PENERAPAN STRATEGI PIKIR PLUS DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI : Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi Tahun Ajaran 2011/2012.

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aftarudin, P. (1984). Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung: Angkasa.

Ali, M. (1985). Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung: Angkasa.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.

Enre, F. A. (1988). Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Fang, N. M. (2007). Manfaat Menulis Puisi. [online].

Tersedia: http://aeiou-aeiou.blogspot.com/2007/10/manfaat-menulis-puisi.html [22 Oktober 2007].

Juniar, Irnasari. (2010). “Pembelajaran Menulis Deskripsi Dengan Menggunakan Teknik Pikir Plus pada siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010”. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Novitasari. (2011). “Pemanfaatan Video Keindahan Alam Dalam Pembelajaran Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 45 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011”. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Porter, B. dan Mike H. (1999). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Pradopo, R. D. (2002). Pengkajian Puisi (Analisis Strata Norma dan


(2)

Prasetiyo, B. (2007). Peningkatan pembelajaran Menulis Puisi dengan Strategi

Pikir Plus. Dalam Jurnal Pendidikan Inovatif, Volume 2, Nomor 2, hal.

57-63.

Senjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Situmorang, B.P. (1983). Puisi dan Metodologi Pengajarannya. Ende-Flores: Nusa Indah.

Subana, S. (2005). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suriamiharja, A., dkk. (1996). Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III Tahun

1996/1997.

Sutari, I. dkk. (1998). Dasar-dasar Kemampuan Menulis. Bandung: FPBS UPI.

Syamsudin dan Damaianti, S. V. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H. G. (1994). Menulis Sebagai Suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Waluyo, H. J. (1987). Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Waluyo, H. J. (2002). Apresiasi Puisi Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Syifa Faried Ramdhani, dilahirkan di Sumedang pada 16 April 1990. Dia adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Ibunya bernama Eli Herliawati dan ayahnya bernama Enang Syamsudin. Dia tinggal di kota kecil yaitu Tasikmalaya tepatnya Jl. Kiarakuda RT 02 RW 07 desa pakemitan Ciawi. Riwayat pendidikan yang telah dilaluinya adalah pada tahun 2002 lulus dari SD Negeri Pakemitan 1 Ciawi. Tiga tahun kemudian, dia menyelesaikan jenjang pendidikan SMP di SMP Negeri 1 Ciawi. Setelah itu, dia melanjutkan ke jenjang SMA yaitu SMA Negeri 1 Ciawi dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 dia mengikuti SNMPTN dan berhasil diterima di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung.


(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara terjadi dalam komunikasi secara lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya.

Salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang penulis amati adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan dalam menuliskannya. Kendatipun secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam mengungkapkan gagasan. Banyak orang mempunyai ide-ide bagus di benaknya sebagai hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi atau membaca. Akan tetapi, begitu ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang menggigit, dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang digunakan monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena sasaran, serta variasi kata dan kalimatnya kering.

Salah satu tujuan pembelajaran adalah siswa mampu menulis kreatif puisi. Menulis kreatif puisi merupakan bidang apresiasi sastra yang harus dikuasai oleh


(5)

siswa SMA. Di dalam kurikulum bahasa Indonesia, materi menulis kreatif puisi terdapat pada pembelajaran yang diajarkan di kelas X, yakni menuliskan puisi lama dan baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima. Akan tetapi, pada kenyataannya pembelajaran menulis puisi di sekolah masih banyak kendala dan cenderung untuk dihindari.

Dalam menulis puisi, siswa seringkali merasa kesulitan ketika akan mengembangkan gagasan/ide mereka, menemukan kata pertama dalam puisinya, mengembangkan ide menjadi puisi karena minimnya penguasaan kosakata, dan menulis puisi karena tidak terbiasa mengemukakan perasaan, pemikiran, dan imajinasinya ke dalam puisi. Meskipun di benak mereka penuh dengan ide cemerlang, ketidakmampuan dalam mengembangkan ide menjadi sebuah tulisan akan membuat hal itu sis-sia. Pada dasarnya keterampilan menulis sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam menuangkan ide. Perlu adanya pelatihan yang terus-menerus agar siswa terlatih. Pengajaran menulis di sekolah merupakan media utama dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa.

Menulis puisi diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan daya pikir imajinasi siswa dan pembentukan watak. Siswa harus mengeluarkan segala sesuatu yang ada pada pikirannya, yang berupa kata-kata yang mengandung makna. Untuk itu, siswa harus bisa memperkaya pengalamanya dengan mendapatkan pengalamn-pengalaman sastra yang diterapkannya dalam kehidupan. Dengan demikian, siswa dapat menghayati kehidupan dengan lebih jeli dan baik. Mengingat pentingnya pembelajaran menulis puisi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka yang perlu dilakukan guru adalah


(6)

menawarkan suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan kreativitas siswa.

Manfaat menulis puisi dapat melatih kita berani mengekspresikan diri melalui kata-kata serta menuntun kita untuk memasuki dunia seni. Menulis juga dapat memperjelas sesuatu kepada diri penulis karena gagasan-gagasan yang semula masih berserakan dan tidak runtut di dalam pikiran, dapat dituangkan secara runtut dan sistematis. Melalui kegiatan menulis, sebuah gagasan akan dapat dinilai dengan mudah. Manfaat menulis yang lainnya adalah dapat memecahkan masalah dengan lebih mudah, memberi dorongan untuk belajar secara aktif, dan membiasakan diri berpikir dan berbahasa secara tertib. Mengingat kemampuan menulis merupakan sebuah keterampilan penting yang harus dikuasai oleh siswa, perlu adanya pembinaan dan pengembangan secara intensif dan berkesinambungan.

Salah satu aspek dalam pembelajaran puisi adalah menulis puisi. Menulis puisi berarti mengungkapkan suatu kehidupan dalam medium bahasa yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai dengan norma-norma estetis puisi. Untuk mencapai estetis ini diperlukan kemahiran dan kecakapan untuk menggunakan unsur-unsurnya hingga menghasilkan paduan yang harmonis. Kemahiran dan kecakapan tersebut dapat diperoleh dengan rajinnya kita berlatih menulis sebuah puisi secara intensif (Situmorang, 1983:26).

Dalam pembelajaran menulis puisi peran guru sebagai fasilitator sangat penting, guru hendaknya mampu mengajarkan pengetahuan tentang sastra


(7)

terutama puisi secara mendetail kepada siswa sebagai salah satu dasar mereka dalam kegiatan menulis puisi. Pembelajaran menulis puisi juga akan dapat terlaksana dengan baik apabila ada kerjasama yang baik antara guru dan siswa. Selain itu cara guru dalam mengajar juga berpengaruh. Cara mengajar guru dalam mengajar puisi masih menggunakan cara tradisional seperti ceramah dan penugasan. Kebanyakan guru mengajarkan puisi hanya dari buku-buku sastra berupa kumpulan puisi ataupun contoh puisi.

