian DBH CHT melalui mekanisme sebagai berikut : a. Penetapan Alokasi DBH CHT

Penetapan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau yang dialokasikan kepada provinsi dapat dijelaskan sebagai berikut :


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

1) Besaran alokasi DBH CHT per tahun ditetapkan dalam UU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

2) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menetapkan pembagian alokasi DBH CHT per provinsi;

3) Gubernur menetapkan pembagian untuk provinsi, kabupaten, dan kota di wilayahnya masing-masing dengan komposisi : 30% untuk provinsi, 40% untuk kabupaten/kota penghasil, dan 30% kabupaten/kota lainnya;

4) Menteri Keuangan memberikan persetujuan atas pembagian alokasi yang ditetapkan Gubernur dengan Peraturan Menteri Keuangan

b. Penyaluran DBH CHT

Penyaluran DBH CHT dari pusat yang dialokasikan kepada provinsi hingga ke kota Surakarta dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Penyaluran dilaksanakan secara triwulanan

2) Penyaluran dilaksanakan dengan cara memindahbukukan dari rekening kas umum negara ke masing-masing rekening kas umum daerah

3) Penyaluran triwulan I sampai dengan III dihitung dari penetapan alokasi sementara


(44)

commit to user

4) Penyaluran triwulan I dilaksanakan pada bulan Maret sebesar 20%, triwulan II dilaksanakan pada bulan Juni sebesar 30% dan triwulan III dilaksanakan pada bulan September sebesar 30% 5) Penyaluran triwulan IV sebesar selisih antara penetapan alokasi

definitif dengan dana yang telah disalurkan pada triwulan I sampai dengan III

6) Penyaluran triwulan I dilakukan setelah Direktorat Jenderal Perimbangan dan Keuangan (DJPK) menerima laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT semester II tahun anggaran sebelumnya dari gubernur dan laporan konsolidasi rancangan program kegiatan dan anggaran DBH CHT

7) Penyaluran triwulan III dilakukan setelah DJPK menerima laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT semester I tahun berjalan dari gubernur 8) Dalam hal laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan

DBH CHT sebagaimana dimaksud pada angka 6 dan 7 tidak menunjukan adanya realisasi penggunaan, maka penyaluran DBH CHT ditunda sampai dengan disampaikannya laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBH CHT

c. Pelaporan DBH CHT

Pelaporan DBH CHT atas alokasi dana ke tiap kota, dapat dirinci sebagai berikut :


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

1) Awal tahun gubernur menyampaikan laporan konsolidasi rancangan program kegiatan dan anggaran DBH CHT dari masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota;

2) Tanggal 20 Juli gubernur menyampaikan laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBH CHT semester I dari masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota;

3) Tanggal 20 Desember gubernur menyampaikan laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBHCHT semester II dari masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota

B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Berkembangnya industri rokok di Kota Surakarta, pemerintah daerah memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan kualitas kota Surakarta. Hal ini berkaitan dengan adanya DBH CHT sebagai salah satu sumber dana pemasukan kota Surakarta dalam bentuk dana bagi hasil pajak/bukan pajak melalui dana perimbangan. Dilihat dari tingkat pengalokasian yang terus bertambah, DBH CHT memiliki potensi dalam peningkatan pendapatan kota Surakarta.

DBH CHT dialokasikan ke kota Surakarta melalui provinsi sesuai dengan ketetapan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.9 tahun 2009 dan PMK No.20/PMK.07/2009, Dana alokasi DBH CHT tersebut nantinya akan dikelola dan dialokasikan ke setiap SKPD terkait oleh Walikota.


(46)

commit to user

1. Mekanisme Alokasi DBH CHT untuk kota Surakarta

Dana Alokasi DBHCHT yang dikelola oleh gubernur disalurkan kepada kota Surakarta sesuai dengan besar kontribusinya dalam penyetoran cukai tembakau. Dana alokasi DBH CHT diterima oleh kota Surakata setiap tiga bulan, Walikota Surakarta penerima DBH CHT membuat laporan alokasi penggunaan dana atas pelaksanaaan kegiatan peningkatan kualitas bahan baku tembakau, pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal setiap enam bulan kepada Gubernur.

Untuk penyaluran dana atas DBH CHT, Walikota Surakarta membuat dan menyampaikan rancangan program kegiatan serta penganggaran DBH CHT kepada Gubernur sebelum tahun anggaran berjalan. Penganggaran dana tersebut diperoleh dari PMK (Peraturan Menteri Keuangan) atas alokasi definitif ataupun alokasi Indikatif DBH CHT oleh Menteri Keuangan sebelum tahun anggaran, PMK yang diberikan kemudian digunakan sebagi pedoman oleh TAPD (Tim Penganggaran Pemerintah Daerah) kota Surakarta untuk rencana pengganggaran dan pengalokasian dana ke setiap SKPD.

