Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Bugel 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Tindakan

Bagian dalam pelaksanaan tindakan ini akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi PraSiklus/ Kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi PraSiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk di dalamnya hasil belajar mata pelajaran IPA sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian. Selanjutnya pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus I meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I. Sama halnya dengan yang dijelaskan pada sub judul deskripsi siklus I, pada bagian deskripsi siklus II menguraikan tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus II.

4.1.1. Deskripsi PraSiklus/ Kondisi Awal

Penelitian ini dilakukan di SDN Bugel 01 Salatiga pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. SDN Bugel 01 memiliki tenaga pendidik dan kependidikan dengan jumlah 13 orang diantaranya 1 Kepala Sekolah, 6 Guru Kelas, 1 Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, 1 Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris, 1 Guru Mata Pelajaran PenjasOrkes, 1 Pustakawan, 1 Penjaga Sekolah dan 1 guru Tari. Seluruh tenaga pendidik yang mengampu di SDN Bugel 01 Salatiga mempunyai latar belakang pendidikan S1.

Subjek Penelitian pada PTK ini adalah siswa kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 17 siswa pada pembelajaran IPA dengan Kompetensi Dasar (KD) 7.6. Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan dan Kompetensi Dasar (KD) 7.7. Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat Subjek Penelitian pada PTK ini adalah siswa kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 17 siswa pada pembelajaran IPA dengan Kompetensi Dasar (KD) 7.6. Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan dan Kompetensi Dasar (KD) 7.7. Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat

Sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi. Observasi dilakukan pada hari Kamis, 25 Februari 2015 dengan mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas 5 di SDN Bugel 01 Salatiga. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan yang muncul di dalam pelaksanaan pembelajaran.

Permasalahan yang muncul adalah terkait dengan hasil belajar yang rendah yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor dari guru dan siswa itu sendiri. Tingkat kemampuan siswa terhadap mata pelajaran IPA dan antusiasme siswa yang rendah dalam mengikuti setiap proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor dari sisi siswa yang menyebabkan rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA, kurangnya antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat terlihat dari karakteristik siswa yang asyik berbicara dengan teman sebangku dan sibuk dengan permainannya sendiri ketika guru mulai menyampaikan materi, siswa belum bisa fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Keadaan semacam ini membentuk karakteristik guru menjadi terlalu mendominasi di setiap proses belajar mengajar. Dominasi guru di dalam kegiatan pembelajaran ini juga merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SDN Bugel 01Salatiga, faktor penyebab lain yang berasal dari guru yang mengakibatkan hasil Permasalahan yang muncul adalah terkait dengan hasil belajar yang rendah yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor dari guru dan siswa itu sendiri. Tingkat kemampuan siswa terhadap mata pelajaran IPA dan antusiasme siswa yang rendah dalam mengikuti setiap proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor dari sisi siswa yang menyebabkan rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA, kurangnya antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat terlihat dari karakteristik siswa yang asyik berbicara dengan teman sebangku dan sibuk dengan permainannya sendiri ketika guru mulai menyampaikan materi, siswa belum bisa fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Keadaan semacam ini membentuk karakteristik guru menjadi terlalu mendominasi di setiap proses belajar mengajar. Dominasi guru di dalam kegiatan pembelajaran ini juga merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SDN Bugel 01Salatiga, faktor penyebab lain yang berasal dari guru yang mengakibatkan hasil

Pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama ini masih memposisikan guru sebagai subjek yang utama, siswa hanya menjadi objek pasif untuk menerima semua materi yang guru sampaikan, guru menganggap ceramah sudah merupakan cara yang paling ampuh untuk menyampaikan materi kepada siswa, menurutnya yang terpenting ialah materi dapat diterima oleh siswa di sini guru cenderung mengesampingkan proses di mana siswa dapat memperoleh pengetahuan dari aktivitas yang merangsang mereka untuk membangun konsep tentang materi yang dipelajari. Beberapa faktor tersebut menjadi hambatan di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga, hambatan-hambatan yang muncul tersebut menyebabkan pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran, siswa cenderung jenuh dan bosan di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, konsentrasi siswa juga lebih mengarah pada aktivitas yang ada diluar kegiatan pembelajaran dan bukan kepada materi pelajaran yang tengah sampaikan oleh guru. Kondisi yang demikian berdampak pada perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA yang masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Batas nilai KKM ≥ 70 merupakan KKM dari SDN Bugel 01 Salatiga yang telah ditentukan oleh guru untuk mata pelajaran IPA.

Hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh dari data ulangan mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014. Data hasil ulangan IPA dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai IPA Kondisi Awal

NO Rentang Nilai

Frekuensi

Persentase Kategori

Kurang Sekali

Baik Sekali Jumlah siswa

Nilai Rata-Rata

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran IPA dapat dikatakan hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), sebagian besar siswa masih memperoleh nilai dibawah KKM 70. Sebanyak 10 siswa dari total keseluruhan 17 siswa masih belum tuntas dalam mata pelajaran IPA, hanya ada 7 siswa yang berhasil tuntas dengan perolehan nilai melebihi KKM 70. Dari tabel tersebut diketahui perolehan nilai siswa pada rentang nilai antara 50-59 sejumlah 7 siswa dengan persentase 41,18% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 60-69 sejumlah 3 siswa dengan persentase 17,65% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 70-79 sejumlah 4 siswa dengan persentase 23,53% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai antara 80-89 sejumlah 2 siswa dengan persentase 11,76% dari jumlah keseluruhan siswa, dan rentang nilai 90-99 sejumlah 1 orang siswa dengan persentase 5,88% dari jumlah keseluruhan siswa. Dari daftar nilai pada kondisi awal (PraSiklus) nilai tertinggi yang Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran IPA dapat dikatakan hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), sebagian besar siswa masih memperoleh nilai dibawah KKM 70. Sebanyak 10 siswa dari total keseluruhan 17 siswa masih belum tuntas dalam mata pelajaran IPA, hanya ada 7 siswa yang berhasil tuntas dengan perolehan nilai melebihi KKM 70. Dari tabel tersebut diketahui perolehan nilai siswa pada rentang nilai antara 50-59 sejumlah 7 siswa dengan persentase 41,18% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 60-69 sejumlah 3 siswa dengan persentase 17,65% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 70-79 sejumlah 4 siswa dengan persentase 23,53% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai antara 80-89 sejumlah 2 siswa dengan persentase 11,76% dari jumlah keseluruhan siswa, dan rentang nilai 90-99 sejumlah 1 orang siswa dengan persentase 5,88% dari jumlah keseluruhan siswa. Dari daftar nilai pada kondisi awal (PraSiklus) nilai tertinggi yang

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kondisi Awal

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan nilai pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2.

Tabel 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal

No.

Ketuntasan Belajar Nilai

Jumlah siswa

2. Tidak Tuntas

Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥

70) sejumlah 10 siswa atau 58,83% dari total keseluruhan siswa, sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 7 siswa dengan persentase 41,17% dari total keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal lebih kecil dibandingkan dengan jumlah siswa yang belum berhasil. mencapai kentutasan 70) sejumlah 10 siswa atau 58,83% dari total keseluruhan siswa, sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 7 siswa dengan persentase 41,17% dari total keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal lebih kecil dibandingkan dengan jumlah siswa yang belum berhasil. mencapai kentutasan

Gambar 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal

Berdasarkan hasil belajar IPA yang masih rendah, dibuktikan dengan nilai ulangan mata pelajaran IPA semester II siswa kelas 5 SDN Bugel 01 Salatiga maka peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran make a match , sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

4.1.2. Deskripsi Siklus I

Pada sub unit deskripsi siklus I ini, akan menguraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan dan refleksi pada siklus I. Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan, masing- masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit.

4.1.2.1.Perencanaan Tindakan

Pada sub unit ini akan menjelaskan mengenai perencanaan yang dilakukan oleh Pada sub unit ini akan menjelaskan mengenai perencanaan yang dilakukan oleh

Rencana tindakan pada siklus I terdiri dari 3 perencanaan pertemuan dengan rincian sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi, maka peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas V mengenai materi pembelajaran IPA yang akan disajikan dengan pembelajaran make a match. Penyusunan RPP didiskusikan dengan Ibu Puji Nuryati selaku guru kelas 5 dan sebagai guru kolaborator dalam pelaksanaan tindakan penelitian. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan waktu penelitian, penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran di dalam proses pembelajaran. Guru menentukan standar kompetensi (SK) yakni 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dengan kompetensi dasar (KD)