Berdasarkan penelitian mengenai motivasi dalam pembelajaran menulis puisi yang sudah pernah dilakukan. Novitasari dalam skripsinya yang berjudul

Pemanfaatan Video Keindahan Alam dalam Pembelajaran Menulis Puisi (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 45 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011) Berhasil membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara

kemampuan menulis puisi terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi sebelum dan sesudah menggunakan video keindahan alam.

Penelitian lainnya mengenai pembelajaran PIKIR PLUS yang sudah pernah dilakukan. Irnasari Juniar dalam skripsinya Pembelajaran Menulis Deskripsi

Dengan Menggunakan Teknik PIKIR PLUS (Kuasi Eksperimen pada siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010) Hasil penelitian tersebut

menunjukkan keberhasilan, dilihat adanya perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis deskripsi yang menggunakan teknik PIKIR PLUS dengan pembelajaran yang tidak menggunakan teknik PIKIR PLUS.


(8)

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis akan mencoba menerapkan strategi pikir plus dalam pembelajaran menulis puisi. Oleh karena itu, penulis mengambil judul Penerapan Strategi PIKIR PLUS dalam Pembelajaran Menulis Puisi

(Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi Tahun Ajaran 2011/2012)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi berkaitan dengan pembelajaran menulis.

1) situasi pembelajaran menulis yang cenderung monoton,

2) kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya menulis,

3) kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran menulis,

4) kurangnya kemampuan mengembangkan gagasan,dan

5) kurangnya penguasaan bahasa tulis. 1.3Batasan Masalah

Untuk membatasi luasnya permasalahan dan memudahkan ruang lingkup yang akan dijadikan sasaran penelitian, maka ditentukan pembatasan masalah sebagai berikut.

1) Keefektifan penerapan strategi pikir plus dalam pembelajaran menulis puisi. 2) Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi


(9)

1.4Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana kemampuan Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi dalam menulis puisi sebelum menggunakan strategi PIKIR PLUS?

2) Bagaimana kemampuan Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi dalam menulis puisi setelah menggunakan strategi PIKIR PLUS?

3) Apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis puisi sebelum dan setelah menggunakan strategi PIKIR PLUS pada Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi.

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan.

1) Kemampuan siswa dalam memahami dan menulis puisi sebelum menggunakan strategi PIKIR PLUS,

2) Kemampuan siswa dalam memahami dan menulis puisi setelah menggunakan strategi PIKIR PLUS,

3) Perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis puisi sebelum dan setelah menggunakan strategi PIKIR PLUS.


(10)

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut.

1) Manfaat secara teoretis

Dengan melakukan penelitian ini penulis berharap mampu menggunakan strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang menarik minat siswa, salah satunya strategi pikir plus. Penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan bagi guru untuk memilih strategi pengajaran yang sesuai dan menarik bagi siswa dan diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan bagi penulis dalam menyusun bahan pembelajaran yang lebih bervariatif. Selain itu, siswa juga diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan kemampuan dasar mereka terutama keterampilan menulis, khususnya menulis puisi.

2) Manfaat secara praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai calon guru Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan melakukan penelitian ini penulis berharap lebih memahami berbagai permasalahan dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis puisi. Dalam hal ini penulis akan mencari cara untuk memecahkan masalah-masalah tersebut sehingga dapat memberikan motivasi kepada siswa menjadi lebih kreatif dalam menulis, khususnya menulis puisi.


(11)

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan suatu acuan kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia agar siswa lebih menyenangi pembelajaran menulis, khususnya dalam pembelajaran menulis puisi.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan memberikan motivasi bagi siswa untuk lebih menyenangi pembelajaran menulis, khususnya menulis puisi serta agar siswa lebih kreatif dalam menulis puisi.

d. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap penggunaan strategi pembelajaran berupa strategi pikir plus dalam pembelajaran menulis puisi.


(12)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Bentuk penelitian ini menggunakan desain one-group pretes-posttest

design. Desain ini menghadirkan satu kelas yang telah ditentukan yang disebut

kelas eksperimen semu dengan adanya tes awal/prates sebelum memberikan perlakuan dan tes akhir/pascates setelah memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen. Sugiyono (2007:108) mengemukakan istilah pre-experimental

designs (nondesigns) untuk penelitian yang dilakukan terhadap satu kelompok

tanpa adanya kelompok kontrol atau pembanding.

Penelitian ini bersifat kuantitatif karena jenis penelitian ini digunakan untuk meneliti populasi dan sampel dengan cara perhitungan melalui pengumpulan data. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu menggunakan instrumen penelitian yang telah dirancang, kemudian data diolah dengan cara menggunakan rumus statistik (karena penelitian bersifat kuantitatif) sehingga hipotesis yang sudah teruji dapat diterima atau tidak.

Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis seseorang dalam kelas eksperimen ketika sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Perlakuan tersebut adalah strategi pikir plus. Strategi pikir plus ini diterapkan pada pembelajaran menulis puisi. Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum penerapan threatment yang disebut


(13)

prates dan sesudah penerapan threatment yang disebut pascates adapun pola penelitiannya adalah sebagai berikut

Bagan 3.1

Desain Penelitian One-Group Pretes-Posttest Design

E 01 X 02 (Syamsudin dan Vismaia,2009: 157)

Keterangan:

O1 = tes awal (prates) menulis puisi di kelas eksperimen

O2 = tes akhir (pascates) menulis puisi di kelas eksperimen

X = pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan strategi pikir plus.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi sebanyak 4 kelas yaitu kelas X-1, X-2, X-3, dan X-4 yang berjumlah 95 orang.


(14)

Tabel 3.2

Daftar Jumlah Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi

Kelas Jumlah

X-1 22

X-2 23

X-3 25

X-4 25

Berdasarkan populasi yang sudah dipaparkan dalam tabel di atas, penulis menentukan sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populai yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampel bertujuan atau purposive sample. Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X-4 SMA Pasundan 3 Cimahi yang berjumlah 25 orang. Alasannya karena kelas X-4 SMA Pasundan 3 Cimahi sesuai dengan tujuan penelitian.

Tabel 3.3

Sampel Penelitian

Sampel

Jumlah Siswa

Laki-laki Perempuan

X= 29 X= 10 X= 19

Akan tetapi, karena situasi dan keadaan yang kurang mendukung, sample yang ada hanya sebanyak 20 siswa.


