PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH TENTANG TATA CARA BERWUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS 1 MI DARUL MUTA’ALLIMIN SUGIHWARAS PATIANROWO NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH TENTANG TATA

CARA BERWUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI

PADA SISWA KELAS 1 MI DARUL

MUTA’ALLIMIN

SUGIHWARAS PATIANROWO NGANJUK

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

OLEH

MAR’ATUL MAGHFUROH

NIM. D57211129

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JULI 2015


(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH TENTANG TATA

CARA BERWUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI

PADA SISWA KELAS 1 MI DARUL

MUTA’ALLIMIN

SUGIHWARAS PATIANROWO NGANJUK

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Sebagai Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Studi Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah

OLEH

MAR’ATUL MAGHFUROH

NIM. D57211129

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JULI 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Mar’atul Maghfuroh, Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Tentang Tata Cara Berwudhu Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas 1 MI Darul

Muta’allimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015, dosen pembimbing, Hj. Ni’matus Sholihah, M.Ag

Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih dengan Tata Cara Berwudhu. Hasil pemahaman yang rendah memberikan dampak sulitnya mencapai tujuan pembelajaran bagi pelaku pendidikan. Untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fiqih tentang materi wudhu maka dilakukan tindakan pembelajaran melalui metode demonstrasi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar pada pelajaran fiqih berwudhu pada siswa Kelas 1 MI Darul Muta’allimin semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.

Model penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas I MI Darul Muta’allimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk sejumlah 26 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan teknik observasi adalah dengan panduan lembar observasi aktivitas guru dan siswa, pada tes adalah butir-butir soal tes, dan pada dokumentasi berupa hasil belajar siswa.

Hasil penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa Kelas 1 MI Darul Muta’allimin Patianrowo Nganjuk pada pelajaran berwudhu. 88% siswa mampu mencapai KKM dengan rata-rata kelas 80,5 serta Ada peningkatan yang signifikan dari hasil belajar siswa setelah diajar menggunakan metode demonstrasi. Peningkatan dari pretes 62,5 ke siklus 1 sebesar dari 74,5 siklus satu ke siklus 2 sebesar 80,5.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL . ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI .. ... iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI . ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 3

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tindakan yang dipilih ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Lingkup Penelitian ... 4

F. Signifikan Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Hasil belajar ... 6

1. Pengertian Hasil Belajar ... 6

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 7

3. Jenis-Jenis hasil belajar ... 13

4. Tes hasil belajar... 15

B. Fiqih ... 20

C. Wudhu ... 22

1. Pengertian Wudhu ... 22

2. Rukun Wudhu ... 22

3. Sunah Wudhu ... 23


(8)

E. Metode demonstrasi ... 29

1. Pengertian Metode demonstrasi ... 29

2. Petunjuk Penggunaan Metode Demonstrasi... 30

3. Keunggulan Metode demontrasi ... 31

4. Kelemahan metode demontrasi ... 32

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 33

A. Metode Penelitian... 33

B. Setting Penelitian ... 37

C. Variabel yang diteliti ... 37

D. Rencana Tindakan ... 38

E. Data dan cara pegumpulan Data ... 45

F. Indikator Kinerja ... 46

G. Tim Peneliti dan Tugasnya... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 59

BAB V PENUTUP ... 59

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62 Daftar Pustaka

Pernyataan Keaslian Tulisan Riwayat Hidup


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelajaran fiqih merupakan salah satu aspek Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sangat penting untuk kehidupan individu maupun kehidupan bangsa, Negara, dan agama, serta untuk diketahui para siswa sekolah dasar agar mereka mengetahuinya sejak dini, khususnya berwudhu.

Kenyataan yang ada di sekolah-sekolah tampaknya bukan demikian, mata pelajaran fiqih bukanlah merupakan mata pelajaran yang menyenangkan, melainkan kurang menarik. Kondisi pembelajaran fiqih tersebut, ternyata juga terjadi di MI Darul Mutalaimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk. Kebanyakan pembelajaran yang dilakukan selama ini kurang menarik, membosankan, dan para siswa cenderung meremehkan. Peneliti yang mengajar mata pelajaran ini secara jujur mengakui sekaligus menganggapnya sebagai sebuah tantangan.

Hasil nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Mata pelajaran Fiqih kelas I MI Darul Muta’allimin Nganjuk tahun pelajaran 2014/2015 adalah 7,5 sebanyak 75 % dari total jumlah siswa sebanyak 26 siswa, dengan demikian KKM dianggap tidak terpenuhi apabila 7 siswa atau lebih mendapatkan nilai minimal 6,0.

Berdasarkan pengamatan selama ini, banyak kelemahan dalam pembelajaran fiqih dalam hal ini disebabkan karena faktor guru, yaitu para guru kurang mampu mengembangkan ketrampilan mengajar yang dapat


(10)

2

menarik siswa untuk belajar, dengan kata lain pembelajaran yang mereka lakukan masih bersifat konvensional, yaitu terbatas pada penyampaian serangkaian kata-kata, sehingga kurang berhasilnya proses belajar mengajar fiqih.

Hal-hal di atas menjadi dorongan bagi peneliti untuk memperbaiki pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar. Upaya tersebut dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan demikian penelitian ini merupakan upaya untuk mengatasi kelemahan dalam pembelajaran fiqih, dengan upaya Demonstrasi merupakan salah satu tehnik pembelajaran yang mampu meningkatkan pengetahuan fiqih bagi siswa kelas 1 MI Darul

Muta’alimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk.

Metode Demonstrasi ialah “metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa1”. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau siswa itu sendiri. Metode Demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran fiqih khususnya materi wudhu. Keunggulan dari metode demonstrasi adalah kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa mendapatkan langsung dari hasil pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada guru

1 Susanto, Ahmad, 2005, Teori pembelajaran, Jakarta : PT Kencana Prenada Media, Group. Hal


(11)

3

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tindakan kelas tentang “Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Tentang Tata Cara Berwudhu Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas 1 MI Darul Muta’allimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah saya paparkan diatas, maka permasalahan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi metode demontrasi pada pembelajaran Fiqih tentang tata cara berwudhu pada siswa Kelas 1 MI Darul Muta’allimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apakah metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih tentang tata cara berwudhu dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 MI Darul

Muta’allimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015 ?

C. Tindakan Yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan hasil belajar fiqih adalah dengan menggunaan metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah alat melakukan praktek langsung tentang tata cara wudhu, sehingga siswa bisa langsung mengamati dan melaksanakan.


