Peran Komite Madrasah Dalam Mendukung Pencapaian Kinerja Kepala Madrasah Di Mi Miftahul Anwar Tapos Depok

(1)

MIFTAHUL ANWAR TAPOS DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Dede Evah Hudoefah

NIM. 107018201085

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Kinerja Kepnla Madrasah di Mi Miftahul Anwar Tapos Depok" yang disusun oleh Dede Evah Hudoefah NIM : 107018201085, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dinyatakan Lulus dalam ujian munaqosah pada 01 Oktober 2013 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 24 Oktober 2013

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia

(Ketuajurusan)

Dr. Hasyim Asy'ari" M.Pd NrP. 19661009 199303 1 004

Tanggal

Penguji I

Drs. Mu'arif SAM. M.Pd NrP. 19650717 199403 1 005

Penguji II

Zahrudin. Lc. M.Pd

l,rIP. 197303A22005U I AA2

Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah

Tanda Tangan

$l )i&

"'flr""

W

Nurlena Rifa'i. MA. Ph.D NIP. 19520609 198103 I 004


(3)

PENCAP.{IAN KINERJA KEPALA MADRASA,H DI MI MIFTAHT]L

A}I-WAR TAPOS DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh

Dede Evah Hudoefah NrM. 107018201085

Di bawah Bimbingan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAI{

JT'RUS${ KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAIY KEGT]RUAN

TJNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULAII

JAKARTA

2013MJ l434El


(4)

skripsi berjudul : "PERAN KOMITE MADRASAH DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN KINERJA KEPALA MADRASAH DI NII MIFTAHUL ANWAR TAPOS DEPOK" disusun oleh Dede Evah Hudoefah dengan Induk Mahasiswa 107018201085. Jurusan KI Manajemen Pendidikan. Telah melalcukan uji referensi dari karya ilmiah yang telah di buat untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas.

Jakarta, 06 September 2013

Yang Mengesahkan:

Pembimbing


(5)

Nama NIM Jurusan Alamat Depok

NIP

JurusanlProdi

MEIIYATAKAFT DENGAI{ SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudut Peran Komite Madrasah Dalam Mendukung Pencapaian Kinerjr Kepala Madrasah di MI Miftahul Anwar Tapos Depok adalahbenarhasil karya sendiri di bawah bimbingan:

Nama Pembimbing : Drs. Masyhuri, AM, M.Pd :

Yang bertandatangan di bawah ini: : Dede Evah Hudoefah : 107018201085

: Kependidikan Islam-Manajemen Pendidikan

: Jl.Masjid Al Amsir Rt 03/06 Kel. Leuwinanggung Kec. Tapos

: 19500518 198703 1 002

: Kependi dikan Islam/lvlanaj emenPendidikan

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesunggUhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi ap3rbila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 05 September 2013 Yar-re-Mepy$ekarl,-..


(6)

i

Alhamulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah tercurahkan, sehingga setelah melalui proses yang cukup panjang akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta seluruh penerus perjuangannya yang telah membawa umatnya kepada jalan kebenaran.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi untuk meraih jenjang Strata

satu (S1) yang berjudul “Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Kepala

Sekolah di MI Miftahul Anwar Tapos Depok” banyak mengalami tantangan dan

kendala, baik yang berkaitan dengan pengaturan waktu, pengumpulan data, pembiayaan dan sebagainya. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dorongan yang kuat dari semua pihak, maka kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dengan sebaik-baiknya.

Oleh karena itu, sudah sepantas nya penulis mengucapkan puji syukur yang sedalam-dalamnya kehadirat Allah SWT Yang Maha Agung dan mengucapkan terimakasih yang setinggi- tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada :

1. Nurlena Rifa’I, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Ketua Jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan

3. Drs. Masyhuri, MA, M.Pd Dosen pembimbing skripsi penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga atas saran, kritik dan masukan yang telah mengarahkan dengan sabar dan penuh harapan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Udin Syamsudin S.Pd., Kepala MI Miftahul Anwar beserta staff MI Miftahul Anwar Tapos Depok yang telah berkenan memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan skripsi ini.


(7)

ii

dan motivasi yang sangat besar tak terhingga.

6. Suami terkasih Abdul Mutholib, yang sudah menjadi teman, sahabat dan kakak yang baik, yang selalu siap membantu, memotivasi dan memberikan kata-kata bijak dengan penuh cinta kasih, sehingga penulis selalu termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Anak tercinta Queensha Rafhania Mutholib (Alh) yang telah memberikan kebahagian yang luar biasa, semoga Allah selalu menjadikan bidadari surga dan senantiasa ditempatkan ditempat paling mulia.

8. Adik Mahfudz Anwar dan Khilda Zulfa Naziah yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dan mengajarkan arti kesabaran dan tanggung jawab.

9. Sahabat Mardinah, Atiyatu zakiyah, Richa Rahma Fadilah, Fatmawati, adik Siti Suci Lestari dan Nur, yang tidak henti-hentinya memberikan semangat dan rasa kekeluargaan yang erat. Semoga Allah selalu memberikan kebahagian.

10.Keluarga besar KI- Manajemen Pendidikan khususnya angkatan 2007 kelas A dan B yang telah mengajarkan penulis arti sebuah persahabatan dan kedewasaan dalam berfikir.

11.Keluarga besar Pondok Pesantren Daar El Hikam, yang telah mengajarkan penulis ilmu agama dan mengajarkan kesabaran yang luar biasa . Semoga Allah limpahkan rahmat dan kebahagian untuk Aby Bahrudin beserta keluarga.

12.Seluruh pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu, namun tidak mengurangi rasa terimakasih dan penghargaan penulis kepadanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini, banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik

Akhirnya, kepada Allah SWT, penulis panjatkan doa semoga bantuan dan amal mereka diberi balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin Ya Rabbal Alamin

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb Jakarta, 05 September 2013


(8)

iii

Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan. Judul

Skripsi “Peran Komite Madrasah Dalam Menukung Pencapaian Kinerja

Kepala Madrasah Di MI Miftahul Anwar Tapos Depok

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran komite madrasah disuatu lembaga pendidikan dan untuk mengetahui peran komite Madrasah dalam mendukung pencapian kinerja kepala Madrasah dalam melakukan evaluasi, pengawasan, kebijakan, program, penyelenggaraan dan mutu pendidik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara factual dan akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Hasil penelitian menunjukan bahwa peran komite madrasah dalam mendukung pencapaian kinerja kepala madrasah belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan belum optimalnya peran komite madrasah dalam mendukung pencapaian kinerja kepala madrasah yang sesuai dengan acuan dan pedoman kerja komite sekolah yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Nasional.

