FAKTOR DITERMINAN MUTU MADRASAH ALIYAH : Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala, Kinerja Komite, Budaya Mutu, Kinerja Mengajar Guru, terhadap Mutu Madrasah Aliyah Swasta Terakreditasi B se-Kabupaten Bandung.
FAKTOR DETERMINAN MUTU MADRASAH ALIYAH
(Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala, Kinerja Komite, Budaya Mutu, dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Mutu Madrasah Aliyah Swasta Terakreditasi B
Se-Kabupaten Bandung)
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
O l e h :
H. ACENG KURNIAWAN
NIM 0800782
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
==========================================================
FAKTOR DETERMINAN MUTU MADRASAH ALIYAH (Studi
Tentang Pengaruh Kinerja Kepala, Kinerja Komite, Budaya
Mutu, dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Mutu Madrasah
Aliyah Swasta Terakreditasi B Se-Kabupaten Bandung
Oleh Aceng Kurniawan
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Aceng Kurniawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI
Promotor Merangkap Ketua.
Prof. H. Udin Saefudin Sa’ud, Ph.D
Kopromotor Merangkap Sekretaris,
Prof. Dr. H. Akdon, M.Pd
Anggota,
Dr. H. Endang Herawan, M.Pd
Diketahui Oleh :
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. H. Udin Saefudin Sa’ud, Ph.D NIP. 195306121981031003
(4)
ABSTRAK
Aceng Kurniawan, M.M.Pd (2014). FAKTOR DITERMINAN MUTU MADRASAH ALIYAH (Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala, Kinerja Komite, Budaya Mutu, Kinerja Mengajar Guru, terhadap Mutu Madrasah Aliyah Swasta Terakreditasi B se-Kabupaten Bandung).
Madrasah aliyah adalah salah satu lembaga pendidikan yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Banyaknya pendirian madrasah sebagai akibat dari kepedulian masyarakat terhadap pendidikan harus disertai dengan peningkatan mutu. Pada kenyataannya mutu madrasah belum mampu bersaing dengan sekolah umum dalam melanjutakan pendidikan ke perguruan tinggi negeri maupun penyerapan oleh dunia usaha dan dunia industri.
Rumusan masalah penelitian meliputi (1) pengaruh kinerja kepala terhadap kinerja komite, (2) pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap kinerja guru, (3) pengaruh kinerja komite madrasah terhadap kinerja guru, (4) pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru, (5) pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite, dan budaya mutu terhadap kinerja guru, (6) pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap mutu, (7) pengaruh kinerja komite terhadap mutu, (8) pengaruh budaya mutu terhadap mutu madrasah, (9) pengaruh kinerja guru terhadap mutu, (10) pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru secara bersama-sama terhadap mutu madrasah aliyah swasta terakreditasi di Kabupaten Bandung.
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keterpengaruhan antara kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu madrasah, dan kinerja mengajar guru terhadap mutu pendidikan.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metoda survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data adalah melalui angket yang disebar secara acak (random). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 orang guru yang tersebar di 30 madrasah aliyah swasta terakreditas B se Kabupaten Bandung. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk analisis variabel adalah
Weighted Means Scored (WMS) dan untuk analisis korelasi antar variabel adalah
analisis jalur (path analysis).
Kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu madrasah, dan kinerja mengajar guru terhadap mutu pendidikan memiliki pengaruh yang positif. Artinya masing masing variabel mempengaruhi terhadap mutu madrasah.
Yang perlu ditingkatkan pada kinerja kepala madrasah adalah kemampuan mengerahkan sumber daya, pada masalah kinerja komite madrasah adalah fungsi pengontrol (Controlling Agency), pada budaya mutu madrasah yang perlu ditingkatkan terdapat pada nilai-nilai primer, kinerja mengajar guru pada kemampuan mengelola kelas dan mengembangkan potensi siswa. Di samping itu madrasah perlu menganalisis kembali visi, misi serta tujuan pendidikan untuk meningkatkan mutu madrasah.
(5)
ABSTRACT
Aceng Kurniawan (2014). DITERMINAN FACTOR OF MADRASAH ALIYAH QUALITY (Study of Effect of Principal Performance, Committee Performance, Quality Culture, and Teaching Performance, on the Quality of B Accredited grade Private Madrasah Aliyah in Bandung District).
Madrasah Aliyah is one of the educational institutions that are the means to achieve national education goals. The madrasah establishment as a result of public awareness of education must be accompanied by an increase in quality. In fact the madrasah quality has not been able to compete with the public schools in continuing education to public universities as well as absorption by the business and industrial world.
Formulation of research problems include (1) the effect of the Principal Performance on Performance of Committee, (2) the effect of principals performance against the performance of teaching, (3) the effect of comitee performance on teaching performance, (4) cultural effect on the quality of teaching performance, (5) the effect of principals performance, the performance of the committee, and cultural quality of the teaching performance, (6) the effect of principal performance on the madrasah quality , (7) the effect of the committee performance on the quality, (8) the effect of quality culture to quality, (9) the effect of teaching performance on the quality, (10) the effect of the principals performance, committee performance, quality culture, teaching performance together on the quality of accredited private madrasah aliyah in Bandung.
The main objective of this research was to determine the effect of the rincipal performance, committee performance, quality culture, and the teaching performance on madrasah quality.
The research method used was a survey method with a quantitative approach. Techniques of data collection is through a questionnaire distributed at random. The samples in this study were 90 teachers spread over 30 accredited Grade B of private Madrasah Aliyah in Bandung District. Data analysis techniques used for the analysis variable is Weighted Means Scored (WMS) and for the analysis of the correlation between variables is path analysis (path analysis).
Performance headmaster, committee performance, quality culture, teaching performance of teachers and the quality of education has a positive influence. This means that each variable affects the madrasah .
That need to be improved on the madrasah principal performance is the ability to deploy resources, the performance problem is the committee function controller (Controlling Agency), the madrasah quality culture that needs to be improved are the primary values, the performance of teachers teaching in the classroom and develop the ability to manage potential students. In addition madrasah need to re-analyze the vision, mission and education objectives to improve the madrasah quality.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMAKASIH ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah ... 7
2. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Struktur Organisasi Disertasi ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEM IKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Konsep Sekolah Bermutu Dalam Kontek Administrasi Pendidikan ... 13
B. Mutu Madrasah Aliyah 1. Konsep Mutu ... 24
2. Proses Penjaminan Mutu ... 29
3. Standar dan Indikator Mutu ... 30
4. Mutu Madrasah Aliyah ... 30
5. Kinerja Kepala Madrasah a. Konsep Kinerja ... 38
b. Indikator Kinerja Kepala Madrasah ... 40
c. Penilaian Kinerja Kepala Madrasah ... 42
6. Kinerja Komite Madrasah a. Definisi Kinerja Komite Madrasah ... 46
b. Bentuk Partisipasi Masyarakat Sebagai Dasar Pengukuran ... 49
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Komite Madrasah ... 54
7. Budaya Mutu Madrasah ... 57
a. Fungsi Budaya Mutu ... 60
b. Sumber Budaya Mutu ... 62
c. Proses Pembentukan Budaya Mutu ... 63
d. Sosialisasi Budaya Mutu ... 67
(7)
8. Kinerja Mengajar Guru
a. Pengertian Kinerja Mengajar Guru ... 76
b. Guru Sebagai Profesi ... 84
c. Dimensi Kinerja Mengajar Guru ... 91
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru ... 94
e. Penilaian Kinerja Guru ... 96
f. Langkah-Langkah Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru ... 102
9. Kerangka Pemikiran ... 107
10.Hipotesis ... 112
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 114
1. Lokasi Penelitian ... 2. Subjek Penelitian a. Populasi ... 114
b. Sampel ... 115
B. Desain Penelitian ... 116
C. Metode Penelitian ... 116
D. Definisi Operasional 1. Kinerja Kepala Madrasah ... 118
2. Kinerja Komite Madrasah ... 119
3. Budaya Mutu ... 120
4. Kinerja Mengajar Guru ... 121
5. Mutu Madrasah... 122
E. Instrumen Penelitian ... 123
F. Uji Kehandalan Instrumen 1. Uji Validitas ... 127
2. Uji Reliabilitas ... 129
G. Teknik Pengumpulan Data ... 135
H. Analisis Data ... 135
1. Analisis Variabel ... 135
2. Uji Persyaratan Pengolahan Data ... 137
3. Teknik Pengolahan Data Untuk Menguji Hipotesis ... 137
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Variabel a. Kinerja Kepala Madrasah Aliyah ... 146
b. Kinerja Komite Madrasah ... 147
c. Budaya Mutu Madrasah ... 149
d. Kinerja Mengajar Guru ... 150
e. Mutu Madrasah Aliyah ... 152
2. Analisis Korelasi a. Uji Normalitas Data... 153
b. Uji Linieritas ... 155
(8)
B. Pembahasan
1. Kinerja Kepala Madrasah ... 180
2. Kinerja Komite Madrasah ... 181
3. Budaya Mutu ... 182
4. Kinerja Mengajar Guru ... 183
C. Pola Pengembangan Mutu Madrasah Aliyah ... 1. Rasionalitas ... 184
2. Tujuan ... 186
3. Asumsi-Asumsi ... 187
4. Struktur dan Substansi Strategi Alternatif ... 189
5. Strategi Implementasi ... 191
6. Tahapan Kerja Implementasi Strategi ... 195
7. Indikator Kinerja ... 197
8. Evaluasi ... 198
9. Gambar Pola Pengembangan ... 198
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 203
B. Rekomendasi ... 206
DAFTAR PUSTAKA ... 208 LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ...
