MANAJEMEN MUTU SISTEM PEMBELAJARAN MADRASAH: Kontribusi Kepemimpinan Kepala Madrasah, Kompetensi Guru, Sarana Prasarana, dan Budaya Madrasah Terhadap Mutu Pembelajaran dan Dampaknya Terhadap Kepuasan Siswa di Madrasah Aliyah Swasta di Kota Yogyakarta Tahu

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

UCAPAN TERIMAKASIH ... xii

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR TABEL ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 19

C. Tujuan Penelitian ... 24

D. Metode Penelitian ... 25

E. Signifikansi Penelitian ... 27

F. Sistematika Pembahasan ... 28

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 30

A. Kepuasan Siswa Madrasah ... 30

1. Dimensi-Dimensi Kepuasan Siswa Madrasah ... 35

2. Strategi Kepuasan Siswa Madrasah ... 42

3. Variabel-Variabel Kepuasan Siswa ... 46

B. Manajemen Mutu Pendidikan Madrasah ... 48

1. Manajemen Mutu dalam Pendidikan ... 52

2. Mutu Terpadu Pendidikan Madrasah ... 53

C. Mutu Pembelajaran Madrasah ... 64

1. Konsep Mutu Pembelajaran Madrasah ... 68

2. Variabel-Variabel Mutu Pembelajaran Madrasah ... 70

D. Kepemimpinan Kepala Madrasah ... 70


(2)

2. Kepala Madrasah sebagai Pimpinan Pendidikan ... 77

3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan ... 79

4. Fungsi Kepemimpinan ... 87

5. Kepemimpinan Madrasah yang Efektif ... 94

6. Variabel-Variabel Kepemimpinan Kepala Madrasah ... 100

E. Kompetensi Guru ... 101

1. Kompetensi Guru ... 104

2. Dimensi dan Indikator Kompetensi Guru ... 111

F. Sarana dan Prasarana ... 112

1. Prinsip Dasar Pengelolaan Sarana dan Prasarana ... 115

2. Lingkup Pengelolaan Sarana Prasarana Madrasah ... 116

3. Variabel-Variabel Sarana dan Prasarana Madrasah ... 120

G. Budaya Madrasah ... 120

1. Tipe Budaya Madrasah ... 122

2. Karakteristik Budaya Madrasah ... 130

3. Pembentukan Budaya Madrasah ... 132

4. Variabel-Variabel Budaya Madrasah ... 135

H. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 137

I. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 149

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 156

A. Metode Penelitian ... 156

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 157

1. Populasi ... 157

2. Sampel Penelitian ... 159

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 160

1. Kepuasan Siswa (Z) ... 161

2. Mutu Pembelajaran (Y) ... 161

3. Kepemimpinan Madrasah (Z ) ... 161

4. Kompetensi Guru (Z ) ... 162

5. Sarana dan Prasarana (Z ) ... 162

6. Budaya Madrasah (Z ) ... 162


(3)

E. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 165

1. Persiapan ... 165

2. Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 166

3. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 169

4. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 170

F. Analisis Data ... 188

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 193

A. Hasil Penelitian ... 193

1. Hasil Analisis Deskriptif Berdasarkan Skor Rerata Tiap-Tiap Variabel Penelitian ... 193

2. Hasil Analisis Deskriptif Berdasarkan Tiap-Tiap Dimensi Variabel Penelitian ... 216

3. Hasil Analisis Deskriptif Berdasarkan Kecenderungan Umum Responden Tiap-Tiap Variabel ... 228

4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 235

5. Interpretasi Hasil Analisis Jalur ... 252

B. Penjelasan Hasil Penelitian Berdasarkan Kontribusi antar Variabel Penelitian ... 264

1. Kontribusi Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Mutu Pembelajaran ... 264

2. Kontribusi Kompetensi Guru terhadap Mutu Pembelajaran ... 277

3. Kontribusi Sarana Prasarana terhadap Mutu Pembelajaran ... 288

4. Kontribusi Budaya Madrasah terhadap Mutu Pembelajaran ... 294

5. Kontribusi Mutu Pembelajaran terhadap Kepuasan Siswa ... 298

6. Kontribusi Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kepuasan Siswa ... 307

7. Kontribusi Kompetensi Guru terhadap Kepuasan Siswa ... 313

8. Kontribusi Sarana Prasarana terhadap Kepuasan Siswa ... 318

9. Kontribusi Budaya Madrasah terhadap Kepuasan Siswa ... 322

10. Kontribusi Kepemimpinan Kepala Madrasah, Kompetensi Guru, Sarana Prasarana, dan Budaya Madrasah terhadap Mutu Pembelajaran ... 324


(4)

11. Kontribusi Kepemimpinan Kepala Madrasah, Kompetensi Guru,

Sarana Prasarana, dan Budaya Madrasah terhadap Kepuasan Siswa ... 328

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 332

1. Kepemimpinan Kepala Madrasah ... 332

2. Kompetensi Guru ... 346

3. Sarana dan Prasarana ... 364

4. Budaya Madrasah ... 372

5. Mutu Pembelajaran ... 392

6. Kepuasan Siswa ... 397

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 406

A. Simpulan ... 406

B. Saran... 412

DAFTAR PUSTAKA ... 418

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional memposisikan madrasah dan lembaga pendidikan lainnya (persekolahan) sama, yaitu sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Sebagai lembaga pendidikan, baik madrasah maupun sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Bentuk dan jenjang pendidikan madrasah secara konstitusional setara dengan bentuk dan jenjang pendidikan persekolahan. Pasal 17 ayat (2) menyebutkan, “Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain sederajat. Selanjutnya pada bagian Kedua Pendidikan Menengah pasal 18 ayat (3), disebutkan, ”pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat”.


(6)

2 Kesamaan dan kesetaraan lembaga pendidikan madrasah dengan sekolah mensyaratkan perlakuan sama—tanpa diskriminasi—dari pemerintah, baik pendanaan, kesempatan dan perlakukan. Hal ini berbeda dengan Undang-Undang sebelumnya—UUSPN nomor 2 tahun 1989—yang tidak secara eksplisit menyebutkan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang setara dengan lembaga persekolahan, sehingga berimplikasi kepada perlakukan, perhatian dan pendanaan program pendidikan yang dilaksanakan. Contoh perlakuan diskriminasi paling mencolok terhadap madrasah adalah kebijakan pengalokasian anggaran pendidikan yang hanya memprioritaskan sekolah negeri (umum), sedangkan anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan madrasah sangat terabaikan dan terlalu kecil.

Begitu kecilnya perhatian pemerintah terhadap madrasah tersebut, tak heran jika madrasah disebut sebagai "forgotten community". Pernyataan ini bagi banyak orang mungkin mengejutkan, namun realitas membenarkannya. Berdasarkan data Center for Informatics Data and Islamic Studies (CIDIES) Departemen Agama dan data base EMIS (Education Management Syatem) Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama sepanjang tahun 2001 hingga 2004 rata-rata jumlah madrasah terjadi penambahan sebanyak 3% setiap tahunnya. Pada tahun 2001 jumlah MI sebesar 22.799, MTs sebesar 10.791, dan MA sebesar 3772 buah. Tahun 2002 jumlah MI sebesar 23.095, MTs sebesar 11.404, dan MA sebesar 4.003 buah. Tahun 2003 jumlah MI sebesar 23.163, MTs sebesar 11.706, dan MA sebesar 4.439 buah. Tahun 2004 jumlah MI sebesar 23.517, MTs sebesar 12.054, dan MA sebesar 4.687 buah. Di tahun 2008 berdasarkan data Direktorat Jendral


(7)

3 Pendidikan Islam Departemen Agama jumlah madrasah Tsanawiyah dan madrasah Aliyah tetap mengalami peningkatan. Jumlah madrasah Tsanawiyah sebesar 12.883 buah (22,0%) dengan rincian, MTs Negeri berjumlah 1.259 buah (9,8%), dan MTs Swasta berjumlah 11.624 (90,2%). Jumlah madrasah Aliyah sebesar 5.398 buah (9,0%) dengan rincian, MA Negeri berjumlah 644 buah (11,9%), dan MA Swasta berjumlah 4.754 buah (88,1%). Sedangkan jumlah lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) mengalami penurunan, di tahun 2008 jumlah MI sebesar 21.188 buah (36,0%) dengan rincian, MI Negeri berjumlah 1.567 buah (7,4%), dan MI Swasta berjumlah 19.621 buah (92,6%). Jumlah RA/BA/TA sebesar 18.759 buah (3,0%). Data-data tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Gambar 1.1

Pertumbuhan Lembaga Madrasah tahun 2001 s/d 2004 dan 2008 (Diolah dari data CIDIES, data base EMIS dan Statistik Pendidikan


(8)

4 Pertumbuhan lembaga pendidikan madrasah tersebut sebagian besar merupakan swadaya masyarakat yang didirikan dengan niat agar dapat memberikan pendidikan yang lebih baik kepada anaknya untuk pendidikan umum dan agama, sehingga dari seluruh madrasah sebagian besar berstatus swasta, yaitu sebanyak 97,1% adalah madrasah berstatus swasta sedangkan yang berstatus negeri atau dikelola oleh pemerintah hanya berjumlah 2,9%. Hal ini berbanding terbalik dengan lembaga di bawah pengelolaan Departemen Pendidikan Nasional yaitu sebesar 37,5% adalah lembaga pendidikan berstatus swasta dan 62,5% adalah lembaga pendidikan berstatus Negeri. Perbandingan lembaga status lembaga pendidikan untuk seluruh tingkat dapat disajikan pada gambar berikut:

Gambar 1.2

Perbandingan status lembaga pendidikan Depdiknas dan Depag 2007

Dilihat dari jumlah siswa, total siswa tahun pelajaran 2007/2008 sebanyak 6.874.503 yang tersebar mulai dari tingkat RA/BA/TA sampai dengan MA. Jumlah tersebut sebanyak 11,7% atau 800.925 orang merupakan siswa


(9)

5 RA/BA/TA, 2.870.839 orang atau 41,8% siswa MI, 2.347.186 orang atau 34,1% siswa MTs dan sebanyak 855.553 orang atau 12,4% merupakan siswa MA.