7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni (1) Mendefinisikan pengertian peristiwa alam yang terjadi di Indonesia, (2) Mendefinisikan pengertian dari masing-masing contoh peristiwa alam, (3) Menentukan ciri-ciri dari peristiwa alam yang terjadi, (4) Menentukan penyebab terjadinya peristiwa alam, (5)Menentukan alat pengukur gempa, cuaca dan iklim. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peneliti juga menyiapkan alat peraga yang menunjang proses pembelajaran yaitu berupa gambar peristiwa alam, gambar alat pengukur cuaca dan iklim, kartu soal, dan kartu jawaban. Peneliti juga menyiapkan lembar absensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar observasi aktivitas siswa.

2) Pertemuan ke Dua Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua adalah (1)Menentukan peristiwa alam yang dapat dicegah dan yang tidak dapat dicegah, (2) Menentukan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan, dan lingkungan, (3) Menentukan bentuk upaya mencegah banjir dan tanah longsor. Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran berupa gambar macam-macam peristiwa alam, tanah berumput, tanah yang tidak berumput, alas untuk menaruh tanah, dan gelas yang berisi air.

3) Pertemuan ke Tiga Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Pertemuan ke tiga digunakan sebagai tes evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada siklus I. Peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi 30 soal pilihan ganda.

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I

Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2x35 menit atau 2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I adalah:

1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 April 2015 pukul 07.00 – 08.15 dan terdiri dari 3 kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Peneliti meminta bantuan observer yaitu ibu Umi Uhwati guru pendidikan Agama Islam untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa dengan menerapkan pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA. Observer mengisi lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti yakni berupa lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa dengan cara memberikan tanda centang ( √) pada kolom skor yang telah disediakan. Langkah – 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 April 2015 pukul 07.00 – 08.15 dan terdiri dari 3 kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Peneliti meminta bantuan observer yaitu ibu Umi Uhwati guru pendidikan Agama Islam untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa dengan menerapkan pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA. Observer mengisi lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti yakni berupa lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa dengan cara memberikan tanda centang ( √) pada kolom skor yang telah disediakan. Langkah –

b. Kegiatan Inti Pada kegiatan inti, guru menyampaikan informasi mengenai macam – macam peristiwa alam yang pernah terjadi di Indonesia dengan menggunakan alat peraga berupa gambar yakni banjir, tanah longsor, gunung meletus, tsunami, angin puting beliung, dan gempa bumi, selan itu guru menyampaikan materi mengenai macam- macam alat pengukur cuaca dan iklim dengan menggunakan gambar yaitu sismograf, anemometer, barometer, dan penakar hujan. Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan dengan materi. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari siswa yang sudah b. Kegiatan Inti Pada kegiatan inti, guru menyampaikan informasi mengenai macam – macam peristiwa alam yang pernah terjadi di Indonesia dengan menggunakan alat peraga berupa gambar yakni banjir, tanah longsor, gunung meletus, tsunami, angin puting beliung, dan gempa bumi, selan itu guru menyampaikan materi mengenai macam- macam alat pengukur cuaca dan iklim dengan menggunakan gambar yaitu sismograf, anemometer, barometer, dan penakar hujan. Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan dengan materi. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari siswa yang sudah

c. Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

Observasi aktivitas guru dilakukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hasil dari observasi terhadap aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dalam menerapkan pembelajaran make a match sudah berada dalam kategori baik dengan jumlah skor 50. Hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan I dalam menerapkan pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN Bugel 01 Salatiga dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 1