(9)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3.1. Sampel Penelitian ... 115
3.2. Kisi-kisi Penelitian ... 124
3.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Kepala ... 130
3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Komite ... 131
3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas Budaya Mutu ... 132
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Mengajar Guru ... 133
3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Mutu Madrasah ... 134
3.8. Kriteria Skor Rerata Variabel ... 137
4.1. Persamaan Struktur Pengaruh ... 143
4.2. Deskripsi Kinerja Kepala ... 146
4.3. Deskripsi Kinerja Komite ... 148
4.4. Deskripsi Budaya Mutu ... 149
4.5. Deskripsi Kinerja Mengajar Guru ... 151
4.6. Deskripsi Mutu Madrasah Aliyah ... 152
4.7. Uji Normalitas ... 153
4.8. Uji Linearitas Kinerja Kepala Aliyah Terhadap Mutu Madrasah ... 155
4.9. Uji Linearitas Kinerja Komite Aliyah Terhadap Mutu Madrasah ... 155
4.10. Uji Linearitas Budaya Mutu Terhadap Mutu Madrasah ... 156
4.11. Uji Linearitas Kinerja Mengajar Guru Terhadap Mutu Madrasah ... 156
4.12. Koefisien Korelasi Antar Variabel Penelitian ... 157
4.13. Koefisien Regresi X1, X2, X3, X,4 danY ... 157
4.14. Koefisien Regresi Linear X1, X2, X3, X,4 dan Y ... 158
4.15. Persamaan Jalur Pengaruh ... 160
4.16. Proses Perhitungan Kesatu Besarnya Koefisien Jalur ... 161
(10)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Esensi Dimensi Administrasi Pendidikan ... 14
2.2. Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan ... 15
2.3. Fungsi Budaya Organisasi ... 62
2.4. Proses Pembentukan Budaya Organisasi ... 66
2.5. Kerangka Pemikiran ... 112
3.1. Hipotetik Penelitian ... 140
3.2. Peta Korelasi Antar Variabel ... 141
4.1. Peta Proses Analisi Jalur Variabel ... 160
4.2. Bagan Pengaruh Antar Variabel ... 180
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Surat Keputusan Pembimbing Disertasi .. ... Permohinan Ijin Observasi/Penelitian ... Desain Angket Penelitian Variabel X1 ... Pertanyaan Penelitian Variabel X1 ... Tabel Deskripsi Variabel X1 ... Sekoring Variabel X1 ... Desain Angket Penelitian Variabel X2 ... Pertanyaan Penelitian Variabel X2 ... Tabel Deskripsi Variabel X2 ... Sekoring Variabel X2 ... Desain Angket Penelitian Variabel X3 ... Pertanyaan Penelitian Variabel X3 ... Tabel Deskripsi Variabel X3 ... Sekoring Variabel X3 ... Desain Angket Penelitian Variabel X4 ... Pertanyaan Penelitian Variabel X4 ... Tabel Deskripsi Variabel X4 ... Sekoring Variabel X4 ... Desain Angket Penelitian Variabel Y... Pertanyaan Penelitian Variabel Y ... Tabel Deskripsi Variabel Y ... Sekoring Variabel Y ... Proses Perhitungan Korelasi dan Path Analysis ... Biodata Penulis ...
208 210 211 215 217 218 219 223 225 226 227 229 231 232 233 236 238 239 240 245 248 249 250 354
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Sistem pendirian Madrasah aliyah sawasta (MA) memiliki banyak kekhasan, mulai dari awal mula pendirian, latar belakang pendirian, maupun karakteristik masyarakat yang mendirikannya. Kabupaten Bandung sebagai salah satu kabupaten dengan penduduk muslim terbanyak, tak luput dari kekhasan pendirian madrasah tersebut. Animo masyarakat untuk ikut andil membangun karakter bangsa memlalui jalur pendidikan formal memungkinkan madrasah aliyah sawasta memiliki pertumbuhan yang sangat pesat. Latar belakang pendirian ini diantaranya karena organisasi masa Islam, desakan anggota masyarakat yang memiliki kemampuan di bidang pendidikan, lulus dari perguruan tinggi Islam atau pesantren misalnya, serta kepedulian tokoh masyarakat terhadap kondisi akhlak masyarakat di sekitar mereka. Namun demikian kemajuan yang sangat pesat dari segi kuantitas yang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitasnya sehingga kondisi MA menjadi tidak sehat. Faktor penyebab rendahnya kualitas madrasah aliyah sawasta selain kinerja pimpinan yaitu kepala madrasah juga kinerja guru. Menurut Balitbang Depdiknas. guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SMAN /MAN 65,29%. Guru SMA Swasta /MA 64,73%. Guru SMKN 58,26%. SMK swasta 55,26%. (htt://.www.psb-psma.org /control/blog/sertifikasi-guru. 2009). Hal ini mempengaruhi terhadap kualitas hasil belajar siswa. Hasil ujian nasional madrasah aliyah swasta tahun 2013/2014 tingkat Kabupaten Bandung
(13)
adalah hanya 4,58, jauh jika dibandingkan dengan SMA sebesar 5,67.
Selain itu lemahnya kualitas madrasah aliyah sawasta ditenggarai juga indikator jumlah siswanya. Hal ini diantaranya disebabkan oleh banyaknya SMA dan SMK yang membuka jurusan yang lebih menarik dan menjanjikan. Di sisi lain menurunnya kualitas madrasah aliyah sawasta terutama di Kabupaten Bandung adalah adalah disebabkan karena (1) hilangnya idealisme di kalangan madrasah aliyah sawasta, sehingga yang tersisa komersialisasi, (2) tidak tegasnya pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dalam menerapkan kebijakan pendidikan, diantaranya adalah keterlambatan penerapan peraturan menteri pendidikan nasional sekarang pendidikan dan kebudayaan, (3) biaya pendidikan yang dibuat demikian rendah untuk tujuan menarik lebih banyak siswa.
Selain itu terdapat suatu gejala yang terjadi pada madrasah yang ada di Indonesia, yaitu penurunan jumlah minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya pada madrasah aliyah sawasta. Penurunan ini terjadi karena rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada madrasah aliyah sawasta di Indonesia. Tingginya biaya pendidikan jika dikaitkan dengan pendapatan perkapita masyarakat dan tidak adanya jaminan diterimanya di dunia kerja menjadi faktor pendorong masyarakat untuk tidak menyekolahkan anaknya pada madrasah aliyah sawasta. Penurunan jumlah minat masyarakat pada madrasah aliyah sawasta terjadi pula karena lulusan dari madrasah terutama madrasah aliyah sawasta hanya bisa melanjutkan ke perguruan tinggi yang berlabel Islam seperti UIN, IAIN dan PTAIS lainnya.
(14)
Penyebab masalah tersebut salah satunya adalah kinerja kepala madrasah yang rendah karena ada sebagian kepala madrasah yang diangkat bukan karena keprofesionalan dan pengalamannya melainkan karena kedekatan dengan pihak atasan, atau dari kalangan keluarga pemilik yayasan yang kurang kompeten dalam mengelola madrasah. Sehingga dalam pelaksanaan pengelolaan madrasah dan hasil yang diperoleh kurang memuaskan.
Selain kinerja kepala madrasah yang dapat mempengaruhi mutu madrasah adalah kinerja komite madrasah. Terutama madrasah aliyah sawasta swasta yang mengibarkan suatu sekte ke-Islaman tertentu kurang mendapat dukungan dari masyarakat umumnya hanya mendapat dukungan dari kelompok sekte yang bersangkutan sehingga produktivitas madrasahnya kurang berjalan secara maksimal.
