Ranto Sitohang Promosi PROMOSI KEPARIWIS

PROMOSI KEPARIWISATAAN DAN PENINGKATAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN

( Studi Korelasional Tentang Efektivitas Kampanye Visit Indonesia Year 2008 dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir )

SKRIPSI

Diajukan guna Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana

(S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Komunikasi

Diajukan Oleh

RANTO SITOHANG 040904050 DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Promosi Kepariwisataan dan Peningkatan Jumlah Kunjungan Wisatawan (Studi Korelasional tentang Efektivitas Kampanye Visit Indonesia Year 2008 dalam meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas Kampanye Visit Indonesia Year 2008 dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk melihat sejauhmana hubungan antara kampanye Visit Indonesia Year 2008 terhadap peningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir.

Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan asing/mancanegara yang berkunjung di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong, yang berjumlah 12.008 orang pada tahun 2007. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 99 orang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling (Sampel Takterduga).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order oleh Spearman dengan menggunakan rumus SPSS versi

15.0. Dari hasil penelitian ini diperoleh r s sebesar 0,761. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hasilnya adalah terdapat hubungan yang tinggi antara kampanye Visit Indonesia Year 2008 dengan peningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir.

Dalam hal ini, H a diterima dan H o ditolak. Ini berarti media promosi kepariwisataan telah efektif dan berhasil meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir.

III.3.3 Teknik Penarikan Sampel …………………………. III.4

Teknik Pengumpulan Data ………………………….…

III. 5 Teknik Analisa Data ………………………….…… III.5.1

Analisis Tabel Tunggal …………………………. III.5.3

Uji Hipotesa ………………………….…… Pelaksanaan Pengumpulan Data …………………… III. 6 III.6.1

Tahap Awal ………………………….…… III.6.2

Pengumpulan Data ………………………….…… III.7

Proses Pengolahan Data ………………………….……

BAB

IV PEMBAHASAN

IV.1 Analisis Tabel Tunggal ………………………….……

IV.1.1 Karakteristik Responden ………………………….…

IV.1.2 Kampanye Visit Indonesia Year 2008 ………………

IV.1.3 Peningkatan Jumlah Kunjungan Wisatawan …………

IV.2 Analisis Tabel Silang ………………………….……

IV.3 Uji Hipotesis ………………………….……

IV.4 Pembahasan ………………………….……

BAB

V PENUTUP

V.1 Kesimpulan ………………………….……

V.2 Saran ………………………….……

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Tabel 4.39 : Berwisata ke Tuktuk Siadong Setelah Adanya Kampanye Visit Indonesia Year 2008 ............................................................... 118 Tabel 4.40 : Hubungan antara Ketertarikan Terhadap Kampanye Visit Indonesia Year 2008 dengan Motivasi Mencari Informasi Lain .......................................................... 120 Tabel 4.41 : Hubungan antara Kepercayaan Terhadap Isi Pesan dengan Ketertarikan Akan Perhatian Terhadap Objek Wisata yang Ditawarkan .............................................................................

122 Tabel 4.42 : Hubungan antara Peningkatan Pengetahuan Terhadap Tuktuk Siadong Setelah Menggunakan Materials Promotion dengan Melakukan Kunjungan Wisata ...............................................

124 Tabel 4.43 : Hubungan antara Pemenuhan Kebutuhan Informasi dengan Memunculkan Kebutuhan untuk Berwisata ........................... 126 Tabel 4.44 : Hubungan antara Kegunaan Materials Promotion dengan Keputusan untuk Melakukan Kunjungan Wisata .....................................

128 Tabel 4.45 : Hubungan antara Pengertian Terhadap Maksud Pesan dalam Kampanye Visit Indonesia Year 2008 dengan Memunculkan Keinginan yang Kuat untuk Berwisata ...................................

130 Tabel 4.46 : Hasil Uji Korelasi Spearman dengan Menggunakan Piranti Lunak SPSS versi 15.0 ...................................................................... 132

Daftar Gambar

Gambar II.1 : Logo Visit Indonesia Year 2008 .............................................

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan pertambahan populasi penduduk dunia yang cukup pesat, mengakibatkan kecenderungan pasar potensial yang akan melakukan perjalanan. Terlebih lagi perjalanan yang dilakukan bukan sekedar hiburan, akan tetapi mempunyai tujuan tertentu yang akan membawa pengaruh yang cukup besar terhadap pribadi, keluarga, maupun lingkungannya dalam dekade terakhir ini. Adapun setiap perjalanan yang dilakukan tersebut tidak lain adalah karena manusia ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka yang beraneka ragam. Salah satunya adalah dengan mencari pengalaman wisata atau bersantai, yaitu melarikan diri dari lingkungan yang sifatnya rutin dan stress, kemudian mencari kesempatan megadakan rekreasi demi kepuasan batin yang diperoleh. Menurut Dann (dalam Ross, 1998 : 31) ada dua faktor atau tahap dalam keputusan untuk melakukan perjalanan, yaitu faktor pendorong (faktor yang membuat kita ingin bepergian) dan faktor penarik (faktor yang mempengaruhi ke mana kita akan pergi setelah ada keinginan awal untuk bepergian). Jadi, terlihat bahwa manusia menumbuhkan kebutuhan dalam dirinya untuk melakukan interaksi sosial yang tidak ditemui di tempat tinggalnya sehingga ada kebutuhan untuk pergi jauh dari lingkungan rumah. Sedangkan Krippendorf mengemukakan alasan atau motif lainnya adalah karena ulangan dari semua alasan yang ditampilkan dalam iklan dan yang diulang-ulang kembali dalam semua brosur pariwisata dan katalog (dalam Ross, 1998:34).

