Pengaruh gaya kepemimpinan dan Etos Kerja Terhadap Motivasi Karyawan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syari'ah (BPRS) Bandar Lampung
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Ekonomi Islam
Oleh;
Anggun Septiani
NPM : 1423030007PROGRAM STUDI ILMU SYARI’AH
KONSENTRASI EKONOMI ISLAM PROGRAM PASCASARJANA (PPS) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG 2015 / 2016
(2)
Gaya kepemimpinan, etos kerja serta motivasi karyawan Bank merupakan salah satu penggerak perekonomian yang memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi bangsa. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu tempat lembaga keuangan syariah. Dalam menghadapi persaingan, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung dituntut untuk bekerja keras demi mempertahankan eksistensi serta menarik perhatian nasabah lebih banyak lagi.
Karyawan sebagai sumber daya insani perusahaan merupakan elemen
penting demi tercapainya tujuan perusahaan. Masing – masing karyawan memiliki
konsep nilai dalam diri yang dibangun oleh lingkungan dan akan mempengaruhi perilakunya, salah satunya dalam aktifitas bekerja. Gaya kepemimpinan merupakan nilai yang bersifat personal yang memiliki keterkaitan akan cara pandang seseorang akan perilaku kerjanya dan mempimpin bawahannya. Sedangkan etos kerja merupakan nilai moral, paradigma, etika dan budaya yang secara individual ataupun berkelompok berhubungan dengan kinerja. Keduanya bila disinergikan akan membentuk sumber daya insani yang berkualitas, yang dalam hal ini terwujud dalam tingkat motivasi kerjanya. Dengan Motivasi karyawan yang baik maka tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis hubungan gaya kepemimpinan dan etos kerja yang dimiliki pimpinan dan karyawan Bank Pembiayaan Rakyat Sayriah (BPRS) terhadap motivasi yang dimilikinya.
Metode kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkas berbagai kondisi, situasi, fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut kejadian sebagaimana adanya yang dapat dipotret, diwawancarai,
diobservasi, serta dapat diungkapkan melalui bahan – bahan dokumenter. Hasil
penelitian yang telah dilakukan terhadap di BPRS diperoleh Nilai korelasi antara gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawan di BPRS sebesar 0,774 dengan kategori kuat. Nilai F hitung 12,673 lebih besar dari F tabel 3,592 sehingga Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawan di BPRS. Dari kedua hasil ini disimpulkan tidak terdapat perbedaan antara hubungan gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawan di BPRS.
Saran Gaya kepemimpinan atasan pada BPRS. perlu menyentuh pada peningkatan motivasi kerja karyawannya. kepemimpinan atasan harus mampu membangkitkan motivasi kerja karyawannya misalnya dengan cara memberikan bimbingan dan pengarahan tentang pelaksanaan tugas yang menjadi tugas pokoknya, memberikan tanggung jawab penuh kepada karyawannya untuk melaksanakan tugas, memberikan pengakuan kapada karyawan yang menunjukkan kinerja tinggi dalam malaksanakan tugas.
(3)
xii
Tabel II Uji Validitas Etos Kerja ... 113
Tabel III Uji Validitas Motivasi Karyawan ...116
Tabel IV Uji Reliabilitas Gaya Kepemimpinan ...118
Tabel V Uji Reliabilitas Etos Kerja ...119
Tabel VI Uji Reliabilitas Motivasi Karyawan ...119
Tabel VII Hasil Uji Korelasi Sederhana Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Karyawan Di BPRS ...123
Tabel VIII Hasil Uji Keberartian Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Karyawan Di BPRS ... 124 Tabel IX Hasil Uji Korelasi Etos Kerja dengan Motivasi Kerja Karyawan di BPRS ...125
Tabel X Hasil Uji Keberartian Hubungan Etos Kerja dengan Motivasi Kerja Karyawan Di BPRS ...126
(4)
viii Alhamdulilah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya sehingga tugas penyusunan
tesis ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulis tesis ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta saran dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan rasa bangga izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Idham Kholid, M. Ag. Selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung
2. Bapak Dr. Bunyana Sholihin, M. Ag. Selaku Ketua Program Studi Ekonomi Islam, atas saran dan motivasi yang diberikan kepada penulis untuk memanfaatkan waktu seefekti mungkin dalam penyelesaian tesis ini. 3. Bapak Dr. Drs. H. M. Wagianto, S.H. MH. Selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Islam, atas saran dan motivasi yang diberikan kepada penulis untuk memanfaatkan waktu seefekti mungkin dalam penyelesaian tesis ini.
4. Bapak Dr. Alamsyah, M. Ag. Selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Tulus Suryanto, S.E., M.Ak. Selaku Pembimbing II, atas saran pemikiran dan bimbingannya dalam penilisan tesis ini.
5. Seluruh Civitas Akademik PPs IAIN Raden Intan Lampung, baik jajaran pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa.
(5)
ix dalam menyelesaikan tesis ini.
8. Terakhir, sebagai ungkapan cinta kasih, hormat, terima kasih dan do’a secara khusus penulis persembahkan buat Papa dan Mama tercinta Drs.
Masdan dan Hj. Farida, S.Pd. Juga Adik – adik tersayang : Juwita Sari
Pebriani, S. Pd dan Nuzul Hujana Putra, serta keluarga besar lainnya yang banyak memberikan doronga , bimbingan dan do’a kepada penulis. Do’a tulus buat mereka semua semoga senantiasa bahagia, sehat, sukses dan tetap dalam lindungan dan ridha Allah SWT .
Menyadari banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam penulisan maupun penelitian tesis, maka penulis membuka kritik dan saran yang membangun, guna perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat. Wassalamu’ alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, Mei 2016
Anggun Septiani NPM. 1423030007
(6)
x
Nama : Anggun Septiani
NPM : 1423030007
Program Studi : Ekonomi Islam
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “ PENGARUH GAYA
KEPEMIMPINAN DAN ETOS KERJA TERHADAP MOTIVASI
KARYAWAN PADA BANK BPRS LAMPUNG “ adalah benar – benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggungjawab saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Bandar Lampung, Mei 2016
(7)
xi
Judul Skripsi : PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN ETOS
KERJA TERHADAP MOTIVASI KARYAWAN PADA BANK BPRS LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Anggun Septiani
NPM : 1423030007
Jurusan : Ekonomi Islam
Menyetujui
Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian terbuka pada program pascasarjana Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Raden Intan Lampung
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Alamsyah, M. Ag Dr. Bunyana Solihin, M. Ag
NIP. 197009011997031001 NIP. 19
Ketua Prodi Ekonomi Islam
Dr. Bunyana Solihin, M. Ag NIP. 19
(8)
Nama : Anggun Septiani
NPM : 1423030007
Program Studi : Ekonomi Syari’ah
Konsentrasi : Pengembangan Lembaga Keuangan Syari’ah
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN ETOS KERJA TERHADAP MOTIVASI KARYAWAN PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI’AH (BPRS)
BANDAR LAMPUNG” adalah benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan
sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan sepenuhnya menjadi tanggungjawab saya.
Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Bandar Lampung, Mei 2016 Yang menyatakan.
(9)
KERJA TERHADAP MOTIVASI KARYAWAN PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI’AH (BPRS) BANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Anggun Septiani
NPM : 1423030007
Program Studi : Ekonomi Islam
Konsentrasi : Pengembangan Lembaga Keuangan Syari’ah
Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian tertutup pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.
Bandar Lampung, Juni 2016
MENYETUJUI
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Alamsyah, M. Ag NIP. 19700901 199703 1 002
Dr. Tulus Suryanto, M. Ak. NIP. 19700926 200801 1 008
Mengetahui, Ketua Program Ilmu Syari’ah
Dr. Bunyana Solihin, M. Ag. NIP. 19570705 198903 1 001
(10)
KERJA TERHADAP MOTIVASI KARYAWAN PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI’AH (BPRS) BANDAR LAMPUNG, ditulis oleh : Anggun Septiani, NPM. 1423030007 telah diujikan dalam Ujian Tertutup dan disetujui untuk diajukan dalam Ujian Terbuka dalam Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.
Tim Penguji
Ketua :Prof. Dr. H. Idham Kholid, M. Ag ………...
Sekretaris : Dr. Bunyana Solihin, M. Ag ………...
Penguji I :Dr. Alamsyah, M. Ag ………...
Penguji II :Dr. Bunyana Solihin, M. Ag ………...
(11)
RAKYAT SYARI’AH (BPRS) BANDAR LAMPUNG, ditulis oleh : Anggun Septiani, NPM. 1423030007 telah diujikan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.