Selain hal tersebut penyebab lainnya adalah kebiasaan-kebiasaan yang tampak dan terlihat oleh siswa adanya guru MA yang mengutamakan bekerja di madrasah aliyah sawasta lain daripada di tempat tugas utamanya.
Kaitannya dengan relevansi lulusan madrasah aliyah sawasta dalam dunia kerja, Majalah Tempo pada tahun 2010 telah melakukan survei kepada Industri pengguna lulusan. Hasilnya adalah sekolah umum masih mendominasi terhadap relevansi lulusan yang dihasilkan, walaupun beberapa madrasah aliyah sawasta mulai muncul dan bahkan beberapa diantaranya dapat menggungguli madrasah aliyah sawasta. Tetapi pada sisi lain kualitas madrasah aliyah sawasta sekarang makin menurun. Hal ini memiliki imbas bagi madrasah aliyah sawasta tersebut yaitu: (1) turunnya minat bersekolah di madrasah aliyah sawasta, (2)
(15)
ketidakpercayaan kepada madrasah aliyah sawasta dalam menciptakan tenaga kerja; (3) rendahnya minat memasuki pendidikan bernuansa Islam. Madrasah aliyah sawasta agama merupakan salah satu wadah yang memiliki tanggung-jawab dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun bagaimana bisa menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, bila madrasah aliyah sawasta tersebut tidak memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan sekolah menengah atas lainnya baik di dalam maupun di luar negeri.
Kualitas dan relevansi lulusan madrasah aliyah sawasta, masih menjadi faktor utama lemahnya daya saing bangsa di kancah perdagangan bebas. Terpuruknya ekonomi bangsa ini, disebabkan oleh rendahnya mutu sumber daya manusia (SDM) yang mengelola sumber ekonomi. SDM merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas yang memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global. Menurut Damanhuri (2003 : 18), dalam kaitan ini ada dua hal penting tentang kondisi SDM Indonesia, yaitu:
Pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment). Pengangguran terbuka kini berjumlah 12,8 juta dan jumlah pengangguran dari madrasah aliyah sawasta adalah 1,1 juta (Fadel Muhammad, 2011 : 14). Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 %.
Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor.
(16)
Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness
Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di
bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40). Masih rendahnya kemampuan madrasah aliyah sawasta dalam menghasilkan keluaran sumber daya manusia yang berkualitas berawal pada kondisi madrasah aliyah sawasta yang tidak memiliki kemampuan dalam memformulasi kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, peran pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan yang terintegrasi untuk terciptanya link and match antara madrasah aliyah sawasta dengan dunia usaha belum sepenuhnya dijalankan. Data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Kompas, 6 Februari 2008) menjelaskan:
Jumlah orang yang menganggur lulusan SLTA melonjak drastis dari 2006 hingga sekarang 12 juta orang ditambah dengan penganggur yang memegang gelar diploma I, II dan III yang menganggur berdasarkan pendataan tahun 2007 lebih dari 740.000 orang dan pada tahun 2011 adalah 1.1 juta.
Angka pengangguran tahun 2012 diperkirakan masih akan tinggi, berkisar antara 8-10%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 yang diproyeksikan sebesar 5 persen, dinilai tidak akan cukup untuk menyerap seluruh tenaga kerja yang memasuki usia kerja (Jakarta, 2 Agustus 2010). Kondisi ini jelas telah terjadi
mismatch atau ketidaksesuaian antara lulusan madrasah aliyah sawasta dan
kualifikasi yang dibutuhkan sektor industri dan jasa.
Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian tentang mutu kinerja madrasah aliyah sawasta diantaranya; Cyert (2003, 175), yang menyatakan terdapat tiga aspek yang memiliki pengaruh pada mutu kinerja madrasah aliyah
(17)
sawasta, yaitu:”(1) pendidikan; (2) riset dan (3) perilaku internal manajemen”. Selain itu, Elmuti et.at (2005 : 56) menyatakan bahwa,” daya saing madrasah aliyah sawasta dapat ditingkatkan melalui strategi aliansi antara madrasah aliyah sawasta dengan perusahaan”. Hal yang sama seperti yang diungkapan oleh Lindelof dan Lofsten (2004 : 25) yang menyatakan: “Kerja sama antara perusahaan dengan madrasah aliyah sawasta melalui konsep New Technology
Based Firms (NTBF) akan mampu memberikan daya saing bagi keduanya”. Sedangkan Ham dan Hayduk (2003 : 204) menyatakan bahwa,” daya saing madrasah aliyah dapat dilakukan melalui penekanan gap antara harapan dan persepsi atas kualitas pelayanan”.
Beberapa madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung mengalami hal yang serupa yaitu:
(1) turunnya minat bersekolah di madrasah aliyah sawasta, (2) ketidakpercayaan kepada madrasah aliyah sawasta dalam menciptakan tenaga kerja ; (3) rendahnya minat memasuki pendidikan tinggi agama Islam; dan (4) kecenderungan pendidikan tinggi umum membuka program instan dan non eksakta (Fadjar, A.M., 2008: 204).
Untuk itu madrasah aliyah sawasta harus meningkatkan mutu kinerjanya dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan kinerja pimpinan yang efektif, efisien dan produktif, budaya mutu yang baik, kinerja komite madrasah, serta sistem kinerja guru yang baik maka akan terciptalah produktivitas untuk madrasah aliyah sawasta yang bersangkutan.
Sehingga dalam penelitian ini mengkaji pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite, budaya mutu dan kinerja guru terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.
(18)
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapi madrasah aliyah sawasta sebagaimana telah dikemukakan dalam latar belakang masalah dirasakan oleh hampir semua madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung belum bisa memenuhi tuntutan kualitas dan relevansi jika dibandingkan dengan sekolah umum lainnya. Pendidikan di madrasah aliyah sawasta lebih ditekankan pada pendidikan agama yang mampu menghasilkan lulusan lebih siap kerja sekaligus juga tetap menjaga nilai- nilai agama.
Untuk mendorong arah pendidikan yang memberikan keseimbangan antara ilmu profesionalitas dan agama ini, madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung menerapkan kebijakan misi agama sebagai basis pengembangan ilmu sekaligus basis pembelajarannya. Dalam perkembanganya saat ini, kualitas dan relevansi pendidikan telah menjadi persoalan yang cukup mendasar bagi Madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. Madrasah aliyah sawasta diharapkan selalu mencari kesempurnaan untuk memenuhi kebutuhan
stakeholders serta memberikan kepuasan pada customer yang meliputi siswa,
orang tua, industri, dunia kerja, dan pemerintah. Terkait hal tersebut, Hadiwiratama (2007: 47) mengemukakan sejumlah upaya antara lain: “melakukan
continous improvement, menerapkan quality assurance, serta melakukan technological improvement dan updating”. Sedangkan Muhammad Ali (2009 :
204) memilah beberapa dimensi yang harus diperhatikan keberadaannya demi tercipata madrasah yang bermutu adalah :
(19)
a. Kurikulum/proses belajar mengajar b. Manajemen sekolah
c. Organisasi/kelembagaan sekolah d. Sarana dan prasarana
e. Ketenagaan f. Pembiayaan g. Peserta didik/siswa h. Peran serta masyarakat i. Lingkungan sekolah.
Terkait dengan berbagai persoalan yang dikemukakan di atas, madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung dihadapkan dengan sejumlah permasalahan baik itu masalah eksternal terkait dengan tantangan madrasah aliyah sawasta ataupun masalah internal terkait dengan kondisi pada saat ini:
a. Kinerja kepala madrasah aliyah sawasta secara langsung belum menggambarkan adanya pengembangan mutu kinerja lembaga.
b. Kinerja komite madrasah belum memberikan pengaruh yang maksimal.
c. Budaya mutu yang kodusif dan efektif untuk pengembangan mutu lembaga pada madrasah aliyah sawasta belum tercipta dengan baik.
d. Kinerja guru yang diberikan pihak lembaga belum menyentuh kepada keinginan dan motivasi guru dan stap madrasah aliyah sawasta.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru, dan mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?
(20)
2. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?
3. Bagaimana pengaruh kinerja komite madrasah terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?
4. Bagaimana pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?
5. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite, dan budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung? 6. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap mutu madrasah aliyah
sawasta di Kabupaten Bandung?
7. Bagaimana pengaruh kinerja komite terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?
8. Bagaimana pengaruh budaya mutu terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?
9. Bagaimana pengaruh kinerja guru terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?
10. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru secara bersama-sama terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?
C.Tujuan Penelitian
(21)
1. Menganalisis kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru, dan mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.
2. Menganalisis pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.
3. Menganalisis kinerja komite terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.
4. Menganalisis pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.
5. Menganalisis pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite, dan budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.