Gubernur menyampaikan laporan konsolidasi rancangan program kegiatan dan anggaran DBH CHT dari masing-masing kota kepada Menteri Keuangan, Menteri Keuangan memberikan persetujuan atas pembagian alokasi DBH CHT yang ditetapkan oleh Gubernur, dana


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

alokasi DBHCHT akan disalurkan melalui Gubernur kepada kota Surakarta. Dana alokasi DBH CHT ditransfer dari kas umun negara ke kas umum daerah.

Setelah mengevaluasi pelaksanaan ketentuan penggunaan DBH CHT pada tahun anggaran, Walikota menyampaikan laporan atas penggunaaan DBH CHT. Walikota menyampaikan laporan atas penggunaaan DBH CHT untuk semester pertama sebelum tanggal 20 Juli dan untuk semester kedua sebelum tanggal 10 Desember setiap tahun anggaran.

Penggunaan DBH CHT atas alokasi dana disalurkan kota Surakarta kepada setiap SKPD dan penggunaannya digunakan untuk kegiatan peningkatan kualitas bahan baku tembakau, pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai illegal. Kota Surakarta tidak melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas bahan baku karena kota Surakarta bukan sebagai penghasil bahan baku pengadaan bahan industri tembakau. Bahan baku yang digunakan tiga IHT di Surakarta yaitu PT. Minapadi Makmur, PT Djitoe dan PT. Kerbau masih dipasok dari Kudus, Boyolali, Temanggung, Nganjuk, Purwokerto, Semarang dan kota penghasil tembakau lainnya.


(48)

commit to user

2. Alokasi DBH CHT yang diterima kota Surakarta berdasarkan PMK No.20/PMK.07/2009

Sebagai salah satu sumber penerimaan daerah, DBH CHT mempunyai peranan yang sangat penting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) khususnya dalam penerimaan daerah yang senantiasa mengalami peningkatan maupun penurunan dari tahun ke tahun. DBH CHT dianggarkan pertama kali di Kota Surakarta pada tahun 2008 hingga memasuki tahun ke empat pada tahun 2011 ini. Dalam tabel berikut dapat dijelaskan besar peranan DBH CHT terhadap Pendapatan daerah Kota Surakarta.

Tabel II.1

Peranan Penerimaan DBH CHT terhadap Pendapatan Daerah Tahun anggaran 2008 - 2010

( dalam miliar rupiah )

t.a Penerimaan

DBHCHT

Jumlah BHP/BHBP

Jumlah dana Perimbangan

Pendapatan Daerah

Peranan (%)

2008 1.158,2 61.481,6 513.400,4 717.583,4 0,0016

2009 3.329,4 74.088,7 548.324,5 692.871,2 0,0048

2010 2.913,6 81.243,1 609.809,7 817.108,8 0,0035

Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta

Tahun 2008 merupakan tahun pertama penganggaran DBH CHT di kota Surakarta sebesar Rp1.158.259.124,- dari total pendapatan kota Surakarta sebanyak Rp717.583.491.821,- DBH CHT menyumbang peranan 0,0017% Pada tahun kedua penganggaran peranan tersebut mengalami peningkatan menjadi 0,0048% dengan nilai nominal DBH CHT sebesar Rp3.329.480.000,- dari total penerimaan daerah Rp692.871.252.526,-. Tahun Ketiga penganggaran DBH CHT


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

menurun menjadi 0,0035% sebesar Rp2.913.664.000,- dari Pendapatan Surakarta Rp817.108.827.816,-.

Penurunan penerimaan alokasi dana DBH CHT disebabkan adanya kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang ditetapkan dalam PMK No.181/PMK.011/2009 serta pembatasan dalam perolehan pita cukai bagi setiap IHT untuk menjalankan proses pengolahan tembakau menjadi hasil tembakau (rokok). IHT tersebut memproduksi rokok namun pita cukai dibatasi penggunaannya dan berbeda jenis pita cukai antara satu IHT dengan IHT lainnya. Tahun 2010 IHT dituntut untuk menargetkan hasil produksinya dan membeli pita cukai tersebut sesuai dengan target produksi rokok. Apabila dalam proses pengolahan rokok pita cukai sudah habis dan rokok yang diproduksi melebihi pita cukai yang dibeli maka rokok tersebut tidak diijinkan beredar, karena rokok tersebut illegal tanpa adanya pita cukai yang melekat. Pita Cukai hanya dapat diperoleh setelah masa tertentu sesuai dengan peraturan kantor cukai setempat.

Kebijakan pembatasan cukai tersebut dilaksanakan guna menekan penggunaan rokok illegal dan dampak rokok pada masyarakat umum, dan berbanding terbalik dengan penerimaan Negara atas cukai yang disetor oleh IHT karena semakin terbatasnya pita cukai maka semakin sedikit jumlah cukai yang dibayarkan kepada Negara.