Dengan penyampaian informasi yang diulang-ulang tersebut maka calon wisatawan secara lebih rinci mengetahui tentang daya tarik yang dimiliki oleh suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) tertentu. Dengan perkataan lain bahwa tidak mungkin suatu DTW dikenal dan dapat dikunjungi jika tidak dipromosikan kepada khalayak. Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Kekayaan yang bukan semata-mata karena potensi sumber daya alam berlimpah, melainkan juga aneka ragam adat- istiadat, budaya, dan keindahan alamnya. Bahkan, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik di daratan maupun di udara atau perairan. Semua potensi tersebut mempunyai peranan yang amat penting bagi pengembangan kepariwisataan. Bila potensi berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam yang spesifik, peninggalan sejarah dan budaya itu dimanfaatkan secara optimal, rakyat Indonesia tidak akan terpuruk seperti sekarang ini. Pemerintah seyogianya meletakkan sektor pariwisata bersama-sama potensi sumber daya alam lain yang menjadi andalan ekspor pada baris depan basis ekonomi. Tujuannya, menggenjot roda perekonomian yang sangat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Namun, harapan itu belum juga menjadi kenyataan. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia malah anjlok 13 persen selama Oktober 2006, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Dan kemudian meningkat lagi pada

tahun 2007 dengan total wisatawan mancanegara sebanyak 5,5 juta orang. (http://www.my-indonesia.info/page.php?ic=53&id=129) Baru-baru ini, pemerintah Indonesia menggalakkan program pariwisata yang dinamakan Visit Indonesia Year 2008. Secara garis besar, program ini bertujuan untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara agar berkunjung ke tempat-tempat wisata di Indonesia. Melalui program ini, pemerintah berharap dapat memajukan Indonesia melalui sektor pariwisata dan promosi budaya. Bahkan pemerintah Indonesia sendiri menargetkan akan menarik sekitar 7 juta wisatawan tahun 2008 ini. Berbagai kegiatan dan promosi pun dilakukan. Filosofi yang mendasari kampanye ini adalah memikat orang luar sebanyak mungkin untuk datang ke Indonesia. Karena itu, Indonesia harus mendandani diri. Benefit-nya jelas, semakin banyak orang luar datang ke Indonesia, semakin banyak pula dolar (devisa) yang mengalir ke sini. Karena itu, kehidupan masyarakat akan semakin membaik. Hal ini terkait dengan kemajuan pariwisata suatu daerah, semakin maju industri kepariwisataan di daerah masing-masing, maka akan semakin sejahtera kehidupan masyarakatnya khususnya yang menggantungkan kehidupannya dari sektor pariwisata. Menyambut Visit Indonesia Year 2008 yang bertepatan dengan momen 100 Tahun Kebangkitan Nasional, pemerintah menyiapkan 100 kegiatan wisata di daerah- daerah yang menjadi Daerah Tujuan Wisata Utama (DTU) Indonesia, diantaranya

Bali, Yogyakarta, Sumbar, Sulsel, NTB, Sumut, Sumsel, Kepri, Kaltim dan Papua (10 besar destinasi unggulan Indonesia).(Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sumatera Utara)

Dengan ditetapkannya Sumatera Utara menjadi 10 destinasi unggulan, maka diharapkan kepada para stakeholder pariwisata di Sumut agar semakin serius membangun dunia pariwisata dengan menggelar berbagai kegiatan (tahun ini dengan menggelar Pesta Danau Toba). Sebab saat ini, sektor pariwisata sudah semakin membaik dengan indikator semakin meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara (Wisman) berkunjung ke Sumut dari tahun ke tahun. Hal ini mulai menunjukkan hasil dengan semakin meningkatnya angka kunjungan wisatawan asing yang berkunjung ke Sumatera Utara khususnya Samosir.(Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir ) Target kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) Sumut pada tahun 2008 sebanyak 163.000 orang, sementara jumlah kunjungan Wisman dari berbagai negara ke Sumut pada semester pertama 2008 sebanyak 145.000 orang (artinya tinggal 18.000 wisman lagi untuk memenuhi target), sementara masih ada sekitar satu semester lagi untuk mengejar jumlah wisman yang lebih banyak. Sumut pernah mengalami kejayaan dimana jumlah wisatawan mencapai jutaan orang, tapi pada tahun 1997 terjadi krisis moneter, situasi tidak kondusif sehingga mengakibatkan sektor pariwisata terpuruk dan itu ditandai dengan jumlah Wisman yang hanya mencapai 40.000 orang. ( http://www.hariansuarasumut.com/medan/1835.html) Pemerintah agaknya menyadari pula keterbatasan pariwisata yang memerlukan dukungan dana yang tak sedikit. Itu pula sebabnya hingga Kementerian Budaya dan Pariwisata Indonesia menggalakkan sebuah program dalam membangkitkan kepariwisataan di Indonesia.