6. Menganalisis pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.
7. Menganalisis pengaruh kinerja komite terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.
8. Menganalisis pengaruh budaya mutu terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.
9. Menganalisis pengaruh kinerja guru terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.
10.Menganalisis pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru secara bersama-sama terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.
(22)
11.Menemukan model alternatif pengembangan mutu madrasah aliyah sewasta di Kabupaten Bandung
D.Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada:
1. Keilmuan
Penelitian ini berguna bagi pengembangan dan pengayaan : manajemen mutu, kinerja kepala madrasah, kinerja komite, budaya mutu, kompensasi, dan mutu madrasah aliyah sawasta.
2. Pimpinan pengelola madrasah aliyah sawasta (MA)
Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat berguna: (1) sebagai pedoman dalam proses pengambilan keputusan, menjalankan kebijakan pada tingkat makro maupun mikro dalam rangka pelaksanaan penjaminan mutu pada madrasah aliyah sawasta, (2) sebagai landasan untuk meningkatkan mutu kinerja kepala madrasah, , (3) sebagai pedoman dalam menciptakan budaya mutu yang kondusif untuk menunjang kinerja madrasah aliyah sawasta yang produktif, efektif, dan efisien, (4) sebagai pedoman dalam menyusun skala prioritas program pengembangan kualitas pelayanan pendidikan.
E.Struktur Organisasi Disertasi
Disertasi ini dibuat dalam lima bab yaitu bab satu pendahuluan, bab dua kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis. Bab tiga tentang metode penelitian, bab empat hasil penelitian dan pembahasan, dan bab lima adalah simpulan dan saran.
(23)
Bab satu meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi disertasi.
Bab dua meliputi tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Tinjauan pustaka meliputi mutu madrasah aliyah sawasta, kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, dan budaya mutu madrasah, dan kompensasi.
Pada bab tiga dibahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek penelitian (populasi, teknik sampling,dan sampel), desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, uji kehandalan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data (analisis variabel, uji persyaratan pengolahan data, teknik pengolahan untuk uji hipotesis, analisis korelasi dan uji hipotesis.
Bab empat membahas mengenai mengenai hasil penelitian dan pembahasannya serta model yang diperoleh, serta menyajikan strategi alternatif peningkatan mutu madrasah melalui model yang diajukan.
Bab lima membahas mengenai kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir dari penulisan dicantumkan pula daftar pustaka serta berbagai lampiran yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
(24)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh madrasah aliyah swasta terakreditasi B yang ada di wilayah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dan madrasah aliyah terakreditasi B, adalah untuk memperolah data yang dapat digeneralisasikan mengingat madrasah aliyah terkareditasi B paling banyak dibanding dengan predikat akreditasi A maupun predikat akreditasi C.
2. Subjek Penelitian a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah kepala madrasah, guru, dan komite madrasah aliyah swasta terakreditasi B di Kabupaten Bandung. Pada tahun akademik 2013/2014 banyaknya Madrasah Aliyah Swasta terkareditasi B di Kabupaten Bandung adalah 30 buah. Dengan demikian madrasah aliyah swasta terakreditasi B di Kabupaten Bandung merupakan unit analisis
b. Teknik Sampling
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total
sampling. Menurut Sugiyono (2008 : 45) teknik ini digunakan untuk menentukan
(25)
yang diteliti adalah madrasah aliyah swasta terakreditasi B sebanyak 30 madrasah aliyah dengan responden masing-masing 1 orang kepala madrasah, 1 orang guru, dan 1 orang komite madrasah.
c. Sampel
Berdasarkan teknik sampling yang digunakan maka diperoleh banyaknya sampel adalah 90 orang. Secara proporsional maka ke 90 orang responden tersebut tersebar di madrasah aliyah swasta terakreditasi B se kabupaten bandung.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No Nama Madrasah Akr.
Jumlah Responden/Sampel
Kepala MA Guru Komite Total 1 MAS AL-IKHLASH B 1 1 1 3 2 MAS HUSAINIYAH B 1 1 1 3 3 MAS WASILATUL HUDA B 1 1 1 3 4 MAS AL-MUSDARIYAH B 1 1 1 3 5 MAS AS-SAWIYAH B 1 1 1 3 6 MAS YAPISA B 1 1 1 3 7 MAS AL-HIJRAH CIMAUNG B 1 1 1 3 8 MAS AL-IHSAN B 1 1 1 3 9 MAS AL-HUDA CIWIDEY B 1 1 1 3 10 MAS PERSIS KATAPANG B 1 1 1 3 11 MAS MATHLA'UL ANWAR B 1 1 1 3 12 MAS AL-AZHAR B 1 1 1 3 13 MAS AL-GHOZALI B 1 1 1 3 14 MAS I'ANATUT THALIBIN B 1 1 1 3 15 MAS AL-FAKHRIYAH B 1 1 1 3 16 MAS AL-IKHLAS B 1 1 1 3 17 MAS AN NUR B 1 1 1 3 18 MAS MANBAUL HUDA B 1 1 1 3 19 MAS NUR MUHAMMAD B 1 1 1 3 20 MAS NURUL HUDA PACET B 1 1 1 3 21 MAS AL-BARKAH PACET B 1 1 1 3 22 MAS PERSIS 3 PAMEUNGPEUK B 1 1 1 3 23 MAS ISHLAHUL AMANAH B 1 1 1 3 24 MAS AL-MUFASSIR B 1 1 1 3 25 MAS PERSIS 24 B 1 1 1 3 26 MAS NURUL FALAAH B 1 1 1 3
(26)
28 MAS AL-FITHRI B 1 1 1 3 29 MAS IBNU JABAL B 1 1 1 3 30 MAS ASH-SHOLEH B 1 1 1 3 Jumlah 30 30 30 90
Unit Analisis 30
Setelah semua data terkumpul dari masing-masing responden, maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah menuangkan ke dalam skoring data. Sekoring data yang tersedia adalah skoring data berdasarkan masing-masing variabel, yaitu variabel kinerja kepala madrasah, variabel kinerja komite madrasah, variabel budaya mutu madrasah, variabel kinerja mengajar guru, dan variabel mutu madrasah. Kemudian data yang telah dituangkan dalam skoring data dihitung unit analisisnya menjadi 30 unit analisi.
B.Desain Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari proses penyusunan rencana penelitian, menetapkan variabel penelitian, menyusun kisi-kisi intrumen penelitian, mendesain instrument penelitian, uji coba instrument penelitian, analisis uji validitas, analisis uji reliabilitas, penyebaran angket kepada responden, skoring dan seleksi data, pengolahan data dan analisis variabel, analisis korelasi dan uji hipotesis, menarik kesimpulan, dan rekomendasi.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Fraenkel & Wallen (1990:331) penelitian survei memiliki tiga karakteristik yaitu :
(1)Information is collected from a group of people in order to describe some aspects or characteristics, (2) The main way in which the information is conflected is through asking questions; the answers to these
(27)
questions by the members of group constitute the data of the study, (3) Information is collected from a sample rather than from every member of the population.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Singarimbun dan Sofian (1989:4) menyatakan bahwa metode penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Penelitian jenis ini dapat digunakan untuk maksud :(1) penjajagan (eksploratif), (2) Descriptive explanatory atau
confirmatory, yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengajuan hipotesa,
(3) Evaluasi, (4) Prediksi, (5) Penelitian operasional,dan (6) Pengembangan indikator-indikator sosial. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian survei adalah :(1)Merumuskan masalah: masalah penelitian dan menentukan tujuansurvey; (2)Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan,(3) Menentukan sampel, (4) Membuat kuesioner, (5) Melakukan pekerjaan lapangan, (6) Mengolah data, (7) Analisa dan pelaporan.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka pemilihan metode ini didasarkan atas pertimbangan bahwa tujuan penelitian yang diharapkan adalah diperolehnya informasi yang berkaitan dengan status gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual mengenai, kinerja kepala madrasah (X1) kinerja komite madrasah (X2), budaya mutu (X3) kinerja mengajar guru (X4) mutu madrasah aliyah (Y)
(28)
D.Definisi Operasional
Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1) mendefinisi operasional variabel penelitian, (2) menyusun indikator penelitian, (3) menyusun kisi-kisi instrumen; (4) melakukan uji coba instrumen dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Masri S. (2003 : 46-47) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah, “unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel.”
1. Kinerja Kepala Madrasah (X1)
Kinerja pimpinan adalah kinerja yang dimiliki oleh pimpinan madrasah aliyah (kepala madrasah, wakil kepala, dan kepala tata usaha) yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan madrasah aliyah (Mulyono, 2010 : 146). Kinerja tersebut meliputi:
a. integritas kepribadian, b. peranserta,
c. kemampuan mengarahkan sumber daya, dan d. kemampuan menjalankan fungsi manajemen.
