PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF PADA SISWA KELAS I-B MI MAMBA’UL ULUM BEDANTEN BUNGAH GRESIK.

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF

PADA SISWA KELAS I-B MI MAMBA’UL ULUM

BEDANTEN BUNGAH GRESIK

SKRIPSI

Oleh:

MASLIKHAN

D57211132

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH 2015


(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF

PADA SISWA KELAS I-B MI MAMBA’UL ULUM

BEDANTEN BUNGAH GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh

MASLIKHAN

NIM. D57211132

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

2015


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Maslikhan, 2015. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Sederhana Melalui Penggunaan Media Manipulatif Pada Siswa Kelas I-B MI Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik

Dosen Pembimbing : Wahyuniati, M.Si.

Pemahaman konsep materi pelajaran matematika ditingkat dasar sangat menentukan terhadap pemahaman konsep dijenjang berikutnya. Pemahaman siswa kelas I MI Mamba’ul Ulum terhadap materi pelajaran matematika rendah, data ini dlihat dari hasil ulangan harian materi bangun datar sederhana siswa yang dinyatakan tuntas hanya 3 siswa atau sebesar 18 % dari 17 siswa yang ada. Sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa tersebut. Hal ini dikarenakan guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran. Maka perlu didukung dengan pemilihan media yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika. Media manipulatif adalah bahan yang dapat dimain-mainkan dengan tangan. Alat ini terkait langsung dan bagian dari penjelasan konsep uraian-uraian materi yang disampaikan. Bahan manipulatif berfungsi untuk menyederhanakan konsep-konsep yang sulit atau sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkrit, menjelaskan sifat tertentu yang terkait dengan pengerjaan hitung dan sifat-sifat bangun geometri, serta memperlihatkan fakta-fakta. Penggunaan media manipulatif ini akan memberikan pemahaman yang lebih konkret kepada siswa tentang materi-materi yang abstrak.

Berdasarkan deskripsi dari latar belakang tersebut diperoleh dua permasalahan, yaitu: 1) Bagaimana penerapan media manipulatif pada pembelajaran matematika Materi Bangun Datar Sederhana Melalui Penggunaan Media Manipulatif Pada Siswa Kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik?; 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik materi bangun datar sederhana setelah diterapkannya pembelajaran dengan penggunaan media manipulatif?

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu: 1) untuk mengetahui bagaimana penerapan media manipulatif pada pembelajaran matematika Materi Bangun Datar Sederhana Melalui Penggunaan Media Manipulatif Pada Siswa Kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik; 2) Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik materi bangun datar sederhana setelah diterapkannya pembelajaran dengan penggunaan media manipulatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). PTK ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil refleksi pada siklus I akan digunakan sebagai bahan rujukan untuk pelaksanaan siklus berikutnya, sehingga proses dan hasil pelaksanaan siklus berikutnya akan lebih baik. Siklus akan dihentikan jika target indikator kinerja yang ditentukan telah tercapai. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2015, sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I-B MI Mamba’ul Ulum Bedanten Bunga Gresik yang berjumlah 17 siswa, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.


(7)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan pembelajaran yang dilakukan memberi dampak terhadap meningkatnya hasil belajar matematika siswa. Data hasil observasi aktivitas guru siklus II mencapai skor akhir 3,67 kriteria sangat baik (SB), mengalami peningkatan sebesar 0.56 dari siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana sudah dapat dilaksanakan dengan sangat baik oleh peneliti. Sedangkan data hasil observasi siswa siklus II, rata-rata skor akhir aktifitas siswa mencapai 3,28 kriteria sangat baik (SB), mengalami peningkatan 0,81. dibandingkan dengan siklus I. Kemudian data hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 65%. Data hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 88%, artinya meningkat 23% dibanding siklus I.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1) pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana dengan menggunakan media manipulatif sudah terlaksana dengan sangat baik, 2) hasil belajar siswa MI Mam’baul Ulum meningkat setelah dilaksanakannya pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana dengan media manipulatif.

Kata Kunci : Hasil belajar matematika, Media Manipulatif.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN MOTTO ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR RUMUS………...xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Hakikat Hasil Belajar Matematika ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Pengertian Hasil Belajar ... 12

3. Pengertian Matematika ... 15

4. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 17

5. Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah .. 20

6. Pengertian Hasil Belajar Matematika ... 22

B. Materi Bangun Datar Sederhana ... 23

1. Segitiga ... 23 x


(9)

2. Segiempat ... 26

3. Lingkaran ... 32

C. Hakikat Media Pembejaran manipulatif ... 34

1. Pengertian Madia Pembelajaran ... 34

2. Fungsi Media Pembelajaran ... 35

3. Kegunaan Media Pembelajaran ... 36

4. Karakteristik Media Pembelajaran ... 37

5. Peranan Media dalam Pembelajaran ... 40

6. Media Manipulatif ... 43

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 50

A. Metode Penelitian ... 50

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 50 1. Tempat Penelitian ... 50

2. Waktu Penelitian ... 50

3. Subjek Penelitian ... 51

C. Variabel yang Diselidiki ... 51

D. Rencana Tindakan ... 51

1. Desain Penelitian ... 51

2. Siklus Penelitian ... 53

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 55

1. Data dan sumber data ... 55

2. Tenik Pengumpulan Data ... 56

3. Teknik Analisis Data ... 60

F. Indikator Kinerja ... 64

G. Tim Peneliti dan Tugasnya... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Hasil Penelitian ... 66

1. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 66

2. Deskripsi Pembelajaran Siklus I ... 68 xi


(10)

3. Deskripsi Pembelajaran Siklus II ... 83

B. Pembahasan ... 98

BAB V PENUTUP ... 102

A. Simpulan ... 102

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 108

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 109

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 110


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya. Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 amandemen keempat, pasal 31 menyatakan bahwa Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Sedangkan dalam undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat.

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara1.

Anak usia 0-8 tahun sering disebut dengan masa keemasan atau Golden Age. Pada masa ini sangat diperlukan perhatian khusus dari orang dewasa baik orang tua maupun guru, karena pada masa ini stimulus yang diberikan pada

1

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 335.


(12)

2

anak dapat mempengaruhi perkembangan otak dan mempengaruhi kemampuan akademiknya pada masa yang akan datang.

Pembelajaran matematika dasar mampu meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah, memisahkan, mengenal konsep angka, serta kemampuan mengukur dan memperkirakan2.

Pembelajaran matematika untuk anak Sekolah Dasar sangatlah dibutuhkan untuk mempersiapkan anak melanjutkan pendidikan lebih atas. Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa konsep salah satunya adalah konsep bangun datar sederhana.

Konsep bangun datar sederhana merupakan awal pengenalan matematika kepada anak karena menjadi dasar pembelajaran matematika selanjutnya.

Matematika penting diajarkan di SD/MI dikarenakan :

1. Siswa SD/MI masih belum mampu berpikir abstrak karena orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkret;

2. Matematika sebagai studi obyek abstrak, sangat sulit dapat dicerna anak-anak usia Sekolah Dasar (SD/MI);

3. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern;

4. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori

2

Syamsiatin, E., Modul Permainan Matematika Di Taman Kanak-kanak (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), 11.


(13)

3

bilangan, aljabar, bangun ruang, analisis, teori peluang dan matematika diskrit;

5. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (dimulai dari anak usia Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah);

6. Solusi : cara mengelola proses belajar mengajar matematika di SD/MI yang baik adalah dengan model pembelajaran inovatif.