Komposisi siswa untuk Madrasah berdasarkan status Madrasah, sebanyak 342.579 orang atau 11,9% siswa MIN dan 2.528.260 orang atau 88,1% siswa MIS. Sementara untuk jenjang MTs sebanyak 558.100 orang atau 23,8% siswa MTsN, dan sebanyak 1.789.086 orang atau 76,2% siswa MTs Swasta. Untuk jenjang MA, sebanyak 307.229 orang atau 35,9% merupakan siswa MAN, dan sebanyak 548.324 orang atau 64,1% merupakan siswa MAS. Jumlah Siswa dan komposisinya pada tahun pelajaran 2007/2008 dapat digambarkan dalam grafik berikut:

Gambar 1.3

Perbandingan jumlah siswa pada lembaga Depdiknas dan Depag tahun Pelajaran 2006/2007

Data-data tersebut menunjukkan bahwa madrasah mempunyai peran sangat penting dalam menuntaskan program wajib belajar dan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagimana amanat undang-undang 1945, sehingga


(10)

6 menganaktirikan dan atau mendiskriminasikan madrasah berarti penghambatan atau bahkan penggaggalan terhadap upaya realisasi amanat undang-undang dasar tersebut.

Sikap diskriminatif yang ada selama ini lebih disebabkan pada anggapan bahwa madrasah merupakan lembaga pendidikan agama yang berjarak dengan sistem pendidikan nasional. Pandangan semacam ini berawal dari sistem pendidikan yang dualistik antara pendidikan umum (nasional) yang mengambil peran lebih dominan di satu pihak dan pendidikan agama (Islam) di lain pihak. Dualisme tersebut pada awalnya merupakan produk penjajahan Belanda, namun selanjutnya dalam batas tertentu merupakan refleksi dari pergumulan dua basis idiologi politik, nasionalisme-islami dan nasionalisme-skuler. Pada awal kemerdekaan, dua ideologi ini telah menjadi faktor benturan yang cukup serius meskipun kenyataanya telah terjadi rekonsiliasi dalam formula Negara berdasarkan Pancasila. Tetapi implikasi dualisme itu tidak bisa dihapuskan pada masa yang pendek. Hal ini dapat dilihat dalam perkembangan posisi madrasah dalam sistem pendidikan nasional sebelum disahkannya UUSPN nomor 20 tahun 2003. Dengan disahkannya UU tersebut madrasah benar-benar terintegrasi dalam Sistem Pendidikan Nasional. Oleh karenannya, madrasah mendapat legalitas, persamaan dan kesetaraan sebagai bagian Sistem Pendidikan Nasional.

Enam tahun pasca disahkannya UUSPN nomor 20 tahun 2003 yang mengintegrasikan madrasah dalam SPN, madrasah nampaknya masih belum mampu memacu ketertinggalannya dalam pengelolaan sistem pendidikan. Akibatnya, meskipun mendapatkan perlakuan, kesempatan, dan perhatian


(11)

7 pendanaan yang proporsional madrasah masih dipandang sebagai sekolah kelas kedua setelah sekolah umum. Selain itu, masyarakat masih mempunyai image bahwa madrasah adalah sekolah yang “kurang” bermutu, berkualitas dan lulusannya kurang mampu berkompetisi dalam melanjutkan di sekolah/perguruan tinggi berkelas favorit.

Diakui bahwa di kalangan tertentu, terutama kalangan pesantren, minat masyarakat terhadap madrasah sangat tinggi dan angka statistik pun telah menunjukkan tingginya jumlah madrasah di Indonesia. Meski demikian secara nasional tingkat favoritas masyarakat kita terhadap madrasah lebih rendah dibanding sekolah pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa problem utama yang dihadapi madrasah yaitu; pertama problem manajemen pengelolaan madrasah, sebagian besar madrasah yang ada masih dikelola dengan manajemen “apa-adanya” (tradisional), sehingga kurang diterapkannya secara baik dan sistematis fungsi-fingsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya.

Kedua, kepemimpinan madrasah. Pemimpin/kepala madrasah sebagian

besar berpendidikan baru atau kurang dari sarjana strata S1 dan kurang memenuhi kualifikasi dan kompetensi sebagai kepala sekolah. Data menunjukkan bahwa latar belakang kepala MIN sebanyak 457 orang atau 29,2% berpendidikan kurang dari S1, dan sebanyak 62 orang atau 4,0% berpendidikan S2. Sementara sebagian besar Kepala MIN berpendidikan S1, yaitu sebanyak 1.048 orang atau 66,9%. Sementara untuk Kepala MIS sebagian besar berpendidikan kurang dari S1, yaitu sebanyak 12.595 orang atau 64,2%, sebanyak 6.867 orang atau 35,0%


(12)

8 berpendidikan S1, dan selebihnya sebanyak 159 orang atau 0,8% berpendidikan minimal S2. Untuk jenjang MTsN, sebanyak 61 orang atau 4,8% Kepala MTsN masih berlatar belakang kurang dari S1, sedangkan sebagian besar sudah berkualifikasi S1 sebanyak 969 orang atau 77,0%, sedangkan sebanyak 229 orang atau 18,2% berkualifikasi S2. Sementara untuk MTs Swasta, sebanyak 3.430 orang atau 29,5% berkualifikasi kurang dari S1, 7.766 orang atau 66,8% berkualifikasi S1, dan selebihnya sebanyak 426 orang atau 3,7% berkualifikasi minimal S2. Untuk jenjang MAN, sebanyak 11 orang atau 1,7% Kepala MAN berkualifikasi kurang dari S1, 443 orang atau 68,8% berkualifikasi S1, dan sebanyak 190 orang atau 29,5% berkualifikasi minimal S2. Sementara untuk MAS sebanyak 689 orang atau 14,5% berkualifikasi kurang dari S1, 3.674 orang atau 77,3% berkualifikasi S1, dan sisanya sebanyak 391 orang atau 8,2% berkualifikasi minimal S2. Rata-rata kualifikasi kepala madrasah secara keseluruhan dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 1.4


(13)

9 Di samping masih rendahnya kualifikasi pendidikan dan kompetensi kepala madrasah tersebut, gaya kepemimpinan kharismatik banyak dipraktekkan dalam pengelolaan madrasah, sehingga menghambat dalam usaha pengembangan, inovasi dan tranformasi madrasah.

Ketiga problem sumberdaya madrasah, rendahnya kualitas/ kualifikasi

tenaga pendidik juga menjadi problem tersendiri bagi peningkatan kualitas dan kepercayaan madrasah. Data menunjukkan bahwa rata-rata kualifikasi pendidikan guru madrasah di bawah Strata S1 masih sangat banyak dengan rincian jumlah guru MI sebanyak 167.551 orang atau 75,8%, berkualifikasi kurang dari S1, sisanya sebanyak 53.500 orang atau 24,2% berkualifikasi minimal S1. Guru MTs sebanyak 100.698 orang atau 41,6% berkualifikasi kurang dari S1, dan sebanyak 141.477 orang atau 58,4% berkualifikasi pendidikan minimal S1. Sedangkan guru MA sebanyak 25.885 orang atau 23,0% berpendidikan kurang dari S1, dan sebanyak 86.525 orang atau 77,0% berkualifikasi minimal S1. Rata-rata kualifikasi pendidikan tenaga pendidik madrasah dapat ditampilkan dalam grafik berikut:

275.000 280.000 285.000 290.000 295.000

< S-1 >_ S-1 294.134

281.502

Gambar 1.5


(14)

10

Keempat adalah problem pendanaan, pendanaan madrasah sebagain besar

mengandalkan pada masyarakat melalui orang tua murid, yayasan atau wakaf sehingga kebutuhan pengelolaan pendidikan secara maksimal tidak tercukupi. Sedangkan bantuan yang diberikan pemerintah tidak mencukupi, bahkan sebagian besar madrasah tidak mendapatkan bantuan pendanaan dari pemerintah. Sepanjang tahun 2006 s/d 2007 data menunjukkan bahwa kurang dari 25% saja lembaga madrasah yang menerima bantuan pemerintah. Data madrasah penerima bantuan pemerintah lebih jelas dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 1.6

Grafik madrasah penerima bantuan pemerintah

Problem madrasah yang kelima adalah tentang mutu madrasah, problem ini sesungguhnya merupakan akumulasi dari berbagai problem yang dihadapi madrasah—manajemen, kepemimpinan, SDM, dan pembiayaan—yang akhirnya bermuara pada mutu pendidikan madrasah. Indikator mutu pundidikan adalah tercapainnya delapan Standar Nasional Pendidikan yaitu: Standar Kompetensi


(15)

11 Lulusan, Standar Isi, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Proses, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan, Standar Pengelolaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Kedelapan standar tersebut nampaknya harus terus dupayakan untuk mencapai pendidikan madrasah yang bermutu.

Disahkannya UUSPN nomor 20 tahun 2003 merupakan babak baru bagi pendidikan madrasah untuk bangkit, berbenah, meningkatkan kualitas, lebih mengenalkan dirinya di tengah-tengah masyarakat dan mengambil peran lebih besar lagi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.

Madrasah mempunyai kapasitas dan potensi besar dalam upaya tersebut, sebab madrasah telah mengakar di masyarakat bawah (grass root), di samping madrasah mempunyai segmen tersendiri yaitu segmen emosional. Maksud segmen emosional adalah para pendaftar atau yang bergabung ke sebuah lembaga pendidikan (sekolah) karena pertimbangan religiousitas. Segmen ini kurang memperhatikan harga, kualitas, mutu dan ketersediaan jaringan (networking) yang memadai. Dengan kata lain segmen ini benar-benar emosional religious “asal banyak muatan pelajaran agamanya”. Kebalikan dari segmen emosional adalah segmen rasional yaitu para pendaftar atau yang bergabung ke sebuah lembaga pendidikan (sekolah) adalah mereka yang benar-benar sensitif terhadap perkembangan dan kualitas mutu pendidikan. Pendidikan yang berkualitas dan bermutu baik adalah pendidikan yang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, muatan pelajaran yang bertaraf internasional, penggunaan bahasa-bahasa global (inggris), dan didukung oleh fasilitas dan jaringan (networking) memadai.


(16)

12 Dengan kata lain segmen ini berpendapat “lembaga pendidikan boleh berbentuka apa saja asal bermutu dan berkualitas bahkan bertaraf global”.