Integritas kepribdian seorang pemimpin madrasah aliyah meliputi memberi kepercayaan terhadap bawahan yang diberi wewenang dan tugas, begitu pula ada respek yang tinggi dari bawahan, merespon setiap permasalahan yang timbul, serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
(29)
terhadap berbagai hal yang menyangkut kepada wewenang dan tugas yang diembannya.
Selain memiliki integritas kepribadian juga harus memiliki sikap proaktif. Sikap ini ditandai dengan adanya perlakuan memberi inspirasi kepada bawahan, melakukan inovasi, menumbuhkan motivasi bawahan dalam bekerja, serta menumbuhkan kreativitas bawahan.
Kinerja lain yang diharapkan dari pimpinan adalah seorang pemimpin harus dapat mengerahkan sumber daya yang ada. Hal ini ditandai dengan adanya kunjungan internal dan eksternal ke madrasah, dapat menggerakan siswa, dapat memaksimalkan kinerja bawahan, aktif sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan kesiswaan dan umum, memiliki jati diri, serta berani mengambil keputusan.
Kinerja pimpinan yang tidak kalah penting dalam mengelola madrasah aliyah adalah mampu dalam pengelolaan strategis yaitu selalu berpikir strategis, strategi bekerja sama, dan mampu menyusun strategi dalam setiap pekerjaan di madrasah.
2. Kinerja Komite Madrasah ( X2)
Pengukuran kinerja komite madrasah didasarkan kepada kerjasama dengan orang tua murid umumnya. Didefinisikan sebagai usaha para orang tua murid untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di madrasah mencakup dimensi pemberi pertimbangan (advisory agency), pendukung madrasah (supporting agency), pengontrol (controling agency), dan sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat. Adapun indikator pengukuran keempat
(30)
dimensi tersebut adalah :
a. membantu memeriksa pekerjaan rumah,
b. mengajarkan beberapa hal yang belum dimengerti oleh anak-anak;
c. mengawasi anak-anak saat di luar sekolah (bagaimana anak-anak menghabiskan waktunya di luar sekolah);
d. berkomunikasi mengenai kegiatan anak-anak saat di sekolah
e. menunjukkan perhatian tentang segala hal yang mereka pelajari di sekolah; f. menghadiri kegiatan-kegiatan madrasah,
g. pertemuan orangtua dan guru,
h. menawarkan diri untuk terlibat dalam acara-acara di sekolah; serta i. mengadakan kontak dengan staf/guru-guru di sekolah.
3. Budaya Mutu (X3)
Budaya mutu adalah sebuah sistem keyakinan kolektif yang dimiliki orang dalam organisasi tentang kemampuan mereka bersaing di pasar, dan bagaimana mereka bertindak dalam sistem keyakinan tersebut untuk memberikan nilai tambah produk dan jasa di pasar sebagai imbalan atas penghargaan finansial. Sebagaimana Baron (2003:518); budaya yang mempunyai nilai-nilai primer:
a. tujuan organisasi sekolah/MA;
b. konsensus dan komitmen terhadap tugas; c. keunggulan;
d. kesatuan kepentingan;
(31)
f. empiris;
g. keakraban dan integritas.
Sedangkan budaya yang bernilai sekunder meliputi: a. penerima layanan;
b. pengendalian yang disiplin; c. kemandirian;
d. pengambilan keputusan yang cepat; e. visioner; dan
f. Pengembangan.
4. Kinerja Mengajar Guru (X4)
Meskipun dimensi kinerja dari suatu pekerjaan ke pekerjaan yang lain bisa berbeda-beda, dan tergantung dari uraian pekerjaannya (job description) masing-masing akan tetapi masih dapat ditentukan dimensi-dimensi umumnya. Maka kinerja guru dapat dikembangkan menjadi 11 (sebelas) dimensi kinerja yang biasa dinilai, yaitu : Kesetiaan, Prestasi kerja, Kejujuran, Kedisiplinan, Kreatifitas, Kerja sama, Kepemimpinan, Kepribadian, Prakarsa, Kecakapan, dan Tanggung jawab.
Dalam penelitian ini, kinerja guru diarahkan pada kinerja mengajarnya sehingga ke sebelas dimensi kinerja tersebut diarahkan pada kegiatan mengajar saja. Sebagaimana Davis, K.Ivor, (2007:233), Sulistiyorini, (2001:231), dan Danim (2006:43) dimensi mengajar bagi guru terdiri dari :
a. Membuat perencanaan; b. Penguasaan materi ajar;
(32)
c. Penguasaan metode;
d. Penguasaan strategi pembelajaran; e. Kemampuan memberikan tugas-tugas; f. Kemampuan mengelola kelas;
g. Melakukan penilaian; h. Melaksanakan remidial; i. Melakukan pengayaan;
j. Mengembangkan potensi anak; k. Bertindak adil kepada siswa.
5. Mutu Madrasah (Y)
Mutu madrasah aliyah harus memperhatikan tiga fungsi, yaitu fungsi MA (administrasi); fungsi behavioral (psikologis); dan fungsi ekonomi (ekonomis) (Thomas, J.A, 2010:12-23). MA yang produktif dan efektif mempunyai beberapa dimensi, yaitu: (1) kinerja kepala MA yang kuat; (2) manajemen MA (pengelolaan MA); (3) keefektifan budaya MA (iklim MA yang kondusif); (4) kebermaknaan PBM; serta (5) ketersediaan sarana dan prasarana; (6) Kinerja Komite Madrasah; (7) kompensasi.
Sedangkan menurut Wayne K. Hoy (2008:130) mengatakan bahwa dimensi sekolah dalam hal ini madrasah bermutu itu terdiri dari :
a. Fokus kepada pelanggan (client focus);
b. Perbaikan yang berkesinambungan (continous improvment); c. Kerja sama (team work).
(33)
E.Instrumen Penelitian
Pengembangan alat pengumpul data penelitian berdasarkan pada variabel yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti mencakup kinerja kepala madrasah kinerja komite madrasah ( ), budaya mutu Kinerja Mengajar Guru produktivitas madrasah aliyah . Oleh karena itu ditetapkan alat pengumpul data dikembangkan dengan angket yang berbentuk skala Likert dengan menggunakan lima alternatif jawaban untuk setiap variabelnya.
Menurut Kaplan dan Saccuzo (1993: 145) format item yang dapat digunakan dalam penyusunan suatu alat ukur adalah, “(a) format dikotomus, (b) polikotomus, (c) format likert, (d) skala kategori, dan (e) cheklist dan Q-sort.” Selanjutnya dalam penelitian ini penulis menggunakan format polikotomus dan skala likert. 1
Format polikotomus adalah format penulisan item yang memberikan alternatif pilihan lebih banyak. Format ini berupa pilihan berganda yang paling banyak digunakan, serta mudah diolah dan kemungkinan untuk mendapatkan nilai benar lebih rendah daripada format dikotomus. Keuntungan lain dari format ini adalah alat ukur dapat memuat sejumlah item lebih banyak dalam waktu yang relatif singkat karena responden tidak harus menjelaskan jawaban dari setiap item.
Format likert adalah format penulisan item yang paling sering digunakan untuk skala sikap dan kepribadian dimana format seperti ini responden diminta untuk menunjukkan derajat kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan tertentu dengan pilihan jawaban seperti : sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu ( R ), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Hal yang harus
(34)
diperhatikan dalam format penulisan ini adalah menentukan pernyataan alternatif pilihan sehingga responden dapat menjawab pernyataan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Tabel 3.2.
Kisi-Kisi Penelitian untuk kinerja kepala madrasah kinerja komite madrasah ( ), budaya mutu kinerja mengajar guru Mutu madrasah
aliyah
Variabel Dimensi Indikator
Teknik Pengum-pulan Data S umber Data Kinerja kepala madrasah (X1)
(Mulyono, 2010 : 146)
1. Integritas kepribadian
a. Kepercayaan yang tinggi dari siswa
Angket Guru b. Respek yang tinggi dari guru
c. Respek yang tinggi dari siswa. d. M erespon setiap permasalahan
yang muncul dengan cepat e. M emiliki rasa tanggung jawab
kepada pekerjaannya
2. Peran serta
a. M emberi inspirasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi madrasah aliyah
Angket Guru b. M emberi motivasi kepada
bawahan yang disiplin kerjanya menurun.
c. M emberi ide-ide baru dalam upaya meningkatkan kualitas madrasah aliyah
d. M enumbuhkan kreativitas siswa melalui kegiatan di kampus e. M emberi keteladanan dalam setiap
kegiatan yang ada di madrasah.
