LAKIP SETAMA 2015 FINAL

(1)

Tim Penyusun Pengarah :

Soni Solistia Wirawan / Sekretaris Utama Penanggungjawab :

Makmuri / Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Ketua :

Irshan Zainuddin / Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan Sekretaris :

Rizky Agung Wibowo / Kepala Sub Bagian Pelaporan Anggota :

Restuadi

Dedy Roesmajadi Munawar Sahabuddin Kewat Siti Wahyuni


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas rahmat-Nya, Unit Kerja Sekretariat Utama dapat menyelesaikan penyusunan salah satu kewajibannya yaitu laporan Kinerja Tingkat Eselon I. Laporan Kinerja ini merupakan salah satu dari enam komponen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan diwajibkan kepada seluruh instansi pemerintah secara nasional baik untuk pemerintah Pusat (Kementerian dan Lembaga) maupun Daerah.

Kewajiban menyusun laporan akuntabilitas kinerja ini merupakan amanat pemerintah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah maka setiap Instansi Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, diwajibkan untuk menyusun laporan kinerjanya.

Oleh karena itu Unit Kerja Sekretariat Utama menyusun Laporan Kinerja Tahun 2015 ini sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban Sekretaris Utama kepada Kepala BPPT atas pelaksanaan tugas pokok melalui program dan kegiatan yang ditetapkan dalam Dokumen Perjanjian Kinerja Sekretaris Utama Tahun 2015.

Laporan Kinerja Sekretariat Utama (Setama) Tahun 2015 ini merupakan laporan kinerja yang pertama dalam periode 2015-2019, berisi mengenai pencapaian 4 (empat) sasaran kinerja Setama. Adapun sasaran kinerja tersebut adalah :

1) Sasaran strategis 1; Peningkatan prosentase kualitas SDM Perekayasa dan Litkayasa nasional; dengan 1 (satu) Indikator kinerja yang digunakan yaitu meningkatnya prosentase intensitas pelaksanaan diklat perekayasa dan litkayasa, dengan target 5%.

2) Sasaran Strategis 2; Meningkatnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPPT; dengan Indikator kinerja yang digunakan yaitu hasil evaluasi pelaksanaan


(3)

3) Sasaran Strategis 3; Meningkatnya transparansi, akuntabilitas kinerja dan pengawasan; dengan 3 (tiga) indikator kinerja yang digunakan yaitu:

1. Laporan keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP), dengan target Opini WTP;

2. Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPPT, dengan target Nilai B (range 68);

3. Terkelolanya Barang Milik Negara dan terpenuhinya operasional perkantoran, dengan target 10%;

4) Sasaran Strategis 4; Meningkatnya transparansi, akuntabilitas kinerja dan pengawasan; dengan 2 (dua) indikator kinerja yang digunakan yaitu:

1. Prosentase Implementasi aspek-aspek dalam Undang-Undang 25/2009, dengan target 10%;

2. Prosentase Implementasi e-government dan standardisasi layanan publik (Penunjang Kinerja Pembina), dengan target Nilai 80%.

Secara umum, realisasi/capaian atas sasaran kinerja unit kerja Setama pada akhir Tahun 2015 terpenuhi dengan baik.

Akhirul kata, kami berharap laporan ini dapat dipergunakan oleh para pemangku kepentingan.

Wa billaahit taufik wal hidayah, wassalaammu ‘alaikum warrahmahtullaahi wa barokaatu.

Jakarta, Februari 2016 Sekretaris Utama BPPT,


(4)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dilingkungan Sekretariat Utama berpedoman pada Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Rencana Strategis Sekretariat Utama 2015-2019 dan ketentuan-ketentuan terkait sistem AKIP khususnya ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Presiden melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan ketentuan yang diatur oleh Kementerian PAN dan RB melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Secara keseluruhan capaian kinerja Sekretariat Utama pada tahun 2015 tercapai dengan baik. Sasaran yang terdapat dalam penetapan kinerja menunjukkan hasil yang baik dengan tercapainya target sasaran sesuai yang ditetapkan. Adapun gambaran capaian kinerja masing-masing sasaran adalah sebagai berikut :

1. Sasaran strategis 1; Peningkatan prosentase kualitas SDM Perekayasa dan Litkayasa nasional. Sasaran strategis ini diukur dengan indikator kinerja Meningkatnya Prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa, dengan target 5%. Target tercapai, capaian kinerjanya 100%;

2. Sasaran strategis 2; Meningkatnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPPT. Sasaran strategis ini diukur dengan indikator kinerja Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dengan target nilai 70. Berdasarkan hasil evaluasi oleh Kementerian RB dan PAN nilai yang diperoleh 67,58. Dengan demikian target nilai 70 tidak tercapai capaian kinerjanya 96,54%;

3. Sasaran Strategis 3; Meningkatnya transparansi, akuntabilitas kinerja dan pengawasan; dengan 3 (tiga) indikator kinerja yang digunakan yaitu :

a. Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP), dengan target Opini WTP. Target tidak tercapai. Opini yang yang diperoleh adalah WDP;


(5)

c. Terkelolanya Barang Milik Negara dan terpenuhinya operasional perkantoran, dengan target 10%. Target tercapai, capaian kinerjanya 100%;

4. Sasaran Strategis 4; Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik kepada Masyarakat; dengan 2 (dua) indikator kinerja yang digunakan yaitu :

a. Prosentase Implementasi aspek-aspek dalam Undang-Undang 25/2009, dengan target 10%. Target tercapai, capaian kinerjanya 100%;

b. Prosentase Implementasi e-government dan standardisasi layanan publik (Penunjang Kinerja Pembina), dengan target Nilai 80%. Target tercapai, capaian kinerjanya 107,5%


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

RINGKASAN EKSEKUTIF iv

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

v vi vii

BAB I. PENDAHULUAN I – 1

1.1. Penjelasan Umum Organisasi 1.1.1 Latar Belakang Organisasi

I – 1 I – 1

1.1.2 Kedudukan. Tugas dan Fungsi I – 3

1.1.3 Struktur Organisasi I – 4

1.1.4 Sumber Daya Manusia I – 4

1.2 Sistematika Penyajian I – 7

BAB II. PERENCANAAN KINERJA II – 1

2.1.Rencana Strategis

2.1.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis BPPT

2.1.2 Rencana Strategis Sekretariat Utama Tahun 2015-2019

II – 1 II – 1 II – 6 2.2.Rencana Kinerja Tahunan Setama (RKT) Tahun 2015 II – 10 2.3.Penetapan Kinerja (PK) Setama Tahun 2015 II – 10 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT UTAMA TAHUN 2013 III – 1

3.1.Capaian Kinerja

3.1.1 Pengukuran Kinerja

III – 1 III – 1 3.1.2 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis dan IKU

3.2.Realisasi Anggaran

III – 2 III - 58

BAB IV. PENUTUP IV – 1

4.1 Kesimpulan IV – 1


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Sekretariat Utama I – 4 Gambar

Gambar

1.2 Komposisi SDM SETAMA berdasarkan Tingkat Pendidikan 1.3 Komposisi SDM SETAMA berdasarkan Jabatan Fungsional

I – 5 I – 6 Gambar 3.1 Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa III – 9 Gambar 3.2 Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)

BPPT

III – 29 Gambar 3.3 Tanah dan Gedung/Bangunan BPPT di Kab. Natuna III – 32

Gambar 3.4 Tanah BPPT luas 10.524 M2 III – 33

Gambar 3.5 BPPT luas 582 M2 di Kota Tomohon III – 33 Gambar 3.6 Kapal Maruta Jaya 900 sebelum tenggelam III – 34 Gambar 3.7 Kapal Maruta Jaya 900 setelah tenggelam III – 34 Gambar 3.8 Peralatan Pilot Project Pupuk SRF NPK III – 36

Gambar 3.9 lokasi tanah jalan III – 37

Gambar 3.10 Denah lokasi tanah jalan di Desa Planjan dan Desa Kemadang Kab. Gunungkidul


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Distribusi SDM SETAMA Berdasarkan Tingkat Pendidikan I – 5 Tabel 1.2 Distribusi SDM SETAMA berdasarkan Jabatan Fungsional I – 6 Tabel 2.1 Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Eselon I II – 11 Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Tingkat Eselon I II – 12 Tabel 3.1 Rekapitulasi Pengukuran Kinerja Tingkat Eselon I III – 2 Tabel 3.2 Perbandingan Antara Target dengan Realisasi Kinerja IK 1 III – 7

Tabel 3.3 Hasil PMPRB III – 12

Tabel 3.4 Perbandingan Antara Target dengan Realisasi Kinerja IK 2 III – 13 Tabel 3.5 Penyebab Kegagalan Pencapaian Target Nilai RB III – 15 Tabel 3.6 Perbandingan Antara Target dengan Realisasi Kinerja IK 3.1 III – 22

Tabel 3.7 Hasil Penilaian AKIP BPPT III – 27

Tabel 3.8 Perbandingan Antara Target dengan Realisasi Kinerja IK 3.2 III – 28 Tabel 3.9 Data tanah dan gedung/bangunan BPPT di Kab. Natuna III – 32 Tabel 3.10 Data tanah BPPT di Kota Tomohon III – 32 Tabel 3.11 Data Peralatan pengolahan pupuk III – 35

Tabel 3.12 Data Tanah Jalan III – 37

Tabel 3.13 Data Tanah B2TP III – 38

Tabel 3.14 Perbandingan Antara Target dengan Realisasi Kinerja K 3.3 III – 42 Tabel 3.15 Perbandingan Antara Target dengan Realisasi Kinerja IK 4.1 III – 49

Tabel 3.16 Data Penunjang Kinerja III – 55

Tabel 3.17 Perbandingan Antara Target dengan Realisasi Kinerja IKU 4.2 III – 57


(9)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Penjelasan Umum Organisasi 1.1.1. Latar Belakang Organisasi

Sekretariat Utama merupakan salah satu dari enam Unit Organisasi (Tingkat eselon I) di BPPT yang membawahi enam Unit Kerja/Eselon II yang meliputi empat Biro dan dua Pusat. Biro-Biro dilingkungan Sekretariat Utama terdiri dari Biro Perencanaan, Biro Sumber Daya Manusia dan Organisasi, Biro Keuangan, dan Biro Umum dan Hubungan Masyarakat. Sedangkan Pusat yang terdapat dilingkungan Sekrateriat Utama terdiri dari Pusat Data, Informasi dan Standarisasi dan Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan.

