ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATANI JAMUR EDIBEL DI KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATANI JAMUR EDIBEL DI KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

RINA MAYASARI

F 0107014

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

M OTTO

H a i or a ng-or a ng y a ng ber im a n ja dika n sa ba r da n sha la t seba ga i penolong, sesungguhny a Alla h beser ta or a ng-or a ng y a ng sa ba r ( QS. Al Ba qa r a h : 153 )

K a r ena sesungguhny a sesuda h kesulita n itu a da kem uda ha n.

( Q.S. Ansy ir a h : 5)

HALAMAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN :

Karya kecil ini kupersembahkan untuk v Bapak dan ibuku yang tersayang dan tercinta

“dua insan yang sangat berarti” (terima kasih untuk doa, didikan, ajaran, tauladan dan kasih sayangnya untukku)

v Kakakku tersayang Karnoz. v Seseorang yang selalu menjadi inspirasiku (Mz.

Arif) v Teman-teman EP ’07, temen seperjuanganku

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Analisis Keuntungan Usaha Tani Jamur Edibel di Kabupaten Karanganyar”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyelesaikan penulisan ini, banyak dorongan, bantuan serta dukungan dari banyak pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan ketulusan mendalam menghaturkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk pengadaan penelitian.

2. Bapak Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin menyusun skripsi.

3. Ibu Dra. Izza Mafruhah, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin serta petunjuk dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku pembimbing yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan dari awal sampai akhir.

6. Bapak dan Ibu staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah membantu kelancaran dalam urusan administrasi.

7. Bapak dan Ibu petani jamur yang telah memberikan informasi yang mendukung penelitian ini.

8. Bapak, Ibu dan keluarga tercinta atas doa, nasehat dan dukungannya.

9. Temen-temen EP’07 Widya, Uti, Fitriana, Fitria K, Andariska makasih ya atas do’a dan semangatnya.

10. Kakakku Maz Karno, makasih atas do’a dan semangatnya.

11. Maz Arif makasih atas do’a, semangat serta kasih dan sayang yang maz berikan selama ini serta selalu sabar dan mengangkatku saat aku terjatuh.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga kebaikan dan ketulusan hati mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik serta saran pembaca sangat penulis harapkan, akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Januari 2012

B. Analisis Data dan Pembahasan ..................................................

43

1. Karakteristik Responden .......................................................

43

2. Hasil Analisis Data................................................................

46

C. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi .............................................

51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................

53

B. Saran............................................................................................

54

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

55

LAMPIRAN ..................................................................................................

56

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Kandungan zat gizi beberapa jenis jamur ............................................

3.1 Jumlah Petani Jamur di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 ............

3.2 Jumlah Sampel Petani Jamur di Kabupaten Karanganyar Thn 2011 ...

4.1 Persentase Luas Wilayah per-Kecamatan di Kabupaten Karanganyar

4.2 Luas dan persentase tanah kering menurut penggunaannya ................

4.3 Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2005-2009 ..................................................................................

4.4 Jumlah Petani Jamur di Kabupaten Karanganyar ................................

4.5 Harga Beberapa Jamur di Kabupaten Karanganyar ............................

4.6 Jumlah Sampel Petani Jamur di Kabupaten Karanganyar ...................

4.7 Jumlah Petani Responden di Kabupaten Karanganyar Menurut Jenis Kelamin ..............................................................................................

4.8 Jumlah Sampel Petani Responden Menurut Kelompok Umur ...........

4.9 Jumlah Sampel Petani Responden Menurut Tingkat Pengalaman ......

4.10 Jumlah Sampel Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan ........

4.11 Jumlah Sampel Petani Responden Menurut Pekerjaan Pokoknya ......

4.12 Jumlah Sampel Petani Responden Menurut Latar Belakang Terjun

di Jamur ..............................................................................................

4.13 Jumlah Sampel Petani Responden Menurut Kelompok Luas Lahan ...

4.14 Rangkuman Hasil Regresi Linier Berganda .........................................

4.15 Hasil Uji Multikolinieritas ..................................................................

48

4.16 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...............................................................

49

4.17 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................

49

4.18 Hasil Uji t ............................................................................................

51

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 PDB atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha ...........................

2.1 Tahapan dari suatu proses produksi ....................................................

12

3.1 Uji F ....................................................................................................

33

3.1 Uji t ....................................................................................................

34

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran .................................................................................................... 56

ABSTRAK RINA MAYASARI NIM. F010714 ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA TANI JAMUR EDIBEL DI KABUPATEN KARANGANYAR.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jumlah bibit, jumlah tenaga kerja dan luas lahan berpengaruh terhadap Keuntungan Usaha Tani Jamur Edibel di Kabupaten Karanganyar. Sehubung dengan masalah tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut diduga jumlah bibit, jumlah tenaga kerja dan luas lahan berpengaruh terhadap Keuntungan Usaha Tani Jamur Edibel di Kabupaten Karanganyar.

Sejalan dengan masalah tersebut dan hipotesis penelitian maka peneliti ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan wawancara langsung. Data yang digunakan adalah enam puluh sampel atau enam puluh responden dari seluruh petani jamur di Kabupaten Karanganyar. Kemudian dari data yang terkumpul dibuat persamaan dengan model analisis regresi double logaritma. Setelah diperoleh parameter estimasi kemudian dilakukan pengujian yang terdiri dari Uji Statistik dan Uji Asumsi Klasik.