(12)

4

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengetahui implementasi metode demontrasi pada pembelajaran Fiqih tentang tata cara berwudhu pada siswa Kelas 1 MI Darul Muta’allimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Mengetahui metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih tentang tata cara berwudhu dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 MI Darul

Muta’allimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015.

E. Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti ini dan menetapkan batasan masalah sebagai berikut :

1. Lokasi Penelitian di MI Darul Muta’allimin Sugihwaras Kecamatan Patianrowo Kabupaten Nganjuk

2. Subyek Penelitian Siswa Kelas 1

3. Obyek Penelitian adalah Hasil Belajar fiqih tentang tata cara berwudhu di Kelas 1 MI Darul Muta’allimin Sugihwaras Patianrowo Kabupaten Nganjuk

F. Signifikan Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat, yaitu:


(13)

5

1. Meningkatkan mutu pembelajaran penilaian ini diharapkan akan memberikan peningkatan mutu pembelajaran fiqih tentang tata cara wudhu di sekolah

2. Bagi guru, akan dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi dan mendapatkan tambahan wawasan yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.

3. Bagi siswa agar dapat memperoleh pembelajaran fiqih tentang cara berwudhu yang lebih menarik, menyenangkan, sehingga prestasi belajar meningkat serta dapat mencapai mutu pembelajaran pada kualitas yang lebih tinggi.

4. Bagi madrasah Ibtidaiyah akan memberikan sambungan dalam upaya meningkatkan hasil belajar di sekolah.

G. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah pernyataan yang mengartikan atau memberi makna suatu konsep istilah tertentu. Definisi konseptual merupakan penggambaran secara umum dan menyeluruh yang menyiratkan maksud dan konsep atau istilah tersebut bersifat konstitutif (merupakan definisi yang tersepakati oleh banyak pihak dan telah dibakukan setidaknya dikamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang abstrak


(14)

6

1. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan2. 2. Hasil belajar

Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.3

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini penulis susun secara sistematik dari bab ke bab yang terdiri dari lima antara bab satu ke bab yang lainnya merupakan integritas atau kesatuan yang tidak terpisah serta memberikan gambaran secara lengkap dan jelas tentang penelitian dan hasil -hasilnya.

Adapun sistematika pembahasan selengkapnya sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tindakan Yang Dipilih, Tujuan Penelitian, Definisi Konseptual dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : Kajian teori meliputi: Hasil belajar, Fiqih, wudhu, Metode Pembelajaran, Metode demonstrasi.

2 Trianto, 2010.Model Pembelajaran Terpadu, Surabaya: Bumi Aksara, Hal : 14


(15)

7

BAB III : Prosedur Penelitian meliputi: Metode Penelitian, Setting Penelitian, Karakteristik Subjek Penelitian, Variabel Yang Diselidiki, Rencana Tindakan, dan Data Cara Pengumpulan. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi: Hasil Penelitian,

Pembahasan , Siklus I dan Siklus II. BAB V : Penutup meliputi: Simpulan dan Saran.


(16)

8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan belajar semua diperoleh mengingat mula-mula kemampuan itu belum ada. Maka terjadilah proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi, makin banyak pula perubahan yang telah dialami. Demi mudahnya kemampuan yang banyak itu digolongkan menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan sensorik-motorik yang meliputi ketrampilan melakukan rangkaian gerak-gerik badan dalam urutan waktu tertentu, kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi perilaku tindakan. Semua perubahan di bidang-bidang itu merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.1

Hasil belajar berasal dari gabungan kata hasil dan belajar. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diperoleh atau didapat2. Sedangkan belajar sendiri diartikan sebagai usaha untuk

1 W. S. Winkel, 2004, Psikologi Pengajaran , Yogyakarta: Media Abadi, hal : 56-57

2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka,Hal : 343


(17)

9

memperoleh kepandaian atau ilmu3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dalam usahanya mendapatkan ilmu atau kepandaian.

Nana Sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya4. Selain itu, hasil belajar adalah perubahan ketrampilan dan kecakapan, kebiasan sikap, pengertian, pengetahuan, dan apresiasi yang dikenal dengan sebutan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Oemar Hamalik menyatakan bahwa siswa dikatakan berhasil dalam belajarnya apabila dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan dan pengembangan sikap5.

Sedangkan pada bagian lain, mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat dilihat dan diukur.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori, yakni faktor internal dan faktor eksternal6. Kedua faktor

3 Trianto, 2010.Model Pembelajaran Terpadu, Surabaya: Bumi Aksara, Hal : 14

4 Nana Sudjana, 2005. Psikologi Pendidikan , Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Halaman 22 5 Oemar Hamalik, 2000, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, halaman 97


(18)

10

tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu, sehingga sangat menentukan kualitas hasil belajar.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis7.

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yakni

a) Keadaan tonus jasmani yang sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu, begitu juga sebaliknya.

b) Keadaan fungsi jasmani/ fisiologis.8 2) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.

6 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2010, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, Halaman 19

7 Dalyono, 2010, Psikologi Pendidikan, jakarta, PT Rineka Cipta, Halaman 56 8 Ibid., 19-20


(19)

11

a) Kecerdasan/ intelegensi siswa

Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga dengan organ-organ tubuh yang lain. Semakin tinggi tingkat intelegensi individu, semakin besar peluang individu dalam meraih kesuksesan dalam belajar9.

b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses didalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah dan menjaga perilaku setiap saat.

Motivasi hasil belajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu

(1) Motivasi intrinsik,

Motivasi instrinsik yakni hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, seperti perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut,


(20)

12

misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

(2) Motivasi ekstrinsik,

Motivasi ekstrinsik yakni hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya10. c) Minat

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia tidak akan bersemangat dan bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar dikelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari11

d) Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response

tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,

peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

10 Muhibbin Syah, 2009, Psikologi Belajar , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, halaman: 153 11 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2010, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta:


(21)

13

e) Bakat

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya, sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil12.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu yang juga mempengaruhi kegiatan belajar. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

1) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Selanjutnya yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah lingkungan sosial masyarakat, seperti kondisi lingkungan tempat tinggal siswa juga mempengaruhi belajar siswa. Selain itu, lingkungan sosial yang sangat mempengaruhi kegiatan belajar adalah lingkungan keluarga.

12 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz


(22)

14

Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar yang baik sehingga hasil yang diperolehpun juga baik.