Visit Indonesia Year diterjemahkan atau dikategorikan sebagai wilayah kerja pariwisata. Dan, kalau berbicara tentang pariwisata, suka atau tidak, kita sesungguhnya hanya berbicara tentang Bali. Padahal, Bali pada dasarnya tidak memerlukan lagi kampanye apa pun tentang dirinya dan oleh dirinya. Bali, pada namanya, telah termaktub sebagai pesona pikatan. Bali, dalam dirinya, telah terbentuk energi yang menggiurkan. Karena itu, Visit Indonesia Year, harus diorientasikan pada kampanye tentang Indonesia. Bukan kampanye tentang Bali. Harus juga diubah dari inward looking menjadi outward looking. Tidak sekadar mendandani Bali dan Lombok di dalam negeri, tetapi harus mendandani Indonesia di luar negeri. Salah satu kelemahan mendasar yang sampai sekarang terjadi adalah Indonesia tenggelam dari pusat kesadaran global di tengah kampanye gencar tentang Visit Indonesia. Karena kita hanya berteriak di dalam negeri tentang Indonesia. Teriakan Indonesia tidak cukup kuat terdengar di luar negeri. Indonesia tidak kalah cerdas soal menemukan slogan-slogan marketing. Kekalahan Indonesia justru pada kelemahan berteriak di dunia tentang Indonesia. Promosi Indonesia selama ini hanya menempuh jalur diplomatik. Tetapi duta-duta kita tidak semuanya pintar dan gemar promosi. Yang diperlukan justru promosi oleh segenap stakeholder Indonesia, baik swasta, maupun individu. Karena itu, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Pernakah Anda melihat promosi Indonesia di CNN, National Geographic Channel, dan pusat-pusat perhatian dan mobilitas dunia, seperti di penerbangan-penerbangan internasional atau pusat-pusat keramaian global?.

Harus diakui, Indonesia agak terlambat dan terkesan kurang peduli dalam melakukan promosi serta pelestarian terhadap budaya dan pariwisata. Langkah kita ini sudah didahului oleh negara tetangga, Malaysia dengan Malaysia Truly Asia-nya, jauh sebelum program Visit Indonesia 2008 dicanangkan. Bahkan Indonesia terkesan ikut-ikutan karena tahun sebelumnya (2007), Malaysia muncul dengan program sejenis yaitu Visit Malaysia 2007. Malaysia waktu itu menganggarkan dana sebesar US$80 juta atau sekitar Rp 800 miliar dengan target wisman 17 juta orang (jauh dibandingkan Indonesia yang hanya US$15 juta dengan target wisman 7 juta orang). Selama ini, pemasukan devisa negara yang paling banyak dari sektor pariwisata berasal dari pulau Bali yang terkenal akan kebudayaannya yang menarik dan tempat-tempat eksotisnya. Jumlahnya juga jauh di atas devisa yang dihasilkan objek wisata lain, seakan-akan objek wisata potensial di Indonesia hanya Bali. Seharusnya Indonesia jangan cuma bergantung pada Bali saja untuk bidang pariwisata. Akibatnya orang-orang luar tidak begitu mengenal tempat-tempat menarik lain yang ada di Indonesia karena yang mereka tahu hanyalah Bali. Padahal banyak sekali objek wisata yang menarik di Indonesia, salah satunya adalah Samosir dengan Danau Toba yang mengelilinginya. Sebagai kabupaten baru (terbentuk sejak Januari 2003), Samosir dengan keunggulan objek wisatanya di seputaran Danau Toba, mulai berbenah. Unsur pemerintah bersama masyarakatnya, bertekad mewujudka n Samosir menjadi Kabupaten Pariwisata tahun 2010. Karenanya, pemerintah bersama seluruh elemen masyarakat baik di bona pasogit (kampung halaman) maupun di parserahan (rantau) serta pihak swasta, tengah menggodok serangkaian persiapan

guna merealisasikan tekad Samosir menjadi kabupaten terdepan di Sumut, melalui pengembangan sektor pariwisata, yakni mewujudkan Samosir menjadi Kabupaten Pariwisata 2010, yang program kerjanya dijabarkan dalam 4 strategi, yakni Peningkatan Aksesibilitas, Pembenahan Objek Wisata, mewujudkan Keamanan dan Kenyamanan, serta mendorong masyarakat sebagai pelayan bagi wisatawan.(http://www.silaban.net/2007/05/27/samosir-berbenah-2007 ) Salah satu objek wisata unggulan Samosir adalah daerah Tuktuk Siadong, yang berada di Kecamatan Simanindo – Kabupaten Samosir. Kawasan Tuktuk merupakan pusat pariwisata di Kabupaten Samosir. Tuktuk adalah semenanjung kecil di Pulau Samosir yang menjorok ke Danau Toba. Daerah ini sejak tahun 1960 berkembang menjadi lokasi wisata dan penuh dengan tempat penginapan, café, bar, warung, dan rumah makan. Dari sebanyak

79 buah penginapan dan hotel di Samosir, mayoritas atau sebanyak 72 buah penginapan/hotel berada di kawasan Tuktuk dan sekitarnya (Simanindo) dengan jumlah kamar lebih dari dua ribu (2.000 kamar), sisanya 5 penginapan/hotel di Pangururan (ibukota Kabupaten Samosir), 1 penginapan/hotel di Kecamatan Onan Ronggu dan 1 penginapan/hotel di Kecamatan Palipi.(Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir) Tuktuk merupakan kawasan yang sangat tenang, sejuk, dan cocok untuk bersantai.Pemandangan Danau Toba dari semenanjung ini cukup memukau. Pantainya relatif bersih dan menjadi persinggahan bagi turis yang ingin berkeliling Samosir. Penduduk Tuktuk sangat familiar terhadap wisatawan, apalagi turis asing. Mereka menjaga lingkungan sekitar tetap bersih, membangun rumah-rumah yang beberapa di antaranya berciri khas Batak. Di Tuktuk terdapat