(15)

1.3 Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah paham dalam memahami penelitian ini, penulis merumuskan definisi operasional seperti berikut ini.

1) Menulis puisi adalah kegiatan menyampaikan ide, perasaan, pikiran, atau pun gagasan ke dalam sebuah bentuk kata-kata dalam susunan terindah yang memiliki makna dan daya imajinasi yang kuat.

2) Strategi pikir plus adalah strategi yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menulis kemudian memublikasikan tulisannya. Istilah pikir plus itu sendiri merupakan bentuk akronim dari enam langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis puisi. Keenam langkah yang dimaksud antara lain: (1) pemilihan objek yang diinginkan atau disenangi, (2) imajinasikan objek tersebut, (3) kreasikan imajinasimu dengan kata-kata, (4) ringkas dan kembangkan kata menjadi sebuah larik, (5) padukan dan olah larik-larik menjadi bait-bait puisi, dan (6) publikasikan puisimu.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengumpulan dan pengolahan dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian dapat menggunakan tes, kuesioner atau angket, dokumentasi, wawancara dan observasi.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes. Teknik tes yang dilakukan dibagi menjadi dua yaitu tes awal atau


(16)

prates dan tes akhir atau pascates. Tes awal dilakukan sebelum siswa diberi perlakuan atau diberi eksperimen, sedangkan tes akhir dilakukan setelah siswa mendapat perlakuan atau eksperimen. Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan pengukuran (measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diteliti. Keunggulan metode ini adalah lebih akurat karena tes berulang-ulang direvisi dan instrumen penelitian yang objektif. Sedangkan kelemahan metode ini adalah hanya mengukur satu aspek data, memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang, dan hanya mengukur keadaan siswa pada saat tes itu dilakukan. Tes diberikan kepada siswa untuk memberi gambaran mengenai kemampuan siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Tes awal/prates diberikan untuk memberi gambaran kemampuan menulis puisi siswa sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan strategi pikir plus, sedangkan tes akhir/pascates diberikan untuk memberikan gambaran mengenai kemampuan menulis puisi siswa sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan strategi pikir plus. Kedua tes ini, diberikan kepada siswa bertujuan untuk mendapakan hasil yang berbeda antara tes awal/prates dan tes akhir/pascates, sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan strategi pikir plus dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa.

3.5 Instrumen Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan. Dalam konteks ini, ada dua langkah


(17)

yang penulis gunakan, yaitu menentukan intrumen pengumpulan data dan menyusun instrumen perlakuan.

3.5.1 Menentukan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa tes. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis puisi. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes awal/prates dan tes akhir/pascates. Adanya tes awal/prates bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis puisi sebelum mendapat perlakuan, sedangkan tes akhir/pascates bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis puisi sesudah mendapat perlakuan. Tes yang digunakan pada saat awal pertemuan dan akhir pertemuan merupakan kegiatan tes yang sama yaitu menulis puisi.

Untuk mengetahui meningkatnya kemampuan menulis puisi siswa dengan menggunakan strategi pikir plus, diadakan duakali tes. Tes awal/prates, siswa menulis puisi tidak diberikan perlakuan strategi pikir plus. Tes akhir/pascates, siswa menulis puisi diberikan perlakuan strategi pikir plus.

Dalam memberikan perlakuan, siswa diberi keleluasaan mengembangkan ide mereka tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan tema puisi.

LEMBAR TES AWAL DAN TES AKHIR

Petunjuk Pengerjaan :

1. Tuliskan nama dan kelas pada kertas yang sudah disediakan! 2. Tes berbentuk uraian.


(18)

3. Lembar jawaban dan soal dikumpulkan kembali kepada guru. Buatlah puisi dengan ketentuan sebagai berikut ini.

a. Tema : Bebas (sesuai dengan contoh puisi baru) b. Judul : Sesuai dengan tema

c. Waktu : 30 menit Nama :

Kelas :

Penilaian tes menulis puisi ini didasarkan analisis terhadap unsur struktur puisi yaitu struktur batin yang meliputi penilaian tema dan amanat, dan struktur fisik yang meliputi penilaian diksi, versifikasi (rima dan ritme), dan bahasa figuratif. Untuk mempermudah penilaian terhadap aspek-aspek penilaian, maka penulis menggunakan skala 1-5. Berikut kriteria penilaian pada instrumen tes.

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Menulis Puisi

No. Kategori Kriteria skor

1. Tema Tema puisi tepat dan sesuai dengan isi puisi

5 Tema puisi ada kaitan dengan isi puisi 4 Tema hampir sesuai dengan isi puisi 3 Tema kurang sesuai dengan isi puisi 2 Tema tidak sesuai dengan isi puisi 1 2. Diksi Diksi yang digunakan tepat, bervariasi, dan

menimbulkan keindahan

5 Diksi yang digunakan sudah bagus,

bervariasi, namun belum menimbulkan keindahan

4


(19)

Masih ada diksi yang kurang tepat 2 Tidak menggunakan diksi yang tepat 1 3. Versifikasi

(rima dan ritme)

Versifikasi dapat menimbulkan kesan mental atau gambaran yang mendalam dengan baik

5

Versifikasi dapat menimbulkan suasana khusus pembaca

4 Versifikasi kurang menggambarkan

suasana khusus pembaca

3 Vesifikasi tidak menimbulkan suasana

khusus pembaca

2 Versifikasi sangat terbatas 1 4. Bahasa

figuratif

Puisi kaya akan majas dan tepat penggunaannya

5 Puisi kaya akan majas, tetapi kurang tepat penggunaannya

4 Sedikit menggunakan majas, dan kurang tepat penggunaannya

3 Sedikit menggunakan majas, dan kurang tepat penggunaannya

2

Tidak terdapat majas 1

5. Amanat Amanat benar-benar sesuai dengan tema 5 Amanat ada kaitannya dengan tema 4 Amanat hampir sesuai dengan tema 3 Amanat kurang sesuai dengan tema 2 Amanat tidak ada kaitannya dengan tema 1

Tabel 3.5

Skala Penilaian Menulis Puisi

Skala penilaian keterangan

1 Sangat kurang

2 Kurang


(20)

4 Baik

5 Sangat Baik

Tabel 3.6

Format Penilaian Menulis Puisi

No.

Nama siswa Kriteria penilaian skor nilai

Tema Diksi versifikasi Bahasa figuratif

Amanat

1. 2. 3. 4. ...

Keterangan:

 Interval skor setiap aspek penilaian 1-5.

