FAKTOR-FAKTOR IBU DALAM MEMILIH TENAGA PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN TAHUN 2017 SRI NORLINA, S.ST., MM AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN LATAR BELAKANG - Tampilan FAKTOR-FAKTOR IBU DALAM MEMILIH TENAGA PENOLONG

FAKTOR-FAKTOR IBU DALAM MEMILIH TENAGA PENOLONG

  

PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK SELATAN

BANJARMASIN TAHUN 2017

SRI NORLINA, S.ST., MM AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN LATAR BELAKANG

  Penyebab kematian ibu di Indonesia ada dua bagian besar yaitu langsung dan tak langsung. Penyebab langsungnya yaitu perdarahan, eklampsia dan infeksi sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu berkaitan dengan keadaan persalinan yang masih didominasi oleh dukun yaitu sekitar 80 % pertolongan persalinan di daerah pedesaan masih ditolong dukun dengan berbagai komplikasinya, ini disebabkan rendahnya pendidikan, pengetahuan dan sikap sehingga tetap berorientasi pada pengobatan dan pelayanan tradisional (Manuaba IBG, 1998).

  Salah satu upaya pemerintah untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”. Keluarga berencana sebagai pilar pertama dianggap berhasil. Akses terhadap pelayanan antenatal, sebagai pilar kedua cukup baik yaitu 87 % pada tahun 1997. Persalinan yang aman sebagai pilar ketiga yang di dalamnya termasuk pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 1997 baru mencapai 60 %. Cakupan pelayanan obstetri esensial sebagai pilar ke empat masih sangat rendah dan mutunya belum optimal. Mengingat kematian ibu 90% terjadi pada saat persalinan. Maka kebijaksanan Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau minimal di dampingi oleh bidan (Prawirohardjo, 2006).

  Persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia menunjukkan kenaikan yang signifikan, namun jangkauannya masih rendah akibat masih adanya persalinan oleh tenaga non kesehatan yang merupakan penunjang tingginya angka kematian ibu (Suprapto, 2002). Menurut Suprapto (2002), pencarian pertolongan persalinan dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, lokasi tempat tinggal, dan karakteristik ibu/bapak. Pada faktor ibu dengan status ekonomi kurang mampu cenderung mencari pertolongan ke non tenaga kesehatan. Kelompok ini berkisar antara 20% - 40% dengan karakteristik individu yaitu banyak tinggal di pedesaan, ibu/bapak berpendidikan SD-SMP atau tidak sekolah, ibu/bapak bekerja di pertanian atau tidak bekerja dan tidak mempunyai jaminan kesehatan. Kelompok ibu berisiko (<20 tahun) dan paritas 4 atau lebih yang sebenarnya memerlukan pelayanan kesehatan yang adekuat justru masih banyak yang dilayani oleh tenaga non kesehatan. Persalinan ke tenaga kesehatan pada kelompok ibu/bapak yang bekerja dipertanian masih rendah karena dipengaruhi pendidikan yang rendah atau tidak ada jaminan kesehatan. Pencapaian pada kelompok-kelompok ini masih di bawah 50%. Pada faktor pendidikan, terbukti bahwa ibu/bapak yang berpendidikan SMA ke atas lebih baik pencapaiannya (di atas 80%) ke tenaga kesehatan. Kelompok ibu yang pernah ber- KB diasumsikan sudah dapat menerima atau memahami pelayanan kesehatan yang adekuat dan pada kenyataannya memang pencapaiannya lebih baik pertolongan tenaga kesehatannya (63,60%). Pada kelompok rumah tangga yang memiliki asuransi dan jaminan kantor, penggunaan persalinan tenaga kesehatan sangat baik, di atas 80%. Hal ini dapat menjadi cermin bahwa keberadaan pembiayaan sangat berarti.

  1 tenaga penolong persalinan dengan bidan yaitu sebanyak 25 responden (62,5 %).

Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar responden memilih

  PEMBAHASAN 1.

  Sumber : Data primer

  40 100

  1

  Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan Frekuensi Persentase (%) Dokter spesialis kebidanan Dokter umum Bidan Perawat Dukun

  Pemilihan tenaga penolong persalinan Tabel 4.2: Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemilihan tenaga penolong persalinan di wilayah Puskesmas Alalak Selatan Tahun 2017

  Penelitian a.