beberapa toko yang menjual suvenir khas Batak, rental mobil, sepeda motor, sepeda, dan travel biro. Harga-harga yang ditawarkan relatif tidak mahal, yang terasa mahal hanyalah makanan dan minuman. (http://www.kampungwisata.tuktuksamosir/profil/tuktuk). Dua tahun lebih program tersebut berjalan, dengan target menjadi kabupaten pariwisata tahun 2010 mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Samosir. Tahun 2004, jumlah wisatawan mencapai 26.734 orang (wisatawan nusantara sebanyak 14.200 orang sementara wisatawan mancanegara sebanyak 12.334 orang), disusul 28.285 orang (16.217 wisnu/12.068 wisman) pada tahun 2005 dan 28.864 orang (17.242 wisnu/11.622 wisman) di tahun berikutnya (tahun 2006). Sementara, untuk tahun 2007 mencapai 29.688 orang (17.680 wisnu/12.008 wisman). (Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir) Pengembangan kualitas dan kuantitas objek pariwisata, ketangguhan kinerja pemasaran, sikap mental masyarakat, dan kebijakan pemerintah yang kondusif akan menentukan kemajuan pariwisata Indonesia. Lewat kepariwisataan, selain kesejahteraan rakyat terangkat, martabat bangsa di antara pergaulan bangsa- bangsa akan semakin tinggi. Meskipun program Visit Indonesia Year 2008 ini masih memiliki kekurangan disana-sini, namun ini adalah sebuah langkah maju untuk melestarikan dan mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia ke mancanegara. Dan yang perlu kita ingat, keberhasilan dalam sektor budaya dan pariwisata Indonesia tidak dapat dicapai secara instan. Program-program budaya dan pariwisata seperti ini harus tetap konsisten dijalankan agar memberikan perubahan yang berarti.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauhmana efektivitas kampanye Visit Indonesia Year 2008 dalam meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo - Kabupaten Samosir. Yang menjadi objek penelitian ini adalah para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke daerah Tuktuk Siadong. Hal ini disebabkan karena program Visit Indonesia Year lebih digalakkan untuk menggaet wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia, tanpa mengabaikan wisatawan lokal. Selain itu, berdasarkan pengamatan penulis dan data dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Samosir, kunjungan wisatawan mancanegara dengan nusantara di daerah Tuktuk Siadong tidak jauh berbeda.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : “Sejauhmanakah efektivitas kampanye Visit Indonesia Year 2008 berpengaruh dalam meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo-Kabupaten Samosir ?”.

I.3 Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas, terarah dan tidak terlalu luas, maka dibuat suatu pembatasan masalah sebagai berikut : Agar ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas, terarah dan tidak terlalu luas, maka dibuat suatu pembatasan masalah sebagai berikut :

b. Penelitian ini hanya membahas mengenai efektivitas kampanye Visit Indonesia Year 2008 dalam meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo - Kabupaten Samosir.

c. Penelitian ini hanya terbatas pada wisatawan yang berkunjung di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo - Kabupaten Samosir

d. Wisatawan yang dimaksud di sini adalah wisatawan asing/mancanegara

e. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober - November 2008.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

4.1 Tujuan Penelitian

a. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Indonesia dan Kabupaten Samosir dalam menggalakkan Kampanye Visit Indonesia Year 2008.

2. Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas kampanye Visit Indonesia Year 2008 dalam meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo - Kabupaten Samosir.

3. Untuk mengetahui sejauhmanakah hubungan antara promosi kepariwisataan dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.

4.2 Manfaat Penelitian

a. Secar akademik, penelitian ini diharapkan dapat disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian.

c. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I.5. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Menurut Singarimbun (1995 : 47), teori merupakan serangkaian asumsi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Dengan adanya kerangka teori akan mempermudah peneliti dalam menganalisa masalah penelitian. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang mana penelitian akan disoroti.

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi dan komunikasi efektif, pariwisata, promosi pariwisata, Visit Indonesia Year 2008 dan Teori AIDDA.

5.1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada kelompok lain untuk memberitahu atau untuk merubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain baik secara langsung, yakni secara lisan, maupun secara tidak langsung melalui media. Ditinjau dari segi penyampaian pernyataan, komunikasi bertujuan bersifat informative dan persuasive. Komunikasi persuasive (persuasive communication) lebih sulit dari komunikasi informative (informative communicaation), karena memang tidak mudah untuk merubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang atau sejumlah orang. (Effendy, 2000 : 5) Menurut Carl I. Hovland (dalam Lubis, 2005: 9) dalam karyanya “Social Communication”, menjelaskan komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan lambang, kata/gambar) guna merubah sikap dan tingkah laku orang lain. Sifat komunikasi ada dua, yaitu:

a. Komunikasi tatap muka (face to face communication) Komunikasi tatap muka dipakai apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku dari komunikan secara langsung. Dengan saling berpandangan, komunikator dapat melihat dan menilai proses komunikasi, apakah komunikan memperhatikan dan mengerti akan informasi yang disampaikan oleh komunikator atau malah sebaliknya.

b. Komunikasi bermedia (mediated communication) Komunikasi bermedia pada umumnya banyak digunakan untuk komunikasi informative karena tidak begitu ampuh dalam merubah tingkah laku orang lain. Namun, tergantung pada situasi, kondisi dan efek yang diharapkan. Media mana yang dipakai, apakah surat kabar, majalah, tv, radio, film, siapa sasaran yang dituju, efek apa yang diharapkan, isi yang dikomunikasikan dan sebagainya (Carl