3. Kemampuan mengerah-kan semua sumber daya
a. M embangkitkan motivasi siswa dalam kegiatan di madrasah.
Angket Guru b. M embangkitkan motivasi guru
dalam pembelajaran.
c. Dapat merancang suatu kegiatan dalam upaya meningkatkan mutu madrasah aliyah.
d. Sebagai nara sumber di berbagai kegiatan kesiswaan dan umum e. Berani mengambil keputusan
4. M enjalankan Fungsi manajemen
a. M ampu membuat visi madrasah.
Angket Guru b. M ampu membuat misi madrasah.
c. M emimpin rapat madrasah d. M embuat jadwal pembelajaran. e. M embuat jaringan kerja dengan
pihak pemerintah
f. M embuat jaringan kerja dengan madrasah aliyah lain.
g. M embangkitkan motivasi guru dalam mengajar
(35)
Variabel Dimensi Indikator Teknik Pengum-pulan Data S umber Data pembelajaran
i. M embangkitkan motivasi staf dalam bekerja.
Kinerja Komite M adrasah (X3) Kep. M endiknas No. 044/U/2002 1. Pemberi Pertimbangan (Advisory Agency)
M embantu memeriksa pekerjaan rumah Angket Guru M engerjakan beberapa hal yang beum
dimengerti siswa
M engawasi siswa saat di luar madrasah Angket Guru Berkomunikasi mengenai kegiatan
siswa ketika di madrasah Angket Guru M enujukkan perhatian tentang hal hal
yang mereka pelajari di madrasah Angket Guru M enghadiri kegiatan kegiatan madrasah Angket Guru M enghadiri pertemuan orangtua dan
guru Angket Guru
M enawarkan diri untuk terlibat dalam
acara acara di madrasah Angket Guru M engadakan kontak dengan staff/guru
di madrasah Angket Guru
2. Pendukung (Supporting Agency)
M eluangkan waktu berada di madrasah Angket Guru M emberikan masukan kegiatan terhadap
berbagai pihak di madarasah Angket Guru
3. Pengontrol )Controlling Agency)
M elakukan ferivikasi dan melaporkan
penggunaan dana komite Angket Guru Ikut serta dalam mengawasi kerawanan
sosial siswa di sekitar madrasah Angket Guru Keterlibatan komite dalam mengawasi
jalannya proses pembelajaran dan kebijakan medrasah
Angket Guru 4. M ediator antara
Pemerintah dengan masyarakat
M emberikan masukan kepada
pemerintah mengenai kondisi madrasah Angket Guru M ensosialisasikan program-program
pemerintah di lingkungan madrasah Angket Guru
Budaya mutu
Budaya yang mempunyai
nilai-nilai primer
tujuan organisasi sekolah/M A Angket Guru konsensus dan komitmen terhadap tugas Angket Guru
Keunggulan Angket Guru
kesatuan kepentingan Angket Guru imbalan berdasarkan prestasi Angket Guru
Empiris Angket Guru
Keakraban Angket Guru
Integritas Angket Guru
Budaya yang bernilai sekunder,
yaitu
penerima layanan Angket Guru pengendalian kedisiplinan Angket Guru
Kemandirian Angket Guru
pengambilan keputusan yang cepat Angket Guru
visioner; Angket Guru
Pengembangan Angket Guru
Kinerja M engajar Guru (Davies, K.Ivor,2007: 233) (Sulistiyorin
a. M ampu membuat perencanaan
Kemampuan membuat perencanaan dan
persiapan mengajar Angket
Guru
b. Penguasaan M ateri
Penguasaan materi yang akan diajarkan
kepada siswa Angket
Guru c. Penguasaan
M etode
Penguasaan metode pembelajaran
Angket Guru d. Penguasaan Penguasaan strategi pembelajaran Guru
(36)
Variabel Dimensi Indikator Teknik Pengum-pulan Data S umber Data (Danim,200 6:43)
e. M emberikan tugas-tugas
Kemampuan memberikan tugas-tugas
kepada siswa Angket
Guru f. M engelola
Kelas
Kemampuan mengelola kelas
Angket Guru g. M elakukan
Penilaian
Kemampuan melakukan penilaian dan
evaluasi Angket
Guru h. M elakukan
Remidial
Kemampuan melakukan remidial
kepada siswa Angket
Guru i. M elakukan
Pengayaan
Kemampuan melakukan pengayaan dan
pelajaran tampbahan Angket
Guru j. M engembangka
n Potensis Siswa
Kemampuan membantu siswa dalam
mengembangkan potensi akademiknya Angket
Guru
k. Bertindak adil kepada siswa
Kemampuan memperhatikan peserta didik dari kelemahan fisik maupun potensi akademiknya. Angket Guru M utu madrasah aliyah (Y) (Wayne K. Hoy, 2008:130) Fokus kepada pelanggan (client
focus)
kinerja kepala M A yang kuat Angket Guru manajemen M A (pengelolaan M A Angket Guru Iklim M A yang kondusif Angket Guru Pembelajaran yang efektif dan efisien Angket Guru Sarana dan prasarana yang memadai Angket Guru Kompensasi yang memadai Angket Guru
Perbaikian yang berkesinambungan
(Continuous
improvement)
Pencapaian visi, misi, dan tujuan
madrasah Angket
Guru M enjaga komunikasi yang baik dengan
semua elemen Angket
Guru M embangun kepercayaan kepada semua
pihak Angket
Guru Adaptif dengan perubahan Guru M engikutsertakan guru dalam
pendidikan, pelatihan, workshop, seminar, M GM P
Angket
Guru
Pengadaan sarana dan prasarana Angket Guru Pembelajaran berbasis ICT Angket Guru Peningkatan grade dalam penerimaan
siswa baru Angket
Guru
Benchmarking madrasah Angket Guru
Kerja sama (teamwork)
Bekerjasama dengan lembaga pemerintah
Guru Bekerja sama dengan lembaga swadaya
masyarakat Angket
Guru Bekerjasama dengan perusahaan Angket Guru Bekerjasama dengan perguruan tinggi
negeri maupun swasta Angket
Guru Bekerjasama dengan luar negeri Angket Guru
F. Uji Kehandalan Instrumen
Untuk menguji kehandalan instrumen dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan validitas isi dan konstruksi. Validitas
(37)
isi dilakukan melalui bimbingan yang intensif dengan Promotor, Ko-promotor, serta Anggota dalam penulisan disertasi ini.
Uji validitas konstruksi dilakukan terhadap 91 responden ( siswa dan guru) dari keempat madrasah aliyah yang dijadikan lokasi penelitian.
1. Uji Validitas
Terdapat dua hal yang diperlukan dalam menguji validitas kontruksi (construct validity) dan validitas isi ( content validity). Bagozzi,et,al (2010 : 25) mendevinisikan validitas kontruksi adalah sejauhmana sebuah variabel oprasional mampu mengukur konsep yang seharusnya di ukur. Untuk mengetahui ketepatannya butir-butir kuesioner dianalisis dengan analisis validitas.Suharsimi Arikunto (2009 : 133) menyatakan bahwa ada emat macam validitas, yaitu :
(1) validitas isi (content validity), validitas yang berkaitan dengan kesahihan instrument dengan materi yang akan ditanyakan baik menurut setiap butir soal maupunsecara keseluruhan (2) validitas ramal (predictive
validity) yaitu paliditas dengan tingkat ketepatan tes dalam meramalkan
keberhasilan seseorang di masa yang akan datang, (3) validitas dompleng (concurrent validity) yaitu validitas yang menggunakan instrument yang telah teruji sebelumnya, dan (4) validitas kontruks (contruct validity) yaitu derajat instrument dalam mengukur kontruk yang diduga, yaitu prilaku yang ingin diteliti.
Validitas kontruksi dapat dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan para ahli (judgment experts). Setelah instrument dikontuksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli atau pembimbing (Sugiyono, 2005:141). Setelah data ditabulasi pengujian validitas isi dengan menganalisis setiap item dengan skor total. Analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah sekor masing-masing
(38)
ke atas, maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2005 : 142), bahwa, “butir yang baik adalah butir pernyataan yang memiliki nilai korelasi antara 0,30 – 0,70 dan biasanya dalam pengembangan dan penyusunan skala psikologi digunakan harga koefisien minimal sama dengan 0,30”. Hal ini berarti semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat dipisahkan atau diperbaiki, sedangkan item yang memiliki nilai signifikan yang tinggi akan dipakai sebagai item instrument penelitiaan.