no Aspek yang diamati

Aspek item

Jumlah skor aspek item yang terlaksana

1 Kegiatan Pra Pembelajaran

2 Kegiatan awal

3 Kegiatan inti

10 30

4 Kegiatan akhir

Jumlah

16 50

Persentase

78,12%

Kategori

Cukup

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 50 yang di persentasekan menjadi 78,12%. Sehingga aktivitas guru pada siklus pertama pertemuan pertama termasuk dalam kategori cukup. Hal ini sesuai dengan pedoman yang dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk dalam kategori kurang sekali. Walaupun pada siklus I pertemuan pertama aktivitas guru sudah cukup, masih terdapat 3 indikator yang masih perlu ditingkatkan yakni pada indikator melakukan tanya jawab tentang materi, menjelaskan permainan make a match , serta mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa selama melakukan permainan. Pada siklus I pertemuan pertama, ketiga indikator tersebut masih mendapatkan skor 2 yaitu dilaksanakan dengan cukup oleh guru. Observer memberikan skor 2 pada indikator tersebut dikarenakan guru hanya melakukan tanya jawab dengan siswa secara klasikal, sehingga hanya siswa yang aktif saja yang melakukan tanya jawab dengan guru, siswa yang lain hanya duduk diam. Guru masih terlihat kebingungan dalam menjelaskan tata cara permainan make a match pada siswa, sehingga siswa masih merasa kebingungan dengan tata cara permainan make a match . Guru juga kurang mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa selama melakukan permainan sehingga siswa merasa kebingungan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi guru pada siklus pertama pertemuan pertama dapat dilihat pada lampiran halaman 186.

Selain melakukan observasi terhadap aktivitas guru, observer juga melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa kelas V SDN Bugel 01 Salatiga pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus I Pertemuan 1

no Aspek yang diamati

Aspek item

Jumlah skor aspek item yang terlaksana

1 Kegiatan Pra Pembelajaran

2 Kegiatan awal

3 Kegiatan inti

4 Kegiatan akhir

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 42 yang di persentasekan menjadi 70%. Sehingga aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan pertama termasuk dalam kategori cukup. Hal ini sesuai dengan pedoman yang dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk dalam kategori kurang sekali. Masih ada 6 indikator yang belum dilaksanakan dengan baik oleh siswa. Siswa belum memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Masih banyak siswa yang bergurau sendiri saat guru menyampaikan materi. Hanya siswa yang aktif saja yang mengajukan materi pada guru, padahal sebenarnya siswa belum mengerti dengan materi yang disampaikan guru. Terbukti ketika guru mengajukan pertanyaan pada siswa, tidak sampai setengah dari sejumlah siswa yang menjawab pertanyaan guru dengan benar. Saat permainan mencari kartu pasangan akan dimulai, siswa dari masing-masing kelompok justru berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk mendiskusikan kartu yang didapatnya, justru tidak berhadap-hadapan dengan Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 42 yang di persentasekan menjadi 70%. Sehingga aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan pertama termasuk dalam kategori cukup. Hal ini sesuai dengan pedoman yang dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk dalam kategori kurang sekali. Masih ada 6 indikator yang belum dilaksanakan dengan baik oleh siswa. Siswa belum memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Masih banyak siswa yang bergurau sendiri saat guru menyampaikan materi. Hanya siswa yang aktif saja yang mengajukan materi pada guru, padahal sebenarnya siswa belum mengerti dengan materi yang disampaikan guru. Terbukti ketika guru mengajukan pertanyaan pada siswa, tidak sampai setengah dari sejumlah siswa yang menjawab pertanyaan guru dengan benar. Saat permainan mencari kartu pasangan akan dimulai, siswa dari masing-masing kelompok justru berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk mendiskusikan kartu yang didapatnya, justru tidak berhadap-hadapan dengan

Aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama sudah mencapai indikator kinerja yakni pada kategori cukup. Sedangkan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama belum mencapai indikator kinerja karena masih berada pada kategori cukup. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan pertama dapat dilihat pada lampiran halaman 188.

2) Pertemuan ke Dua Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 selama 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2x35 menit yang dimulai pukul 07.00-08.15. Pada pertemuan ini terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Materi yang dibahas melanjutkan dari materi pada siklus I pertemuan pertama mengenai peristiwa alam yang dapat dicegah dan yang tidak dapat dicegah, dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan, dan lingkungan, dan bentuk upaya mencegah banjir dan tanah longsor.

a. Kegiatan Awal Sebelum memulai pelajaran guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi tanpa didahului dengan absensi dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan bukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab tentang akibat banjir yang melanda kota Jakarta dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti Pada kegiatan inti, pertama –tama guru menyampaikan informasi mengenai peristiwa alam yang dapat dicegah dan peristiwa alam yang tidak dapat dicegah, selanjutnya mengenai dampak peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan,

mencagah banjir dan tanah longsor. Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan materi. Guru menyediakan alat peraga berupa gambar mengenai contoh gambar tentang peristiwa alam dan berbagai cara untuk mencagahnya. Setelah itu siswa menyimpulkan atau mendiskripsikan peristiwa alam beserta cara pencegahannya berdasarkan gamabr yang sudah disediakan. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa menegnai gambar tersebut. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match) .Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing pasangan.

c. Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk c. Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 2

no Aspek yang diamati

Aspek item

Jumlah skor aspek item yang terlaksana

1 Kegiatan Pra Pembelajaran

2 Kegiatan awal

3 Kegiatan inti

4 Kegiatan akhir

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan ke dua diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 55 yang di persentasekan menjadi 85,93%. Sehingga aktivitas guru pada siklus pertama pertemuan ke dua termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan pedoman yang dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah meningkat dibandingkan dengan aktivitas guru pada pertemuan pertama. Ada 9 indikator yang memperoleh skor 3 dan 7 indikator yang memperoleh skor 4. Hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan ke dua mengalami peningkatan dibandingkan Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan ke dua diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 55 yang di persentasekan menjadi 85,93%. Sehingga aktivitas guru pada siklus pertama pertemuan ke dua termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan pedoman yang dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah meningkat dibandingkan dengan aktivitas guru pada pertemuan pertama. Ada 9 indikator yang memperoleh skor 3 dan 7 indikator yang memperoleh skor 4. Hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan ke dua mengalami peningkatan dibandingkan

Hasil observasi terhadap aktivitas siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match siklus I pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus I Pertemuan 2

no Aspek yang diamati

Aspek item

Jumlah skor aspek item yang terlaksana

1 Kegiatan Pra Pembelajaran

2 Kegiatan awal

3 Kegiatan inti

4 Kegiatan akhir

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ke dua diperoleh jumlah skor hasil observasi adalah 48 yang di persentasekan menjadi 80%. Sehingga aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan ke dua termasuk dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan pedoman yang dinyatakan oleh Arifin (2012:236) yaitu 90%-100% termasuk dalam kategori sangat baik, 80%-89% termasuk dalam kategori baik, 70%-79% termasuk dalam kategori cukup, 60%-69% termasuk dalam kategori kurang, dan yang terakhir >59% termasuk

dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan ke dua dari 15 indikator, terdapat 5 indikator yang memperoleh skor 4, 8 indikator memperoleh skor 3, dan 2 indikator memperoleh skor 2 dan tidak ada indikator yang memperoleh skor 1. Skor total hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan dalam kategori kurang sekali. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan ke dua dari 15 indikator, terdapat 5 indikator yang memperoleh skor 4, 8 indikator memperoleh skor 3, dan 2 indikator memperoleh skor 2 dan tidak ada indikator yang memperoleh skor 1. Skor total hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan

Aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke dua sudah mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada kategori baik.. Aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan tindakan siklus I pertemuan ke dua juga sudah mencapai indikator kinerja karena sudah berada pada kategori baik. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan ke dua dapat dilihat pada lampiran halaman 192.

3) Pertemuan ke Tiga Pertemuan ke tiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus 1 yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 April 2014 pukul 07.00-08.15 . Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke tiga sebagai tindak lanjut, penyempurnaan, dan perbaikan proses pembelajaran pertemuan pertama, pertemuan ke dua pada siklus I.

Evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah soal 30. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ke tiga yakni diawali dengan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran kemudian berdoa bersama menurut agama dan kepercayaan masing - masing. Sebelum membagikan soal evaluasi, guru menata tempat duduk siswa agar siswa tidak terlalu dekat duduknya kemudian guru menjelaskan pada siswa tentang tata cara mengerjakan soal evaluasi dan peraturan selama siswa mengerjakan soal. Dilanjutkan dengan pembagian lembar soal dan lembar jawab oleh guru kepada masing – masing siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir

4.1.2.3 Hasil Tindakan Siklus I

Hasil tindakan pada siklus I diperoleh dari hasil observasi terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga dengan penerapan pembelajaran make a match oleh guru .