I. Hovland (dalam Lubis, 2005: 9)). Sebagai model verbal awal dalam komunikasi dikemukakan oleh Harold D.Laswell. formula ini umumnya digunakan untuk mengkaji masalah atau menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi. Formula ini mengindikasikan bahwa lebih dari satu saluran bisa membawa sebuah pesan dan memfokuskan perhatian pada aspek-aspek penting komunikasi . Meskipun sangat sederhana, formula ini telah membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur kajian bidang komunikasi massa. Selain dapat menggambarkan komponen dalam proses komunikasi massa, Laswell menggunakan formula ini untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Laswell menyatakan jalan terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “who says what in which channel to whom and with what effect?”. Jika dikaitkan dengan penelitian, maka hubungan dengan Formula Laswell :

• Who (Komunikator) : Pemerintah Indonesia (Kementerian Pariwisata dan Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir)

• Says What (pesan) : Kampanye Visit Indonesia Year 2008 berupa iklan paket wisata dan informasi mengenai objek wisata di Indonesia

• In Which Channel (media) : Media massa, bahan-bahan promosi dan pameran ke Luar Negeri

• To Whom (Komunikan)

: Masyarakat Pariwisata Internasional yang menjadi target wisatawan Indonesia

• With What Effect

Merangsang Wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia

5.2 Pariwisata, Promosi Pariwisata dan Wisatawan Pariwisata secara singkat dapat dirumuskan sebagai segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo, 2000 :2). Pengertian pariwisata secara etimologi terdiri dari dua suku kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar. Wisata berarti perjalanan, bepergian. Maka pariwisata diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain (Yoeti, 1995 : 105).

E. Guyer Freuler mengartikan pariwisata dalam artian modern. Menurutnya pariwisata merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan E. Guyer Freuler mengartikan pariwisata dalam artian modern. Menurutnya pariwisata merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan

Institute of Touism in Britain (sekarang Tourism Society in Britain) ditahun 1976 mendefenisikan pariwisata sebagai berikut : Kepergian orang-orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan tempat bekerja sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat- tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan sehari atau darmawisata. Bergeraknya (bepergiannya)orang-orang tersebut dapat dilukiskan dengan banyak orang-orang meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka untuk sementara waktu ke tempat lain dengan tujuan benar-benar sebagai seorang konsumen dan sama sekali tanpa tujuan mencari nafkah (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000 : 5).

Menurut Lunberg (1997), pariwisata adalah konsep umum yang sejarahnya kembali kemasa lampau (tahun 1811), atau sebelumnya, dan defenisinya terus berubah. Istilah tourism atau kepariwisataan mencakup orang-orang yang melakukan perjalanan pergi dari rumahnya dan perusahaan-perusahaan yang melayani mereka dengan cara membuatnya lebih menyenangkan.

Pariwisata tidak akan berkembang apabila orang lain enggan berkunjung karena buta dengan informasi-informasi mengenai pariwisata tersebut, oleh sebab itu diperlukan berbagai promosi-promosi pariwisata.

Pada hakekatnya promosi adalah salah satu kegiatan dalam pemasaran (Yoeti, 1995 : 51).

Dengan demikian untuk melaksanakan kegiatan promosi perlu adaya komunikasi pemasaran. Maka komunikasi pemasaran merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan/lembaga baik secara tatap muka maupun bermedia dalam rangka upaya meningkatkan penjualan jasa atau hasil produksi (Effendi, 2002 : 216).

Sedangkan promosi itu sendiri adalah usaha untuk memperbesar daya tarik objek wisata terhadap calon wisatawan. Wisatawan dan kebutuhannya tidak digarap akan tetapi produk wisatanya yang lebih disesuaikan dengan permintaan wisatawan (Soekadijo, 2000 : 4).

Promosi ke luar negeri diperlukan untuk memberitahukan, menginformasikan objek-objek dan atraksi wisata yang ada. Sehingga untuk mengadakan promosi yang tepat harus disadari bahwa yang dipromosikan ke pangsa pasar wisata sering bukan produk yang sudah jadi, akan tetapi sering hanya komponen-komponennya seperti akomodasi, objek dan atraksi wisata. Dengan disebarluaskannya alat-alat promosi di luar negeri maka diharapkan orang-orang asing akan terangsang untuk melakukan kunjungan ke Indonesia, khususnya ke Tuktuk - Samosir.

Promosi di dalam negeri pun tidak kalah pentingnya, sasarannya adalah wisatawan mancanegara yang sudah berkunjung ke Indonesia termasuk Tuktuk - Samosir, tetapi kedatangan mereka tidak diatur oleh suatu biro pejalanan.

Menurut Soekadijo (2000 : 241) promosi objek wisata dapat dibedakan atas dua, yaitu:

1. Promosi langsung adalah promosi yang ditujukan langsung kepada mereka yang dianggap wisatawan aktual dan potensial.

2. Promosi tidak langsung adalah promosi yang ditujukan kepada orang- orang yang dianggap berpengaruh atas pengambilan keputusan calon wisatawan dan juga pada biro perjalanan yang ada di luar negeri. Jadi dalam hal ini seperti joint promotion.

Semua klasifikasi pariwisata tersebut tidak akan ada tanpa adanya wisatawan, begitu pula semua kegiatan kepariwisataan dianggap gagal jika tidak dapat mendatangkan wisatawan. Sebaliknya begitu ada wisatawan yang mengunjungi objek-objek pariwisata dan memanfaatkan jasa-jasa yang ada pada pariwisata, maka semua kegiatan itu mendapat arti kepariwisataan dan lahirlah berbagai jenis dan macam pariwisata.

