PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANAH CARD (KARTU KREDIT) DI BANK BNI (BANK NEGARA INDONESIA) SYARIAH SURAKARTA

PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANAH CARD (KARTU KREDIT) DI BANK BNI (BANK NEGARA INDONESIA) SYARIAH SURAKARTA

Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : Agnie Rosetyanjaya Putra NIM.E0007064 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

commit to user

Nama

: Agnie Rosetyanjaya Putra

NIM

: E0007064

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul

PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANAH CARD

DI BANK BNI SYARIAH SURAKARTA adalah betul-betul karya sendiri. Hal- hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, januari 2012 yang membuat pernyataan

Agnie Rosetyanjaya Putra NIM.E0007064

commit to user

Agnie Rosetyanjaya Putra, E.0007064. 2012. PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANAH CARD DI BANK BNI SYARIAH SURAKARTA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah problematika hukum yang ada dalam pembiayaan hasanah card di Bank BNI Syariah Surakarta, kemudian tujuan selanjutnya yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui perbandingan keuntungan dalam pembiayaan hasanah card di Bank BNI Syariah Surakarta bila dibandingkan dengan kartu kredit konvensional, dan tujuan terakhir dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana penyelesaian dari problematika hukum yang ada dalam pembiayaan hasanah crad di bank BNI Syariah Surakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif, mengkaji mengenai problematika hukum apa yang ada, bagaimana perbandingan keuntungan bila dibandingkan dengan kartu kredit konvensional, dan mengkaji bagaimana penyelesaian problematika hukum yang ada tersebut. Pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis data penelitian yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan sumber data penelitian yang digunakan yaitu wawancara dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembiayaan hasanah card di Bank BNI Syariah Surakarta, ada dua macam problematika hukum yang ditemui yaitu adanya kredit macet dan pemalsuan data. Apabila dibandingkan dengan kartu kredit konvensional, hasanah card memiliki sejumlah keuntungan salah satunya adalah biaya yang dikenakan jauh lebih murah atau dengan kata lain hasanah card jauh lebih ekonomis bila dibandingkan dengan kartu kredit konvensonal hal ini dikarenakan dalam sistem perbankan syariah tidak dikenal adanya sistem bunga berbunga (riba) oleh karena itu, di dalam perhitungannya hasanah card tidak mengenal adanya bunga tetapi hanya ujrah (jasa). Di dalam penyelesaian problematika hukum yang dijumpai tersebut, dalam hal kredit macet secara garis besar penyelesaian yang ditempuh ada dua jalan, yang pertama secara prosedural yang meliputi pengiriman surat tagihan maupun mendatangi nasabah secara langsung, dan cara prosedural yang selanjutnya yaitu dengan jalan rescheduling, restructuring, recontioning (3R). Cara yang kedua adalah secara penyelesaian sengketa yang terbagi atas secara litigasi dan non litigasi. Cara litigasi, berdasarkan Pasal (49) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama maka penyelesaian sengketa perekonomian syariah menjadi wewenang peradilan agama. Jalan non litigasi terbagi atas dua jalan, yaitu jalan arbitrase yang di bawah naungan BASYARNAS (badan arbitrase syariah nasional), dan jalan nonlitigasi yang terakhir adalah jalaur alternatif penyelesaian sengketa.

Key word : problematika, BASYARNAS, hasanah card

commit to user

commit to user

Every story always has an ending But in life every ending is a new beginning

Tidak ada sukses yang permanen, sama seperti tidak ada kegagalan yang benar-benar tak bisa diperbaiki

(Mike Ditka)

Percaya dan yakin pada diri sendiri, hanya itu resep paling manjur untuk menaklukkan kehidupan

(Johann Wolfgang von Goethe)

commit to user

Karya ini Penulis persembahkan untuk:

v Allah SWT, yang selalu meridhoi dan ada untuk penulis kapan pun penulis perlukan. v Papa dan mama yang selalu mendukung dan mendoakan penulis, semoga

persembahan ini dapat membanggakan papa dan mama. v Kakakku mbak Jayanti Agustiningrum Permatasari S,H yang selalu mendoakan dan membantu penulis. v Adik adiku, Aci, Andra, dan Angga yang selalu mendukung serta mendoakan penulis. v Fifie Khoirunissa, yang selalu ada dan selalu mendukung penulis.

v Pak Har, Kang Pery, Lek Eko, Pithik, Pakde Yanto, Deddy dan MATNO Crew.

v Tanah airku Indonesia tercinta.

commit to user

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Dzat yang Maha Agung, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sholawat serta salam senantiasa tertuju pada insan teragung, Rasulullah Muhammad SAW

Alhamdulillah, atas ijin-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Surakarta dengan judul : “PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANAH CARD DI BANK BNI SYARIAH SURAKARTA”.