Madrasah—sebagaimana pembagian segmentasi tersebut—berada pada segmen emosional. Pelanggan atau pendaftar ke pendidikan madrasah adalah mereka yang mempunyai keterkaitan religius, orang tua yang alumni madrasah, pernah menempuh pendidikan pesantren, jamaah pengajian atau masjis ta’lim, dan masyarakat umum yang sudah melakukan “pertobatan” yang menganggap penting penanaman akhlak, etika religious, dan dasar-dasar agama yang memadai. Mereka mendasarkan pertimbangan tidak semata-mata pada mutu dan kualitas lembaga pendidikan madrasah akan tetapi hal-hal yang bersifat emosional tersebut, sebab madrasah sampai saat ini—menurut pandangan kebanyakan masyarakat—masih menjadi lembaga pendidikan kelas dua di bahwah lembaga-lembaga pendidikan sekolah.

Hal ini dapat ditunjukkan bahwa meskipun terdapat image “negative” peminat pendidikan madrasah tetap stabil atau bahkan naik. Data Angka Partisipasi Kasar (APK) pada MTs dan MA sepanjang tahun pelajaran 2001/2002 s/d 2006/2007 menunjukkan hal tersebut.


(17)

13 Tabel 1.1

Jumlah Pendaftar dan Siswa Baru pada Madrasah Tsanawiyah Berdasarkan Asal Sekolah Tahun Pelajaran 2001/2002 s/d 2006/2007

Tabel 1.2

Jumlah Pendaftar dan Siswa Baru pada Madrasah Tsanawiyah Berdasarkan Asal Sekolah Tahun Pelajaran 2001/2002 s/d 2006/2007

Melihat potensi, tantangan dan peluang madrasah tersebut Direktorat Jendral Pendidikan Islam sesungguhnya telah melakukan upaya-upaya strategi

S DN S DS M IN M IS Ju m lah %

J um lah 753,212 496,244 13,558 41,959 161,333 713,094 94,67

% 69,59 1,90 5,88 22,62 100,00

J um lah 796,996 523,658 16,302 44,455 167,006 751,421 94,28

% 477,23 313,56 9,76 26,62 827,16

J um lah 786,003 524,103 15,774 42,669 161,647 744,193 94,68

% 70,43 2,12 5,73 21,72 100,00

J um lah 811,290 541,738 17,254 43,238 164,721 766,951 94,53

% 70,64 2,25 5,64 21,48 100,00

J um lah 866,915 560,592 18,623 45,469 190,434 815,118 94,03

% 68,77 2,28 5,58 23,36 100,00

J um lah 915,643 588,375 25,086 43,476 190,424 847,361 92,54

% 69,44 2,96 5,13 22,47 100,00

S um ber: S tatis tik P endidik an A gam a dan K eagam aan, Departem en A gam a RI

S isw a Bar u yan g Diter im a P en d aftar

2006/2007 2001/2002 2002/2003 2003/2004 2004/2005 2005/2006

T ah u n

S MP N S M P S M T sN M T sS Ju m lah %

J umlah 271,698 57,003 21,304 56,527 112,973 247,807 91,21

% 23,00 8,60 22,81 45,59 100,00

J umlah 295,420 61,334 22,830 57,271 115,743 257,178 87,06

% 23,85 8,88 22,27 45,01 100,00

J umlah 291,714 58,951 21,049 55,748 125,576 261,324 89,58

% 22,56 8,05 21,33 48,05 100,00

J umlah 298,763 62,983 22,693 57,306 129,839 272,821 91,32

% 23,09 8,32 21,00 47,59 100,00

J umlah 319,405 66,682 24,175 59,037 139,378 289,272 90,57

% 23,05 8,36 20,41 48,18 100,00

J umlah 341,933 73,559 27,072 59,301 146,805 306,737 89,71

% 23,98 8,83 19,33 47,86 100,00

S umber: S tatis tik P endidik an A gam a dan K eagamaan, Departem en A gama RI

S isw a Bar u yan g Diter im a Pen d aftar

2006/2007 2001/2002 2002/2003 2003/2004 2004/2005 2005/2006 T ah u n


(18)

14 pengembangan yang bertumpu pada 5 (lima) strategi pokok yaitu pertama, strategi peningkatan layanan pendidikan madrasah. Ikhtiar untuk senantiasa pengembangan madrasah pada situasi apapun terus dilakukan, strategi yang ditempuhnya lebih difokuskan pada upaya mencegah peserta didik agar tidak putus sekolah, mempertahankan mutu pendidikan agar tidak semakin menurun. Kebijakan utama yang dilakukan adalah: (a) mempertahankan laju pertumbuhan angka partisipasi pendidikan dengan menyesuaikan kembali sasaran pertumbuhan angka absolut partisipasi pendidikan di semua jenjang dan jenis madrasah; (b) melanjutkan program pemberian beasiswa dan dana bantuan operasional pendidikan di semua jenis madrasah yang kemudian lambat laun dikurangi jumlahnya sejalan dengan semakin pulihnya krisis ekonomi dan meningkatnya kembali kemampuan orang tua peserta didik dalam membiayai pendidikan; (c) mengintegrasikan dana bantuan operasional pendidikan secara bertahap ke dalam anggaran rutin untuk menunjang kegiatan operasional pendidikan di madrasah; (d) meningkatkan dan mengembangkan program pendidikan alternatif secara konseptual dan berkesinambungan terutam untuk sasaran peserta didik yang kurang beruntung; (e) meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan.

Kedua, Strategi perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan

madrasah yang terfokus pada program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun. Ketiga, strategi peningkatan mutu dan relevansi pendidikan madrasah yang mencakup 4 (empat) aspek: kurikulum, guru dan tenaga kependidikan lainnya, sarana pendidikan, serta kepemimpinan madrasah.


(19)

15

Keempat, strategi pengembangan manajemen pendidikan madrasah. Strategi ini

berkenaan dengan upaya mengembangkan sistem manajemen madrasah sehingga secara kelembagaan madrasah akan memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut: (a) berkembangnya prakarsa dan kemampuan-kemampuan kreatif dalam mengelola pendidikan, tetapi tetap berada dalam bingkai visi, misi, serta tujuan kelembagaan madrasah; (b) berkembangnya organisasi pendidikan di madrasah yang lebih berorientasi profesionalisme, daripada hierarchi; dan (c) layanan pendidikan yang semakin cepat, terbuka, adil, dan merata. Dan strategi kelima adalah menekankan pada pemberdayaan kelembagaan madrasah sebagai pusat pembelajaran, pendidikan, dan pembudayaannya. Indikator-indokator keberhasilannya adalah: (a) tersedianya madrasah-madrasah yang semakin bervariasi, yang diikat oleh visi, misi dan tujuan pendidikan madrasah, dengan dukungan organisasi yang efektif dan efisien; (b) mutu dan sarana-prasarana madrasah yang semakin meningkat dan iklim pembelajaran yang semakin kondusif bagi peserta didik; dan (c) tingkat kemandirian madrasah semakin tinggi. Terkait dengan visi dan misi pendidikan nasional, yaitu mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Misi pendidikan nasional adalah: (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (2) meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional; (3) meningkatkan relevansi


(20)

16 pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global; (4) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; (5) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; (6) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global; dan (7) mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional, diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria dan kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan. Dalam kaitan ini, kriteria dan kriteria penyelenggaraan pendidikan dijadikan pedoman untuk mewujudkan: (1) pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik; (2) proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis; (3) hasil pendidikan yang bermutu dan terukur; (4) berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan; (5) tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal; (6) berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan; dan (7) terlaksananya evaluasi,


(21)

17 akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

Acuan dasar tersebut di atas merupakan standar nasional pendidikan yang dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Mutu dan kualitas layanan penyelenggaraan pendidikan akan berakibat pada kepuasan dan loyalitas pelanggan pendidikan berupa murid, siswa, dan juga masyarakat umum yang dikenal dengan stakeholders.

Lembaga pendidikan pada hakikatnya bertujuan memberi layanan pembelajaran. Pihak yang dilayani menginginkan kepuasan dari layanan tersebut, sebab mereka sudah membayarnya melalui berbagai hal seperti SPP, investasi bangunan, dana ujian, bayaran pajak, bantuan pemerintah kepada pihak sekolah untuk layanan pendidikan bagi warganya dan lain-lain. Jadi pihak pembelajar (siswa) berhak mendapatkan layanan yang bermutu dan memuaskan memuaskan. Layanan ini dapat dilihat dari berbagai bidang, mulai dari layanan dalam bentuk fisik, sampai layanan berbagai fasilitas dan guru yang bermutu.

Madrasah sebagai lembaga pendidikan sesungguhnya menghadapi tantangan, di satu sisi madrasah harus berupaya meningkatkan mutu dan kualitas sebagaimana yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan sehingga dapat memenuhi harapan stakeholders; memenuhi harapan dan kebutuhan orangtua, masyarakat, dunia kerja, pemerintah, dan sebagainya. Di sisi lain madrasah masih dipandang sebagai lembaga pendidikan kelas dua, tingkat favorisitas di bawah lembaga persekolahan, dan ternyata masih banyak masyarakat yang belum/kurang


(22)

18 mengenal lembaga madrasah. Madrasah juga mempunyai beban tertentu yaitu harus menyesuaikan diri dengan pola-pola kebudayaan masyarakat yang dapat memberikan keutungan ekonomis bagi pribadi siswa, dan keuntungan lain bagi masyarakat, misalnya munculnya budaya gemar membaca, gemar meneliti, berfikir kritis, munculnya manusia kreatif, dan humanis.

Agar lembaga madrasah dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya yang berakibat pada kepuasan siswa, madrasah setidaknya harus terus menerus meningkatkan mutu pembelajaran, di samping harus berusaha memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang telah ditentukan. Hal penting lain yang diyakini dapat menentukan mutu pembelajaran adalah kepemimpinan kepala madrasah, kompetensi guru, sarana prasarana, dan budaya madrasah. Kepala madrasah adalah orang yang berpengaruh dan menentukan kebijakan-kebijakan madrasah dalam usaha peningkatan mutu pembelajaran, Guru adalah tenaga profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru berperan penting dalam proses peningkatan mutu pembelajaran. Sarana prasarana adalah segala sesuatu yang meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung maupun tidak langsung digunakan dalam proses pembelajaran. Budaya madrasah adalah merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi madrasah yang dipahami, dijiwai dan dipraktekkan sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku lembaga pendidikan madrasah.