Defenisi wisatawan menurut Norval (dalam Yoeti, 1995 : 112) adalah setiap orang yang datang dari suatu negara yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja di situ secara teratur, dan yang di negara dimana ia tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat.

Selanjutnya untuk kepentingan promosi objek wisata, G.A.Schmoll (dalam Yoeti, 1995 : 127) mendefenisikan wisatawan sebagai individu atau kelompok Selanjutnya untuk kepentingan promosi objek wisata, G.A.Schmoll (dalam Yoeti, 1995 : 127) mendefenisikan wisatawan sebagai individu atau kelompok

Menurut World Tourism Organization (WTO) dan International Union of Office Travel Organization (IUOTO), (dalam Soekadijo, 2000 : 14) juga menyebutkan motif-motif apa yang menyebabkan orang itu harus disebut wisatawan. Mereka yang termasuk wisatawan adalah :

1. Orang yang mengadakan perjalalan untuk bersenang-senang (pleasure), karena alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya.

2. Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan- pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik, keagamaan, atletik dan sebagainya).

3. Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.

4. Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar, juga kalau ia tinggal 1x24 jam.

5.3 Program Visit Indonesia Year 2008 Program Visit Indonesia Year 2008 merupakan sebuah program promosi pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan RI. Pemerintah Indonesia menetapkan tahun 2008 sebagai Tahun Kunjungan Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Visit Indonesia Year 2008 dalam rangka memperingati 100 tahun Kebangkitan

Nasional. Melalui program ini, pemerintah berharap dapat memajukan Indonesia melalui sektor pariwisata dan promosi budaya.

Secara garis besar, program Visit Indonesia Year 2008 bertujuan untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara agar berkunjung ke tempat- tempat wisata di Indonesia. Melalui program ini, pemerintah Indonesia menargetkan akan menarik sekitar 7 juta wisatawan mancanegara tahun 2008 ini, dengan pemasukan devisa negara berkisar antara US$ 6,4 miliar – US$ 7 miliar.

Untuk mewujudkan target tersebut, pemerintah telah meyiapkan berbagai program mulai dari pembenahan infrastruktur wisata, promosi ke berbagai negara di dunia (dengan menganggarkan dana sebesar US$15 juta atau sekitar Rp 150 miliar dari total dana Rp 260 miliar untuk VIY 2008), serta mempersiapkan lebih dari 100 even pariwisata berskala internasional yang tersebar di berbagai daerah untuk menyambut kedatangan wisman (wisatawan mancanegara) di Indonesia.

Memanfaatkan momen 100 Tahun Kebangkitan Nasional, pemerintah menyiapkan 100 kegiatan wisata di daerah-daerah yang menjadi Daerah Tujuan Wisata Utama (DTU) Indonesia, diantaranya Bali, Yogyakarta, Sumbar, Sulsel, NTB, Sumut, Sumsel, Kepri, Kaltim dan Papua (dalam 10 besar tujuan wisata Indonesia), termasuk di dalamnya Pesta Danau Toba di Parapat dan Festival Mejuah-juah di Brastagi yang keduanya berada di Sumatera Utara.

5.4 Teori AIDDA Adapun model komunikasi yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah Teori AIDDA. Effendi (2005 : 304), menjelaskan bahwa pendekatan yang disebut sebagai A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure, sebenarnya 5.4 Teori AIDDA Adapun model komunikasi yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah Teori AIDDA. Effendi (2005 : 304), menjelaskan bahwa pendekatan yang disebut sebagai A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure, sebenarnya

A Attention : Perhatian

I Interest : Minat

D Desire : Hasrat

D Decision : Keputusan

A Action : Tindakan Hal ini berarti bahwa komunikator dalam melakukan kegiatan harus dimulai dengan menumbuhkan perhatian. Berdasarkan formula AIDDA tersebut, komunikasi persuasif didahului dengan upaya membangkitkan perhatian, dapat dilakukan dengan gaya bicara dan kata-kata yang merangsang khalayak. Apabila perhatian sudah berhasil terbangkitkan, kemudian menyusul upaya menumbuhkan minat, dalam hal ini komunikator harus mengenal siapa komunikan yang dihadapinya. Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada komunikasi untuk melakukan ajakan, bujukan atau rayuan komunikator. Disini imbauan emosional perlu ditampilkan oleh komunikator, sehingga pada tahap berikutnya komunikan dapat mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang diharapkan. Dalam penelitian ini, dapat digambarkan bahwa kampanye Visit Indonesia Year 2008 merupakan sebagai komunikator yang menyampaikan pesan kepada komunikan (khalayak sasaran) yaitu masyarakat Internasional dengan tujuan untuk menarik perhatian yang diharapkan dapat memunculkan minat, hasrat atau keinginan, keputusan serta tindakan langsung untuk mengunjungi objek wisata yang ada di wilayah Indonesia.

Penerimaan pesan-pesan yang ditawarkan oleh kampanye Visit Indonesia Year 2008 kepada masyarakat Internasional adalah melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Perhatian (attention) ; yaitu kampanye Visit Indonesia Year 2008 memberikan suguhan dalam berbagai media (cetak maupun elektronik), yang menarik perhatian dengan menampilkan gambar serta visual berbagai objek wisata di Indonesia beserta kegiatan-kegiatan yang ada di dalammya. Dengan menampilkan objek wisata dalam kemasan audiovisual maka akan kelihatan lebih menarik.

