PENGARUH NPF DAN DPK TERHADAP PEMBIAYAAN BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA : LAPORAN KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA PERIODE 2009-2015.

(1)

PENGARUH

NPF

DAN DPK TERHADAP PEMBIAYAAN

BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA

(LAPORAN KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI

INDONESIA PERIODE 2009-2015)

SKRIPSI

Oleh :

THIRDA RAHMAWATI

NIM : C04212039

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh NPF dan DPK Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2009-2015) ”ini merupakan hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjawab

pertanyaan tentang apakah terdapat pengaruh signifikan antara NPF dan DPK

secara simultan terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri dan apakah terdapat

pengaruh signifikan antara NPF dan DPK secara parsial terhadap pembiayaan

Bank Syariah Mandiri.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulanan Bank Syariah Mandiri Indonesia periode 2009-2015 dengan menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan dan diunduh melalui situs resmi Bank Syariah Mandiri Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa non performing financing dan dana pihak ketiga secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia. Hal ini dibuktikan pada uji simultan F variabel

NPF dan DPK didapati hasil fhitung 913,735 dengan signifikansi sebesar 0,000. Dan

non performing financing dan dana pihak ketiga secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia. Hal ini

dibuktikan pada uji parsial t, dimana pada variabel NPF didapati hasil sebesar

0,000 dan pada variabel DPK sebesar 0,000 yang mana nilai keduanya lebih kecil dari 0,05.

Saran bagi Bank Syariah Mandiri yang ingin menyalurkan pembiayaan diharapkan memperhatikan kedua rasio ini. Dengan dipenuhinya rasio-rasio ini maka bank lebih aman dalam menyalurkan pembiayaan. Dan bagi peneliti yang akan meneliti pada permasalahan yang sejenis sebaiknya menganalisis faktor yang mempengaruhi penyaluran pembiayaan yang tidak saja dari sisi internal perbankan namun juga dari sisi diluar perbankan.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...……… I

PERNYATAAN KEASLIAN ………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... iii

PENGESAHAN ………. iv

PERSEMBAHAN ……….. v

MOTTO ………. vi

ABSTRAK ………..………... vii

KATA PENGANTAR …………..……….... viii

DAFTAR ISI ………..………..………. ix

DAFTAR TABEL ………. xii

DAFTAR GAMBAR ………. xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ………..………….……… xiv

BAB I : PENDAHULUAN ………...……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ..………... .………. 1

B. Rumusan Masalah ………….………..……….. 8

C. Tujuan Penelitian ……….….……… 8

D. Kegunaan Hasil Penelitian …….………... 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ………... 11


(8)

1. Perbankan Syariah ………... 11

2. Pembiayaan Syariah ……… 14

3. Non Performing Financing……….. 22

4. Dana Pihak Ketiga ……….. 24

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan………... 29

C. Kerangka Konseptual ... 35

D. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ………... 37

A. Jenis Penelitian ……….. 37

B. Populasi dan Sampel Penelitian………. 37

C. Variabel Penelitian ……… 38

D. Definisi Operasional ……….. 39

E. Data dan Sumber Data ……….. 41

F. Teknik Pengumpulan Data ……… 41

G. Teknik Analisis Data……….. 42

H. Pengujian Hipotesis ………... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ………... 47 A. Deskripsi Umum Objek {Penelitian

………


(9)

B. Analisis Data …………..….……... 61

BAB V PEMBAHASAN ………. 68

A. Pengaruh NPF dan DPK Secara Simultan Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia ………….. 68

B. Pengaruh NPF dan DPK Secara Parsial Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia ………….. 68

C. Analisis ……….. 69

BAB V PENUTUP ………... 76

A. Kesimpulan ……….….. …..………...……… 75

B. Saran ………..….……… 76

DAFTAR PUSTAKA ………...………..………. 77


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Laporan Keuangan Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga, dan Pembiayaan periode Maret 2009-Desember 2010 … 6

2.1 Penelitian Terdahulu ………... 31

4.1 Data laporan keuangan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ………... 54

4.2 Data laporan keuangan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ……… 58

4.3 Data laporan keuangan Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ………... 59

4.4 Data Laporan Keuangan NPF , DPK, dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 ………... 60

4.5 Uji Multikolinearitas ………. 62

4.6 Model Summary Regresi Linier Berganda ………... 63

4.7 Uji T ………... 64

4.8 Uji F (Simultan) ……… 65


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ……….. 34

4.1 Grafik Histogram ………. 61

4.2 Grafik Normal Plot ……….. 61


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional diharapkan dapat mendorong perkembangan perekonomian suatu Negara. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep ekonomi Islam, terutama dalam bidang keuangan yang dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan adanya jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip Islam.

Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah Islam.1

Dasar pemikiran terbentuknya bank syariah bersumber dari adanya larangan riba di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 275-276 :2

1Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2013), 32. 2Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, 56.


(13)

2

Artinya :

275. Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.

276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.

Pada bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan atas harta yang dikelola oleh bank dengan prinsip bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.3 Sistem operasional yang ada pada bank syariah diantaranya adalah sistem penyaluran dana dan sistem penghimpunan dana bank syariah.

3 M. Sulhan & Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN-Malang Press,2008), hlm. 147.

276


(14)

3

Penyaluran dana (pembiayaan) adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah.4

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:5

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli, prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan-pembiayaan mura@bah`ah, salam, dan istis`na’. b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan

dengan prinsip sewa (ija@rah).

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

d. Jasa layanan perbankan, yang dioperasikan dengan pola h`iwa@lah, rahn, al-qard`, waka@lah, dan kafa@lah.

Besar kecilnya pembiayaan yang disalurkan oleh bank sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.Aristantia Radis Agista mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

4 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), hlm. 260. 5 M. Sulhan & Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, hlm. 148.


(15)

4

pembiayaan bank syariah adalah variabel DPK, CAR, NPF, dan ROA.6 Sedangkan menurut Siswati, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pembiayaan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF), dan bonus sertifikat wadiah bank Indonesia (SWBI). Dimana setiap terjadi kenaikan DPK dan bonus SWBI akan meningkatkan pula total dana yang akan disalurkan, dan jika terjadi penumpukan pembiayaan bermasalah, bank akan berupaya mengurangi pembiayaan.7

Penelitian ini akan menguji pengaruh beberapa variabel independen yang termasuk dalam kategori rasio keuangan terhadap total pembiayaan (financing) yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri Indonesia. Rasio keuangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Non Performing Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang tergolong kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. NPF mencerminkan risiko kemungkinan kerugian yang akan timbul atas penyaluran dana oleh bank. Tingginya NPF membuat bank perlu membentuk pencadangan atas kredit bermasalah yang lebih besar, hal ini akan menurunkan pendapatan bank.8 Menurunnya pendapatan bank akan berpengaruh terhadap menurunnya modal yang dimiliki oleh bank. Karena

6 Aristantia Radis Agista, “Analisis Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan ROA Terhadap Pembiayaan di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Periode 2007-2013”,

http://eprints.ums.ac.id/35267/22/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

7 Siswati, “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK). Non Performing Financing (NPF), dan Bonus SWBI Terhadap Penyaluran Dana Bank Syariah”, http://lib.unnes.ac.id/5019/


(16)

5

besarnya modal yang dimiliki oleh bank akan berpengaruh pada besarnya ekspansi dalam penyaluran dana (pembiayaan).