Keempat komponen tersebut akan digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap penciptaan mutu pembelajaran dan dampaknya


(23)

19 terhadap kepuasan siswa madrasah. Hal ini penting sebab eksis dan tidaknya lembaga pendidikan madrasah sangat ditentukan oleh kualitas dan mutu pembelajaran yang berakibat kepada kepercayaan masyarakat madrasah, dan kepercayaan dapat dilihat dari kepuasannya. Oleh karena itulah penelitian tentang kontribusi Kepemimpinan Kepala Madrasah, Kompetensi Guru, Sarana Prasarana, dan Budaya Madrasah Terhadap Mutu Pembelajaran dan Dampaknya terhadap Kepuasan Siswa penting dilakukan.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Secara kontekstual masalah dalam penelitian ini dibatasi pada faktor Kepemimpinan Kepala Madrasah, Kompetensi Guru, Sarana Prasarana, dan Budaya Madrasah Terhadap Mutu Pembelajaran dan Dampaknya terhadap Kepuasan Siswa di Madrasah Aliyah Kota Yogyakarta.

Dasar pertimbangan pemilihan faktor-faktor tersebut adalah adanya berbagai persoalan yang dihadapi oleh madrasah yaitu adanya pandangan masyarakat bahwa madrasah masih dipandang sebagai lembaga pendidikan kelas kedua setelah persekolahan, madrasah masih mengalami kendala terkait dengan

image “negatif” terkait dengan ketidakmampuannya berkompetisi di era global,

peningkatan mutu pendidikan madrasah yang masih mengalami kendala terkait dengan Standar Nasional Pendidikan, pengelolaan pendidikan madrasah masih menggunakan pola manajemen tradisional (apa adanya), pemimpin/kepala madrasah masih banyak yang kurang memenuhi kompetensi dan kualifikasi,


(24)

20 masih rendahnya sumberdaya madrasah yang dimiliki sehingga berpengaruh kepada kualitas madrasah, dan madrasah masih belum dikelola secara baik sesuai dengan SNP sehingga dapat memuaskan pelanggan madrasah. Oleh karena itu, usaha peningkatan mutu pendidikan madrasah melalui mutu proses pembelajaran harus terus diupayakan sehingga dapat memuaskan pelanggan madrasah.

Hal penting yang diyakini menentukan mutu pembelajaran adalah kepemimpinan kepala madrasah, kompetensi guru, sarana prasarana, dan budaya madrasah. Kepala madrasah adalah orang yang berpengaruh dan menentukan kebijakan-kebijakan madrasah dalam usaha peningkatan mutu pembelajaran, guru adalah tenaga profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru berperan penting dalam proses peningkatan mutu pembelajaran. Sarana prasarana adalah segala sesuatu yang meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung maupun tidak langsung digunakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan budaya madrasah adalah merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi madrasah yang dipahami, dijiwai dan dipraktekkan sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku lembaga pendidikan madrasah.

Keempat hal tersebut menjadi variabel penting dalam menentukan mutu pembelajaran di madrasah yang akhirnya berdampak pada kepuasan siswa madrasah. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Lembaga pendidikan yang berorientasi pada mutu adalah lembaga yang menjalankan roda organisasinya dengan memfokuskan kepada pelanggan dengan melakukan upaya perbaikan secara terus menerus


(25)

21

(continous improvement) untuk mencapai tingkat kualitas yang tepat

dengan cara yang konsisten.

2. Proses pembelajaran merupakan serangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuan. Pelaksanaan pembelajaran yang bermutu mensyaratkan metode dan strategi yang sesuai dengan bahan ajar sehingga siswa akan terdorong untuk belajar dan berusaha dalam suasana kerja sama (Miller, 2008).

3. Kepemimpinan merupakan faktor kunci dalam menggerakkan lembaga pendidikan demi terciptanya mutu pembelajaran madrasah.

4. Proses belajar mengajar yang bermutu, efektif dan efisien mensyaratkan kemampuan pengajar/guru yang kompeten. Guru yang kompeten akan mampu menciptakan lingkungan yang fungsional, nyaman, dan dapat membangkitkan semangat belajar (Johnson, 2008). Kompetensi guru mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.

5. Dukungan fasilitas atau sarana dan prasarana pendidikan sangat berpengaruh terhadap mutu pembelajaran. Guru dalam menjalankan fungsi pembelajarannya secara efektif dan efisien memerlukan sarana dan prasarana pendidikan.

6. Budaya madrasah adalah sekumpulan sistem nilai yang diakui dan diciptakan oleh semua anggota madrasah. Proses pembelajaran yang bermutu, efektif dan efisien sangat dipengaruhi oleh bagaimana budaya


(26)

22 sekolah/madrasah dibentuk dan menjadi dasar dari sistem manajemen madrasah.

7. Kepuasan pelanggan adalah terpenuhinya kebutuhan dan harapan pelanggan terhadap nilai yang diterima dari layanan yang mereka bayar, dimulai dengan persepsi pelanggan terhadap layanan yang diberikan penjual jasa. Nilai diartikan sebagai hubungan antara apa yang didapatkan oleh pelanggan dengan untuk apa pelanggan membayar (Tenner dan DeToro, 1992). Kepuasan yang dirasakan oleh setiap individu dipengaruhi oleh nilai keyakinan individu perorangan, sehingga tingkat kepuasan setiap individu akan berbeda-beda.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Seberapa besar Kontribusi Kepemimpinan Kepala Madrasah, Kompetensi Guru, Sarana Prasarana, dan Budaya Madrasah Terhadap Mutu Pembelajaran dan Dampaknya Terhadap Kepuasan Siswa di Madrasah Aliyah Swasta Kota Yogyakarta?”.

Secara spesifik rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap mutu pembelajaran?.


(27)

23 3. Seberapa besar kontribusi sarana prasarana terhadap mutu pembelajaran?. 4. Seberapa besar kontribusi budaya madrasah terhadap mutu pembelajaran?. 5. Seberapa besar mutu pembelajaran berdampak terhadap kepuasan siswa? 6. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala madrasah terhadap

kepuasan siswa?.

7. Seberapa besar kontribusi kompetensi guru terhadap kepuasan siswa?. 8. Seberapa besar kontribusi sarana prasarana terhadap kepuasan siswa?. 9. Seberapa besar kontribusi budaya madrasah terhadap kepuasan siswa?. 10.Seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala madrasah, kompetensi

guru, sarana prasarana, dan budaya madrasah terhadap mutu pembelajaran?

11.Seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala madrasah, kompetensi guru, sarana prasarana, dan budaya madrasah terhadap kepuasan siswa?

3. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional disini dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti terdapat enam variabel yaitu kepemimpinan madrasah, kompetensi guru, sarana dan prasarana, budaya madrasah, mutu pembelajaran, dan kepuasan siswa. Variaber tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut.

Pertama, Kepuasan siswa adalah suatu kondisi dimana siswa merasa apa

yang diterimanya sama atau melebihi harapannya, atau terpenuhinya harapan dan aspirasi siswa. Kedua, mutu pembelajaran adalah sebuah kondisi yang mampu


(28)

24 menciptakan suasana belajar dan mendorong proses pembelajaran dalam rangka mengembangkan potensi siswa melalui belajar dan membelajarkan siswa. Ketiga, kepemimpinan madrasah adalah Kepala madrasah—sama dengan kepala sekolah—yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan di madrasah. Keempat, kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Kelima, sarana adalah segala sesuatu yang meliputi peralatan serta

perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana adalah semua komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar-mengajar di suatu lembaga pendidikan.

Keenam, budaya madrasah merupakan pola nilai-nilai, kepercayaan,

asumsi-asumsi, sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan seseorang atau kelompok manusia yang mempengaruhi perilaku kerja dan cara bekerja dalam organisasi madrasah.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah (1) untuk memperoleh gambaran empirik tentang variabel terhadap Y dan Y terhadap Z; (2) menganalisis

determinan diantara variabel X1-4 terhadap Y dan Y terhadap Z. Sedangkan tujuan secara spesifik yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis.

1. kontribusi kepemimpinan kepala madrasah terhadap mutu pembelajaran. 2. kontribusi kompetensi guru terhadap mutu pembelajaran.


(29)

25 3. kontribusi sarana prasarana terhadap mutu pembelajaran.

4. kontribusi budaya madrasah terhadap mutu pembelajaran. 5. kontribusi mutu pembelajaran terhadap kepuasan siswa.

6. kontribusi kepemimpinan kepala madrasah terhadap kepuasan siswa. 7. kontribusi kompetensi guru terhadap kepuasan siswa.

8. kontribusi sarana prasarana terhadap kepuasan siswa. 9. kontribusi budaya madrasah terhadap kepuasan siswa.

10.kontribusi kepemimpinan kepala madrasah, kompetensi guru, sarana prasarana, dan budaya madrasah terhadap mutu pembelajaran.

11.kontribusi kepemimpinan kepala madrasah, kompetensi guru, sarana prasarana, dan budaya madrasah terhadap kepuasan siswa.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini sesungguhnya dapat didekati dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan pendekatan kuantitatif metode survei. Maksud dari penelitian dengan menggunakan metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singarimbun, 1993: 3). Angket dalam penelitian ini menjadi alat pengumpul data dari responden untuk mewakili seluruh populasi. Penelitian survei dapat digunakan untuk maksud 1) penjajagan (eksploratif), 2) deskriptif, 3) penjelasan

(eksplanatory/confirmatory) yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian


(30)

26 akan datang, 6) penelitian operasional, dan 7) pengembangan indikator-indikator sosial. Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket. Sebagai data pendukung, penelitian juga akan melakukan interview terhadap berbagai sumber atau iinforman yang relevan.