2. Minat (interest) ; yaitu dengan adanya perhatian khalayak kepada kampanye Visit Indonesia Year 2008, maka diharapkan perhatian tersebut akan memunculkan minat atau ketertarikan terhadap objek- objek wisata di Indonesia. Hal ini akan terjadi apabila kemasan dalam kampanye Visit Indonesia Year 2008 ini menggunakan kata-kata atau kalimat yang dapat merangsang serta menimbulkan rasa ingin tahu lebih jauh.

3. Keinginan (desire) ; keinginan untuk merasakan, menikmati, memakai dan menyaksikan langsung harus dapat dibangkitkan yaitu dengan menimbulkan ketertarikan terhadap objek wisata indonesia untuk menjadikannya menjadi kebutuhan khalayak.

4. Keputusan (decision) ; pada tahap ini, ketertarikan itu telah berhasil diciptakan menjadi sebuah kebutuhan. Khalayak harus dapat diyakinkan agar dapat mengambil keputusan untuk dapat langsung menikmati dengan mengunjungi berbagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) tersebut.

5. Kegiatan (action) ; tahapan ini merupakan tahap akhir yang akan dilakukan oleh khalayak setelah melalui tahap perhatian, minat, keinginan, dan keputusan. Kampanye Visit Indonesia Year 2008 harus dibuat dengan kemasan yang menarik perhatian agar khalayak bergerak dan melakukan respon yang sesuai dengan yang diaharapkan yakni dengan tidakan atau kegiatan mengunjungi berbagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia.

6. Kerangka Konsep

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:49). Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam memutuskan hipotesis (Nawawi, 1995:40). Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X) Adalah sejumlah gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur yang lain (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah promosi pariwisata berupa kampanye Visit

Indonesia Year 2008.

2. Variabel Terikat (Y)

Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1995:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan jumlah kunjugan wisatawan asing.

3. Variabel Antara (Z) Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1995:58). Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan diantara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

7. Model Teoritis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dala kerangka konsep, maka dibentuk menjadi suatu model teoritis, yaitu :

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Kampanye Visit Peningkatan Jumlah Indonesia Year 2008

Kunjugan Wisatawan

Variabel Antara

8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yakni sebagai berikut:

Tabel 1 Oprasional Variabel

No. Variabel Teoritis

Variabel Operasional

a. Bahasa dan Pemilihan Kata Kampanye Visit Indonesia

1 Variabel Bebas (X)

b. Isi Pesan Kampanye VIY Year (VIY) 2008

c. Pola dan Bentuk Kampanye VIY

d. Media Kampanye VIY

e. Frekuensi Kampanye VIY

2 Variabel Terikat (Y)

a. Perhatian

Peningkatan Jumlah

b. Minat

Kunjungan Wisatawan

c. Hasrat

Asing

d. Keputusan

e. Tindakan

3 Variabel Antara (Z)

a. Usia

Karakteristik Responden

b. Jenis Kelamin

c. Pekerjaan

d. Asal Negara

9. Definisi Variabel Operasional

Menurut Singarimbun (1995 : 46), defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefenisikan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Kampanye Visit Indonesia Year 2008)

a. Bahasa dan Pemilihan Kata, yaitu sistem daripada lambang yang berupa bunyi yang dipakai untuk melahirkan pikiran dan perasaan yang berfungsi sebagai identitas suatu bangsa. Pemilihan kata-kata maksudnya adalah seleksi terhadap kata-kata yang akan digunakan dalam menyampaikan maksud dari kampanye Visit Indonesia Year 2008 tersebut.

b. Isi Pesan Kampanye VIY, adalah stimulus/rangsangan yang diberikan oleh suatu sumber (kampanye Visit Indonesia Year 2008) yang akan direspon dengan cara tertentu oleh pihak yang menerimanya. Isi pesannya yaitu menggambarkan keindahan dan keramahtamahan bangsa Indonesia dalam mengundang dan menyambut masyarakat dunia untuk berkunjung ke Indonesia.

c. Pola dan Bentuk Kegiatan Kampanye VIY, yaitu format dalam menampilkan suatu program. Dalam hal ini, kampanye Visit Indonesia Year 2008 menyuguhkan berbagai atraksi menarik kepada khalayak internasional dalam berbagai format baik visual maupun audiovisual, yang memuat tempat-tempat wisata menarik di Indonesia. Selain itu juga disuguhkan kekayaan dan keberagaman dalam alam dan budaya Indonesia. Kampanye ini juga dilakukan secara langsung dengan mengadakan pameran-pameran di berbagai negara di dunia.

d. Media Kampanye VIY, yaitu saluran atau channel yang digunakan sebagai penghubung antara komunikator dan komunikan. Dalam hal ini, media yang digunakan dalam menyampaikan kampanye Visit Indonesia Year 2008 adalah dengan menggunakan media cetak dan elektronik (contohnya, iklan di surat kabar global, TV, internet, dan lain sebagainya) serta pameran langsung di berbagai negara.

e. Frekuensi Kampanye VIY, yaitu intensitas atau seberapa sering kampanye Visit Indonesia Year 2008 dilakukan, misalnya seberapa sering kampanye tersebut dimuat di media-media.