Dana pihak ketiga adalah dana simpanan yang dititipkan pada bank, yang umumnya merupakan giro, tabungan, atau deposito. Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyalurkan kredit.9 Dana-dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank).10 Dana pihak ketiga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pembiayaan. Semakin besar dana simpanan yang diperoleh bank maka semakin besar pula bank dapat menyalurkan pembiayaan, dan apabila dana pihak ketiga yang diperoleh bank semakin kecil maka semakin kecil pula kemungkinan bank dapat menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat.

Alasan dipilihnya variabel NPF dan DPK adalah karena kedua variabel tersebut merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi pembiayaan. Semakin besar dana simpanan bank, semakin tinggi bank syariah dapat menyalurkan pembiayaan, semakin rendah NPF suatu bank maka semakin tinggi bank dapat memberikan pembiayaan terhadap nasabah.

9 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 64.


(17)

6

Tabel 1.1

Non Performing Financing (X1), Dana Pihak Ketiga (X2), dan Pembiayaan (Y)

(dalam jutaan rupiah)

Periode NPF (X1) DPK (X2) Pembiayaan (Y) Mar-2009 2,15 % Rp 15.357.254 Rp 13.480.453 Jun-2009 1,92 % Rp 16.240.690 Rp 14.283.742 Sep-2009 2,16 % Rp 16.855.217 Rp 14.941.710 Des-2009 1,34 % Rp 19.168.005 Rp 16.061.500 Mar-2010 0,66 % Rp 20.885.571 Rp 17.638.509 Jun-2010 0,88 % Rp 23.091.575 Rp 19.827.722 Sep-2010 1,45 % Rp 24.564.246 Rp 21.394.435 Des-2010 1,29 % Rp 28.680.965 Rp 23.839.225

Sumber: www.banksyariahmandiri.com

Berdasarkan data yang tersaji dalam tabel di atas, terdapat fenomena bisnis dalam pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. Dapat dilihat NPF mengalami fluktuasi. Tetapi hal tersebut tidak terjadi pada pembiayaan, pembiayaan yang dimiliki justru mengalami peningkatan.

Fluktuatifnya tingkat non performing financing pada suatu bank dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran pinjaman, kegiatan tresuri dan investasi, dan kegiatan jasa pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam buku bank. Disisi lain risiko ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk, kinerja debitur yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi perhatian bank bukan


(18)

7

hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan kredit termasuk collateral tetapi juga karakter dari debitur.11

Penelitian dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia (BSM) karena alasan ketersediaan data yang dibutuhkan. Dari sisi pembiayaan, unit usaha syariah tersebut memberikan dukungan pembiayaan melalui berbagai skema pembiayaan baik jual beli ataupun bagi hasil.Diperlukan rambu-rambu untuk menjaga kesehatan bank dalam penanaman dananya. Hal tersebut tertuang dalam UU No. 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998, dalam pasal 29 ayat 2 : “Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas. Solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”. Dalam penentuan kesehatan suatu bank, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah dana yang terhimpun dari masyarakat (DPK) dan pembiayaan bermasalah (NPF). Dalam hal ini, untuk mengetahui non performing financing dan pengaruh dana pihak ketiga dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan.

Laporan keuangan menjadi sangat penting karena dapat memberikan informasi yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, mulai dari nasabah atau calon nasabah, investor atau calon investor, pihak pemberi dana atau calon pemberi dana, sampai pada manajemen perbankan itu sendiri. Informasi dari

11 Robert Tampubolon, Risk Management: Pendekatakan Kualitatif Untuk Bank Komersial, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), 24..


(19)

8

laporan keuangan tersebut akan memenuhi harapan dari pihak-pihak yang berkepentingan dan pada gilirannya akan memperhatikan terhadap nilai perusahaan.12 Di dalam laporan keuangan, penyaluran dana (pembiyaan) bank syariah terdiri dari piutang mura@bah`ah, piutang salam, piutang istis`na’, piutang qard`, ija@rah, dan pembiayaan.

Perbedaan hasil terdahulu yang telah dipaparkan, menarik untuk diuji kembali dan dapat dijadikan permasalahan dalam penelitian kali ini, yaitu mengenai pengaruh Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga terhadap pembiayaan.Dari penjelasan yang telah dikemukakan, muncul ketertarikan untuk meneliti dan mengambil topik mengenai perkembangan pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Karena itu, penulis mengambil judul “Pengaruh Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia (Laporan keuangan PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015).

B.Rumusan Masalah

Dengan meningkatnya pembiayaan dari tahun ke tahun, penulis ingin menguji, non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembiayaan yang disalurkan ke masyarakat oleh bank syariah.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

12 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: STIE YKPN, 2007), 27.


(20)

9

1. Apakah Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan Bank Syariah MandiriIndonesia ?

2. Apakah Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga secara parsial berpengaruh terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh non performing financing(NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

a. memberikan pembuktian tentang pengaruh NPF dan DPK terhadap pembiayaan.

b. Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan, acuan, maupun referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian


(21)

10

tentang pengaruh non performing financing dan dana pihak ketiga terhadap pembiayaan bank syariah.

2. Kegunaan Praktis

a. diharapkan dapat menyempurnakan informasi dan bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja Bank Syariah Mandiri Indonesia.

b. memberikan konstribusi pada lembaga keuangan khususnya yang berbentuk BUS untuk kemajuan ekonomi Islam.


(22)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

. Perbankan Syariah

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah dinyatakan bahwa bank syariah menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan mengacu pada fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang, dalam hal ini Dewan Syariah Nasional (DSN) dan dibawah Majelis Ulama Indonesia (MUI).13

Menurut ensiklopedi Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam.14

Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di

13

Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 7.

14 Warkam Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), 5.


(23)

12

perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah Islam.15

Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang diikuti oleh bank Islam itu adalah:16

a. larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi;

b. melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah;

c. memberikan zakat.

Bank syariah memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah: fungsi manager investasi, fungsi investor yang berhubungan dengan pembagian hasil usaha (profit distribution) yang dilakukan oleh bank syariah, fungsi sosial, dan jasa keuangan (perbankan).17

1) fungsi manager investasi. Bank syariah merupakan manager investasi dari pemilik dana (s`a@h`ibul ma@l) dari dana yang dihimpun (dalam perbankan lazim disebut dengan deposan atau penabung), karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana tersebut sangat tergantung pada pendapatan yang diterima oleh bank syariah dalam mengelola dana mudharabah

15Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2013), 32.