 Skor maksimal = 25

= skor siswa

skor total × 100 Kategori nilai

86 – 100 = 5 (sangat baik) 76 – 85 = 4 (baik)


(21)

61 – 75 = 3 (cukup) 41 – 60 = 2 (kurang)

0 – 40 = 1 (sangat kurang) 3.5.2 Menyusun Instrumen Perlakuan

Setelah menentukan instrumen pengumpulan data, selanjutnya penulis menyusun instrumen perlakuan yang akan digunakan dalam penelitian. Instrumen perlakuan yang digunakan penulis yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi yang menjadi bahan instrumen ini adalah materi pokok mengenai menulis puisi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini disusun sebagai pedoman dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini, strategi pikir plus dimasukkan ke dalamnya.


(22)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA PASUNDAN 3 CIMAHI

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : X

Semester : 2

Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

A. STANDAR KOMPETENSI :

Menulis : Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi

B. KOMPETENSI DASAR :

Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima C. INDIKATOR :

1. Kognitif

Mengidentifikasi puisi baru berdasarkan bait, irama, dan rima 2. Psikomotor

Menulis puisi baru dengan memerhatikan bait, irama, dan rima 3. Afektif

Memiliki karakter percaya diri, kreatif, apresiatif, tanggung jawab dan bersahabat, dengan berprilaku menjadi pendengar yang baik, bertanya dengan bahasa yang baik dan denar, dan membantu teman sekelas yang mengalami kesulitan.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

Siswa dapat menulis puisi baru dengan memerhatikan bait, irama, dan rima.

E. MATERI PEMBELAJARAN 1. Pengertian Puisi

Puisi adalah bentuk karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias atau imajinatif (Waluyo, 2002: 1).

2. Unsur-unsur Puisi

Unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik I. A. Richards (1976: 180-181).


(23)

a. Struktur Batin atau Struktur Tematik

Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.

(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. (4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada

tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

b. Struktur Fisik atau Struktur Sintatik

Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.

(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.


(24)

(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi kata, dan sebagainya (Waluyo, 187:92), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.


(25)

3. Jenis-jenis Puisi

Menurut Asep Juanda, S. Pd. dalam bukunya Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia (2007: 281) berdasarkan perkembangannya, puisi dapat di klasifikasikan sebagai berikut.

1.Puisi Lama

Puisi lama adalah sebuah puisi yang terikat pada aturan bait dan rima. Aturan- aturan itu antara lain : jumlah kata dalam 1 baris, jumlah baris dalam 1 bait, persajakan (rima), banyak suku kata tiap baris, dan irama.

Ciri-ciri puisi lama:

1. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya. 2. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan. 3. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait,

jumlah suku kata maupun rima. Jenis-jenis puisi lama

1. Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.

2. Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.

3. Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. 4. Seloka adalah pantun berkait.

5. Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a berisi nasihat.

6. Syair adalah puisi yang bersumber dari arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.

7. Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.

2. Puisi Baru

Puisi baru adalah puisi bebas yang tidak terikat pada aturan bait dan rima. Jumlah bait atau bunyi rima dan suku kata dapat sesuai denganapa yang diinginkan oeh penyair. Namun, puisi ini masih menonjolkan keindahan diksi dan menggunakan perlambangan dan gaya bahasa tertentu untuk menyampaikan sebuah maksud dalam puisi.

Ciri-ciri puisi baru :

1. Bentuknya rapi, simentris;


(26)

3. Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;

4. Sebagian besar puisi empat seuntai;

5. Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis);

6. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) 4-5 suku kata.

Jenis-jenis Puisi Baru menurut isinya

1. Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. 2. Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau

pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan. 3. Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan

gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.

4. Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.

5. Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.

6. Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.

7. Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc).


(27)

Sedangkan jenis-jenis puisi baru dilihat dari bentuknya adalah sebagai berikut.

1. Distikon adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).

2. Terzina puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).

3. Kuatrain puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).

4. Kuint adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).

5. Sektet adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).

6. Septime adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).

7. Oktaf/Stanza adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).

8. Soneta adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris). Langkah-langkah menulis puisi

Puisi dapat ditulis berdasarkan catatan harian. Ikutilah langkah berikut ini jika Anda akan menulis puisi berdasar catatan harian: 1. Baca dan renungkan isi catatan harian yang Anda miliki!

2. Coretlah kata-kata yang tidak penting dan tambahkan katakata yang menurut Anda menarik untuk disertakan!

3. Hapuslah baris-baris yang tidak penting!

4. Atur dan urutkan kembali baris-baris yang sudah Anda pilih! 5. Bacalah kembali hasil akhir baris-baris itu!

6. Suntinglah kembali baris-baris itu sehingga menjadi barisbaris puisi yang menarik!


(28)

F. METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran yang digunakan adalah strategi pikir plus, bertanya(questioning), menemukan(inquiri), refleksi(reflection).

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

NO. KEGIATAN METODE

A.

Pertemuan Ke-1

Kegiatan Awal (10 menit)

1. Mengkondisikan siswa agar suasana belajar kondusif.

2. Guru memeriksa kehadiran siswa serta menyampaikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan siswa.

3. memberikan motivasi kepada siswa. B. Kegiatan Inti (60 menit)

1. Guru memberikan contoh puisi remaja.

2. Siswa menulis puisi dengan tema bebas (sesuai dengan cotoh puisi baru, puisi remaja).

Menemukan (inquiri) Bertanya

(questioning)

C. Kegiatan Akhir(10)

1. siswa bersama guru merefleksi kegiatan pembelajaran.

2. Siswa menyimak mendengarkan informasi tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya yaitu menulis puisi dengan menggunakan strategi pikir plus.

3. Siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan membaca doa dan mengucapakan salam.

Refleksi (reflection)

NO. KEGIATAN METODE

A.

Pertemuan Ke-2

Kegiatan Awal (10 menit)

1. Mengkondisikan siswa agar suasana belajar kondusif.

2. Guru memeriksa kehadiran siswa

3. Siswa mendengarkan sekilas yang telah dipelajari sebelumnya, serta menyampaikan


(29)

tujuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan siswa.

4. memberikan motivasi kepada siswa.

B. Kegiatan Inti (60 menit)

1. Siwa dan guru bertanya jawab mengenai unsur-unsur dan jenis-jenis puisi.

2. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah menulis puisi menggunakan strategi pikir plus.

3. Siswa diminta untuk menentukan objek yang disenangi.

4. Siswa mengimajinasikan objek tersebut

5. Siswa diminta untuk menentukan tema berdasarkan obejek yang ditentukan.

6. Siswa memilih kata-kata sesuai tema tersebut. 7. Siswa menulis puisi sesuai tema yang mereka

pilih.

Strategi pikir plus Menemukan (inquiri) Bertanya(questioning)

C. Kegiatan Akhir(10)

1. siswa bersama guru merefleksi kegiatan pembelajaran.