Validitas butir instrument diuji dengan cara menghitung koefisien korelasi antara skor butir soal dengan sekor total ( ) yang terdapat dalam satu variabel. Rumus yang digunakan dalam perhitungan untuk menguji validitas adalah korelasi Pearson Product Moment (Sudjana, 2005:369), yaitu :
Rumus Pearson’s Coefficient of Correlation (Product Moment
Coefficient):
Untuk menghitung nilai validitas digunakan alat bantu program Microsoft Word SPSS versi 19.00. Hasil uji validitas dari setiap item soal ditetapkan berdasarkan perbandingan antara dengan kuesioner dinyatakan valid, jika bdiperoleh Item kuesioner dinyatakan tidak valid jika
Diketahui = untuk jumlah sampel n = 30 pada = 0,05 adalah 0,361. Selanjutnya dapat ditetapkan bahwa item soal dinyatakan valid jika diperoleh 0,361.
(39)
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil dari suatu pengukuran. Suatu pengukuran yang reliabilitasnya tinggi berarti dapat memberikan hasil ukur yang konsisten, dan dapat memberikan hasil yang relatif sama jika digunakan pada waktu berbeda.
Tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00 namun pada kenyataannya koefisien 1,00 tidak pernah tercapai dalam pengukuran. Hal ini disebabkan karena manusia sebagai objek penguran psikologis merupakan sumber ketidakkonsistenan yang potensial.
Untuk data skala ordinal, uji reliabilitas menggunakan statistik Pearson
Product Moment, yakni metode perhitungan reliabilitas dengan menggunakan
teknik alpha yang dikembangkan oleh Pearson Product Moment. Dengan rumus:
Pengujian internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen dalam sekali percobaan, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas item instrument (Sugiyono, 2005:149). Menurut Kaplan dan Saccuzzo (1993), reliabilitas minimal besarnya sebesar 0,30. Bila nilai pengukuran kurang dari 0,30 berarti daftar pernyataan atau kuesioner tersebut tidak reliable atau tingkat kepercayaannya rendah. Maka kuesioner tersebut perlu diperbaiki atau dilakukan perubahan.
(40)
Alpha, yaitu :
Selanjutnya untuk mengetahui reliabilitas, maka data dari responden diuji dengan menggunakan Microsoft Office SPSS versi 20 . Apabila reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,30 maka data tersebut sudah layak digunakan untuk penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan Microsoft Office SPSS versi 20 maka diperoleh validitas dan reliabilitas dari masing-masing variabel :
Tabel 3.3.
Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Kepala Madrasah Aliyah
No
Validitas Reliabilitas Keterangan
Skor Valid Tidak
Valid Skor Reliabel
Tidak
Reliabel Terpakai
Tidak Terpakai
1 0.322 V 0.676 V V
2 0.354 V 0.676 V V
3 0.374*
V 0.674 V V
4 0.354 V 0.683 V V
5 0.333 V 0.69 V V
6 0.311 V 0.677 V V
7 0.433 V 0.669 V V
8 0.324 V 0.677 V V
9 0.333 V 0.68 V V
10 0.384 V 0.678 V V
11 0.333 V 0.68 V V
12 0.4 V 0.673 V V
13 0.353 V 0.677 V V
14 0.391 V 0.674 V V
15 0.349 V 0.676 V V
16 0.461 V 0.67 V V
17 0.62 V 0.665 V V
(41)
No
Validitas Reliabilitas Keterangan
Skor Valid Tidak
Valid Skor Reliabel
Tidak
Reliabel Terpakai
Tidak Terpakai
20 0.405 V 0.674 V V
21 0.705 V 0.66 V V
22 0.313 V 0.694 V V
23 0.662 V 0.663 V V
24 0.154 V 0.683 V V
Pemban
ding 0.3 0.651 24
Tabel 3.4.
Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Komite Madrasah
No
Validitas Reliabilitas Keterangan
Skor Valid Tidak
Valid Skor Reliabel
Tidak
Reliabel Terpakai
Tidak Terpakai
1 0.323 V 0.682 V V
2 0.382 V 0.682 V V
3 0.358 V 0.682 V V
4 0.319 V 0.689 V V
5 0.354 V 0.694 V V
6 0.363 V 0.684 V V
7 0.354 V 0.694 V V
8 0.304 V 0.682 V V
9 0.357 V 0.684 V V
10 0.385 V 0.683 V V
11 0.357 V 0.684 V V
12 0.427 V 0.677 V V
13 0.361 V
0.682 V V
14 0.371 V 0.682 V V
15 0.351 V 0.681 V V
16 0.477 V 0.675 V V
17 0.614 V 0.671 V V
18 0.393 V 0.687 V V
19 0.564 V 0.673 V V
20 0.406 V 0.679 V V
21 0.695 V 0.667 V V
(42)
No
Validitas Reliabilitas Keterangan
Skor Valid Tidak
Valid Skor Reliabel
Tidak
Reliabel Terpakai
Tidak Terpakai
24 0.406 V 0.691 V V
25 0.414 V 0.679 V V
26 0.371 V 0.688 V V
Pemban
di ng 0.3 0.694 26
Tabel 3.5
Uji Validitas dan Reliabilitas Budaya Mutu
No
Validitas Reliabilitas Keterangan
Skor Valid Tidak
Valid Skor Reliabel
Tidak
Reliabel Terpakai
Tidak Terpakai
1 0.381 V 0.66 V
2 0.318 V 0.663 V
3 0.382 V 0.66 V
4 0.128 V 0.572 V V
5 0.318 V 0.676 V
6 0.324 V 0.663 V
7 0.318 V 0.676 V
8 0.346 V 0.662 V
9 0.328 V 0.668 V
10 0.353 V
0.666 V
11 0.328 V 0.668 V
12 0.366 V 0.66 V
13 0.382 V 0.662 V
14 0.357 V 0.661 V
15 0.361 V 0.662 V
16 0.437 V 0.656 V
17 0.544 V 0.654 V
18 0.374 V 0.671 V
19 0.475 V 0.657 V
20 0.412 V 0.659 V
21 0.631 V 0.648 V
22 -0.108 V 0.583 V V
23 0.57 V 0.653 V
24 0.379 V 0.67 V
(43)
No
Validitas Reliabilitas Keterangan
Skor Valid Tidak
Valid Skor Reliabel
Tidak
Reliabel Terpakai
Tidak Terpakai
26 0.316 V 0.678 V
27 0.456 V 0.659 V
Pemban
ding 0.3 0.621 25 2
Tabel 3.6
Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Mengajar Guru
No
Validitas Reliabilitas Keterangan
Skor Valid Tidak
Valid Skor Reliabel
Tidak
Reliabel Terpakai
Tidak Terpakai
1 0.323 V 0.682 V V
2 0.382 V 0.682 V V
3 0.358 V 0.682 V V
4 0.319 V 0.689 V V
5 0.354 V 0.694 V V
6 0.363 V 0.684 V V
7 0.354 V 0.694 V V
8 0.304 V 0.682 V V
9 0.357 V 0.684 V V
10 0.385 V 0.683 V V
11 0.357 V 0.684 V V
12 0.427 V 0.677 V V
13 0.361 V 0.682 V V
14 0.371 V 0.682 V V
15 0.351 V 0.681 V V
16 0.477 V 0.675 V V
17 0.614 V 0.671 V V
18 0.393 V 0.687 V V
19 0.564 V 0.673 V V
20 0.406 V 0.679 V V
21 0.695 V 0.667 V V
22 0.145 V 0.598 V V
23 0.654 V 0.671 V V
24 0.406 V 0.691 V V
25 0.414 V 0.679 V V
(44)
No
Validitas Reliabilitas Keterangan
Skor Valid Tidak
Valid Skor Reliabel
Tidak
Reliabel Terpakai
Tidak Terpakai
27 0.484 V 0.678 V V
28 0.328 V 0.683 V V
29 0.404*
V 0.68 V V
30 0.371 V 0.688 V V
31 0.344 V 0.682 V V
32 0.384*
V 0.679 V V
Pemban
ding 0.3 0.694 30 2
Tabel 3.7
Uji Validitas dan Reliabilitas Mutu Madrasah Aliyah
No
Validitas Reliabilitas Keterangan
Skor Valid Tidak
Valid Skor Reliabel
Tidak
Reliabel Terpakai
Tidak Terpakai
1 0.322 V 0.676 V V
2 0.354 V 0.676 V V
3 0.374*
V 0.674 V V
4 0.354 V 0.683 V V
5 0.333 V 0.69 V V
6 0.311 V 0.677 V V
7 -0.033 V 0.469 V V
8 0.324 V 0.677 V V
9 0.333 V 0.68 V V
10 0.384 V 0.678 V V
11 0.333 V 0.68 V V
12 0.4 V 0.673 V V
13 0.353 V 0.677 V V
14 0.391 V 0.674 V V
15 0.349 V 0.676 V V
16 0.461 V 0.67 V V
17 0.62 V 0.665 V V
18 0.176 V 0.583 V V
19 0.558 V 0.667 V V
20 0.405 V 0.674 V V
(1)
213
Aceng Kurniawan, 2014
Faktor D iterminan Mutu Madrasah Aliyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Rekomendasi
Hasil temuan penelitian menunjukkan adanya dukungan terhadap teori yang ada. Namun demikian, karena keterbatasan dalam penelitian ini, maka perlu ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian selanjutnya, agar teori yang sudah ada didukung oleh hasil penelitian ini sehingga lebih teruji lagi kebenarannya. Urgensi penelitian lanjutan tersebut didasarkan pula kepada keterbatasan penelitian ini yang berfokus kepada kinerja kepala madrasah, peran komite madrasah, budaya mutu dan kinerja guru madrasah aliyah.