1) Hasil Belajar IPA Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dengan menerapkan pembelajaran make a match selesai, maka dilakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang diperoleh dari masing-masing siswa, apakah sudah mencapai KKM atau belum mencapai KKM. Hasil belajar IPA siklus I disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I

NO Rentang Nilai

Kurang Sekali

Baik Sekali Jumlah siswa

Nilai Rata-Rata

90 Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Berdasarkan tabel 4.7 maka dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 50-

59 sebanyak 2 siswa dengan persentase11,76%. Siswa yang mendapat nilai 60-69 sebanyak 3 siswa dengan persentase 17,65%. Siswa yang mendapat nilai 70-79 sebanyak 8 siswa dengan persentase 47,06%, Siswa yang mendapat nilai 80-89 sebanyak 3 siswa dengan persentase 17,65%, dan Siswa yang mendapat nilai 90-99 sebanyak 1 siswa dengan presentase 5,88%. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data hasil belajar siklus I adalah 71,82 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 53. Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil belajar siswa siklus I pada tabel 4.7 maka dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.3, dan untuk mengetahui 59 sebanyak 2 siswa dengan persentase11,76%. Siswa yang mendapat nilai 60-69 sebanyak 3 siswa dengan persentase 17,65%. Siswa yang mendapat nilai 70-79 sebanyak 8 siswa dengan persentase 47,06%, Siswa yang mendapat nilai 80-89 sebanyak 3 siswa dengan persentase 17,65%, dan Siswa yang mendapat nilai 90-99 sebanyak 1 siswa dengan presentase 5,88%. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data hasil belajar siklus I adalah 71,82 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 53. Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil belajar siswa siklus I pada tabel 4.7 maka dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.3, dan untuk mengetahui

Gambar 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I

Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus I kemudian peneliti melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus I yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

No. Ketuntasan Belajar

Nilai

Jumlah siswa

2. Tidak Tuntas

71,82 Nilai tertinggi

Nilai terendah

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga sudah mencapai KKM, yakni 12 dari 17 siswa sudah mencapai KKM atau dengan persentase 70,59%. Sedangkan ada 5 siswa yang belum mencapai KKM atau dengan persentase 29,41%. Rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I adalah 71,82, nilai tertinggi 90, dan nilai terendah 53. Berdasarkan Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga sudah mencapai KKM, yakni 12 dari 17 siswa sudah mencapai KKM atau dengan persentase 70,59%. Sedangkan ada 5 siswa yang belum mencapai KKM atau dengan persentase 29,41%. Rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I adalah 71,82, nilai tertinggi 90, dan nilai terendah 53. Berdasarkan

Gambar 4.4 Persentase Ketuntsan Hasil Belajar Siklus I

Berdasarkan gambar 4.4 tentang persentase ketuntasan hasil belajar IPA siklus I dengan penerapan pembelajaran make a match mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar IPA yang diperoleh pada hasil belajar pada kondisi awal. Pada siklus I ada 12 siswa yang mencapai KKM atau 70,59% siswa sudah mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran make a match yaitu ≥70,59% siswa mencapai KKM (KKM ≥70) sudah berhasil. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar IPA dengan penerapan pembelajaran make a match maka penelitian dilanjutkan siklus II.

4.1.2.4 Refleksi Siklus I

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I baik pertemuan pertama, ke dua, maupun ke tiga selesai, maka peneliti melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan, serta hambatan – hambatan yang dihadapi. Hasil refleksi berguna untuk menentukan apakah tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I baik pertemuan pertama, ke dua, maupun ke tiga selesai, maka peneliti melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan, serta hambatan – hambatan yang dihadapi. Hasil refleksi berguna untuk menentukan apakah tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus I masih banyak kendala. Kendala tersebut antara lain :

1. Guru

a) Guru belum malakukan tanya jawab terhadap siswa tentang materi yang disampaikan dengan baik.

b) Guru masih mengalami kebingungan dalam menjelaskan cara permainan make a match.

c) Guru belum maximal dalam mengawasi aktivitas siswa dan meberikan bantuan siswa dalam melakukan permainan.

2. Siswa

a) Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

b) Siswa tidak mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi kepada guru.

c) Siswa tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik.

d) Siswa tidak berkelompok sesuai dengan kartu yang telah ditentukan guru.

e) Siswa dalam mencari kertu pasangan belum berdasarkan waktu yang telah ditentukan dan siswa belum memberikan tanggapan dengan baik terhadap kecocokan kartu pasangan yang dipresentasikan oleh temannya.