Lokasi penelitian dilakuan di Madrasah Aliyah Swasta Kota Yogyakarta yaitu Madrasah Aliyah Mualimin Muhammadiyah, Madrasah Aliyah Mualimat Muhammadiyah, Madrasah Aliyah Nurul Umah, dan Madrasah Aliyah Muhammadiyah Gedongtengen. Obyek penelitian adalah guru (pendidik), sebab merekalah faktor paling menentukan dalam pencapaian mutu pembelajaran. Selain itu, guru dipandang sebagai stakeholder pendidikan paling memahami keseluruhan komponen atau variabel penelitian ini yaitu; kepemimpinan kepala madrasah, kompetensi guru, sarana dan prasarana, budaya madrasah, dan mutu pembelajaran.

Data yang telah terkumpul akan diolah dengan menggunakan korelasi ganda, analisis regresi ganda dan analisis jalur (path analysis). Sebelum melakukan analisis statistik, data harus memenuhi persyaratan uju analisis yang akan digunakan, yaitu distribusi normal dan uji linieritas. Setelah dianalisis secara statistik, kamudian hasil pengolahan data tersebut dibahas dengan mengacu pada teori-teori atau pendapat yang mendasari penelitian ini untuk diketahui apakah hasilnya mendukung teori atau tidak, sehingga dapat dibuat sebuah kesimpulan dan rekomendasinya.


(31)

27 E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa image masyarakat yang memandang madrasah sebagai lembaga pendidikan kelas dua mengharuskan peningakatan mutu dan kualitas madrasah dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan (siswa). Dengan menggunakan variabel Kepemimpinan Kepala Madrasah, Kompetensi Guru, Sarana Prasarana, dan Budaya Organisasi diharapkan dapat melihat mutu pembelajaran dan dampaknya terhadap kepuasan siswa madrasah. Dengan keberhasilan madrasah meningkatkan mutu dan memuaskan pelanggan tersebut, maka image negatif terhadap madrasah akan berubah menjadi positif bahkan akan membentuk image baru bagi madrasah sebagai pusat unggulan (centre of excellence), dalam konteks inilah letak signifikasi penelitian ini.

Sedangkan manfaat penelitian adalah pertama, secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan bagi pengembangan ilmu administrasi pendidikan, khususnya pada bidang manajemen mutu pembelajaran madrasah, melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek Kepemimpinan Kepala Madrasah, Kompetensi Guru, Sarana Prasarana, dan Budaya Organisasi diharapkan dapat melihat mutu pembelajaran dan dampaknya terhadap kepuasan siswa madrasah.

Kedua, secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengambilan keputusan di madrasah dalam mengembangkan mutu pembelajaran yang berorientasi pada kepuasan siswa. Hasil penelitian ini


(32)

28 diharapkan dapat menjadi informasi dan acuan bagi penelitian tentang administrasi pendidikan khususnya manajemen pengelolaan madrasah.

F. Sitematika Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian secara umum tersistematisasi menjadi lima bab. Bab I berisi pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang penelitian baik yang berkaitan dengan kepemimpinan, kompetensi guru, sarana prasarana, budaya, mutu pembelajaran dan kepuasan siswa, identifikasi dan perumusan masalah metode penelitian, manfaat dan signifikansi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II kajian pustaka yang menjelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan konsep kepemimpinan, kompetensi guru, sarana prasarana, budaya, mutu pembelajaran dan kepuasan Siswa. Untuk memperkaya kajian pustaka dalam disertasi ini juga dilengkapi dengan beberapa penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III metode penelitian yang menjelaskan tentang pendekatan penelitian, definisi operasional penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data dan instrument penelitian yang dimulai dengan perumusan kisi-kisi dan instrument penelitian, pengembangan instrument penelitian sampai hasil uji validitas dan reliabilitasnya, serta dilengkapi dengan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan linieritas, populasi dan sampel penelitian. Selanjutnya bab ini juga berisi tentang teknik analisis data penelitian.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian mendiskripsikan tentang hasil penelitian berdasarkan skor rerata tiap-tiap variabel penelitian,


(33)

29 berdasarkan dimensi variabel penelitian, berdasarkan kecenderungan umum responden tiap-tiap variable, hasil pengujian hipotesis, dan interpretasi hasil analisis jalur. Sedangkan pembahasan hasil penelitian mengkaji tentang penelitian berdasarkan pertanyaan penelitian yang mencakup kontribusi Kepemimpinan Kepala Madrasah, Kompetensi Guru, Sarana Prasarana, dan Budaya Madrasah Terhadap Mutu Pembelajaran dan Dampaknya Terhadap Kepuasan Siswa di Madrasah Aliyah Swasta di Kota Y ogyakarta.

Bab V kesimpulan hasil penelitian dan saran dari hasil penelitian. Bagian terakhir berisi daftar pustaka dan lampiran data pendukung yang terdiri dari instrument penelitian dan hasil uji cobanya, serta data penelitian yang diolah melalui perhitungan statistik yang berupa hasil output SPSS, yang kemudian dimanfaatkan untuk mendeskripsikan data penelitian dan pengujian hipotesis. Terakhir lampiran surat-surat yang berkaitan dengan administratif penelitian.


(34)

156 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Maksud dari penelitian dengan menggunakan metode survei adalah penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singarimbun, 1993: 3). Angket dalam penelitian ini menjadi alat pengumpul data dari responden untuk mewakili seluruh populasi.

Peneliti berupaya untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi dari berbagai individu yang menjadi responden penelitian dengan menggunakan instrument daftar pertanyaan yang disusun secara terstruktur sesuai dengan kepentingan data, dan berpedoman pada subtansi serta judul penelitian.

Setelah menentukan variable operasional, maka dibentuk suatu instrument penelitian yang disebarkan kepada responden. Hasil data yang dikumpulkan dari para responden kemudian diolah dengan menggunakan korelasi ganda, analisis regresi ganda dan analisis jalur (path analysis). Sebelum melakukan analisis statistik, data harus memenuhi persyaratan uju analisis yang akan digunakan, yaitu distribusi normal dan uji linieritas. Setelah dianalisis secara statistik, kamudian hasil pengolahan data tersebut dibahas dengan mengacu pada teori-teori atau pendapat yang mendasari penelitian ini untuk diketahui apakah hasilnya mendukung teori atau tidak, sehingga dapat dibuat sebuah kesimpulan dan rekomendasinya.


(35)

157 B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008: 117). Nana Sudjana dan Ibrahim (2004: 84) menyatakan bahwa populasi, maknanya berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.

Margono (2004: 119-120) membedakan populasi penelitian ke dalam dua sifat yaitu pertama, populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan sama saja. Kedua, populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen.

Populasi dalam penelitian ini adalah Madrasah Aliyah Swasta (MAS) di kota Yogyakarta yang berjumlah empat buah yaitu Madrasah Aliyah Mualimin


(36)

158 Muhammadiyah, Madrasah Aliyah Mualimat Muhammadiyah, Madrasah Aliyah Nurul Umah, dan Madrasah Aliyah Muhammadiyah Gedongtengen. Obyek penelitian ini adalah guru yang ada di empat Madrasah Aliyah swasta (MAS) tersebut. Pertimbangan terhadap pemilihan guru sebagai obyek penelitian adalah bahwa guru merupakan faktor yang paling menentukan dalam pencapaian mutu pembelajaran. Berikut ini adalah tabel jumlah guru di keempat Madrasah Aliyah Swasta Kota Yogyakarta.

Tabel 3.1

Jumlah Guru di Madrasah Aliyah Swasta Kota Yogyakarta

No Nama Madrasah < Tingkat Pendidikan Jml

1 Madrasah Aliyah Mualimin

Muhammadiyah 4 49 5 - 58

2 Madrasah Aliyah Mualimat

Muhammadiyah 2 30 5 - 37

3

Madrasah Aliyah Muhammadiyah Gedongtengen.

2 24 - - 26

4 Madrasah Aliyah Nurul

Ummah 4 11 7 - 21

Jumlah 12 114 17 - 142

Jumlah Total 142

Obyek penelitian (guru) tersebut yang menjadi responden diklasifikasikan dalam dua hal pertama, yang bukan/belum diangkat menjadi Pegawai Negeri sipil (PNS), dan kedua, yang belum lulus sertifikasi guru. Dasar pertimbangan penentuan responden penelitian dalam dua klasifikasi tersebut adalah:

a) Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) diyakini telah mendapatkan berbagai pelatihan, diklat, kursus, dan berbagai pembinaan, sehingga dimungkinkan telah menjadi guru profesional. Sedangkan yang belum PNS diyakini kurang mendapatkan pembinaan, pelatihan, diklat, dan kursus sehingga


(37)

159 sangat dimungkinkan belum memenuhi stándar guru profesional sesuai dengan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.

b) Guru yang telah lulus sertifikasi diyakini telah memenuhi stándar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sehingga telah menjadi guru profesional, sedangkan bagi guru yang belum lulus sertifikasi diyakini belum memenuhi stándar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sehingga belum menjadi guru profesional.

Atas dasar hal tersebut, maka obyek atau responden dalam penelitian ini adalah guru Madrasah Aliyah yang bukan PNS dan belum lulus sertifikasi. Berikut ini adalah tabel jumlah guru berdasarkan klasifikiasi tersebut:

Tabel 3.2

Jumlah Guru Berdasarkan Klasifikiasi

No Nama Madrasah

PNS Sertifikasi

Non-PNS

Sertifkasi Jml

lulus belum lulus belum

1 Madrasah Aliyah Mualimin

Muhammadiyah 3 2 18 35 58

2 Madrasah Aliyah Mualimat

Muhammadiyah 3 1 23 10 37

3 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Gedongtengen.

2 5 3 16 26

4 Madrasah Aliyah Nurul

Ummah 1 2 4 14 21

Jumlah 9 9 48 75 142

2) Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Kualitas dan mutu sebuah penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kuatnya


(38)

160 dasar-dasar teori yang digunakan, desain penelitian, dan mutu pelaksanaan serta pengolahannya. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan dan pemilahan sampel yang representatif sebagai data penelitian menjadi kunci kualitas penelitian yang dilakukan. Terkait dengan pengambilan sampel penelitian Arikunto (1998: 120) mengemukakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika subyeknya besar maka dapat diambil sampel antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.

Memperhatikan hal tersebut, karena jumlah populasi kecil (kurang dari 100 orang) hanya berjumlah 75, maka semua subyek penelitian diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Pengembangan instrument ditempuh melalui beberapa cara yaitu; (a) mendefinisikan operasional variabel penelitian, (b) menyusun indikator variabel penelitian, (c) menyusun kisi-kisi instrument, (d) melakukan uji coba instrumen, dan (e) melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrument.