2. Siswa mengumpulkan tugas yang telah dibuatnya.

3. Siswa menyimak mendengarkan informasi tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya yaitu menulis puisi dengan menggunakan strategi pikir plus.

4. Siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan membaca doa dan mengucapakan salam.

Refleksi (reflection)

NO. KEGIATAN METODE

A.

Pertemuan Ke-3

Kegiatan Awal (10 menit)

1. Mengkondisikan siswa agar suasana belajar kondusif.


(30)

2. Guru memeriksa kehadiran siswa

3. Siswa mendengarkan sekilas yang telah dipelajari sebelumnya, serta menyampaikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan siswa.

4. memberikan motivasi kepada siswa.

B. Kegiatan Inti (60 menit)

1. Siwa dan guru bertanya jawab mengenai materi puisi.

2. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah menulis puisi menggunakan strategi pikir plus.

3. Siswa diminta untuk menentukan objek yang disenangi.

4. Siswa menyebutkan objek yang di dapatkan. 5. Siswa mengimajinasikan objek tersebut

5. Siswa diminta untuk merenungkan objek dan menentukan tema berdasarkan obejek yang ditentukan.

6. Siswa memilih kata-kata sesuai tema tersebut. 7. Siswa menulis puisi sesuai tema yang mereka

pilih.

Strategi pikir plus Menemukan (inquiri) Bertanya(questioning)

C. Kegiatan Akhir(10)

1. siswa bersama guru merefleksi kegiatan pembelajaran.

2. Siswa mengumpulkan tugas yang telah dibuatnya.

3. Siswa menyimak mendengarkan informasi tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya yaitu menulis puisi dengan menggunakan strategi pikir plus.

4. Siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan membaca doa dan mengucapakan salam.


(31)

NO. KEGIATAN METODE A.

Pertemuan Ke-4

Kegiatan Awal (10 menit)

1. Mengkondisikan siswa agar suasana belajar kondusif.

2. Guru memeriksa kehadiran siswa

3. Siswa mendengarkan sekilas yang telah dipelajari sebelumnya, serta menyampaikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan siswa.

4. memberikan motivasi kepada siswa.

B. Kegiatan Inti (60 menit)

1. Siwa mendengarkan penjelasan dari guru tentang langkah-langkah menulis puisi dengan menggunakan strategi pikir plus. 2. Siswa diminta untuk memilih objek yang

disenangi.

3. Siswa menyebutkan objek yang diperoleh. 4. Siswa mengimajinasikan objek tersebut

5. Siswa diminta untuk merenungkan objek dan menentukan tema berdasarkan obejek yang ditentukan.

6. Siswa memilih kata sesuai tema tersebut. 7. Siswa menulis puisi sesuai tema yang mereka

pilih.

Strategi pikir plus Menemukan (inquiri) Bertanya(questioning)

C. Kegiatan Akhir(10)

1. siswa bersama guru merefleksi kegiatan pembelajaran.

2. Siswa mengumpulkan tugas yang telah dibuatnya.

3. Siswa menyimak mendengarkan informasi tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya yaitu menulis puisi dengan menggunakan strategi pikir plus.

4. Siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan membaca doa dan mengucapakan salam.


(32)

H. SUMBER DAN MEDIA BELAJAR

- Asep, dan Kaka. 2007. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk

SMA/MA. Bandung: CV Pustaka Setia.

- Rusmiyanto, dkk. 2007. Kompetensi Berbahasa Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

- Internet/media masa I.PENILAIAN

Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. 1. Jenis Tagihan : individu

2. Teknik Penilaian : tes tertulis pretes dan pascates 3. Bentuk Instrumen:

a. lembar soal

LEMBAR TES AWAL DAN TES AKHIR Petunjuk Pengerjaan :

1. Tuliskan nama dan kelas pada kertas yang sudah disediakan! 2. Tes berbentuk uraian.

3. Lembar jawaban dan soal dikumpulkan kembali kepada guru. Buatlah puisi dengan ketentuan sebagai berikut ini.

a. Tema : Bebas (sesuai dengan contoh puisi baru) b. Judul : Sesuai dengan tema

c. Waktu : 30 menit Nama :

Kelas :

b. Kriteria penilaian

No. Kategori Kriteria skor

1. Tema Tema puisi tepat dan sesuai dengan isi puisi

5 Tema puisi ada kaitan dengan isi puisi 4 Tema hampir sesuai dengan isi puisi 3 Tema kurang sesuai dengan isi puisi 2 Tema tidak sesuai dengan isi puisi 1 2. Diksi Diksi yang digunakan tepat, bervariasi, dan

menimbulkan keindahan

5 Diksi yang digunakan tepat, bervariasi, 4


(33)

namun belum menimbulkan keindahan

Diksi yang digunakan belum bervariasi 3 Masih ada diksi yang kurang tepat 2 Tidak menggunakan diksi yang tepat 1 3. Versifikasi

(rima dan ritme)

Versifikasi dapat menimbulkan kesan mental atau gambaran yang mendalam dnegan baik

5

Versifikasi dapat menimbulkan suasana khusus pembaca

4 Versifikasi kurang menggambarkan

suasana khusus pembaca

3 Vesifikasi tidak menimbulkan suasana

khusus pembaca

2 Versifikasi sangat terbatas 1 4. Bahasa

figuratif

Puisi kaya akan majas dan tepat penggunaannya

5 Puisi kaya akan majas, tetapi kurang tepat penggunaannya

4 Puisi sedikit menggunakan majas, dan

kurang tepat penggunaannya

3 Puisi sedikit menggunakan majas, dan

kurang tepat penggunaannya

2

Tidak terdapat majas 1

5. Amanat Amanat benar-benar sesuai dengan tema 5 Amanat ada kaitannya dengan tema 4 Amanat hampir sesuai dengan tema 3 Amanat kurang sesuai dengan tema 2 Amanat tidak ada kaitannya dengan tema 1

Keterangan:

 Interval skor setiap aspek penilaian 1-5.

 Skor maksimal = 25

= skor siswa

skor total × 100 Kategori nilai

86 – 100 = 5 (sangat baik) 76 – 85 = 4 (baik) 61 – 75 = 3 (cukup) 41 – 60 = 2 (kurang)


(34)

3.6 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan memproses data yang diperoleh dari instrumen penelitian setelah data terkumpul, kemudian data diolah. Data yang dihimpun berasal dari hasil prates dan pascates menulis puisi siswa yang diberikan pada kelas eksperimen.

Adapun pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai berikut:

Mengolah data hasil uji awal dan uji akhir agar data yang diperoleh mempunyai makna.