Pengalokasian DBH CHT selama tiga tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan tergantung kebijakan yang ditetapkan oleh


(50)

commit to user

provinsi dan menteri keuangan sebagai pusat kebijakan. Anggaran dan realisasi penerimaan DBH CHT dapat diringkas sebagai berikut :

Tabel II.2

Anggaran dan Realisasi DBH CHT 2008-2010 Kota Surakarta

t.a ANGGARAN REALISASI SISA KENAIKAN

(PENURUNAN)

REALISASI (%)

2008 1.158.259.124 257.940.125 900.318.999 - 22.27

2009 3.329.480.000 3.120.821.175 208.658.825 2.171.220.876 93.73

2010 2.913.664.000 2.520.380.500 393.283.500 (415.816.000) 86.50 Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta

Dari tabel diatas dapat dijelaskan, Tahun 2008 masih mengalami kesulitan terbukti hanya 22,27% realisasi dari anggaran yang dianggarkan. SILPA tahun 2008 dianggarkan kembali pada tahun 2009, sehingga jumlah anggaran pada tahun 2009 menjadi Rp3.329.480.000,- dan terealisasi sebesar Rp3.120.821.175,- atau sebesar 93,73 %. Pada tahun 2010 dana yang dianggarkan menurun disebabkan oleh kenaikan tarif cukai hasil tembakau serta pembatasan perolehan pita cukai bagi IHT, anggaran dana tersebut menjadi Rp2.913.664.000,- dan terealisasi sebesar 86,50% atau sebesar Rp2.520.380.500,-. SILPA tahun 2009 dan tahun 2010 dianggarkan kembali pada tahun 2011 dan masih berjalan dalam proses alokasi a. Alokasi DBH CHT tahun 2008 Kota Surakarta

Penggunaan alokasi dana DBH CHT disalurkan kepada setiap SKPD sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan dan penggunaannya untuk peningkatan kualitas bahan baku tembakau, pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai illegal. Penggunaan alokasi


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

DBH CHT di kota Surakarta hingga ke SKPD pelaksana pada tahun 2008 dapat dilihat dalam penjelasan berikut :

Tabel II.3

Penggunaan DBH CHT Tahun Anggaran 2008 Kota Surakarta

Program Anggaran Realisasi Sisa Pencapaian

Kinerja (%) SKPD

Sosialisasi ketentuan di Bidang Cukai

100.000.000 100.000.000 0 100,00 Hukum HAM

208.647.499 28.750.000 179.897.499 13,78 Disperindag

474.611.625 74.611.625 400.000.000 15,72 Diskominfo

783.259.124 203.361.625 579.897.499 25,96

Pemberantasan BKC illegal Total 375.000.000 1.158.259.124 54.578.500 257.940.125 320.421.500 900.318.999 14,55 22,27

Satpol PP

Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta

Data diatas menjelaskan, Bagian Hukum dan HAM menggunakan dana atas alokasi DBHCHT untuk Fasilitasi sosialisai Perundang-undangan di bidang cukai pencapaian kinerja sebesar 100% atau sebesar Rp100.000.000,-. Dinas Perindustrian dan Perdagangan digunakan dalam penyediaan sarana informasi yang dapat diakses masyarakat keterkaitannya dengan informasi yang diberikan kepada IHT sebagai penghasil cukai hasil tembakau, terealisasi sebesar 13,78% dengan nominal Rp28.750.000,- dana tersebut digunakan untuk pengadaan peralatan pelengkap sarana program inkubasi teknologi solo technopark. Dinas Komunikasi dan Informatika menganggarkan dana tersebut untuk Jasa cetak buku sosialisasi aturan cukai dan pembuatan video cukai terealisasi sebesar Rp74.611.625,- dari anggaran Rp474.611.625,- atau terealisasi sebesar 15,72%.


(52)

commit to user

Kerjasama pengembangan kemampuan aparat Polisi Pamong Praja dengan TNI/POLRI dan kejaksaan dianggarkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dengan dana DBH CHT Rp54.578.500,- dan tersisa Rp320.421.500,- atau terealisasi sebesar 14,55% dari anggaran. Dari seluruh program dan kegiatan SKPD tahun 2008 tersisa Rp900.318.999,- dari total anggaran sebesar Rp1.158.259.124,- Dana SILPA DBH CHT 2008 dianggarkan kembali dalam APBD Tahun Anggaran 2009 untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

b. Alokasi DBH CHT tahun 2009 Kota Surakarta

Pada tahun 2009 atau tahun kedua penganggaran, DBH CHT mengalami peningkatan sebesar Rp2.171.220.876,- menjadi Rp3.329.480.000 dan dialokasikan ke 12 (dua belas) Satuan Kerja Pemerintah Dareah (SKPD) pelaksana kota Surakarta. Dalam Program peningkatan kualitas bahan baku kota Surakarta tidak menjalankan kegiatan tersebut karena kota Surakarta bukan sebagai penghasil bahan baku pengadaan bahan industri tembakau. Bahan baku yang digunakan di solo masih dikirim dari Kudus, Temanggung dan kota penghasil tembakau lainnya.

Berikut akan dijelaskan dalam tabel alokasi penggunaan DBHCHT pada tahun 2009 oleh 12 (dua belas) Satuan Kerja Pemerintah Dareah Kota Surakarta.