Berdasarkan hasil penelitian, direkomendasikan kinerja komite madrasah melakukan kordinasi yang lebih baik dengan pihak sekolah dan mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu di MI Miftahul Anwar Tapos Depok. Dalam hal administrasi, komite sekolah lebih meningkatkan sistem dokumentasi dan manajemen kearsipan komite sekolah dengan lebih baik dan teratur. Komite sekolah diharapkan ikut mengawasi proses belajar mengajar di kelas agar dapat memberikan saran yang terbaik dalam proses belajar mengajar.

Rekomendasi untuk kepala madrasah, lebih aktif dalam bekerjasama dengan komite madrasah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kepala madrasah diharapkan lebih aktif dalam memberikan dan menggali inovasi-inovasi baru yang ada dalam masyarakat, sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan dukungan masyarakat terhadap pendidikan. Kepala madrasah dapat menjadikan komite madrasah partnership dalam rangka peningkatan fungsi manajemen berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan di MI Miftahul Anwar Tapos Depok


(9)

iv

Kata Pengantar ... i

Abstraks ... iii

Daftar Isi... iv

Daftar Tabeli ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah. ... 5

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kinerja Kepala Sekolah 1. Pengertian Kinerja ... 8

2. Model-model Teori Kinerja ... 9

3. Kinerja Kepala Sekolah... 9

4. Peran Kepala Sekolah ... 12

5. Model Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Ideal ... 22

6. Tugas-tugas Kepala Sekolah ... 23

B. Peran Komite Sekolah 1. Pengertian Peran... 25

2. Pengertian Komite Sekolah ... 26

3. Peran dan Fungsi Komite Sekolah ... 26

4. Tujuan Komite Sekolah... 30

5. Perinsip Pembentukan Komite Sekolah ... 31

6. Program Komite Sekolah ... 31

7. Keanggotaan dan Kepengurusan Komite Sekolah ... 32


(10)

v

B. Teknik Pengumpulan Data ... 43

C. Teknik Pengolahan Data ... 44

D. Teknik Analisa Data ... 45

E. Kisi-kisi Wawancara ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Miftahul Anwar Tapos Depok ... 50

1. Sejarah Berdirinya MI Miftahul Anwar Tapos Depok ... 50

2. Letak Geografis ... 51

3. Profil Kepala Sekolah ... 51

4. Profil Ketua Komite MI Miftahul Anwar ... 51

5. Profil Sekolah MI Miftahul Anwar ... 52

6. Visi dan Misi MI Miftahul Anwar ... 52

B. Kronologi Data ... 53

1. Latar Belakang Kelahiran Komite Sekolah MI Miftahul Anwar .. 53

2. Tujuan Komite sekolah MI Miftahul Anwar ... 54

3. Program Kerja Komite Sekolah MI Miftahul Anwar ... 55

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

1. Mekanisme Pemilihan Komite Sekolah MI Miftahul Anwar ... 57

2. Keanggotaan Komite Sekolah MI Miftahul Anwar ... 60

3. Pelakasanaan Peran Komite Sekolah MI MIftahul Anwar ... 62

4. BAB V PENUTUP DAN KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

vi

Tabel 1Peran Komite Sekolah Sebagai Pemberi Pertimbangan

(Advisory Agency) ... 35

Tabel 2 Peran Komite Sekolah Sebagai Pendukung (Supporting Agency ... 37

Tabel 3 Peran Komite Sekolah Sebagai Pengontrol (Controlling Agency ... 38

Tabel 4 Peran Komite Sekolah Sebagai Mediator (Mediator Agency) ... 40

Tabel 5 Bagan Struktur Organisasi Komite Sekolah ... 42

Tabel 6 Struktur Organisasi Komite Sekolah MI Miftahul Anwar Tapos Depok ... 54


(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka Pemerintah telah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya

Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan, karena hal ini menyangkut masa depan bangsa, ini berarti suatu kemajuan bangsa terletak pada kualitas manusianya, maka kualitas manusia hanya bisa dibina melalui pendidikan.1

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan perlunya memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah secara optimal. Hal ini penting karena sekolah memerlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun program yang relevan, sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam melaksanakan program tersebut. Disisi lain masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk mendapatkan program –program pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. Jalinan itu dapat terjadi, jika kepala sekolah aktif dan dapat membangun hubungan yang saling menguntungkan (mutualisma).

Sutisna mengemukakan hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu : (1) Untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud- maksud dan sarana- sarana di sekolah, (2) Untuk menilai program sekolah, (3) Untuk mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan anak didik, (4) Untuk

1


(13)

mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan, (5) Untuk membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah, (6) Untuk memberi tahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah, (7) Untuk mengarahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah. 2

Sekolah sebagai lembaga sosial yang diselenggarakan dan dimiliki oleh masyarakat, harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Sekolah mempunyai kewajiban secara legal dan moral untuk selalu memberikan penerangan kepada masyarakat tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan dan keadaannya, dan sebaliknya sekolah harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat.

Keterlibatan masyarakat dalam sekolah telah memperoleh peran yang cukup besar, yang menempatkan masyarakat sebagai bagian dalam proses pendidikan yang berlangsung. Melalui wadah yang dinamakan komite sekolah/ dewan sekolah yang diharapkan bahwa para stakeholder pendidikan mengambil peran yang maksimal, sehingga sekolah mampu memberikan yang terbaik bagi pelanggannya (customer). 3

Komite Sekolah/Madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.4

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sisdiknas, komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun

2

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006) hal. 163

3

Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta :PT Sarana Panca Karya Nusa, 2009), hal.161

4

Departemen Agama Republik Indonesia, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang- Undang SISDIKNAS, (Jakarta : Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), h. 57-58


(14)

jalur pendidkan luar sekolah.5 Dalam rangka pelaksanaan otonomi pendidikan sebagai salah satu bagian dari otonomi daerah, maka untuk meningkatkan peran serta masyarakat dibidang pendidikan, diperlukan suatu wadah yang dapat mengakomodasikan pandangan, aspirasi dan menggali potensi masyarakat untuk menjamin terciptanya demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas pendidikan.

Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah propinsi, Kabupaten/Kota, dan pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat atau stakeholder pendidikan. Hal ini sesuai dengan konsep partisipasi berbasis masyarakat (community based participation) yang kini tidak hanya menjadi wacana, tetapi mulai dilaksanakan di Indonesia. Inti dari penerapan tersebut adalah bagaimana agar sekolah dan semua yang berkompeten atau stakeholder pendidikan dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Untuk itu diperlukan kerjasama yang sinergis dari pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat atau stakeholder lainnya secara sitematik sebagai wujud peran serta dalam melakukan pengelolaan pendidikan melalui Dewan Pendidikan dan komite sekolah.