16 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Tangerang: Azkia Publisher, 2009), 3. 17 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), 5.


(24)

13

sehingga sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah.

2) fungsi investor yang berhubungan dengan pembagian hasil usaha (profit distribution) yang dilakukan oleh bank syariah. Dalam penyaluran dana baik dalam prinsip bagi hasil (mud`a@rabah dan musha@rakah), prinsip ujrah (ija@rah dan ija@rah muntahia bittamli@k) maupun prinsip jual beli (mura@bah~ah, salam dan salam parallel, istis`na’ dan istis`na’ paralel) bank syariah berfungsi sebagai investor sebagai pemilik dana. Oleh karena sebagai pemilik dana maka dalam menanamkan dana dilakukan dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dan tidak melanggar syariah, ditanamkan pada sektor-sektor produktif dan mempunyai risiko yang sangat minim. 3) Fungsi sosial bank syariah dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu

menerima dana yang berasal dari zakat, hibah, atau dana sosial lainnya yang menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Bank syariah juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).18

4) Fungsi jasa keuangan. dalam hal ini bank syariah memberikan layanan transfer, RTGS (real time gross settlement), kliring, inkaso, payroll (pembayaran gaji), jasa pembayaran telepon, listrik, dan lain

18 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 121.


(25)

14

sebagainya, namun tetap harus memperhatikan prinsip-prinsip syariah dan tidak melanggar kaidah-kaidah syariah yang telah ditetapkan.

2. Pembiayaan Syariah

Menurut Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.19

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.20

Secara umum, produk penyaluran dana (pembiayaan) syariah dibagi ke dalam empat kategori,yaitu: (a) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (sale based); (b) Pembiayaan dengan prinsip sewa (rent based); (c) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (investment based); (d) Pembiayaan dengan akad pelengkap (service based).21

a. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli

19 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 160.

20 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan”, dalam http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/1998/10Tahun~1998UU.htm

21Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik, (Bekasi: Gramata Publishing, 2014), 32.


(26)

15

Pembiayaan dengan prinsip jual beli dilakukan sehubungan dengan adanya pemindahan pemilikan barang atau benda (transfer of property).Tingkat keuntungan bank ditentukan terlebih dahulu dan menjadi bagian harta atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya yaitu sebagai berikut:

1) Pembiayaan Mura@bah~`ah

Mura@bah~`ah, yang berasal dari kata “ribh`u” (keuntungan) adalah transaksi jual beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin).22

2) Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Dalam praktiknya, bank bertindak sebagai pembeli, sedangkan nasabah sebagai penjual. Nampak sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon23, tetapi kuantitas,

kualitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.

Ketentuan umum dalam piutang salam:24

22Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik, 32.

23Jual beli ijon adalah jual beli dengan pembayaran dimuka (diawal) dan penyerahan barang di belakang (tangguh). Jual beli ijon biasanya dilakukan terhadap hasil produk pertanian dan perkebunan.


(27)

16

a) Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinyasecara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya.

b) Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, nasabah harus bertanggung jawab.

c) Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai persediaan, maka bank dimungkinkan melakukan akad salam pada pihak ketiga (pembeli kedua).

3) Pembiayaan Istis`na’

Akad istis`na’ pada umumnya dipraktikan untuk pembiayaan industri, pabrik dan bangunan. Ketentuan umum pembiayaan istis`na’ ialah ketentuan spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu, dan jumlahnya.25

Ketentuan umum piutang istis`na’ diantaranya adalah:

a) Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya.

b) Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.

c) Jika terjadi perubahan kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.

b. Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa (Ija@rah)


(28)

17

Transaksi sewa (ija@rah) terjadi berdasarkan adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya, prinsip sewa sama dengan prinsip jual beli tetapi berbeda pada objek transaksinya. Jika pada jual beli objek transaksinya ialah barang, maka pada sewa objek transaksinya ialah pelayanan (jasa/manfaat).

Pada akhir masa sewa, Bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ija@rah muntahiyah bittamli@k (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.

c. Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil (Shirkah)

Produk pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil ialah sebagai berikut :

(1) Pembiayaan Musha@rakah

Musha@rakah adalah bentuk kerjasama diantara dua (atau lebih) pihak, dimana para pihak bersepakat menyediakan modal untuk membiayai suatu proyek. Proyek tersebut dapat dikelola oleh salah satu dari pemberi dana atau pihak lainnya. Untuk jenis pembiayaan ini, pemilik dana dapat melakukan intervensi dalam pengelolaan proyek tersebut. Pembagian keuntungan dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama, namun kerugian ditanggung berdasarkan besarnya modal yang diberikan.


(29)

18

(a) Semua modal disatukan dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama.

(b) Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

(c) Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh melakukan tindakan, seperti:

- Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.

- Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik modal lainnya.

- Memberi pinjaman kepada pihak lain.

- Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak lain.

- Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila: menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, dan menjadi tidak cakap hukum.

- Biayan yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama.

- Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.

(2) Pembiayaan Mud`a@rabah

Mud`a@rabah adalah bentuk kerjasama di antara dua (atau lebih) pihak, dimana pemilik modal (s~`a@h`ibul ma@l) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mud`a@rib)


(30)

19

dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Dalam bentuk kerjasama ini ditegaskan, bahwa modal sepenuhnya (seratus persen) dari pemilik modal (s~`a@h`ibul ma@l) dan keahlian dari pengelola modal.

Ketentuan umum yang berlaku dalam akad mud`a@rabah adalah:26 (a) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku

pengelola modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan desepakati bersama.

(b) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mud`a@rabah dapat diperhitungkan dengan dua cara:

- Hasil usaha dibagi dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.

- Bank berhak melakukan pengawasan terbadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, dapat dikenakan sanksi administrasi.


(31)

20

d. Pembiayaan Dengan Akad Pelengkap

Untuk memudahkan pelaksanaan berbagai aktivitas pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap.Akad ini tidak ditujukan untuk memperoleh keuntungan tetapi untuk mempermudah pelaksanaan aktivitas pembiayaan.Meskipun demikian, dalam akad pelengkap, bank dapat meminta penggantian biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Diantara akad-akad pelengkap tersebut adalah:

1) H`iwa@lah (alih hutang piutang)

Tujuan penyediaan fasilitas akad h`iwa@lah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai supaya dapat melanjutkan usahanya. Bank memperoleh ganti biaya atas pelayanan (jasa) pemindahan piutang.27

Pada praktik perbankan syariah, akad ini digunakan untuk produk cessie atau factoring, yaitu pengalihan utang yang biasa dilakukan oleh bank konvensional.28

2) Rahn (gadai)

Rahn adalah perjanjian penyerahan barang atau harta nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan atau gadai. Tujuan akad rahn adalah untuk memberi jaminan pembayaran kembali kepada bank.