  Gambaran Khusus Responden

  Faktor-faktor Ibu Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Tahun 2016. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin dari tanggal 14 - 28 Januari 2017. Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yang memeriksakan kehamilanya di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin dari tanggal 14

  • 25

  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan Cross sectional untuk menggambarkan tentang

  METODE

  Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan maka penulis tertarik untuk meneliti faktor- faktor ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Tahun 2017.

  Studi pendahuluan yang dilakukan penulis di wilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan target pertolongan persalinan oleh Nakes adalah 87 %, berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Alalak Selatan tahun 2015 jumlah seluruh persalinan yaitu sebanyak 224 persalinan, yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 116 orang (51,8 %) dan 108 orang (48,2 %) ditolong oleh tenaga non kesehatan, sedangkan berdasarkan laporan tahun 2016 yaitu sebanyak 396 persalinan, yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 314 orang (79,4 %) dan 82 orang (20,6 %) ditolong oleh tenaga non kesehatan. Meskipun terjadi peningkatan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan tetapi belum mencapai target yang diinginkan.

  Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kota Banjarmasin pada tahun 2016 sebesar 79,4 % dari target 91,7 %. Dari 26 Puskesmas di wilayah Kota Banjarmasin, wilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan merupakan Puskesmas yang mempunyai cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang paling rendah (Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, 2016).

  Target nasional 80% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2000 baru dicapai di Bali. Jika dilihat per regional maka pencapaian target nasional tersebut baru terlihat di perkotaan Sumatera (93,5 %), Bali (97 %), Kalimantan (82,6 %), dan pedesaan bali (84,6 %). Kecuali Bali, perbedaan proporsi antara perdesaan dan perkotaan cukup jauh (Suprapto, 2002).

  • – 28 Januari 2017. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Accidental Sampling. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang diberikan dalam bentuk pertanyaan. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Tahun 2017. Waktu penelitian ini secara keseluruhan mulai dengan pembuatan proposal sampai selesainya penulisan hasil penelitian adalah dari bulan November 2016 sampai dengan bulan Januari 2017. Pengumpulan data diperoleh melalui data primer dan data sekunder.

  • 62,5
  • 14 2,5
  • 35 Total

  Tenaga penolong Persentase b.

  Frekuensi

  Tingkat pendidikan responden

  persalinan (%)

  Tabel 4.3: Distribusi frekuensi

  Dokter spesialis kebidanan 1 12,5 Dokter umum - -

  responden berdasarkan

  Bidan

  6

  75

  tingkat pendidikan

  • Perawat Dukun

  1 12,5

  di wilayah Puskesmas

  Total 8 100

  Alalak Selatan Tahun Sumber : Data primer

  2017

Tabel 4.5 menunjukkan

  Pendidikan Persentase Frekuensi Responden (%)

  pemilihan tenaga penolong

  Pendidikan dasar

  32

  80

  persalinan oleh responden yang

  Pendidikan menengah

  8

  20 Perguruan tinggi - -

  berpendidikan SMA sebagian besar

  Total 40 100

  memilih dengan bidan yaitu Sumber : Data primer sebanyak 6 responden (75 %).

Tabel 4.3 menunjukkan d.

  Pengetahuan ibu hamil dalam sebagian besar responden memilih tenaga penolong persalinan berpendidikan dasar yaitu sebanyak Tabel 4.6: Distribusi frekuensi 32 responden (80 %). responden menurut c. Tingkat pendidikan responden dalam pengetahuan ibu hamil memilih tenaga penolong persalinan dalam memilih tenaga Tabel 4.4: Distribusi frekuensi penolong persalinan di responden berdasarkan wilayah Puskesmas tingkat pendidikan

  Alalak Selatan Tahun (Dasar) dalam memilih

  2017 tenaga penolong persalinan di wilayah Pengetahuan

  Frekuensi Persentase (%) ibu hamil

  Puskesmas Alalak Selatan

  Baik 15 37,5

  Tahun 2017

  Cukup

  8

  20 Kurang 17 42,5 Total 40 100

  Tenaga penolong Persenta Frekuensi persalinan se (%)