Tim Penguji
Ketua :Prof. Dr. H. Idham Kholid, M. Ag ………..
Sekretaris :Dr. Drs. Wagianto, S.H., M.H ………..
Penguji I :Dr. Alamsyah, M. Ag ………..
Penguji II : Dr. Bunyana Solihin, M. Ag ………...
Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden intan Lampung
Prof. Dr. H. Idham Kholid, M.Ag. NIP. 19601020 198803 1 005 Telah Lulus Ujian Terbuka : 05 Agustus 2016
(12)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Sudah sepatutnya para pemimpin zaman sekarang bercermin pada kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, dan perencanaan juga pengawasan dari pimpinan sangat penting hal ini diperlukan semangat kerja dari karyawan, dengan demikian tujuan dari organisasi sulit dicapai pada tingkat yang optimal. Pimpinan akan melakukan pendekatan kepemimpinan yang mencerminkan suatu kesadaran bahwa prokduktivitas melalui karyawan merupakan bagian utama dan tidak dapat
digantikan untuk mencapai tujuan organisasi.1
Di dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti wakil. Pemakaian kata khalifah setelah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam wafat menyentuh juga maksud yang terkandung di dalam perkataan “amir“ (yang jamak umara) atau penguasa. Oleh karena itu, kedua istilah ini dalam bahasa
Indonesia disebut pemimpin formal.2 Namun, jika merujuk kepada firman Allah
SWT dalam surah Al – Baqarah (2) ayat 30 yang berbunyi:
1Hasibuan, Melayu, Organisasi Dan Motivasi, Jakarta, Bumi Aksara, 1996, hlm 95
2 Dedi Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, PT Raja Grafindo, Jakarta,
(13)
Artinya : “(Ingatlah) ketika tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
Mereka berkata : “ mengapa Engkau hendak menjadikan ( khalifah ) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman : “
sesungguhnya Aku Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui “. (Qs Al
– Baqarah (2) : 30)
Maka kedudukan non formal dari seorang khalifah juga tidak bisa dipisahkan lagi. Perkataan khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya ditujukan kepada para khalifah sesudah nabi, tetapi adalah penciptaan Nabi Adam a.s. yang disebut sebagai manusia dengan tugas untuk memakmurkan bumi yang meliputi tugas menyeru orang lain berbuat amar ma’ruf dan mencegah dari perbuatan
munkar.3.
Kepemimpinan di era globalisasi akan menghadapi tuntutan yang semakin kompleks. Kondisi demikian menuntut kapasitas dan keterampilan pemimpin dalam mengelola perubahan. Pemimpin era mendatang akan lebih banyak memiliki karakteristik antara lain:
a. Tingkatan persepsi dan wawasan yang luar biasa terhadap realita dunia;
b. Tingkat motivasi yang luar biasa;
c. Kekuatan emosional;
d. Keterampilan baru dalam menganalisis asumsi kultural;
(14)
e. Kemauan dan kemampuan untuk melibatkan orang lain serta menarik partisipasi mereka; dan
f. Kemauan dan kemampuan untuk membagi kekuasaan serta kontrol. Oleh
karena itu, pemimpin pada era mendatang harus menyadari bahwa
peranan akan berubah secara nyata.4
Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk
menggerakkan dan memengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, saran atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu, karena
ancaman, penghargaan, otoritas, dan bujukan.5
Artinya : Hai orang –orang beriman, ta’ atilah Allah dan ta’ atilah Rasul ( Nya ), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pemdapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah ( Al – Qur’an ) dan Rasul ( Sunnahnya ), jika kamu benar – benar beriman kepada
4
Suwatno, Manajamen SDM Dalam Organisasi Publik dan Bisnin, Bandung, Alfabeta, 2011, hlm 139
5Veithzal Rivai.Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi.Jakarta.PT Raja Grafindo;2010.hlm.1
(15)
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik akibatnya.
Kepemimpinan dalam Islam bersifat pertengahan, selalu menjaga hak dan kewajiban individu serta masyarakat dengan prinsip keadilan, persamaan, tidak
condong terhadap kekerasan dan kelembutan, tidak sewenang–wenang dan
berbuat aniaya. Sebagaiman perkataan Umar r.a. “Sesungguhnya persoalan ini
tidak patut dan layak, kecuali orang yang lembut tapi tidak lemah, orang yang
kuat tapi tidak sewenang–wenang.“6
Suri tauladan (qudwah hasanah) merupakan hal penting dalam kepemimpinan. Tindakan dan sikap seseorang pemimpin harus mencerminkan perkataan yang diucapkan. Ia berpegang teguh dan menjalankan apa yang diucapkan, sebelum ia meminta orang lain untuk melakukannya. Rasulullah merupakan suri tauladan yang baik bagi para sahabat dan kaum muslim, baik dalam hal ucapan, perilaku atau sikap Rasul terhadap orang lain. Akhlak yang dijalankan Rasul adalah akhlak Alquran, akhlak yang mengarah untuk bertakwa kepada Allah. Takwa dalam arti menjalankan segala perintah, dan meninggalkan
larangan–Nya.7
Istilalah ‘ kerja’ dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menurus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur
6 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajamen Syari’ah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2006, hlm.
(16)
kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekeliling serta Negara.
Dengan kata lain, orang yang berkerja adalah mereka yang menyumbang jiwa dan tenanganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Oleh karena itu, kategori ahli surga seperti yang
digambarkan dalam Al – Qur’an bukanlah orang yang mempunyai pekerjaan
dengan jabatan yang tinggi dalam suatu perusahaan, melainkan manusia yang tetap pada keimanannya dan menjaganya dalam bentuk sifat-sifat terpuji dan setiap perilaku yang dikerjakan.
“ Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.8(Al-An’am : 135)
Bekerja merupakan manifestasi amal saleh. Bila kerja itu amal saleh, maka kerja adalah ibadah. Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa
dilepaskan dari kerja. Dimana nilai – nilai luhur mendasari seorang tentu akan
tercermin dalam sikap kerjanya.
Hal tersebut menjadi sangat penting ketika kita memahami sepenuhnya tujuan dari kerja tersebut. Tidak hanya secara sempit kita memandang kerja sebagai upaya memenuhi tuntutan hidup manusia berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal (pangan, sandang dan papan) yang merupakan kewajiban setiap
8
(17)
orang yang ditunaikannya, untuk menentukan tingkat derajatnya, baik dimata manusia maupun dimata Allah. Melainkan juga melihat tujuan tersebut secara lebih luas, yang mencakup seluruh pengarahan potensi yang dimiliki manusia.
Motivasi pegawai adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai suatu keputusan.9
Motivasi dapat diartikan juga sebagai keadaan dalam pribadi seseorang
yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan–kegiatan tertentu
untuk mencapai suatu tujuan. 10
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki prilaku yang berbeda dalam memimpin para pengikutnya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya kepemimpinan. Kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin didalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu didalam menciptkan motivasi didalam diri setiap orang bawahan maupun atasan pemimpin itu sendiri.
Lemahnya sumber daya manusia dapat dikarenakan beberapa macam sebab, seperti budaya masyarakat, strukrur masyarakat, atau rekayasa yang sengaja diterapkan pada masyarakat tertentu. Untuk mengatasi kelemahan itu perlu diberikan informasi yang luas, akurat dan aktual yang dapat membuka pandangan dan wawasan sehingga dapat menumbuhkan keinginan berprestasi.
9 Hasibun, Malayu, Organisasi dan Motivasi, Jakarta, Bumi Aksara,1996. hlm 95 10 T.Hani Handoko, Manajamen, Edisi 2, Yokyakarta: BPFE, 1999, hlm 252
(18)
Motivasi dan arahan yang menumbuhkan semangat dan kepercayaan diri yang kuat juga berguna bagi peningkatan dalam bekerja dan kemampuan diri.
Oleh karena itu berhasil tidaknya suatu organisasi akan ditentukan oleh faktor manusia atau karyawan. Sumber daya manusia yang banyak tetapi tanpa kualitas atau dengan kualitas rendah, merupakan beban. Sedangkan sumber daya manusia dengan kualitas merupakan potensi. Sumber daya manusia yang berkualitas mempunyai potensi yaitu gagasan, kreasi dan konsepsi dan mampu serta terampil untuk mewujudkan gagasan tersebut dengan cara produktif. Dimana pencapaian hasil kerja karyawan tentunya akan menghasilkan laba yang mencapai target yang dibuat oleh perusahaan.