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel II.4

Penggunaan DBH CHT Tahun Anggaran 2009 Kota Surakarta

PROGRAM ANGGARAN REALISASI SISA Pencapaian

Kinerja (%) SKPD

Peningkatan Kualitas Bahan

Baku

0 0 0 0

Pembinaan Industri

100.000.000 93.165.000 6.835.000 93.17 Disperindag

100.000.000 93.830.000 6.170.000 93.83 Disperindag

100.000.000 97.390.000 2.610.000 97.39 Dinsosnaker

300.000.000 284.385.400 15.614.600 94.80

Pembinaan Lingkungan

Sosial

2.362.500.000 2.244.375.000 118.125.000 95.00 DPPKA

75.000.000 73.769.900 1.230.100 98.36 Bappeda

70.000.000 69.193.000 807.000 98.85 Dinkes

160.000.000 105.375.000 54.625.000 65.86 Dinkes

12.000.000 2.899.000 9.101.000 24.16 Dinkes

60.000.000 55.451.500 4.548.500 92.42 BLH

2.739.500.000 2.551.063.400 188.436.600 93.12

Sosialisasi Ketentuan di Bidang Cukai

30.000.000 30.000.000 0 100.00 Adm. Pem

30.000.000 30.000.000 0 100.00 Hukum HAM

25.000.000 24.545.000 455.000 98.18 Diskominfo

30.000.000 30.000.000 0 100.00 Dispora

124.980.000 124.827.375 152.625 99.88 Adm. Eko

239.980.000 239.372.375 607.625 99.75

Pemberantasan BKC ilegal

50.000.000 46.000.000 4.000.000 92.00 Satpol PP

Total 3329.480.000 3.120.821.175 208.658.825 93.73

Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta

Data tabel menunjukkan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan menggunakan anggaran dana tersebut pendataan IHT di kota Surakarta yaitu PT. Kerbau, PT. Mina Padi dan PT Kerbau serta bantuan dan latihan klaster industri dana yang dibutuhkan sebesar Rp186.995.000,- untuk pembiayan dua kegiatan tersebut atau sebesar 93,5% pencapaian kinerja dari Rp200.000.000,- yang dianggarkan. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi melakukan pelatihan kerja dan terealisasi sebesar Rp97.390.000,- atau sebesar 97,39% dari anggaran Rp100.000.000,- , kedua SKPD


(54)

commit to user

tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka program Pembinaan Industri dengan total realisasi Rp284.395.000,- dengan pencapaian kinerja 93,12% dari anggaran Rp300.000.000,-

Program Pembinaan lingkungan Sosial dilakukan oleh empat SKPD dengan pencapaian kinerja sebesar 93,13% dan biaya Rp2.551.063.000,- dari Rp2.739.500,- anggaran. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset mengalokasikan dana DBHCHT untuk Hibah penguatan ekonomi masyarakat dengan penggunaan dana sebesar Rp2.244.375.000,- dari anggaran Rp2.362.500.000,- atau pencapaian kinerja sebesar 95%. Badan Pengawas Daerah melakukan perencanaan atas dana alokasi DBHCHT untuk tahun berikutnya memerlukan dana sebesar Rp73.769.900,- atau 98,36% dari anggaran Rp75.000.000,-. Pembuatan smoking area, pengadaan alat bantu uji paru-paru, pemeriksaan kesehatan kerja telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan pengeluaran Rp177.467.000,- dari anggaran Rp242.000.000,- atau 62,95% pencapaian kinerja. Pelatihan composting oleh Badan Lingkungan Hidup dalam program pembinaan sosial atas dampak negatif adanya industri tembakau tercapai 92,42% kinerjanya dengan biaya Rp55.451.000,- dari Rp60.000.000,- anggaran.

Sosialisasi ketentuan di bidang cukai dilakukan dengan cara sosialisasi aparatur, masyarakat dan pelajar oleh Bagian


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

administrasi Pemerintahan, Bagian Hukum HAM serta Dinas Pendidikan dan Olahraga telah terealisasi 100% dengan anggaran Rp90.000.000,- Dinas Komunikasi dan Informasi telah melakukan pengembangan komunikasi, informasi, dan media massa dalam sosialisasi cukai dengan biaya Rp24.545.000,- dari anggaran Rp25.000.000, Bagian Administrasi Perekonomian menggunakan dana sebesar Rp124.827.375,- dari Rp124.980.000,- untuk kesekretariatan. Program ini telah melakukan pencapaian kinerja sebesar 9,75% dari anggaran Rp239.980.000,- dengan total pengeluaran dari lima SKPD sebesar Rp239.372.375,-

Program Pemberantasan Barang Kena Cukai Ilegal dilakukan oleh Satuan pamong Praja. Pemberantasan cukai illegal oleh satuan pamong praja bertujuan untuk meningkatkan keamanan lingkungan adanya cukai illegal, termasuk rokok tanpa pita cukai tercapai 92% pencapaian kinerja dengan pengeluaran sebesar Rp46.000.000,- dari anggaran Rp50.000.000,-

c. Alokasi DBH CHT tahun 2010 Kota Surakarta

Tahun Ketiga penganggaran yaitu tahun 2010 mengalami penurunan jumlah alokasi DBHCHT sebesar Rp415.816.000,- Sehingga anggaran DBHCHT menjadi Rp2.913.664.000,- Penurunan tersebut disebabkan karena adanya kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang sesuai PMK No.181/PMK.011/2009 serta


(56)

commit to user

pembatasan perolehan pita cukai bagi IHT untuk menjalankan proses pengolahan tembakau menjadi hasil tembakau.