27 Muhamad, Manajemen Bank Syariah,(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), hlm. 96.

28Ahmad Gozali, Jangan Ada Bunga diantara Kita Serba-serba Kredit Syariah, (Jakarta; PT Elex Media Komputindo, 2005), 26.


(32)

21

Biasanya bank syariah hanya menerima benda berharga berupa emas untuk digadaikan, karena emas adalah logam mulia yang tidak mudah rusak dan memiliki nilai yang stabil.29

3) Qard`

Qard` adalah pinjaman uang. Piutang qard` digunakan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka pendek. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial.30 Permohonan qard` dalam perbankan biasanya untuk pinjaman talangan haji, sebagai pinjaman tunai dari produk kartu pembiayaan syariah, sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dan sebagai pinjaman kepada manajemen (pengelola) bank.

4) Waka@lah

Perjanjian pemberian kepercayaan dan hak dari lembaga atau seseorang kepada pihak lain sebagai wakil dalam pelaksanaan transaksi. Waka@lah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan pelayanan (jasa) tertentu, seperti pembukaan L/C, dan pemindahan uang.31

5) Kafa@lah

29 Ahmad Gozali, Jangan Ada Bunga diantara Kita Serba-serba Kredit Syariah, 24. 30Muhamad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), hlm.98. 31 Muhamad, Manajemen Bank Syariah,98


(33)

22

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn (jaminan).

Pembiayaan dalam laporan keuangan bank syariah terdiri dari piutang mura@bah`ah, piutang salam, piutang istis`na’, piutang qard`, ija@rah, dan pembiayaan bagi hasil.

3. Non Performing Financing

Pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) merupakan salah satu dari risiko dalam suatu pelaksanaan pembiayaan. Risiko pembiayaan merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait dengan pembiayaan korporasi.32

Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko yang pasti dihadapi oleh bank karena risiko ini sering juga disebut dengan risiko kredit. Robert Tampubolon menjelaskan bahwa risiko kredit adalah eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Disatu sisi risiko ini dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran pinjaman, kegiatan tresuri dan investasi, dan kegiatan jasa pembiayaan

32 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm. 260.


(34)

23

perdagangan, yang tercatat dalam buku bank. Disisi lain risiko ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk, kinerja debitur yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi perhatian bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan kredit termasuk collateral tetapi juga karakter dari debitur.33

NPF merupakan rasio yang menghitung banyaknya nilai kewajiban atas nilai pembiayaan yang belum dibayar oleh nasabah kepada bank.Semakin tinggi rasio NPF sebuah bank, maka kondisi ini bisa membahayakan bank.Hal itu karena berdasarkan peraturan yang berlaku, bank perlu mengalokasikan cadangan yang bersumber dari modal untuk mengatasi NPF tersebut sementara waktu.Bank Indonesia (BI) mengkategorikan NPF dalam beberapa level.Mereka adalah pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet.34

Pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL (ketat kebijakan kredit) maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya. Semakin ketat kebijakan kredit/analisis pembiayaan yang dilakukan bank (semakin ditekan

33 Robert Tampubolon, Risk Management: Pendekatakan Kualitatif Untuk Bank Komersial, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), 24..

34Republika, “Non Performing Financing (NPF)”, dalam http://kumpulanberitalama.blogspot.co.id/2012/10/republika-non-performing-financing-npf.html , dikutip pada 22 Nopember 2015.


(35)

24

tingkat NPF) akan menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan oleh masyarakat turun.35

4. Dana Pihak Ketiga

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya merupakan giro atau tabungan, pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu.36Setelah dana pihak ketiga telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai dengan fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan.37

Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dengan menggunakan akad al-wadi@’ah dan dalam bentuk investasi dengan menggunakan akad al-mud`a@rabah.38

Penghimpunan Dana Bank Syariah terdiri dari 2 macam, diantaranya:

a. Penghimpunan dana dengan prinsip wadi@’ah

Wadi@’ah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Bank sebagai penerima titipan tidak ada kewajiban untuk memberikan

35

Muhammad Syafi’I Antonio, “Bank SyariahdariTeorikePraktek”, (Jakarta: GemaInsani Press, 2001).

36 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Tangerang: Azkia Publisher, 2009), 60. 37

Muhamad, Manajemen Bank Syariah,hal.259. 38Ismail, Perbankan Syariah, hal 39


(36)

25

imbalan dan bank syariah dapat mengenakan biaya penitipan barang tersebut.namun atas kebijakannya bank syariah dapat memberikan “bonus” kepada penitip dengan syarat sebagai berikut.39

1) Bonus merupakan kebijakan hak prerogative dari bank sebagai penerima titipan.

2) Bonus tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlah yang diberikan, baik dalam prosentase maupun nominal (tidak ditetapkan dimuka).

Penghimpunan dana dengan prinsip wadiah dalam bank syariah terdiri dari dua macam, diantaranya yaitu:

a) Tabungan Wadi@’ah

Tabungan wadi@’ah adalah simpanan atau titipan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan berdasarkan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati antara bank dan nasabah.40

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan tentang tabungan wadi@’ah (Himpunan Fatwa, Edidi Kedua, hal 14) sebagai berikut: bersifat simpanan; simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan; tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.

39Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 20.

40 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), 107.


(37)

26

b) Giro Wadi@’ah

Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 1998, pasal 1 Ayat 6 disebutkan yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan tentang giro wadi’ah (Himpunan Fatwa, Edisi kedua, hal 6-7) sebagai berikut: bersifat titipan; titipan bisa diambil kapan saja (on call); tidak ada imbalan yang disyaratkan,kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.41

b. Penghimpunan dana dengan prinsip Mud`a@rabah

Penghimpunan dana yang terkait dengan perhitungan distribusi hasil usaha adalah penghimpunan dana yang mempergunakan prinsip mud`a@rabah yang diaplikasikan oleh bank syariah dalam produk deposito mud`a@rabah dan tabungan mud`a@rabah. Dalam penyaluran dana yang dilakukan bank syariah, salah satu prinsipnya adalah bagi hasil yaitu pembiayaan mud`a@rabah dan pembiayaan musha@rakah.


(38)

27

Mud`a@rabah adalah akad atau perjanjian atas sekian uang untuk dipertindakkan oleh amil (pengusaha) dalam perdagangan, kemudian keuntungannya dibagikan diantara keduanya menurut syarat-syarat yang ditetapkan terlebih dahulu, baik dengan sama rata maupun dengan kelebihan yang sasatu atas yang lain.