Untuk mengatasi kendala pada siklus I, maka dapat dilakukan perbaikan sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan lebih baik. Perbaikan tersebut antara lain:

1. Bagi Guru

a) Selain memberikan pertanyaan atau tanya jawab secara klasikal, guru sebaiknya juga memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh masing-masing siswa.

b) Guru harus lebih memahami prosedur atau cara pelaksanaan pembelajaran make a match sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar.

c) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model make a match, guru harus mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik agar siswa tidak bingung.

2. Bagi Siswa

a) Siswa hendaknya memperhatikan penjelasan dari guru selama proses pembelajaran berlangsung.

b) Siswa hendaknya mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik.

c) Siswa hendaknya berkelompok sesuai dengan kartu pasangan dan waktu yang telah ditentukan serta memberikan tanggapan terhadap kecocokan kartu dengan baik.

Dari segi hasil belajar siswa persentase ketuntasan belajar siswa siklus I dibandingkan dengan hasil belajar ulangan IPA pada kondisi awal mengalami peningkatan. Pada kondisi awal yang diperoleh dari ulangan IPA hanya ada 7 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥70) dengan persentase 41,17%. Sedangkan pada postest siklus I ada 12 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 70,59%. Ini berarti hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti.

4.1.3 Deskripsi Siklus II

Pada deskripsi siklus II akan diuraikan mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan.

4.1.3.1 Perencanaan Tindakan

Rencana tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan. Pembelajaran siklus II merupakan upaya perbaikan dari pembelajaran siklus I. Rencana tindakan

1) Pertemuan pertama Rencana tindakan untuk pertemuan pertama yaitu penulis bersama guru menentukan standar kompetensi (SK) yakni 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dengan kompetensi dasar (KD) 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang.dapat mengubah permukaan bumi. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni (1) Mendefinisikan pengertian sumber daya alam, (2) Mendefinisikan pengertian sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, (3) Menyebutkan contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, (4) Mendefinisikan penggunaan contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peneliti juga menyiapkan alat peraga yang menunjang proses pembelajaran yaitu berupa gambar berbagai macam contoh sumber daya alam, dua buah kotak yang bertuliskan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, serta kartu permainan. Peneliti juga menyiapkan lembar absensi siswa, lembar observasi guru, lembar observasi aktivitas siswa.

2) Pertemuan ke dua Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua adalah (1) Mendefinisikan pengertian sumber daya alam yang dapat diperbaharui, (2) Menyebutkan contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui, (3) Menyebutkan kegiatan manusia yang mengubah permuakaan bumi, (4)Menentukan dampak dari masing-masing kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi.

Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran berupa gambar penebangan hutan secara liar, gambar kegiatan penambangan, gambar kebakaran hutan, gambar pemukiman penduduk.

3) Pertemuan ke tiga Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut dari 3) Pertemuan ke tiga Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut dari

4 .1.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah:

1. Pertemuan Pertama Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27 April 2015 pukul 07.00-08.15 dan terdiri dari kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Langkah – langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

a ) Kegiatan Awal Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi tanpa didahului dengan absensi dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan bukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang benda-benda yang ada di ruang kelas dan asal usul bahannya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti, pertama –tama guru menyampaikan informasi mengenai pengertian sumber daya alam , macam – macam sumber daya alam, contoh masing- masing jenis sumber daya alam, dan penggunaannya. Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan materi. Guru melakukan tanya jawab mengenai gambar-gambar tentang sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui serta penggunaannya. Guru menunjuk salah masing-masing siswa untuk

sudah dijelaskan. Setelah guru melakukan tanya jawab kemudian guru bersama siswa menyimpulkan tentang pengertian sumber daya alam serta contohnya berserta penggunaannya. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Siswa yang sudah menemukan pasangannya segera lapor pada guru. setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing pasangan.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN LEDOK 05 SALATIGA SEMESTER II TAHUN 20142015 SKRIPSI

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Ledok 05 Salatiga Semester II Tahun 2014/2015

0 0 61

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran IPA terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karanggeneng I Kec. Kunduran Kab. Blora Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran IPA terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karanggeneng I Kec. Kunduran Kab. Blora Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran IPA terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karanggeneng I Kec. Kunduran Kab. Blora Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran IPA terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karanggeneng I Kec. Kunduran Kab. Blora Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran IPA terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karanggeneng I Kec. Kunduran Kab. Blora Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 64

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Bugel 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Bugel 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 20

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Bugel 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 23