Guru matematika yang profesional dan kompeten mempunyai wawasan landasan yang dapat dipakai dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika. Wawasan itu berupa dasar-dasar teori belajar yang dapat diterapkan untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran matematika

Penerapan dalam mengembangkan kemampuan bidang pengembangan kognitif di kelas 1 B Madrasah Ibtidaiyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik Tahun Pelajaran 2014-2015 terutama materi mengenal bangun datar sederhana masih belum memperoleh hasil yang maksimal dikarenakan Guru masih menggunakan metode ceramah. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian materi bangun datar sederhana siswa dari 17 anak kelas 1 B Madrasah Ibtidaiyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik diperoleh data sebagai berikut : 3 anak dinyatakan tuntas dan 14 anak belum tuntas dalam artian belum memenuhi nilai KKM yang ditetapkan yakni 703.

3

Berdasarkan hasil ulangan harian tanggal 3 Mei 2015


(14)

4

Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan bahwa semua anak belum menguasai meteri bangun datar sederhana seperti yang diharapkan guru, semua anak dapat menguasai materi bangun datar sederhana. Untuk menindak lanjuti hal tersebut maka dilakukan diskusi dengan teman sejawat untuk mencari akar dari permasalahan tersebut.

Hasil diskusi dapat mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dari proses permasalahan tersebut adalah :

1. Konsentrasi anak tidak terpusat pada kegiatan, anak pasif, asyik bermain sendiri

2. Guru tidak menggunakan media

3. Guru menggunakan metode pemberian tugas ( paper pencil tes ) tanpa memberikan penjelasan yang dapat dimengerti anak

4. Kegiatan pembelajaran kurang menarik bagi anak.

Setelah dilakukan identifikasi masalah maka langkah selanjutnya adalah analisis. Hasil analisis tersebut adalah :

1. Strategi guru dalam proses pembelajaran kurang menarik 2. Guru kurang melibatkan anak dalam proses pembelajaran

3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang dapat memperjelas pemahaman anak.

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis masalah tersebut diatas maka untuk meningkatkan kemampuan anak dalam memahami materi bangun datar sederhana hingga mencapai perkembangan yang diharapkan, maka dipandang


(15)

5

perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Sederhana Melalui Penggunaan Media Manipulatif Pada Siswa Kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik”.

Media manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Media ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh peserta didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau diklasifikasikan (Muhsetyo dkk, 2007)4.

Penggunaan manipulatif ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami konsep dan prosedur matematika. Media manipulatif ini berfungsi untuk menyederhanakan konsep yang sulit/sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat tertentu yang terkait dengan pengerjaan (operasi) hitung, sifat-sifat bangun geometri serta memperlihatkan fakta-fakta (Muhsetyo dkk, 2007)5.

Dalam pembelajaran matematika, hendaknya agar bahan pelajaran yang diberikan lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan bahan-bahan yang

4

Sujinal Arifin (Media Manipulatif Untuk Pembelajaran Matematika SD : Materi Operasi Pecahan (18, Mei, 2010). http://inal9979.blogspot.com/2010/05/media-manipulatif-untuk-pembelajaran. html

5

Ibid


(16)

6

perlu disiapkan guru, dari barang-barang yang harganya relatif murah dan mudah diperoleh, misalnya kertas manila, karton, kayu, kawat, kain untuk menanamkan konsep matematika tertentu sesuai dengan keperluan6.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan permasalahan yang akan diajukan dalam proposal Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :

1. Bagaimana penerapan media manipulatif pada pembelajaran matematika Materi Bangun Datar Sederhana Melalui Penggunaan Media Manipulatif Pada Siswa Kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik materi bangun datar sederhana setelah diterapkannya pembelajaran dengan penggunaan media manipulatif?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui penerapan media manipulatif pada pembelajaran

matematika Materi Bangun Datar Sederhana melalui Penggunaan Media Manipulatif Pada Siswa Kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik.

6

Ibid


(17)

7

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas I-B Madrasah Ibtida’iyah Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik materi bangun datar sederhana setelah diterapkannya pembelajaran dengan penggunaan media manipulatif.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian di kelas 1 B MI Mamba’ul Ulum Bedanten ini adalah :

1. Secara Toeritis dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah mengenai cara meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun datar sederhana melalui penggunaan media manipulatif.

2. Scara Praktis :

a. Berguna bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika selama pembelajaran di kelas.

b. Berguna bagi siswa dalam peningkatan pemahaman materi pelajaran matematika.

c. Berguna bagi sekolah dalam menyediakan media manipulatif untuk proses pembelajaran matematika sehingga tercapainya KKM dan SKL.


(18)

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu unsur yang penting dalam dunia pendidikan karena pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa akan belajar untuk memahami suatu materi yang disampaikan oleh guru. Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya1.

Jamarah menyebutkan bahwa James Whittaker merumuskan belajar itu sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman2. Perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk hidup bermasyarakat meliputi keterampilan berpikir (memecahkan masalah) dan keterampilan sosial, juga yang tidak kalah pentingnya adalah nilai dan sikap. Jika disimpulkan, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah

1

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 2.

2

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), 12.

8


(19)

9

laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal3.

Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya4.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri5.

3

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstua l (Bandung:Refika aditama,2011), 2.

4

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta,2013), 2.

5

Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru(Jakarta:PT Remaja Rosdakaraya,2013), 87.


(20)

10

Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut: a. Gagne, belajar adalah perubahan disposisi kemampuan yang

dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

b. Travers, belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

c. Cronbach, Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

d. Horald Spears, Learning is to observe, to read, to imitate, to tray something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

e. Geoch, Learning is change in performance as result of practice. (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan). f. Morgan, Learning is anyrelatively permanent change in behavior

that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman)6. g. Selanjutnya ada yang mendefinisikan ”belajar adalah berubah”.

6

Agus Suprijono, Cooperative learning (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), 2-3.


(21)

11

Dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, serta penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, rana kognitif, afektif dan psikomotorik7.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah ”penambahan pengetahuan”. Definisi atau konsep ini dalam praktiknya banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan/ menerimanya. Dalam kasus yang demikian, guru hanya berperan sebagai “pengajar”. Sebagai konsekuensi dari pengertian yang terbatas ini,

7

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 21.


(22)

12

kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu menghafal. Hal ini terbukti, misalnya kalau siswa (subyek belajar) itu akan ujian, mereka akan menghafal terlebih dahulu, sudah barang tentu pengertian seperti ini, secara essensial belum memadahi8.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut terkait dengan pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, serta penyesuaian diri.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa9:

a. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan, maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

8

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 20-21.

9

Agus Suprijono, Cooperative learning (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), 5-6.


(23)

13

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuaan analitis-sintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatis gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif 10.

10

Agus Suprijono, Cooperative learning (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012),7.


(24)

14

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris11.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi12.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaiaan, organisasi dan internalisasi13.

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotori, yakni (a) gerakan reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c)kemampuan perseptual, (d) keharmonisan, (e) gerakan keterampilan kompleks dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif14.

11

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) , 22.

12

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 22.

13

Ibid

14

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 23.


(25)

15

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran15.

Dari proses belajar diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang baik sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang ditetapkan sebelum proses belajar berlangsung. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar adalah menggunakan tes. Tes ini digunakan untuk menilai hasil belajar yang dicapai dalam materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah. Dimana hasil tes nanti di gambarkan dalam bentuk angka.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran dari proses pengalaman belajarnya yang diukur dengan tes.

3. Pengertian Matematika

Matematika yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang bersifat pasti (eksakta) memiliki asal usul matematika tersendiri. Istilah matematika berasal dari istilah latin yaitu Mathe-matica yang awalnya mengambil istilah Yunani yaitu mathematike yang berarti relating to learning yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan. Kata yunani

15

Ibid.