Kebijakan pembatasan cukai tersebut dilaksanakan guna menekan penggunaan rokok illegal dan dampak rokok pada masyarakat umum, dan berbanding terbalik dengan penerimaan Negara atas cukai yang disetor oleh IHT karena semakin terbatasnya pita cukai maka semakin sedikit jumlah cukai yang dibayarkan kepada Negara.

Tarif cukai yang naik menjadi beban bagi IHT karena dengan bertambahnya tarif tersebut IHT harus dapat merencanakan hasil produksi untuk proses produksi ke depan. Dari hasil wawancara penulis dengan pemilik IHT di Surakarta yaitu PT. Kerbau, PT. Minapadi Makmur dan PT. Djitoe, pemilik IHT tidak berani mengambil resiko dengan membeli stock pita cukai berlebihan karena belum tentu penjualan pada tahun tersebut sama besarnya dengan pita cukai yang dibeli. Begitu pun sebaliknya, apabila IHT membeli pita cukai dibawah produksi rokok, rokok tersebut tidak dapat diedarkan atau dijual karena tidak dilekati pita cukai, sedangkan untuk memperoleh pita cukai hanya pada masa tertentu sesuai dengan peraturan kantor cukai setempat dan pita cukai antara IHT satu dengan IHT lain berbeda (brand/merk pita cukai berbeda-beda).


(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

IHT belum dapat menempatkan kedua kebijakan baru tersebut yaitu pembatasan pita cukai dan kenaikan tarif cukai karena faktor resiko yang akan ditanggung dan efisiensi dana yang dikeluarkan atas cukai yang disetor terhadap pembelian pita cukai. Berikut akan disajikan tabel penggunaan DBHCHT tahun 2010 di kota Surakarta yang dianggarkan dan dilaksanakan oleh 10 (sepuluh) Satuan Kerja Pemerintah Daerah.

Tabel II.5

Penggunaan DBH CHT TahunAnggaran 2010 Kota Surakarta

PROGRAM ANGGARAN REALISASI SISA Pencapaian

Kinerja (%) SKPD

Peningkatan Kualitas Bahan Baku

0 0 0 0

Pembinaan Industri

50.000.000 93.165.000 2.057.000 95.89 Disperindag

50.000.000 93.830.000 11.631.000 76.74 Dinsosnaker

1.447.200.000 97.390.000 277.000.000 80.86 DPPKA

131.464.000 129.085.500 2.378.500 98.19 Bag. Eko

1.678.664.000 1.385.597.500 293.066.500 82.54

Pembinaan Lingkungan

Sosial

600.000.000 563.997.300 3.002.700 94.00 Dinkes

75.000.000 74.764.000 236.000 99.69 Dinkes

50.000.000 9.539.500 40.460.500 19.08 Dinkes

60.000.000 55.800.000 4.200.000 93.00 BLH

75.000.000 70.624.700 4.375.300 94.17 Bapeda

860.000.000 774.725.500 85.274.500 90.08

Sosialisasi Ketentuan di Bidang Cukai

75.000.000 73.572.000 1.428.000 98.10 Diskominfo

150.000.000 139.465.000 10.535.000 92.98 Hukum HAM

150.000.000 147.020.000 2.979.500 98.01 Bag. Eko

375.000.000 360.057.000 14.942.500 96.60

Pemberantasan BKC ilegal

0 0 0 0

Total 2.913.664.000 2.520.380.500 393.283.500 86.50

Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta

Dari data tabel dijelaskan, Program peningkatan kualitas bahan baku masih belum dilakukan oleh kota Surakarta karena kota Surakarta belum menjadi kota penghasil bahan baku pengadaan


(58)

commit to user

bahan industri tembakau. Pemberantasan barang Kena Cukai illegal tidak dianggarkan pada tahun ini karena proses pengolahan hasil tembakau oleh IHT di kota Surakarta telah sesuai dengan ketetapan dan peraturan daerah.