Kondisi inipun terjadi pada perbakan syariah yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Dimana dinamika pasar yang bergerak sangat cepat telat berubah dari tingkat persaingan yang rendah kini telah mengarah ke persaingan yang ketat dan intens.
Permasalahan–permasalahan terkait dengan gaya kepemimpinan, etos
kerja serta motivasi karyawan Bank merupakan salah satu penggerak perekonomian yang memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi bangsa. Bank Pengkreditian Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu tempat bank milik pemda Lampung. Pangsa pasar yang berkembang saat ini dan mampu bersaing di sektor seperti tabungan, deposito, giro, maupun pembiayaan usaha kecil dan menengah. Dalam menghadapi persaingan, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung dituntut untuk bekerja keras demi mempertahankan eksistensi serta menarik perhatian nasabah lebih banyak lagi.
(19)
Pencapaian terget perusahaan yaitu menghimpun dana sebanyak–banyaknya dari masyarakat serta serta mengoptimalkan penyaluran kredit tentu harus didukung sepenuhnya oleh pencapaian yang tinggi dari karyawannya. Kinerja karyawan sangat bergantung kepada sejauh mana motivasi yang telah dilakukan oleh karyawan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung dalam melakukan pekerjaannya. Berangkat dari permasalahan yang ada pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung serta adanya penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan dan etos kerja berpengaruh terhadap motivasi karyawan (Ida Ayu Putu Septy Diantary, 2012 ) maka penelitian ingin melanjutkan penelitian tesebut.
Ada 5 dimensi yang perlu diperhatikan untuk mengukur gaya kepemimpinan yaitu, pemimpin memperhatikan kebutuhan maupun keinginan karyawan, pemimpin mempunyai tujuan dan program kerja yang baik dan dapat dicapai oleh perusahaan, pimpinan mampu mengkomunikasikan tujuan dan arah perusahaan kepada karyawan, pimpinan selalu mengevaluasi dan menilai kinerja dari karyawannya, pimpinan mempunyai tanggung jawab tinggi terhadap pekerjaan maupun karyawan, pimpinan adalah orang yang dapat dipercaya, jujur atau memiliki keteladanan yang tinggi, pimpinan adalah orang yang beribawa dan
mudah bergaul,11 dan etos kerja mempunyai 5 dimensi, yaitu Humanity,
Intergrity, Teamwork, Excellence, Customer Focus.
Berlatar berlakang kondisi di atas, penelitian ini akan mengangkat salah satu fenomena sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan Bank
11
(20)
Pengkerditan Rakyat Syariah Bandar Lampung. Dimana keberagaman individu di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung dengan gaya
kepemimpinan untuk menjalankan etos kerja ( Excellance, Teamwork, Humanity,
Integrity, Customer Focus ) guna mencapai motivasi yang tinggi dan terwujudnya
tujuan perusahaan.
B. Identifikas Masalah dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Karyawan sebagai sumber daya insani perusahaan merupakan
elemen penting demi tercapainya tujuan perusahaan. Masing–masing
karyawan memiliki konsep nilai dalam diri yang dibangun oleh lingkungan dan akan mempengaruhi perilakunya, salah satunya dalam aktifitas bekerja. Gaya kepemimpinan merupakan nilai yang bersifat personal yang memiliki keterkaitan akan cara pandang seseorang akan perilaku kerjanya dan mempimpin bawahannya. Sedangkan etos kerja merupakan nilai moral, paradigma, etika dan budaya yang secara individual ataupun berkelompok berhubungan dengan kinerja. Keduanya bila disinergikan akan membentuk sumber daya insani yang berkualitas, yang dalam hal ini terwujud dalam tingkat motivasi kerjanya. Dengan Motivasi karyawan yang baik maka tujuan perusahaan akan dapat tercapai. 2. Batasan Masalah
(21)
Adanya keterbatasan–keterbatasan dalam penelitian ini , maka permasalahan penelitian dibatasi sebagai berikut :
a. Gaya kepemimpinan pada penelitian ini adalah pola menyeluruh dari
tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun tidak tampak oleh bawahannya. Dan untuk mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.
b. Etos kerja merupakan sikap dan cara pandang yang tepat dalam
memandang aktifitas bekerja, sehingga akan merujuk pada budaya, cara, ataupun kebiasaan bekerja.
c. Motivasi Karyawan pada penelitian ini merupakan rasio output
perinput dengan juga melihat sisi efesiensi dan efektifitas para karyawan
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah
1. Apakah terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan dengan
motivasi karyawan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung?
2. Apakah terdapat pengaruh antara etos kerja dengan motivasi
karyawan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung?
(22)
3. Apakah terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan dan etos kerja dengan motivasi karyawan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung?
(23)
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang
dikemukakan dalam masalah yang harus dibuktikan kebenarannya.12 Ciri
utama hipotesis yang baik menurut Koentjoroningrat ada tiga yaitu :
1. Sederhana dalam perumusan
2. Menggunakan variabel – variabel yang tegas
3. Kebenarannya dapat diuji oleh peneliti lain.
Menurut Koentjoroningrat dalam bukunya dikatakan bahwa hipotesis dalam penelitian mempunyai peran dalam memberikan tujuan yang tegas bagi penelitian, membantu dalam penentuan arah yang harus ditempuh, serta menghindari suatu penelitian yang tak terarah dan tak bertujuan. Masuh menurut Koentjoroningrat, cara yang baik untuk memperoleh hipotesis adalah dari pengalaman, pengamtan, dan dugaan peneliti, dari hasil peneliti
sebelumnya, serta dari berbagai macam teori yang sudah terbentuk.13
12
Djawanto PS dan Pangestu Subagyo, Statistik Induktif, Yogyakarta, BPFE UGM, 1993, hlm.13
13 Koentjoroningkrat, Metode – Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Gramedia, 1983,
hlm.24 – 25
Gaya Kepemimpinan
Etos Kerja
(24)
Rumusan masalah yang ada, maka hipotesis yang dapat diambil adalah :
: Apakah terdapat signifikan antara pengaruh gaya kepemimpinan terhadap Motivasi karyawan
: Apakah terdapat signifikan antara pengaruh etos kerja terhadap motivasi karyawan
: Apakah terdapat signifikan antara pengaruh gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi karyawan
: Tidak terdapat signifikan antara gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi karyawan
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan dan etos kerja yang dimiliki pimpinan dan karyawan Bank Pembiayaan Rakyat Sayriah (BPRS) Bandar Lampung terhadap motivasi yang dimilikinya. Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a. Mengetahui pengaruh antara gaya kepemimpinan dengan motivasi
karyawan
b. Mengetahui pengaruh etos kerja dengan motivasi karyawan
2. Kegunaan Penelitian
Temuan yang dihasilkan dari penelitian ini akan ditujukan kepada dua kegunaan utama, yaitu :
(25)
a. Pada pengembangan ilmu, memberikan wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai pengaruh gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi karyawan.
b. Pada tatanan gunalaksana, sebagai bahan informasi yang berguna bagi
para pembuat kebijakan, perencanaan, dan pengembangan perusahaan seperti pihak sumber daya manusia pada Bank Pembiayaan Rakyat Sayriah (BPRS) Bandar Lampung.
F. Tinjauan Pustaka
Setelah dilakukan pengkajian, terdapat beberapa penelitian mengenai hubungan gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawan, diantaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Novita Rizqi Rahmawati Magister
Ekonomi Akuntasi Universitas Muhamadiyah Surakarta dengan judul
Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Karyawan pada Bank BRI Cabang Surakarta. Fokus dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan Bank BRI cabang Surakarta.
2. Penelitian ini dilakukan oleh Jatmiko Nugroho, Aryo Magister Ekonomi
Manajamen Universitas UPN Vetean Yogyakarta dengan judul Pengaruh
Gaya Kepemimpinan dan Etos Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta. Fokus dari Penelitian
ini adalah mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada lembaga bimbingan belajar Neutron Yogyakarta di
(26)
Yogyakarta. Untuk mengetahui pengaruh etos kerja terhadap kinerja karyawan pada lembaga bimbingan belajar Neutron Yogyakarta di Yogyakarta. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan etos kerja secara simultan terhadap kinerja karyawan pada lembaga bimbingan belajar Neutron Yogyakarta.
3. Penelitian ini dilakukan oleh Ike Kusdyah Rachmawati jurnal Ilmiah
Bisnis dan Ekonomi ASIA dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan,
Disiplin Kerja dan Motivasi Kepala Sekolah Terhadap Etos Kerja Guru di
SMP Negeri 48 Palembang Sumatera Selatan. Fokus dari Jurnal Ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan, disiplin dan motivasi kepala sekolah terhadap etos kerja guru menurut persepsi guru di SMP Negeri 48 palembang.