1) Menghitung nilai siswa dari skor yang sudah diperoleh dengan rumus:

= skor siswa

skor total × 100

2) Uji Reabilitas Antarpenimbang

Melakukan uji reabilitas antarpenimbang ini digunakan untuk mengetahui tingkat reabilitas penilaian antarpenimbang yang satu dengan yang lainnya. Uji realibitas dilakukan dengan cara mencari nilai :

2 = 2 ( )2

� 2 =( ��

2)

–( )2

�. ∑ 2 = �� −

( )2

2 =

∑ 2 − 2 − � 2

Setelah itu, hasil data-data dimasukkan ke dalam format ANAVA. Reabilitas antarpenimbang dilakukan dengan menggunakan rumus:


(35)

= ( − )

kemudian, nilai dimasukkan ke dalam table Guilford berikut ini.

Tabel 3.7

Koefisien Kolerasi Guilford

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 < � ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < � ≤ 0,80 Validitas tinggi 0,40 < � ≤ 0,60 Validitas sedang 0,20 < � ≤ 0,40 Validitas rendah < � ≤ 0,20 Validitas valid

(Subana dan Sudrajat, 2005:104)

3) Uji Normalitas

Untuk melakukan uji normalitas data, penulis mengunakan cara berikut ini.

a) Membuat daftar distribusi mean r = skor tertinggi – skor terendah, Jumlah kelas (k) = 1 + 3,3 log . n Panjang kelas (p) =


(36)

X =

Sd = . 2− ( )²

( −1)

b) Membuat daftar tabel frekuensi observasi dan frekuensi ekspetasi.

x² hitung < x² tabel

Hasil x² hitung di atas akan dibandingkan dengan x² tabel pada

taraf signifikansi 5% dan taraf kepercayaan 95%. Derajat kebebasan (dk = Bk-3).

4) Uji Hipotesis

Untuk melakukan uji hipotesis, penulis menggunakan cara berikut ini.

a) Mencari mean dari perbedaan prates dan pascates Md =

b) Menghitung t hitung = 2

− −1 c) Menentukan db

db = n - 1

d) Menentukan dengan taraf signifikansi (œ) = 0,05 dan derajat kebebasan yang telah dicari sebelumnya


(37)

Pengujian dilakukan “Ho ditolak apabila thitung > ttabel, apabilathitung

< ttabel Ho diterima”. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak (H1 diterima).

Artinya, teknik pembelajaran terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran menanggapi pembacaan puisi.


(38)

BAB 5 PENUTUP

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan simpulan dari pembahasan analisis dan hasil penelitian mengenai metafora pada judul-judul novel teenlit yang dianalisis berdasarkan rumusan masalah, yaitu analisis bentuk lingual, referensi, dan makna metaforanya, serta pemaparan saran. Berikut adalah pemaparannya.

5.1 Simpulan

Data berupa judul-judul novel teenlit dikumpulkan berdasarkan nama penerbitnya, yaitu Gagas Media dan Bukune. Sumber data penelitian ini adalah buku-buku novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune, sedangkan korpusnya adalah kata, frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam judul-judul novel tersebut. Korpus yang berupa judul-judul novel tersebut berjumlah 40 judul novel. Namun, dari 40 judul novel tersebut ditemukan 50 bentuk lingual. Hal tersebut terjadi karena sebagian judul novel terdiri dari judul utama dan anak judul yang keduanya berbeda bentuk lingualnya. Dari 50 bentuk lingual yang terkumpul, 30 bentuk lingual berasal dari judul novel dari penerbit Gagas Media, dan 20 bentuk lingual berasal dari judul novel dari penerbit Bukune. Data tersebut dianalisis menggunakan kartu data, kemudian hasilnya dapat disimpulkan untuk menjawab rumusan masalah pada bab 1. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab 1, berikut ini adalah simpulan dari hasil analisisnya.


(39)

Berdasarkan bentuk lingual dari keseluruhan bentuk lingual yang terkumpul dari dua penerbit (Gagas Media dan Bukune), ditemukan:

1) 7 bentuk lingual kata atau 14% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual yang terkumpul. Dari 7 kata yang terkumpul, 3 kata atau 43% dari jumlah kata merupakan kata abreviasi dan 4 kata atau 57% merupakan bentuk dasar; 2) 27 bentuk lingual frasa atau 54% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual. Dari

27 frasa yang terkumpul, 24 frasa atau 89% dari jumlah frasa merupakan frasa endosentris, baik endosentris koordinatif maupun endosentris atributif dan 3 frasa atau 11% dari jumlah frasa merupakan frasa eksosentris;

3) 9 bentuk lingual klausa atau 18% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual. Dari 9 klausa yang terkumpul, 3 klausa atau 33% dari jumlah klausa merupakan klausa terikat, dan 6 klausa atau 67% dari jumlah klausa merupakan klausa bebas;

4) 7 bentuk lingual kalimat atau 14% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual tersebut. Dari 7 bentuk lingual kalimat, 6 di antaranya atau 86% dari jumlah kalimat merupakan kalimat yang mengandung ketaksaan, sedangkan hanya 1 kalimat atau 14% dari jumlah kalimat yang merupakan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Berdasarkan penggunaan kata, frasa, klausa, dan kalimat pada masing-masing penerbit diperoleh hasil bahwa penggunaan frasa sangat mendominasi pada judul


(40)

novel dari kedua penerbit tersebut. Persentase penggunaan kata, frasa, klausa dan kalimat dari kedua penerbit tersebut adalah:

1) pada judul-judul novel terbitan Gagas Media penggunaan kata sebesar 10%, frasa 60%, klausa sebesar 17%, dan persentase kalimat 13% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual yang terkumpul;

2) pada judul-judul novel terbitan Bukune penggunaan kata sebesar 20%, frasa 45%, klausa sebesar 20%, dan persentase kalimat 15% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual yang terkumpul.

Sementara itu, untuk rumusan masalah yang kedua, yaitu referensi yang menjadi definisi acuan untuk metafora yang ditemukan diambil dari definisi yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Namun, ada beberapa data yang tidak ditemukan definisinya dalam KBBI, sehingga peneliti mencari definisi pada beberapa

website, misalnya kata yang mengandung metafora joker dan ninja yang tidak ada di

KBBI. Peneliti mendapatkan definisi sebagai referensi di salah satu sumber internet yang terpercaya.