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Masri S (2003: 46-47) memberikan pengertian tentang definisi operasional sebagai unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa definisi operasional merupakan petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur sebuah variabel.


(39)

161 Manajemen mutu pembelajaran merupakan sistem yang terdiri berbagai komponen. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada kepemimpinan madrasah, kompetensi guru, sarana dan prasarana, budaya madrasah, mutu pembelajaran, dan kepuasan siswa.

1) Kepuasan Siswa ( )

Kepuasan siswa adalah suatu kondisi dimana siswa merasa apa yang diterimanya sama atau melebihi harapannya, atau trepenuhinya harapan dan aspirasi siswa. Variabel kepuasan siswa terdiri dari; (a) reliability (kehandalan); (b) responsiveness (kemampuan reaksi), (c) assurance (jaminan), (d) empathy (pengenalan jiwa orang lain), dan (5) tangibles (terukur).

2) Mutu Pembelajaran ( )

Mutu pembelajaran adalah sebuah kondisi yang mampu menciptakan suasana belajar dan mendorong proses pembelajaran dalam rangka mengembangkan potensi siswa melalui belajar dan membelajarkan siswa. Variabel mutu pembelajaran dapat dilihat dari empat aspek yaitu; (1) strategi belajar, (2) metode belajar, (3) memotivasi siswa, dan (4) membelajarkan sisiwa.

3) Kepemimpinan Madrasah ( )

Kepemimpinan madrasah adalah Kepala madrasah—sama dengan kepala sekolah—yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan di madrasah. Variabel kepemimpinan madrasah dukur berdasarkan (a) Personality


(40)

162 (kemampuan mengerahkan semua sumber daya); dan (d) Managerial tool (Unsur-unsur atau alat-alat manajemen)

4) Kompetensi Guru ( )

Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Variabel kompetensi guru adalah meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

5) Sarana dan Prasarana ( )

Sarana adalah segala sesuatu yang meliputi peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana adalah semua komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar-mengajar di suatu lembaga pendidikan. Variabel sarana dan prasarana berdasarkan ketentuan standar sarana dan prasarana sekurang-kurangnya meliputi: (1) ruang kelas, (2) ruang perpustakaan, (3) ruang laboratorium (4) ruang pimpinan, (5) ruang guru, (6) ruang tata usaha, (7) tempat beribadah, (8) ruang konseling, (9) ruang UKS, (10) ruang organisasi kesiswaan, (11) kamar kecil siswa, (12) lingkungan sekolah.

6) Budaya Madrasah ( )

Budaya madrasah merupakan pola nilai-nilai, kepercayaan, asumsi-asumsi, sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan seseorang atau kelompok manusia yang mempengaruhi perilaku kerja dan cara bekerja dalam organisasi madrasah.


(41)

163 Variabel budaya madrasah diukur dari dua nilai yaitu nilai primer dan nilai skunder.

Semua variabel tersebut—dalam penelitian ini—didasarkan pada opini atau pendapat guru. Hal ini didasarkan pada alasan (1) guru adalah faktor paling memahami keseluruhan variabel penelitian ini, (2) guru adalah faktor yang secara langsung berinteraksi dengan siswa, dan (3) guru adalah faktor paling menentukan dalam pencapaian mutu pembelajaran. Posisi guru dalam proses pembelajaran tidak dapat tergantikan.

Dalam rangka mendeteksi kehandalan atau validitas opini guru ini akan dilakukan trianggulasi data dengan menggunakan wawancara.

D. Istrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa angket yang dibuat dalam bentuk butir-butir pernyataan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat terarahkan oleh tujuan masalah dan hipotesis penelitian. Semua butir angket harus dijawab oleh responden.

Dalam menentukan skala pengukuran pada butir-butir pernyataan setiap variabel bebas dan variabel terikat, peneliti menggunakan metode skala likert dengan lima alternative jawaban. Pengukuran variabel dilakukan dengan membuat lembaran angket. Lembaran angket yang terkumpul disusun berdasarkan urutan data yang diperlukan dan jawaban yang tepat menurut responden dipilih dengan membari tanda silang (X) pada alternative jawaban yang dianggap sesuai dengan pilihan responden.


(42)

164 Skala likert yang digunakan dengan lima alternative jawaban tersebut adalah sebagai berikut:

a) Variabel Kepemimpinan Madrasah ( ) 5 = sangat setuju

4 = setuju 3 = netral 2 = tidak setuju 1 = sangat tidak setuju

b) Variabel Kompetensi Guru ( ) 5 = selalu

4 = sering

3 = kadang-kadang 2 = hampir tidak Pernah 1 = tidak pernah

c) Variabel Sarana dan Prasarana ( ) 5 = sangat baik

4 = baik 3 = sedang 2 = tidak baik 1 = sangat tidak baik

d) Variabel Budaya Madrasah ( ) 5 = sangat setuju

4 = setuju 3 = netral 2 = tidak setuju 1 = sangat tidak setuju

e) Variabel Mutu Pembelajaran ( ) 5 = selalu

4 = sering

3 = kadang-kadang 2 = hampir tidak Pernah 1 = tidak pernah

f) Variabel Kepuasan Siswa ( ) 5 = sangat puas

4 = puas 3 = kurang puas 2 = tidak puas 1 = sangat tidak puas


(43)

165 E. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

Prosedur pengembangan instrument penelitian dimaksudkan agar peneliti dapat memberikan hasil maksimal dengan langkah-langkah yang benar serta meminimalisir kekeliruan dan menetapkan data yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Mula-mula diadakan persiapan yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah sampai hipotesis penelitian dan dilanjutkan dengan tinjauan kepustakaan, membuat kisi-kisi penyusunan instrument, menyusun pra-instrumen penelitian kemudian di-justifikasi inventory oleh promoter, ko-promotor dan anggota. Setelah dinyatakan layak kemudian diujicobakan di Madrasah Aliyah Nurul Ummah. Kemudian data diolah menjadi data mentah hasil uji coba, dianalisis ítem dengan uji validitas dan reliabilitas. Apakah ítem sudah valid dan reliabel, kalau tidak, diadakan koreksi atau dibuang. Kalau benar-benar valid dan reliabel digunakan ítem tersebut, kemudian ítem yang sudah valid dan reliabel tersebut dihimpun lalu diujikan atau disebarkan kepada penelitian yang sebenarnya, yaitu di Madrasah Aliyah Mualimin Muhammadiyah, Madrasah Aliyah Mualimat Muhammadiyah, Madrasah Aliyah Nurul Umah, dan Madrasah Aliyah Muhammadiyah Gedongtengen. Hasilnya kemudian di tabulasi dan diolah. Akhirnya dibuat kesimpulan yang menghasilkan temuan-temuan, dibuat implementasi hasil penelitian, dan dibuat rekomendasi.

1) Persiapan

Tahap ini merupakan pengumulan data pendahuluan yang dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami garis besar keadaan lapangan, menyaring


(44)

166 masalah penelitian dan menemukan kemungkinan kemudahan serta kesulitan yang akan dihadapi pada saat penelitian nanti. Informasi yang terkumpul berupa catatan-catatan penting hasil observasi dan wawancara singkat dengan yang berkepentingan tentang keberadaan Madrasah Aliyah Swasta di kota Yogyakarta.

Selama empat bulan (Juli 2009 – November 2009) hasil eksplorasi awal dijadikan sebagai dasar penyususnan langkah-langkah berikutnya.

2) Penyususnan Kisi-Kisi Insrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen penelitian digunakan untuk memberikan gambaran angket (pernyataan penelitian) yang akan dilaksanakan, agar memberikan arah yang jelas dalam penelitian. Kisi-kisi disusun sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan Madrasah ( )

Variabel Dimensi Indikator-Indikator No Item

Kepemimpin an (X1) Gary Yulk (1994: 61), Bennis dan Nanus (1995: 14) 1. Integritas kepribadian (personality integrity)

a. Kepercayaan yang tinggi

(trustworthed)

b. Respek yang tinggi dari staf

(highly respected)

c. Kapasitas respon yang tinggi

(highly responses capacity)

d. Akuntabilitas (accountability)

1, 3 3, 4 5, 6 7, 8, 9

2. Proactive a. Member inspirasi

b. Memotivasi

c. Menumbuhkan inovasi (ide-ide baru)

d. Menumbuhkan kreativitas e. Memberikan keteladanan

10, 11, 12 13, 14 15, 16 17, 18, 19 20, 21 3. Resourcefull

(kemampuan mengerahka

n semua

sumber daya)

a. Frekuensi kunjungan internal dan eksternal sekolah

b. Pimpinan dekat dengan siswa c. Mempunyai kapasitas (jati diri) d. Menjadi narasumber diberbagai

forum

e. Berani mengambil keputusan

22, 23, 34 25, 26, 27 28, 29 30, 31 32, 33 4. Unsur-unsur

atau alat

a. Berfikir strategik (strategic thinking)


(45)

167 manajemen

(managerial tools)

b. Persekutuan strategik (strategic

alience)

c. Tindakan strategic (strategic action)

1) Strategi pemasaran

(marketing strategic)

2) Hubungan masyarakat

(public relations)

37, 38 39, 40

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kompetensi Guru ( )

Variabel Dimensi Indikator-Indikator No Item

Kompetens i Guru

1. Kompetesi Pedagogik

a) Materi pelajaran mudah difahami

b) Kegiatan pembelajaran

menyenangkan

c) Merencanakan dan

melaksanakan evaluasi d) Memahami siswa

1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15 16, 17, 18 2. Kompetensi

Kepribadian

a) Berwibawa

b) Memberikan teladan bagi siswa

19, 20, 21 22, 23 3. Kompetensi

Sosial

a) Berkomunikasi dan berinteraksi b) Memotivasi siswa

24, 25 26, 27, 28 4. Kompetensi

Profesional

a) Menguasai materi pelajaran b) Mengelola kelas

c) Menggunakan media pembelajaran

29, 30 31, 32 33, 34

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Sarana dan Prasarana ( )