Meskipun penelitian–penelitian di atas mengambil bahasan tentang
hubungan gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawan tersebut sebagai rujukan dan sekaligus memberikan peluang untuk meneliti tema yang sama yaitu “ Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Etos Kerja terhadap
Motivasi Kerja Karyawan “ (Studi di BPRS Bandar Lampung). Penelitian saya
lakukan dengan melihat cara perlakukan pimpinan kepada karyawannya sehingga dapat meningkatkan etos kerja yang baik dan dapat memotivasi karyawan lebih tinggi. Dan penelitian menyadari bahwa penelitian ini bukanlah penelitian yang pertama kali dilakukan, namun peneliti juga melihat sisi lain, yaitu peluang untuk
(27)
meneliti dengan tema yang hampir mirip atau buhkan pada situasi dan konteks serta fokus penelitian atau bahasan yang berbeda.
G. Kerangka Pikiran
Kerangka pemikiran yang dikembangkan dalam penelitian ini bermula
dari dasar hukum Islam yaitu Al–Qur’an dan Hadist. Sebagai rujukan umat
muslim dalam setiap geark aktifitas maupun pola pikirmya. Karena dengan berpegang pada landasan ini maka kita tidak akan tersesat dalam menjalankan kehidupan dunia seperti diterangkan dalam ayat berikut :
Alif laam miim Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.14
Penulis mengacu pada kerangka pikir memandang bahwa gaya kepemimpinan dan etos kerja memiliki hubungan yang mempengaruhi motivasi karyawan. Dimana semakin tinggi tingkat gaya kepemimpinan dan etos kerja akan mempengaruhi motivasi karyawan kearah yang lebih baik pula. Lebih lanjut motivasi yang baik akan meningkatkan kesejahteraan serta membawa kemashlahatan pada umat.
Berdasarkan kerangka pikir tersebut diketahui dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu variabel x dan variabel y. Dimana variabel x merupakan variabel independen yang mempengaruhi variabel y. Variabel v sendiri terdiri atas dua yakni Vx1 yang merupakan variabel gaya
14
(28)
kepemimpinan dan Vx2 adalah etos kerja. Kedua variiabel x (Vx) ini memiliki hubungan yang mempengaruhi.
pengaruhi variabel y yang merupakan motivasi karyawan. Kerangka pikir ini dapat digambarkan seperti ilustrasi berikut :
1. Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dan etos kerja
2. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap
motivasi baik secara varsial ( satu ) maupun silmuttan ( bersama )
H.Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian yang Digunakan
Sesuai dengan paradigma penelitian yang akan dilakukan, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif Korelasional. Dasar pertimbangan penggunaan metode kuantitatif deskriptif Korelasional ini berangkat dari suatu pemikiran untuk mengamati sifat serta pola hubungan antar variabel dalam populasi. Dalam hal ini metode kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkas berbagai kondisi, situasi, fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut kejadian sebagaimana adanya yang dapat dipotret,
diwawancara, diobservasi, serta dapat diuangkapkan melalui bahan –
bahan dokumenter.15
15 Bungin, M. Burhan, Metode Penelitian Kunatitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010, hlm.48
(29)
2. Populasi dan Sampel
Penelitian kata populasi digunakan untuk menyebut serumpun atau sekelompok objek atau subjek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh
karenanya populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian.16
Secara lebih seksama populasi didefinisikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan kerakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan.17
Pengertiannya yang luas, maka populasi menjadi amat beragam. Untuk itu populasi dapat dibedakan berdasarkan penentuan sumber
datanya, yakni :18
1. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang jelas
batas- batasan secara kuantitatif.
2. Populasi tidak terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang
tidak dapat ditentukan batas-batasanya secara kuantitatif.
Selain itu dilihat dari kompleksitas objek populasinya populasi
dibedakan atas:19
1. Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota
populasi memiliki sifat – sifat yang relative sama lainnya.
2. Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi
relative memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat tersebut
16
Ibid, hlm.99
17
Pabundu Tika, Muhammad, Metodelogi Riset Bisnis, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, hlm. 33
18 Bungin, M. Burhan, Op.cit, hlm.99 19 Ibid, hlm.100
(30)
membedakan individual anggota populasi yang satu dengan yang lainnya.
Sedangkan sampel adalah bagian suatu subjek atau objek yang mewakili populasi. Pengambilan sampel harus sesuai dengan kualitas dan karakteristik suatu populasi. Pengambilan sampel yang tidak sesuai dengan kualitas dan karakteristik suatu populasi akan menyebabkan suatu penelitian menjadi bias, tidak dapat dipercaya dan kesimpulannya pun bisa
keliru. Hal ini karena tidak dapat mewakili populasi.20
Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah keseluruhan dari total populasi, yaitu seluruh karyawan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung sejumlah 20 orang. Kondisi ini menyebabkan tidak diperlukannya statistik inferensia yaitu diperlukan uji statistik pada penelitian ini.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Sebelum mengetahui jenis data kita harus memahami pengertian data, data merupakan bahan keterangan tentang suatu objek penelitian
yang diperoleh dilokasi penelitian.21 Berdasarkan jenisnya, data terbagi
atas data kuantitatif. Data kuantitatif biasanya dapat dijelaskan dengan angka-angka, dan biasanya merupakan hasil trasformasi dari data kualitatif
20
Pabundu Tika, Muhammad, Op.cit, hlm.33
(31)
yang memiliki perbedaan berjenjang. Hasil yang menonjol dan melekat pada sifat data kuantitatif yaitu dapat dihitung secara kuantitatif.
Penelitian ini akan menggunakan data kuantitatif dengan bentuk data nominal kategorik untuk data yang bersifat umum dan bentuk ordinal kategorik untuk data-data primer. Data nominal kategorik merupakan data yang hanya dapat dogolongkan secara terpisah kategori. Sedangkan data oridinal kategorik menunjukan data dalam suatu urutan tertentu atau dalam satu seri, dimana urutan tersebut menggambarkan kategori atau golongan tersebut.
b. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya data terbagi atas dua, yaitu data primer yang merupakan data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan objek yang diteliti. Data tersebut biasa diperoleh langsung dari personel yang diteliti dan dapat pula berasal dari lapangan. Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar peneliti, walaupun yang dikumpulkan sesungguhnya adalah data yang asli. Data ini bisa diperoleh dari instansi-instansi, perpustakaan maupun
dari pihak lain.22
Penelitian ini dilakukan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung Cabang Bandar Lampung Masalah utama penelitian ini adalah gaya kepemimpinan dan etos kerja Bank
22
(32)
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung yang dihubungkan dengan motivasi karyawan. Mengingat masalah penelitian ini adalah motivasi karyawan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung Cabang Bandar Lampung, maka sumber data yang ditentukan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Sumber data primer terdiri atas responden dan informasi yaitu seluruh karyawan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung. Sedangkan data sekunder adalah pihak-pihak tertentu yang diperkirakan dapat memberikan data yang diperlukan.
Berkenaan dengan metode kuantitatif tersebut, dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dan analisis data yang sesuai dengan objek penelitian.
1) Angket ( Kuesioner )
Penelitian pendekatan kuantitatif ini didasarkan atas pertimbangan bahwa salah satu jenis data primer yang dibutuhkan untuk pengujian hipotesis, sebagiamana tertera dalam definisi operasional variabel, disamping data sekunder dapat digunakan sebagai penunjang data kuantitatif. Data primer yang berupa data kuantitatif diperoleh langsung dari karyawan yang menjadi responden melalui penyebaran angket. Sampel pada penelitian ini adalah jumlah keseluruhan dari populasi, atau dengan kata lain responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Bank
(33)
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung sejumlah 20 orang dan karyawan .
Kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner gaya kepemimpinan, etos kerja adapun kuesioner yang diberikan kepada responden bersifat tertutup, yaitu bersifat daftar pertanyaan atau pernyataan dengan alternative jawaban yang telah disediakan.
2) Wawancara
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui wawancara terhadap pihak-pihak tertentu BPRS Lampung guna menambah informasi lebih mendalam mengenai berbagai data bagi
penelitian. Dengan studi mendalam dan teknik-teknik
pengumpulan data tersebut diharapkan dapat diketahui tentang mata rantai antara gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi karyawan yang dimiliki oleh karyawan BPRS Bandar Lampung.
4. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari sehingga diperoleh onformasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Secara teoritis, variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Sehingga
(34)
dinamakan variabel karena ada variasinya dan masing masing dapat berbeda.
Dalam penelitian ini variabel yang dapat diidentifikasi adalah:
a. Variabel bebas
Merupakan sejumlah faktor atau unsur yang mempengaruhi atau menentukan ada atau munculnya faktor atau unsur lain, yang kemudian faktor atau unsur lain tersebut sebagai variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan dan etos kerja.
b. Variabel terikat
Sejumlah variabel atau unsur lain yang ada atau munculnya dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas tertentu. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi karyawan.
Pengertian definisi operasional adalah definisi yang menyatakan bagaimana operasi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk memperoleh data atau indikator yang menunjukan konsep yang dimaksud. Definisi
inilah yang menghubungkan konsep dan konstruksi yang diteliti.23
Adapun definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Gaya Kepemimpinan
Definisi gaya kepemimpinan adalah Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak
maupun tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan
23
(35)
menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukan, secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya. Gaya kepemimpinan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi 5 ranah gaya kepemimpinan yaitu Pimpinan memperhatikan kebutuhan maupun keinginan pegawai, pimpinan mempunyai tujuan dan program kerja yang
baik dan dapat dicapai oleh perusahaan, pimpinan mampu
mengkomunikasikan tujuan dan arah perusahaan kepada pegawai, pimpinan selalu mengevaluasi dan menilai kinerja dari pegawainnya, pimpinan mempunyai tanggung jawab tinggi terhadap pekerjaan maupun pegawai, pimpinan adalah orang yang dapat dipercayai, jujur atau memiliki keteladanan yang tinggi, pimpinan adalah orang yang mau berdiskusi dan berkomunikasi dengan para pegawainya, pimpianan adalah orang yang berwibawa dan mudah bergaul, pimpinan selalu memberikan penghargaan atas kinerja dari pegawainya.
2. Etos kerja
Definisi etos kerja pada penelitian ini merupakan sejumlah nilai –
nilai budaya yang diungkapkan oleh sikap dan tindakan seseorang atau sekelompok orang, yang didalamnya terkandung nilai-nilai moral dan
(36)
pandangan tentang kerja. Etos kerja tersebut akan menilai kerja sebagai
bentuk perpanduan humanity, intergrity, teamwork, excellence, customer
focus.
3. Motivasi karyawan
Motivasi karyawan pada penelitian ini memakai penilaian kerja
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung.
5. Validitas dan Reliabilitas
Suatu alat dan ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang tidak menyesatkan apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh ppara psikometri, kriteria tersebut antara lain valid dan reliabel. Oleh sebab itu agar kesimpulan penelitian tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya maka diperlukan uji validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalan penelitian.
Validitas alat ukur merupakan akurasi alat ukur terhadap yang
diukur walaupun dilakukan berkali – kali dan dimana – mana. Sedangkan
reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat
ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan.24
Penelitian ini untuk menguji validitas menggunakan teknik korelasi
product moment dari Karl Pearson dengaan rumusan sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
√ (∑ ∑ ) ( ∑ ∑ )
24
(37)
Keterangan: : Koefesien korelasi variabel X dan Variabel Y
∑ : Jumlah hasil perkalian antara variabel X dan Y
∑ : Jumlah nilai tiap aitem
∑ : Jumlah nilai konstan
N : Jumlah subjek penelitian
Teknik korelasi Product moment tersebut diaplikasikan ke dalam
perangakat komputer untuk mempermudah dan mengefektifkan waktu pengujian, tanpa mengurangi esensi tujuan validitas. Pengujian reliabilitas
menggunakan reliability-scale (Alpha ) yang telah teraplikasi dalam
perangkat komputer.
Sebelum dilakukan angket kepada responden Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung, maka angket tersebut diuji cobakan pada 20 orang karyawan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung. Alasan pemilihan responden uji coba tersebut dikarenakan, kesamaan wilayah kerja yaitu area Bandar Lampung dan kesamaan jenis operasional perbankan yaitu bank syari’ah.
Berikut adalah perhitungan angket yang akan digunakan pada penelitian ini :
a. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata Validity yang mengandung
makna sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya serta memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukur tersebut.
(38)
aitem. Cara penentuan kesahihan aitem dalam teknik ini adalah dengan cara mengkorelasikan setiap skor aitem dengan total skor aitem yang diperoleh individu. Salah tidaknya butir tergantung signifikan tidaknya koefisien butir pada taraf signifikan 5%.
Setelah didapat aitem – aitem yang valid, selanjutnya aitem – aitem
tersebut dikumpulkan dan dilakukan uji validitas total skor tiap faktor dengan skor seluruh faktor. Uji validitas ini berfungsi untuk
mengukur kesahihan masing – masing faktor.
Penelitian ini untuk menguji validitas menggunakan teknik
korelasi Product moment yang diaplikasikan ke dalam perangkat
komputer. Dari hasil uji angket gaya kepemimpinan pada derajat
kebebasan (df) sebesar 13 dan Ttabel sebesar 0,553 diperoleh item –
item nilai Thit bergerak dari 0,631 – 0,979 dengan taraf signifikasi
0,05.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata Reliability
yang berasal dari kata rely dan ability. Pengukuran yang
mempunyai reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Dalam penelitian ini untuk mencari relibilitas menggunakan bantuan perangkat komputer.
(39)
6. Metode Analisa Data
Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan alat analisis univariat dan bivariat untuk menjelaskan hubungan antara satu atau beberapa variabel.
a. Analisa Univariat
Analisa ini menggunakan statistik deskriptif untuk mendapat gambaran dan penjelasan secara lebih detail tentang
masing – masing variabel dalam penelitian ini, baik itu variabel
independen maupun variabel dependen. Perhitungan data dengan teknik ini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi data
tersebut kemudian dipersatukan.25
b. Analisa Bivariat
Analisa ini digunakan untuk menentukan hubungan dari gaya kepemimpinan dan etos kerja yang mempengaruhi motivasi
karyawan, yaitu dengan menggunakan alat analisa cross tabulation
melalui uji statistik dengan menggunakan perangkat komputer. Variabel penelitian ini menggunakan nilai kategori. Untuk menilai hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05, berarti jika p value < 0,05 maka hasil statistik bermakna yang
berarti H0 diterima. Dan jika p value > 0,05 maka hasil hitungan
statistik tidak terbatas bermakna, yang berarti H0 ditolak.
25
(40)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam 1. Pengertian Kepemimpinan
Kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi maupun perusahaan ditentukan oleh kepemimpinan didalam perusahaan tersebut. Dimana kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat besar terhadap motivasi kerja dalam menghadapi suatu tantangan. Sehingga kepemimpinan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan suatu perusahaan. Dalam Kamus Besar Indonesia, kepemimpinan berasal dari kata pimpin
yang artinya dibimbing, dituntun.1
Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu – ilmu sosial,
dimana prinsip – prinsip dan rumusannya diharapakan memberikan
manfaat bagi umat manusia. Kepemimpinan merupakan pangkal utama dan pertama penyebab daripada kegiatan, proses atau kesediaan untuk
merubah pandangan atau sikap ( mental, fisik ) daripada kelompok orang –
orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.2
Pengertian kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai sisi kepemimpinan itu sendiri, kepemimpinan menurut Imam Munawari mengandung dua segi, yaitu :
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, hlm. 874 2 Imam Munawir, Asas – Asas Kepemimpinan Islam, Surabaya : Usaha Nasional, 1992,
(41)
1) Pemimpin formal, yaitu orang yang secara resmi diangkat dalam jabatan kepemimpinannya, teratur dalam organisasi secara hirachi,
tergambar dalam suatu bagan yang tergantung dalam tiap–tiap
kantor. Kepemimpinan formal ini lazimnya lebih dikenal dengan istilah “kepala“.
2) Pemimpin Informal, yaitu kepemimpinan ini tidak mempunyai
dasar pengangkatan resmi, tidak nyata terlihat dalam hirarchi organisasi, juga tidak terlihat dalam gambar bagan.
Kepemimpinan juga sebagai salah satu fungsi manajamen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi,
kepemimpinan seolah–olah dipaksa untuk menghadapi berbagai macam
faktor seperti struktur atau tatanan, koalisi, kekuasaan, dan kondisi lingkungan organisasi. Sebaliknya kepemimpinan dapat dengan mudah menjadi satu alat penyelesaian yang sangat luar biasa terhadap persoalan yang sedang menimpa suatu organisasi tersebut saat oerganisasi itu berada
dalam pimpinanya.3
Kepemimpinan secara luas meliputi proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya. Selain itu juga memengaruhi interprestasi mengenai peristiwa–
peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas–aktivitas untuk
mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok,
(42)
perolehan dukungan dan kerja sama dari orang–orang diluar kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan memengaruhi orang. Kepemimpianan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas, dan bujukan.
Didalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti wakil. Pemakaian kata khalifah setelah Rasulullah SAW wafat
menyetuh juga maksud yang terkandung didalam perkataan “amir“ (yang
jamaknya umara) atau pengusaha. Oleh karena itu, kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia disebut pemimpin formal. Namun, jika merujuk kepada
firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 30 yang berbunyi :4
Artinya : (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi. Mereka berkata : “ mengapa Engkau hendak menjadikan (
(43)
khalifah ) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senanstiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau? “ Tuhan berfirman: “ sesungguhnya Aku mengetahui apa yamg tidak kamu ketahui “. (QS Al – Baqarah (2) : 30 )
Selain kata khalifah disebut juga kata Ulil Amri yang satu akar
dengan kata amir sebagaimana disebut diatas. Kata Ulil Amri berarti pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam, sebagaiamana firman Allah
SWT dalam surah Al–Nisa (4) ayat 59:
Artinya : Hai orang – orang yang beriman ta’atilah Allah dan
ta’atilah Rasul–Nya dan ulil amri diantara kamu. (QS Al–Nisa (4) : 59) Kepemimpinan selalu melibatkan orang lain, oleh karenanya dapat dikatakan bahwa dimana ada pemimpin maka disana ada pengikut yang harus dapat mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan harus mampu memperlihatkan kepemimpinannya.
Kemampuan mempengaruhi orang lain merupakan inti dari
kepemimpinan. Untuk dapat mempengaruhin orang lain, pemimpin perlu mengetahui beberapa strategi antara lain :
a. Mengunakan fakta dan data untuk mengemukakan argument dan alasan
yang logis;
(44)
c. Memobilisasi atau menaktifkan orang lain untuk melaksanakan pekerjaan;
d. Melakukan negoisasi
e. Menggunakan pendekatan langsung dan seandainya terpaksa
menggunakan paksaan;
f. Memperoleh dukungan dari atasan atau orang yang memiliki kedudukan
lebih tinggi dalam organisasi;
g. Memberikan sanksi dan hukuman terhadap perilaku yang menyimpang;
Setiap kepemimpinan selalu menggunakan power atau kekuatan. Kekuatan yang dumaksud dalam hal ini adalah kemampuan seseorang
dalam mempengaruhi orang lain.5 Kemampuan pemimpin untuk membina
hubungan baik, berkomunikasi dan berinteraksi dengan para bawahan dan seluruh elemen perusahaan. Kemampuan adalah persyaratan mutlak bagi seorang pemimpin dalam membina komunikasi untuk menjalankan perusahaan sehingga akan terjadi kesatuan pemahaman.
Selain itu dengan kemampuan kepemimpinan akan memungkinkan seseorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya agar mereka mau menjalankan segala tugas dan tanggung jawab dengan jujur, amanah,
ikhlas, dan profesional. 6
Al–Qur’an mengajarkan bagaiamana menjalani kehidupan ini dengan baik sehingga akan menciptakan suasana yang aman dan tentram. Di samping itu juga selalu mengingatkan kepada kaum muslim untuk selalu meningkatkan ketaqwaan serta kepedulian kepada lingkungannya dan menjunjung tinggi persamaan derajat yang tidak hanya sesama kaum muslim saja, tetapi juga kaum non muslim. Karena pada hakikatnya
5 Panji Anoraga, Manajamen Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 182
6 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajamen Syari’ah Sebuah Kajian Histori dan
(45)
manusia itu adalah makhluk Allah SWT yang harus senantiasa hidup berdampingan, begitu juga terhadap alam, hewan dan tumbuhan haruslah tercipta keharmonisan satu sama lain.
Pada peradaban sejarah islam telah mengalami pasang surut pada sistem kepemimpinannya. Hal ini dikarenakan kurangnya pemhaman pimpinannya terhadap masa depan mengenai bagaimana mengatur strategi dalam memanfaatkan potesi yang dimiliki oleh umat dalam segala posisi kehidupan untuk menentukan langkah sejarah. Untuk itu kepemimpinan sangatlah memprngaruhi bagi kesejahteraan umat, apakah akan mencapai suatu kejayaan atau bahkan suatu kemunduran. Karena bukan rahasia
umum lagi bahwa Islam pernah mencapai suatu kejayaan ketiaka abad–
abad perkembangan awal Islam.
Kepemimpinan dalam Islam berarti bagaimana ajaran Islam dapat memberikan corak dan arah kepeda pimpinan itu, dan dengan kepemimpinannya mampu merubah pandangan atau sikap mental yang selama ini hingga, menghambat dan menghidap pada sekelompok
masyarakat maupun perorangan.7
Didalam Islam seorang yang memjadi pemimpin haruslah memenuhi enam (6) persyaratan, yaitu :
1. Mempunyai kekuatan, kekuatan yang dimaksud disini adalah kemampuan
dan kapasitas serta kecerdasan dalam menunaikan tugas–tugas.
2. Amanah, yakni kejujuran, dan control yang baik.
3. Adanya kepekaan nurani yang dengannya diukur hak–hak yang ada.
4. Profesional, hendaklah dia menunaikan kewajiban–kewajiban yang
dibebankan padanya dengan tekun dan profesional.
(46)
5. Tidak mengambil kesempatan dari posisi atau jabatan yang sedang didudukinya.
6. Menempatkan orang yang paling cocok dan pantas pada satu–satu jabatan.8
Di samping merupakan sosok pemimpin dalam agama, Nabi Muhammad SAW juga seorang pemimpin Negara, yaitu setalah Rasuluallah hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tenaga inti yang sudah terlatih dan terseleksi, yaitu kaum Muhajirin, dibantu oleh kaum Anshar, maka dalam masa kurang 10 tahun, satu masa yang relative pendek, Rasuluallah telah berhasil membangun satu pemerintah Islam, daulah
islamiyah, yang lengkap memnuhi unsur–unsur yang diperlukan dalam
membangun dan mengembangkannya.
Segala bidang kehidupan, Rasulullah melaksankan essensi dari pokok-pokok kehidupan suatu negara dan umat, yang dalam kehidupan demokrasi beberapa abad kemudian terkenal dengan istilah: kemerdekaan,
persamaan dan persaudaraan(liberte, egalite, fraternite). Ajaran Islam
memberikan hak–hak kemerdekaan kepada pemeluknya yang menjadi
warga negara daulah islamiyah yang baru dibangun pada masa itu. Kemerdekaan berpikir dan kemerdekaan melahirkan pendapat dalam pemerintahan senantiasa dikembangkan oleh negarawan yang bernama
Muhammad.9
Sesungguhnya suksesnya kepemimpinya Nabi Muhammad SAW
tidak terlepas dari tiga hal, yaitu pemimpin yang holistic, accepted, dan
8
Http://Mukhlis – Aminullah.Blogspot.com/2015/12/Ciri – Ciri – Pemimpin-Dalam - Islam
9 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gadjah Mada University
(47)
proven. Kepemimpinan holistic Nabi Muhammad SAW terlihat dari
strategi pertahanan yang diterapkan dalam masyarakat maupun peperangan. Hampir semua peperangan yang beliau pimpin selalu menang. Keamanan
masyarakat juga diutamakan. Warga masyarakat benar–benar mendapat
perlindungan tanpa melihat apakah itu muslim maupun non muslim.
Kemudian beliau adalah pemimpin yang accepted, yaitu seorang
pemimpin yang diterima dan diakui oleh masyarakatnya. Bahkan, kepemimpinan beliau masih diterima sampai saat ini. Terlepas dari wahyu yang disampaikan, akhlak beliau juga patut diterima dan dijadikan suri tauladan.
Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang proven. Figur
pemimpin yang terbukti telah membawa perubahan bagi masyarakat.
Kepemimpinan yang selalu berorientasi pada bukti riil, tidak sekadar katas–
kata persuasif dan pemimpin yang berorientasi kedepan.10
Beliau memulai mengembangkan kepemimpinannya berawal dari dirinya sendiri terlebih dahulu. Selain itu semangat kepemimpinan bisnis dan wirausaha yang ditujukan semasa masih muda sangat menakjubkan, dimana kegaitan bisnis yang dilakukan hamper tidak pernah mengalami kerugian. Semua itu tidak terlepas dari kepribadian beliau yang tekun, jujur, dan bersahaja.