Berdasarkan analisis makna metafora sebagai rumusan masalah ketiga, sebagian besar novel-novel tersebut dibaca isinya untuk kemudian dipahami maksud dan makna metafora dari judul novel tersebut. Meskipun begitu, sebagian kecil novel-novel tersebut sudah terlihat maknanya lewat sinopsis. Hasil analisis makna metafora menunjukan sebagian besar makna metafora pada judul-judul novel tersebut merupakan sifat dari tokoh dalam cerita novel yang kebanyakan dibandingkan dengan


(41)

sifat hewan yang menjadi metaforanya. Sementara itu, kesan yang ditimbulkan dari judul-judul novel tersebut terdiri dari kesan komedi, misterius, puitis, romantis, ilmiah dan sarkastis. Namun, kesan komedi, puitis dan romantis lebih mendominasi.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, ada beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi pembaca, antara lain:

1) Penelitian ini memiliki kekurangan dari sumber data yang dikumpulkan, yaitu hanya mengumpulkan 40 novel dari dua penerbit, Gagas Media dan Bukune. Hal tersebut terjadi karena sedikitnya judul-judul novel teenlit yang mengandung makna metafora dan juga keterbatasan peneliti dalam mencari sumber data tersebut. Untuk peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini, dapat melakukan penelitian bandingan terhadap makna metafora pada judul-judul novel teenlit dari tiga atau empat penerbit yang memiliki ciri khas dengan novel-novel teenlitnya.

2) Penelitian menarik lain mengenai judul-judul novel teenlit adalah ambiguitas atau ketaksaan (leksikal maupun gramatikal) yang digunakan penulis novel dalam menentukan judul novelnya.


(42)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Batasan Masalah ... 5

1.4Rumusan Masalah ... 6

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.5.2 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 LANDASAN TEORETIS TENTANG PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DAN STRATEGI PIKIR PLUS 2.1Ihwal Puisi ... 9

2.1.1. Pengertian Puisi ... 9

2.1.2. Unsur-Unsur Puisi ... 10

2.1.2.1 Struktur Batin atau Struktur Tematik ... 11

2.1.2.2 Struktur Fisik atau Struktur Sintatik ... 12

2.1.3. Jenis-Jenis Puisi ... 16

2.2Keterampilan Menulis Puisi ... 22

2.2.1 Pengertian Menulis Puisi ... 22

2.2.2 Manfaat Menulis Puisi ... 25

2.2.3 Tujuan Menulis ... 27

2.3 Strategi Pikir Plus ... 28

2.3.1 Strategi Pembelajaran ... 28

2.3.2 Pengertian Strategi Pikir Plus ... 29

2.3.3 Kelebihan Strategi Pikir Plus ... 30

2.3.4 Kelemahan Strategi Pikir Plus ... 31

2.4 Kerangka Pemikiran ... 32


(43)

3.1 Metode Penelitian ... 35

3.2 Populasi dan Sampel ... 36

3.3 Definisi Operasional ... 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5 Instrumen Penelitian ... 39

3.5.1 Menentukan Instrumen pengumpulan Data ... 40

3.5.2 Menyusun Instrumen Perlakuan ... 44

3.5 Teknik Pengolahan Data ... 57

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ... 61

4.2 Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian ... 62

4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

4.2.1.1 Deskripsi Hasil Prates ... 62

4.2.1.2 Deskripsi Hasil Pascates ... 68

4.2.2 Analisis Hasil Penelitian ... 74

4.2.2.1 Data dan Penskoran ... 74

4.2.2.2 Uji Reliabilitas Antarpenimbang ... 76

4.2.2.3 Uji Normalitas Data ... 84

4.2.2.4 Uji Hipotesis ... 91

4.3 Pembahasan Terhadap Hasil Penelitian ... 94

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 100

5.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN


(44)

3.1 Desain penelitian one-group pretes-posttest design ... 36

3.2 Daftar Jumlah Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi ... 37

3.3 Sampel Penelitian ... 37

3.4 Kriteria Penilaian Menulis Puisi ... 41

3.5 Skala Penilaian Menulis Puisi ... 42

3.6 Format Penilaian Menulis Puisi ... 43

3.7 Koefisien Kolerasi Guilford ... 58

4.1 Data Penskoran Prates ... 62

4.2 Data Penskoran Pascates ... 69

4.3 Hasil Nilai Data Prates dan Pascates ... 74

4.4 Data Nilai Uji Antarpenimbang Data Prates ... 76

4.5 Format Anava Prates ... 79

4.6 Data Nilai Uji Antarpenimbang Data Pascates ... 80

4.7 Format Anava Pascates ... 83

4.8 Daftar Distribusi Mean Prates ... 85

4.9 Daftar Frekuensi Observasi dan Frekuensi Ekspektasi Prates ... 86

4.10 Daftar Distribusi Mean Pascates ... 88

4.11 Daftar Frekuensi Observasi dan Frekuensi Ekspektasi Pascates ... 90


(1)

122

Regina Septianie, 2012

Metafora Pada Judul-Judul Novel Teenlit

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan bentuk lingual dari keseluruhan bentuk lingual yang terkumpul dari dua penerbit (Gagas Media dan Bukune), ditemukan:

1) 7 bentuk lingual kata atau 14% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual yang terkumpul. Dari 7 kata yang terkumpul, 3 kata atau 43% dari jumlah kata merupakan kata abreviasi dan 4 kata atau 57% merupakan bentuk dasar; 2) 27 bentuk lingual frasa atau 54% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual. Dari

27 frasa yang terkumpul, 24 frasa atau 89% dari jumlah frasa merupakan frasa endosentris, baik endosentris koordinatif maupun endosentris atributif dan 3 frasa atau 11% dari jumlah frasa merupakan frasa eksosentris;

3) 9 bentuk lingual klausa atau 18% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual. Dari 9 klausa yang terkumpul, 3 klausa atau 33% dari jumlah klausa merupakan klausa terikat, dan 6 klausa atau 67% dari jumlah klausa merupakan klausa bebas;

4) 7 bentuk lingual kalimat atau 14% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual tersebut. Dari 7 bentuk lingual kalimat, 6 di antaranya atau 86% dari jumlah kalimat merupakan kalimat yang mengandung ketaksaan, sedangkan hanya 1 kalimat atau 14% dari jumlah kalimat yang merupakan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Berdasarkan penggunaan kata, frasa, klausa, dan kalimat pada masing-masing penerbit diperoleh hasil bahwa penggunaan frasa sangat mendominasi pada judul


(2)

123

Regina Septianie, 2012

Metafora Pada Judul-Judul Novel Teenlit

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

novel dari kedua penerbit tersebut. Persentase penggunaan kata, frasa, klausa dan kalimat dari kedua penerbit tersebut adalah:

1) pada judul-judul novel terbitan Gagas Media penggunaan kata sebesar 10%, frasa 60%, klausa sebesar 17%, dan persentase kalimat 13% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual yang terkumpul;

2) pada judul-judul novel terbitan Bukune penggunaan kata sebesar 20%, frasa 45%, klausa sebesar 20%, dan persentase kalimat 15% dari jumlah keseluruhan bentuk lingual yang terkumpul.