Hasil analisis data dari fungsi keuntungan Cobb-Douglas ini menunjukkan variabel independen jumlah bibit, jumlah tenaga kerja dan luas lahan secara signifikan berpengaruh positif terhadap Keuntungan Usaha Tani Jamur Edibel di Kabupaten Karanganyar, yang mempunyai nilai probabilitas di bawah 0,05. Sedangkan secara keseluruhan jumlah bibit, jumlah tenaga kerja dan luas lahan juga berpengaruh nyata terhadap Keuntungan Usaha Tani Jamur Edibel di Kabupaten Karanganyar ditunjukkan dengan nilai F artinya variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji ekonometrika menunjukkan tidak adanya gangguan multikolinearitas, tidak adanya gangguan heteroskedastisitas, dan tidak adanya gangguan autokorelasi.

Melihat hasil analisis data ini, maka disarankan kepada petani jamur, untuk menambah jumlah bibit dan memperluas luas lahan guna meningkatkan keuntungan usaha tani jamur dan lebih mengoptimalkan penggunaan jumlah tenaga kerja.

Kata Kunci = keuntungan, jumlah bibit, jumlah tenaga kerja dan luas lahan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah Negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1994). Sektor pertanian masih mempunyai peranan penting dalam pembentukan PDB tahun 2009 seperti terlihat pada gambar 1.1 di bawah berikut. Data yang telah dihimpun BPS tahun 2009 menyebutkan bahwa sektor pertanian menyumbang sekitar 15,3%, menempati posisi kedua sesudah sektor industri pengolahan (BPS,2009).

Sektor-sektor pertanian dalam arti luas meliputi (Mubyarto,1994) :

1. Pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit,

2. Perkebunan (termasuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar),

3. Kehutanan,

4. Peternakan, dan

5. Perikanan (perikanan darat dan perikanan laut). Pengembangan sektor agrobisnis dan tanaman hortikultura merupakan salah satu pembangunan di sektor pertanian yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Sebagai salah satu usaha di sektor pertanian, sektor agrobisnis diperlukan penanganan yang baik dan efisien. Ciri-ciri pembangunan agrobisnis di bidang pertanian dapat berjalan dengan baik dan lancar adalah (Budi S, 2004) :

1. Meningkatnya produksi,

2. Meningkatnya pendapatan petani,

3. Terpenuhinya kebutuhan konsumen akan produk “agrobisnis”.

Salah satu usaha di sektor agrobisnis yang memiliki prospek yang cerah adalah usaha tani jamur edibel (konsumsi) karena kondisi alam dan lingkungan di Indonesia yang sangat mendukung. Bahan baku untuk membuat subtract atau log tanam pun tersedia melimpah. Bibit jamur unggul kini tersedia dibeberapa laboratorium Universitas dan litbang departemen tertentu, bahkan petani jamur pun banyak yang telah berhasil membuatnya. Untuk sekedar memulai usaha budidaya jamur dalam skala terbatas, kita tidak perlu membeli bibit dari luar negeri.

Pada periode 2001-2005 perkembangan produksi jamur pangan di Indonesia naik turun dengan laju rata-rata 5,3% per tahun. Pada tahun 2001 produksi jamur Indonesia mencapai 26,1 ribu ton. Pada tahun 2002 menurun menjadi 25,3 ribu ton. Pada tahun 2003 merosot menjadi 20,1 ribu ton. Tahun 2004 meningkat menjadi 25,1 ribu ton dan di tahun 2005 mencapai 30,1 ribu ton. Tahun 2006 produksi jamur pangan diperkirakan menurun menjadi 23,1 ribu ton. (Annonimous, 2006).

Usaha tani jamur edibel (konsumsi) dikembangkan di kalangan para petani, khususnya di daerah-daerah dengan ketinggian lahan usaha tani antara 500-1000 m dpl. Daerah tersebut ideal untuk pertumbuhan jamur edibel seperti Jamur Merang, Champignon, Kuping, Tiram, Shitake dan Linzhi (Budi S, 2004). Prospek perkembangan jamur edibel di daerah-daerah tersebut cukup baik. Usaha tani jamur edibel (konsumsi) berperan besar bagi masyarakat, antara lain sebagai alternatif penciptaan dan perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan pada setiap pemilik faktor produksi baik secara langsung maupun tak langsung serta dapat menciptakan pemerataan kesempatan kerja.

Daerah Kabupaten Karanganyar yang memiliki ketinggian daerah antara 500-1000 m dpl merupakan salah satu daerah yang ideal untuk usaha tani jamur edibel. Kesejahteraan para petani jamur, sangat mempengaruhi perkembangan usaha tani jamur yang dikerjakan. Keuntungan dan kerugian dalam usaha tersebut, berpengaruh pula pada perkembangan usaha tani jamur edibel . Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini mengambil Daerah Kabupaten Karanganyar yang memiliki ketinggian daerah antara 500-1000 m dpl merupakan salah satu daerah yang ideal untuk usaha tani jamur edibel. Kesejahteraan para petani jamur, sangat mempengaruhi perkembangan usaha tani jamur yang dikerjakan. Keuntungan dan kerugian dalam usaha tersebut, berpengaruh pula pada perkembangan usaha tani jamur edibel . Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini mengambil

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah variabel jumlah bibit berpengaruh terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel di Kabupaten Karanganyar?