Nilai penting yang dapat dipahami dari pemaparan yang diatas berkaitan dengan kepemimpinan dalam Islam adalah bahwa kepemimpinan
(48)
yang paling ideal adalah sosok Nabi Muhammad SAW pigur yang
demikian inilah yang sepatutnya menjadi tauladan bagi orang – orang yang
memegang jabatan. Tiga kunci sukses menteladani kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yaitu pertama pemimpin harus memiliki strategi yang berorientasi pada pencapaian tujuan baik dalam kondisi peperangan maupun dalam kehidupan bermasyarakat, kedua pemimpin mesti diterima oleh mayoritas bawahannya dan yang ketiga seorang pemimpin harus memiliki orientasi dan visi pencapaian tujuan jangka panjang dengan bertumpu pada bukti nyata bukan pada slogan.
Ketiga kunci sukses ini akan semakin sempurna jika ditunjang dengan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan karakteristik bawahan atau masyarakat dalam sebuah komunitas sosial. Gaya kepemimpinan mutlak diperlukan dalam upaya meyelaraskan berbagai karakteristik bawahan atau
masyarakat yang jelas – jelas berbeda satu sama lain.
a. Gaya Kepemimpinan
Konsep “pemimpin berasal dari kata asing “leader“ dan “kepemimpinan” dari “leadership“. Pemimpin adalah orang yang paling berorientasi hasil di dunia, dan kepastian dengan hasil ini hanya positif kalau seseorang mengetahui apa yang diinginkanya.
Kepemimpinan atau leadership termasuk kelompok ilmu terapan atau
applied sciences dari ilmu–ilmu sosial, sebab prinsip–prinsip dan rumusan– rumusannya bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan manusia. Sebagai langkah awal untuk mempelajari dan memahami segala sesuatu yang
(49)
berkaitan dengan aspek–aspek kepemimpinan dan permasalahannya, pelu dipahami terlebih dahulu makna atau pengertian dari kepemimpinan melalui
berbagai macam perspektif.11
Berdasarkan penjelasan tentang definisi kepemimpinan tersebut dapatlah ditarik beberapa simpulan, yaitu bahwa :
1) Kepemimpinan meliputi penggunaan pengaruh dan bahwa semua hubungan
dapat melibatkan pimpinan.
2) Kepemimpianan mencakup pentingnya proses komunikasi. Kejelasan dan
keakuratan dari komunikasi mempengaruhi perilaku dan kinerja pengikutnya.
3) Kepemimpinan memfokuskan pada tujuan yang dapat dicapai. Pemimpin
yang efektif harus berhubungan dengan tujuan–tujuan individu, kelompok
dan organisasi.
Kepemimpinan juga merupakan pangkal pertama dan utama penyebab dari adanya kegaitan, proses atau kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap mental dari sekelompok orang lain, baik dalam
hubungan organisasi formal maupuan informal.12
Pendekatan kepemimpinan situasional atau kontingesi lainnya,
model kepememimpinan jalur–tujuan berusaha meramalkan efektivitas
kepemimpinan dalam berbagai situasi. Menurut model yang dikembangkan oleh Robert J. House, pemimpin menjadikan efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan
11 Suwanto, Manajamen SDM, Op. cit hlm.140
12 Aden Widjan dkk, Studi Kepemimpinan Islam, Yogyakarta: Pusat Studi Islam UII,
(50)
kemampuan untuk melaksankan, dan kepuasan pengikutnya. Teori ini
disebut sebagai jalur–tujuan karena memfokuskan pada bagaimana
pemimpin mempengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan
pengembangan diri, dan jalan untuk mencapai tujuan.13
Gambar 2.1: Model Jalur – Tujuan
Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik.
13 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Op. Cit, hlm.14
Karakteristik pribadi bawahan :
- Tempat pengendalian
- Pengalaman - Kemampuan
Faktor perilaku kepemimpinan: - Direktif - Suportif - Partisipatif - Berorientasi
prestasi
Pengikut/bawahan - Persepsi - Motivasi
Perolehan
- Kepuasan - Prestasi
Faktor lingkungan
- Tugas
- Sistem wewenang
(51)
Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.
Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukan, secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya.
Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu yamg mementingkan pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan
kerja sama dan yang mementingkan hasil yang dapat dicapai.14
Menurut firman Allah SWT dalam Surah Al – Maidah (5) ayat: 48
kepemimimpinan tipe ini tidak sesuai dan bahkan sangat dikutuk :
(52)
Artinya : “ Maka hendaklah engkau menghukum menurut perintah (hukum) Allah. Janganlah engkau ikuti hawa nafsu mereka, dengan memungkiri
kebenaran yang engkau terima dari Allah “ (Al – Maidah (5) : 48)
Sedangkan pakar manajamen modern berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang mendukung, tepat adalah suatu gaya yang dapat menyatukan tiga variabel situasional, yaitu hubungan pimpinan dan anggota, struktur tugas, serta posisi kekuasaan sehingga dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan yang terbaik adalah jika posisi kekuasaan itu
moderat.15
Sedangkan pengembangan baru dari teori ini yang dapat dikatakan sebagai kalangan moderat, menggambarkan bahwa ada empat tipe atau
gaya kepemimpinan : (1) mengarahkan, gaya ini sama dengan gaya
otokratis, jadi bawahan mengetahui secara persis apa yang diharapkan dari mereka, (2) pemimpin bersifat ramah terhadap bawahan, (3) berpartisipasi, pemimpin bertanya dan menggunakan saran bawahan, (4) berorientasi
pada tugas, pemimpin menyusun serangkaian tujuan yang menantang
untuk bawahannya.16
Meskipun demikian, diakui bahwa dalam manajamen modern, gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk dikembangkan adalah gaya
15 Ibid. hlm.44 16 Ibid.hlm.44
(53)
kepemimpinan mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan : gaya
dengan orientasi tugas ( task – oriented ) dan gaya dengan orientasi
karyawan ( employee – oriented ). 17 Manajer berorientasi tugas
mengarahkan dan mengawasi bawahannya secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkan. Manajer dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahannya dibangdingkan mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota kelompok untuk
melaksanakan tugas – tugas dengan memberikan kesempatan bawahannya
untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana
persahabatan serta hubungan – hubungan saling mempercayai dan
menghormati dengan para anggota kelompok.18
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa gaya kepemimpinan merupakan perilaku dasar ( karakteristik ) dari seorang pemimpin dalam menggerakan bahawanya, gaya kepemimpinan yang paling ideal adalah gaya kepemimpinan yang bertempu pada tauladan bukan pada perkataan dan perintah.
2. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial
dalam kehidupan kelompok/organisasi masing–masing, yang mengisyaratkan
17 T. Hani Handoko, Manajamen, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta, 1999. Hlm. 299 18 Ibid. hlm. 299
(54)
bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antarindividu di dalam situasi sosial suatu kelompok/organisasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti :
a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan
(direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau
keterlibatan orang–orang yang dipimpin dalam melaksankan tugas–tugas
pokok kelompok/organisasi.19
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu :
a) Fungsi instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksankan perintah.
b) Fungsi konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan
pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang–
(55)
orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
c) Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pimpinan berusaha mengaktifkan
orang–orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil
keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semuanya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
d) Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksankan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti
kepercayaan. Orang–orang penerima delegasi itu harus diyakini
merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
e) Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian
(56)
dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi, dan pengawasan.20
Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktivitas kepemimpinan secara integral. Pelaksanaannya berlangsung sebagai berikut :
a. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja.
b. Pemimpin harus mampu memberikan petunjuk yang jelas.
c. Pemimpin harus berusaha mengembangkan kebebasan berpikir dan
mengeluarkan pendapat.
d. Pemimpin harus mengembangkan kerja sama yang harmonis.
e. Pemimpin harus mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan
masalah sesuai batas tanggung jawab masing–masing.
f. Pemimpin harus berusaha menumbuhkembangkan kemampuan memikul
tanggung jawab masing–masing.
g. Pemimpin harus mendayagunakan pengawasan sebagai alat pengendalian.