2) Lingkungan non sosial

Adapun yang termasuk dalam faktor-faktor lingkungan sosial adalah lingkungan alamiah, faktor instrumental dan faktor materi pelajaran. Lingkungan alamiah yang sangat mempengaruhi aktivitas belajar, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat dan tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang tenang. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam, yakni

hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,

lapangan olahraga dan lain sebagainya. Dan software seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, dan lain sebagainya.

Sedangkan faktor materi pelajaran hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan13.


(23)

15

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya yang sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3. Jenis-jenis hasil belajar

Bloom membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris14.

a. Ranah kognitif

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:

1) Pengetahuan (knowledge)

Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang berikutnya.


(24)

16

Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan dalam membuat kalimat.

2) Pemahaman

Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan.

3) Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.

4) Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

5) Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen dimana menyatukan unsur-unsur menjadi integritas.


(25)

17

6) Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan metode, dll.

b. Ranah afekif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

c. Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu.

4. Tes hasil belajar

a. Pengertian tes hasil belajar

Tes dari wujud fisik adalah sekumpulan pertanyaan atau tugas yang harus dijawab atau dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban, cara dan hasil subjek dalam melakukan atau menjawab tugas tersebut . Tes yang dipakai untuk merekam kemajuan siswa selama pengajaran disebut tes formatif. Tes ini disusun untuk mengukur sampai di mana suatu bagian pelajaran tertentu sudah dikuasai oleh siswa, misalnya suatu unit atau pun bab tertentu dalam buku pelajaran.

Tes ini dapat berupa pertanyaaan kuis atau tes mengenai unit pelajaran. Tes ini menekankan pada pengukuran semua hasil pengajaran


(26)

18

yang dimaksudkan untuk dicapai dan memakai hasil tes untuk memperbaiki pengajaran dan tidak semata-mata untuk memberi nilai15

Tujuan tes ini adalah untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan siswa belajar, sehingga dapat dilakukan penyesuaian dalam proses belajar mengajar.

Penelitian ini lebih ditekankan untuk melihat hasil belajar pada ranah kognitif khususnya pengetahuan (knowledge) yang telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran Kurikulum 2009

b. Jenis dan Bentuk Tes Hasil Belajar

Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Dalam hal ini, tes hasil belajar dapat digolongkan kedalam tiga jenis berdasarkan bentuk pelaksanaanya, yaitu (a) tes lisan, (b) tes tulisan, dan (c) tes tindakan atau perbuatan. Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer. Sedangkan, Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid. Sedangkan, Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan siswa.


(27)

19

Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya tes dibagi menjadi 2 bagian yakni :

1) Tes Essay (uraian)

Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri. Tes uraian memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan tes objektif, yaitu16

a) Memungkinkan para siswa menjawab soal secara bebas sepenuhnya,

b) Merupakan tes yang terbaik dalam mengukur kemampuan menjelaskan, membandingkan merangkum, membedakan, menggambarkan, dan mengevaluasi ;

c) Merupakan tes yang terbaik untuk mengukur keterampilan mengemukakan pendapat dengan tulisan;

d) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis, mengorganisasikan ide serta berfikir secara kritis dan kreatif ;

e) Dapat menggalakan siswa mempelajari secara luas tentang sebagian besar konsep dan menggeneralisasikan;

16 Subino, 1987.Konstruksi Dan Analisi Tes Suatu Pengantar Kepada Teori Tes Dan


(28)

20

f) Bila dibandingkan dengan bentuk tes yang lain tes uraian relatif lebih mudah membuatnya;

g) Secara praktis para siswa tidak mungkin menebak jawaban yang benar; dan

h) Mungkin lebih sesuai untuk mengukur kemampuan kognitif yang relatif lebih tinggi

2) Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya17. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;

a) Tes Betul-Salah (True False)

b) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)

c) Tes Menjodohkan (Matching)

d) Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)

Pada prinsipnya, bentuk tes objektif di atas mempunyai kelemahan dan kebaikannya, akan tetapi biasanya bentuk objektif dapat menuntaskan semua bahan yang telah diajarkan, sedangkan bentuk uraian agak sukar untuk mengukur semua bahan yang sudah diajarkan, karena ruang lingkup bentuk tes tersebut sangat sempit. Untuk lebih jelasnya perlu diterangkan dahulu kelemahan dan kebaikan tes bentuk objektif.

17 Kemdikbud, 2013. Panduan Teknis Penilaian Di SekolahDasar, Jakarta : Dirjen Pendidikan


(29)

21

Keuntungan atau kebaikan bentuk objektif dalam evaluasi hasil belajar bahasa Indonesia bagi siswa adalah tes bentuk objektif18

(1) Tepat untuk mengungkapkan hasil belajar yang bertatanan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis,

(2) Mempunyai dampak belajar yang mendorong siswa untuk mengingat, menafsirkan, dan menganalisis pendapat, dan (3) Jawaban yang diberikan dapat menggambarkan ranah tujuan

pendidikan menurut Bloom, khususnya ranah cognitive

domain.

Sedangkan kelemahannya bahwa tes objektif

(1) Siswa tidak dituntut untuk mengorganisasikan jawaban, karena jawabannya sudah disediakan,

(2) Siswa ada kemungkinan dapat menebak jawaban yang telah tersedia

(3) Tidak dapat mengungkap proses berpikir dan bernalar,

(4) Hanya mengukur ranah kognitif yang paling rendah tidak mengungkap kemampuan yang lebih kompleks.

Dari segi fungsi tes di sekolah, tes dibedakan menjadi : (1) Tes Formatif


(30)

22

Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi siswa adalah :

(a) Untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran.

(b) Merupakan penguatan bagi siswa.

(c) Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif siswa mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.

(d) Siswa dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.

(2) Tes Sumatif

Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian siswa dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.

B. Fiqih

Fiqih atau fiqh (bahasa Arab:هقف ) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Beberapa ulama fiqih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.


(31)

23

Fiqih membahas tentang bagaimana cara beribadah, tentang prinsip Rukun Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat 4 mazhab dari

Hanafi, Syafi’i, Maliki, Hambali yang mempelajari tentang fiqih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fiqih disebut Faqih.

Dalam bahasa Arab, secara harfiah fiqih berarti pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal. Beberapa ulama memberikan penguraian bahwa arti fiqih secara terminologi yaitu fiqih merupakan suatu ilmu yang mendalami hukum Islam yang diperoleh melalui dalil di Al-Qur’an dan Sunnah. Selain itu fiqih merupakan ilmu yang juga membahas hukum syar’iyyah dan hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, baik itu dalam ibadah maupun dalam muamalah19.