Dalam penulisan hukum ini, maupun selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, tidak sedikit bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, ijinkan penulis menghaturkan terimakasih kepada :

1. Prof.Dr.Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Djuwityastuti, S.H, selaku Ketua Bagian Hukum Perdata yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

3. Prof. Dr.Adi Sulistiyono S.H., M.H., selaku Pembimbing I Penulisan Hukum yang telah sabar memberikan bimbingan, saran, kritik, dan motivasi bagi Penulis untuk menyelesaikan Penulisan Hukum ini.

4. Bapak Pujiyono, S.H., M.H., selaku pembimbing II Penulisan Hukum yang telah bersedia menyediakan waktu, pikiran dan berbagi ilmu dengan Penulis.

5. Bapak Tuhana S,H.MSi, selaku pembimbing akademis, atas nasehat yang berguna bagi Penulis selama Penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum UNS.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam Penulisan Hukum ini.

commit to user commit to user

8. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Hukum UNS, yang telah membantu menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum.

9. Pimpinan Cabang serta Karyawan PT Bank BNI Syariah Surakarta, Bapak Arief Mursidi selaku kepala PT. Bank BNI Syariah cab Surakarta, serta bapak Mujiyono selaku kepala bag hasanah card yang telah memberikan waktu dan tempat kepada Penulis untuk melakukan penelitian dan wawancara.

10. Papa, Mama, kakakku, dan juga adik adiku tercinta atas cinta dan kasih sayang, doa, dukungan, semangat dan segala yang telah diberikan yang tidak ternilai harganya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum ini.

11. Kekasihku Fifie Khoirunissa yang dengan sabar selalu memberiku dukungan serta semangat dalam menyelesaikan penulisan ini.

12. Teman-teman kuliah di Fakultas Hukum Unversitas Sebelas Maret angkatan 2007.

13. Semua pihak yang ikut dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikian semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.

Surakarta, Januari 2012 Penulis

AGNIE ROSETYANJAYA PUTRA

commit to user

b. Produk produk Bank Syariah ......................................

c. Dasar Hukum Bank Syariah ........................................

2. Tinjauan tentang perjanjian

a. Pengertian perjanjian...................................................

b. bentuk bentuk perjanjian Bank ...................................

3. Tinjauan tentang lembaga pembiayaan

a. Pengertian pembiayaan ..............................................

b. Pengertian perusahaan peambiayaan .........................

c. Asas asas perusahaan pembiayaan ..............................

d. Prinsip pembiayaan yang baik ...................................

e. Kegiatan perusahaan peambiayaan ............................

f. Dasar hukum perusahaan pembiayaan .......................

4. Tinjauan tentang Hasanah Card

a. Pengertian kartu kredit ...............................................

b. Sejarah singkat Hasanah Card ..................................

c. Akad Hasanah Card ..................................................

d. Pengertian Hasanah Card ..........................................

e. Pihak pihak yang terlibat dalam Hasanah Card ........

f. Macam macam kartu kredit........................................

g. Dasar hukum Hasanah Card......................................

5. Tinjauan tentang Problematika hukum ..............................

commit to user

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah singkat Bank BNI Syariah Surakarta ..................

2. Gambaran singkat Hasanah Card ...................................

B. Pembahasan

1. Problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah Card di Bank BNI Syariah Surakarta

a. Prosedur pengajuan Hasanah Card ...........................

b. Problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah Card ....................................................................... 49

2. Perbandingan keuntungan Hasanah Card dengan kartu kredit konvensional ................................................

3. Penyelesaiaan problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah Card di Bank BNI Syariah Surakarta

a. kredit macet .................................................................

b. pemalsuan data ............................................................

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................

B. Saran.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

Tabel 1. Akad dalam Hasanah Card .........................................................

Tabel 2. Informasi limit dan biaya Hasanah Card ....................................

Tabel 3. Perbandingan perhitungan Hasanah Card dengan kartu kredit konvensional ...............................................................................................

commit to user

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ................................................................

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Uang atau dana merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia, dengan berbagai cara manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut. Ditengah terpaan krisis ekonomi yang berkepanjangan masyarakat dituntut untuk mampu bersikap bijaksana dalam mengelola keuangan sehingga arus perputaran uang tetap stabil. Dalam upaya mempertahankan stabilitas ekonomi, maka jumlah uang yang beredar akan dibatasi yang pada akhirnya berimbas pada kenaikan harga, terutama harga kebutuhan sehari hari. Kenaikan harga tersebut pasti akan menimbulkan perubahan yang cukup signifikan terhadap tingkat perekonomian serta daya beli masyarakat. Dalam keadaan demikian diperlukan adanya pranata yang dapat membantu memenuhi kebutuhan tersebut, kredit/ pembiayaan melalui jasa perbankan merupakan salah satu bentuk layanan jasa yang disediakan sebagai sarana bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Bank syariah muncul sebagai wadah yang menjembatani hubungan antara masyarakat sebagi pihak yang membutuhkan dengan penyedia modal, dengan cara pemenuhan kebutuhan melalui pembiayaan khusunya kredit. Bank syariah memberikan peran yang sangat besar dan dirasakan cukup membantu serta meringan kan beban masyarakat. Diantara berbagi jenis pembiayaan yang saat ini marak di kalangan masyarakat layanan jasa perbakan syariah memiliki keunggulan serta peran yang sangat menguntungkan, karena fasilitas dan produk yang ditawarkan mempunyai suatu sistem yang diciptakan untuk membantu masyarakat sesuai dengan prinsip syariah dengan tujuan melepaskan masyarakat dari berbagai kesulitan dengan terbebas dari sistem bunga berbunga atau riba.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang “Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan” menjelaskan kegiatan