Tujuan akad mud`a@rabah adalah supaya ada kerjasama kemitraan antara pemilik harta (modal) yang tidak ada pengalaman dalam perniagaan/perusahaan atau tidak ada peluang untuk berusaha sendiri dalam lapangan perniagaan, perindustrian dan sebagainya dengan orang berpengalaman dibidang tersebut tapi tidak punya modal.42

Dalam prinsip mud`a@rabah, bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana, yang dicantumkan dalam akad.43

(1) Tabungan Mud`a@rabah

Tabungan mud`a@rabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat. Dalam aplikasinya produk bank syariah tabungan yang mempergunakan prinsip antara lain, tabungan haji hanya dapat

42Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 34. 43 Muhamad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), 88.


(39)

28

ditarik pada saat penabung akan menunaikan ibadah haji, tabungan qurban hanya dapat ditarik pada saat hari raya qurban (penabung membeli hewan qurban), tabungan pendidikan hanya dapat ditarik pada saat penabung membayar uang pendidikan, tabungan walimah hanya dapat ditarik pada saat penabung akan menunaikan akad nikah dan tabungan lain sejenisnya.44

Landasan syariah tentang tabungan terdapat dalam firman Allah QS Annisa (4) ayat 29:45

“Hai orang-orang yang beriman!Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu.”

(2) Deposito Mud`a@rabah

Menurut UU No. 21 Tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad mud`a@rabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara

44Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 46-47. 45 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 46-47


(40)

29

Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan /atau UUS.46Deposito mud`a@rabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.47

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan keputusan pembiayaan pembiayaan oleh bank telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain: Menurut Muhammad Ghafur W (2007) pada Pengaruh Rasio Keuangan Bank terhadap Keputusan Pembiayaan Bank Syariah.Peneliti menggunakan beberapa faktor internal bank seperti Loan to Assets Ratio, Rate of Return on Loan Ratio, CAR, Assets Ratio, Assets Utilization Ratio, DPK, LDR.Dari hasil penelitian didapat bahwa LAR, RLR, dan CAR pada periode t memiliki pengaruh yang negatif terhadap pembiayaan. Sedangkan AUR, DPK, dan LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pembiayaan pada periode t.

Khodijah Hadiyyatul Maula (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Simpanan (DPK), Modal Sendiri, Marjin Keuntungan dan NPF terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri menunjukkan bahwa variabel simpanan (DPK) berpengaruh negatif terhadap pembiayaan

46 Ikit, Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), 71. 47 Muhamad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), 88.


(41)

30

murabahah. Untuk modal sendiri dan marjin keuntungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.Untuk NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.

Siswati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), NPF, dan Bonus SWBI terhadap Penyaluran Dana Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mega Indonesia). Hasil dari penelitian yaitu secara parsial DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran dana Bank Syariah Mega Indonesia, sedangkan NPF dan Bonus SWBI tidak signifikan berpengaruh secara parsial terhadap penyaluran dan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mega Indonesia. Secara simultan DPK, NPF, dan bonus SWBI berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan.

Sagita Devi Maharani (2010) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis CAR, NPF, dan DPK Terhadap Penyaluran Pembiayaan (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2001-2009).Hasilnya yaitu variabel CAR dan DPK berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran pembiayaan.

Elza Yuliani dengan penelitiannya yang berjudul Pengaruh Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga terhadapReturn On Assets (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah 2008-2012). Hasilnya adalah bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap Return On Assets, sedangkan DPK berpengaruh positif terhadap Return On Assets.

Aristantia Radis Agista (2015) pada Analisis Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan ROA Terhadap Pembiayaan di PT Bank Muamalat Tbk. Periode


(42)

31

2007-2013.Hasilnya adalah secara parsial, DPK memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan, CAR dan NPF tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan, sedangkan ROA memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan.Secara simultan, keempat variabel memberikan pengaruh signifikan terhadap pembiayaan.

Rangkuman dari penelitian terdahulu yang mempunyai hubungan dengan faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit terdapat pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti

Judul Variabel Hasil Penelitian Perbedaan

Muhamm ad Ghafur (2007).

Pengaruh Rasio Keuangan Bank Terhadap Keputusan Pembiayaan Bank Syariah. Variabel Independen:

LAR, RLR,

CAR, AUR, DPK, LDR. Variabel Dependen: Pembiayaan

Untuk variabel LAR, RLR, dan CAR memiliki pengaruh yang negatif terhadap pembiayaan. Variabel AUR, DPK, dan LDR memiliki

pengaruh yang

positif dan

signifikan terhadap pembiayaan.

Berbeda dilihat dari segi variabel (x) yaitu LAR, RLR, CAR, DPK, LDR.

Khadijah Hadiyyat ul Maula (2009).

Pengaruh Simpanan (DPK), Modal Sendiri, Marjin Keuntungan dan NPF Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada

Bank Syariah

Mandiri.

Variabel Independen: Simpanan (DPK), Modal Sendiri, Marjin Keuntungan dan NPF Variabel Dependen: Pembiayaan Variabel

simpanan (DPK) berpengaruh Negatif terhadap pembiayaan murabahah.

Untuk modal

sendiri dan

marjin keuntungan berpengaruh

positif dan

signifikan

Perbedaan dilihat dari variabel (Y) yaitu pembiayaan murabahah


(43)

32

Murabahah terhadap

pembiayaan murabahah. Dan NPF

berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap

pembiayaan murabahah. Siswati

(2009). Analisis Pengaruh Dana

Pihak Ketiga

(DPK), NPF,

dan Bonus

SWBI Terhadap Penyaluran

Dana Bank

Syariah (Studi Kasus Pada PT.

Bank Syariah

Mega Indonesia)

Variabel Independen:

DPK, NPF,

dan Bonus

SWBI Variabel Dependen: Penyaluran Dana

Hasil dari

penelitian yaitu secara parsial DPK

berpengaruh

positif dan

signifikan terhadap

penyaluran dana

bank Syariah

Mega Indonesia, sedangkan NPF dan Bonus SWBI tidak signifikan berpengaruh secara parsial terhadap

penyaluran dana yang dilakukan

oleh Bank

Syariah Mega

Indonesia. Secara simultan DPK, NPF, dan

Bonus SWBI

berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan.

Berbeda dilihat

dari objek

penelitian yaitu

Bank Syariah

Mega Indonesia Sagita Devi Maharani (2010) Analisis

Pengaruh CAR, NPF, dan DPK Terhadap Penyaluran Pembiayaan

(Studi Pada

Bank Muamalat 2001-2009).

Variabel Independen:

CAR, NPF,

dan DPK Variabel Dependen: Penyaluran Pembiayaan

Variabel CAR

dan DPK

berpengaruh

positif dan

signifikan terhadap penyaluran pembiayaan, sedangkan NPF berpengaruh

negatif dan

Berbeda dilihat

dari objek

penelitian yaitu Bank Muamalat Indonesia


(44)

33 signifikan terhadap penyaluran pembiayaan. ElsaYuli

ani Pengaruh Non Performing Financing dan

Dana Pihak

Ketiga Return

On Assets

(Studi Kasus

Pada PT. Bank Rakyat

Indonesia Syariah 2008-2012)

Variabel Independen: Non

Performing Financing dan

Dana Pihak

Ketiga Variabel Dependen:

Return On

Assets

Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap

Return On

Assets,

sedangkan Dana

Pihak Ketiga

berpengaruh positif terhadap

Return On

Assets.