2. Apakah variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel di Kabupaten Karanganyar?

3. Apakah variabel luas lahan berpengaruh terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel di Kabupaten Karanganyar?

4. Apakah variabel jumlah bibit, jumlah tenaga kerja dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel di Kabupaten Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berkaitan dengan masalah yang diuraikan diatas yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh dari jumlah bibit terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel di Kabupaten Karanganyar.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari jumlah tenaga kerja terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel di Kabupaten Karanganyar.

3. Untuk mengetahui pengaruh dari luas lahan terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel di Kabupaten Karanganyar.

4. Untuk mengetahui pengaruh dari jumlah bibit, jumlah tenaga kerja dan luas lahan terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel di Kabupaten Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah ilmu pengetahuan dibidang perekonomian.

2. Sebagai salah satu sumber acuan ilmiah bagi kepentingan penelitian lanjutan dalam keperluan yang sama dan terkait.

Secara praktis manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1. Sebagai salah satu bahan masukan yang bermanfaat bagi keperluan usaha pembinaan dan pengembangan agrobisnis khususnya yang berada di daerah penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Definisi Usaha Tani

Usaha tani adalah suatu kegiatan yang mengorganisasi atau mengelola sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Daniel, 2004).

Usaha tani berbeda dengan usaha pertanian. Usaha tani disebut juga pertanian rakyat merupakan suatu usaha di bidang pertanian yang berskala kecil seperti usaha tani jamur, usaha tani padi, usaha tani jagung, usaha tani ayam dan sebagainya. Selain itu lahan untuk usaha tani lebih sempit, tujuan produksinya terutama untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bila ada kelebihan baru dijual untuk memenuhi keperluan lainnya, itupun dengan manajemen usaha seadanya. Sedangkan usaha pertanian merupakan suatu usaha dengan skala besar seperti usaha perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan. Lahan yang digunakan juga cukup luas, menggunakan modal yang besar serta dikelola dengan manajemen yang baik dan bersifat komersial. Tujuan produksi dari usaha pertanian adalah untuk dijual ke pasar dan mencari keuntungan semaksimal mungkin (Daniel, 2004).

B. Usaha Tani Jamur Edibel

Usaha tani jamur edibel merupakan usaha tani di sektor agrobisnis yang mengusahakan jenis tanaman jamur yang dapat dikonsumsi (edibel). Jamur merupakan organisme multiseluler atau bersel banyak tapi tidak berklorofil, yang hidup di antara jasad hidup (biotik) dan atau mati (abiotik).

Sifat kehidupan jamur ini ada yang bersifat heterotrof artinya organisme yang hidupnya tergantung dari organisme lain. Juga ada yang bersifat sapropit, artinya hidup pada zat organik yang tidak diperlukan lagi (sampah), ada juga yang sifatnya mutualistik, artinya kehidupan antar organisme yang saling menguntungkan. Ada juga yang bersifat parasit, artinya jamur yang merugikan organisme lain. Jamur yang dibahas dalam penelitian ini adalah jamur yang bersifat mutualistik atau yang menguntungkan / bermanfaat bagi manusia, dalam arti yang dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan / obat.

Jenis jamur dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Jamur yang dapat mematikan / beracun (biasanya dijumpai liar di hutan / kebun yang tumbuh sendiri secara alamiah).

2. Jamur yang enak dimakan / dapat dikonsumsi / edibel (biasanya sudah dibudidayakan dan dipelihara dengan baik). Ada beberapa jenis jamur yang dibudidayakan di Indonesia antara lain jamur tiram, jamur kuping, jamur shiitake, jamur merang dan jamur champignon. Jenis jamur tersebut telah dikembangkan secara komersial di Indonesia dan telah umum dijadikan bahan makanan.

Jamur merupakan sumber makanan yang memiliki nilai gizi tinggi. Kandungan lemaknya yang rendah menyebabkan jamur layak untuk dikonsumsi, apalagi untuk orang yang sedang melakukan diet. Kandungan nutrisi pada jamur juga terbilang lengkap. Tidak hanya vitamin, jamur juga memiliki kandungan mineral yang dibutuhkan tubuh, seperti kalium, kalsium, natrium, fosfor, besi, dan magnesium. Selain itu, serat pada jamur juga cukup Jamur merupakan sumber makanan yang memiliki nilai gizi tinggi. Kandungan lemaknya yang rendah menyebabkan jamur layak untuk dikonsumsi, apalagi untuk orang yang sedang melakukan diet. Kandungan nutrisi pada jamur juga terbilang lengkap. Tidak hanya vitamin, jamur juga memiliki kandungan mineral yang dibutuhkan tubuh, seperti kalium, kalsium, natrium, fosfor, besi, dan magnesium. Selain itu, serat pada jamur juga cukup