commit to user commit to user

1. Sewa Guna Usaha (Leasing)

2. Modal Ventura (Venture Capital)

3. Anjak Piutang (Factoring)

4. Pembiayaan Konsumen (Constumer Finance)

5. Kartu Kredit (Credit Card)

6. Perdagangan, Surat Berharga (Security Wesel) Kartu kredit atau yang sering disebut dengan credit card merupakan salah satu solusi sementara untuk membantu masyarakat dalam masalah financial . Pemakaian kartu plastik ajaib ini sudah cukup meluas. Bahkan seringkali seseorang memegang beberapa kartu kredit sekaligus. Hal itu dikarenakan kemudahan seseorang dalam memperoleh kartu kredit, dikatakan mudah karena dalam memperoleh kartu kredit syarat syarat yang harus dipenuhi relatif gampang yaitu diantarany hanya dengan cukup mengajukan permohonan dan memenuhi syarat syarat yang ditentukan lainnya.

Kepemilikan kartu kredit memang dapat menjadi indikasi akan bonafiditas atau tingkat perekonomian dari pemiliknya, yaitu :

“indications to seller that the person who recieved the card from the issuer has a satisfactory credit rating and that if cerdit is extended, the issuer of the card will pay (or see to it that the seller recieves paymnet) for th mechandise delivered ” (Jack P. Friedman, 1987 : 136).

Kartu kredit merupakan produk yang eksklusive dimana memilikinya seolah olah tingkat status mereka meningkat (Siamat, 2001 :399).

Kartu Kredit sebagai salah satu bentuk baru dari fasilitas perbankan di bidang pembiayaan, merupakan sarana pembiayaan yang perkembangannya begitu pesat dan menjamur. Berbagai kemudahan dan keuntungan yang ditawarkan Kartu Kredit seolah menjadi sihir berbagai kalangan untuk tertarik menggunakan kartu kredit. Masyarakat merasa lebih aman menggunakan kartu kredit untuk menunjang kegiatan sehari – hari, dibandingkan bila harus membawa cash money.

commit to user commit to user

Dengan melihat peluang tersebut dimana kartu kredit seolah menjadi kebutuhan pokok setiap bank, baik bank pemerintah ataupun swasta berlomba lomba meniciptakan layanan pembiayaan kartu kredit dengan berbagai fasilitas dan keunggulan masing masing. Di sini hasanah card merupakan salah satu jenis kartu kredit yang menjadi produk unggulan dari BNI Syariah. Munculnya hasanah card memiliki fungsi dan tujuan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dengan tidak meninggalkan prinsip syariah.

Bila disejajarkan dengan kartu kredit dari bank konvsional, hasanah card memiliki berbagai keunggulan. Dalam kartu kredit konvensional bunga yang dikenakan relatif tinggi, untuk saat ini bank konvensional hampir mengenakan bunga 4%, dengan hal tersebut akan sangat memberatkan para pemegang kartu, kemudian pengenaan biaya biaya yang lain seperti biaya bulanan, biaya tahunan, denda, biaya administrasi yang terlalu tinggi. Belum lagi, jika adanya kredit macet, penggunaan pihak ketiga sebagai penagih (debt collector ) yang dirasa sangat menggangu kenyamanan para nasabah, tetapi tidak demikian halnya dalam bank syariah, khususnya pada bank BNI Syariah Surakarta.

Layanan hasanah card dapat dinikmati oleh setiap nasabah diberbagai tempat yang menyediakan pelayanan kartu kredit, sehingga meskipun hasanah card merupakan satu satunya kartu kredit berbasis syariah tetap dapat dimanfaatkan dengan cakupan yang sangat luas sama halnya kartu kredit pada umunya.