Kata fiqih berarti paham yang mendalam. (Fiqih menurut bahasa adalah pengetahuan, pemahaman, dan pengertian terhadap suatu cara yang mendalam. Sedangkan menurut istilah, fiqih adalah bagian dari ajaran islam yang berisi pembahasan hukum syara’ praktis yang digali dengan dalil yang terperinci20

Para ahli fiqih (fuqoha) berpendapat bahwa fiqih adalah mengetahui /menghafal hukum-hukum furu’ baik berdalil maupun tidak. Arti fiqih menurut fuqoha adalah mengetahui hukum syara’ yang menjadi sifat bagi perbuatan para mukalaf yaitu wajib, sunah, haram, makruh, dan mubah.21

19 Ash-Shiddiqiy, Hasby. 1999. Pengantar Ilmu Fikih. Semarang. PT. Pustaka Riska Putra., hal 89 20 Ibid , hal 90


(32)

24

C. Wudhu

1. Pengertian Wudhu

Menurut bahasa, Wudhu artinya Bersih dan Indah. sedangkan menurut istilah (syariah Islam) artinya menggunakan air pada anggota badan tertentu dengan cara tertentu yang dimulai dengan niat guna menghilangkan hadast kecil. Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya sholat (orang yang akan sholat, diwajibkan berwudhu lebih dulu, tanpa wudhu shalatnya tidak sah.

Wudhu menurut lughat (bahasa) artinya bersih dan indah. Sedangkan wudhu menurut syara’/ istilah adalah membasuh dan membersihkan anggota badan tertentu dengan air serta dilakukan dengan cara tertentu pula untuk menghilangkan hadas kecil, dalam rangka akan mengerjakan shalat. Ayat Al-Qur'an yang merupakan dasar kewajiban wudhu berbunyi






































(33)

25

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak

mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur

( Q.S Al Maidah : 6 ) 2. Rukun Wudhu

Adapun yang termasuk dalam rukun-rukun wudhu ada 6 perkara, yaitu:

a. Niat

b. Membasuh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga bawah dagu dan dari telinga kanan hingga telinga kiri).

c. Membasuh kedua tangan sampai siku. d. Mengusap sebagian rambut kepala. e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki. f. Tertib

3. Sunah wudhu

Sunah wudhu meliputi sebelas perkara yaitu : a. Membaca basmalah

b. Mencuci kedua telapak tangan

c. Berkumur-kumur sambil menggosok gigi d. Menghirup air ke dalam hidung


(34)

26

f. Menyela-nyela jenggot.

g. Menyapu seluruh kepala dengan air

h. Mendahulukan anggota badan yang kanan daripada yang kiri i. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam

k. Membasuh anggota wudhu sebanyak tiga kali l. Membaca doa sesudah wudhu

D. Metode Pembelajaran

Metode berasal dari bahasa latin “ methodos “ yang berarti jalan yang harus dilalui. Metode (method) secara harfiah berasal dari dua perkataan, yaitu meta berarti "melalui" dan hodos berarti"jalan" atau "cara"22. Metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.Dalam pemakaian yang umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.23

Dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran, metode merupakan komponen yang tidak kalah penting dengan komponen lainnya. Metode merupakan alat untuk memotivasi siswa dan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran24.

Ada berbagai macam pengertian metode menurut para ahli dalam mendefinisikannya antara lain sebagai berikut:

22 Sumiati, 2008. Metode Pembelajaran. Bandung :PT Wacana, Halaman 78

23 Arifin Muzayyin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, hal 76 24 Sagala, Saiful, 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfa Beta, halaman 57


(35)

27

Menurut Muzayyin Arifin, Dalam pengertian letterlijk, kata metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari meta yang berarti melalui, dan

hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui. Dalam

pengertian secara umum, metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu metode banyak tergantung faktor25. Sedangkan menurut Humaidi Tatapangarsa, Methode berasal dari kata Inggris method yang artinya cara. Ada pula orang yang mengatakan, bahwa methode berasal dari kata metodos

yang artinya jalan ke. Maka methode boleh diartikan : cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Wina Sanjaya „‟…upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, ini yang dinamakan metode. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan

Metode adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran, oleh karena itu peranan metode pengajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar26. Sedangkan menurut Sukartiaso dalam Moedjiono dan Dimyati )“ Metode adalah cara untuk melakukan sesuatu atau cara untuk mencapai suatu tujuan ”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah

25 Humaidi Tatapangarsa, Akhlaq Yang Mulia, Bina Ilmu, Surabaya, t.th., hal 98

26 Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo


(36)

28

ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam Kapita Selekta

Pendidikan Islam, berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi

metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.27 Sedangkan menurut Depag RI dalam buku Metodologi Pendidikan Agama

Islam Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan28. Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

“Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar, karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif”29. Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran.

Pengajaran dikatakan efektif bila guru dapat membimbing anak-anak untuk memasuki situasi yang memberikan pengalaman yang dapat

27 SM, Ismail, 2008, Strategi Pembelajaran Ilmu Agama Islam Berbasis PAIKEM. Jakarta :

Rasail Media Group. Hal 111

28 SM, Ismail, 2008, Strategi Pembelajaran Ilmu Agama Islam Berbasis PAIKEM. Jakarta :

Rasail Media Group.m hal 115


(37)

29

menimbulkan kegiatan belajar pada anak itu. Guru secara terus menerus membimbing anak untuk berpartisipasi secara aktif dan tekun mengikuti pengajaran secara sukarela. Oleh karena itu pengalaman belajar yang diberikan oleh guru dalam kegiatan demonstrasi harus relevan dengan kehidupan dan ada kesinambungan dengan pengalaman yang lalu maupun pengalaman yang akan datang.

Ada beberapa ciri dari sebuah metode yang baik untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu:30

1) Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa dan 2) ajaran akhlaq Islami yang mulia

3) Bersifat luwes, fleksibel, dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi; Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan mengantarkan siswa pada kemampuan praktis;

4) Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi;

5) Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya. 6) Mampu menempatkan guru dalam posisi yang sangat tepat, terhormat

dalam keseluruhan proses pembelajaran.

Dalam pemilihan metode ada faktor-faktor yang mempengaruhi dan harus dipertimbangkan, sebagai berikut:31

1) Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tingkat kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kematangan, lingkungan, perbedaan individu lainnya.

30 Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Robbani Press., hal 87 31 Ibid, hal 89


(38)

30

2) Tujuan yang ingin dicapai. Karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi pemilihan metode karena metode mengikuti tujuan.

3) Situasi yang mencakup seperti situasi kelas dan lingkungan. Pada waktu tertentu guru melakukan proses pembelajaran di luar kelas atau di alam terbuka.

4) Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan. Jadi, alat-alat atau fasilitas ini sangatlah penting dalam rangka berjalannya kegiatan pembelajaran yang efektif.

5) Kemampuan pengajar menentukan, mencakup kemampuan fisik, keahlian. Pada prinsipnya pengajar atau guru harus mempunyai jiwa professional. 6) Sifat bahan pengajaran. Bahan pengajaran atau materi meliputi sejumlah

materi yang akan disampaikan oleh guru untuk dapat dipelajari dan kuasai.

Metode mengajar banyak macam-macam dan jenisnya, setiap jenis metode mengajar mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing, tidak menggunakan satu macam metode saja, mengkombinasikan penggunaan beberapa metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana (dalam buku Dasar-dasar Proses

Belajar Mengajar,), terdapat bermacam-macam metode dalam mengajar, yaitu

Metode ceramah, Metode Tanya Jawab, Metode Diskusi, Metode Resitasi, Metode Kerja Kelompok, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode sosiodrama (role-playing), Metode problem solving, Metode sistem regu (team

teaching), Metode latihan (drill), Metode karyawisata (Field-trip), Metode


(39)

31

E. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan.32

Pendapat lain menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses33. Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu.34

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.35

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan lisan.

32 Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta., hal 181

33 Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif, Jakarta : Prenada Group,

halaman 89

34 Udin, S, Winata Putra, 2007, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka,

Hal 56, Ibid, hal 57


(40)

32

Kegiatan belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila seorang guru dapat menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar.

2. Petunjuk Menggunakan Metode Demonstrasi

Bila guru melaksanakan teknik demonstrasi agar dapat berjalan efektif, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar. Guru mempertimbangkan baik-baik apakah pilihan teknik tersebut mampu menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.

b. Guru mengamati apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi yang berhasil, bila tidak maka harus mengambil kebijaksanaan lain.

c. Guru perlu meneliti alat-alat dan bahan yang akan digunakan mengenai jumlah, kondisi, dan tempatnya. Juga guru perlu mengenal baik-baik, atau telah mencoba terlebih dahulu; agar demonstrasi itu berhasil.

d. Guru harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan

e. Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga guru dapat memberikan keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya

f. Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.


(41)

33

g. Guru perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang dilakukan itu berhasil dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.

3. Keunggulan Metode Demonstrasi

Keunggulan dari metode demonstrasi adalah kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa mendapatkan langsung dari hasil pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada guru.36

Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman menyatakan bahwa keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan.37

Adapun menurut Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan-kesalahan yang terjadi

36 Ellizar. 1996. Pengembangan Program Pengajaran. Padang : IKIP, 186


(42)

34

dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.38

Dari ketiga pendapat di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya.

4. Kelemahan Metode Demonstrasi

Walaupun memiliki beberapa kelebihan, namun metode demonstrasi ini juga memiliki beberapa kelemahan-kelemahan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah ada beberapa kelemahan metode demonstrasi yaitu anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.39

38 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta, hal 56


(43)

35

Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kelemahan metode demonstrasi adalah tidak semua benda dan materi pembelajaran yang bisa didemonstrasikan dan metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang oleh keterampilan guru secara khusus. Meskipun metode ini memiliki banyak kelemahan-kelemahan, penulis melihat metode ini sangat cocok sekali apabila diterapkan dalam pembelajaran fiqih khususnya materi wudhu, dan siswa dapat langsung mempraktekannya apa yang telah dipelajari. karena siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru mengenai cara wudhu, tetapi siswa juga dapat langsung mempraktekkan apa yang dipelajari. Hal ini akan menghilangkan kejenuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Agar pelaksanaan metode demonstrasi berjalan baik, alangkah baiknya guru memperhatikan hal-hal berikut : rumusan tujuan instruksional yang dapat dicapai oleh siswa, susunan langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan, persiapkan peralatan atau bahan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai dan atur sesuai skenario yang direncanakan, teliti terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan agar demonstrasi berhasil dilakukan, perhitungkan waktu yang dibutuhkan sehingga kita dapat memberikan keterangan dari siswa bisa mengajukan pertanyaan apabila ada keraguan.

Selama demonstrasi berlangsung hendaknya guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut : apakah demonstrasi dapat diikuti oleh setiap siswa, apakah demonstrasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah dilakukan, apakah keterangan yang diberikan dapat didengarkan dan


(44)

36

dipahami oleh siswa, apakah siswa telah diberikan petunjuk mengenai hal-hal yang perlu dicatat, apakah waktu yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan efisien.

Seperti yang dikemukakan Winarno metode demonstrasi adalah dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta ataupun siswa itu sendiri memperlihatkan suatu proses kepada seluruh siswa di kelas. Berdasarkan uraian di atas metode demonstrasi lebih menitik beratkan pada bagaimana proses, tindakan dan langkah-langkah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru kepada seluruh siswanya.40

40 Winarno Surachmad. (1986). Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung :Tarsito, hal 56


(45)

37

BAB III

METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai1.

Pengelompokan penelitian tindakan kelas terdiri dari empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kalaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi social ekperimental.2

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bantu guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi3.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini

1 Junaidi, 2009, Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafino Persada, Halaman 90 2 Suhadjano. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara., hal 10


(46)

38

diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan 4

PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru 5

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation

(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah

4 Wiriaatmadja, Rochiati Prof.Dr. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.


(47)

39

perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

B. Seting Penelitian 1. Setting Penelitian

Penelitian ini mengambil setting di MI Darul Muta’allimin yang terletak di desa Sugihwaras Patianrowo Nganjuk. Peneliti memilih siswa kelas 1 MI Darul Muta’allimin Sugihwaras Patianrowo. Penelitian Tindakan Kelas ini melibatkan 26 siswa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Umur mereka berkisar antara 7-8 tahun.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 MI Darul

Muta’alimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk pada tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 26 siswa, yaitu 14 laki-laki dan 12 perempuan

C. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan berupa : 1. Rencana Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan demonstrasi, pada mata pelajaran Fiqih materi mengenal tata cara wudhu dan fokus pada pada peningkatan hasil belajar. Dalam perencanaan penilitian dilakukan antara lain :


(48)

40

a. Persiapan penyusunan Instrumen penelitian 1) Menyusun RPP

2) Menyusun instrumen observasi 3) Menentukan pelaku tindakan

b. Menyiapkan lembar kerja yang digunakan dalam penelitian c. Menyusun rencana tindakan

Tindakan yang dilakukan adalah penerapan pendekatan kontekstual yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fiqih khususnya materi mengenal tata cara wudhu.