(26)

16

tersebut mempunyai akar kata mathema yang berarti “pengkajian”, “pembelajaran”, “ilmu” atau “pengetahuan” (knowledge) yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi pengkajian matematika. Kata mathematike yang berhubungan juga dengan kata lainnya yang serumpun, yaitu mathenein atau dalam bahasa prancis les athematiques yang berarti belajar (to learn). Jadi berdasarkan asal usulnya maka kata matematika berarti pengetahuan yang diperoleh dari hasil proses belajar, sehingga matematika merupakan suatu pengetahuan16.

Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan, apa yang dimaksud dengan matematika itu. Sasaran pembelajaran matematika tidaklah konkrit, tetapi abstrak dengan cabang-cabangnya semakin lama semakin berkembang dan bercampur.

Karso, dkk menyebutkan bahwa Ruseffendi mengungkapkan beberapa pendapat tentang matematika. Seperti menurut Johnson dan Rising, bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat refpresentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan

16

Didi Haryono, Filsafat Matematika (Bandung:Alfabetha, 2014), 6.


(27)

17

kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

Berdasarkan pernyataan dari ahli matematika diatas dapat dikatakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal-hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Hal ini berarti belajar matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan diantara konsep dan struktur tersebut17. Matematika disebut Ilmu deduktif, karena kita ketahui bahwa baik isi maupun metode pencarian kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umumnya. Metode pencarian kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah metode deduktif, sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen. Namun dalam matematika, mencari kebenaran itu bisa dimulai dari dengan induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus dibuktikan secara deduktif18.

4. Pengertian Pembelajaran Matematika

17

Ibid, 1.40.

18

Karso, dkk, Pendidikan Matematika I (Jakarta:Universitas Terbuka, 2011), 1.40.


(28)

18

Kata pembelajaran bisa dikatakan diambil dari kata instruction yang berarti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dalam pembelajaran segala kegiatan berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa, ada interaksi siswa yang tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik lahiriah, akan tetapi siswa dapat berinteraksi dan belajar melalui media cetak, elektronik, media kaca dan televisi, serta radio. Dalam suatu definisi pembelajaran dikatakan upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan19.

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efek-tif dan efisien20.

Pasal 1 butir 20 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ada terkandung lima komponen pembelajaran, yaitu interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar.

19

Ali Hamzah, Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 42.

20

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual (Bandung:Refika Aditama, 2011), 3.


(29)

19

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman21.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika dengan melibatkan partisipasi aktif peserta didik di dalamnya. Pembelajaran matematika berorientasi pada matematika formal dengan beberapa pengertian seperti hubungan, fungsi, kelompok, vektor diperkenalkan dan dimasukkan dalam definisi dan dihubungkan satu dengan lain dalam satu sistem yang disusun secara deduktif. Konsep lain berhubungan dengan sekeliling di mana pem-belajaran matematika bertugas mematematisasikan lingkungan sekitar. Dalam konsep heuristic, pembelajaran matematika merupakan sustu sistem

21

Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,edisi ketiga ( Jakarta: pusat bahasa, 2008), 24.


(30)

20

di mana peserta didiknya diarahkan dan dilatih untuk menemukan sesuatu secara mandiri22.

5. Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Pada hakikatnya, objek langsung belajar matematika itu merupakan penanaman penalaran dan pembinaan keterampilan dari konsep-konsep, yaitu ide-ide atau gagasaan-gagasan yang terbentuk dari sifat-sifat yang sama. Dilain pihak dihubungkan dengan proses pembelajaran yang diselenggarakan guru dalam rangka transfer kurikulum maka konsep-konsep matematika yang tersusun dalam GBPP matematika Sekolah Dasar dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis konsep, yaitu: pertama, konsep dasar yang merupakan materi-materi atau bahan-bahan dan sekumpulan bahasan atau semesta bahasan, dan umumnya merupakan materi baru untuk para siswa yang mempelajarinya. Kedua, konsep yang berkembang yang merupakan sifat atau penerapan dari konsep-konsep dasar. Ketiga, konsep yang harus dibina keterampilannya, yang merupakan konsep-konsep dasar atau konsep-konsep-konsep-konsep yang berkembang23.

Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar matematika dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan pokok. Pertama adalah kegiatan pembelajaran untuk penenaman konsep, yang bertujuan untuk menyam-paikan konsep-konsep baru yang umumnya merupakan jenis konsep dasar.

22

Ali Hamzah, Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 65-66.

23

Karso, dkk, Pendidikan Matematika I(Jakarta:Universitas Terbuka, 2011), 1.43-1.44.


(31)

21

Kedua adalah kegiatan pembelajaran untuk pemahaman konsep yang merupakan kelanjutan dari model pendekatan penanaman konsep. Ketiga adalah kegiatan pembelajaran untuk pembinaan keterampilan yang bertujuan untuk melatih siswa mengingat dan menerapkan konsep yang sudah dipelajarinya pada kedua tahapan pembelajaran sebelumnya24.

Pembelajaran merupakan proses dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (dalam segala, 2005) adalah suatu proses tempat lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran bagian khusus dalam pendidikan25.

Anak bukanlah manusia dewasa dalam ukuran kecil. Anak memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan orang dewasa bahkan mereka berbeda antara yang satu dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut juga dapat dilihat dari cara berpikir, bertindak, bekerja dan lain sebagainya. Anak-anak MI/SD adalah anak yang pada umumnya berada pada kisaran usia 7 – 12 tahun. Menurut Peaget, anak pada usia ini masih berada dalam tahap berpikir operasional konkret, artinya bahwa siswa-siswi MI/SD belum bisa berpikir formal dan abstrak. Pada tahap ini, anak-anak dapat

24

Ibid, 1.47-1.55.

25

Esti Yuli Widayanti, dkk, Pembelajaran Matematika MI (Surabaya : Aprinta, 2009), 1- 6.


(32)

22

memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkret. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika guru harus memperhatikan karakteristik dan perbedaan-perbedaan tersebut untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika di MI26.

Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran matematika MI adalah usaha yang dilakukan oleh guru kepada siswa-siswi MI untuk membangun pemehaman terhadap matematika. Proses pembangunan pemahaman inilah yang penting dari pada hasil belajar sebab pemahaman akan lebih bermakna kepada materi yang dipelajari27.

6. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran dari proses pengalaman belajarnya yang diukur dengan tes.

Dari definisi diatas, serta definisi-definisi tentang matematika, belajar, dan hasil belajar, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar matematika. Pengalaman tersebut berupa pengetahuan, pengertian, pemahaman dan juga kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol.

26

Ibid, 1 – 8.

27

Ibid, 1 – 9.


(33)

23

Kemampuan tersebut dapat dilihat dari kemampuan berpikir matematika dalam diri siswa yang bermuara pada kemampuan matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

B. Materi Bangun Datar Sederhana

Bangun datar adalah bidang yang permukaannya datar dan tidak mempunyai ketebalan28.

Bangun datar disebut juga bangun dua dimensi. Standar Kompetensi yang terkait dengan materi sifat-sifat bangun datar yaitu memahami sifat-sifat bangun datar dan hubungan antar-bangun. Tiap-tiap bangun datar memiliki sifat-sifat yang membedakan dengan bangun datar lainnya.

1. Segitiga

Segitiga adalah bangun datar yang terdiri dari tiga ruas garis yang dua-dua bertemu ujungnya. Tiap ruas garis yang membentuk segitiga disebut sisi. Pertemuan ujung-ujung ruas garis disebut titik sudut29.

Gambar 2.1

Segitiga ABCD dengan sisi dan titik sudutnya

28

Umi Salamah, Bidang Datar (Kartasura:Wangsa Jatra Lestari, 2011), 1.

29

AgusSuharjana, Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 37.


(34)

24

Pembagian segitiga berdasarkan sudut-sudutnya adalah sebagai berikut30: a. Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya lancip.