Dengan latar belakang munculnya kartu kredit sebagai sarana penunjang kebutuhan ekonomi masyarakat, tentunya masyarakat akan lebih tertarik serta memilih jenis kartu kredit yang memberikan keuntungan serta fasilitas maksimal tetapi dengan biaya minimal. Hasanah card ternyata mampu menjawab tuntuan masyarakat tersebut, di mana sistem yang diterapkan

commit to user commit to user

Seiring dengan pesatnya pengunaan kartu kredit tersebut, penyalah gunaannya juga banyak terjadi. Di samping itu, ternyata juga seringkali terjadi bahwa para pihak yang terlibat dalam pengunaan atau penerbitan atau pemakaian kartu kredit tidak selamanya melaksanakan prestasinya seperti yang diperjanjikan, baik karena kesengajaan, kesilapan, maupun karena seribu satu alasan lainnya. Karena itu, kehadiran sektor hukum yang adil, tegas, dan predictable untuk menata penggunaan kartu kredit tentu merupakan kebutuhan dunia bisnis yang nyata dalam prakteknya.

Sektor hukum khususnya hukum bisnis dewasa ini sudah cukup berkembang. Merupakan suatu fenomena dengan fakta yang tidak terbantahkan, terlebih lagi di era globalisasi ini, dimana hampir semua yang terjadi di negeri lain di bidang bisnis dan karenanya juga disektor legal, akhirnya juga dipraktekkan di Indonesia.

Perkembangan sektor hukum bisnis yang begitu cepat tersebut membawa konsekuensi terhadap perlunya sektor hukum di bidang ini ditelaah ulang agar tetap up to date, seirama dengan perkembangan masa, maka jika yang mengatur perbankan dikenal adanya hukum perbankan atau mengatur perkreditan yang namanya hukum perkreditan, tentunya yang mengatur bantuan finansial lewat lembaga pembiayaan dikenal juga cabang hukum bisnis yang namanya hukum pembiayaan (Munir Fuady, 1999: 2).

Sebagai salah satu upaya untuk mengawasi, menjalankan dan meminimalisasi kejahatan – kejahatan yang terjadi dalam dunia perbankan

commit to user commit to user

Akan tetapi dibalik semua kemudahan, keuntungan dan kecanggihan yang ditawarkan tersebut, juga dapat menimbulkan berbagai masalah bila tidak berhati – hati dan bijak dalam penggunaannya. Akibat dari kekurang hati – hatian dan sifat konsumtif yang tidak terkendali, muncul berbagai kecurangan dan penyalahgunaan kartu kredit, sehingga diperlukan adanya suatu pranata hukum yang dapat mengatur berbagai permasalahan tersebut.

Berdasarkan latar belakang sebgaimana tersebut diatas, penulis memfokuskan penelitian dengan mengambil judul : PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANNAH CARD (KARTU KREDIT) DI BANK BNI (BANK NEGARA INDONESIA) SYARIAH SURAKARTA

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis merumuskan masalah untuk mengetahui dan menegaskan masalah-masalah apa yang hendak diteliti sehingga dapat memudahkan penulis dalam mengumpulkan, menyusun, menganalisa, dan mengkaji data secara lebih rinci. Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apa problematika hukum yang ada dalam pembiayaan hasannah card (kartu kredit)?

2. Bagaimana perbandingan keuntungan hasanah card dibandingkan dengan kartu kredit konvensional ?

commit to user

3. Bagaimana penyelesaian problematika hukum dalam pembiayaan hasannah card (kartu kredit)?

C. TUJUAN PENELITIAN

“Tujuan penelitian adalah rumusan tentang hal-hal yang hendak dicari, ditemukan, atau ingin dicapai dari kegiatan penelitian” (Tajul Arifin, 2008:77). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang menjadi pokok permasalahan yang dikaji oleh penulis. Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis sendiri baik berupa tujuan secara obyektif maupun tujuan secara subyektif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Obyektif

a. Mengetahui problematika hukum apa yang ada dalam pembiayaan Hasanah Card ;

b. Mengetahui perbandingan keuntungan hasanah card dibandingkan dengan kartu kredit konvensional dan;

c. Mengetahui bagaimana penyelesaian problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah Card.

2. Tujuan Subyektif

a. Menambah wawasanan, pengetahuan, dan kemampuan analitis penulis tentang Hukum Perdata terutama menyangkut masalah hasanah card ( kartu kredit), mengetahui keuntungan hasanah card dibandingkan dengan kartu kredit konvensional, dan mengetahui bagaimana penyelesaiannya apabila terjadi permasalahan dalam pembiayaan hasanah card (kartu kredit) sesuai dengan hukum perdata;

b. Mengetahui kesesuaian teori yang diperoleh dan kenyataan yang terjadi dalam praktik kehidupan; dan

commit to user commit to user

D. MANFAAT PENELITIAN

Penulis dalam hal ini berharap bahwa kegiatan penelitian hukum ini akan bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang terkait dengan penulisan hukum ini yaitu pembaca. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan manfaat dan sumbangsih pemikiran dan pengetahuan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Perdata pada khususnya;

b. Memperkaya referensi dan literatur kepustakaan Hukum Perdata tentang problematika hukum dalam pembiayaan kartu kredit khususnya di Bank BNI syariah Surakarta; dan

c. Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis pada tahap selanjutnya dan berguna bagi para pihak yang pada kesempatan lain mempunyai minat untuk mengkaji permasalahan yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang diteliti;

b. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir ilmiah, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh; dan

c. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait langsung dengan penelitian ini.

commit to user

E. METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa, dan konstruksi, yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan konsisten (Soerjono Soekanto, 2010 : 42).