Program Pembinaan Industri dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dengan fasilitasi pengembangan incubator tehnologi dan bisnis, dana yang dianggarkan sebesar Rp50.000.000,- dan terealisasi Rp47.943.000,- atau 95,89% pencapaian kinerja. Rekuitmen pelatihan tenaga kerja dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan biaya Rp38.369.000,- dan pecapaian kerja 76,74% dari anggaran Rp50.000.000,-, Penguatan ekonomi masyarakat dilakukan kembali oleh DPPKA dengan pencapaian kerja 80,86% dari anggaran Rp1.447.200.000,- dan terealisasi Rp1.170.200.000,-. Pengembangan klaster bisnis dilakukan oleh Bagian perekonomian dengan anggaran Rp131.464.000,- dan pengeluaran biaya yang digunakan sebesar Rp129.085.500,- atau 98,19% pencapaian kinerja. Program Pembinaan Industri membutuhkan dana Rp1.385.597.500,- dari anggaran Rp1.678.664.000,- dan masih tersisa Rp293.066.500,-

Pembinaan lingkungan sosial memerlukan dana Rp774.725.500,- dan tersisa Rp85.274.500,- dari anggaran Rp860.000.000,- dilakukan oleh Dinas kesehatan dengan


(59)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

pengadaan mobil klinik, pembuatan smoking area, dan bantuan pengobatan dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp138.300.800,- dari Rp725.000.000,- anggaran. Badan Lingkungan hidup melakukan pelatihan dan supervisi composting

dengan pencapaian kinerja 93% dari anggaran Rp60.000.000,- serta kajian perokok aktif/pasif di kawasan bisnis oleh Badan Pengawas Daerah dengan dana Rp70.624.700,- atau 94,17% dari Rp75.000.000,- anggaran.

Program sosialisasi ketentuan di bidang cukai dilakukan oleh 3 (tiga) SKPD dengan biaya Rp360.057.500,- tersisa Rp14.942.500,- dari anggaran Rp375.000.000,- Penyusunan raperda cukai dilaksanakan Bagian Hukum HAM dengan pencapaian kinerja 92,98% dari anggaran Rp150.000.000,- atau terealisasi Rp139.465.000,- Monitoring evaluasi penggunaan DBHCHT dianggarkan kepada SKPD pelaksana Bagian perekonomian dengan anggaran Rp150.000.000,- dan terealisasi 98,01% pencapaian kinerja atau Rp147.020.500,-


(60)

commit to user

BAB III TEMUAN

Setelah penulis melakukan penelitian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan dari DBH CHT, penulis dapat menyimpulkan kelebihan dan kelemahan yang ditemukan terkait dengan hal tersebut. Adapun kelebihan dan kelemahan yang ditemukan penulis adalah sebagai berikut:

A. KELEBIHAN

1) Kota Surakarta melakukan alokasi DBH CHT menggunakan mekanisme seperti dalam ketetapan PMK No.20/PMK.07/2009. Dana tersebut digunakan untuk kegiatan pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal di kota Surakarta. Dana dimanfaatkan oleh SKPD pelaksana dengan rata-rata pencapaian kinerja yang baik yakni sebesar 93,73% pada tahun kedua penganggaran tahun 2009 serta 86,50% pada tahun ketiga penganggaran tahun 2010.

2) Pemerintah kota Surakarta telah menjalankan program pengembangan inkubator teknologi dan bisnis dalam kegiatan pembinaan industri, sebagai arahan untuk pembinaan kemampuan dan ketrampilan kerja dalam rangka alih profesi tenaga kerja industri tembakau akibat dampak kenaikan tarif cukai, serta pembuatan smoking area sebagai dampak negatif industri tembakau di kota Surakarta.


(61)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

B. KELEMAHAN

1) Penggunaan alokasi DBH CHT dalam program kegiatan pembinaan industri di Kota Surakarta belum sepenuhnya dinikmati oleh beberapa industri, termasuk industri hasil tembakau di kota Surakarta. Pemerintah kota Surakarta belum menganggarkan sebagian dananya untuk keperluan pengembangan industri tembakau melalui SKPD pelaksana, dalam hal ini adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

2) Fasilitasi Pengembangan Inkubator Teknologi dan Bisnis ditujukan untuk tenaga kerja dan anggota keluarga IHT kota Surakarta sebagai alih profesi tenaga kerja industri tembakau terhadap terbatasnya kesempatan kerja di indusri rokok kecil (golongan III) karena kebijakan kenaikan tarif cukai, namun pada pelaksanaannya program Fasilitasi Pengembangan Inkubator dan Bisnis terkendala, karena tenaga kerja IHT cenderung lebih banyak berasal dari luar Surakarta.

3) Pemerintah kota Surakarta belum menindak tegas pengguna rokok (perokok aktif) di tempat umum, hal ini menunjukkan bahwa pembuatan smoking area belum sepenuhnya disosialisasikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.


(62)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya yang berhubungan dengan alokasi DBHCHT di kota Surakarta, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Mekanisme yang dilakukan kota Surakarta dalam pengalokasian DBH CHT di Kota Surakarta telah sesuai dengan PMK No.20/PMK.07/2009, dana tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal di kota Surakarta.