Variabel Dimensi Indikator-Indikator No Item

Sarana dan Prasarana

1. Ruang Kelas a) Rasio dan keadaan ruang kelas b) Kelengkapan sarana,

penerangan, pencahayaan dan sirkulasi udara

1, 2 3, 4, 5

2. Ruang Laboratorium

a) Laboratorium IPA b) Laboratorium Bahasa c) Laboratorium Komputer

6, 7, 8 9, 10, 11 12, 13, 14 3. Ruang

Perpustakaan

a) Rasio buku bacaan dan keadaan perpustakaan

b) Kunjungan siswa

15, 16 17, 18 4. Ruang Pimpinan a) Ruang Kepala Sekolah

b) Ruang Wakil Kepala Sekolah

19, 20 21, 22

5. Ruang Guru a) Keberadaan fasilitas ruang guru b) Keberadaan fasilitas multi

media dan jaringan internet

23, 24, 25 26, 27 6. Ruang Tata

Usaha

a) Keberadaan fasilitas ruang tata usaha


(46)

168

b) Kelengkapan pengamanan 30

7. Kamar Kecil Siswa

a) Keberadaan kamar kecil siswa b) Kondisi kamar kecil yang ada

31, 32 33, 34 8. Fasilitas

pendukung

a) Ruang BK b) Ruang OSIS

c) Ruang UKS/PMR/Kesehatan d) Ruang Koperasi Sekolah e) Ruang Lain

f) Fasilitas lain

35, 36 37, 38 39, 40 41, 42 43, 44, 45, 46, 47, 48 49, 50 Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Budaya Madrasah ( )

Variabel Dimensi Indikator-Indikator No Item

Budaya Madrasah 1. Nilai-Nilai Budaya Primer

a) NIlai tujuan organisasi

b) Nilai pengambilan keputusan secara konsensus

c) Nilai keunggulan

d) Nilai kesatuan kepentingan e) Nilai imbalan berdasarkan prestasi f) Nilai empiris

g) Nilai keakraban h) Nilai integritas

1, 2 3, 4 5, 6, 7 8, 9, 10 11, 12, 13 14, 15 16, 17 18, 19 2. Nilai Budaya Sekunder

a) Nilai yang berfokus pada pelayanan b) Nilai pengendalian yang disiplin c) Nilai kemandirian

d) Nilai pengambilan keputusan yang cepat

e) Nilai pengendalian strategik f) Nilai teknologi unggul

20, 21 22, 23 24, 25, 26 27, 28, 29 30, 31, 32 33, 34, 35 Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Mutu Pembelajaran ( )

Variabel Dimensi Indikator-Indikator No. Item

Mutu Pembelajar an

1. Strategi Belajar a) Informasi tujuan belajar sangat jelas

b) Materi pelajaran mudah

dipahami

c) Kegiatan belajar menyenangkan d) Penilaian hasil belajar yang

berkesinambungan

1, 2 3, 4, 5 6, 7 8, 9, 10 2. Metode Belajar a) Variasi metode belajar

b) Ketepatan metode belajar

11, 12, 13 14, 15, 16 3. Memotivasi

Siswa

a) Memberi inspirasi b) Memberi Motivasi

17, 18, 19 20, 21 4. Membelajarkan

Siswa

a) Menggali potensi b) Mengembangkan diri

23, 24, 25 26, 27, 28


(47)

169 Tabel 3.8

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kepuasan Siswa ( )

Variabel Dimensi Indikator-Indikator No. Item

Kepuasan Siswa (Z) Zeithaml V.A. dan Bitner M.J. (2000: 83)

1. Reliability

(kehandalan)

a) Tepat waktu

b) Sesuai dengan jadwal c) Akurat

d) Member informasi yang diperlukan ketika diminta

1, 2 3, 4 5, 6 7, 8 2. Responsiveness (kemampuan reaksi)

a) Dapat diakses sesuai permintaan

b) Sistem komputerisasi c) Pandai menyesuaikan diri

d) Tanggap terhadap

permasalahn 9, 10 11, 12 13, 14 15, 16 3. assurance (jaminan)

a) Banyak mengetahui layanan

b) Kepercayaan terhadap

madrasah

c) Pegawai terampil dalam melaksanakan tugas

d) Pegawai mengetahui

yanggungjawab 17, 18 19, 20 21, 22 23, 24 4. Empathy (pengenalan jiwa orang lain)

a) Mengenal siswa untuk dilayani sesui kebutuhan b) Pegawai memperhatikan

kebutuhan siswa c) Sabar malayani sisiwa

d) Memahami kebutuhan

siswa 25, 26 27, 28 29, 30 31, 32 5. Tangibles (terukur).

a) Tersedianya fasilitas sekolah

b) Tersedianya tempat

pelayanan para siswa

c) Pegawai menggunakan

seragam

d) Cakap waktu melaporkan

33, 34 35, 36 37, 38 39, 40

3) Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba insrumen penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji coba anget (try out) terhadap 30 responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan item yang terdapat dalam angket. Dari uji coba angket ini kemudian dicari validitas dan reliabilitas instrument tersebut. Instrumen yang dinyatakan tidak valid dan reliabel akan disisihkan atau diperbaiki dengan mengkonsultasikannya


(48)

170 kepada para ahli—promotor, ko-promotor, anggota, ahli statistic dan metodologi penelitian—selanjutnya setelah uji coba validitas dan reliabilitas angket kemudian disusun kembali angket yang disesuaikan dengan jumlah pada setiap variabel. Setelah angket divalidasi kemudian dilanjutkan dengan penelitian yang sebenarnya yaitu di Madrasah Aliyah Swasta di Kota Yogyakarta. Data yang telah digunakan dalam uji coba instrumen tidak lagi digunakan dalam penelitian sebenarnya.

4) Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a) Uji Validitas

Validitas merupakan sebuah ukuran yang menunjukkan keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid menunjukkan validitas rendah. Untuk menguji alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupaka jumlah setiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut:

= (∑ ! )"(∑ ).(∑! )

${ .∑ ²"(∑ )²}.{ .∑!'"(∑! )'}

Keterangan:

= Koefisiensi korelasi

∑Xi = Jumlah skor item

∑ ( = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan rumus uji-t dengan rumus:

) = + √ "


(49)

171 Keterangan:

) = Nilai )

r = koefisiensi korelasi hasil hitung

N = Jumlah responden

Distribusi t untuk α = 0,05 dan drajat kebebasan (dk = n-2)

Kaidah keputusan : jika ) > )./01 berarti valid, dan sebaliknya jika ) < )./01 berarti tidak valid

Jika instrumen valid maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya. Ridwan (2008: 110) memberikan batasan mengenai indek korelasi sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 = sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799 = tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,599 = cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,399 = rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,199 = sangat rendah (tidak valid)

(1) Kepemimpinan Kepala Madrasah ( )

Berdasarkan hasil uji coba insrumen penelitian untuk variabel Kepemimpinan Kepala Madrasah (X ) diperoeh kesimpulan bahwa dari 40 item tersebut, setelah dilakukan uji coba ternyata terdapat beberapa item yang gugur (tidak valid). Item yang tidak valid disisihkan atau tidak digunakan. Pada analisis ini, item yang dinyatakan valid harus dibuktikan dengan perhitungan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical Product and Service

Solution) versi 15. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada “Corrected Item-Total Correlation” yang merupakan korelasi antara score item

dengan score total item (nilai ) dibandingkan dengan nilai ./01. Jika nilai lebih besar dari nilai ./01 atau nilai > nilai ./01, maka item tersebut adalah valid dengan menggunakan distribusi (tabel r) untuk α = 0,05


(50)

172 dengan derajat kebebasan (dk=n-2=30-2=28) sehingga didapat ./01= 0,374 sebagai berikut:

Tabel 3.9

Uji Validitas Item Kepemimpinan Kepala Madrasah

No Item 3456789

36:;<= = 0,374 α = 0,05; n = 30 dk = n-2 =

30-2 = 30-28

Keputusan

No.1 0.406 0,374 Valid

No.2 0.408 0,374 Valid

No.3 0.437 0,374 Valid

No.4 0.408 0,374 Valid

No.5 0.398 0,374 Valid

No.6 0.427 0,374 Valid

No.7 0.378 0,374 Valid

No.8 0.379 0,374 Valid

No.9 -0.020 0,374 Gugur

No.10 0.414 0,374 Valid

No.11 0.029 0,374 Gugur

No.12 0.426 0,374 Valid

No.13 0.417 0,374 Valid

No.14 0.435 0,374 Valid

No.15 0.415 0,374 Valid

No.16 0.429 0,374 Valid

No.17 0.412 0,374 Valid

No.18 -0.075 0,374 Gugur

No.19 0.421 0,374 Valid

No.20 0.400 0,374 Valid

No.21 0.401 0,374 Valid

No.22 0.388 0,374 Valid

No.23 -0.087 0,374 Gugur

No.24 0.384 0,374 Valid

No.25 0.413 0,374 Valid

No.26 0.409 0,374 Valid

No.27 -0.046 0,374 Gugur

No.28 0.403 0,374 Valid

No.29 0.378 0,374 Valid

No.30 0.401 0,374 Valid

No.31 0.377 0,374 Valid

No.32 0.390 0,374 Valid

No.33 0.395 0,374 Valid

No.34 0.394 0,374 Valid

No.35 0.380 0,374 Valid

No.36 -0.055 0,374 Gugur

No.37 0.393 0,374 Valid

No.38 0.384 0,374 Valid

No.39 0.421 0,374 Valid


(1)

420 Store Loyalty. International Journal of Retail & Distribution Management. Volume 28 Number 2 pp.73-82. Copyright MCB University Press ISSN 0959-0552

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. (2001). Total Quality Management, Yogyakarta; Andi

Fiedler, E. Fred (1967), A theory of leadership effectiveness. New York: Mc.Graw Hill

Gary Yukl, (2001), Leadership in organizations. (terj) Budi Supriyanto. London: Prentice-Hall nternational.

Gaspersz, Vincent. (2001). Total Quality Management. Jakarta: Gramedia

Gibbs, Paul & Michael Knapp. (2002). Marketing Higher and Further Education. British Library Cataloguing in Publication Data

Goleman, Daniel. (2005). Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama2005.