  Sumber : Data primer

  • Dokter spesialis -

  Berdasarkan tabel

  4.6

  kebidanan - - Dokter umum 19 59,4

  menunjukkan sebagian besar

  Bidan - -

  responden mempunyai tingkat

  Perawat 13 40,6 Dukun

  pengetahuan tentang pemilihan

  Total 32 100

  tenaga penolong persalinan dengan Sumber : Data primer kategori kurang baik yaitu sebanyak

Tabel 4.4 menunjukkan 17 responden (42,5 %).

  sebagian besar responden yang

  e. Sikap ibu hamil dalam memilih berpendidikan dasar memilih tenaga penolong persalinan penolong persalinan dengan Bidan Tabel 4.7: Distribusi frekuensi yaitu sebanyak 19 responden (59,4 responden menurut sikap %). ibu hamil dalam memilih

  Tabel 4.5: Distribusi frekuensi tenaga penolong responden berdasarkan persalinan di wilayah tingkat pendidikan

  Puskesmas Alalak (Menengah) dalam

  Selatan Tahun 2017 memilih tenaga penolong Sikap ibu hamil Frekuensi Persentase (%)

  Sangat setuju

  6

  15

  persalinan di wilayah

  Setuju

  16

  40 Puskesmas Alalak Selatan Tidak setuju

  18

  45

  • Sangat tidak setuju -

  Tahun 2017

  Total 40 100

  Sumber : Data primer Berdasarkan tabel

  4.7 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai sikap tidak setuju terhadap tenaga penolong persalinan yaitu sebanyak

  18 responden (45 %).

  PEMBAHASAN 1.

  Pemilihan tenaga penolong persalinan Berdasarkan tabel 4.2 dari 40 responden terdapat 25 responden (62,5

  %) memilih bidan untuk menolong persalinan, 14 responden (35 %) oleh dukun dan 1 responden (2,5 %) memilih dokter spesialis kebidanan.

  Menurut Depkes (2004), pertolongan persalinan adalah pertolongan ibu bersalin disuatu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

  Menurut Notoatmodjo. S (2003), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan adalah pengetahuan, sikap, pendidikan, umur, jarak tempat tinggal dengan sarana pelayanan kesehatan, sosial budaya, kebiasaan dan ekonomi.

  Pernyataan di atas sesuai dengan hasil penelitian, responden yang terbanyak memilih persalinan ke tenaga non kesehatan adalah responden yang berpendidikan dasar yaitu sebanyak 13 responden (40,6 %), responden yang berpendidikan menengah yang memilih pertolongan ke tenaga non kesehatan hanya 1 responden (12,5 %). Selain tingkat pendidikan kemungkinan faktor yang menyebabkan masih banyaknya persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan (Dukun) adalah karena sebagian besar mata pencarian penduduk adalah bertani dengan penghasilan yang memadai sehingga banyak yang memilih tenaga penolong persalinan yang lebih murah.

  Berdasarkan tabel 4.3 dari 40 responden sebanyak 32 responden (80 %) yang berpendidikan dasar dan 8 responden (20%) yang berpendidikan menengah.

  Menurut Notoatmodjo. S (2003), Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

  Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu masalah atau obyek kesehatan.

  Dan Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar dari responden masih berpendidikan dasar, meskipun sarana pendidikan di wilayah Puskesmas Alalak Selatan cukup memadai, bangunan sekolah yang cukup baik dan sarana transportasi yang mendukung, namun terdapat faktor- faktor lain yang mungkin mempengaruhi tingkat pendidikan tersebut seperti sarana jalan yang kurang mendukung karena sebagian jalan belum beraspal, tingkat ekonomi masyarakat yang menengah kebawah, tradisi masyarakat atau sikap dan perilaku tokoh masyarakat setempat yang beranggapan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi, karena nantinya akan menjadi pendamping suami dan mengurus rumah tangga.

  3. Pengetahuan ibu hamil Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa 40 responden terdapat 17 responden (42,5 %) mempunyai pengetahuan kurang dalam rencana memilih penolong persalinan,

  15 responden (37,5%) berpengetahuan baik dan 8 responden (20%) berpengetahuan cukup.