Kepala sekolah merupakan pihak yang bersentuhan langsung dengan proses pelaksanaan pendidikan sekolah. Kemampuan professional sangat diperlukan guna mewujudkan sekolah yang efektif. Kepala sekolah merupakan pengelola yang tidak hanya dipandang dari sudut manajerial saja tetapi harus mampu menangkap laju kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga segala aktiftas yang dijalankan oleh sekolah akan dapat mendukung terciptanya sekolah yang efektif.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa peran komite sekolah dan kepala sekolah sangat berperan besar dalam menentukan maju mundurnya suatu sekolah, namun kepala sekolah memiliki tugas yang sangat besar dan tanggung jawab yang besar pula untuk memajukan kualitas sekolah. Salah satu tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Hal ini berarti peran serta

5Undang- undang Republik Indonesia No. 20 Th 2003 tentang Sisdiknas

, (Jakarta : PT Kloang Putra timur, 2003), h. 110


(15)

masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan berwujud material saja, namun juga diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan terutama di sekolah-sekolah harus mampu menyelaraskan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu diantaranya berkaitan dengan kinerja Kepala Sekolah dalam rangka mewujudkan sekolah efektif, mengingat kondisi yang ada sekarang ini, manajerial Kepala Sekolah serta kinerja seorang manajer (pemimpin) yang menjadi perhatian di kalangan pendidikan masih memprihatinkan. Pengelolaan pendidikan belum dilakukan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya kinerja kepala sekolah yang masih rendah dan ketidakmampuan untuk menyelaraskan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Paradigma pendidikan yang memberikan wewenang luas kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensinya memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerial, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolahnya. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan yang harus dimiliki dasar kepemimpinan yang kuat, setiap kepala sekolah harus memiliki kunci sukses kepemimpinannya. 6

Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi serta strategi manejemen pendidikan secara utuh. Sukses tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen sekolah (who is behind the school). Kemampuan kepala sekolah tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan kepemimpinan serta tugas yang dibebankan kepadanya karena tidak jarang kegagalan pendidikan dan

6

E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimponan Kepala Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), h. 16


(16)

pembelajaran di sekolah disebabkan oleh kurangnya pemahaman kepala sekolah terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukan bahwa berhasil tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misi. Dalam prosesnya interaksi berkualitas yang dinamis antara kepala sekolah, guru, tenaga administrasi dan peserta didik memainkan peran yang sangat penting, terutama dalam menyesuaikan berbagai aktifitas sekolah dengan tuntutan globalisasi, tuntutan situasi, kondisi dan lingkungannya. Semuanya sangat menuntut kompetensi dan profesionalitas kepala sekolah, untuk memungkinkan tercapainya interaksi berkualitas yang dinamis.7 Namun pada MI Miftahul Anwar kinerja Kepala Madrasah masih belum memuaskan, kemampuan Kepala Madrasah belum berjalan baik, ini terlihat dari beberapa program kepala madrasah yang belum banyak tercapai. Dan Komite madrasah yang belum mampu menjalankan perannya, sehingga mempengaruhi kinerja kepala madrasah dan menjadikan kinerja madrasah rendah.

Sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang semakin meningkat dewasa ini, maka pengelolaan pendidikan perlu dibenahi selaras dengan tuntutan perubahan yang dilandasi oleh adanya kesepakatan, komitmen, kesadaran, kesiapan membangun

budaya baru dan profesionalisme dalam mewujudkan “Masyarakat Sekolah” yang

memiliki loyalitas terhadap peningkatan mutu sekolah.

Dilihat dari pentingnya komite sekolah dan kinerja kepala sekolah, agar peran serta fungsinya dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan uraian diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengkaji “Peran Komite Madrasah Dalam Mendukung Pencapaian Kinerja Kepala Madrasah di MI Miftahul Anwar Tapos Depok”

B. Fokus Masalah

Masalah yang dapat penulis identifikasi yang berhubungan dengan peran strategis komite sekolah dalam meningkatkan profesionalisme kepala sekolah adalah :

7


(17)

1. Kurangnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggraan pendidikan

2. Kurangnya evaluasi dan Pengawasan terhadap kinerja, kebijakan, program, penyelenggraan dan hasil/ mutu pendidikan.

3. Kurangnya peran komite sekolah dalam proses peningkatan mutu pendidikan di sekolah

4. Kurangnya fasilitas dalam mengkomunikasikan program kerja sekolah pada wali murid, masayarakat dan dunia usaha dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

5. Komite sekolah belum menjadi penampung aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan masayarakat.

C. Perumusan Masalah

Dilihat dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana komite Madrasah dalam mendukung pencapaian kinerja kepala madrasah ?

b. Bagaimana Komite madrasah sebagai pendukung pencapaian kinerja kepala madrasah memberikan masukan dan rekomendasi untuk perbaikan sesuai dengan program kerja kepala Madrasah ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mendeskripsikan peran komite madrasah disuatu lembaga pendidikan

b. Untuk mengetahui peran komite Madrasah dalam mendukung pencapian kinerja kepala Madrasah dalam melakukan evaluasi, pengawasan, kebijakan, program, penyelenggaraan dan mutu pendidik


(18)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Pengurus komite sekolah, mengungkapkan beberapa kendala atau hambatan terhadap peran dan fungsi komite sekolah yang dapat digunakan oleh pengurus komite sekolah sebagai tataran pelaksanaannya, serta keberadaaannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Penyelenggara pendidikan, memberikan sumbangan pemikiran dan masukan akan pentingnya peran dan fungsi Komite Sekolah yang berguna dalam upaya peningkatan komitmen dan kinerja Kepala Sekolah dalam mewujudkan “Masyarakat Sekolah” yang memiliki loyalitas terhadap peningkatan mutu sekolah.