Berbeda dilihat

dari objek

penelitian yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah

Aristanti a Radis Agista

Analisis

Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan ROA Terhadap Pembiayaan di

PT Bank

Muamalat Tbk. Periode 2007-2013

Variabel Independen: DPK, CAR,

NPF, dan

ROA

Variabel Dependen: Pembiayaan

secara parsial, DPK

memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap

pembiayaan, CAR dan NPF tidak memiliki pengaruh

terhadap pembiayaan, sedangkan ROA memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap

pembiayaan. Secara simultan, keempat variabel memberikan pengaruh signifikan terhadap pembiayaan.

Berbeda dilihat

dari objek

penelitian yaitu

PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk.


(45)

34

Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut disajikan kerangka konseptual yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

Pengaruh secara parsial Pengaruh secara simultan

Non Performing Financing( X1 ) dan Dana Pihak Ketiga ( X2 adalah variabel bebas (independen) yang dapat mempengaruhi variabel terikat (dependen). Pembiayaan bank syariah di Indonesia (Y) adalah variabel dependen yang akan dipengaruhi oleh variabel independen.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan atau jawaban sementara dari permasalahan penelitian yang akan dibuktikan dengan data empiris.48 Sehingga peneliti memberikan kesimpulan sementara berupa:

48 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata Publishing, 2013), 97.

Non Performing Financing

(X1) Pembiayaan bank

syariah di Indonesia (Y)

Dana Pihak Ketiga (X2)


(46)

35

Hipotesis Simultan

H1 = Ada pengaruh non performing financing dan dana pihak ketiga terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia

Ho = Tidak ada pengaruh non performing financing dan dana pihak ketiga terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia

Hipotesis Parsial

H1 = Ada pengaruh non performing financing terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia

H0 = Tidak Ada pengaruh non performing financing terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia

H2 = ada pengaruh dana pihak ketiga terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia

H0 = Tidak Ada pengaruh dana pihak ketiga terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia


(47)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang tidak mementingkan kedalaman data, penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas.49

Pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori) ke hal khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya.50

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah Laporan keuangan triwulanan dari Bank Syariah Mandiri periode 2009 - 2015.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut.51Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

49

Masyhuri, Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: Refika Aditama, 2009), 13.

50Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, 13.

51 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2008), 80-81.


(48)

38

adalah Purpossive Sampling artinya sampel dipilih agar dapat mewakili populasinya. Sedangkan teknik pemilihan sampel Non Probability Samplingnya adalah pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Hanya elemen populasi yang memenuhi criteria tertentu dari penelitian saja yang dijadikan sampel.

Dari kriteria yang diajukan diatas didapat sampel yakni Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri Indonesia periode 2009-2015 dikarenakan selama periode tahun amatan ini fluktuasi dari masing-masing variabel cukup signifikan serta pada periode ini perkembangan permintaan pembiayaan yang terus meningkat.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.52 Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel terikat atau dependen (Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya (Y) adalah pembiayaan bank syariah

2. Variabel bebas atau independen (X)

52 Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 1.


(49)

39

Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lainnya. Variabel independen yang akan diuji dalam penelitian ini adalah non performing financing dan dana pihak ketiga.

D. Definisi Operasional

1. Variabel Dependen

Variabel Terikat (Dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.53Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat (Dependent) adalah pembiayaan.

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan diperoleh rumus sebagai berikut:

Pembiayaan = Piutang Mura@bah`ah + Piutang Salam + Piutang Istis`na’ + Piutang Qard` + Pembiayaan bagi hasil + Ija@rah

2. Variabel Independen

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab terjadinya perubahan pada variabel lain. Dengan


(50)

40

kata lain, perubahan pada variabel ini diasumsikan akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel lain.54 Dalam penelitian ini yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Independent) adalah Non Performing Financing dan Dana Pihak Ketiga yang dijelaskan dibawah ini:

a. Non Performing Financing

Menurut kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan, dan macet.55 NPF diperoleh rumus sebagai berikut:

NPF: x 100%

b. Dana Pihak Ketiga

Produk penghimpunan dana yaitu dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.56 Maka Dana Pihak Ketiga diperoleh rumus sebagai berikut:

DPK = Tabungan Wadi’ah + Giro Wadi’ah + Tabungan Mudharabah + Deposito Mudharabah

54Ibid,4.

55http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/non-performing-financing-npf.html , dikutip pada 18 Nopember 2015 pukul 11.45 wib.


(51)

41

E. Data dan Sumber Data

Dilihat dari segi bentuk data dalam penelitian ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.Karena memandang bahwa realitas atau fenomena dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.57Ada dua sumber data yaitu:

1. Data Primer: Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari responden atau tempat penelitian yang dijadikan sampel.58

2. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).59 Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Sumber-sumber sekunder terdiri atas berbagai macam, dari surat-surat pribadi, kitab harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.60

Dalam penelitian ini, data yang diambil oleh peneliti adalah data dari laporan keuangan triwulanan PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia periode 2009-2015 yang dipublikasikan dalam situs resmi bank dengan alamat situsnya www.syariahmandiri.co.id.

57 Muhammad Teguh, metodologiPenelitian Ekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 118.

58

Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), 13.

59Sugiyono, Metode PenlitianKuantitatif dan Kualitatif dan R&D, 08. 60 S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 143.


(52)

42

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumenter. Metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan dan sebagainya.61 Metode dokumenter yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari laporan keuangan Bank Syariah Mandiri periode 2009-2015.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data kuantitatif adalah analisis data terhadap data-data yang mengandung angka-angka atau numerik tertentu.Analisis data kuantitatif biasanya menggunakan statistik-statistik yang beragam banyaknya, baik statistik deskriptif maupun statistik inferensial, statistik parametrik maupun statistik nonparametrik.62

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis Regresi Linier Berganda. Dalam melakukan analisis regresi linier berganda, teknik ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik agar mendapatkan hasil regresi yang baik.

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

61 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 154.

62 Azuar Juliandi, Irfan, Saprinal Manurung., Metode Penelitian Bisnis Konsep & Aplikasi, (Medan; UMSU PRESS, 2014), 85.


(53)

43

Uji asumsi klasik jenis ini adalah bertujuan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan.63

b. Uji Multikolieritas

Uji asumsi klasik multikolieritas ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas/ independent variable, dimana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/ pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koifisien korelasi (r).64

c. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas adalah untuk mengetahui sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut Homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama/ berbeda disebut terjadi Heteroskedastisitas.65

d. Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik/ tidak layak dipakai prediksi.66

63Ibid, 103.