Sebagai unit organisasi yang mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumberdaya di lingkungan BPPT, dan menyelenggarakan fungsi (1) Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan intergrasi di lingkungan BPPT; (2) Pengkordinasian perencanaan dan perumusan kebijakan teknis BPPT; (3) Pembinaan dan pelayanan administrasi/ ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kerasipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga BPPT; (4) Pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugas BPPT; dan (5) Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan BPPT; dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut Sekretaris Utama melakukan koordinasi, baik kepada pihak internal (unit-unit organisasi di lingkungan BPPT) maupun pihak eksternal (kementerian/lembaga, pemerintah daerah dan mitra lainnya), dan berbagai kegiatan administratif lainnya yang ditujukan untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, dan selalu berupaya untuk dapat menunjukkan kinerja terbaiknya, terutama dalam melaksanakan penugasan dari Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan


(10)

Salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kinerja Sekretaris Utama pada tahun 2015 adalah Laporan Kinerja Sekretaris Utama tahun 2015, hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP, Penyelenggaraan SAKIP pada Kementerian Negara/Lembaga dilaksanakan oleh entitas akuntabilitas kinerja secara berjenjang dengan tingkatan Entitas Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja; Entitas Akuntabilitas Kinerja Unit Organisasi; dan Entitas Akuntabilitas Kinerja Kementerian Negara/Lembaga. Setiap entitas Akuntabilitas Kinerja menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah dialokasikan. Laporan kinerja merupakan merupakan salah satu dari enam komponen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP) yang berlaku dan diwajibkan kepada seluruh instansi pemerintah secara nasional baik untuk Pemerintah Pusat (Kementerian dan Lembaga) maupun Pemerintah Daerah.

Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dinyatakan bahwa Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Pelaporan kinerja bertujuan untuk : (1) Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai, dan (2) Sebagai upaya perbaikan


(11)

berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya.

Oleh karena itu Sekretaris Utama sebagai salah satu Unit Organisasi Eselon I dibawah BPPT menyusun Laporan Kinerja tahun 2015 ini sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Sekretaris Utama kepada Kepala BPPT dan para pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya atas pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretaris Utama melalui program dan kegiatan yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Sekretaris Utama Tahun 2015.

1.1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi 1. Kedudukan

Sekretariat Utama merupakan salah satu dari enam Unit Organisasi di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala BPPT.

2. Tugas

Berdasarkan Keputusan Kepala BPPT No. 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT, tanggal 21 April 2006, Bab III, pasal 8 dan 9, Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumberdaya di lingkungan BPPT. 3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi:

 Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan intergrasi di lingkungan BPPT;  Pengkordinasian perencanaan dan perumusan kebijakan teknis

BPPT;

 Pembinaan dan pelayanan administrasi/ ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kerasipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga BPPT;

 Pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugas BPPT;


(12)

1.1.3. Struktur Organisasi

Berdasarkan peraturan Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Tanggal 21 April 2006, organisasi BPPT terdiri dari 6 unit organisasi (5 Deputi dan 1 Setama). Sekretariat Utama (Setama).

Sesuai Lampiran peraturan Kepala BPPT tersebut diatas, susunan organisasi Sekretariat Utama adalah seperti berikut :

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Sekretariat Utama

1.1.4 Sumber Daya Manusia

Sekretariat Utama mempunyai sumber daya manusia (SDM) per 1 Desember 2015 secara keseluruhan berjumlah 494 orang yang disajikan dalam tabel 1.1 sebagai berikut :

KEPALA BPPT

SEKRETARIAT UTAMA

BIRO SUMBER DAYA MANUSIA DAN

ORGANISASI

BIRO KEUANGAN BIRO

PERENCANAAN

BIRO UMUM dan HUBUNGAN MASYARAKAT

PUSAT DATA, INFORMASI DAN

STANDARISASI

PUSAT PEMBINAAN, PENDIDIKAN, dan PELATIHAN


(13)

Tabel 1.1. Distribusi SDM SETAMA Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Per 1 Desember 2015

Gambar 1.2 Komposisi SDM SETAMA berdasarkan Tingkat Pendidikan Per 1 Desember 2015

0 50 100 150 200 250

10 31

8 33

9 1

33 213

139

17

Series1 No Pendidikan Jumlah

1 S3 17

2 S2 139

3 S1 213

4 S0 0

5 D4 0

6 D3 33

7 D2 1

8 D1 0

9 SLTA/SMEA/SMK 72

10 SLTP/MTs 9

11 SD/MI 10


(14)

Distribusi SDM SETAMA berdasarkan Jabatan Fungsional dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut :

Tabel 1.2.Distribusi SDM SETAMA berdasarkan Jabatan Fungsional

Per 1 Desember 2015

No Jabatan Fungsional Jumlah

1 Peneliti 2

2 Perekayasa 112

3 Pustakawan 4

4 Teknisi Litkayasa 1

5 Widyaiswara 1

6 Arsiparis 44

7 Analis Kepegawaian 15

8 Perencana 28

9 Perancang Perundang-undangan 2

10 Dokter Gigi 2

11 Pranata Humas 31

JUMLAH 242

Gambar 1.3 Komposisi SDM SETAMA berdasarkan Jabatan FungsionalPer 1 Desember 2015 0

20 40 60 80 100 120

2 112

4 1 1

44 15

28

2 2 31


(15)

1.2. Sistematika Penyajian

Laporan Kinerja SETAMA Tahun 2015 berisi 4 Bab yaitu : Bab I. Pendahuluan

Berisi penjelasan umum organisasi (latar belakang organisasi, kedudukan, tugas, fungsi, struktur organisasi dan sumberdaya manusia), dan sistematika penyajian.

Bab II. Perencanaan Kinerja

Berisi Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Setama Tahun 2015, dan Penetapan Kinerja (PK) Setama Tahun 2015.

Bab III. Akuntabilitas Kinerja

Berisi Capaian Kinerja (Pengukuran Kinerja dan Pengukuran Capaian Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama) dan Realisasi Anggaran.

Bab IV. Penutup


(16)

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis

2.1.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis BPPT Tahun 2015-2019 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025, selanjutnya disebut RPJP Nasional, ditetapkan untuk memberikan arah dan merupakan acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif.

Dalam mengisi RPJP Nasional tersebut, Pemerintah telah menyusun RPJM ke-1, RPJM ke-2 dan pada RPJM ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

Sesuai Undang undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Menteri PPN/ Kepala Bappenas No. 05 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis (Renstra) K/L Tahun 2015-19, dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), BPPT menyusun rencana strategis sebagai dokumen perencanaan untuk periode tahun 2015-2019 (5 lima) tahun.


(17)

memperhitungkan berbagai kekuatan/potensi, hambatan dan peluang yang ada atau mungkin timbul. Dokumen Renstra memuat visi, misi, tujuan dan sasaran serta kebijakan dan program yang realistis selama periode 2015-2019. Renstra BPPT 2015-2019 disusun berdasarkan RPJMN 2015-2019. Penyusunan rencana strategis BPPT dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rencana strategis Sekretariat Utama mengacu dan sejalan dengan dokumen Renstra BPPT 2015-2019. Selanjutnya dokumen Renstra ini menjadi acuan masing-masing Unit Kerja di lingkungan Sekretariat Utama, BE dan Inspektorat dalam menyusun rencana kegiatan dan anggaran. Renstra Sekretariat Utama BPPT 2015-2019 dalam implementasi setiap tahunnya dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja Tahunan (Renja), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Perjanjian Kinerja (PK) dalam kurun waktu 2015- 2019.

Visi BPPT

Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode 2015-2019 maka visi BPPT adalah :

“Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan Layanan Teknologi untuk Mewujudkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa”..

Misi BPPT

Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi BPPT tersebut dilaksanakan melalui enam misi sebagai berikut :

1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Energi,Informasi dan Material

2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Transportasi, Maritim, Hankam, Permesinan, Industri Kimia


(18)

3. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Pangan dan Pertanian, Obat dan Kesehatan

4. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Sumber Daya Alam dan Kelautan, Lingkungan,dan Kebencanaan

5. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan Inovasi dan Layanan Teknologi dibidang Sistim Inovasi untuk Pembangunan Taman Sainsdan Tekno,dan Inkubasi Teknologi.

6. Melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan inovasi dan layanan teknologi .

Tujuan

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BPPT ke dalam program-program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan bidang yang akan dilaksanakan, maka tujuan BPPT tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi

2. Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi

3. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi

Sasaran Strategis

Sasaran Strategis BPPT Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan BPPT dengan indikator dan target yang terukur.


(19)

Sasaran Strategis BPPT 2015-2019 adalah sebagai berikut :

Sasaran Strategis 1:

Meningkatnya daya saing industri melalui inovasi dan layanan teknologi.