Gambar2.2 Segitiga Lancip ABC Sifat-sifat segitiga lancip adalah :

00<∠CAB < 900 00<∠ABC < 900 00<∠BCA < 900

b. Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya siku-siku.

Gambar 2.3 Segitiga Siku-siku DEF Sifat-sifat segitiga siku-siku DEF adalah :

∠FED = 900

c. Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya tumpul.

Gambar 2.4 Segitiga tumpul PQR

30

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 38.


(35)

25

Sifat-sifat segitiga Tumpul PQR adalah : 900<∠RQP < 1800

Pembagian segitiga atas dasar panjang sisinya adalah :

a. Segitiga sebarang adalah segitiga yang ketigasisinya berbeda.

Gambar 2.5 Segitiga sebarang ABC

b. Segitiga sama kaki adalah segitiga yang tepat dua sisinya sama panjang.

Gambar 2.6 Segitiga sama kaki PQR Sifat-sifat segitiga sama kaki PQR adalah :

=

∠PQR = ∠QPR

c. Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.

Gambar 2.7 Segitiga sama sisi PQR

A

B C


(36)

26

Sifat-sifat segitiga sama sisi PQR adalah : = =

∠PQR = ∠PRQ = ∠QPR = 600

2. Segiempat

Segiempat sebarang adalah bangun bersisi empat yang tertutup dan sederhana. Tertutup artinya antara pangkal dengan ujung kurva saling berimpit. Sederhana artinya kurva yang tidak memuat titik potong atau apabila dua titik potong yang tidak berurutan dihubungkan tidak memuat titik potong lainnya31.

Adapun bangun segi empat sebarang tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.8 Segiempat sebarang

Ada bermacam-macam segiempat, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Persegi

Persegi adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku, atau persegi adalah belah ketupat yang

31

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 31.


(37)

27

salah satu sudutnya siku-siku, atau persegi adalah persegi panjang yang dua sisi yang berdekatan sama panjang32.

Gambar 2.9 Persegi ABCD

Sifat-sifat persegi ABCD adalah sebagai berikut : = = =

∠DAB =∠ABC = ∠BCD = ∠CDA = 900

=

= = = b. Persegi panjang

Persegi panjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku atau jajar genjang yang salah satu sudutnya siku-siku33.

Gambar 2.10 Persegi panjang ABCD

32

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 32.

33

Agus Suharjana, Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 33.


(38)

28

Sifat-sifat persegi panjang ABCD adalah :

// dan //

= dan =

= ; = dan = c. Jajargenjang

Jajargenjang adalah segiempat yang sisi-sisinya sepasang-sepasang, atau segiempat yang memiliki tepat dua pasang sisi sejajar34.

Gambar 2.11 jajargenjang ABCD

Sifat-sifat jajargenjang ABCD adalah sebagai berikut: // ; ∠DAB = ∠BCD

= ; =

// ; ∠ABC = ∠ADC; = ; =

d. Belah ketupat

Belah ketupat adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang, atau belah ketupat adalah jajargenjang yang dua sisinya yang

34

Agus Suharjana, Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 33.


(39)

29

berdekatan sama panjang, atau belah ketupat adalah layang-layang yang keempat sisinya sama panjang35.

Gambar 2.12 Belah ketupat ABCD

Sifat-sifat belah ketupat ABCD adalah sebagai berikut: = = =

∠BAD = ∠BCD ∠ABC = ∠ADC = ; =

// ; //

e. Layang-layang

Layang-layang adalah segiempat yang dua sisinya yang berdekatan sama panjang, sedangkan keduasisi yang lain juga sama panjang36.

35

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 34.

36

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 34.


(40)

30

Gambar 2.13 layang-layang ABCD

Sifat-sifat layang-layang ABCD adalah sebagai berikut : = ; =

Sudut-sudut yang berhadapan sama panjang ∠ACB = ∠CAB ;∠BAD = ∠BCD

∠ACD = ∠CAD f. Trapesium

Trapesium adalah segiempat yang dua sisinya sejajar dan dua sisi yang lainnya tidak sejajar37.

Gambar 2.14 Trapesium ABCD

Sifat-sifat trapesium ABCD adalah sebagai berikut : //

dan disebut kaki trapesium

(sisi terpanjang) dari trapesium disebut alas trapesium

37

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 35.


(41)

31

Pada umumnya ada dua macam trapesium: 1) Trapesium sama kaki

Trapesium sama kaki adalah trapesium yang kedua sisinya sejajar dan kedua kakinya atau sisi tegaknya sama panjang, serta sudut-sudutnya tidak ada yang siku-siku38.

Gambar 2.15

Trapesium sama kaki ABCD

Sifat-sifat trapezium sama kaki ABCD adalah sebagai berikut :

// =

∠DAB = ∠CBA ; =

2) Trapesium siku-siku

Trapesium siku-siku adalah trapesium yang salah satu sudutnya siku-siku39.

Gambar 2.16

Trapesium siku-siku ABCD

38

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 35.

39

AgusSuharjana, PengenalanBangunDatardanSifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 36.


(42)

32

Sifat-sifat trapesium siku-siku ABCD adalah sebagai berikut : //

∠DAB = 900

Macam-macam segiempat dan hubungannya satu sama lain dapat digambarkan dengan skema berikut :

Gambar 2.17

Macam-macam segiempat dan hubungannya 3. Lingkaran

Lingkaran adalah bangun datar yang sisinya selalu berjarak sama dengan titik pusatnya, atau lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang terletak pada suatu bidang, dan berjarak sama terhadap titik tertentu. Titik tertentu tadi disebut pusat lingkaran40.

40

Agus Suharjana, Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD (Yogyakarta:PPPPTK, 2008), 42.


(43)

33

Gambar 2.18 Lingkaran O adalah titik pusat lingkaran

AB adalah diameter atau garis tengah

OA dan OB atau OA1, OA2, OA3 adalah jari-jari lingkaran.

Selain titik pusat, diameter, dan jari-jari, lingkaran pun mempunyai unsur-unsur lain.

Perhatikan kembali gambar lingkaran berikut ini:

a. GH disebut tali busur

b. Sisi lengkung GH disebut busur

c. Daerah yang dibatasi oleh tali busur MN dan busur MN disebut tembereng

d. Daerah yang dibatasi jari-jari OK dan jari-jari OL serta busur KL disebut juring.


(44)

34

C. HAKIKAT MEDIA PEMBELAJARAN MANIPULATIF 1. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiyah berarti “perantara” atau “pengantar”, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan kepada penerima pesan41. Media merupakan sarana atau alat terjadinya proses belajar mengajar42. Media diartikan sebagaai jenis-jenis metode atau cara membimbing anak dalam belajar dengan melibatkan sejumlah alat bantu pengajaran. Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu adalah isi pelajaran43.

Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif44.

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian

41

Nur hamim, dkk, Bahan Ajar PLPG/Pengawas dalam jabatan 2011(Surabaya :LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2011), 84.

42

Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif (Jakarta:Publisher, 2009), 419.

43

Jurnaidi, Pembelajaran Matematika Materi Kesebangunan dengan Menggunakan Multimedia Interaktif (Palembang:Prosiding Seminar Nasional, 2011), 472.

44

Agus Suprijono, Cooperative learning (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), 13.


(45)

35

atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman45.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembela-jaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merang-sang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendo-rong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran mempengaruhi efektivitas pembelajaran.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk me-manfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran.

Ada beberapa fungsi media pembelajaran, yaitu 46:

a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.

b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.

c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung anta-ra peserta didik dengan lingkungannya.

45

Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga (Jakarta:Pusat Bahasa, 2008), 24.

46

Nur hamim, dkk, Bahan Ajar PLPG/Pengawas dalam jabatan 2011 (Surabaya :LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2011), 84-85.