Gordon T. (1991). ‘the Relationship of Corporate Culture to Industry sector and Corporate Performanca”. New York: In kotter and Heskett, eds. Coorporate Culture and Performance, The Free Press A Division of Macmillan, Inc.

Griffin, Jill. (2002). Customer Loyality How to Earn It, How to Keep It. McGraw Hill. Kentucky

Haidar Putra Daulay (1991) Historisitas dan eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah. Disertasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Hamruni. (2009). Edutainment dalam Pendidikan Islam dan Teori-Teori Pembelajaran Quantum. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Hamruni. (2009). Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Harjanto Prabowo. (2005). Pengaruh Lingkungan Individu Mahasiswa dan Kinerja Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Perguruan Tinggi serta Implikasinya pada Nilai Jasa Pendidikan. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Tidak diterbitkan.


(2)

421 Hill, Nigel. (1996). Handbook of Customer Satisfaction Measurement. Gower

Publishing. England

Hoy, Charles dkk. (2000). Improving Quality in Education, London: Kogan Page Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. (2001). Educational Admnistration: Theory,

reasearch, and Practice. Singapore: McGraw-Hill Co.

Husen, Torsten dan Postlethwaite, Neville. (1994). The International Encyclopedia of Education, England, New York, Tokyo: Elsevier Science

Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri. (2011). PAIKEM GEMROT; Mengembangkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Jakarta: Prestasi Pustaka

Kartono, Kartini. (2001). Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Keegen, Warren, J. (1997). Manajemen Pemasaran Global. Jakarta: Prenhallindo Kessler, Sheila. (1996). Measuring and Managing Customer for Educational

Institutions. 2nd Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc

Kotler, Philip, Hermawan Kartajaya, Hooi Den Huan, Sandra Liu. (2003). Rethinking Marketing; Meninjau Ulang Pemasaran, Sustainable, Market-ing, Enterprise di Asia. Jakarta: Prentice Hall

Kotler, Philip. (1994). Marketing Management; Analysis, Planning, Implementation, and Control. USA: Prentice Hall International Editions

Kotler, Philip. (2000). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo

Kotler, Philip., Thomas Hayes & Paul N. Bloom (2002). Marketing Professional Services. 2nd Editions. New Jersey: Prentice-Hall Press

Kotter, J.P. (1997), Leading change menjadi pionir perubahan. (terj) Jakarta: Gramedia Jaya

Kusumastuty, Dyah. (2009). Penjaminan Mutu Pendidikan. Materi Kuliah Pogram Pasca Sarjana Administrasi Pendidikan (S3), UPI Bandung, tanggal 20 Februari 2009

Lumpiyoadi, Rambat & A. Hamdani. (2006). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba empat


(3)

422 Lunenburg, Fred & Irgy, J. Beverly. (2006). The Principalship: Vision to Action.

USA: Wadsworth Cengaga Learning.

Makmun, Abin Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya

Maksum (1994) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, disertasi berjudul “Madrasah: sejarah dan Perkembangannya”.

Marsh, Colin. (1996). Handbook for Beginning Teacher. Australia: Longman. Marsh, Colin. (2008). Becoming A Teacher; Knowledge, Skill and Issues.

Australia: Pearson Prentice Hall

Miller, L.M. (1981). Evaluation, Faculty Performanca. San Francisco: A Handbook, Jussey Bass Publishers.

Miller, L.M. (1987). Manajemen Era Baru: Beberapa Pandangan Menegenai Budaya Perusahaan modern. Jakarta: Terj. Erlangga

Miranda, ST dan Amin Widjaya Tunggal, (2003). “A To Z”: Management, Jakarta

Muhibin Syah. (2005). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Murphy, Joseph & Louis, Karen Seashore. (1999). Handbook of Research on Educational Administration. San Francisco: Jossey-Bass Publishers. Nawawi, Hadari. (1993). Kepemimpinan dalam Islam, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Organization for Quality Education, A Group af Canadian Parent, Teacher, Trustees, Retepayer and Bisiness People Who are Dedicate for Reforming Elementary and Secondary Education in The Profince of Ontario, Canada: Downloaded, 9-16-2001

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar

Kepala Sekolah/Madrasah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang


(4)

423 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar

Sarana dan Prasarana

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

Popi Supiatin, (2008), Manajemen Balajar Bebasis Kepuasa Siswa; Studi Tentang Kajian Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Mutu Proses Belajar Mengajar dan Kepuasan Siswa Pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Serang Banten, Disertasi Sekolah Pascasarjana UPI, Tidak Diterbitkan

Porter, Bobbi De. (2000). Quantum Learning. Bandung : Kaifa

Pramudji, (1995), Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara

Ratih Hurriyati. (2004). Pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran Jasa dan Karakteristik Individu Terhadap Nilai Pelanggan dan Kesetiaan Serta Dampaknya Terhadap Nilai Transaksi Penggunaan Kartu Kridit. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Padjajaran. Bandung. Tidak diterbitkan

Riduwan & Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung: Alfabeta

Riduwan (2005). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Riduwan dan Kuncoro, E.A. (2007). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2004). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Riduwan. (2009). Manajemen Pemasaran Perguruan Tinggi; Kontribusi Kepemimpinan, Kinerja Dosen, dan Bauran Pemasaran terhadap Kepuasan Mahasiswa serta Dampaknya pada Loyalitas Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang-Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta-Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta.


(5)

424 Disertasi Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Tidak diterbitkan.

Rivai, Veitsal, (2004). Kiat Memimpin dalam Abad 21, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Robbins, P. Stephen (1993), Organizational Behavior. New Jersey: Prentice-Hall Sadler, (1997). Ledership. London: Kogan Page Limited

Saladin, H. Djaslim. (2002). Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian (Teori Aplikasi dan Tanya Jawab). Bandung: Linda Karya

Sallis, Edward. (2003). Total Quality Management In Education, London; Koga. Satori, Djam’an, & Komariah, Aan. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta

Saunders and H J Jhonson, (1965), A Theory of Educational Leadership,(Columbus: Charles E. Marril Books

Saunders and H J Jhonson, (1965), A Theory of Educational Leadership. Columbus: Charles E. Marril Books

Schijns, Jos M. C. (2003). Loyality and Satisfaction in Physical and Remote Service Encounters. Journal. DEMF Educator’s Conference.

Shankar, Venkatesh., Amy K. Smith, Arvind Rangaswamy. (2002). Customer Satisfaction and Loyality in online and offline Environments. Journal. Business Research Centre Case Study

Silberman, Mel. (2000). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. (terj). Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Sinaga, Dian. (2007). Mengelola Perpustakaan Sekolah. Bandung: Bejana.

Singarimbun, Masri & Sofyan Efendi. (1995). Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES

Soebagio Atmodiwirio, (2000), Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : PT. Ardadizya

Soewarso Hardjosoedarmo. (2002). Total Quality Management, Yogyakarta, Andi Offset.

Stackpole, Irving L. (2004). Satisfaction is Cheap-Loyality Is Priceless. Journal. Stackpole & Associates, Inc


(6)

425 Steenbrink, Karel A., (1974). Pesantren, Madrasah, dan Sekolah: Pendidikan

Islam dalam Kurun Modern. Jakarta; LP3ES

Sudarwan Danim (2005), Menjadi Komunitas Pembelajar Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Sudarwan Danim, (2006), Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta: Bumi Aksara

Sudjana (1996). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung: Tarsito

Suparlan. (2006). Guru sebagai Profesi, Yogyakarta: Hikayat Publishing

Sutisna. (2002). Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Thoha, Miftah. (2005). Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tjiptono, Fandy. (2001). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset

U. Husna Asmara, (1985), Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Bogor: Ghalia Indonesia

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional VanGundy, B. Arthur. (2005). 101. Activities for Teaching creativity and Problem

Solving. San Francisco: Pfeiffer

Wahyudi (2006), Laporan Penelitian dengan judul “Basic Education Issues on Quality Improvement” diterbitkan oleh Jakarta: MBE USAID mengungkapkan bahwa masalah peningkatan mutu mulai dari pre-service training, in-pre-service training dan proses pembelajaran belum sampai pada ultimate goal.

Yukl, Gary, (2005), Kepemimpinan dalam Organisasi (terj), Jakarta: Prenhallindo Zaini, Syahminan. (2005). Jalur Kehidupan Manusia Menurut Al-Quran, Jakarta:

Kalam Mulia

Zeithaml Valarie. A. and Mary Jo Bitner. (2004). Service Marketing: integrating Customer focus Across the firm. 3rd Edition. The McGraw – Hill Companies


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH, SARANA PRASARANA, DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah, Sarana Prasarana, Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Di Kabupaten Wono

0 2 15

TESIS Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah, Sarana Prasarana, Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Di Kabupaten Wonogiri.

0 3 12

PENDAHULUAN Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah, Sarana Prasarana, Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Di Kabupaten Wonogiri.

0 3 7

LAMPIRAN- LAMPIRAN Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah, Sarana Prasarana, Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Di Kabupaten Wonogiri.

0 3 32

KONTRIBUSI PENGETAHUAN MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS MADRASAH DAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP KINERJA KEPALA MADRASAH ALIYAH DI KOTA MEDAN.

0 1 37

FAKTOR DITERMINAN MUTU MADRASAH ALIYAH : Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala, Kinerja Komite, Budaya Mutu, Kinerja Mengajar Guru, terhadap Mutu Madrasah Aliyah Swasta Terakreditasi B se-Kabupaten Bandung.

1 6 64

STUDI KINERJA GURU DI MADRASAH ALIYAH: Analisis Deskriptif Pengaruh Kompetensi, Motivasi dan Komitmen terhadap Kinerja Guru dan Dampaknya pada Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Kotamadya Yogyakarta.

0 3 77

PENINGKATAN MUTU MADRASAH:Kontribusi Kepemimpinan Kepala Madrasah, Iklim Organisasi, dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Mutu Madrasah Tsanawiyah di Kota Jambi.

0 0 87

PENGEMBANGAN PRODUKTIVITAS MADRASAH :Studi Kontribusi Kinerja Kepala Madrasah Aliyah (MA), Budaya MA, Kompetensi Guru serta Ketersediaaan Sarana dan Prasarana terhadap Produktivitas MA di Jawa Barat.

0 1 70

Pengaruh manajemen sarana dan prasarana pendidikan terhadap mutu pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum Waru Sidoarjo.

0 0 90