Tabel 2.1 Kandungan zat gizi (gram per 100 gram) beberapa jenis jamur No

1. Jamur tiram

2. Jamur kuping

3. Jamur shitake

4. Jamur kancing

5. Jamur merang

Sumber: dari berbagai sumber

Usaha tani jamur edibel merupakan salah satu usaha yang sifatnya masih baru di kalangan para petani kecil di daerah-daerah. Usaha tani jamur edibel yang meliputi usaha tani jamur merang, jamur champignon, jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake dan jamur linzhi, sangat dipengaruhi suhu udara dan kelembaban. Di daerah-daerah yang bernuansa pegunungan, perubahan suhu udara dan kelembaban pada musim hujan dan kemarau tidak terjadi fluktuasi yang tajam, sehingga hampir setiap tahun kondisinya cocok untuk pertumbuhan jamur. Usaha tani jamur dapat juga dilaksanakan pada lahan yang sempit dan waktu yang relatif singkat. Hal ini mengingat daerah pertanian yang semakin menyempit seiring meningkatnya kepadatan penduduk, sehingga perlu upaya-upaya khusus dalam rangka pengembangan ekonomi pedesaan dengan melibatkan seluruh masyarakat yang rata-rata lemah dalam bidang permodalan. Jamur juga memberikan kontinuitas panen yang lebih pendek waktunya sehingga petani dapat lebih sering (1 minggu sekali) dapat menikmati keuntungan hasil usahanya.

C. Teori Produksi

Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang dipergunakan dalam proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi (Adiningsih, 1995).

Proses produksi pada umumnya membutuhkan berbagai macam jenis faktor produksi. Faktor-faktor produksi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi faktor produksi tenaga kerja, modal dan bahan mentah. Dalam penganalisisan proses produksi baik secara fiktif maupun dalam hubungannya dengan ongkos produksi, maka faktor produksi diklasifikasikan menjadi faktor produksi tetap (fixed cost) dan produksi variabel (variabel cost). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi dimana jumlah yang digunakan dalam proses tidak dapat diubah secara cepat, bila keadaan pasar menghendaki perubahan jumlah output. Faktor produksi variabel adalah faktor produksi jumlahnya dapat diubah-ubah dalam waktu yang relative singkat sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan (Sudarman, 2000).

Dalam menganalisis bagaimana suatu usaha melakukan kegiatan produksi, teori ekonomi membedakan jangka waktu analisis kepada dua jangka waktu : jangka pendek dan jangka panjang. Pembagian ini didasarkan atas sifat input tetap dan input variabel yang dipakai dalam proses produksi (Sukirno, 2002).

Setelah melihat dari konsep produksi maka dalam teori produksi selalu mendapat tekanan adalah jumlah output selalu tergantung atau merupakan fungsi dari faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses Setelah melihat dari konsep produksi maka dalam teori produksi selalu mendapat tekanan adalah jumlah output selalu tergantung atau merupakan fungsi dari faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses

D. Fungsi Produksi

Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut Fungsi Produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan kombinasi penggunaan input-input. Hubungan antara masukan dan keluaran ini secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Budiono, 2002) :

Q = f (X 1 ,X 2 ,X 3 , ….., X n )

Dimana : Q = tingkat produksi (output) dipengaruhi oleh faktor

produksi X

X = berbagai input yang digunakan atau variabel yang

mempengaruhi Q

Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut : The Law of Diminishing Return . Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah.

Didalam ekonomi kita kenal apa yang disebut fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor (input). Dalam bentuk matematik sederhana fungsi produksi dituliskan sebagai (Mubyarto, 1987) :

Dimana

Fungsi produksi adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi atau yang disebut pula masukan atau input dan hasil produksinya atau produk (output). Fungsi produksi menggambarkan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, suatu industri atau suatu perekonomian secara keseluruhan. Apabila teknologi berubah, berubah pulalah fungsi produksi. Suatu fungsi produksi menggambarkan semua metode produksi yang efisien secara teknis dalam arti menggunakan kuantitas bahan mentah yang minimal, tenaga kerja minimal dan barang-barang modal lain yang minimal.

Menurut Soekartawi (2003) hubungan fisik antara input dan output disebut dengan fungsi produksi. Misalnya, penggunaan input pupuk urea akan menambah output atau produksi dalam batas-batas tertentu. Fungsi produksi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = f(X 1 ,X 2 ,X 3 ….X i , ….X n )

Tambahan input selain pupuk ini juga akan mempengaruhi output. Sehingga dengan demikian, penambahan pupuk (X1), bibit (X2), obat-obatan (X3) dan sejumlah input yang lain (Xn) akan memperbesar jumlah produksi (Y).

Sedangkan elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan input, hal ini menunjukkan bahwa dalam tahapan usaha terjadi peristiwa tambahan input yang menyebabkan tambahan output yang semakin menaik (increasing rate)

= Adalah hasil produksi fisik

X 1 …X n = Faktor-faktor produksi

kemudian menurun (descreasing negative) sampai pada produk marginal (PM) yang negatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Tahapan dari suatu proses produksi

Dalam teori ekonomi asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (The law of Diminishing Return ). Spesifikasi bentuk fungsi produksi tersebut dapat dijabarkan tiga tahap yang secara umum hubungan-hubungan tersebut dapat dijelaskan

Tahap I : nilai Ep > 1, produk total, produk rata-rata menaik dan produk marginal juga nilainya menaik kemudian menurun sampai nilainya sama dengan produk rata-rata, merupakan daerah irasional karena produsen masih dapat meningkatkan output melalui peningkatan input.

Tahap II : nilai Ep adalah 1>Ep>0, produk total menaik tetapi produk rata-rata menurun dan produk marjinal nilainya juga menurun sampai 0 dan merupakan daerah rasional untuk membuat keputusan produksi dan daerah ini terjadi efisiensi.