2. Pelaksanaan penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memakai 2 siklus untuk yang akan di jabarkan dalam sebuah narasi yang singkat dan jelas. Setiap siklus terdapat empat komponen yang sangat mempengaruhi pembelajaran yaitu Perencanaan, Tindakan, Pengamatan dan Refleksi.

Sebelum masuk pada siklus 1 peneliti melakukan identifikasi masalah, barulah tiap siklus di lakukan dengan menggunakan format empat komponen di atas. Sesudah satu siklus dilakukan kemudian di lakukan refleksi dan mempersiapkan siklus yang ke dua.

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Siklus I Siklus ini direncanakan pada tanggal 12 Maret 2015, secara garis besar pelaksanaan penelitian dapat dideskripsikan secara berikut: a. Perencana


(49)

41

2). Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung seperti tempat wudhu dan gambar cara berwudhu untuk demonstrasi tentang rukun wudhu.

3). Membuat lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa guna untuk mengetahui perubahan dan perkembangan.

b. Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2015 Peneliti siklus I ini menggunakan metode demonstrasi. Tahap-tahap yang dilakukan adalah: 1) Kegiatan awal

a) Guru memberikan salam, membaca doa sebelum memulai pelajaran

b) Memperkenalkan diri, menanyakan keadaan siswa, menyiapkan buku Fiqih

c) Melaksanakan apersepsi 2) Kegiatan inti

a) Guru mengajak siswa untuk membaca bersama-sama doa berwudhu. Dengan tujuan untuk memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. b) Guru menjelaskan materi tentang gerakan rukun wudhu dan tata

cara melakukan rukun wudhu.

c) Setiap siswa diminta untuk memperhatikan apa yang disampaikan guru


(50)

42

d) Guru membagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan diminta memperhatikan contoh-contoh gerakan rukun wudhu pada gambar yang diperlihatkan oleh guru untuk didiskusikan.

e) Perwakilan kelompok disuruh memperagakan gerakan rukun wudhu

f) Guru melakukan tanya jawab tentang materi rukun wudhu. 3) Kegiatan akhir

a) Guru dan siswa menyimpulkan materi tentang wudhu

b) Guru memberikan test tentang mendemonstrasikan rukun wudhu.

c) Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa. c. Observasi

Dalam tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalam mengamati siswa pada waktu terjadi proses belajar mengajar berlangsung. Maka dari itu peneliti mengamati bahwa proses belajar mengajar adalah guru sudah siap sesuai dengan RPP, pemberian motivasi belajar siswa, kejelasan dan sistematika penyampaian materi, pengelolaan pembelajaran dan memberikan evaluasi bagi siswa tentang rukun wudhu. Siswa juga diaktifkan untuk bertanya, supaya siswa lebih bisa menerima pelajaran.


(51)

43

d. Refleksi

Peneliti merumuskan kelemahan-kelemahan yang dihadapi antara lain:

a. Siswa bermain sendiri pada waktu pelajaran berlangsung b. Ada beberapa kelompok yang kurang aktif.

c. Siswa masih belum paham tentang materi yang disampaikan oleh guru tentang demonstrasi rukun wudhu.

d. Masih ada siswa yang tidak memperhatikan saat guru menyampaikan materi

e. Ada siswa yang masih malu-malu dalam mempraktikkan gerakan rukun wudhu

f. Hasil belajar siswa belum memenuhi KKM sebesar 75. Kelemahan-kelemahan ini merupakan salah satu komponen yang menjadi indikator keberhasilan belum terpenuhi. Apabila hal ini terjadi, maka akan dilanjutkan pada siklus II.

Kelemahan-kelemahan ini akan diperbaiki pada siklus II. 4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Siklus ini dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2015, secara garis besar pelaksanaan penelitian dapat dideskripsikan secara berikut:

a. Perencanaan

1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang sunah wudhu.


(52)

44

2). Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung seperti tempat wudhu dan gambar cara berwudhu untuk demonstrasi tentang sunah wudhu.

3) Membuat lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa guna untuk mengetahui perubahan dan perkembangan

4) Penilaian melalui observasi sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan siswa tentang praktek sunah wudhu.

b. Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2014. Peneliti siklus II ini menggunakan metode demonstrasi. Tahap-tahap yang dilakukan adalah:

1) Kegiatan awal

a) Guru memberikan salam, membaca doa sebelum memulai pelajaran tentang praktek sunah wudhu.

b) Menanyakan keadaan siswa, menyiapkan buku Fiqih c) Melaksanakan apersepsi

d) Guru mengajukan beberapa pertanyaan mengenai gerakan sunah wudhu.

2). Kegiatan inti

a) Guru menjelaskan materi tentang gerakan wudhu dan tata cara melaksanakan sunah wudhu

b) Setiap siswa diminta untuk memperhatikan apa yang disampaikan guru


(53)

45

c) Guru membagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan diminta memperhatikan contoh-contoh gerakan sunah wudhu pada gambar yang diperlihatkan oleh guru untuk didiskusikan.

d) Perwakilan kelompok disuruh memperagakan gerakan sunah wudhu

e) Guru melakukan evaluasi terhadap siswa-siswa setelah mempraktekkan sunah wudhu.

3) Kegiatan akhir

a) Guru dan siswa menyimpulkan materi tentang wudhu

b) Guru memberikan penilaian melalui observasi tentang sunah wudhu.

c) Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa. c. Observasi

Kegiatan pengamatan pada siklus II dilakukan untuk memperbaiki dari tindakan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. Dalam tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengamati siswa dalam proses belajar mengajar. Maka dari itu peneliti mengamati bahwa proses belajar mengajar adalah guru sudah siap sesuai dengan RPP, pemberian motivasi belajar siswa, kejelasan dan sistematika penyampaian materi, pengelolaan pembelajaran dan memberikan evaluasi bagi siswa. Siswa juga diaktifkan untuk bertanya, supaya siswa lebih bisa menerima pelajaran.


(54)

46

d. Refleksi

Peneliti merumuskan kelemahan-kelemahan yang dihadapi antara lain:

1) Tidak ada siswa yang bermain sendiri pada waktu pelajaran berlangsung

2) Semua siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi 3) Siswa sudah tidak malu-malu dalam mempraktikkan gerakan

wudhu

4) Siswa sudah mempraktekkan wudhu dengan baik dan benar 5) Hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM sebesar 75 Melihat

refleksi yang sudah dipaparkan di atas sudah menunjukkan keberhasilan yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Apabila indikator keberhasilan belajar telah terpenuhi sebesar 75%, siswa mampu mempraktekkan rukun dan sunah wudhu dengan baik dan benar dari nilai KKM 75, maka siklus dihentikan

D. Data dan Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data (data production) dan analisis data bergantung ada jenis data yang hendak dikumpulkan. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat dua jenis data yakni kualitatif dan kuantitatif. Kedua data ini setelah dianalisis dapat digunakan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, misalnya perubahan pada kinerja siswa, guru, atau perubahan suasana kelas.