Sementara itu, untuk rumusan masalah yang kedua, yaitu referensi yang menjadi definisi acuan untuk metafora yang ditemukan diambil dari definisi yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Namun, ada beberapa data yang tidak ditemukan definisinya dalam KBBI, sehingga peneliti mencari definisi pada beberapa

website, misalnya kata yang mengandung metafora joker dan ninja yang tidak ada di

KBBI. Peneliti mendapatkan definisi sebagai referensi di salah satu sumber internet yang terpercaya.

Berdasarkan analisis makna metafora sebagai rumusan masalah ketiga, sebagian besar novel-novel tersebut dibaca isinya untuk kemudian dipahami maksud dan makna metafora dari judul novel tersebut. Meskipun begitu, sebagian kecil novel-novel tersebut sudah terlihat maknanya lewat sinopsis. Hasil analisis makna metafora menunjukan sebagian besar makna metafora pada judul-judul novel tersebut merupakan sifat dari tokoh dalam cerita novel yang kebanyakan dibandingkan dengan


(3)

124

Regina Septianie, 2012

Metafora Pada Judul-Judul Novel Teenlit

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sifat hewan yang menjadi metaforanya. Sementara itu, kesan yang ditimbulkan dari judul-judul novel tersebut terdiri dari kesan komedi, misterius, puitis, romantis, ilmiah dan sarkastis. Namun, kesan komedi, puitis dan romantis lebih mendominasi.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, ada beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi pembaca, antara lain:

1) Penelitian ini memiliki kekurangan dari sumber data yang dikumpulkan, yaitu hanya mengumpulkan 40 novel dari dua penerbit, Gagas Media dan Bukune. Hal tersebut terjadi karena sedikitnya judul-judul novel teenlit yang mengandung makna metafora dan juga keterbatasan peneliti dalam mencari sumber data tersebut. Untuk peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini, dapat melakukan penelitian bandingan terhadap makna metafora pada judul-judul novel teenlit dari tiga atau empat penerbit yang memiliki ciri khas dengan novel-novel teenlitnya.

2) Penelitian menarik lain mengenai judul-judul novel teenlit adalah ambiguitas atau ketaksaan (leksikal maupun gramatikal) yang digunakan penulis novel dalam menentukan judul novelnya.


(4)

Syifa Faried Ramdhani, 2012

Penerapan Strategi Pikir Plus Dalam Pembelajaran Menulis Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Batasan Masalah ... 5

1.4Rumusan Masalah ... 6

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.5.2 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 LANDASAN TEORETIS TENTANG PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DAN STRATEGI PIKIR PLUS 2.1Ihwal Puisi ... 9

2.1.1. Pengertian Puisi ... 9

2.1.2. Unsur-Unsur Puisi ... 10

2.1.2.1 Struktur Batin atau Struktur Tematik ... 11

2.1.2.2 Struktur Fisik atau Struktur Sintatik ... 12

2.1.3. Jenis-Jenis Puisi ... 16

2.2Keterampilan Menulis Puisi ... 22

2.2.1 Pengertian Menulis Puisi ... 22

2.2.2 Manfaat Menulis Puisi ... 25

2.2.3 Tujuan Menulis ... 27

2.3 Strategi Pikir Plus ... 28

2.3.1 Strategi Pembelajaran ... 28

2.3.2 Pengertian Strategi Pikir Plus ... 29

2.3.3 Kelebihan Strategi Pikir Plus ... 30

2.3.4 Kelemahan Strategi Pikir Plus ... 31

2.4 Kerangka Pemikiran ... 32


(5)

Syifa Faried Ramdhani, 2012

Penerapan Strategi Pikir Plus Dalam Pembelajaran Menulis Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 35

3.2 Populasi dan Sampel ... 36

3.3 Definisi Operasional ... 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5 Instrumen Penelitian ... 39

3.5.1 Menentukan Instrumen pengumpulan Data ... 40

3.5.2 Menyusun Instrumen Perlakuan ... 44

3.5 Teknik Pengolahan Data ... 57

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ... 61

4.2 Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian ... 62

4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

4.2.1.1 Deskripsi Hasil Prates ... 62

4.2.1.2 Deskripsi Hasil Pascates ... 68

4.2.2 Analisis Hasil Penelitian ... 74

4.2.2.1 Data dan Penskoran ... 74

4.2.2.2 Uji Reliabilitas Antarpenimbang ... 76

4.2.2.3 Uji Normalitas Data ... 84

4.2.2.4 Uji Hipotesis ... 91

4.3 Pembahasan Terhadap Hasil Penelitian ... 94

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 100

5.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN


(6)

Syifa Faried Ramdhani, 2012

Penerapan Strategi Pikir Plus Dalam Pembelajaran Menulis Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel hal

3.1 Desain penelitian one-group pretes-posttest design ... 36

3.2 Daftar Jumlah Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi ... 37

3.3 Sampel Penelitian ... 37

3.4 Kriteria Penilaian Menulis Puisi ... 41

3.5 Skala Penilaian Menulis Puisi ... 42

3.6 Format Penilaian Menulis Puisi ... 43

3.7 Koefisien Kolerasi Guilford ... 58

4.1 Data Penskoran Prates ... 62

4.2 Data Penskoran Pascates ... 69

4.3 Hasil Nilai Data Prates dan Pascates ... 74

4.4 Data Nilai Uji Antarpenimbang Data Prates ... 76

4.5 Format Anava Prates ... 79

4.6 Data Nilai Uji Antarpenimbang Data Pascates ... 80

4.7 Format Anava Pascates ... 83

4.8 Daftar Distribusi Mean Prates ... 85

4.9 Daftar Frekuensi Observasi dan Frekuensi Ekspektasi Prates ... 86

4.10 Daftar Distribusi Mean Pascates ... 88

4.11 Daftar Frekuensi Observasi dan Frekuensi Ekspektasi Pascates ... 90


Dokumen yang terkait

Sistem Perpustakaan SMA Pasundan 2 Kota Cimahi

0 12 77

Sistem Informasi Akademik SMA Pasundan 2 Kota Cimahi

0 4 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 19 58

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM ( Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 7 48

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DALAM MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012-2013 (Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2012-2013)

0 14 106

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DI KELAS X SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

2 14 60

PENERAPAN STRATEGI FAKTA, OPINI, IMAJINASI, DAN SINOPSIS (FOIS) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

0 1 12

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SEGEDONG KABUPATEN MEMPAWAH

0 1 11

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA SISWA KELAS X SMA SANTUN UNTAN PONTIANAK

1 1 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER (LT) DENGAN MEDIA SITUS PERADABAN DUNIA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X IIS 3 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

1 1 14