Tahap III : nilai Ep<0, produk total dan produk rata-rata menurun sedangkan nilai produk marjinal negative, juga merupakan daerah irrasional karena dengan penambahan input akan mengurangi output.

Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output (Sukirno, 2002). Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu seperti berikut :

Q = f(K, L, R, T) Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja, R

adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut.

Selama elastisitas produksi (Ep) > 1 maka masih selalu ada kesempatan untuk mengatur kembali kombinasi dan penggunaan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga dengan jumlah faktor-faktor produksi Selama elastisitas produksi (Ep) > 1 maka masih selalu ada kesempatan untuk mengatur kembali kombinasi dan penggunaan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga dengan jumlah faktor-faktor produksi

E. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Pendekatan dengan menggunakan fungsi produksi secara luas banyak dipergunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan suatu pembahasan mengenai ekonomi produksi, khususnya dalam bidang pertanian. Pemilihan model fungsi produksi Cobb-Douglas misalnya mempunyai alasan karena fungsi produksi Cobb-Douglas bekerja pada tahap produksi yang rasional yang elastisitas produksinya antara nol sampai satu. Disamping itu dalam penggunaan fungsi Cobb-Douglas karena hasil pendugaannya akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas dan besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to scale.

Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, yang secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = aX 1 b1 X 2 b2 …..X n bn e u Y = aX 1 b1 X 2 b2 …..X n bn e u

Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b 1 ,b 2 …..b n adalah tetap walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini karena b 1 , b 2 …..b n pada fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastisitas X terhadap Y, dan jumlah dari elastisitas adalah merupakan ukuran returns to scale . Fungsi produksi Cobb-Douglas dalam penyelesaiannya selalu dilogaritmakan dan diubah bentuknya menjadi fungsi linear.

Karena penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk menjadi fungsi linier, maka ada syarat- syarat yang harus dipenuhi yaitu (Soekartawi, 1994) :

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

2. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective technologies ). Ini artinya, bila fungsi produksi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intersep dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

3. Tiap variabel X adalah perfect competition. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup dalam faktor kesalahan.

F. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas

Penggunaan Fungsi keuntungan Cobb-Douglas (C-D) telah popular dikalangan para peneliti karena beberapa hal, antara lain :

1. Karena anggapan bahwa petani atau pengusaha adalah mempunyai sifat memaksimumkan keuntungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

2. Cara pendugaannya juga relatif mudah

3. Karena memanipulasi terhadap cara analisis mudah dilakukan, misalnya

membuat besaran elastisitas menjadi konstan atau tidak.

4. Dengan cara ini, peneliti sekaligus dapat mengukur tingkatan efisiensi pada tingkatan atau pada ciri yang berbeda. Beberapa keuntungan pada penggunaan model fungsi keuntungan UOP, yaitu :

1. Deviasi dan tingkah laku maksimisasi keuntungan murni dapat dibentuk dalam keranga teoritik.

2. Dapat mengestimasi fungsi permintaan input dan fungsi penawaran output secara bersama-sama, tanpa harus membuat suatu fungsi produksi secara eksplisit.

3. Dapat digunakan untuk menelaah masalah efisiensi teknik, harga dan ekonomi.

4. Petani diasumsikan bereaksi sesuai dengan kenyataan empiris yang diestimasi.

5. Variabel bebas dalam keuntungan terdiri dari harga input variabel dan jumlah input tetap, yang semuanya itu merupakan variabel eksogen terhadap produksi.

Dengan demikian cara UOP Cobb-Douglas Profit Function (UOP- CDPF), adalah cara yang dipakai untuk memaksimumkan keuntungan. UOP- CDPF ialah suatu fungsi (persamaan) yang melibatkan harga faktor produksi dan produksi yang telah dinormalkan dengan harga tertentu. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = A F(X,Z) Dimana : Y = Produksi

A = besaran yang menunjukkan tingkatan efisiensi teknik

X = variabel faktor produksi Z = variabel faktor produksi tetap (fixed variabel) Penggunaan persamaan diatas berlaku anggapan bahwa dalam jangka

pendek maka faktor produksi tetap seperti banyaknya cangkul atau alat pertanian yang lain, tidak mempengaruhi keinginan untuk meningkatkan keuntungan, sehingga persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut :

Bentuk logaritma dari persamaan diatas, seperti pada persamaan Cobb-Douglas sehingga diperoleh : Bentuk logaritma dari persamaan diatas, seperti pada persamaan Cobb-Douglas sehingga diperoleh :

= Keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga produksi Β j

= Koefisien faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga

produksi

α j = Koefisien faktor produksi tetap yang telah dinormalkan dengan harga

produksi Xi * = Variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga produksi