Masalah dalam penelitian ini mengangkat masalah hasil belajar maka menggunaan data kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang berupa uraian atau


(55)

47

penjelasan. Adapun data-data yang termasuk kualitatif adalah data-data untuk mengetahui aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran, selain itu data kualitatif juga digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi selama proses pembelajaran berlangsung.

Teknik pengumpulan data menggunakan beberapa teknik, yaitu: 1. Wawancara

Metode ini merupakan teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Wawancara ini di kerjakan dengan sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian. Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh data yang kaitannya dengan sikap siswa dalam melaksanakan pembelajaran mata pelajaran fiqih dan kesulitan apa saja yang dialami baik guru maupun siswa, saat proses pembelajaran berlangsung.

Adapun format wawancara yang dilakukan dengan mengambil sampel beberapa anak untuk mengetahui respon anak selama proses pembelajaran yang meliputi minat, sikap dan keaktifan serta gaya mengajar guru.

2. Observasi

Observasi (pengamatan) merupakan upaya yang dilakukan pelaksana PTK untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan itu berlangsung dengan menggunakan alat bantu atau tidak.

Metode observasi yang digunakan yaitu jenis observasi partisipasi aktif. Dimana dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber. Observasi ini di lakukan peneliti untuk memperoleh data


(56)

48

tentang aktivitas siswa dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung pada siswa kelas 1 MI Darul Muta’allimin.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data berupa dokumen ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang gambar, foto atau yang lainnya. Teknik pengumpulan data dokumen ini sebagai penunjang data-data yang di anggap primer dalam sebuah penelitian tindakan kelas ini.

4. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar juga merupakan tes penguasaan, karena tes ini berfungsi mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh peserta didik. Tes diujikan setelah peserta didik memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik atas materi tersebut.

Karenanya, tes hasil belajar yang baik harus mampu mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami materi-materi yang diajarkan. Terkait dengan evaluasi tes hasil belajar tersebut akan mengukur nilai dan efektifitas dari bagian tertentu dalam pendidikan.

Adapun bentuk tes yang dilakukan dengan menyuruh siswa untuk melakukan praktek wudhu dan membaca doa-doa secara baik dan benar.

E. Indikator Kinerja

Indikator berasal dari kata dasar bahasa inggris to indicate, artinya menunjukkan. Dengan demikian maka indikator berarti alat penunjuk atau

“sesuatu yang menunjukkan kualitas sesuatu”. Berikut indikator kinerja yang ditetapkan peneliti untuk mengukur keberhasilan penelitian ini:


(57)

49

1. Bagi siswa:

a. Untuk mendapatkan data tentang aktivitas siswa selama pembelajaran. b. Untuk mengetahui peningkatan nilai rata-rata kelas.

3. Peningkatan jumlah siswa yang tuntas dan memenuhi KKM. 2. Bagi guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran.

F. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian ini dilakukan dengan cara berkalaborasi dengan guru mata pelajaran fiqih MI Darul Muta ’allimin. Guru kelas menjadi pihak kalaborator yang melaksanakan pembelajaran bersama peneliti di kelas sekaligus bersama-sama sebagai observator.

1. Identitas Peneliti

a. Nama : Mar’atul Maghfuroh

b. NIM : D57211129

c. Jurusan/Fakultas : PGMI

d. Institusi : UIN Sunan Ampel Surabaya

e. Unit Penelitian : MI Darul Muta ’allimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk

f. Tugas : Peneliti menyusun rancangan pembelajaran yang berupa RPP, sebagai perencanaan pelaksanaan PTK. Kemudian peneliti melakukan praktek penelitian sebagaimana


(58)

50

yang tertera di dalam rancangan pembelajaran yang telah dibuat, berupa observasi aktifitas siswa selama di lapangan dan wawancara terhadap guru mata pelajaran fiqih .

2. Identitas Teman Sejawat

a. Nama : Binti Masnuah

b. NIP : -

c. Unit kerja : MI Darul Muta ’allimin Sugihwaras Patianrowo Nganjuk

d. Tugas : Guru memberikan waktu untuk melakukan penelitian serta mengamati aktivitas pembelajaran. Kemudian memberikan pengarahan terhadap peneliti selama melakukan penelitian tindakan kelas yang hasilnya direfleksikan secara bersama-sama


(59)

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Pra Siklus

a. Hasil Observasi pada keaktifan belajar siswa

Hasil Observasi pada keaktifan belajar siswa didapatkan pada tabel 1 berikut ini

Tabel 1

Hasil Observasi Keaktifan Siswa

No Nama Keaktifan siswa

Pra Siklus

Skor Keterangan

1 2 3 4

1 Afina Ilmi 8 Aktif

2 Agnia Afifatun Najwa 8 Aktif

3 Ainun Nikmah 5 Tidak

4 Alfan Aura Firnanda 6 Tidak

5 Alfin Muhtarom 5 Tidak

6 Alfiyah Putri Zuliani 6 Tidak

7 Anggun Purnama sari 4 Tidak

8 Desta Al Khafid 4 Tidak

9 Eka Rezza Y 4 Tidak

10 Faridatus Salsa Bila 4 Tidak

11 Hafiza Ferlani M 6 Tidak

12 Halimatus Sa’diyah 4 Tidak

13 Cahya Asyafa Zahro 4 Tidak

14 M. Irsyad Abidin 7 Tidak

15 M. Dio Dzikrulloh 7 Tidak

16 M. Qomarul Ahyar 4 Tidak

17 M. Wildan Maulana Ihsan 8 Aktif


(60)

52

Lanjutan tabel 1

1 2 3 4

19 M. Ilham Syaifulloh 4 Tidak

20 M. Hasan Santoso 4 Tidak

21 M. Yoga Maulana 4 Tidak

22 Mutiara Ayu Nur Sabrina 6 Tidak

23 Nabila Mutiara Azzahra 5 Tidak

24 Naila Shofie Nuril Qolbi 6 Tidak

25 Radit Putra Wardana 3 Tidak

26 Roihan Hasyim Ashari 4 Tidak

Hasil observasi keaktifan siswa didapatkan hanya 3 siswa atau 12% siswa yang aktif dalam pembelajaran fiqih materi wudhu

b. Hasil pre test hasil belajar siswa

Hasil pre test hasil belajar siswa ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini Tabel 2