(46)

36

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.

f. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. h. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang

konkrit sampai dengan abstrak. 3. Kegunaan Media Pembelajaran

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan 47: a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.

c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan ke-mampuan visual, auditori dan kinestetiknya.

e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

f. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (ko-munikan), dan tujuan pembelajaran.

47

Daryanto, Media Pembelajaran (Yogyakarta:Gava Media, 2010), 5-6.


(47)

37

4. Karakteristik Media Pembelajaran

Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya48: a. Media Grafis

1) Gambar atau foto

Gambar atau foto yang baik untuk media pendidikan ialah gam-bar yang :

a) Autentik, gambar/foto tersebut jujur melukiskan situasi apa ada-nya.

b) Sederhana, komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjuk-kan poin-poin pokok gambar.

c) Ukuran relatif, gambar atau foto bisa menyesuaikan dengan kondisi.

d) Mengandung perbuatan.

e) Harus mencapai tujuan pembelajaran.

f) Tidak setiap yang bagus merupakan media yang bagus 2) Sketsa

3) Diagram

4) Bagan/chart. Bagan yang baik adalah dapat dimengerti, sederhana dan dapat diupdate

5) Grafik

48

Nur hamim , dkk, Bahan Ajar PLPG/Pengawas dalam jabatan 2011 (Surabaya :LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2011), 86-88.


(48)

38

6) Kartun 7) Poster

8) Peta dan globe 9) Papan flanel 10) Papan bulletin

Gambar 2.19 Papan Flanel b. Media Audio

1) Radio

2) Alat perekam pita magnetik 3) Laboratorium bahasa

Gambar 2.20 Radio c. Media Proyeksi Diam

1) Film bingkai 2) Film rangkai


(49)

39

3) Media transparansi

4) Proyektor tak tembus pandang 5) Mikrofis

6) Film

7) Film gelang 8) Televisi 9) Video

10) Permainan dan simulasi.

Gambar 2.21 Televisi

Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut multimedia.

Hamim, dkk menyebutkan bahwa Allen mengemukakan tentang hubu-ngan antara media dehubu-ngan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini 49:

49

Nur hamim , dkk, Bahan Ajar PLPG/Pengawas dalam jabatan 2011 (Surabaya :LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2011), 88-89.


(50)

40

Tabel 2.1.

Hubungan Media dengan Tujuan Pembelajaran

Jenis Media 1 2 3 4 5 6

Gambar Diam S T S S R R

Gambar Hidup S T T T S S

Televisi S S T S R S

Objek Tiga Dimensi R T R R R R

Rekaman audio S R R S R S

Programmed Instruction S S S T R S

Demonstrasi R S R T S S

Buku Teks Tercetak S R S S R S

Keterangan:

R= Rendah S= Sedang T= Tinggi 1 = Belajar informasi faktual.

2 = Belajar pengenalan visual.

3 = Belajar Prinsip, konsep dan aturan. 4 = Prosedur belajar.

5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik. 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi. 5. Peranan Media dalam Pembelajaran

Peranan beberapa karakteristik media pembelajaran sangat urgen dalam hasil belajar. Hamim, dkk menyebutkan bahwa Edgar Dale memberikan gambaran dari hasil belajar melalui kerucut pengalamannya atau biasa


(51)

41

dikenal corn of experiences. Kerucut tersebut semakin ke bawah semakin konkrit hasil belajar para siswa50.

a. Lambang kata menempati kerucut yang paling atas yang bermakna bahwa apabila guru hanya menyampaikan pesan maka hasil belajar hanyalah ruangan yang sempit

b. Lambang visual menempati urutan yang kedua, pada lambang visual hasil belajar lebih besar yang menandakan bahwa belajar melalui visualisasi, hasil belajar lebih banyak dibanding dengan kata

c. Gambar tetap atau rekaman, dan radio menempati urutan yang berikut-nya. Hasil belajar lebih banyak yang diperoleh

d. Gambar hidup menempati urutan berikutnya, hasil belajar lebih banyak dari pada yang di atas

e. Televisi, hasil belajar semakin banyak diperoleh melalui layar televisi f. Pameran museum, hasil belajar semakin banyak

g. Darmawisata, demikian juga darmawisata akan menghasilkan produk belajar lebih banyak

h. Percontohan, melalui percontohan hasil yang didapatkan dalam belajar semakin banyak

i. Pengalaman dramatisasi, melalui pengalaman dramatisasi hasil belajar semakin bertambah banyak.

50

Nur hamim, dkk, Bahan Ajar PLPG/Pengawas dalam jabatan 2011 (Surabaya :LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2011), 89-90.


(52)

42

j. Pengalaman tiruan, demikian juga dengan pengalaman tiruan, hasil belajar semakin bertambah banyak

k. Pengalaman langsung, melalui pengalaman langsung ini pembelajaran akan menghasilkan produk pembelajaran yang efektif.

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh: bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas) maka media film dan video bisa digunakan. Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk memperkenaalkan bentuk-bentuk bangun datar, maka media yang peneliti pilih adalah media manipulatif. Di samping itu. Terdapat kriteria lainnya

Gambar 2.22

Kerucut Pengalaman Edgar Dale Abstrak


(53)

43

yang bersifat melengkapi, (komplementer), seperti biaya, ketepatgunaan, keadaan peserta didik, ketersediaan, dan mutu teknis.

6. Media Manipulatif

Manipulatif telah lama digunakan untuk mengajarkan matematika, karena mempunyai banyak manfaat. Salah satu alasannya adalah bahwa bahan-bahan manipulatif membantu siswa untuk memahami ide secara abstrak51. Sedangkan menurut Dunlap dan Brennan dalam Lambert, benda manipulatif dapat membantu anak-anak memahami, mengembangkan dan membangun konsep matematika.

Kelly dalam Yeni (2011:67) menyatakan ”The tern, manipulative, will be defined asa any tangible, tool, model, or mechanism that may used to clearly demonstrate a dept of understanding, while problem solving, a bout a specified mathematical topic or topics”. Menurut Kelly, benda manipulatif merupakan suatu media pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hubungan keterampilan praktik yang berarti meningkatkan ingatan dan penerapannya dalam pemecahan masalah.

Sebuah survey penggunaan manipulatif dalam pembelajaran yang dilakukan Suydam dan Higgins dalam Jonson (2011:41) mereka menemukan bahwa “Lesson involving manipulative materials will produce greather mathematical achievement than will lesson in which manipulative materials are not used if the manipulative materials are used well”.

51

Burns, 1996), 4.


(54)

44

Pernyataan Suydam dan Higgins tersebut dapat diartikan bahwa pembelajaran yang melibatkan bahan manipulatif menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih besar di bandingkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan bahan manipulatif jika bahan manipulatif digunakan dengan baik.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manipulatif dalam pembelajaran matematika merupakan suatu media yang digunakan untuk menjelaskan konsep matematika kepada siswa melalui benda konkret yang dapat dibalik, dipotong, digeser, dipindah, digambar, ditambah, dipilah, dikelompokkan, atau diklasifikasikan, sehingga dapat membantu siswa dalam pemahaman konsep matematika secara abstrak.

Contoh bahan manipulatif, jenisnya kertas, karton, kelereng, kerikil, manik-manik, buku, pensil, butiran, kayu, kawat, lidi atu bungkus makanan52.

a. Bahan Manipulatif dari Kertas

Bahan kertas ini mudah diperoleh dengan warna yang beragam, dari kertas manila yang dibeli di toko atau dari bekas berbagai sampul tak terpakai, dari karton pembungkus makanan atau minuman.

“Manfaat dari bahan manipulatif kertas atau karton ini antara lain untuk menjelaskan pecahan”53. Konsep pecahan m/n senaga m bagian

52

(Gatot Muhsetyo, dkk, 2007: 4. 21).