(19)

8

A. Kinerja Kepala Sekolah 1. Pengertian Kinerja

Para ahli memberikan banyak batasan mengenai istilah kinerja, walaupun perumusannya berbeda namun secara prinsip tampaknya memiliki arti yang sejalan mengenai proses pencapaian hasil. Hadari Nawawi berpendapat “ Kinerja adalah prestasi seseorang dalam suatu keahlian tertentu, dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya yang didelegasikan dari atasan dengan efektif dan

efisien”.1

Menurut E. Gibson, dkk., mengungkapkan kinerja sebagai prestasi kerja yaitu hasil yang diinginkan dari prilaku.2 Wahjosumijo merumuskan “ pengertian kinerja sebagi sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam

rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam suatu unit kerja”.3

Menurut Kammars “ Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang bearti kemauan

dan kemampuan melakukan pekerjaan”.4 Mulyasa menjelaskan bahwa “Kinerja

dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau

untuk kerja”.5

Dari pengertian yang telah dikemukkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah pencapaian atau prestasi kerja dari seseorang yang memiliki kemauan, kemampuan dan prilaku yang baik dalam melakukan pekerjaannya dalam usaha menerapan konsep gagasan dengan efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan oleh lebaga pendidikan.

1

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : PT Gunung Agung, 1999), h.34

2

Ralph E. Gibson, dkk., Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Erlangga, 1992), h. 120

3

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritis dan Permasalahnnya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005), h. 430

4

Kammars, M. Dachnel, Model Pengelolaan dan Penelitian Kurikulum, Konvensi Nasional Indonesia II, Kurikulum Abad 21, (Jakarta : Gramedia , 1992), h. 72

5


(20)

2. Model- Model Teori Kinerja

Untuk memahami tentang kinerja, berikut ini beberapa model Kinerja : 1. Model Vromian

Menurut model ini kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antara kemampuan (ability) dan motivasi. Hubungan perkalian tersebut mengandung arti bahwa : jika seorang rendah pada salah satu komponen maka prestasi kerjanya akan rendah pula. Kinerja seseorang yang rendah merupakan hasil dari motivasi yang rendah dengan kemampuan rendah 2. Model Lawler dan Porter

Lawler dan Porter mengemukakan bahwa “ Performance = effort x Ability x role Perception “. Effort Yaitu banyaknya energy yang dikeluarkan seseorang dalam situasi tertentu, abilities adalah karakteristik individu seperti intelegensi, keterampilan, sifat sebagai kekuatan potensi untuk berbuat dan melakukan sesuatu. Sedangkan Role Perception adalah kesesuaian antara usaha yang dilakukan seseorang dengan pandangan atasan langsung tentang tugas yang harusnya dikerjakan

3. Model Ander dan Butzin

Jika semua teori tentang kinerja dikaji maka di dalamnya melibatkan dua

komponen utama yakni “ability” dan “motivasi”. Perkalian antara ability

dan motivasi menjadi sangat popular, sehingga banyak sekali dikutip oleh para ahli dalam membicarakan kinerja. Orang yang tinggi ability nya tetapi rendah motivasinya akan menghasilkan kinerja yang rendah, demikian halnya orang yang bermotivasi tinggi tetapi abilitynya rendah.6

3. Kinerja Kepala Sekolah

Wahjosumidjo mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin dan penanggung jawab sangat berpengaruh dalam menentukan kemajuan sekolah dituntut memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah harus melakukan peningkatan profesionalismenya, berangkat dari kemauan dan kesedian kepada bawahan, yang bersifat memprakarsai dan

6


(21)

didasari pertimbangan yang matang, bersifat demokrasi dan lebih mempertimbangkan kematangan bawahan.7

Kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan kearah peningkatan prestasi peserta didik. Menurut Sellis yang dikutip Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala Sekolah Profesional (2004), untuk menjadi kepala sekolah yang professional harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut :

1. Mempunyai visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu bagi sekolahnya maupun tenaga kependidikan dan peserta didik; 2. Mempunyai komitmen yang jelas dan mengkomunikasikan

perannya berkaitan pada proses peningkatan kualitas;

3. Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan sekolah;

4. Dapat meyakinkan peserta didik, orang tua dan masyarakat;

5. Kepala sekolah mendukung pengembangan tenaga kependidikan serta melakukan inovasi terhadap sekolah;

6. Menjalani struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang jelas;

7. Mengembangkan komitmen yang bersifat organisasional maupun budaya yang membangun tim kerja yang efektif;

8. Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi; 8

Dari beberapa konsep diatas, kepala sekolah dalam mengelola lembaga pendidikan, sekolah harus mempunyai visi, misi serta komitmen yang jelas. Kepala sekolah juga membangun tim kerja yang kompak, karena setiap lembaga pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa ada dukungan dari berbagai pihak.

7

Wahjosumidjo, Op. Cit, h. 78

8


(22)

Sekolah diharapkan akan selalu memusatkan segala perhatian dan kemampuan secara optimal untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Ketaatan dalam menjalankan segala peraturan perundang undangan dan kebijakan yang telah digariskan ini akan mendukung keberhasilannya dalam menjalankan tugasnya dengan penuh pengabdian, kesadaran,dan tanggung jawabnya. Pemenuhan persyaratan untuk menjadi kepala sekolah/madrasah baik yang bersifat syarat umum maupun syarat teknis, menjadi suatu keharusan bagi setiap pendidik.

Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada sekolah dalam mengembangkan potensinya memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolahnya. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan Supriadi bahwa “erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah,

iklim udaya sekolah, dan menurunkan prilaku nakal peserta didik”. Selain

itu kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro. Yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28

tahun1990 bahwa “ kepala sekolah bertanggung jawab atas

penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

Menyadari hal tersebut kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam krangka ini dirasakan perlunya peningkatan manajemen kepala sekolah secara profesioanal untuk mensukseskan program –program pemerintah yang sedang digulirkan, yakni otonomi daerah, desentralisasi pendidikan,


(23)

manajemen berbasis sekolah, kurikulum berbasis kompetensi, dan lain-lain. Yang semuanya menuntut peran aktif dan kinerja kepala sekolah.9

Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan hendaknya memiliki pengertian dan pengetahuan yang luas tentang penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran disekolah. Adapun keterampilan yang harus dimiliki kepala sekolah adalah :

1) Keterampilan kepemimpinan

2) Keterampilan pendidikan dan pengajaran

3) Keterampilan teknis yaitu yang berhubungan dengan penggunaan alat- alat penunjang pendidikan.