Hasil Pre Test

No Nama Nilai

Pra Siklus Keteranga

1 2 3 4

1 Afina Ilmi 78 Tuntas

2 Agnia Afifatun Najwa 63 Tidak

3 Ainun Nikmah 58 Tidak

4 Alfan Aura Firnanda 75 Tuntas

5 Alfin Muhtarom 53 Tidak

6 Alfiyah Putri Zuliani 78 Tuntas

7 Anggun Purnama sari 59 Tidak

8 Desta Al Khafid 58 Tidak

9 Eka Rezza Y 48 Tidak

10 Faridatus Salsa Bila 60 Tidak

11 Hafiza Ferlani M 76 Tuntas


(61)

53

Lanjutan Tabel 2

1 2 3 4

13 Cahya Asyafa Zahro 52 Tidak

14 M. Irsyad Abidin 76 Tuntas

15 M. Dio Dzikrulloh 80 Tuntas

16 M. Qomarul Ahyar 54 Tidak

17 M. Wildan Maulana Ihsan 74 Tidak

18 M. Syamsul Rizal 60 Tidak

19 M. Ilham Syaifulloh 52 Tidak

20 M. Hasan Santoso 48 Tidak

21 M. Yoga Maulana 56 Tidak

22 Mutiara Ayu Nur Sabrina 74 Tidak

23 Nabila Mutiara Azzahra 56 Tidak

24 Naila Shofie Nuril Qolbi 77 Tuntas

25 Radit Putra Wardana 54 Tidak

26 Roihan Hasyim Ashari 50 Tidak

Rata-rata 62,5

Hasil tes belajar sebelum siklus I (pre test) didapatkan hasil hanya ada 7 anak (27%) yang tuntas sedangkan 19 anak (73%) tidak tuntas. Sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus I. nilai rata-rata kelas 62,5.

2. Siklus I

a. Hasil Observasi pada keaktifan belajar siswa pada siklus I

Hasil Observasi pada keaktifan belajar siswa pada siklus I ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

Implementasi metode demonstrasi yang diterapkan di kelas I MI Darul Muta’alimin pada mata pelajaran fiqih ternyata dalam pelaksanaannya sering dilakukan oleh siswa terlebih dahulu secara ditunjuk oleh Guru yang kemudian Guru lebih menyempurnakan ketika terdapat hal-hal yang dianggap kurang tepat, dan metode demonstrasi ini dipandang sangat tepat untuk diterapkan, khususnya pada mata pelajaran fiqih, karena pada mata pelajaran fiqih ini membutuhkan banyak praktik untuk memberi pemahaman terhadap siswa khususnya materi wudu.

Untuk pelaksanaan metode demonstrasi ini tidak hanya dilakukan di ruang kelas, tetapi melihat materi yang akan disampaikan atau yang akan dijelaskan. Dan dapat dikatakan pula bahwa implementasi metode demonstrasi sangat tepat untuk diterapkan khususnya pada mata pelajaran fiqih di kelas I MI Darul Muta’alimin

2. Hasil Belajar Siswa

1. Peningkatan Nilai rata-rata kelas

Peningkatan nilai rata-rata kelas tiap siklus disajikan pada diagram di bawah ini

62.5

74.5 80.5

0 50 100

Pre test Siklus I Siklus II


(2)

63

Pada diagram di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai rata-rata kelas dari nilai pre test 62,5 menjadi 74,5 pada siklus I dan 80,5 pada siklus II.

2. Peningkatan Siswa yang tuntas dalam belajar

Pre test Siklus I Siklus II

Ketuntasan 7 10 23

7.00

10.00

23.00

0 5 10 15 20 25


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Data yang berhasil dikumpulkan, dianalisa dan ditafsirkan dari penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan. Dalam dua siklus dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan metode demonstrasi mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas 1 MI Darul Muta’allimin pada pelajaran berwudhu. 88% siswa mampu mencapai KKM dengan rata-rata kelas 80,5

2. Ada peningkatan yang signifikan hasil belajar siswa setelah belajar menggunakan metode demonstrasi, dari pra siklus 62,5%, ke siklus 1 menjadi 74,5 dan ke siklus 2 menjadi 80,5

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada siswa kelas 1 MI Darul Muta’alimin Sugihwaras Patianrowo pada tahun 2015 maka disampaikan saran sebagai berikut :

1. Bagi guru dituntut dapat menerapkan berbagai strategi, model, metode maupun teknik pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak jenuh dan aktif dalam pembelajaran. Salah satu dari metode tersebut adalah metode Demonstrasi.


(4)

65

2. Bagi siswa hendaknya lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, baik secara individu maupun dengan teman, sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar.

3. Bagi sekolah perlu memprogram adanya pelatihan bagi guru untuk meningkatkan wawasan dan ketrampilannya dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran yang inovatif.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

DAFTAR PUSTAKA

Anita.Sri, 2007. Strategi Pembelajaran, Jakarta : Universitas Terbuka

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Ash-Shiddiqiy, Hasby. 1999. Pengantar Ilmu Fikih. Semarang. PT. Pustaka Riska

Putra.

Baharudin, Wahyuni Nur Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz Media

Bahri Djamhara, Saiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Dalyono, 2010, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Rineka Cipta

Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Robbani Press. Junaidi, 2009, Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafino Persada

Kemdikbud, 2013. Panduan Teknis Penilaian Di SekolahDasar, Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar,

Nazir, Moh. 1999, Metode Penelitian, Jakarta;Ghalia Indonesia

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Sagala, Saiful, 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfa Beta Sudjana, Ibrahim, 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung :

Algesindo

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo Ofset.

Sumiati, 2008. Metode Pembelajaran. Bandung :PT Wacana,

Supardi. 2008. Classroom Action Research Beserta Sistematika Proposal dan

Laporannya. Jakarta: Bumi Aksara

Susanto, Ahmad, 2005, Teori Pembelajaran, Jakarta : PT Kencana Prenada Media,


(6)

67

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta : Prenada Group

Trianto, 2010.Model Pembelajaran Terpadu, Surabaya: Bumi Aksara

Udin, Winata Putra, 2003, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka

Uzer, Usman, Moh, 2006. Menjadi Guru Profesional, Bandung Remaja Rosda Karya