Indikator dan Target dari Sasaran Strategis 1 adalah sebagai berikut : 1. Jumlah industri TIK pendukung e-Govt & e-business yang

menggunakan hasil inovasi dan layanan teknologi KTP-el Multiguna , dengan target 1 industri.

2. Jumlah industri/institusi pemerintahan yang menggunakan hasil inovasi dan layanan teknologi infrastruktur TIK, khususnyaIT security ,dengan target 30 industri.

3. Jumlah Inovasi & layanan teknologi untuk meningkatkan daya saing industri galangan kapal nasional, dengan target 1 industri.

4. Science/Techno Parkyang berfungsi bagi peningkatan perekonomian daerah, dengan target 8 lokasi kabupaten.

5. Terbangunnya dan berfungsinya Pusat Inovasi, dengan target 16 Pusat Inovasi.

6. Terbangun dan termanfaatkannya Kawasan Inovasi Teknologi Maritim Nasional di Kab. PPU Kaltim, dengan target 1 kawasan Inovasi Teknologi.

Sasaran Strategis 2:

Meningkatnya kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi

Indikator dan Target dari Sasaran Srategis 2 adalah sebagai berikut :

1. Substitusi impor Bahan Baku Obat melalui inovasi dan layanan teknologi produksi, dengan target 0,5%


(20)

3. Jumlah inovasi teknologi untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pembangunan industri strategis Kapal Perang Nasional (atas dan bawah air), dengan target 1 inovasi

4. Jumlah inovasi teknologi untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pembangunan industri strategis Industri Propelan dan Bahan Peledak, dengan target 1 inovasi.

5. Jumlah inovasi teknologi untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pembangunan industri strategis Kendaraan Tempur Medium Tank dan Kendaraan Taktis, dengan target 1 inovasi.

6. Peningkatan elektrifikasi dengan diterapkannya PLTP skala kecil oleh industri dalam negeri untuk mencapai TKDN maksimal, dengan target 0,48%.

7. Peningkatan produksi pangan berbahan lokal, dengan target 5 % 8. Menurunnya risiko bencana di propinsi, dengan target 10 propinsi. 9. Peningkatan kemandirian bangsa dengan diterapkannya teknologi

material oleh industri dalam negeri, dengan target 5%.

Sasaran Strategis 3:

Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi

Indikator dan Target dari Sasaran Srategis 3 adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan prosentase kualitas SDM perekayasa dan litkayasa

nasional, dengan target 25%.

2. Meningkatnya produktivitas/ nilai tambah industri mitra pengguna, dengan target 10%.


(21)

2.1.2 Rencana Strategis Sekretariat Utama Tahun 2015 – 2019

Untuk memenuhi pencapaian target BPPT yang dituangkan dalam Visi Misi BPPT, maka dengan memperhatikan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin muncul di kemudian hari, Sekretariat Utama wajib untuk membuat Rencana Strategis Sekretariat Utama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang merupakan dokumen perencanaan untuk periode tahun 2015-2019. Rencana Strategis ini meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, cara mencapai tujuan dan sasaran yang meliputi kebijakan, program dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembagan masa depan.

Sekretariat Utama sangat berperan dalam memberikan rambu-rambu berupa SOP untuk mendukung kedeputian teknis dalam pengelolaan program dan kegiatan, pelayanan jasa teknologi, selain itu Sekretariat Utama juga merupakan motor utama penggerak dalam menjalankan Program Reformasi Birokrasi di BPPT dengan bersungguh-sungguh untuk menjadikan BPPT sebagai organisasi yang memiliki pelayanan prima dan disertai dengan perubahan mindset dari semua unsur dalam organisasi, sehingga dengan pelayanan Prima diharapkan dapat mendukung Pemanfaatan Teknologi Melalui Kemitraan guna Mendukung Daya Saing Industri Nasional.

Tujuan :

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan Renstra ini yang terkait dengan Reformasi Birokrasi untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi. Dengan demikian tujuan adalah peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi

Sasaran Strategis Sekretariat Utama

Sasaran strategis di sekretariat utama terdiri dari sasaran, indikator dan target, adapun sasaran strategis untuk Sekretariat Utama yaitu Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung


(22)

Sasaran Program

Target pada sasaran strategis dilaksanakan pada tingkat Program dan untuk di Sekreatariat Utama terdapat dua program yang dalam koordinasi Setama adalah:

a. Program Teknis

1) Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) terdiri dari 2 kegiatan teknis (1) Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan dan (2) Pusat Pelayanan Teknologi.

b. Program Generik

2) Program Dukungan dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT,

3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPPT

Adapun sasaran program pada masing-masing indikator dan target sasaran strategis adalah sebagai berikut:

1) Pada Program PPT

Sasaran Program ke-1:

Peningkatan prosentase kualitas SDM perekayasa dan litkayasa nasional.

Indikator dan target:

 Meningkatnya prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat

Perekayasadan Litkayasa dengan target 25%.

Sasaran Program ke-2:

Meningkatnya layanan inovasi yang dimanfaatkan mitra pengguna. Indikator dan target:

 Hasil survei kepuasan pelanggan dengan target baik.

 Penilaian pengelolaan keuangan yang akuntabel oleh Kantor AkuntanPublik (KAP) dengan target WTP.


(23)

2) Pada Program Dukungan dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT

Sasaran Program ke-3:

Meningkatnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Indikator dan target:

 Nilai Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dengan target

nilai 70 pada Tahun 2015, Nilai 73 pada Tahun 2016, Nilai 76 pada Tahun 2017, Nilai 79 pada Tahun 2018 serta Nilai 82 pada Tahun 2019.

Sasaran Program ke-4:

Meningkatnya akuntabilitas kinerja. Indikator dan target:

 Terwujudnya Pengelolaan Keuangan Negara yang handal dimana Laporan Keuangan sesuai SAP dengan target WTP.  Terpenuhinya pengelolaan BMN (Sarpras fasilitas dan

layanan operasional perkantoran) dengan target 50%.

 Terwujudnya Perencanaan Program yang selaras dan akuntabel terhadap Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan target NilaiEvaluasi AKIP 68 (kategori B pada Tahun 2015); 70 (kategori B pada tahun 2016); 72 (kategori B pada Tahun 2017); 74 (kategori A pada tahun 2018) dan 76 (kategori A pada tahun 2019).

Sasaran Program ke-5:

Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik Kepada Masyarakat. Indikator dan target:

 Tingkat Implementasi aspek-aspek dalam Undang-Undang 25/2009 dengan target (akhir) 80%. Nb. Target 80% dari bobot nilai maksimal 77.


(24)

 Meningkatnya kualitas layanan publik dengan

mengimplementasikan e-government dan standardisasi layanan publik (Penunjang Kinerja Pembina) dengan target (akhir) 100% dari bobot nilai maksimal 23.

Sasaran Program ke-6:

Tercapainya transparansi, kualitas pengawasan, dan percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan dan memenuhi harapan pemangku kepentingan.

Indikator dan Target:

 Meningkatnya kualitas pengawasan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi APIP sesuai dengan kebijakan, program, kegiatan dan sasaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan.dengan target 1 laporan.

Sasaran Program ke-7:

Tercapainya Penerapan Manajemen Risiko pada pelaksanaan Program/Kegiatan.

Indikator dan Target:

 Dibangunnya Sistem Pengendalian Intern diseluruh Unit Kerja/ Satker dengan berbasis manajemen risiko dengan target 1 laporan.

3) Pada Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPPT

Sasaran Program ke-8:

Terwujudnya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana. Indikator dan Target

 1 paket Sarana Umum/ Manajemen Laboratoria BPPT Terpadu.

 1 paket Fasilitas Pendukung/Bangunan Gedung.


(25)

2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Sekretaris Utama Tahun 2015

Berdasarkan PermenPAN dan RB Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Petunjuk dan Pelaksanaan Evaluasi AKIP Tahun 2012, disebutkan bahwa komponen Perencanaan Kinerja mempunyai Sub Komponen Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja.

Perencanaan Kinerja Tahunan merupakan sasaran-sasaran kinerja program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam rencana strategis. Rencana Kinerja Tahunan Sekretaris Utama tahun 2015 disajikan dalam tabel 2.1.

2.3. Penetapan Kinerja (PK) Sekretaris Utama Tahun 2015

Dokumen Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/ kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Penetapan Kinerja selain digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down juga dijadikan sebagai alat untuk menggabungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi. Penetapan Kinerja Sekretaris Utama tahun 2015 disajikan dalam tabel 2.2.