2. Variabel Terikat (Peningkatan Jumlah Wisatawan Mancanegara)

a. Perhatian, yaitu atensi yang diberikan oleh responden terhadap program Visit Indonesia Year 2008 yang dikampanyekan ke berbagai negara di dunia, sehingga mereka merasa tertarik untuk berkunjung.

b. Minat, yaitu suatu keinginan yang kuat atau ketertarikan terhadap program Visit Indonesia Year 2008 yang muncul dalam diri responden b. Minat, yaitu suatu keinginan yang kuat atau ketertarikan terhadap program Visit Indonesia Year 2008 yang muncul dalam diri responden

c. Hasrat, yaitu suatu keinginan atau dorongan untuk lebih dapat menyaksikan, menikmati dan memakai secara langsung objek yang dilihat dan disaksikan dalam kampanye Visit Indonesia Year 2008 tersebut. Keinginan yang kuat untuk bergabung dan terlibat secara emosional dalam program Visit Indonesia Year 2008 ini dinyatakan dalam hasrat untuk berkunjung langsung ke berbagai objek wisata di indonesia.

d. Keputusan, yaitu suatu keinginan yang telah ditetapkan oleh responden untuk berkunjung atau tidak terhadap berbagai objek wisata yang ada di wilayah Indonesia, sesuai dengan yang disaksikan oleh responden.

e. Tindakan, yaitu suatu perbuatan atau respon berupa tindakan langsung yaitu dengan berkunjung ke berbagai wilayah/objek wisata yang ada di Indonesia khususnya Tuktuk dan Danau Toba.

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)

a. Usia, yaitu tingkatan umur dari responden.

b. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan sampel atau responden.

c. Pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan yang menjadi sumber kehidupan responden.

d. Asal Negara, yaitu identitas kebangsaan yang menjadi unsur pembeda dan pengenal di dunia pergaulan internasional.

10. Hipotesa

Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesa adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1995:44).

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebgai berikut : Ho

: Tidak terdapat hubungan antara promosi pariwisata melalui kampanye Visit Indonesia Year 2008 terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Ha : Terdapat hubungan antara promosi pariwisata melalui kampanye Visit Indonesia Year 2008 terhadap peningkatan jumlah wisatawan di Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.

BAB II URAIAN TEORITIS

Komunikasi dan Komunikasi Efektif II. 1

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio dan perkataan ini bersumber dari kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti, sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komuniaksi berlangsung. Dengan kata lain, hubungan diantara kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan kata lain, hubungan diantara mereka bersifat komunikatif (Effendy 2004 : 3 – 4). Sementara secara paradigmatik, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film maupun media non massa, misalnya surat, telepon dll. Jadi komunikasi dalam pengertian ini mengandung tujuan karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang djadikan sasaran. Jadi, komunikasi itu diartikan sebagai proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah pendapat, sikap atau perilaku baik langsung secara lisan maupun secara tak langsun, melalui media. Dalam defenisi Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio dan perkataan ini bersumber dari kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti, sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komuniaksi berlangsung. Dengan kata lain, hubungan diantara kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan kata lain, hubungan diantara mereka bersifat komunikatif (Effendy 2004 : 3 – 4). Sementara secara paradigmatik, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film maupun media non massa, misalnya surat, telepon dll. Jadi komunikasi dalam pengertian ini mengandung tujuan karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang djadikan sasaran. Jadi, komunikasi itu diartikan sebagai proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah pendapat, sikap atau perilaku baik langsung secara lisan maupun secara tak langsun, melalui media. Dalam defenisi

a. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan

b. Pesan : pernyataan yang didukung lambang

c. Komunikan : orang yang menerima pesan

d. Media : sarana atau saluran yang mendukung penyampaian pesan

e. Efek : dampak sebagai pengaruh dari pesan

II. 1. 1. Sifat Komuniasi

Ditinjau dari sifatnya, komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Komunikasi Verbal (verbal Communication)

a. Komunikasi lisan (Oral Communication)

b. Komunikasi Tulisan (Written Communication)

2. Komunikasi Nonverbal (Nonverbal Communication)

a. Komunikasi Tubuh (Body Communication)

b. Komunikasi Gambar (Picture Communication)

c. Dll

3. Komunikasi Tatap muka (Face to face Communication)

4. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication)

II. 1. 2. Tujuan Komunikasi

a) Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)

b) Mengubah sikap (to change attitude)

c) Mengubah perilaku (to change the behaviour)

d) Mengubah masyarakat (to change the society)

II. 1. 3. Fungsi Komunikasi

a) Menginformasikan (to inform)

b) Mendidik (to educate)

c) Menghibur (to entertain)

d) Mempengaruhi (to influence)

II. 1. 4. Teknik Komunikasi

Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan oleh komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi :

a) Komunikasi informasi (Informative communication)

b) Komunikasi persuasif (Persuasive communication)

c) Komunikasi pervasif (Pervasive communication)

d) Komuniaksi koersif (Coersive communication)

e) Komunikasi instruktif (Instructive communication)

f) Komunikasi manusiawi (Human communication) Lalu apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif dan apa kriteria –

kriterianya?. Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dengan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber sama dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif apabila mencakup 5 kriteria yaitu pemahaman, kesenagan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan (Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss 1996 : 22 – 23).

1. Pemahaman Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Dalam hal ini, komunikator dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikannya. Kegagalan utama dalam berkomunikasi adalah ketidakberhasilan menyampaikan isi pesan secara cermat. Semakin banyak jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi, semakin sulit pula untuk menentukan seberapa cermat pesan diterima. Penggunaan sarana pendukung sangat membantu memperjelas materi yang dibicarakan.

Dalam konteks organisasional, salah satu hasil yang terpenting adalah pemahaman pesan secara cermat. Mustahil suatu perusahaan akan berfungsi dengan baik, bila para pegawainya tidak memahami tugas yang harus mereka kerjakan. Untuk mencapai hal ini, diperlukan pemahaman, baik atas petunjuk verbal dari atasan maupun atas informasi yang disebarkan melalui memo perusahaan, buku pedoman, media internal dan penjelasan lain yang merupakan kebijakan perusahaan.