64Danang Sunyoto, Uji KHI Kuadrat & Regresi untuk Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 97.

65Danang Sunyoto, Uji KHI Kuadrat & Regresi untuk Penelitian, 100. 66Ibid, 110.


(54)

44

2. Analisis Regresi

Analisis regresi merupakan suatu analisis yang menjelaskan tentang akibat dan besarnya akibatnya yang ditimbulkan oleh satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat.67

Dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS).

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Bentuk persamaan regresi dengan dua variabel independen adalah:68

Y = a + b1X1 + b2X2+ e Dimana :

Y = Variabel Pembiayaan a = konstanta

b1 = slope

X1 = Variabel NPF

67Wahana Komputer, Solusi Mudah dan Cepat Menguasai SPSS 17.0 untuk Pengolahan Data Statistik, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo IKAPI, 2009), 93.

68 Suharyadi, Purwanto.,Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 210.


(55)

45

X2 = Variabel DPK e = residual

H. Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis adalah prosedur yang didasarkan pada bukti sampel yang dipakai untuk menentukan apakah hipotesis merupakan suatu pernyataan yang wajar dan oleh karenanya tidak ditolak, atau hipotesis tersebut tidak wajar dan oleh karena itu harus ditolak.69

1. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terkait.70

Dalam uji simultan dapat dilakukan dengan membandingkan antara F hitung dengan F tabel melalui ketentuan:71

Bila F hitung ≥ F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima Bila F hitung ≤ F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

2. Uji t

Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya.72

69 Suharyadi, Purwanto.,Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 82.

70http://dataolah.blogspot.co.id/2012/08/regresi-berganda-uji-f-uji-t-dan.html dikutip pada 17 Nopember 2015 pukul 13.06 wib


(56)

46

Dalam uji parsial dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dan t tabel dengan ketentuan:73

Jika t hitung ≥ t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima Jika t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

72http://www.statistikian.com/2013/01/uji-f-dan-uji-t.html dikutip pada 17 Nopember 2015 pukul 13.06 wib


(57)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Bank Syariah Mandiri

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.74

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan

penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi

74

Bank Syariah mandiri, “Sejarah”, dalam http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-perusahaan/sejarah/, diakses pada 27 Juni 2015.


(58)

48

Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/


(59)

49

1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia.BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

2. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri a) Visi Bank Syariah Mandiri

1) Bank Syariah Terdepan: Menjadi bank syariah yang selalu unggul di antara pelaku industri perbankan syariah di Indonesia pada segmen consumer, micro, SME, commercial, dan corporate.75

2) Bank Syariah Modern: Menjadi bank syariah dengan sistem layanan dan teknologi mutakhir yang melampaui harapan nasabah.

b) Misi Bank Syariah Mandiri

75 Bank Syariah Mandiri, “Visi dan Misi Bank Syariah Terdepan dan Modern”, dalam http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/visi-dan-misi/, diakses 27 Juni 2015.


(60)

50

1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri

yang berkesinambungan.

2) Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang

melampaui harapan nasabah.

3) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran

pembiayaan pada segmen ritel.

4) Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal. 5) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang

sehat.

6) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

3. Produk dan Aplikasi Akad (a) Dana Pihak Ketiga

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya merupakan giro atau tabungan, pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu.76Dana pihak ketiga pada bank syariah mandiri terdiri dari 3macam, diantaranya adalah Tabungan, Giro, dan Deposito.

1) Tabungan

a) Tabungan BSM


(61)

51

Tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di konter BSM atau melalui ATM. Tabungan ini menggunakan akad mud`a@rabahmut~laqah.

b) BSM Tabungan Berencana

Tabungan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan. Tabungan berencana ini menggunakan prinsip syariah mud`a@rabahmut~laqah.

c) BSM Tabungan Simpatik

Tabungan berdasarkan prinsip wadi@’ah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yang disepakati.

d) BSM Tabungan Investa Cendekia

Tabungan berjangka untuk keperluan uang pendidikan dengan jumlah setoran bulanan tetap (installment) dan dilengkapi dengan perlindungan asuransi. Tabungan ini berdasarkan prinsip syariah mud`a@rabahmut~laqah.

e) BSM Tabungan Dollar

Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadi@’ah yad d~amanah.BSM tabungan dollar adalah tabungan dalam mata uang dollar (USD) yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM.


(62)

52

f) BSM Tabungan Pensiun

Tabungan Pensiun BSM adalah simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip mud`a@rabahmut~laqah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan yang disepakati. Produk ini merupakan hasil kerjasama BSM dengan PT Taspen yang diperuntukkan bagi pensiunan pegawai negeri Indonesia.

g) BSM Tabunganku

Tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Tabungan ini berdasarkan dengan prinsip syariah dengan akad wadi@’ah yad d~amanah.

2) Giro

a) BSM Giro

Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Rupiah untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip

wadi@’ah yad d~amanah. b) BSM Giro Valas

Sarana penyimpanan dana dalam mata uang US Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip


(63)

53

wadi@’ah yad d~amanah untuk perorangan atau non-perorangan.

c) BSM Singapore Dollar

Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadi@’ah yad d~amanah untuk perorangan atau non-perorangan

d) BSM Giro Euro

Sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadi@’ah yad d~amanah untuk perorangan atau non-perorangan

3) Deposito

a) BSM Deposito

Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah

yang dikelola berdasarkan prinsip mud~a@rabah

mut~laqah untuk perorangan dan non-perorangan. b) BSM Deposito Valas

Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang dollar

yang dikelola berdasarkan prinsip mud~a@rabah

Mut~laqah untuk perorangan dan non-perorangan.

Tabel 4.1


(64)

54

Bank Syariah Mandiri Indonesia Periode 2009-2015 (dalam jutaan rupiah)

(b) Pembiayaan

Menurut Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.77Produk dan aplikasi pembiayaan pada bank syariah mandiri

terdiri dari:

1) Pembiayaan Konsumer

a) BSM Impian

BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok).BSM Implan dapat mengakomodir kebutuhan

77 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press,

2001), 160.

Periode DPK Periode DPK

Mar-09 Rp 15.357.254 Sep-12 Rp 43.918.084

Jun-09 Rp 16.240.690 Des-12 Rp 46.687.969

Sep-09 Rp 16.855.217 Mar-13 Rp 47.619.185

Des-09 Rp 19.168.005 Jun-13 Rp 50.529.792

Mar-10 Rp 20.885.571 Sep-13 Rp 53.649.161

Jun-10 Rp 23.091.575 Des-13 Rp 55.767.955

Sep-10 Rp 24.564.246 Mar-14 Rp 54.510.183

Des-10 Rp 28.680.965 Jun-14 Rp 54.652.683

Mar-11 Rp 31.877.266 Sep-14 Rp 57.071.718

Jun-11 Rp 33.549.058 Des-14 Rp 59.283.492

Sep-11 Rp 37.823.467 Mar-15 Rp 59.198.066

Des-11 Rp 42.133.653 Jun-15 Rp 59.164.461

Mar-12 Rp 41.838.621 Sep-15 Rp 59.707.778


(1)

75

Tingkat NPF yang tinggi mengakibatkan bank mengalami kesulitan menghimpun dana kembali sehingga dapat mengakibatkan terjadinya dana simpanan (DPK) yang semakin menurun. Apabila tingkat NPF semakin tinggi dan tingkat DPK semakin rendah maka dapat membahayakan bank dalam menyalurkan pembiayaan.