Untuk mendapatkan data dan penelitian yang rinci dan utuh dalam memberikan uraian, maka diperlukan adanya suatu metode penelitian. “Metode penelitian pada dasarnya adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dan/atau informasi empiris untuk memecahkan permasalahan dan/atau menguji hipotesis penelitian” (Tajul Arifin, 2008:77).

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah dan ditinjau dari tujuan penelitian hukum dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian empiris. Penelitian hukum empiris adalah penelitian yang menggunakan data primer sebagai data utama, dimana penulis langsung terjun ke lokasi.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini termasuk penelitian yang bersifat hukum deskriptif. Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala – gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa – hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat teori – teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori – teori baru (Soerjono Soekanto, 2008: 10).

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data-data yang digunakan responden secara lisan atau tulisan, dan juga perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2006:250).

Penulis menggunakan metode ini karena metode ini mampu menyesuaikan secara lebih mudah untuk berhadapan dengan kenyataan

commit to user commit to user

4. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer “Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara

langsung dari lapangan yang menjadi obyek penelitian atau yang diperoleh secara langsung dari responden-responden berupa keterangan atau fakta-fakta “(Soerjono Soekanto, 2006:12). Data primer dalam penelitian ini adalah berupa hasil wawancara dengan bapak Mujiyono selaku pihak yang berkompeten di Bank BNI Syariah Surakarta dan beberapa nasabah Bank BNI Syariah Surakarta khususnya produk Hasanah Card, diantaranya yaitu Jayanti Agustiningrum AP, SH; Ir, Woro Yulianti; dan Ellus Yuniati

b. Data Sekunder “Data sekunder adalah data yang didapat dari keterangan-keterangan

atau pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung melalui studi kepustakaan, dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan sumber-sumber tertulis lainnya” (Soerjono Soekanto, 2006:12).

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian hukum ini adalah data sekunder, yaitu data atau informasi hasil pengkajian dokumen penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya, bahan kepustakaan seperti buku-buku, literatur, majalah, jurnal, atau arsip-arsip yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.data sekunder di bidang hukum ditinjau dari sudut kekuatan mengikatnya digolongkan dalam:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan bersifat autoratif, artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi, atau risalah di dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah:

1) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah.

2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

commit to user

3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

4) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga

Pembiayaan.

5) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember

1988 tentang Lembaga Pembiayaan.

6) Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 125/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Tata Cara Pelakaksanaan Lembaga Pembiayaan.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki, 2005:41). Bahan hukum sekunder berupa data yang diperoleh secara tidak langsung dari kepustakaan yaitu berupa buku-buku, dokumen- dokumen, jurnal hukum, artikel-artikel, internet dan sumber-sumber lainnya yang memiliki korelasi, khususnya yang berkaitan dengan penelitian hukum penulis; dan

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti misalnya kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk mengumpulkan data dari salah satu atau beberapa sumber data yang ditentukan. Untuk memperoleh data-data yang lengkap dan relevan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara, Merupakan cara memperoleh data dengan jalan melakukan tanya

jawab secara mendalam dengan sumber data primer, yaitu pihak-pihak yang berkompeten di Bank BNI Syariah Surakarta.

b. Observasi Adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan di

lapangan.

commit to user commit to user

dokumen-dokumen, buku-buku, dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Dalam hal ini penulis akan mengumpulkan data-data dengan mempelajari:

1) Dokumen-dokumen atau berkas-berkas lainnya yang diperoleh dari Bank BNI Syariah Surakarta.

2) Buku-buku serta bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan pokok-pokok bahasan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

“Analisis data merupakan proses yang dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, kemudian mereduksi data, dan menyusunnya dalam satuan-satuan yang dikategorisasikan sehingga data yang diperoleh tersebut dapat ditafsirkan” (Lexy J. Moleong, 2009:247).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan data yang diperoleh.

F. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM

Guna menerangkan secara menyeluruh tentang sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan hukum serta untuk mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penulisan hukum ini, maka peneliti menjabarkan dalam bentuk sistematika penulisan hukum yang terdiri dari 4 bab dimana tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang supaya memudahkan pemahaman mengani seluruh isi penulisan hukum ini.

Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

commit to user

BAB I

: PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini penulis memberikan landasan teori atau penjelasan secara teoritik yang bersumber dari bahan hukum berupa literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang diangkat. Tinjauan pustaka ini terdiri dari kerangka teori atau konseptual dan kerangka pemikiran.