Dengan demikian penulis merekomendasikan kepada para pemangku kebijakan di tingkat pusat hingga daerah serta pengelola pendidikan pada madrasah aliyah swasta sebagai berikut :
1. Kinerja kepala madrasah khususnya pada kemampuan mengerahkan sumber daya dilakukan penanganan sejak dini dalam rekruitmen calon kepala madrasah, dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan kepala madrasah yang sudah ada, diadakan penilaian kinerja, serta dilaksanakankannya audit kinerja. 2. Untuk meningkatkan peran komite madrasah khusus sebagai pengontrol maka
perlu dilakukan langkah-langkah melalui pendekatan personil, diadakannya training untuk fungsi dan tugas komite madrasah, workshop tentang komite, dan pemberian buku pedoman pelaksanaan teknis tentang komite madrasah. 3. Budaya mutu khususnya pada budaya yang mempunyai nilai nilai primer
perlu diadakannya perbaikan pola hubungan interpersonal serta meningkatkan komitmen berorganisasi di madrasah aliyah.
(2)
214
Aceng Kurniawan, 2014
4. Kinerja guru pada keahlian mengelola kelas dan mengembangkan potensi peserta didik masih tergolong lemah maka dipandang perlu untuk mengadakan workshop tentang teknik pengelolaan kelas, mengefektifkan kembali MGMP, serta penambahan wawasan guru pada psikologi pendidikan. 5. Untuk meningkatkan mutu madrasah aliyah dalam menangani banyaknya
dropt out maka perlu dilakukan pendekatan kepada pihak masyarakat, menjalin kerja sama dengan pihak pemerintah setempat, menyediakan program orang tua asuh.
(3)
Aceng Kurniawan, 2014
Faktor D iterminan Mutu Madrasah Aliyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, (2007), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana Press.
Akdon. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi
Akdon dan Riduwan, (2008), Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Bicked, W. E. (1998). Effective Schools : Knowledge, Dissemination, Inquiry. Jurnal LRDC, University of Pittsburg.
Bischoff. (2001), Learning Organization, Tersedia di : http/www.uwec.edu,( diunduh 28 Februari 2010)
Brundrett, Mark., Burton, Neil., and Smith, Robert., (2003) Leadership in Education, SAGE Publications, London.
Cheng, Yin, Cheong. (1996). School Effectiveness and School-based Management. New York : Palmer Press.
Danim, S. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara. Davies, Brent, (2009) The Essentials of School Leadership, 2nd Edition,
London-Inggris, Sage.
Davis, J. (1989). Effective Schools, Organizational Culture, and Local Policy Initiatives; In Educational Policy for Effective Schools. Edited by M. Holmes, K. Leithwood, and D. Musella. New York : Teachers College Press.
Denison, Daniel (1990) Corporate Culture and Organizations Effectives, New-York, John-Wesley.
Departemen Pendidikan Nasional,(2003) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas, Jakarta Pusat.
(4)
209
Aceng Kurniawan, 2014
--- (2007) Peraturan Mendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Depdiknas; Jakarta.
--- (2007) Peraturan Mendiknas RI Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan, Depdiknas; Jakarta.
Digest, E. (1997). Visionary Leadership. Number 110. (online). Tersedia :
http://www.ericdigest.lead/1995-1/visionary.htm. (12 Februari 2000). Djarwanto, Ps.Drs, (2000), Statistik Induktif, Yogyakarta, BPFE.
Fandy. (2003). Total Quality Management. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Fathoni, A. (2006). Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Fattah, N. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : CV Andira.
Fiedler, Fred E., (1967). Theory of Leadership Effectiveness. Tersedia :
http://www.ericdigest.lead/1995.htm. (16 April 2008).
Furqon, dkk. (2000). Pengembangan Model Penilaian Sekolah Efektif. Lembaga Penelitian UPI.
Glickman, Carl D., (2002) Leadership for Learning, How to Help Teachres Success, Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD), Virginia, USA
Gorton, Richard; Alston Judy A. & Snowden, Petra., (2007) School Leadership and Administration, Important Concepts, Case Studies & Simulations, Seven Edition, McGraw Hill Companies, New York.
Hamdani, D. (2003). Strategi Pengembangan Model Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah Tsanawiyah. Disertasi PPS UPI : Tidak Diterbitkan.
Harrington, H. James & Lomax, Kenneth C., (2000) Performance Improvement Methods. New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc.
Hughes, Larry, W., (2005) Current Isuues in School Leadership, Lawrence Erlbaum Association, (LEA) Publishers, London.
John V. (2003). Strategic Management. Australia : Prentice Hall.
(5)
210
Aceng Kurniawan, 2014
Faktor D iterminan Mutu Madrasah Aliyah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Komariah, Aan dan Cepi Triatna, (2006), Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif, Jakarta, Bumi Aksara.
Koster, W. (2001). Analisis Komparatif antara sekolah efektif dengan Sekolah
Tidak Efektif (online). Tersedia :
http://multiforma.hypermart.net/articles/Sekolahefektif/htm. Tanggal diakses 12 Januari 2003.
Lambert, L., Walker, D., Zimmerman, D., Lambert, M.D., Gardner, M.E. and Szabo, M. (2002) The Constructivist Leader. New York, NY: Teachers College Press.
Marshall, S. From “Visionary Leadership”, 2 nd Edition. William E. Rosenbach and Robert L. Taylor, eds., Westview Press, 1989. As Edited by J. Thomas Wren. The Leadership’s Companion : Insights on Leadership Through the Ages. (New York, NY : The Free Press, 1995).
Martin, W. J., & Millower, D. J. 1981. The Managerial Behavior of High School Principals. Educational Administration Quarterly, 17, 69-90.
Mortimore, P. (2005) Improving School Effectiveness. Jakarta : PT Grasindo. Muhadjir, Noeng, Prof Dr. (2002), Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta,
Rake Sarasin.
Nanus, B. (2001). Kepemimpinan Visioner. Jakarta : Prenhallindo.
Nawawi. (2003). Kepemimpinan mengefektifkan Organisasi. Jogyakarta : Gajah Mada University.
Peterson, Kent D., & Deal, Terrence E., (1998) How Leader Influence the Culture of Schools?”, Educational Leadership, Vol, 5.
Reilly, Bernard J., and DiAngelo, Joseph A.,Jr., (1990) Communication: A Cultural System of Meaning and Value, Human Relations.
Robbins, S.P. (2001) Organizational Behavior, Upper Saddle River: Prentice Hall. Inc.
Sagala, Saiful. (2007). Manajemen Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sallis, Edward. (2007) Total Quality Manajement in Education,Manajemen Mutu Pendidikan, Jogjakarta, IRCiSoDv.
(6)
211
Aceng Kurniawan, 2014
Senge,Peter M, Nelda Cambron,Mc Cabe,Timothy Lucas, Bryan Smith,Janis Dutton, Art Kleiner. (2000), School That Learn: A Fifth Discipline Fieldbook for Educators, Parents, and Everyone Who Care About Education, New York, Doubleday Dell Publishing Group Inc.
Serrat, Oliver, (2009),Building a Learning Organization, Manila, tersedia di www.adb.org/knowledgesolutions, unduhan Juni 2012.
Siagian, S. P. (2007). Manajemen Stratregik. Jakarta : Bumi Aksara. Sugiyono, (2006) Statistik Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.
Sukardi. (2006). Guru Powerful Guru Masa Depan: Kunci Sukses menjadi Guru Efektif. Bandung: Kolbu.
Suryadi, Ace (1999), Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan, Jakarta, Balai Pustaka.
Tjiptono, Fandy, (2000), Total Quality Management, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Willower, D. J., & Kmetz, J. T. 1982. The Managerial Behavior of Elementary
School Principals. Paper presented at the annual meeting of the American Educational Research Association, New York.