Berdasarkan model tersebut maka persamaan fungsi keuntungan Cobb-Douglas usaha tani jamur edibel (konsumsi) dapat ditulis sebagai berikut :

ln π = ln A + b 1 ln X 1 +b 2 ln X 2 +b 3 ln X 3 +µ

Dimana : π

= besarnya keuntungan yang dinormalkan dengan harga jamur

A = Intersep

b 1 = parameter yang ditaksir

X 1 = jumlah bibit yang dinormalkan dengan harga jamur

X 2 = jumlah tenaga kerja yang dinormalkan dengan harga jamur

X 3 = luas lahan µ

= kesalahan pengganggu

G. Return to Scale

Return to Scale (RTS) perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing return to scale. Analisis skala usaha merupakan analisis produksi guna melihat kemungkinan perluasan usaha dalam suatu proses produksi. Dalam suatu proses produksi, perluasan skala usaha pada hakekatnya merupakan suatu upaya maksimisasi keuntungan dalam jangka panjang. Dengan perluasan skala usaha, rata-rata komponen biaya input tetap Return to Scale (RTS) perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing return to scale. Analisis skala usaha merupakan analisis produksi guna melihat kemungkinan perluasan usaha dalam suatu proses produksi. Dalam suatu proses produksi, perluasan skala usaha pada hakekatnya merupakan suatu upaya maksimisasi keuntungan dalam jangka panjang. Dengan perluasan skala usaha, rata-rata komponen biaya input tetap

Analisis skala usaha sangat penting untuk menetapkan skala usaha yang efisien. Dalam hubungan antara faktor produksi atau input dengan tingkat produksi atau output, skala usaha (returns to scale) menggambarkan respon dari output terhadap perubahan proposional dari input. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan hubungan antara input dengan output, yaitu :

1. Skala usaha dengan kenaikan hasil bertambah (increasing returns to scale) yaitu kenaikan satu unit input menyebabkan kenaikan output yang semakin bertambah. Pada keadaan demikian elastisitas produksi lebih besar dari satu (Ep>1), atau marginal product (MP) lebih besar dari average product (AP). Disamping itu dalam skala usaha ini average variabel cost (AVG) lebih besar dari marginal cost (MC).

2. Skala usaha dengan kenaikan hasil tetap (constan return to scale). Yaaitu penambahan satu unit input menyebabkan kenaikan output dengan proporsi yang sama. Pada keadaan ini elastisitas produksi sama dengan satu (Ep=1), atau marginal product (MP) sama dengan average product (AP) dan average variabel cost (AVC) sama dengan marginal cost (MC).

3. Skala usaha dengan kenaikan hasil yang berkurang (decreasing return to scale ) yaitu bila pertambahan satu unit input menyebabkan kenaikan output yang semakin berkurang. Pada keadaan elastisitas produksi lebih kecil dari satu (Ep<1), atau marginal product (MP) lebih kecil dari 3. Skala usaha dengan kenaikan hasil yang berkurang (decreasing return to scale ) yaitu bila pertambahan satu unit input menyebabkan kenaikan output yang semakin berkurang. Pada keadaan elastisitas produksi lebih kecil dari satu (Ep<1), atau marginal product (MP) lebih kecil dari

Pengetahuan mengenai keadaan skala usaha sangat penting sebagai salah satu pertimbangan mengenai pemilihan ukuran perusahaan. Kalau keadaan skala usaha dengan kenaikan hasil berkurang telah tercapai, hal ini berarti luas usaha sudah perlu dikurangi. Sebaliknya kalau keadaan skala usaha berada pada keadaan kenaikan hasil bertambah, maka luas usaha diperbesar untuk menurunkan biaya produksi rata-rata dan diharapkan dapat menaikkan keuntungan. Kalau keadaan skala usaha dengan kenaikan hasil tetap, maka luas rata-rata unit perusahaan yang ada tidak perlu dirubah. Dalam hubungan antara faktor produksi atau input dengan tingkat produksi atau output, skala usaha (returns to scale) menggambarkan respon dari output terhadap perubahan proposional dari input.

H. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.

1. Biaya Tetap Total/Total Fixed Cost (TFC) TFC adalah biaya yang timbul dari pemakaian input tetap. Biaya ini tidak berubah walaupun jumlah output yang dihasilkan (Q) berubah.

2. Biaya Variabel Total/Total Variabel Cost (TVC) TVC adalah biaya yang muncul akibat dari penggunaan input variabel. Biaya variabel besarnya tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan.

3. Biaya Total/Total Cost (TC) TC adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan output. TC merupakan penjumlahan biaya tetap total dengan biaya variabel total.

TC = TFC + TVC

4. Biaya Tetap Rata-rata/Average Fixed Cost (AFC) AFC adalah rata-rata biaya tetap yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output. AFC diperoleh dari membagi biaya total dibagi jumlah output. Karena TFC konstan maka nilai AFC akan semakin kecil jika output yang dihasilkan semakin bertambah.

5. Biaya Marginal/Marginal Cost (MC) MC menunjukkan perubahan pada biaya total sebagai akibat perubahan jumlah output sebanyak satu satuan.

Dimana : ∆TC = Perubahan biaya total

∆Q = Perubahan output

6. Biaya Variabel Rata-rata/Average Variabel Cost (AVC)

AVC adalah rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan untuk membuat satu satuan output. AVC diperoleh dari membagi biaya variabel total dengan jumlah output.

7. Biaya Total Rata-rata/Average Cost (AC) AC adalah besarnya biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk membuat satu satuan output. AC diperoleh dengan membagi biaya total dengan jumlah output.