1. Kerangka teori, berisi uraian sistematis tentang berbagai keterangan yang dikumpulkan dari pustaka yang ada hubungannya dan menunjang penelitian. Kerangka teori dalam penelitian ini menjelaskan tinjauan mengenai kartu kredit, dan tinjauan mengenai jaminan.

2. Kerangka pemikiran, menggambarkan logika hukum untuk menjawab permasalahan penelitian.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV : PENUTUP

Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari keseluruhan hasil pembahasan dan proses penelitian, serta saran-saran yang dapat penulis kemukakan kepada para pihak yang terkait dengan bahasan penulisan hukum ini.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan umum tentang Bank Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Bank Syariah terdiri atas dua kata, yaitu Bank dan Syariah. Kata Bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata Syariah dalam versi bank syariah di indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk penyimpangan dana dan /atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam. Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam (Zainudin Ali, 2008:1) Sedangkan pengertian yang lain tentang Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.(Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah)

b. Produk produk Bank Syariah

Pertumbuhan produk perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya di negara Republik Indonesia, yang penduduknya mayoritas muslim, bahkan terbesar di dunia, jauh tertinggal bila dibandingkan Amerika yang penduduk muslimnya sangat kecil. Produk syariah baru dikenal di Indonesia diawal 1990-an, yaitu ketika bank muamalat Indonesia berdiri. Berdasarkan Undang undang Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 19-21 tentang Perbankan Syariah, maka dapat dijabarkan beberapa produk dari Bank Syariah, yaitu :

1) Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

commit to user

2) Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

3) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

4) Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

5) Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

6) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

7) Pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

8) Kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah;

9) Surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah

10) Letter of Credit

c. Dasar hukum Bank Syariah

Bank syariah secara yuridis normatif dan secara yuridis empiris diakui keberadaannyadi negara republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis normatif tercatat dalam peraturan perundang- undangan di Indonesia, di antaranya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-undang 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Selain itu, pengakauan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan syariah tumbuh dan berkembang.

commit to user

Dengan kata lain, dasar hukum dari perbankan syariah adalah :

1) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

3) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

4) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

5) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

6) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Bank Syariah.

7) Surat keputusan direksi Bank Indonesia tentang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah direksi Bank Indonesia.

8) Fatwa DSN-MUI tentang hukum perbankan.

2. Tinjauan umum tentang perjanjian

Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan atau kalimat-kalimat yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau dibuat dalam tulisan oleh para pihak yang membuat perjanjian. Dengan demikian hubungan antara perikatan dan perjanjian bahwa perjanjian menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber terpenting yang melahirkan perikatan karena perikatan paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian. Perikatan adalah suatu pengertian abstrak sedangkan perjanjian adalah suatu hak yang konkrit atas suatu peristiwa. Untuk membuat suatu perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian Pasal 1320 Kitab Undang-Undang

commit to user

Hukum Perdata (selanjutnya disingkat menjadi KUH Perdata) menentukan syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu ;

a. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

b. cakap untuk membuat suatu perjanian

c. mengenai hal atau obyek tertentu

d. suatu sebab (causa) yang halal syarat pertama dan kedua adalah syarat subyektif karena menyangkut

orang-orang atau pihak-pihak yang membuat perjanjian. Orang-orang atau pihak ini sebagai subyek yang membuat perjanjian, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif karena menyangkut mengenai obyek yang diperjanjikan oleh orang-orang atau subyek yang membuat perjanjian. Perjanjian kredit tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata tetapi termasuk perjanjian bernama di luar KUH Perdata, meskipun perjanjian kredit tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata tetapi dalam membuat perjanjian kredit tidak boleh bertentangan dengan asas atau ajaran umum yang terdapat dalam hukum perdata. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang perubahan undang-undang perbankan tidak mengenal istilah perjanjian kredit. “Istilah perjanjian kredit ditemukan dalam instruksi Presidium Kabinet nomor 15/EK/10 tangaal 3 Oktober 1966 jo Surat Edaran Bank Negara Indonesia Unit I Nomor 2/539/UPK/Pemb tanggal 8 Oktober 1966 yang menginstruksikan kepada masyarakat perbankan bahwa dalam memberikan kredit dalam bentuk apapun, Bank-bank wajib mempergunakan akad perjanjian kredit.” Mariam Darus Badrulzaman, berpendapat bahwa “perjanjian kredit bank adalah perjanjian pendahuluan (vooroverenkomst) dari penyerahan uang.” Perjanjian pendahuluan merupakan hasil dari permufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai hubungan antara keduanya (kreditor dan debitor). Penyerahan uangnya adalah bersifat riil. Pada saat penyerahan uangnya dilakukan, barulah ketentuan yang tertuang dalam model perjanjian kredit bank tersebut berlaku untuk kedua belah pihak. Menurut hukum perjanjian, kredit harus tertulis dan memenuhi syarat-syarat pasal 1320 KUH Perdata. Namun dari sudut pembuktian, perjanjian secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat bukti, karena hakekat pembuatan perjanjian adalah sebagai alat bukti bagi para pihak yang membuatnya. Dasar hukum perjanjian kredit secara tertulis dapat mengacu pada Pasal 1 angka 11 Undang-undang Perbankan. Dalam pasal itu disebutkan :