2. Tingkat pendidikan ibu hamil

  Menurut Notoatmodjo. S (2003), yang mengungkapkan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil

  dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terhadap objek tersebut menghasilkan berbagai informasi dan pengalaman yang didapatkan oleh responden untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

  Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden berpengetahuan kurang sebanyak 17 responden (42,5 %). Hal ini kemungkinan disebabkan pendidikan responden yang sebagian besar hanya tamatan sekolah dasar. Pendidikan responden yang rendah dapat menyebabkan kurangnya penerimaan informasi kesehatan khususnya mengenai tenaga penolong persalinan, responden yang mempunyai pengetahuan kurang kemungkinan memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1.

  Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa 40 responden terdaapt 18 responden (45 %) mempunyai sikap tidak setuju, 16 responden (40 %) mempunyai sikap setuju dan

  6 responden (15 %) mempunyai sikap sangat setuju dalam memilih penolong persalinan.

  Menurut Sarwono (2004), sikap secara umum dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap merupakan kesiapan mental untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon.

  Hasil penelitian ini didapatkan 18 responden (45 %) yang bersikap tidak setuju terhadap penolong persalinan dengan tenaga kesehatan, hal ini kemungkinan disebabkan sebagian besar responden beranggapan melahirkan dengan dukun biayanya lebih murah, kemungkinan kehamilan pertama ditolong oleh dukun sehingga responden tetap memilih dukun sebagai penolong pada persalinan selanjutnya. Selain itu sebagian besar responden kemungkinan kurang mengetahui tentang resiko yang dapat ditimbulkan pada persalinan yang ditolong oleh dukun.

  Sebagian besar yaitu 25 responden (62,5 %) memilih tenaga penolong persalinan dengan bidan.

  2. Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah berpendidikan dasar yaitu sebanyak 32 responden (80 %).

  3. Pengetahuan responden tentang pemilihan tenaga penolong persalinan sebagian besar berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 17 responden (42,5 %).

4. Sikap ibu hamil

  4. Sikap ibu hamil dalam memilih tenaga penolong persalinan yang bersikap tidak setuju sebanyak 18 responden (45 %).

  SARAN 1.

  Bagi pengelola KIA agar dapat lebih meningkatkan pemberian penyuluhan kepada ibu-ibu hamil, terutama pada saat melakukan ANC tentang pemilihan penolong persalinan yang aman, khususnya bagi ibu yang rencana pemilihan tenaga penolong persalinannya dilakukan oleh tenaga non kesehatan (dukun), sehingga target pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat tercapai.

  2. Kepada peneliti selanjutnya karya tulis ini dapat digunakan untuk penelitian dengan menggunakan metode lain (analitik) dan menambahkan variabel yang lebih banyak lagi.

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN MINAT SKRINING KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN METODE IVA ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA WUS DI DESA PARIMATA TAHUN 2015 NOR ANIAH, S.ST., MM AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN ABSTRAK - Tampilan PERBEDAAN MINAT SKRINING KANKER SERVIKS ME

0 0 10

HUBUNGAN ANTAR PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP FREKUENSI PEMERIKSAAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG PADA BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN TAHUN 2015 MARIYANA, S.SiT., MM AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN ABSTRAK - Tampilan HUBUNGAN ANTAR PEN

0 2 10

Tampilan HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI 0 – 12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDASTANA KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2015

0 0 8

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDASTANA KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2017 YERIKA ELOK N, S.SiT., MM AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN ABSTRAK - Tamp

0 0 6

Tampilan ANALISIS PEMBERIAN ANTIBIOTIK OLEH TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN TANPA RESEP DOKTER DI SALAH SATU APOTEK WILAYAH BANJARMASIN UTARA

0 0 7

Tampilan HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA DAN SISWI SMA PGRI 6 BANJARMASIN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH TAHUN 2017

0 1 5

Tampilan HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH ( Fe ) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN TAHUN 2016

0 0 6

Tampilan GAMBARAN TINGKAT KONSUMSI SUMBER ENERGI DAN PROTEIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI BIDAN PRAKTEK SWASTA TAHUN 2016

0 0 6

PENGARUH UMUR DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD DR. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2017 NOR ANIAH, S.ST., MM AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN LATAR BELAKANG - Tampilan PENGARUH UMUR DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSU

0 0 5

GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TENAGA PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN TAHUN 2017

0 0 7