2) Alokasi dana DBH CHT yang diterima kota Surakarta pada tahun 2008 sebesar Rp1.158.259.124,- tahun kedua penganggaran yaitu tahun 2009, dana yang diterima sebesar Rp3.329.480.000,- SILPA yang tersisa pada tahun 2008 sebesar Rp900.318.999,- diakumulasikan kembali di tahun anggaran 2009. DBH CHT yang diterima pada tahun 2010 adalah Rp2.913.664.000,- SILPA anggaran tahun 2009 dan tahun 2010, masing-masing sebesar Rp 208.658.825,- dan Rp393.283.500,- dianggarkan kembali pada tahun 2011 dan masih dalam proses pelaksanaan. Pengalokasian dana DBH CHT ke setiap SKPD kota Surakarta sudah tepat sasaran dan tepat guna dilihat dari pencapaian kinerja SKPD yang baik dalam program kinerja tiap tahun anggaran.


(63)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

B. SARAN

Meninjau dari kendala-kendala yang masih dialami oleh Pemerintah Kota Surakarta terkait dengan alokasi DBH CHT di kota Surakarta, penulis berusaha memberikan masukan ataupun saran sebagai berikut :

1. Pemerintah Kota Surakarta agar lebih memperhatikan nasib IHT kota Surakarta, karena IHT kota Surakarta termasuk Industri Rokok Kecil dan merupakan bagian dalam prioritas bantuan peralatan yang diberikan kepada IKM (Industri Kecil Menengah) oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Bantuan Peralatan yang sederhana melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) pelaksana di bidang perindustrian sangat diperlukan agar tercipta hubungan timbal balik yang baik antara pemerintah kota sebagai penerima alokasi DBH CHT atas cukai tembakau yang disetorkan oleh IHT kota Surakarta.

2. Memberikan penyuluhan dan pelatihan khusus secara rutin melalui SKPD pemerintah kota Surakarta yaitu Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi secara langsung kepada tenaga kerja IHT, tanpa terpaku pada program Fasilitasi Pengembangan Inkubator Teknologi Bisnis dan tanpa batasan kependudukan.

3. Pemerintah kota diharapkan membuat dan mensosialisasikan Perda yang mengatur secara spesifisik perokok aktif diperkenankan merokok dan sanksi apabila Perda tersebut dilanggar.


(1)

commit to user

bahan industri tembakau. Pemberantasan barang Kena Cukai illegal tidak dianggarkan pada tahun ini karena proses pengolahan hasil tembakau oleh IHT di kota Surakarta telah sesuai dengan ketetapan dan peraturan daerah.

Program Pembinaan Industri dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dengan fasilitasi pengembangan incubator tehnologi dan bisnis, dana yang dianggarkan sebesar Rp50.000.000,- dan terealisasi Rp47.943.000,- atau 95,89% pencapaian kinerja. Rekuitmen pelatihan tenaga kerja dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan biaya Rp38.369.000,- dan pecapaian kerja 76,74% dari anggaran Rp50.000.000,-, Penguatan ekonomi masyarakat dilakukan kembali oleh DPPKA dengan pencapaian kerja 80,86% dari anggaran Rp1.447.200.000,- dan terealisasi Rp1.170.200.000,-. Pengembangan klaster bisnis dilakukan oleh Bagian perekonomian dengan anggaran Rp131.464.000,- dan pengeluaran biaya yang digunakan sebesar Rp129.085.500,- atau 98,19% pencapaian kinerja. Program Pembinaan Industri membutuhkan dana Rp1.385.597.500,- dari anggaran Rp1.678.664.000,- dan masih tersisa Rp293.066.500,-

Pembinaan lingkungan sosial memerlukan dana

Rp774.725.500,- dan tersisa Rp85.274.500,- dari anggaran Rp860.000.000,- dilakukan oleh Dinas kesehatan dengan


(2)

commit to user

pengadaan mobil klinik, pembuatan smoking area, dan bantuan

pengobatan dengan biaya yang dikeluarkan sebesar

Rp138.300.800,- dari Rp725.000.000,- anggaran. Badan

Lingkungan hidup melakukan pelatihan dan supervisi composting

dengan pencapaian kinerja 93% dari anggaran Rp60.000.000,- serta kajian perokok aktif/pasif di kawasan bisnis oleh Badan Pengawas Daerah dengan dana Rp70.624.700,- atau 94,17% dari Rp75.000.000,- anggaran.

Program sosialisasi ketentuan di bidang cukai dilakukan oleh 3 (tiga) SKPD dengan biaya Rp360.057.500,- tersisa Rp14.942.500,- dari anggaran Rp375.000.000,- Penyusunan raperda cukai dilaksanakan Bagian Hukum HAM dengan pencapaian kinerja 92,98% dari anggaran Rp150.000.000,- atau terealisasi Rp139.465.000,- Monitoring evaluasi penggunaan DBHCHT dianggarkan kepada SKPD pelaksana Bagian perekonomian dengan anggaran Rp150.000.000,- dan terealisasi 98,01% pencapaian kinerja atau Rp147.020.500,-


(3)

commit to user

BAB III TEMUAN

Setelah penulis melakukan penelitian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan dari DBH CHT, penulis dapat menyimpulkan kelebihan dan kelemahan yang ditemukan terkait dengan hal tersebut. Adapun kelebihan dan kelemahan yang ditemukan penulis adalah sebagai berikut:

A. KELEBIHAN

1) Kota Surakarta melakukan alokasi DBH CHT menggunakan

mekanisme seperti dalam ketetapan PMK No.20/PMK.07/2009. Dana tersebut digunakan untuk kegiatan pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal di kota Surakarta. Dana dimanfaatkan oleh SKPD pelaksana dengan rata-rata pencapaian kinerja yang baik yakni sebesar 93,73% pada tahun kedua penganggaran tahun 2009 serta 86,50% pada tahun ketiga penganggaran tahun 2010.