commit to user

“penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain”. Dalam dunia modern yang komplek ini perjanjian lisan sudah tidak disarankan untuk digunakan karena perjanjian secara lisan sulit dijadikan sebagai alat pembuktian bila terjadi masalah di kemudian hari meskipun secara teori diperbolehkan. Perjanjian kredit merupakan ikatan atau alat bukti tertulis antara Bank dengan Debitor sehingga harus disusun dan dibuat sedemikian rupa agar setiap orang mudah untuk mengetahui bahwa perjanjian yang dibuat itu merupakan perjanjian kredit.

Dalam praktek Bank ada dua bentuk perjanjian kredit, yaitu :

a. Perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan

Dinamakan akta di bawah tangan artinya perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank kemudian ditawarkan kepada debitur untuk disepakati. Untuk mempermudah dan mempercepat kerja bank, biasanya bank sudah menyiapkan formulir perjanjian dalam bentuk standard (standarform) yang isi, syarat-syarat dan ketentuannya disiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Bentuk perjanjian kredit yang dibuat sendiri oleh Bank tersebut termasuk jenis akta di bawah tangan. Dalam rangka penandatanganan perjanjian kredit, formulir perjanjian kredit yang isinya sudah disiapkan Bank kemudian disodorkan kepada setiap calon-calon debitor untuk diketahui dan dipahami mengenai syarat-sayarat dan ketentuan pemberian kredit tersebut.

b. Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris yang dinamakan akta otentik atau akta notariil

Perjanjian ini di siapkan dan di buat oleh seorang notaris namun dalam praktik semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan Bank kemudian diberikan kepada Notaris untuk dirumuskan dalam akta notariil. Memang notaris dalam membuat perjanjian hanyalah merumuskan apa yang diinginkan para pihak dalam bentuk akta notariil atau akta otentik. Perjanjian kredit yang dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta otentik biasanya untuk pemberian kredit dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu menengah atau panjang, seperti kredit investasi, kredit modal kerja, kredit sindikasi (kredit yang diberikan lebih dari satu kreditor atau lebih dari satu bank).

commit to user

3. Tinjauan Umum tentang lembaga pembiayaan

a. Pengertian pembiayaan

Pembiayaan yang berasal dari kata dasar biaya. “Biaya adalah uang yang dikeluarkan untuk mengadakan sesuatu. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah perbuatan (hal dsb) membiayai atau membiayakan” (KBBI,1985 :135-136).

b. Pengertian Perusahaan pembiayaan

Dengan semakin maraknya dunia bisnis, tidak bisa kita elakan lagi adanya kebutuhan dana yang dperlukan baik oleh kalangan usahawan perseorangan maupun usahawan yang tergabung dalam suatu badan hukum di dalam mengembangkan usahanya maupun di dalam meningkatkan mutu produknya, sehingga dapat dicapai suatu keuntungan yang memuaskan maupun tingkat kebutuhan bagi kalangan lainnya.

Untuk membutuhkan dana tersebut, saat ini semakin banyak orang yang mendirikan suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang penyediaan dana ataupun barang yang akan dipergunakan oleh pihak lain didalam mengembangkan usahanya.

Awal mulainya lembaga pembiayaan disebutkan dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988, dan dijabarkan lebih lanjut melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tangal 20 Desember 1988 tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan.

Menurut pasal 1 Keppres di atas dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan usaha yang di dalam melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.

c. Asas-asas mengenai Perusahaan pembiayaan

Undang-undang telah mengatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pembiayaan. Terdapat tiga asas umum mengenai pembiayaan (http:// studihukum.wordpress.com):

1) Asas yang pertama adalah asas kebebasan berkontrak, dimana lembaga pembiayaan bebas dalam melakukan perjanjian pembiayaan dengan pihak mana saja asalkan

commit to user commit to user

2) Asas yang kedua adalah asas kehati-hatian, dalam asas ini dimaksudkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan, pihak lembaga pembiayaan tidak lupa juga memperhatikan aspek kehati-hatian, hal ini utuk meminimalisir adanya kerugian atau kendala-kendala yang timbul dari pembiayaan tersebut, hal ini untuk melindungi pihak lembaga pembiayaan maupun pihak nasabah (Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998).