(2)

76

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. NPF dan DPK secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri periode 2009-2015. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian uji simultan pada variabel NPF dan DPK didapati hasil fhitung 913,735 dengan signifikansi sebesar 0,000 yang mana fhitung > ftabel dan nilai sig. 0,000 < 0,05. Apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel NPF dan DPK berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.

2. NPF dan DPK secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri periode 2009-2015. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian uji parsial pada variabel NPF didapati hasil sebesar 0,000 dan DPK diperoleh hasil sebesar 0,000 yang mana nilainya lebih kecil dari 0,05.Apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel NPF dan DPK secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.


(3)

77

Setelah peneliti mengadakan penelitian NPF dan DPK terhadap pembiayaan Bank Syariah Mandiri periode 2009-2015, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi manajemen bank syariah mandiri yang ingin menyalurkan pembiayaan diharapkan memperhatikan kedua rasio ini. Dengan dipenuhinya rasio-rasio ini maka bank lebih aman dalam menyalurkan pembiayaan.

2. Bagi regulator (pemerintah Indonesia) agar dapat memperhatikan kondisi perkonomian yang ada di Indonesia. karena salah satu penyebab dari meningkatnya NPF pada perbankan di Indonesia adalah tingkat inflasi. 3. Bagi pembaca diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan tambahan

pengetahuan terhadap pengaruh NPF dan DPK pada pembiayaan Bank Syariah Mandiri Indonesia.

4. Bagi peneliti yang akan meneliti pada permasalahan yang sejenis sebaiknya menganalisis faktor yang mempengaruhi penyaluran pembiayaan yang tidak saja dari sisi internal perbankan namun juga dari sisi diluar perbankan seperti faktor makroekonomi sehingga analisis dapat lebih menyeluruh dan seimbang.


(4)

78

DAFTAR PUSTAKA

Abrista Devi dan Hendri Tanjung. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Gramata Publishing, 2013.

Antonio, Muhammad Syafi’I. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Arifin,Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Tangerang: Azkia Publisher, 2009.

Bungin,Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Denda Wijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009. Gozali, Ahmad. Jangan Ada Bunga diantara Kita Serba-serba Kredit Syariah.

Jakarta; PT Elex Media Komputindo, 2005

Hanafi,Mamduh M. dan Halim Abdul. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: STIE YKPN, 2007

Hidayat, Rahmat. Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik. Bekasi: Gramata Publishing, 2014.

Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014.

Ikit. Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Deepublish, 2015.

Ismail. Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi dalam Rupiah, Jakarta: Kencana, 2011. ---. Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana,

2010,

---. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana, 2013.

Juliandi, Azuar, Irfan, Saprinal Manurung. Metode Penelitian Bisnis Konsep &

Aplikasi. Medan; UMSU PRESS, 2014.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2010.


(5)

79

Muhamad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002. Nasution S. Metode Research. Jakarta: BumiAksara, 1996.

Siregar Syofian. Statistik Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008.

Suharyadi, Purwanto. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Sulhan M. &Siswanto Ely. Manajemen Bank Konvensional dan Syariah. Malang: UIN-Malang Press,2008.

Sumar’in. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Sumitro, Warkam. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Sunyoto Danang. Uji KHI Kuadrat & Regresi untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Sunyoto, Danang. Validitas dan Reliabilitas, Yogyakarta: Nuha Medika, 2012. Supriyanto. Metodologi Riset Bisnis, Jakarta: PT. Indeks, 2009.

Tampubolon, Robert. Risk Management: Pendekatakan Kualitatif Untuk Bank

Komersial. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004.

Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Usman Rachmadi. Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Wahana Komputer. Solusi Mudah dan Cepat Menguasai SPSS 17.0 untuk Pengolahan Data Statistik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo IKAPI, 2009.

Widoyoko, Eko Putro. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Wiroso. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005.


(6)

80

Zainuddin, Masyhuri. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif.

Bandung: Refika Aditama, 2009.

Zulkifli,Sunarto, PanduanPraktisTransaksiPerbankanSyariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007).

Agustianto. Outlook Perbankan Syariah 2014.

http://www.agustiantocentre.com/?p=1619posted ono 23-01-2014.

Hidayat, Anwar. “Uji F danUji T”. dalam http://www.statistikian.com/2013/01/uji-f-dan-uji-t.html

Republika. “Non Performing Financing (NPF)”. Dalam

http://kumpulanberitalama.blogspot.co.id/2012/10/republika-non-performing-financing-npf.html.

Setyawan, ivan. “pengertian bank syariahdanfungsi bank syariah”. Dalam http://setyawanivan.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-bank-syariah-dan-fungsi-bank.html.

Uji Hipotesis Menggunakan Regresi Berganda, Uji F, Uji T, Dan Adjusted R Squared, dalam http://dataolah.blogspot.co.id/2012/08/regresi-berganda-uji-f-uji-t-dan.html.

BI :Perbankan Syariah Berkembang Pesat”, dalam


Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Bank Konvensional Dan Bank Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan

1 89 69

Pengaruh pembiayaan sektor UMKM dan NPF terhadap laba operasional PT Bank Syariah Mandiri Pusat

1 20 76

Pengaruh Pembiayaan Sektor UMKM dan NPF Terhadap Laba OPerasional PT Bank Syariah Mandiri Pusat

5 48 76

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Inflasi dan DPK terhadap NPF Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2013-2015

1 6 101

Pengaruh Komposisi Pembiayaan dan Faktor Makro Ekonomi terhadap Pendapatan Bank Syariah (Studi Empiris Bank Syariah Mandiri Periode 2012-2015)

0 5 124

Faktor Faktor Yang Menghambat Nasabah Mengembalikan Pembiayaan Warung Mikro Bsm (Studi Pada Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ciledug, Kantor Cabang Cipulir Dan Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor Iii)

0 9 110

PENGARUH CAR, FDR, NPF, BOPO DAN QR TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2009-2015

3 24 125

ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN ANTARA PT. BANK RAKYAT INDONESIA DAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI Analisis Komparatif Resiko Keuangan Antara PT. Bank Rakyat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri.

0 0 12

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH BERDASARKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN (Studi pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk dan PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Periode 2009-2012)

0 0 12