(26)

Tabel 2.1

Rencana Kinerja Tahunan Tingkat Eselon I

Nama Eselon I : Sekretariat Utama (Setama) Tahun Anggaran : 2015

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (4)

Peningkatan prosentase kualitas SDM Perekayasa dan Litkayasa nasional

Meningkatnya prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa

5%

Meningkatnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPPT

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 70

Meningkatnya transparansi, akuntabilitas kinerja dan pengawasan

Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) Opini WTP Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPPT B

(range : 68) Terkelolanya Barang Milik Negara dan terpenuhinya operasional

perkantoran

10% Meningkatnya Kualitas

Pelayanan Publik kepada Masyarakat

Prosentase Implementasi aspek-aspek dalam Undang-Undang 25/2009 70% Prosentase Implementasie-governmentdan standardisasi layanan publik

(Penunjang Kinerja Pembina)


(27)

Tabel 2.2

Perjanjian Kinerja Tingkat Eselon I

Nama Eselon I : Sekretariat Utama (Setama) Tahun Anggaran : 2015

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (4)

Peningkatan prosentase kualitas SDM Perekayasa dan Litkayasa nasional

Meningkatnya prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa

5%

Meningkatnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPPT

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 70

Meningkatnya transparansi, akuntabilitas kinerja dan pengawasan

Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) Opini WTP Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPPT B

(range : 68) Terkelolanya Barang Milik Negara dan terpenuhinya operasional

perkantoran

10% Meningkatnya Kualitas

Pelayanan Publik kepada Masyarakat

Prosentase Implementasi aspek-aspek dalam Undang-Undang 25/2009 70% Prosentase Implementasie-governmentdan standardisasi layanan publik

(Penunjang Kinerja Pembina)

80%

Jumlah Anggaran Tahun 2015 : Rp 499.889.550.000,-Jumlah Anggaran Tahun 2015 : Rp. 516.355.795.000,-(Pagu Revisi)


(28)

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT UTAMA

3.1 Capaian Kinerja

3.1.1. Pengukuran Kinerja

Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah. Proses ini berupa penilaian pencapaian setiap target kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan Sekretariat Utama dalam pencapaian tujuan.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu kegiatan manajemen kinerja khususnya membandingkan kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2, Permen PAN No. 09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah).


(29)

3.1.2. Pengukuran Capaian Sasaran Program dan Indikator Kinerja

Berikut ini disajikan rekapitulasi atas pengukuran kinerja Sekretariat Utama (Eselon I) Tabel 3.1.

REKAPITULASI PENGUKURAN KINERJA TINGKAT ESELON I Unit Organisasi/Eselon I : Sekretariat Utama

Tahun Anggaran : 2015

Sasaran Program Indikator Kinerja Target Satuan Realisasi %

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Peningkatan prosentase kualitas SDM Perekayasa dan Litkayasa nasional

Meningkatnya prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa

5%

Prosen-tase

5% 100

Meningkatnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPPT

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 70 Nilai 67,58 96,54

Meningkatnya transparansi, akuntabilitas kinerja dan pengawasan

Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP)

Opini WTP Opini Opini WDP

Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPPT

B (range : 68)

Nilai B

(Nilai 68,14)

100 Terkelolanya Barang Milik Negara dan terpenuhinya

operasional perkantoran

10%

Prosen-tase

10% 100

Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik kepada Masyarakat

Prosentase Implementasi aspek-aspek dalam Undang-Undang 25/2009

70%

Prosen-tase

70% 100

Prosentase Implementasie-governmentdan standardisasi layanan publik (Penunjang Kinerja Pembina)

80%

Prosen-tase

86% 107,5

Jumlah Anggaran Tahun 2015 : Rp

499.889.550.000,-Jumlah Anggaran Tahun 2015 : Rp.

516.355.795.000,-(Pagu Revisi)


(30)

3.1.2.1 Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Program 1

Pengukuran Capaian Sasaran Program 1 yaitu Peningkatan prosentase kualitas SDM Perekayasa dan Litkayasa nasional; dengan Indikator kinerja yang digunakan yaitu Meningkatnya prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa, dengan target 5%.

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global. Oleh karena itu, menyiapkan SDM yang berkualitas yang memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global menjadi suatu keharusan. Tantangan globalisasi sudah pasti akan dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dalam era globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional, akan terjadi persaingan antar negara termasuk di dalamnya persaingan kompetensi SDM. Globalisasi regional (ASEAN) menuntut SDM Indonesia harus siap berkompetisi menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015. Pada saat pemberlakuan AFTA dan MEA, akan terjadi pembebasan arus barang, jasa dan tenaga kerja serta persaingan dalam sektor perdagangan antar Negara ASEAN.

Dalam meghadapi bebasnya arus barang dan jasa serta persaingan tenaga kerja setelah pemberlakuan AFTA dan MEA pada tahun 2015, kompetensi SDM Indonesia dirasakan masih relatif rendah baik di tingkat Internasional maupun ASEAN. Saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada pada peringkat ke-121 dari 187 negara di dunia. Peringkat tersebut berada jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura (peringkat 18), Malaysia (peringkat 64), Thailand (peringkat 103), dan Filipina (peringkat 114). Selain itu daya saing SDM Indonsia dengan negara-negara ASEAN lainnya masih tertinggal. Untuk mempengaruhi daya saing (competitiveness) suatu bangsa maka penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) akan sangat menentukan. Berdasarkan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index,GCI) yang dipublikasikan oleh World Economic


(31)

Forum (2014), GCI Indonesia berada pada peringkat yang cukup rendah (peringkat 34 dari 144 negara) bahkan lebih rendah dari negara-negara ASEAN seperti Singapura, Thailand dan Malaysia. Penyusunan GCI di atas berdasarkan beberapa parameter, di antaranya adalah institusi, infrastruktur, pendidikan, kepuasan bisnis, kesiapan teknologi, dan inovasi. Disebutkan dalam laporan tersebut, bahwa parameter kesiapan teknologi Indonesia ternyata menempati peringkat yang sangat rendah, yakni pada peringkat 77. Adanya pergeseran paradigma pembangunan nasional yang semula lebih banyak mendasarkan kepada resources based development menuju ke technology based development menuntut penguatan dalam kapasitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa.

IPTEK, sumberdaya manusia, dan sumberdaya alam menjadi parameter penting dalam penguatan kompetisi/daya saing industri. Karenanya, pembangunan perekonomian yang berbasis kepada penguatan kompetisi industri memerlukan pemberdayaan ke tiga parameter tersebut. Pengembangan kegiatan perekayasaan akan berkontribusi langsung dalam mewujudkan terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing untuk meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan IPTEK bagi kemajuan bangsa dan Negara.

Dalam dunia usaha (swasta) dan sektor industri, Organisasi Tenaga Kerja Internasional (ILO) telah merintis program Sustaining Competitive and Responsible Enterprises (SCORE) dalam peningkatan keterampilan dan keahlian (kompetensi) SDM skala Internasional berbasis Sain dan Teknologi melalui Small and medium-sized enterprises (SMEs atau UKM). Filosofi dan pendekatan program ini difokuskan pada keyakinan bahwa pengelolaan kompetensi SDM melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat) dengan menggunakan metode pelatihan di kelas (classroom training) yang dikombinasikan dengan metode on job training (magang industri) akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dan kompetisi yang lebih baik.


(32)

di tujuh negara, yaitu Indonesia, India, Cina, Afrika Selatan, Ghana, Vietnam dan Kolombia.

Secara nasional masalah peningkatan kompetensi SDM telah mendapat perhatian serius dari pemerintah melalui implementasi “Program Nawacita” khususnya pada program “Indonesia Pintar” (program Nawacita ke-5) dengan menggunakan beberapa indikator keberhasilan program diantaranya indikator yang terkait dengan bidang pendidikan. Pengembangan Kurikulum dan Standar Penilaian Pendidikan Nasional. Disamping program tersebut keseriusan pemerintah untuk peningkatan kompetensi SDM juga terlihat pada program “Peningkatan Produktivitas Daya Saing Internasional” (program Nawacita ke-6) dengan salah satu indikator penting yang terkait dengan pengembangan teknologi yakni jumlah paket teknologi yang terimplementasi (khususnya pada bidang transportasi).

Disamping itu, terbitnya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), yang menitikberatkan pada pengembangan karier PNS berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja dan kebutuhan dari Instansi menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan sistem pembinaan PNS. Undang-Undang Aparatur Sipil Negara menetapkan perubahan yakni : ASN sebagai profesi; Pengangkatan PNS dalam jabatan tertentu ditentukan berdasarkan perbandingan obyektif antara kompetensi, kualifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai; Setiap jabatan tertentu dikelompokkan dalam klasifikasi jabatan PNS yang menunjukkan kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola kerja; Pengembangan karier PNS berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja dan kebutuhan dari Instansi; Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan jabatan, penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS tanpa membedakan jender, suku, agama, ras dan golongan.


(33)

Sebagai salah satu lembaga negara yang memiliki tupoksi dalam pengkajian dan penerapan teknologi nasional, BPPT berkewajiban untuk membantu kesuksesan Program Nawacita dalam peningkatan kapabilitas kompetensi SDM Indonesia, khususnya kapabilitas kompetensi SDM PNS nasional berbasis teknologi, serta dengan amanat UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN. Hal ini sejalan dengan amanat nasional yang diemban oleh BPPT sebagai Instansi Pembina Nasional Jabatan Fungsional Perekayasa dan Teknisi Litkayasa, dimana dalam melaksanakan mandat tersebut BPPT telah menugaskan Pusbindiklat sebagai pelaksananya.

Dalam rangka pelaksanaan mandat pembinaan Jabatan Fungsional Perekayasa bagi seluruh PNS secara nasional, Pusbindiklat berkewajiban meningkatkan dan pengembangan kapabilitas kompetensi SDM perekayasa dan teknisi litkayasa nasional yang memiliki kemampuan menghasilkan karya inovasi teknologi yang berdaya saing global, minimal di Tingkat ASEAN.

Pengukuran Kinerja atas salah satu indikator kinerja dalam sasaran program Sekretariat Utama, yaitu meningkatnya prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa, sesuai target yang telah ditetapkan yaitu 5%, dilakukan dengan cara membandingkan antara Diklat Perekayasa dan Litkayasa yang dilaksanakan pada tahun 2015 dengan Diklat Perekayasa dan Litkayasa yang dilaksanakan pada tahun 2014.