Para prinsipnya seorang pemimpin harus mempertanggungjawabkan
semua tindakannya, sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surah Al –
Isra ( 17 ) ayat 36 21
20 Ibid. hlm. 34 - 35 21 Op.cit. hlm.34
(57)
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. (QS Al–Isra (17) : 36)
Menurut Veithzal Rivai (2004 : 96) dalam Suwatno memberikan beberapa contoh tentang fungsi kepemimpinan, yaitu : a) menciptakan visi dan rasa komunitas; b) membantu mengembangkan komitmen dari pada sekedar memenuhinya; c) menginspirasi kepercayaan, mengintegrasikan pandangan yang berlainan; d) mendukung pembicaraan yang cakap melalui dialog; e) membantu menggunakan pengaruh mereka; f) memfasilitasi; g) member semangat pada yang lain; h) menompang tim;
dan i) bertindak sebagai model.22 Fungsi kepemimpinan menurut Aidar
(2008:11) sebagaimana yang dikutip oleh Suwatno(2011) yaitu : (1) Perencanaan, (2) pemrakarsaan, (3) pengendalian, (4) pendukung, (5)
penginformasian, (6) pengevaluasian.23
Seorang pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu menampilkan kedua fungsi tersebut dengan jelas.
1. Fungsi Tugas
Fungsi ini berhubungan dengan sesuatu yang harus dilaksankan untuk
memilih dan mencapai tujuan–tujuan secara rasional, adapun fungsi tugas
seorang pemimpin adalah :
22 Suwatno, Manajamen SDM Dalam Organisasi Publik dan Bisnis, Alfabeta, Bandung,
2011. Hlm.147
23
(1)
Uji F digunakan untuk menguji keberartian (signifikan) hubungan antara tiga variable. Berdasarkan hasil uji dengan spss diperoleh nilai hitung sebesar 12,673 dan nilai signifikan 0,000. Nilai tabel pada alpha 0,05 dan derajat bebas 18 adalah 3,592. Nilai hitung lebih dari nilai tabel dan nilai signifikan kurang dari alpha, artinya hipotesis kedua ( ) diterima atau ada hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawan di BPRS. Hasil uji keberartian pengaruh antara gaya kepemimpinan dan etos kerja dengan motivasi kerja karyawan di BPRS dengan SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.15
Tabel 4.15. Hasil Uji Keberartian Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Etos Kerja dengan Motivasi Kerja Karyawan Di BPRS
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 109.054 2 54.527 12.673 .000a
Residual 73.146 17 4.303
Total 182.200 19
a. Predictors: (Constant), Etos_Kerja, Gaya_Kepemimpinan b. Dependent Variable: Motivasi_Karyawan
4. Pengaruh Antara Gaya Kepemimpinan dan Etos Kerja Terhadap Motivasi Kerja Karyawan di BPRS
Berdasarkan uji korelasi antara gaya kepemimpinan dan etos kerja dengan motivasi kerja karyawan di BPRS dengan bantuan SPSS diperoleh nilai korelasi yang berbeda-beda. Hasil uji korelasi antara gaya kepemimpinan dan etos kerja dengan motivasi kerja karyawan di BPRS dapat dilihat pada Tabel 4.22
(2)
Tabel 4.22. Hasil uji korelasi antara gaya kepemimpinan dan etos kerja dengan motivasi kerja karyawan di BPRS
Hubungan Antara
NILAI KORELASI
TINGKAT KORELASI BPRS BPRS Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi
Kerja 0,708 Kuat
Etos Kerja dengan Motivasi Kerja 0,663 Kuat Gaya Kepemimpinan dan Etos Kerja
dengan Motivasi Kerja 0,774 Kuat
Tabel 4.22 memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara gaya kepemimpinan dan etos kerja dengan motivasi kerja karyawan di BPRS pengaruh. Nilai korelasi di BPRS dapat disimpulkan berpengaruh. Tingkat korelasi di BPRS masuk dalam kategori seluruhnya kuat. Hal ini berpengaruh juga pada hasil uji keberartian, terdapat pengaruh yang berarti antara gaya kepemimpinan dan etos kerja dengan motivasi kerja karyawan di BPRS.
F. Pembahasan
Pengolahan data dapat dilihat pengaruh antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan, pengaruh antara etos kerja dan motivasi kerja karyawan, serta pengaruh antara gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawan di BPRS Lampung. Dari ke tiga pengaruh yang diteliti diperoleh terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan di BPRS, etos kerja dan motivasi kerja karyawan di BPRS Lampung, serta gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawan di BPRS Lampung.
(3)
Beberapa pembahasan dan interpretasi hasil penelitian di atas secara lebih mendalam dikemukakan bahwa kepemimpinan atasan merupakan hal penting karena merupakan kunci utama yang dapat meningkatkannya motivasi kerja karyawan. Begitu juga dengan etos kerja, etos kerja yang baik dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan di BPRS Banadar Lampung. penelitian memiliki pengaruh yang kuat, gaya kepemimpinan dan etos kerja memberikan sumbangsih yang sangat signifikan untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan di BPRS Lampung.
Oleh karenanya sebaiknya kepemimpinan yang ditetapkan harus mampu menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja untuk mencapai sasaran yang maksimal. Pelaksanaan kepemimpinan cenderung dapat menumbuhkan kepercayaan, partisipasi loyalitas dan motivasi internal para karyawannya dengan cara yang persuasive. Hal tersebut dapat diperoleh melalui kecakapan, kemampuan dalam mempengaruhi karyawannya agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Tinggi rendahnya motivasi kerja karyawan sangat ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan. Pemimpin perlu tidak hanya memusatkan perhatian pada kegiatan atau pekerjaan karyawannya, melainkan juga pada masalah-masalah yang dihadapi oleh karyawannya. Jadi, faktor gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh positif terhadap tinggi rendahnya motivasi kerja karyawan yang dipimpinnya.
Kendati karyawannya memiliki kecerdasan dan kemampuan, akan tetapi kalau tidak didukung oleh kepemimpinan atasan yang baik atau efektif, maka
(4)
mutu dan motivasi kerja dari berbagai hasil pelaksanaan tugas tersebut di atas akan rendah, atau paling tidak terhambat. Jadi, untuk mencapai motivasi kerja yang tinggi atau dapat melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya diperlukan dukungan kepemimpinan. Tinggi rendahnya motivasi kerja karyawannya ikut ditentukan oleh etos kerja yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Sehingga motivasi kerja tersebut muncul dengan adanya keinginan berkompetisi, adanya usaha untuk mencapai tujuan, keinginan berprestasi, dan adanya keinginan untuk maju.
Karyawan yang memiliki etos kerja yang tinggi cenderung akan bekerja semaksimal mungkin dan termotivasi untuk lebih baik. Sebaliknya, pegawai yang beretos kerja rendah akan cenderung untuk bekerja yang sekedarnya saja dengan kata lain memiliki motivasi kerja rendah.
Berdasarkan uraian di atas diduga terdapat pengaruh yang positif dari gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawan khususnya di BPRS Lampung. Dengan perkataan lain makin baik gaya kepemimpinan dan etos kerja maka makin tinggi motivasi kerja karyawannya.
Korelasi antara gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawannya menunjukkan kebermaknannya. Melalui korelasi berganda, hasil analisis ini memberikan petunjuk bahwa gaya kepemimpinan dan etos kerja merupakan salah satu faktor utama yang berkonstribusi terhadap motivasi kerja karyawan. Dapat diinterpretasikan bahwa baiknya gaya kepemimpinan dan peningkatan etos kerja akan memberikan konstribusi yang berarti terhadap motivasi kerja karyawan.
(5)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap di BPRS diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai korealsi antara gaya kepemimpina dan motivasi kerja karyawan di BPRS sebesar 0,708 dengan kategori pengaruh yang kuat. Nilai t hitung 4,254 lebih besar dari t tabel 2,101 sehingga Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan. 2. Nilai korelasi antara etos kerja dengan motivasi kerja karyawan di BPRS
sebesar 0,663 dengan kategori kuat. Nilai t hitung 3,760 lebih besar dari t tabel 2,101 sehingga Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan antara etos kerja dengan motivasi kerja karyawan.
3. Nilai korelasi antara gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawan di BPRS sebesar 0,774 dengan kategori kuat. Nilai F hitung 12,673 lebih besar dari F tabel 3,592 sehingga Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan dan etos kerja terhadap motivasi kerja karyawan di BPRS.
(6)
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka diusulkan implikasi sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan atasan pada BPRS perlu menyentuh pada peningkatan motivasi kerja karyawannya.
2. kepemimpinan atasan harus mampu membangkitkan motivasi kerja karyawannya misalnya dengan cara memberikan bimbingan dan pengarahan tentang pelaksanaan tugas yang menjadi tugas pokoknya, memberikan tanggung jawab penuh kepada karyawannya untuk melaksanakan tugas, memberikan pengakuan kapada karyawan yang menunjukkan kinerja tinggi dalam malaksanakan tugas.