(Sugiarto dkk, 2002)

I. Penerimaan

Penerimaan pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penerimaan kotor dan penerimaan bersih. Penerimaan kotor yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usahatani. Penghitungan penerimaan kotor ini diperoleh dari perkalian hasil produksi dengan harga jualnya. Dalam notasi dapat ditulis sebagai berikut :

TR = Q . P dimana : TR = penerimaan kotor

= hasil produksi

= harga hasil produksi Sedang penerimaan bersih adalah penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usahatani setelah dikurangi biaya total yang dikeluarkan. Dalam bentuk notasi dapat dituliskan sebagai berikut :

π = TR – TC dimana : Π = penerimaan bersih

TR = penerimaan kotor TC = biaya total yang dikeluarkan

Produsen dianggap akan memilih tingkat output (Q) dimana ia bisa memperoleh keuntungan total yang maksimum. Bila ia telah mencapai posisi ini dikatakan ia telah berada pada posisi equilibrium. Disebut posisi equilibrium karena pada posisi ini tidak ada kecenderungan baginya untuk mengubah output (dan harga output)-nya. Sebab bila ia mengurangi (atau menambah) volume output (penjualan)-nya, maka keuntungan totalnya justru menurun. Dengan demikian keuntungan maksimum dicapai ketika posisi Marginal Revenue (MR) sama dengan Marginal Cost (MC) atau dengan rumus :

MR = MC

J. Penelitian Terdahulu

1. Sahara dkk (Balai Pengkajian Teknologi Sulawesi Tenggara). “Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keuntungan Usahatani Kakao Di Sulawesi Tenggara”. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai

koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,6823 yang berarti 68,23% keuntungan petani kakao dipengaruhi oleh luas areal, harga pupuk dan pestisida, serta upah tenaga kerja, sedangkan 31,77% diterangkan oleh variabel lain di luar model seperti dijelaskan dalam metode analisis. Berdasarkan hasil regresi luas areal (0,9751), harga pupuk (0,3335) signifikan pada tingkat kesalahan 1% dan 10%, sedangkan harga pestisida (-0,0500) dan upah tenaga kerja (-0,2246) tidak signifikan pada tingkat kesalahan 1% dan 10%. Berdasarkan hasil estimasi tersebut terdapat koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,6823 yang berarti 68,23% keuntungan petani kakao dipengaruhi oleh luas areal, harga pupuk dan pestisida, serta upah tenaga kerja, sedangkan 31,77% diterangkan oleh variabel lain di luar model seperti dijelaskan dalam metode analisis. Berdasarkan hasil regresi luas areal (0,9751), harga pupuk (0,3335) signifikan pada tingkat kesalahan 1% dan 10%, sedangkan harga pestisida (-0,0500) dan upah tenaga kerja (-0,2246) tidak signifikan pada tingkat kesalahan 1% dan 10%. Berdasarkan hasil estimasi tersebut terdapat

2. Endang Widowati (2007), penelitian tentang, ”Analisis Ekonomi Usahatani Padi Organik Di Kabupaten Sragen”. Dengan analisis model regresi linier berganda double-log dari variabel independen terhadap variabel dependen pendapatan usahatani padi menunjukkan, bahwa hasil estimasi model tidak terdapat masalah multikolinier, heteroskedastik dan outokorelasi. Hasil uji F signifikan, dan nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,7693. Berdasarkan uji t menunjukkan bahwa koefisien regresi parsial luas lahan (0,970), modal usahatani (0,042) dan variabel dummy sistem tanam (- 0,270) adalah signifikan pada tingkat signifikansi α = 0,05, sedangkan koefisien regresi parsial tenaga kerja (0,237), biaya bibit (0,177) dan biaya pupuk (- 0,035) tidak signifikan pada α = 0,05. Berdasarkan hasil estimasi tersebut terdapat pengaruh yang signifikan dari luas lahan, modal usaha, sistem tanam terhadap pendapatan usaha tani padi. Sedang variabel tenaga kerja, biaya bibit dan biaya pupuk tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha tani padi.

3. Hasil penelitian menunujukan bahwa usahatani tembakau rakyat didaerah penelitian belum memberikan tingkat keuntungan maksimum pada produsen. Apabila dianalisis secara parsial ternyata penggunaan masing- masing input variabel tenaga kerja ,bibit dan pestisida belum optimal pada derajat kesalahan 10% (α = 0,10) sedangkan variabel pupuk telah optimal. Input variabel upah tenaga kerja, pupuk dan input tetap luas lahan mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat keuntungan , sedangkan 3. Hasil penelitian menunujukan bahwa usahatani tembakau rakyat didaerah penelitian belum memberikan tingkat keuntungan maksimum pada produsen. Apabila dianalisis secara parsial ternyata penggunaan masing- masing input variabel tenaga kerja ,bibit dan pestisida belum optimal pada derajat kesalahan 10% (α = 0,10) sedangkan variabel pupuk telah optimal. Input variabel upah tenaga kerja, pupuk dan input tetap luas lahan mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat keuntungan , sedangkan

K. Kerangka Pemikiran

Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian dan untuk memecahkan suatu masalah, maka disusun suatu skema kerangka pemikiran sebagai berikut :

Keterangan : Kerangka pemikiran yang menjadi acuan dalam penelitian ini berkaitan dengan usaha tani jamur melalui pendekatan keuntungan. Pendekatan keuntungan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan usaha tani jamur, apakah hasilnya menguntungkan atau tidak. Keuntungan diperoleh apabila penerimaan total dari faktor produksi lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan selama satu kali proses produksi. Diasumsikan petani di daerah penelitian bersifat rasional, sehingga tujuan utama dari usaha tani jamur adalah memperoleh keuntungan yang maksimal.