4) Kemampuan konseptual

5) Keterampilan hubungan manusia.10

Disamping keterampilan tersebut kepala sekolah juga diwajibkan memiliki kompetensi sebagai berikut :

1. Kecakapan dalam mengatur tenaga personel sekolah, meliputi guru, murid dan karyawan

2. Kecakapan dalam hal mengelola sarana dan pra sarana sekolah 3. Kecakapan dalam hal mengelola keuangan sekolah dan

pembiayaan

4. Kecakapan untuk kerjasama antara sekolah dengan masyarakat 5. Kemampuan untuk memimpin dan memplopori perbaikan dan

pelaksanan kurikulum sekolah atau perbaikan pengajaran bersama dengan staf yang dipimpinnya.11

4. Peran Kepala Sekolah

Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan

9

E. Mulyasa, Ibid, h. 24

10

Made Pidarta, Manjemen Pendidikan Indonesia, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2004),cet. Ke 2, h. 204-231

11

Soekarto Indrafachrudi,dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, ( Jakarta : Badan Penerbit ALDA, 1984), h.45


(24)

bersifat unik menunjukan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki cirri-ciri tertentu yang tidak dimiliki organisasi lain. Ciri-cirri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia. Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat kordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.

Kepala sekolah berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.

Ada tiga macam peranan pemimpin dilihat dari otoritas dan status formal seorang pemimpin.

1. Peranan hubungan antar perseorangan (Interpersonal Roles)

Peranan ini timbul akibat otoritas formal dari seorang manajer meliputi:

a. Figurehead

Figurehead berarti lambang. Dalam pengertian sebagai lambang kepala sekolah mempunyai kedudukan yang selalu melekat dengan sekolah . Kepala sekolah dianggap sebagai lambang sekolah. Oleh sebab itu seorang kepala sekolah harus selalu dapat memelihara integritas diri agar peranannya sebagai lambang tidak menodai nama baik sekolah

b. Kepemimpinan (Leadership)

Peranan sebagai pemimpin mencerminkan tanggung jawab kepala sekolah untuk menggerakan seluruh sumber daya yang ada disekolah, sehingga lahir etos kerja dan produktifitas yang tinggi dalam mencapai tujuan. Fungsi kepemimpinan ini sangat penting sebab di samping berperan sebagai penggerak juga berperan untuk melakukan control segala aktifitas guru, staf dan sisa sekaligus untuk meneliti persoalan- persoalan yang timbul dilingkungan sekolah


(25)

c. Penghubung (Liasion)

Dalam fungsi ini kepala sekolah berperan menjadi penghubung antara kepentingan sekolah dengan lingkungan diluar sekolah. Sedangkan secara internal liasion kepala sekolah menjdi alat perantara antara wakil-wakil para guru, staf, siswa dalam menyelesaikan kepentingan mereka. Tujuan liasion adalah untuk memperoleh informasi dari berbagai pihak untuk keberhasilan kepala sekolah. 2. Peran Informasional (Informasional Roles)

Kepala sekolah berperan untuk menerima dan menyebarluaskan atau meneruskan informasi kepada guru, staf, siswa dan orang tua siswa. Dalam fungsi informasional inilah kepala sekolah berperan sebagai pusat urat syaraf (Nerve Center) sekolah.

Ada tiga macam peran kepala sekolah sebagai informasional yaitu : a. Sebagai monitor

Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan terhadap lingkungan, yaitu kemungkinan adanya informasi-informasi yang berpengaruh terhadap penampilan sekolah

b. Sebagai disseminator

Kepala sekolah bertanggug jawab untuk menyebarluaskan dan membagi-bagi informasi kepada para guru, staf, siswa dan orang tua murid

c. Spokeman

Kepala sekolah menyebarkan (transmits) informasi kepada lingkungan diluar yang dianggap perlu. Dalam fungsi ini kepala sekolah berperan sebagai wakil resmi sekolah.

3. Sebagai Pengambil Keputusan

Peran sebagai pengambil keputusan merupakan peran yang paling penting dari kedua macam peran yang lain, yaitu interpersonal dan informational roles

Ada empat macam peran kepala sekolah sebagai pengambil keputusan yaitu :


(26)

a. Entrepreneur

Dalam peran ini kepala sekolah selalu berusaha untuk memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program yang baru, serta melakukan survei untuk mempelajari berbagai persoalan yang timbul dilingkungan ekolah

b. Orang yang memperhatikan gangguan ( disturbance- handler)

Gangguan yang timbul pada suatu sekolah tidak hanya diakibatkan kepala sekolah yang tidak memperhatikan situasi, tetapi bisa juga akibat kepala sekolah yang tidak mampu mengantisipasi semua akibat pengambilan keputusan yang telah diambil

c. Orang yang menyediakan segala sumber (a resource allocator)

Kepala sekolah bertanggung jawab untuk menentukan siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan. Sumber-sumber yang dimaksud meliputi sumber daya manusia, dana , peralatan dan berbagai kekayaan sekolah yang lain. Seorang kepala sekolah harus secara terus menerus meneliti dan menentukan bagaimana sumber-sumber tersebut dapat diadakan dan dibagikan d. A negotiator roles

Dalam fungsi ini kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar. Untuk menjalin dan memenuhi kebutuhan baik sekolah maupun dunia usaha. Dalam kerja sama ini meliputi penempatan lulusan, penyesuaian kurikulum, tempat praktik tenaga pengajar dan sebagainya. Fungsi negosiator akan lebih banyak dilakukan oleh sekolah-sekolah kejuruan, khususnya dengan pihak dunia usaha dan industri.12

Kaitannya kinerja kepala sekolah dapat dilihat melalui peran dan fungsinya, kepala sekolah sebagai penanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan menurut BSNP mempunyai fungsi sebagai berikut :

12


(27)

a. Kepala Sekolah Sebagai Educator

Kepala sekolah harus memiliki strategi untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menurut E Mulyasa

“sebagai educator,kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan

kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugas nya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah

diikutinya”.13

Dari sudut yang berbeda, menurut Cece wijaya dan Tabrani Rusyan dimana kepala sekolah sebagai seorang pendidik (Educator) juga harus mempunyai kemampuan professional keguruan yaitu :

1) Menguasai bahan yang diajarkan 2) Mengelola program belajar mengajar 3) Menggunakan sumber media mengajar 4) Mengelola interaksi belajar mengajar

5) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan 6) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

7) Memahami perinsip-perinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk keperluan pengajaran.