Dari target tersebut yaitu meningkatnya prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa sebanyak 5% dibandingkan tahun sebelumnya, dapai terpenuhi. Jumlah diklat perekayasa dan teknisi litkayasa yang dilaksanakan pada tahun 2015 adalah sebanyak 21 kali, atau meningkat 5% dibandingkan jumlah diklat perekayasa dan teknisi litkayasa yang dilaksanakan pada tahun 2014 yaitu sebanyak 20 kali.


(34)

Realisasi pelaksanaan diklat perekayasa dan teknisi litkayasa yang dilaksanakan pada tahun 2015, yaitu sebanyak 21 kali, meliputi :

1. Diklat jabatan fungsional perekayasa, dengan peserta perekayasa dan/atau calon perekayasa yang belum mengikuti kegiatan diklat perekayasa, baik perekayasa dan/atau calon perekayasa yang berasal dari BPPT maupun dari Kementerian/Lembaga lainnya.

2. Diklat jabatan fungsional teknisi litkayasa, dengan peserta teknisi litkayasa dan/atau calon teknisi litkayasa yang belum mengikuti kegiatan diklat teknisi litkayasa, baik teknisi litkayasa dan/atau calon teknisi litkayasa yang berasal dari BPPT maupun dari Kementerian/Lembaga lainnya.

3. Diklat teknik penulisan karya tulis ilmiah, dengan peserta perekayasa dan/atau calon perekayasa, baik yang berasal dari BPPT maupun dari Kementerian/Lembaga lainnya.

Capaian kinerja Sekretariat Utama untuk Indikator Kinerja 1.:Meningkatnya prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa, dengan target 5%, adalah sebagai berikut:

1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :

Prosentase Capaian

Kinerja =

Realisasi

x 100%

Target

= Peningkatan 5% x 100% = 100%

Peningkatan 5%

Tabel 3.2

Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja IK 1

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Meningkatnya prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa


(35)

2) Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;

Pada tahun 2015, realisasi kinerja dan capaian kinerja pelaksanaan diklat perekayasa dan teknisi litkayasa sebesar 100%. Hal ini dikarenakan dari target pelaksanaan diklat perekayasa dan teknisi litkayasa sebanyak 21 kali, realisasi pelaksanaannya sesuai dengan yang telah ditargetkan, yaitu sebanyak 21 kali.

Realisasi kinerja dan capaian kinerja pelaksanaan diklat perekayasa dan teknisi litkayasa pada tahun 2014 juga mencapai sebesar 100%. Hal ini dikarenakan dari target pelaksanaan diklat perekayasa dan teknisi litkayasa sebanyak 20 kali, dapat terealisasi sebanyak 20 kali, atau 100%.

3) Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis;

Realisasi kinerja pelaksanaan diklat perekayasa dan teknisi litkayasa pada tahun 2015 yang mencapai sebesar 100%., atau dengan kata lain terpenuhinya target peningkatan prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa sebesar 5%., sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Sekretaris Utama Tahun 2015.

Realisasi kinerja pelaksanaan diklat perekayasa dan teknisi litkayasa pada tahun 2015 yang mencapai sebesar 100%., atau dengan kata lain terpenuhinya target peningkatan prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa sebesar 5%, juga sesuai dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen rencana strategis Sekretaris Utama, yaitu dalam sasaran program


(36)

nasional, dengan Indikator dan target: Meningkatnya prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa dengan target 25%; dimana target peningkatan prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa sebesar 25% pada tahun 2019 didistribusikan pada setiap tahunnya masing-masing sebesar 5%.

Gambar 3.1

Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa

4) Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja;

 Adanya Komitmen dan Dukungan yang kuat dari Pimpinan BPPT terhadap pelaksanaan diklat perekayasa dan litkayasa, baik di lingkungan internal BPPT maupun lingkungan eksternal (kementerian/lembaga)

 Dukungan dari seluruh Pimpinan dan Manajemen pihak eksternal (kementerian/lembaga) terhadap pelaksanaan diklat perekayasa dan litkayasa.

 Dukungan dari seluruh narasumber/pengajar dalam pelaksanaan diklat perekayasa dan litkayasa.

 Sekretaris Utama, yang dalam hal ini diwakili oleh Pusbindiklat, memiliki SDM yang kompeten dalam pelaksanaan diklat, khususnya diklat perekayasa dan litkayasa.

Target Akhir :

peningkatan prosentase

Intensitas Pelaksanaan

Diklat Perekayasa dan Litkayasa

sebesar 25% pada tahun

2019 2015

Pening-katan 5%

2016

Pening-katan 5%

2017

Pening-katan 5%

2018

Pening-katan 5%

2019

Pening-katan 5%


(37)

 Sekretaris Utama, yang dalam hal ini diwakili oleh Pusbindiklat, memiliki sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan diklat, khususnya diklat perekayasa dan litkayasa.

5) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja

Program/Kegiatan Diklat yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja antara lain :

1. Kegiatan Diklat Jabatan Fungsional Perekayasa 2. Kegiatan Diklat Jabatan Fungsional Perekayasa 3. Kegiatan Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah

3.1.2.2 Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Program 2

Pengukuran Capaian Sasaran Program 2 yaitu Meningkatnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPPT; dengan Indikator kinerja yang digunakan yaitu Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dengan target 70.

Program Reformasi Birokrasi di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPP) merupakan amanat UU No.17 Tahun 2007 tentang RPJN 2005-2025, Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2011 tentangRoad MapReformasi Birokrasi 2010-2014.

Selain menjalankan amanat tersebut diatas, reformasi Birokrasi bagi BPPT merupakan suatu kebutuhan dalam melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama yang menyangkut aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process) dan sumber daya aparatur sehingga mampu meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktivitas, transparansi dan akuntabilitas birokrasi serta disiplin dan etos kerja pegawai dan pelayanan prima.


(38)

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan BPPT dimulai sejak tahun 2009 dan pada tahun 2010 telah disusun Road Map Reformasi Birokrasi BPPT 2010-2014 sebagai panduan pelaksanaan langkah-langkah konkrit perbaikan kualitas penyelenggaran birokrasi melalui 8 (delapan) area perubahan, yaitu : program manajemen perubahan, penataan peraturan perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan akuntabilitas, peningkatan kualitas pelayanan publik, dengan sasarannya adalah:

1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel 2. Birokrasi yang efektif dan efisien

3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas

Upaya-upaya perbaikan penyelenggaraan birokrasi di BPPT membutuhkan waktu, dan bukan sesuatu yang bersifat instan. Strategi dalam upaya menjaga kesinambungan pelaksanaan program reformasi birokrasi dilingkungan BPPT sebagai berikut:

1. Memelihara dan atau meningkatkan/memperkuat area perubahan yang sudah mencapai kemajuan, sehingga terjadi perbaikan berkelanjutan. 2. Melanjutkan upaya-upaya perubahan dengan melanjutkan

langkah-langkah perubahan positif yang sedang berlangsung terhadap seluruh aspek-aspek dalam area perubahan secara konsisten sebagai upaya untuk mempercepat keberhasilannya.

3. Mengidentifikasi masalah lain dan mencari solusi pemecahannya untuk menjawab secara cepat berbagai permasalahan baru yang muncul dalam penyelenggaraan pemerintahan.

4. Memperluas cakupan pelaksanaan reformasi birokras yang dilakukan dilakukan dengan memperluas cakupan pada berbagai aspek yang belum tersentuh dan muncul sesuai dengan perkembangan terkini.

Adapun hasil capaian pelaksanaan program reformasi birokrasi sampai dengan tahun 2014, hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) sebagai berikut :


(39)

Tabel 3.3 Hasil PMPRB

No Area Hasil yang

Diharapkan

Nilai

maks Capaian Rekomendasi

A. Komponen Pengungkit : 60 40,17

1 Manajemen Perubahan persamaan persepsi, komitmen, onsistensi serta keterlibatan seluruh pegawai

5 3.53 Agent of changeataurole modelagar dibentuk secara formal serta diberikan pelatihan intensif

 Meningkatkan keterlibatan seluruh pimpinan organisasi secara langsung dan berkelanjutan 2 Penataan Peraturan

Perundang-undangan

kualitas regulasi yang lebih

tertib,harmonis dan kondusif

5 2.71 Sinkronisasi/Harmonisasi peraturan perundang-undangan agar dilakukan.

3 Penataan Dan Penguatan Organisasi

ketepatan ukuran, ketepatan fungsi, dan sinergisme kelembagaan

6 4.18 Melaksanakan evaluasi organisasi secara berkala

4 Penataan Tatalaksana penerapan sistem, proses & prosedur kerja yg jelas, efektif & efisien

5 3.47 Menyusun peta proses bisnis dari level lembaga (Lo), Es.1 dan Unit Kerja

5 Penataan Sistem Manajemen SDM

SDM yang profesional, netral, dan sejahtera

15 12.36 Meningkatkan kapasitas pegawai berdasarkan pada gap kompetensi serta menyusun rencana diklat. 6 Penguatan Akuntabilitas Kinerja Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

6 3.53 Meningkatan kapasitas SDM yang menangani akuntabilitas kinerja

 Membangun Sistem Pengukuran Kinerja dapat diakses oleh seluruh unit 7 Penguatan

Pengawasan

Penyelenggaraan pemerintah yg bersih dan bebas KKN

12 6.50 Meningkatkan kualitas implementasi pengendalian gratifikasi, penerapan SPIP, penanganan benturan kepentingan, pengaduan masyarakat dan WBS serta melakukan evaluasi

Melaksanakan pembangunan zona integritas secara intensif terhadap UK di BPPT


(40)

No Area Hasil yang Diharapkan

Nilai

maks Capaian Rekomendasi WBBM

8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

6 3.89 Menindaklanjuti hasil survei Indeks Kualitas Pelayanan (IKP) dan Indeks Persepsi Anti Korupsi (IPAK) serta

menyempurnakan kualitas pelaksanaan kegiatan Melakukan inovasi secara

terus menerus secara berkesinambungan dalam pelayanan kepada masyarakat.