53

Ibid.


(55)

45

dari n bagian yang sama, dapat didemonstrasikan guru, atau dipraktikkan siswa, dengan menggunakan berbagai bangun geometri, misalnya persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, dll.

b. Bahan Manipulatif dari Kayu

Bahan dari kayu ini dapat dihias dengan berbagai warna yang menarik untuk menjelaskan konsep numeral, kesamaan bilangan, dan operasi bilangan bulat.

c. Bahan Manipulatif dari Lidi.

Pecahan dapat dimanipulasikan dengan lidi dengan warna yang menarik digunakan untuk menjelaskan konsep satuan, puluhan, ratusan untuk siswa SD kelas rendah.

d. Bahan Maniplatif dari Kertas Bertitik atau Berpetak

Kertas bertitik dapat bersifat persegi atau bersifat isometri. Model ini dapat digunakan untuk menjelaskan banyak hal yang terkait dengan geometri. Menjelaskan bangun datar dan sifat-sifatnya, hubungan antar bangun datar dan luas bangun datar.

Media manipulatif mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut54: 1) Dapat membantu anak untuk mengkonkretkan ide abstrak.

2) Membantu anak memahami kata-kata dan simbol matematika.

3) Membantu anak membangun kepercayaan dengan memberikan mereka tes dan konfirmasi.

54

(Burns, 1996), 47.


(56)

46

4) Manipulatif sangat berguna untuk memecahkan masalah.

5) Manipulatif membuat pembelajaran matematika menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

Langkah penggunaan media manipulatif dijabarkan lebih rinci oleh Schmoll (2011:1) dalam website ehow yang berjudul “How To Learn Math With manipulatives”. Schmoll mengembangkan langkah-langkah tersebut berdasarkan penjelasan dari Burns. Langkah-langkah penggunaan media manipulatif menurut Schmoll adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan media manipulatif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Memperkenalkan media manipulatif yang akan digunakan kepada siswa.

c. Guru mencontohkan siswa bagaimana menggunakan manipulatif untuk penanaman konsep matematika.

d. Siswa bereksplorasi dengan media manipulatif.

e. Siswa membuat dan menempel tabel manipulatif di kelas. 7. Media Manipulatif dan Penggunaannya pada penelitian

Khusus media manipulatif yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan bahan dasar kertas origami dan styrofoam, kertas origami digunakan untuk penggenalan awal tentang bangun datar sederhana sedangkan styrofoam digunakan untuk pengenalan bentuk yang nyata dari kehidupan sekitar anak-anak.


(57)

47

Alat dan Bahan : a. Styrofoam b. Kertas Origami. c. Spidol/Bulpoin d. Penggaris e. Gunting/Cutter f. Lem/double tipe g. Kertas HVS h. Laptop/Komputer i. Printer

Cara Membuat :

a. Berbahan dasar origami

Kita siapkan semua bahan dasar, selanjutnya kita tentukan bentuk yang akan kita buat. Semisal bangun segitiga sama sisi maka kita ukur sama masing-masing sisi.

Selanjutnya kita gunting, begitu juga kalau membuat bangun datar sederhana yang lain.

4 cm 4 cm


(58)

48

b. Berbahan dasar Styrofoam

Karena kita akan menunjukkan sesuatu yang mudah dipahami oleh anak-anak maka kita menggunakan contoh yang anak-anak akrab/terbiasa melihat itu. Untuk lebih cepat namun tetap terlihat nyata kita menggunakan alat bantu laptop/komputer. Setelah gambar di print out dengan kertas HVS kita potong sesuai bentuk gambar menggunakan gunting/cutter. Selanjutnya gambar yang sudah dipotong tadi ditempelkan di atas Styrofoam menggunakan lem/double tipe dan Styrofoam dipotong sesuai dengan bentuk gambar.

Cara menggunakan media : a. Kertas Origami

Digunakan untuk pengenalan awal tentang bentuk bangun datar sederhana pada siswa. Pengenalannya dengan Guru meminta siswa mengangkat media sesuai pertanyaan.

b. Styrofoam

Digunakan untuk pengenalan lebih lanjut tentang bentuk bangun datar sederhana pada siswa. Pengenalannya dengan siswa diminta untuk memasang puzzle sesuai dengan media yang diberikan oleh guru. Juga dengan cara menempelkan pada kolom papan yang disediakan oleh guru.


(59)

49

Gambar 2.23

Media Manipulatif dari Kertas Origami

Gambar 2.24


(60)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A.Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (Action Research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dengan dibantu oleh teman sejawat.

Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan teman sejawat untuk membantu pelaksanaan observasi

B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Mamba’ul Ulum di Desa Bedanten Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.


(61)

51

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas I B MI Mamba’ul Ulum Bedanten pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 17 siswa yang terdiri dari 8 anak laki-laki dan 9 anak perempuan.

C.Variabel yang Diselidiki

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel input : Siswa kelas I B MI Mamba’ul Ulum Bedanten 2) Variabel proses : Pembelajaran matematika dengan menggunakan

media manipulatif

3) Variabel output : Hasil belajar siswa kelas I B MI Mamba’ul Ulum Bedanten

D.Rencana Tindakan 1) Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom Action Research). Ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama


(62)

52

menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan wujud ruangan tetapi diartikan sebagai sekelompok siswa yang sedang belajar.1

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart yang memandang bahwa penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.

Gambar 3.1.

Siklus pada PTK menurut Kemmis dan Taggart

1

Suharsimi arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta:Bumi Aksara,2010), 2-3.

Pelaksanaan Observasi Pelaksanaan Observasi Refleksi Perencanaan Perencanaan Refleksi Permasalahan Siklus I Permasalahan Hasil Refleksi I Siklus II Jika Permasalahan belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus berikutnya


(63)

53

2)Siklus Penelitian a. Perencanaan.

1) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika yang sesuai dengan materi.

2) Menyiapkan sumber belajar. 3) Menyiapkan lembar kerja siswa.

4) Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran.

5) Menyiapkan catatan lapangan.

6) Menyiapkan kisi-kisi, soal evaluasi untuk siswa berupa tes tertulis, dan kunci jawaban.

b. Pelaksanaan Tindakan 1) Kegiatan Awal

a) Guru melakukan apersepsi.

b) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari, tujuan, manfaat, dan memotivasi siswa belajar.

2) Kegiatan Inti

a) Guru memperkenalkan masalah kontekstual kepada siswa dan mencontohkan bagaimana menggunakan manipulatif. b) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk


(64)

54

c) Siswa menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri dan bereksplorasi dengan media manipulatif.

d) Guru membimbing kegiatan siswa baik secara individu ataupun kelompok.

e) Siswa mempresentasikan hasil kerjanya dan mengomen-tari hasil kerja temannya.

f) Siswa menempel tabel manipulatif di kelas.

g) Mengarahkan siswa menemukan aturan yang bersifat umum. 3) Kegiatan Akhir

a) Guru mengajak siswa menarik kesimpulan tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari.

b) Memberi evaluasi berupa soal matematika. c. Observasi

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap beberapa aspek, diantaranya :

1) Aktivitas guru

Observasi dilakukan terhadap guru terkait dengan aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembe-lajaran (RPP) yang telah dibuat. Lembar observasi ini diisi oleh


(65)

55

observer. Pihak yang bertindak sebagai observer adalah teman sejawat dari peneliti.

2) Aktivitas siswa

Observasi dilakukan terhadap siswa terkait dengan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan juga dalam rangka mengetahui keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru. Lembar observasi ini diisi oleh 2 observer. Observer pertama dari teman sejawat dan observer kedua adalah peneliti sendiri. d. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil belajar siswa dan dari hasil lembar observasi yang telah diisi selama proses kegiatan belajar. Analisis dilakukan untuk mengukur kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada siklus tersebut, kemudian hasil refleksi tersebut didiskusikan dengan teman sejawat yang dalam hal ini adalah observer. Hal ini dilakukan untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus berikutnya.