2) Pemerintah kota Surakarta telah menjalankan program pengembangan

inkubator teknologi dan bisnis dalam kegiatan pembinaan industri, sebagai arahan untuk pembinaan kemampuan dan ketrampilan kerja dalam rangka alih profesi tenaga kerja industri tembakau akibat dampak kenaikan tarif cukai, serta pembuatan smoking area sebagai dampak negatif industri tembakau di kota Surakarta.


(4)

commit to user

B. KELEMAHAN

1) Penggunaan alokasi DBH CHT dalam program kegiatan pembinaan

industri di Kota Surakarta belum sepenuhnya dinikmati oleh beberapa industri, termasuk industri hasil tembakau di kota Surakarta. Pemerintah kota Surakarta belum menganggarkan sebagian dananya untuk keperluan pengembangan industri tembakau melalui SKPD pelaksana, dalam hal ini adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

2) Fasilitasi Pengembangan Inkubator Teknologi dan Bisnis ditujukan untuk tenaga kerja dan anggota keluarga IHT kota Surakarta sebagai alih profesi tenaga kerja industri tembakau terhadap terbatasnya kesempatan kerja di indusri rokok kecil (golongan III) karena kebijakan kenaikan tarif cukai, namun pada pelaksanaannya program Fasilitasi Pengembangan Inkubator dan Bisnis terkendala, karena tenaga kerja IHT cenderung lebih banyak berasal dari luar Surakarta.

3) Pemerintah kota Surakarta belum menindak tegas pengguna rokok

(perokok aktif) di tempat umum, hal ini menunjukkan bahwa pembuatan smoking area belum sepenuhnya disosialisasikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.


(5)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya yang berhubungan dengan alokasi DBHCHT di kota Surakarta, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Mekanisme yang dilakukan kota Surakarta dalam pengalokasian DBH CHT di Kota Surakarta telah sesuai dengan PMK No.20/PMK.07/2009, dana tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal di kota Surakarta.

2) Alokasi dana DBH CHT yang diterima kota Surakarta pada tahun 2008 sebesar Rp1.158.259.124,- tahun kedua penganggaran yaitu tahun 2009, dana yang diterima sebesar Rp3.329.480.000,- SILPA yang tersisa pada tahun 2008 sebesar Rp900.318.999,- diakumulasikan kembali di tahun anggaran 2009. DBH CHT yang diterima pada tahun 2010 adalah Rp2.913.664.000,- SILPA anggaran tahun 2009 dan tahun 2010, masing-masing sebesar Rp 208.658.825,- dan Rp393.283.500,- dianggarkan kembali pada tahun 2011 dan masih dalam proses pelaksanaan. Pengalokasian dana DBH CHT ke setiap SKPD kota Surakarta sudah tepat sasaran dan tepat guna dilihat dari pencapaian kinerja SKPD yang baik dalam program kinerja tiap tahun anggaran.


(6)

commit to user

B. SARAN

Meninjau dari kendala-kendala yang masih dialami oleh Pemerintah Kota Surakarta terkait dengan alokasi DBH CHT di kota Surakarta, penulis berusaha memberikan masukan ataupun saran sebagai berikut :

1. Pemerintah Kota Surakarta agar lebih memperhatikan nasib IHT kota Surakarta, karena IHT kota Surakarta termasuk Industri Rokok Kecil dan merupakan bagian dalam prioritas bantuan peralatan yang diberikan kepada IKM (Industri Kecil Menengah) oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Bantuan Peralatan yang sederhana melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) pelaksana di bidang perindustrian sangat diperlukan agar tercipta hubungan timbal balik yang baik antara pemerintah kota sebagai penerima alokasi DBH CHT atas cukai tembakau yang disetorkan oleh IHT kota Surakarta.

2. Memberikan penyuluhan dan pelatihan khusus secara rutin melalui SKPD

pemerintah kota Surakarta yaitu Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi secara langsung kepada tenaga kerja IHT, tanpa terpaku pada program Fasilitasi Pengembangan Inkubator Teknologi Bisnis dan tanpa batasan kependudukan.

3. Pemerintah kota diharapkan membuat dan mensosialisasikan Perda yang mengatur secara spesifisik perokok aktif diperkenankan merokok dan sanksi apabila Perda tersebut dilanggar.