Jumlah bibit

Jumlah tenaga

kerja

Luas Lahan

Keuntungan

L. Hipotesis

Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Diduga variabel jumlah bibit berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel.

2. Diduga variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel.

3. Diduga variabel luas lahan berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel.

4. Diduga variabel jumlah bibit, jumlah tenaga kerja dan luas secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha tani jamur edibel .

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berbentuk survey atas data primer dan data sekunder. Data primer diambil secara langsung melalui wawancara melalui instrumen kuesioner dari petani jamur edibel di Kabupaten Karanganyar yang merupakan sampel dari obyek penelitian. Data sekunder merupakan data statistik terkini yang diambil dari beberap instansi terkait dan berbagai sumber kepustakaan lain yang mendukung data primer yang didapatkan.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah merupakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek yang diteliti. Data ini didapat langsung dari petani jamur konsumsi di Kabupaten Karanganyar dengan dibantu alat daftar pertanyaan.

Data sekunder meliputi data-data penunjang dari data primer, yang didapatkan dari Dinas Pertanian, BPS Kabupaten Karanganyar, Kelurahan, pihak swasta yaitu perusahaan pembuat bibit jamur, secara pustaka yang relevan dengan masalah yang diteliti.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani jamur edibel (konsumsi) di Kabupaten Karanganyar yang berjumlah 180 petani yang diperoleh dari tempat penjual bibit di Kabupaten Karanganyar yang tersebar di 17 Kecamatan di Kabupaten Karanganyar, seperti terlihat pada tabel 3.1 :

Tabel 3.1 Jumlah Petani Jamur di Kabupaten Karanganyar tahun 2011 No

Kecamatan

Jumlah Petani (org)

Jatipuro Jatiyoso Jumapolo Jumantono Matesih Tawangmangu Ngargoyoso Karangpandan Karanganyar Tasikmadu Jaten Colomadu Gondangrejo Kebakkramat Mojogedang Kerjo Jenawi

Sumber : Data Primer diolah

Pada penelitian ini, data yang diinginkan adalah enam puluh sampel atau enam puluh responden dari seluruh petani jamur di Kabupaten Karanganyar. Untuk itu, pemilihan enam puluh sampel ini dilakukan dengan teknik random sampel berkelompok (cluster) dengan dua tahapan, yaitu :

1. Untuk tahap pertama, dikelompokkan menurut banyaknya jumlah petani tiap-tiap kecamatan, kemudian dipilih enam kecamatan yang memiliki petani jamur terbanyak, yaitu Tawangmangu, Karangpandan, Matesih, Karanganyar, Ngargoyoso dan Tasikmadu.

2. Dari enam kecamatan tersebut maka diambil enam puluh sampel petani jamur berdasarkan perimbangan sub-sub populasi di tiap-tiap kecamatan, sedangkan pengambilan sampel untuk tiap-tiap kecamatan dilakukan secara random.

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Petani Jamur di Kabupaten Karanganyar tahun 2011

No

Kecamatan

Populasi tiap

Kecamatan

Sampel tiap Kecamatan

Tawangmangu Karangpandan Matesih Karanganyar Ngargoyoso Tasikmadu

60 Sumber : data primer diolah.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Keuntungan usahatani jamur adalah selisih antara penerimaan usahatani jamur (jumlah produksi dikalikan harga produksi) dengan total biaya variabel (jumlah seluruh input faktor variabel dan faktor tetap dikalikan dengan harga input masing-masing).

2. Jumlah bibit adalah banyaknya bibit jamur yang akan ditanam, diukur dalam satuan log plastik.

3. Jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja manusia dalam seluruh kegiatan produksi dalam satu kali masa tanam, dalam penelitian ini satuan yang digunakan untuk mengukur variabel tenaga kerja adalah HOK (Hari Orang Kerja)

4. Luas lahan adalah luas lahan yang digarap dan digunakan oleh petani

dalam usahatani jamur dalam satuan m 2 .

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas Fungsi keuntungan Cobb-Douglas dipergunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output serta mengukur pengaruh dari berbagai perubahan harga dari input terhadap produksi.

Perkembangan terakhir adalah menurunkan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dengan teknik “Unit Output Price” atau UOP of Cobb- Douglas Profit Function , yaitu suatu fungsi yang melibatkan harga produksi dan produksi yang telah dinormalkan dengan harga tertentu yang disebut “Normalized Profit Function”. Salah satu manfaat dari penggunaan fungsi ini adalah peneliti dapat sekaligus mengukur tingkatan efisiensi pada tingkatan atau ciri yang berbeda. Adapun bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :

Y=AX 1 α1 X 2 α2 Z 1 β1

dimana : Y = produksi jamur

X 1 = jumlah bibit

X 2 = jumlah tenaga kerja Z 1 = luas lahan

Dari persamaan diatas dapat diturunkan fungsi keuntungan UOP (unit output price) sebagai berikut :

ln π = ln A + b 1 ln X 1 +b 2 ln X 2 +b 3 ln X 3 +µ

dimana : π

= besarnya keuntungan yang dinormalkan dengan harga jamur

A = intersep

b 1 = parameter yang ditaksir

X 1 = jumlah bibit

X 2 = jumlah tenaga kerja

X 3 = luas lahan

= kesalahan pengganggu