B. Komponen Hasil 40 27,41

1 Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja 20 13,9 2 Pemerintahan yang ber sih dan bebas KKN 10 5,5

3 Kualitas pelayanan public 10 8,0

TOTAL 100 67,58

Capaian kinerja Sekretariat Utama untuk Indikator Kinerja 2.: Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dengan target 70, adalah sebagai berikut:

1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :

Prosentase

Capaian Kinerja =

Realisasi

x 100%

Target

= Nilai Hasil Evaluasi 67,58 x 100% = 96,54%

Nilai Hasil Evaluasi 70

Tabel 3.4

Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja IK 2

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Nilai Hasil Evaluasi Pelaksanaan


(41)

2) Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hasil evaluasi Kementerian PAN dan RB pada tahun 2015 terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi BPPT Tahun 2014 sebesar 67,58 sudah mengalami peningkatan. Hasil evaluasi Kementerian PAN dan RB pada tahun 2014 terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi BPPT Tahun 2013 adalah sebesar 55.

3) Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis;

Realisasi kinerja pelaksanaan reformasi birokrasi BPPT sesuai hasil evaluasi Kementerian PAN dan RB tahun 2015 sebesar 67,58 ini dibawah target yang telah ditetapkan dalam dokumen rencana strategis Sekretariat Utama, yaitu nilai 70 pada tahun 2015.

Sesuai dokumen rencana strategis Sekretaris Utama Tahun 2015 -2019, target indikator kinerja nilai evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi BPPT sampai dengan tahun 2019 adalah sebagai berikut :

 Nilai 70 pada Tahun 2015,  Nilai 73 pada Tahun 2016,

 Nilai 76 pada Tahun 2017,

 Nilai 79 pada Tahun 2018 serta  Nilai 82 pada Tahun 2019.

4) Analisis penyebab kegagalan atau penurunan kinerja;

Beberapa hal yang menjadi penyebab kegagalan pencapaian target dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini. Dari tabel tersebut terlihat bahwa area perubahan yang masih perlu ditingkatkan lagi kinerjanya


(42)

- Manajemen perubahan

- Penataan Peraturan Perundang-Undangan - Penataan tata Laksana

- Penguatan Kuntabilitas Kinerja - Penguatan Pengawasan, dan

- Peningkatan kualitas pelayanan publik

Tabel 3.5

Penyebab Kegagalan Pencapaian Target Nilai RB

No Area Nilai

Maks Target Capaian Keterangan

1 Manajemen Perubahan 5 4.65 3.53 Sosialisasi dokumen roadmap belum terlaksana, perlu revisi, Sosialisasi ke seluruh unit kerja belum optimal, Agen Perubahan belum ditetapkan.

2 Penataan Peraturan Perundang-undangan

5 3.13 2.71 Belum optimalnya pelaksanaan harmonisasi peraturan perundang-undangan. Sistem pengendalian peraturan perundangan belum dilaksanakan. 3 Penataan Dan

Penguatan Organisasi

6 3 4.18

4 Penataan Tatalaksana 5 4.34 3.47 Peta proses bisnis dan SOP belum disusun.

5 Penataan Sistem Manajemen SDM

15 8.71 12.36 6 Penguatan

Akuntabilitas Kinerja

6 5.8 3.53 Pelaksanaan peningkatan kapasitas SDM yang menangani akuntabilitas kinerja belum optimal. Perlu pelatihan, Belum adanya pemantauan kinerja berbasis elektronik.

7 Penguatan Pengawasan

12 8.61 6.50 Pembangunan Zona Integritas belum dilakukan secara intensif terhadap UK yg diusulkan/ ditetapkan.

Public Campaigntentang gratifikasi belum optimal.

Sosialisasi WBS belum optimal ke seluruh UK

Benturan kepentingan dan Gratifikasi belum ada

8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

6 5.67 3.89 Belum optimalnya pelaksanaan sosialisasi/ pelatihan dalam upaya penerapan budaya pelayanan prima (utamanya Unit PNBP/ BLU)


(43)

5) Analisis program/kegiatan yang menyebabkan kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

Beberapa hal yang menjadi penyebab kegagalan pencapaian target dapat dilihat pada tabel di atas. Dari tabel tersebut terlihat bahwa area perubahan yang berkontribusi terhadap kegagalan pencapaian kinerja dan masih perlu ditingkatkan lagi kinerjanya meliputi :

- Manajemen perubahan

- Penataan Peraturan Perundang-Undangan - Penataan tata Laksana

- Penguatan Akuntabilitas Kinerja - Penguatan Pengawasan, dan

- Peningkatan kualitas pelayanan publik

3.1.2.3 Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Sasaran Program 3

Pengukuran Capaian Sasaran Program 3 yaitu Meningkatnya transparansi, akuntabilitas kinerja dan pengawasan; dengan tiga Indikator kinerja yang digunakan yaitu :

1. Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP),dengan target Opini WTP.

2. Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPPT, dengan target B (range 68).

3. Terkelolanya Barang Milik Negara dan terpenuhinya operasional perkantoran, dengan target 10%.

Penjelasan Capaian masing-masing Indikator Kinerja adalah sebagai berikut:

1. Indikator Kinerja 3.1. : Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP), dengan target Opini WTP.


(44)

Biro Keuangan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perbendaharaan, verifikasi dan akuntansi. Secara umum, Biro Keuangan berfungsi merencanakan dan mengkoordinir pelaksanaan anggaran, verifikasi pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan atas seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan oleh BPPT.

Pelaporan keuangan yang dihasilkan dapat berupa laporan keuangan kepada pihak ekstern, misalnya kepada Kementerian Keuangan sebagai pertanggungjawaban public BPPT sebagai instansi pemerintah di depan DPR dan dapat pula berupa laporan keuangan untuk pihak intern yang berguna untuk membantu pengambilan keputusan.

Laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang memenuhi karateristik kualitatif yaitu dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Hal tersebut yang menjadi kaidah yang dipegang teguh Biro Keuangan dalam menyusun laporan keuangan.

Proses penyusunan laporan keuangan di Biro Keuangan BPPT diawali di Bagian Verifikasi yang melakukan proses verifikasi dan pengujian berkas yang akan dikirim ke Kementerian Keuangan. Halini berkaitan dengan relevansi dan keandalan laporan keuangan, agar berkas yang diproses telah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Selanjutnya Bagian Perbendaharaan melaksanakan pembukuan dokumen keuangan sebagai pertanggungjawaban atas suatu kegiatan dan melakukan pembayaran atas transaksi keuangan. Pembukuan yang dilakukan juga harus memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terakhir Bagian Akuntansi Keuangan melaksanakan proses penginputan dokumen pertanggung jawaban dan penyusunan pelaporan keuangan. Dalam membantu melaksanakan pelaporan keuangan dipergunakan aplikasi yang telah disediakan oleh Kementerian Keuangan.


(45)

Kegiatan diatas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Biro Keuangan terhadap laporan keuangan satuan kerja BPPT. Salah satu kinerja BPPT tercermin dari laporan keuangan konsolidasi seluruh satuan kerja dilingkungan BPPT. Untuk mendapatkan laporan keuangan konsolidasi yang baik, maka laporan keuangan setiap satuan kerja di lingkungan BPPT juga harus baik. Untuk menyusun laporan keuangan masing-masing satuan kerja yang baik diperlukan pembinaan kepada seluruh satuan kerja di lingkungan BPPT.

Pembinaan terhadap satuan kerja di lingkungan BPPT ini dilakukan oleh Biro Keuangan dan masing-masing bagiannya. Bagian Verifikasi berkaitan dengan proses pertanggungjawaban dan administrasi keuangan yang baik. Bagian Perbendaharaan melakukan pembinaan keperbendaharaan-nya kepada seluruh unit kerja di lingkungan BPPT. Sedangkan Bagian Akuntansi Keuangan melakukan pembinaan tentang penyusunan laporan keuangan yang baik sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Untuk menyusun laporan keuangan yang baik juga diperlukan

internal

control

yang baikpula

. Internal control

yang baik ini harus tertuang dalam Sistem Pengendalian Intern Instansi Pemerintah (SPIP). SPIP ini harus dilaksanakan oleh semua unsur dalam organisasi. Dengan demikian maka laporan keuangan yang dihasilkan menjadi lebih baik.

Harus disadari bahwa untuk menghasilkan laporan keuangan konsolidasi yang baik, diperlukan setiap unsur laporan keuangan masing-masing satuan kerja bekerja dengan baik. Disinilah peran Biro Keuangan sangat besar dengan melakukan penyusunan laporan keuangan konsolidasi dan melakukan pembinaan terhadap seluruh satuan kerja di lingkungan BPPT.

Muara akhir dari semuanya adalah diperolehnya opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari hasil pemeriksaan laporan keuangan yang


(46)

dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pendapat WTP ini akan mencerminkan kinerja keuangan suatu instansi pemerintah dan peran Biro Keuangan sangat diperlukan untuk meraih kembali opini WTP.

Penyusunan Laporan Keuangan BPPT Yang Transparan, Akuntabel Dan Taat Peraturan

Hasil dari proses pada bagian Akuntansi Keuangan BPPT adalah Laporan Keuangan BPPT. Pembuatan Laporan Keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan atas aktivitas pengelolaan anggaran di BPPT.

Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan (KK,SAP,2005).

Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumberdaya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik (KK,SAP,205).

Melakukan Rekonsiliasi Internal Data Keuangan Dalam Penyusunan Laporan Keuangan BPPT

Tujuan dari pelaksanaan rekonsiliasi internal BPPT adalah untuk meneliti keakuratan pencatatan data akuntansi antara transaksi keuangan yang dilakukan oleh satker-satker dilingkungan BPPT dengan yang dilakukan oleh Bendahara Umum Negara dalam hal ini rekon dilaksanakan dengan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (DAPK) yang dilaksanakan tiap semester.


(47)

Pada tahun 2015 ini telah dilaksanakan rekonsiliasi sebanyak 4 (empat) kali, yaitu:

1. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Semester II tahun 2014; 2. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Semester I tahun 2015; 3. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Pseudo Bulan Oktober 2015;

4. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Psudo Bulan November 2015.

Ditahun 2015, diberlakukan rekonsiliasi untuk Laporan Pseudo Oktober dan November sesuai dengan PMK Nomor 177/PMK.05/2015 tentang pedoman penyusunan dan penyampaian laporan keuangan kementerian Negara/lembaga untuk mendukung laporan akuntansi berbasis akrual.

Penyusunan Laporan Pengelolaan Verifikasi

Ruang lingkup proses verifikasi meliputi semua kegiatan yang diberikan oleh Biro Keuangan terdiri dari proses verifikasi atas dokumen yang masuk, yang mencakup 5 (lima) aspek berikut : aspek ketersediaan dana/anggaran, aspek ketepatan tujuan pengeluaran, aspek kebenaran pembebanan anggaran, aspek kebenaran tagihan, dan aspek kelengkapan bukti pengeluaran dan dokumen pendukungnya, serta melakukan monitoring atas penyerapan anggaran. Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan verifikasi di Biro Keuangan adalah dokumen tagihan yang telah selesai diverifikasi dengan tepat waktu, serta tercapainya pelayanan verifikasi yang optimal.

Melakukan Laporan Pengelolaan Perbendaharaan

Hasil dari proses pada layanan pengelolaan perbendaharaan adalah Pembayaran Uang Persediaan (UP), Pembayaran Langsung (LS) dan pengelolaan penggajian. Dalam hal Pembayaran Uang Persediaan (UP) dan Pembayaran Langsung (LS), dokumen yang telah diterima dari kordinator penguji Bagian Verifikasi akan diterima oleh P3SPM untuk diklasifikasikan Bukti Kas (UP) dan SPM LS (LS) yang selanjutnya untuk


(48)

Bendahara (Pengeluaran dan BPP) berdasarkan program kegiatan. Untuk Dokumen SPM LS akan dilengkapi dengan dokumen pendukung lainnya untuk selanjutnya langsung dikirim ke KPPN Jakarta. Setelah SPM LS diproses di KPPN Jakarta maka akan keluar SP2D dari KPPN untuk dibukukan disertai masuknya uang ke dalam rekening milik Bendahara Pengeluaran BPPT. Untuk Dokumen Bukti Kas akan diberi penomoran Bukti Kas, dibayarkan kepada yang berhak menerima oleh Bendahara dan juga dibukukan saat terjadi pembayaran. Setelah dibayarkan, maka Bukti Kas akan dibuatkan SPM GU dan dilengkapi dokumen pendukungnya untuk dikirim ke KPPN Jakarta. Proses selanjutnya menunggu SP2D keluar dari KPPN. Setelah SP2D keluar baik untuk Dokumen LS maupun UP akan dibukukan kembali oleh Bendahara kemudian di Foto Copy untuk diserahkan ke Bagian Akuntansi untuk keperluan Rekonsiliasi. Jadi yang membedakan Pembayaran Uang Persedian (UP) dengan Pembayaran Langsung (LS) secara keseluruhan terdapat pada cara pembayarannya.

Pada pengelolaan penggajian yakni meliputi kegiatan Pembayaran Penggajian Pegawai Negeri Sipil (PGPS), Pembayaran Uang Makan Pegawai, Pembayaran Tunjangan Kinerja, Pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas, Pembayaran kekurangan/Selisih Gaji (Rapel) dan Tunjangan-tunjangan lainnya serta layanan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran. Pada pengelolaan penggajian lebih kepada layanan untuk para pegawai BPPT.

Penyusun Laporan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil-Hasil Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan data/informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, yang dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan sebagai keputusan BPK.


(49)

Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau perbaikan.

Setelah Rekomendasi atas LHP BPK diterima, maka dilanjutkan dengan membuat laporan dari jawaban jawaban atau penjelasan atas tindak lanjut yang akan dilakukan oleh BPPTsehubungan dengan rekomendasi dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK.

Capaian kinerja Sekretariat Utama untuk Indikator Kinerja 3.1. : Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP),dengan target Opini WTP, adalah sebagai berikut:

1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :

Prosentase

Capaian Kinerja =

Realisasi Target

= Opini WDP = Tidak

Tercapai Opini WTP

Tabel 3.6

Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja IK 3.1 Indikator Kinerja Target Realisasi

Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP)

Opini WTP Opini WDP Tidak

tercapai

2) Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;

Pada tahun 2009 hingga Tahun 2011, BPPT secara berturut-turut selama 3 tahun telah memperoleh opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).


(50)

Pada tahun 2012 BPPT memperoleh opini WDP. (Wajar Dengan Pengecualian). Pada tahun 2013 BPPT kembali memperoleh opini WTP. (Wajar Tanpa Pengecualian)

Pada tahun 2014, BPPT kembali memperoleh opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian)

3) Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis;

Realisasi kinerja tahun 2015, dimana BPPT memperoleh opini WDP, tidak sesuai dengan target indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perjanjian Kinerja Sekretaris Utama Tahun 2015, yaitu Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP), dengan Opini WTP.

Selain itu, hasil penilaian Laporan Keuangan BPPT tahun 2015 ini yang hanya memperoleh opini WDP juga tidak sejalan dengan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Rencana Strategis Sekretaris Utama Tahun 2015-2019, dimana Indikator dan Target yang telah ditetapkan adalah Terwujudnya Pengelolaan Keuangan Negara yang handal dimana Laporan Keuangan sesuai SAP dengan target WTP.

4) Analisis penyebab kegagalan atau penurunan kinerja;

Analisa penyebab ketidakberhasilan Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP), sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Kinerja Sekretariat Utama, tidak mencapai target opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) melainkan Wajar Dengan Pengecualian (WDP) adalah sebagai berikut.

 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan


(51)

Pemeriksa Keuangan (BPK), BPK telah memeriksa Neraca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) per 31 Desember 2014 dan 2013, Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2014, serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan merupakan tanggung jawab BPPT. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

 BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memdai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan danestimasi signifikan yang dibuat oleh BPPT, penilaian atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, penilaian atas kehandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

 Hasil pemeriksaan BPK memperoleh temuan, yaitu :

1. Penatausahaan persediaan belum dilaksanakan secara memadai, yaitu :

a. Stock opnametidak mencerminkan kondisi senyatanya; b. Tidak ada rekonsiliasi data persediaan pada SIMAK BMN

persediaan dengan hasil cek fisik;

c. Ketidakseragaman nama dan kode barang untuk barang yang sama.


(52)

2. Permasalahan terkait aset tanah, yaitu :

a. Aset tanah seluas 2.000 Ha dikuasai oleh warga masyarakat;

b. Aset tahan seluas 191,24 Ha sedang disengketakan oleh kelompok masyarakat.

3. BPPT tidak melaksanakan penatausahaan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan secara memadai, yaitu :

a. Inventarisasi dan penilaian belum pernah dilaksanakan; b. Data aset tetap lainnya pada SIMAK BMN tidak dapat

ditelusuri fisiknya;

c. Belum seluruh aset tetap lainnya dicatat dan dilaporkan dalam SIMAK BMN.

2. Indikator Kinerja 3.2. : Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPPT, dengan target B (range 68).

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahadalah rangkaian

sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang

untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data,

pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada

instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan

peningkatan kinerjainstansipemerintah.

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Penyelenggaraan SAKIP dilaksanakan untuk penyusunan Laporan Kinerja

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penyelenggaraan SAKIP dilaksanakan secara selaras dan sesuai

dengan penyelenggaraan Sistem Akuntansi Pemerintahan dan tata cara pengendalian serta evaluasi pelaksanaan rencana

pembangunan. Penyelenggaraan SAKIP pada Kementerian


(53)

berjenjang dengan tingkatan: Entitas Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja; Entitas Akuntabilitas Kinerja Unit Organisasi; dan Entitas Akuntabilitas Kinerja Kementerian Negara/Lembaga. Penyelenggaraan SAKIP meliputi : Rencana strategis; Perjanjian Kinerja; Pengukuran Kinerja; Pengelolaan data Kinerja; Pelaporan Kinerja;dan Reviu dan evaluasi Kinerja.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pelaksanaan evaluasi berpedoman Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPPT tahun 2014, diperoleh hasil nilai 68,14 atau predikat Baik.

Penilaian tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya, kualitas pembangunan budaya kinerja birokrasi dan dan penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada hasil BPPT sudah menunjukkan hasil yang baik namun demikian masih memerlukan beberapa perbaikan.