Kepala sekolah sebagai pendidik harus mengetahui materi yang akan diajarkan, serta mampu merencanakan program belajar mengajar. Kepala sekolah juga menyediakan media belajar sebagai alat bantu untuk proses pembelajaran serta mampu menciptakan interaksi dalam belajar mengajar dengan melakukan bimbingan atau penyuluhan terhadap siswa. Kepala sekolah harus mengetahui pengelolaan administrasi sekolah dan mampu mengevaluasi hasil-hasil penelitian pendidikan dalam keperluan

13


(28)

pengajaran. Dengan demikian kinerja kepala sekolah berarti prestasi atau kontribusi yang diberikan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta fungsinya sebagai pemimpin dan mengatur penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah juga berusaha melakukan pendidikan pembinaan mental, moral, fisik dan atistik kepada tenaga kependidikan serta memberikan motivasi agar para tenaga kependidikan merasa nyaman dengan profesinya.14

b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Menurut E. Mulyasa “dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, member kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. 15 Kepala sekolah sebagai manajer harus mampu memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama yaitu dengan memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan kompetensinya, serta mendorong para pendidik terlibat dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah

Tani Handoko berpendapat “Kepala sekolah sebagai manajer harus mampu mengawasi dan bertanggung jawab atas kesatuan kerja keseluruhan devisi yang mencakup atau beberapa kegiatan- kegiatan

fungsional dalam satuan kerja”. 16 c. Kepala Sekolah Sebagai Administator

Kepala sekolah sebagai administrator harus memiliki hubungan yang erat dengan berbagai akifitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan dokumentasi seluruh program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola

14

E. Mulyasa, Ibid, h. 98-99

15

E. Mulyasa, Ibid, h. 103-104

16


(29)

kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktifitas sekolah. Untuk itu kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan diatas dalam tugas-tugas operasional sebagai berikut.

Kemampuan mengelola kurikulum harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi pembelajaran, penyusunan kelengkapan data administrasi bimbingan konseling, penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan praktikum, dan penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan belajar peserta didik di perpustakaan.

Kemampuan mengelola administrasi peserta didik harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi peserta didik,kegiatan ekstrakurikuler, hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik. Kemampuan mengelola administrasi personalia harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administarasi tenaga guru, srta pengembangan kelengkapan data administrasi tenaga kependidikan non guruseprti pustakawan, laporan, pegawai tata usaha, penjaga sekolah dan teknisi.

Kemampuan mengelola administrasi sarana dan prasarana harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi gedung dan ruang , mesin kantor, data adminitrasi buku atau bhan pustaka , pengembangan kelengkapan data administrasi alat laboratorium srta pengembangan kelengkapan data administrasi alat bengkel dan workshop. Kemampuan mengelola administrasi kearsipan hanya diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi surat masuk, surat keluar, surat keputusan dan kelengkapan administrasi surat edaran. Kemampuan mengelola administrasi keuangan harus diwujudkan dalam pengembangan administrasi keuangan rutin yang bersumber dari masyarakat dan orang tua peserta didik, yang bersumber dari pemerintah


(30)

harus dipertanggungjawabkan dan dana bantuan operasional, pengembangan proposal untuk mendapatkan keuangan dan proposal untuk mencari kemungkinan dalam mendapatkan bantuan keuangan dari berbagai pihak yang tidak mengikat. 17

d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Kepala sekolah sebagai supervisor harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan tindakan preventif agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesionalguru dan meningatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif. Salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan kependidikan

2) Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan 3) Instrument dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru

dan kepala sekolah

4) Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru

5) Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada member saran dan pengarahan

6) Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap yaitu pertemuan awal, pengamatan dan umpan balik

17


(31)

7) Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan

8) Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk menigkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.

e. Kepala Sekolah Sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan motivasi kerja tenaga kependidikan. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalis dari kepribadian seperti pengetahuan terhadap kependidikan misalnya memahami kondisi tenaga kependidikan, memahami kondisi siswa, menyusun program tenaga kependidikan, menerima msukan dan kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kemampuannya. Menganalisis visi dan misi dalam tindakan. Kemampuan mengambil keputusan seperti mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah. Mulyasa mengemukakan bahwa ”Kemampuan berkomunikasi dalam menuangkan gagasan dengan tenaga kependidikan, siswa, orang tua

dan masyarakat “.18 Menurut wahjosumidjo “ Kepala sekolah sebagai

pimpinan harus dapat mempengaruhi dan meyakinkan (persuase) baahannya agar mereka mempunyai kemauan sesuai dengan kemampuannya untuk melakukan pekerjaannya secara maksimal agar

mencapai tujuan organisasi pendidikan”. 19

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian,pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, (7) teladan.

18

E. Mulyasa, Ibid, h. 15- 16

19


(32)

Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam kemampuan : memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan non guru), memahami kondisi dan karakteristik peserta didik, menyusun program pengembangan tenaga kependidikan, menerima masukan, saran dan kritik dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.

Memahami terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari kemampuannya untuk : mengembangkan visi sekolah, mengembangkan misi sekolah dan melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi kedalam tindakan. Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari kemampuannya dalam mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan disekolah, mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah dan mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah. kemampuan komunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk berkomunikasi cesara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah, menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik, berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah.

f. Kepala Sekolah Sebagai Innovator

Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteledanan, disiplin serta adaptable dan fleksibel.

Konstruktif dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga kependidikan. Kreatif dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan disekolah, kepala sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara


(33)

optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga kependidikan.

Delegatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan disekolah, kepala sekolah harus berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuanmasing-masing. Integratif dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif.

Rasional dan objektif dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha bertindak berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif. Pragmatis dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha menetapkan kegiatan utau target berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan serta kemampuan yang dimiliki sekolah. keteladanan dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha memberikan teladan dan contoh yang baik.

Adaptable dan fleksibel dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru, serta berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga kependidikan untuk beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya.

g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Sebagai motivator kepala sekolah harus memilki setrategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,


(34)

dorongan, penghargaan secara efektif dan menyediakan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar. 20

5. Model Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Ideal

Terry mengemukakan bahwa untuk dapat memberdayakan setiap individu dalam tingkat persekolahan, kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemberdayaan (create an environment to empowerment), memperlihatkan idealism pemberdayaan (demonstrates empowerment ideals), penghargaan terhadap segala usaha pemberdayaan (encourages all endeavors toward empowerment) dan penghargaan terhadap segala keberhasilan pemberdayaan (applauds all empowerment successes). Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa upaya pemberdayaan bukanlah hal yang sederhana melainkan didalamnya membutuhkan kerja keras dan kesungguhan dari kepala sekolah. Jika kepala sekolah sudah mampu meberdayakan seluruh warga sekolah, maka akan tumbuh dinamika organisasi yang diwarnai dengan pemikiran kreatif dan inovatif dari setiap anggotanya.

Agar lembaga pendidikan mempunyai daya dukung dalam era desentralisasi pendidikan, diperlukan kepala sekolah yang ideal yang mempunyai cirri-ciri khusus yaitu

1. Fokus pada kelompok 2. Melimpahkan wewenang 3. Merangsang kreatifitas

4. Member semangat dan motivasi

5. Memikirkan program penyertaan bersama 6. Kreatif dan proaktif

7. Memperhatikan sumber daya manusia 8. Membicarakan persaingan

9. Membangun karakter

10.Kepemimpinan yang tersebar 11.Bekerja sama dengan masyarakat.21

20


(35)

6. Tugas- Tugas Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksankaan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo (2002:97) adalah:

1. Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain.

Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah.

 Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Kepala sekola bertindak dan bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf, dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah

 Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.

 Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.

 Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.

21


(36)

 Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (3) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.

 Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang dipimpinnya.

 Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa masalah. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan dn kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.

B. Pengertian Peran Komite Sekolah 1. Pengertian peran

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah “ perangkat tingkah yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang berkedudukan

dalam masyarakat” 22

Menurut Bruce J. Cohen yang diterjemahkan oleh Sahat Simamore

“ peran adalah suatu prilaku yang diharapkan oleh orang lain dari

seseorang yang menduduki status tertentu.23

Sementara Soerjono Soekanto berpendapat bahwa : “Peranan

merupakan aspek dinamis kedudukan, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan , peranan merupakan suatu hal yang penting karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada

22

Departemen Pendidikan dan Kebudayan, kamus besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka 1999), hal. 664

23


(37)

batas tertentu seperti meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan menyesuaikan perilaku sendiri dengan prilaku orang-orang sekelompoknya. Hubungan- hubungan sosial atau yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peran individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh norma- norma yang berlaku”.24

Peran sangat penting dalam kehidupan manusia, karena menurut pengertian diatas peran harus dilaksanakan dalam masyarakat, seperti perlunya peran komite sekolah di dalam suatu lembaga pendidikan, peran orang tua dalam mendidik anak- anaknya agar lebih baik, peran Negara dalam mengentaskan kemiskinan dan begitu pula peran- peran yang baik untuk mewujudkan kehidupan lebih aman dan tentram.

Berdasarkan definisi peran diatas dapat disimpulkan bahwa peran dapat diwujudkan oleh yang lebih tinggi tingkatannya didalam suatu masyarakat. Hal tersebut dapat terlaksana jika terdiri dari beberapa manusia tidak individualisme.

2. Pengertian Komite Sekolah

Komite sekolah berasal dari dua kata yaitu “komite” dan “sekolah”. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Komite berarti “sejumlah orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas tertentu”.25

Menurut Nanang Fatah dalam bukunya Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Komite sekolah merupakan salah satu badan atau lembaga non profit dan non politis dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkaan kualitas proses dan hasil pedidikan.26

Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu , pemerataan dan efesiensi

24

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali, 1988 ), cet. Ke 9, h.263

25

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2000), h. 584

26

Nanang Fatah, Sistem Manajemen Mutu Pendidikan , (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2012), h. 149


(1)

F g J Z

E A E

E.EE

FI

v

}>

E

Fi

P

F

7

FI

,dt

lll

F

!!l

z

v)

-H -H -H

XE-h'

; E b

-FF?

.q, E

:!, P

H-

E-4 i+ )*l

E O E

3.

V)

i}

" o o

?

X.

!rj'

J-

e!.

Ff

7 F i

hd

e!.

o . s

F

3

(?

trt

E

oa

F

0t

r

$)

p

7S

F '

E

.D

t e .

n

(D

'c'

$l Ft

u)

o

tf

o

6-{

o\

t

*

u)

N)

z

o

H

YY

EE

\t

o\

Ul $ UJ N)

7z

o o

S E

o c

f F l l

o

(,

+

tJ) N) N) l'")

H

*9.

r r p

I t E

E . E

w E l

d

E

> t s

tr. <

E H

"P "P

tJ 5,

o 5

; - s

\-, 8.

(\

s

$

s

$

s

x

(!

, S

S

s

s

l s

l h

ts

I E :

l s

IK

I R

t s

l F

t s ?

t X

tg

t:

l.s

> E

^ ' <

o s

F$

X F "

= F

F a S

* € .

(\

s

(\

s

$

s

h

€(\

s

"E

s

s

s

h

s

$

u,

G h $

-s

C

9:

F

g! 0t

Y \ < E E l

Fs

x 0 q

t i l @ f i

* 1 1 - Y A

HB

Fr oa

-1 Z

5 F t

j r x

H X

eg

g

T

N

u)

@

s

0e

a

u

v

2

P

v.

F) F

3

p

il$g

e$E

E$g

[$s

FD

B S . E

Es

e

L t F .

f F { D

n \ r '

Hs

s

-H$

l\r t!

H$

hfr

FR

$$

:n v)

B A

: D

N O "

$t '!''

!.i

t( R'

h D ] }

5 A _

d s

Z R

i, :s

P

\ J R

i ? s

E S

b

(\

:

s

s

U)

a-k

F

s

F

FD

n

sD

t0

t

,J ril

$ K

E <

a$

P.

G R

' ! ( ! '

F*

tss

8x

- *

s

K

F

s

s

-!'

q

(! Ut

s

g)

a

g

3

0e

n

y 3

' - s

- a

ag

c i r

| a t r

FT

n'N

A F

Fl !i.

s

S c

i$' st

1N

5 \ r

k t s

-F S

: P *

ii

s.

Vt ?i

" S

u

Ut

(\

s

\

(!

s

s

s

?r

$

s

!a q

E

;s

s

;

s

s

'^t (!

6tt

a

tr

0

{

I

6

o\

iJ)

{

I lJ)

oo

ch

.L,)

ch

l.J

rJJ

F E

g g

E E

( D E

t r $

3 . 8

s

j

:j

s

s

I

s

H

YU

E F g

d B

= ' r g

Cq F{! 19


(2)

N)

\o

6

{

o\

(rl

s

w

N)

\o

oo

N ) J x

(,

t\)

\o

oo

{

o\

(rl

\p

$

(/)

{

s

lJ) l'.)

N)

\o

-!9 (D

u5 .o"

l J o

---

o

o q .

tt F)

- e g

N ) o

SS

s

a.

(\

s

(\

s

(\V

s

$

*

?r.

s

s

b

(\

n

s.

ts

u'

k

F*

F

:

F)

tr

A) $t

\o

s

a

6

cp F1

E.K

FE

E 6

$ j " P

r'J br

c ) s

- f r- *.

s

(\

s

sl

s l

x l

€ l

G I

s t

l s l | R l

: s ,

s

h

ri:

x

E-K

:r"

o

il'

s:

-F) f

o)

YJ U)

'! .8.

E E '

T,E

( D q .