E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah lembar hasil observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar hasil tes belajar siswa.


(66)

56

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas I B MI Mamba’ul Ulum Bedanten, Peneliti dan Observer.

2. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Lembar observasi aktivitas guru

Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek pengukuran2. Lembar observasi aktivitas guru ini dipergunakan untuk mengetahui aktivitas guru dalam pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana melalui penggunaan media manipulatif. teknik pengumpulan data melalui lembar observasi aktivitas guru ini menggunakan skala lajuan (rating scale). Rating scale adalah instrumen pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi yang menyatakan posisi tertentu dalam hubungannya dengan yang lain. Tipe rating scale ini ada empat macam, yaitu numerical rating scale, descriptive graphic rating scale, ranking methode rating scale, dan paired comparisons rating scale3. Dalam penelitian ini, peneliti

2

Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014), 64.

3

Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014), 148.


(67)

57

menggunakan tipe numerical rating scale. Skalanya menggunakan skala empat, yaitu (1) kurang, (2) cukup, (3) baik dan (4) sangat baik. Lembar observasi aktivitas guru ini diisi oleh observer di setiap pertemuan. Aspek aktivitas guru yang diobservasi mengacu pada RPP yang telah dibuat di dalam tahap perencanaan. Observasi ini dilakukan terhadap semua aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran, mulai dari tahap kegiatan awal sampai tahap kegiatan akhir. Dengan lembar ini akan dapat diketahui bagaimana keterlaksanaan RPP pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana melalui penggunaan media manipulatif.

Aktivitas Guru yang diobservasi adalah : 1) Keterampilan membuka pelajaran 2) Keterampilan Bertanya

3) Keterampilan variasi penggunaan media manipulatif 4) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil 5) Keterampilan mengajar kelompok kecil/perorangan 6) Keterampilan mengelola kelas

7) Keterampilan Menjelaskan. 8) Keterampilan memberi penguatan 9) Keterampilan menutup pelajaran


(68)

58

b. Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi aktivitas siswa ini dipergunakan untuk menge-tahui aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana melalui penggunaan media manipulatif. Lembar observasi aktivitas siswa ini diisi oleh observer di setiap pertemuan. Lembar observasi ini diisi oleh 2 observer. Observer pertama dari teman sejawat dan observer kedua adalah peneliti sendiri. Saat mengobservasi siswa, tugas observer dibagi dua kelompok siswa yaitu bagian kiri observer pertama, sedangkan bagian kanan observer kedua. Nama-nama siswa kelompok bagian kiri yang diobservasi oleh observer pertama, yaitu Muhammad Alaika Sa’dullah, Naili Rohmah, Muhammad Rozaq, Ahmad Iqbal Al Farizi, Dinda Kavina Biizzika, Maulidia Fitrotun Nufus, Muhammad Roziqul AkmalQurratul Aisyiyah dan Riqa Dwi Amelia. Sedangkan nama-nama siswa kelompok bagian kanan yang diobservasi oleh observer kedua, yaitu Muhammad Fairuz Aqilah Azwar, Fitrotul Azizah, Muhammad Taufiqur Rohman, Muchammad Shofiyul Mubarok, Muhammad Ali Aziz, Fadlilatul Khusna, Yeni Silviya Sari dan Nadiatul Hasanah.

Aktivitas siswa yang diobservasi adalah : 1. Memperhatikan penjelasan guru

2) Menjawab pertanyaan dari guru


(69)

59

4) Berani bertanya ketika belum mengerti

5) Mengerjakan tugas individu dengan sungguh-sungguh c. Tes tulis

Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan4. Tes dalam penelitian ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematika pada materi pembagian dua angka. Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Bentuk soal yang diberikan adalah isian dan uraian. Kisi-kisi soal yang dibuat mengacu pada indikator-indikator yang ada di RPP setiap siklus.

d. Wawancara

Metode wawancara adalah cara untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap survai. Tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden.

Syarat pewawancara yang baik adalah keterampilan mewawancarai, motivasi yang tinggi, dan rasa aman, artinya tidak ragu dan tidak takut menyampaikan pertanyaan. Metode ini digunakan untuk pengumpulan

4

Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014), 2.


(70)

60

data. Wawancara dilakukan dengan Guru Mata Pelajaran Matematika kelas I-B MI Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik.

3. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui hasil dari penelitian tindakan yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis semua data yang telah dikumpulkan.

Adapun analisis data dari masing-masing data yang terkumpul melalui instrumen yang telah dibuat adalah sebagai berikut :

a. Lembar observasi aktivitas guru

Untuk menghitung skor akhir (SA) aktivitas guru digunakan rumus : Skor Akhir (SA) =

x

skala (4)

………...(Rumus 3.1) Klasifikasi penilaiannya adalah :

Tabel 3.1

Klasifikasi Skor Akhir Penilaian Aktivitas Guru5

Skor Akhir Kriteria

3,26 – 4,00 Sangat Baik (SB)

2,50 – 3,25 Baik (B)

1,76 – 2,49 Cukup (C)

1,00 – 1,75 Kurang (K)

5

Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014), 144.


(71)

61

b. Lembar observasi aktivitas siswa

1) Untuk menghitung skor akhir (SA) aktivitas siswa secara individu menggunakan rumus :

Skor Akhir (SA)=

x

skala (4)

……….………(Rumus 3.2) Klasifikasi Penilaiannya adalah :

Tabel 3.2

Klasifikasi Skor Akhir Penilaian Aktivitas Siswa6 Skor Akhir Kriteria

3,26 – 4,00 Sangat Baik (SB)

2,50 – 3,25 Baik (B)

1,76 – 2,49 Cukup (C)

1,00 – 1,75 Kurang (K)

2) Untuk menghitung rata-rata skor akhir menggunakan rumus:

=

...(Rumus 3.3)

Klasifikasi penilainnya adalah :

Tabel 3.3

Klasifikasi Rata-rata Skor Akhir Aktivitas Siswa7

Rata-rata Skor Akhir Kriteria 3,26 – 4,00 Sangat Baik (SB)

2,50 – 3,25 Baik (B)

1,76 – 2,49 Cukup (C)

1,00 – 1,75 Kurang (K)

6

Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014), 144.

7

Ibid.


(72)

62

c. Tes Akhir

1) Rata-rata nilai hasil belajar.

Untuk mengitung rata-rata nilai hasil belajar, Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: 8

=

...(Rumus 3.4

)

Dengan : = Nilai rata-rata

= singkatan dari yang berarti jumlah semua nilai siswa di kelas tersebut.

= jumlah siswa = 1,2, ….,n.

Klasifikasi nilai rata-rata nilai hasil belajar adalah :

Tabel 3.4

Klasifikasi Rata-rata Nilai Hasil Belajar

Rata-rata Nilai Kriteria

86 – 100 Sangat Baik (SB)

71 – 85 Baik (B)

56 – 70 Sedang (S)

0 – 55 Kurang (K)

8

Sudjana, Metode Statistika (Bandung:Tarsito, 2005), 67.


(73)

63

2) Ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal.