3) Asas yang ketiga adalah asas demokrasi ekonomi, dengan mengacu kepada penjelasan Pasal 33 UUD 1945 diketahui bahwa ayat 1, 2 dan 3 Pasal 33 UUD 1945 ini pada dasarnya merupakan landasan dari Demokrasi Ekonomi atau lebih populer dengan istilah Sistem Ekonomi Kerakyatan, adalah suatu sistem perekonomian yang mengutamakan peningkatan partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses penyelenggaraan perekonomian. Dengan demikian maka dalam Sistem Ekonomi Kerakyatan ini setiap anggota masyarakat tidak hanya diperlakukan sebagai objek, tetapi juga sebagai subjek yang memiliki hak untuk berpartisipasi secara langsung dalam penyelenggaraan perekenomian dan sekaligus turut serta mengawasi penyelenggaraannya.

d. Prinsip prinsip pembiayaan yang baik

fungsi menyalurkan kredit/pembiayaan melalui berbagai unit usahanya. Pembiayaan tersebut merupakan sumber profit dalam rangka menjaga kesinambungan usaha permodalan dan memberikan konstribusi bagi negara melalui pembayaran pajak. Dari kedua manfaat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam memenuhi target pembiayaannya, lembaga pembiayaan dituntut untuk selalu memenuhi prinsip-prinsip pembiayaan yang sehat. Dalam dunia

commit to user commit to user

Bagi suatu lembaga pembiayaan, prinsip tersebut dapat diterapkan dengan penyesuaian pada situasi dan kondisi. Sesuai dengan pengertian kredit (berasal dari kata credo) yaitu kepercayaan (trust), maka debitur yang dibiayai adalah mereka yang diyakini akan sanggup untuk mengembalikan kredit/pembiayaan itu berikut dengan margin/bunganya. Menurut Roger H. Hale dalam bukunya Credit Analyze a Complete Guide , terdapat beberapa langkah pemberian kredit yang sehat, yang merupakan pengembangan dari prinsip 5-C. Mengacu pada pendapat Hale tersebut, beberapa langkah berikut perlu dijadikan pedoman dalam penyaluran kredit/pembiayaan, antara lain:

1) Dokumen kredit/pembiayaan harus diterima oleh kreditur secara lengkap, karena ketidaklengkapan dokumen dapat menjadi masalah di kemudian hari.

2) Kumpulkan fakta secara lengkap berdasarkan data yang akurat. Pastikan bahwa seluruh aspek yuridis telah terpenuhi.

3) Pihak kreditur harus benar-benar memahami bisnis calon

debitur, termasuk trend dan prospeknya.

4) Pofesional dalam menilai agunan. Perlu diingat bahwa sumber utama pengembalian kredit harus berasal dari cashflow perusahaan debitur bukan dari penjualan agunan yang merupakan second way out dalam pengembalian kredit.

5) Risiko kredit/pembiayaan harus dianalisa secara cermat oleh

pihak independen.

6) Keputusan menyangkut persetujuan kredit/pembiayaan harus bebas dari intervensi atau tekanan pihak manapun.

7) Pelunasan harus menjadi dasar dan tujuan dari kredit/pembiayaan, sehingga besarnya pinjaman selalu mempertimbangkan kemampuan pihak debitur dalam pengembaliannya.

commit to user

8) Jika kredit disalurkan melalui lembaga perantara (bank pelaksanaan), maka pastikan bahwa lembaga perantara tersebut dalam kondisi sehat.

9) Penanganan adminsitrasi dan dokumentasi kredit harus dilakukan secara tertib semenjak pengajuan kredit, proses persetujuan, pelimpahan, pembayaran angsuran, dan pelunasannya.

10) Monitoring terhadap mutu kredit/pembiayaan harus dilakukan secara berkala dan dilakukan oleh seluruh unsur terkait.

11) Penggunaan kredit/pembiayaan harus dapat ditelusuri dan dipertanggungjawabkan.

12) Kreditur harus melakukan pembinaan dan pendampingan kepada debitur agar usahanya semakin maju dan dapat melunasi pinjaman tepat pada waktunya.

Dari prinsip-prinsip tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian kredit/pembiayaan tidak dapat dilakukan secara gegabah. Kehati-hatian sejak awal merupakan pencegahan yang paling efektif dalam rangka memperoleh portfolio kredit yang sehat.

e. Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan.

Kegiatan Perusahaan Pembiayaan merupakan sebagian kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan. Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, disebutkan bahwa bentuk kegiatan usaha dari Perusahaan Pembiayaan antara lain :

1) Sewa Guna Usaha.

Sewa Guna Usaha (Leasing) merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (Finance lease) maupun Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (lessee) selama

commit to user commit to user

Kegiatan Sewa Guna Usaha dilakukan dalam bentuk pengadaan barang modal bagi Penyewa Guna Usaha, baik dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli barang tersebut. Pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan cara membeli barang Penyewa Guna Usaha yang kemudian disewagunausahakan kembali.

Sepanjang perjanjian Sewa Guna Usaha (Leasing) masih berlaku, hak milik atas barang modal objek transaksi Sewa Guna Usaha berada pada Perusahaan Pembiayaan.

2) Anjak Piutang