Rincian hasil penilaian oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPPT tahun 2014 adalah sebagai berikut :


(1)

dan berisi informasi an tara lain: data umum, profil, dan pelayanan yang diberikan, termasuklink pengelolaan pengaduan. c. Jenis pelayanan yg diberikan 10 10 d. Link pengelolaan pengaduan 10 10

5 Penerapan SMM dan/'atau ISO 9001-2008 dalam pelayanan publik (untuk jenis/ unit! Satuan kerja yang sarna hanya dihitung satu kali), 5.1-5.4, (bobot ...%), Nilai Maksimum 110 5.1). Unit Pelayanan yang telah menerapkan persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 Berapa unit pelayanan yang telah menerapkan persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008. Dibuktikan dengan: paling tidak tersedia manual mutu sesuai kriteria ISO 9001:2008

Setiap unit pelayanan

1 8 89 1. PDIS

2. Biro perencanaan 3. Biro SDMO 4. Biro Keuangan 5. PTM 6. PTIK 7. Inspektorat 8. Biro Umum, Hukum dan HUmas Nilai maksimal 10 5.2). Satuan Kerja Pelayanan yang telah menerapkan persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008. Berapa satuan kerja pelayanan yang telah menerapkan persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 Dibuktikan dengan: paling tidak tersedia manual mutu sesuai kriteria ISO 9001:2008 Setiap satuan kerja

5 15 1. UPT HB

2. BRDST 3. BTL Nilai maksimal 20 5.3). Unit Pelayanan yang telah mendapatkan Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 Berapa unit pelayanan yang telah mendapatkan . sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 Tiap unit pelayanan yang memperoleh sertifikat SMMutu ISO 9001-2008 a. Sertifikasi sebagian 0

16 1. PTPP

2. PTFM 3. PTB 4. PTA b. Sertifikasi secara Menyeluruh 4 Nilai maksimal 20 5.4). Satuan Ketja Pelayanan yang telah mendapatkan sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 secara Berapa satuan kerja pelayanan yang telah mendapatkan sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO Tiap satuan kerja pelayanan yang memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO

10 50 1. B2TE

2. B2TKS 3. STP 4. BTMP 5. IPTEKNET 6. B2TP 7. BPPH 8. BPDP 9. LAGG


(2)

LKIP Sekretariat Utama Tahun 2015 III -57

secara

menyeluruh. Nilai maksimal

60

TOTAL SKOR 197

Capaian kinerja Sekretariat Utama untuk Indikator Kinerja 4.2.: Prosentase Implementasi e-government dan standardisasi layanan publik (Penunjang Kinerja Pembina),dengan target80%, adalah sebagai berikut:

1) Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :

Prosentase

Capaian Kinerja =

Realisasi

x 100% Target

=

Implementasi e-gov dan standardisasi pelayanan

public sebesar 86% x 100% = 107,5% Implementasi e-gov dan

standardisasi pelayanan public sebesar 80%

Tabel 3.17

Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja IKU 4.2

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Prosentase Implementasi e-governmentdan standardisasi layanan publik (Penunjang Kinerja Pembina)

80% 86% 107,5

2) Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis;

Realisasi kinerja tahun 2015 yaitu sebesar 86% ini melebihi dari target indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perjanjian Kinerja Sekretaris Utama Tahun 2015, yaitu 80%.


(3)

Realisasi kinerja implementasi e-government dan standardisasi layanan publik (Penunjang KinerjaPembina) tahun 2015 sebesar 86% ini dapat mempercepat pencapaian target seperti yang telah ditetapkan dalam Dokumen Rencana Strategis BPPT 2015-2019, yaitu Meningkatnya kualitas layanan publik dengan mengimplementasikan

e-government dan standardisasi layanan publik (Penunjang Kinerja

Pembina)dengan target (akhir) 100% dari bobot nilai maksimal 23.

3) Analisis penyebab keberhasilan atau peningkatan kinerja; Beberapa faktor penyebab keberhasilan diantaranya :

 Adanya komitmen dan dukungan pimpinan dalam penerapan/ implementasi e-Gov dan standardisasi layanan publik (Penunjang KinerjaPembina)dilingkungan BPPT.

 Adanya komitmen dan dukungan pimpinan dan manajemen unit kerja terkait dalam penerapan/ implementasi e-Gov dan standardisasi layanan publik (Penunjang Kinerja Pembina)

dilingkungan unit kerja BPPT

 Sekretariat Utama, yang dalam hal ini diwakili oleh unit kerja Pusat Data Informasi dan Standarisaasi, memiliki SDM yang kompeten dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi;

 Sekretariat Utama, yang dalam hal ini diwakili oleh unit kerja Pusat Data Informasi dan Standarisaasi, memiliki infrastruktur yang mendukung untuk mengembangkan dan menerapkan e-Gov dan standardisasi layanan publik (Penunjang KinerjaPembina).

3.2 Realisasi Anggaran

Pada tahun 2015, total anggaran yang dikelola oleh Sekretariat Utama BPPT pagu awalnya adalah sebesar Rp. 505.877.867.000,-, yang terdiri dari Dukungan Manajemen sebesar Rp. 386.629.406.000,-, Sarana Prasarana Rp. 63.152.930.000,-, BPPT Enjineering sebesar Rp. 48.840.771.000,- dan Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan sebesar Rp. 7.254.760.000,-. (Pagu


(4)

LKIP Sekretariat Utama Tahun 2015 III -59

Dengan adanya berbagai kebijakan optimasi penggunaan dan revisi anggaran, terdapat penambahan pagu BPPT Enjineering sebesar Rp. 10.477.928.000,-(dari pagu semula sebesar Rp. 48.840.771.000 menjadi Rp. 59.318.699.000), sehingga pagu akhir anggaran yang dikelola oleh Sekretariat Utama BPPT meningkat menjadi sebesar Rp. 516.355.795.000,-.

Dari pagu akhir anggaran tersebut, realisasi anggaran pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 501.771.607.882,-. Dengan demikian prosentase capaian realisasi anggaran adalah sebesar 97,18%.

Tabel 3.18

Realisasi Anggaran (Dalam Ribuan Rupiah): Pagu Anggaran

(PK)

Pagu Anggaran (Akhir)

Realisasi Anggaran

Prosentase Capaian (%) 499.889.550.000 516.355.795.000 501.771.607.822 97,18


(5)

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian pencapaian kinerja dalam Bab 3, Sekretariat Utama telah melaksanakan tugas dan fungsinya, sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Sekretariat Utama tahun 2015.

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Sasaran-sasaran strategis Sekretariat Utama sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Sekretariat Utama tahun 2015 berhasil dicapai dengan nilai capaian indikator kinerja utama (IKU) secara umum mencapai 100 persen. Dari 7 indikator kinerja, terdapat 2 (dua) indikator yang tidak tercapai dan terdapat 1 (satu) indikator yang nilai capaiannya melebihi 100 persen, yaitu 107,5%. Capaian untuk sasaran strategis yang melebihi target (lebih dari 100%) merupakan hal positif karena akan mempercepat pencapaian target keseluruhan dalam Renstra BPPT.

2. Nilai capaian target Indikator Kinerja (IK) Sekretariat Utama Tahun 2015 adalah sebagai berikut :

IK 1 : Meningkatnya prosentase Intensitas Pelaksanaan Diklat Perekayasa dan Litkayasa, dengan target 5%, capaian kinerjanya 100%;

IK 2 : Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dengan target 70, capaian kinerjanya 67,58, target tidak tercapai 100%;

IK 3.1 : Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP), dengan target Opini WTP capaian kinerjanya Opini WDP, target tidak tercapai 100%;

IK 3.2 : Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPPT, dengan terget B (range 68), capaian kinerjanya


(6)

LKIP Sekretariat Utama Tahun 2015 IV -2

IK 3.3 : Terkelolanya Barang Milik Negara dan terpenuhinya operasional perkantoran, dengan target 10%, capaian kinerjanya 100%. IK 4.1 : Prosentase Implementasi aspek-aspek dalam Undang-Undang

25/2009, dengan target 70%, capaian kinerjanya 100%;

IK 4.2 : Prosentase Implementasi e-government dan standardisasi layanan publik (Penunjang Kinerja Pembina), dengan target 80%, capaian kinerjanya 107,5%;

.

3. Ditinjau dari pelaksanaan anggaran, nilai capaian Sekretariat Utama sebesar

97,18%, yaitu dari pagu anggaran sebesar Rp. 499.889.550.000 Sekretariat Utama dapat merealisasikannya sebesar Rp.501.771.607.822

4.2 Langkah – Langkah Perbaikan

Dalam rangka meningkatkan capaian kinerja untuk mewujudkan visi dan misi BPPT, maka hal-hal yang perlu mendapatkan prioritas ke depan, antara lain: 1. Untuk meningkatkan kinerja, Sekretariat akan menerapkan semua komponen

dalam SAKIP (Renstra, Perjanjian Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pengelolaan Data Kinerja, Pelaporan serta Reviu) secara konsisten mengikuti aturan yang ada. Peningkatan kualitas implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan BPPT akan mendukung pencapaian kinerja BPPT.

2. Untuk indikator kinerja yang targetnya tidak tercapai 100%, yaitu pada indikator kinerja 2 (Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dengan target 70, capaian kinerjanya 67,58) perlu disusun strategi dan langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja, terutama dengan menindaklanjuti rekomendasi Kementerian PAN dan RB

3. Untuk indikator kinerja yang targetnya tidak tercapai 100%, yaitu pada indikator kinerja 3.1 (Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah, dengan target Opini WTP, capaian kinerjanya Opini WDP) perlu disusun strategi dan langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja.

4. Akan selalu mengupayakan perbaikan yang berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kinerja Sekretariat Utama pada khususnya dan BPPT pada umumnya.