(a) Ketuntasan belajar individu

Data yang diperoleh hasil belajar siswa dapat ditentukan ketuntasan belajar individu. Siswa dikatakan :

- Tuntas, jika ≥ 70 - Tidak tuntas, jika < 70

Angka 70 diambil dari KKM mata pelajaran matematika di kelas I-B yang telah ditentukan oleh Mamba’ul Ulum Bedanten pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

(b) Ketuntasan belajar klasikal

Data yang diperoleh dari hasil belajar dapat ditentukan ketuntasan belajar klasikal menggunakan analisis deskriptif persentasi perhitungan :

Persentase Ketuntasan belajar klasikal = X 100% ………….. (Rumus 3.5) Klasifikasi persentasenya adalah:


(74)

64

Tabel 3.5

Klasifikasi Persentasi Ketuntasan Belajar Klasikal

Persentase ketuntasan klasikal Kriteria 81% - 100% Sangat Baik (SB)

61% - 80% Baik (B)

41% - 60% Sedang (S)

0% - 40% Kurang (K)

F. Indikator Kinerja

Untuk mengukur keberhasilan suatu penelitian diperlukan adanya indikator kinerja yang ditetapkan dalam perencanaan tindakan.

Penelitian ini dikatakan berhasil jika:

1. Skor akhir lembar observasi aktivitas guru minimal >3,25 (artinya penggunaan media manipulatif sudah terlaksana dengan sangat baik). 2. Rata-rata skor akhir kelas pada lembar observasi aktivitas siswa minimal

>3,25 (artinya penggunaan media manipulatif yang telah diterapkan sudah dapat mengatur aktivitas siswa dalam materi bangun datar sederhana). 3. Rata-rata hasil belajar siswa minimal >85 (artinya nilai rata-rata kelas

dikatakan berhasil mencapai target bila rata-rata hasil belajar siswa mencapai lebih dari 85).

4. Prosentase ketuntasan belajar secara klasikal minimal 75% dari jumlah siswa dalam kelas tersebut (artinya jumlah siswa yang tuntas dalam


(1)

104

belajar klasikal sebesar 61% dan termasuk dalam kriteria baik (B). Sedangkan, persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II sebesar 89%, artinya meningkat 28% dibanding hasil belajar pada siklus I.

B. Saran

Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Guru diharapkan dapat memanfaatkan media manipulatif dalam

pembelajaran matematika pada materi-materi yang lain, sehingga akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena penelitian ini hanya dilakukan di siswa kelas I-B Mamba’ul Ulum Bedanten Bungah Gresik pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran.(Yogyakarta:Gava Media).

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif (Jakarta:AV Publisher).

Dimyati. 2010. Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:Rineka Cipta).

Hamim, Nur dkk. 2011. Bahan Ajar PLPG/Pengawas dalam jabatan 2011

.(Surabaya :LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel). Haryono, Didi. 2014. Filsafat Matematika.(Bandung:Alfabetha).

Indizar, Ton. 2011. Pemahaman Konsep Matematika Melalui Software Maple

(Palembang:Prosiding Seminar Nasional)

Jurnaidi. 2011. Pembelajaran Matematika Materi Kesebangunan dengan

Meng-gunakan Multimedia Interaktif (Palembang:Prosiding Seminar Nasional). Karso, dkk. 2011. Pendidikan Matematika I.(Jakarta:Universitas Terbuka).

Katrina. 2012. Pengaruh Penggunaan Media Power point terhadap Peningkatan

Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V SD SN Batursari 6 Kecamatan Mrangen Kabupaten Demak Semester II Tahun

2011/2012 (Salatiga:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Kristen Satya Wacana).

Kesumawati, Nila. 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran

Matematika (Palembang:Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika)

Mikan, dkk. 2009. BSE Pandai Berhitung Matematika SD/MI kelas 6 (Jakarta: Haka MJ)

Paridjo. 2008. Sebuah Solusi Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika (Sema-rang:UPPJ UT)

Purnomo, Joko, Hanan Windro Sasongko. 2011. Pemanfaatan Program

Presen-tasi Sebagai Media Pembelajaran Matematika SD/SMP. (Kemdiknas:


(3)

106

Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan (Bandung:Remaja Rosdakarya). Syamsiatin, E. (2004). Modul Permainan Matematika Di Taman Kanak-kanak.

Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Sa’diyah, Cholis, Sukayati. 2011. Pengelolaan kelas dan Penerapannya dalam

Pembelajaran Matematika di SD. (Yogyakarta:PPPPTK).

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja grafindo Persada).

Setiani, Dewi. 2011. Kontribusi Layangan Bimbingan Kelompok Dalam

Mening-katkan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 40 Palembang

(Palem-bang:Prosiding Seminar Nasional).

Slameto. 2013. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.(Jakarta: Rineka Cipta).

Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran matematika SD/MI Permenag Nomor 2, 2008.

Sudjana, 2005. Metode Statistika.(Bandung:Tarsito).

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta). Sukayati. 2008. Penelitian tindakan kelas di SD.(Yogyakarta:Depdiknas).

Sukirno,dkk. 2009. BSE Matematika untuk SD/MI kelas 6. (Jakarta:Kharisma Mandiri).

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative learning. (Yogyakarta:Pustaka Pelajar). Syah,Muhibbin. 2013. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru.(Jakarta:

Remaja Rosdakaraya).

Tim Penyusun KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia ,edisi ketiga.(Jakarta: Pusat Bahasa).

Turwaningsih. 2013. Penggunaan Media Power Point dalam Meningkatkan


(4)

107

Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013 (Bandar Lampung:Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung). Undang-Undang Sisdiknas 2003 (Bandung:Citra Umbara).

Widoyoko, Eko Putro. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di sekolah.


(5)

108

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maslikhan

NIM : D57211132

Jurusan/Program Studi Fakultas : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa PTK yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa PTK ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surabaya, Juni 2015 Yang Membuat Pernyataan


(6)

109

RIWAYAT HIDUP

Maslikhan dilahirkan di Gresik Jawa Timur tanggal 8 Oktober 1989, anak ke-2 (dua) dari 5 (lima) bersaudara, pasangan Bapak Khusnan dan Ibu Jualifah. Pendidikan dasar dan menengahnya telah ditempuh di Yayasan Mamba’ul Ulum yang ada di kampung halamannya yakni Desa Bedanten Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Tamat Madrasah Ibtidaiyah tahun 2002, Madrasah Tsanawiyah tahun 2005, dan Madrasah Aliyah tahun 2008. Ketika masih Pelajar aktif di dunia keorganisasian baik organisasi intra sekolah maupun kegiatan ekstra sekolah.

Pendidikan berikutnya ia tempuh di Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Semasa mahasiswa masih aktif dalam berbagai organisasi dan lembaga sosial salah satunya di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Gresik sampai sekarang.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR MELALUI METODE DISCOVERY DENGAN MEDIA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR MELALUI METODE DISCOVERY DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS II SD NEGERI WIROGUNAN 01 KARTASURA TAHU

0 1 16

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN DATAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN DATAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS

0 0 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA PITA GARIS BILANGAN PADA SISWA KELAS V MI DARUS SALAM GRESIK.

0 9 167

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS II SD N PIRING MELALUI MEDIA PAPAN BERPAKU.

0 0 213

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULATIF PADA SISWA SEKOLAH DASAR

0 1 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA BANGUN DATAR SEDERHANA DI KELAS I SEKOLAH DASAR

0 0 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR MELALUI METODE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTU ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS 4 MI DARUL ULUM GATAK SUGIHAN TAHUN AJARAN 20152016

0 0 135

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Melalui Media Grafis Papan Gantung Bangun Datar Pada Siswa Kelas I Mi Al Ma’arif Rowoboni Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Ajaran 2017/2018 - Test Repository

0 2 173

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Sederhana Melalui Media Visual pada Siswa Kelas III MI Miftahul Ulum Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2017/2018 - Test Repository

0 1 135

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SIFAT SIFAT BANGUN DATAR MELALUI STRATEGI MIND MAPPING DAN MEDIA KAIN AJAIB PADA SISWA KELAS V DI MI MA’ARIF KHOIRULMUNNA

0 7 148