FB

t . ) 6

ss

;s

*.r

S 1

( \ l

s l

(\-s

S-r

$

h.

s

bu

(\

\

Sr U) s{.

ts

R.

s

^

F

3

0r

az

t r F )

t ! i l

H. le

iA it

q @

L-O

a)-5 B

k

(\

s

ii

s

q-(! S

(\

s

5 r l

S

S.

;

F

o.

tr

oo

*

.A f $

? E g

fi .8.

F E '

ar6

-; (a

o 15.

FB

l \ ) 6

SS

s

H.

s

G ]

- l

^ v l

s l

$ l

$ l

F I

s l

. 1

UJ

(b

\

s.

u

q'

ts

h"

s

s-S!

^

o)

x

A' Ft $)

CU EI

E.K

'L =.

F X

s 6

. p P

tJ >.

O N

H =

5 € .

(\

S r

( ! I

$ l

$ l

X I

€ l

sl

€l

s l

s

h

s

F

k

:!F

s'

$F F

tr

A) FI

:l

l \ r * l

l$ E'

N F

Ut tD

x. o.

r a )

3A:

S

'a'l

q *

\ g

\ ( ,

N 3

+8"

s o )

s A

trr :'

I er

- p .

^ s )

P

Fil

l J o

o a F

F$

c a s

<t

t D s

F$

8N

R > s

{ r *

s

A!

t

f r u t

b D t r

aq

s r E

Z F

U) >"

P $

\rx

E X .

1 9 S

ls

:'

$ l

s l

. l

wl

\ l

$, 1

$ l

q l

q ' l

I

K1

t s i

s

i-F

$r

tr

F' $)

b

F

s

"g F) i5 O

s)

az

t t = '

H.B

< o a

L-

O

oe-Rg

F

(\

!

is

s

8.

(\

s l

$ 1

s

S

sr

^

9e

tr

oc

c

q

Fe

r

tr

s)

J T U

L i .o s f o ,f FD

R*

gr !l

; ; o

S / e

EF

' p H

u) i\

x- n'

!i zl

:3 E.l

E , l

$ l

h l

N I

$ l

b

(\

ia G

UJ

s*

Ca

S'

s

s

(\

V1

s

R:

FJ:

ls I

t F ( !

| !h c1.

eg

o o

E a

a8

X F

a r t

G"e

est

4 l

€l

r

$

(\

G

s

s

j!

tf

F)

E]

'Fd

-l

F

,.9.

A1

z

v) g

o

b

o

s

N

(t

;s

s

$

* . 1 o ) l t { l !0 1

: t i

s 9 r

g

lf U) $ Fl

"P

\o

\o

(rl

l:* c:

I ' ! - i . o

t s ) T t

l 7 r F e

lH a

trg

q. r€

P.

co-'se

6 o .

$ f t ( . l D l

" t '

t . l Z l

F I

( ) s ) l

a E . l

r gl

s r l

h l

S I

S I

s l

E a l

b

G

I E

t . '

I F

l S .

I

$

F

6*

s\

N .

$

N)

\o

I UJ

o\

(.,l

ao

6

UJ

\o

{

{

I

{

oo

6

o\

s

\o

(.rr

oo

s

N)

o\

I tQ

o\

\o

{

(/J

oo

(rl

s


(3)

u.)

t\)

l, t, NJ N.J

oo

[.J

{

o\

t\)

TQ(Jl

t\)

5

t'.JlrJ NJb-) T\)

NJ

(/I

t9

s

l.Jq,,)

w

l.J

t J

t\)

\6

oa

-J

6

Ltl

5

l/J

t J

w

NJ

u)

l+) 1..)

\o

l\)

oo

1..)

{

t.)

{

t\'

b.J6 NJ

o\

oo

$+\HE\LIF\EE

e

$ il g sls s

eli

ill E

p\=

:

EH\T

r\u*\\ \

I e\e

\\' R

B\

F;l S\ *31

=RI -:'\ qSl

se\ p\ $$l

:\ $\ €N\

t.i $l Hsl

g\ Fl $$\

sl pl -sl

El$l[$l

f

(h ai

t J

( \ l

: s I

sl

li: I

F I

s l

s l

I

5.l

N I

G I % l ' l

I

Fi

a

:

tD 7f

I

s

H\F

F\R

flE

F\E

F\t

gE

E\3

F\

w

iltF3

t{ffi ilil

$1

$l'il

gl

el'il

g\

e

Fl Fl $l rl rl $l Hl E

00

o\

{

oo

(,

s

I

UJ

tJJ

o\

5

(,

(

{

oo

I

t J

l*.J

\)

{

I

N)

oo

b'J

u)

I

A

(.'l

N) 5

I

t\)

UJ

('.)

5


(4)

F

ss

s

s

N)

5

s

i,

o(

bJ

{

r,

ct\

(j

&

l..J

t,

(,

t'.J

t9

oo

\,J

oo

UJ

\)

UJ

(}\

\')

(/r

|+)F

t,)

u)

IJJ

\.)

NJ -J

(,)

(JJ

oo

t.|J

oo

(,

{

L,.)A

t, t,

A

5

Ul

F

5

5

N)

5

t.)

5

l,

\

v

U

r n l ! l

n

ti

i.

f

:F

t a

3s

/ q E

G

.(\

\

hF

v

U

-P

n ( l

l l

\ l

A

! F

ST

tf

4

:K

I uD

) P

? 8 .

/ q:.

\

G

{

v

\

c

XF

s.

F

F

) 1

I ttl

: E I

i- x'

t u

in

- t

. ( \

l s

$ E '

r . s

! H , . S

7 J Q

$ F

+ F

p =

Fir s

B . o

o s

o :

c ? :

A r .

!0 N . : U T :

-l

S 4

.t

n.

*

t 1

c=.

Q.

r a

{ x ,

; h

' . ( \

r \ r G

f =

) :

. s

i Q

! 7

1 , 7

t r i

( n :

Q . t A) N : L ^ |

\

G.! 4

a

\

i. l ) l

s ' l

. l

s

.l

7\*

s

s

,<l

a l

: n l

i - E . l

l l

i 2 \ l

- G l r \ l r ( \ l

i - s l

e : . 1

' s l

d s l

! X l

4 , F

f r s

o - h

o s "

o =

k s

E r*: Di *i t J ^ - ' u r l i

G. 't FT

*

3

> J '

tf

oi

(,n th R T D

xs

v € .

(\

s

6

s

N

G

t

a

fr

\

?

v

t1 !t

f

\r

f,

:K

t a i A t

J >

> F l

/ q . G

s

(\

G G

v

l-r

\

7

v.

l i a I \ t

A

F

s

ri'

:R'

I t h

J t s

> R

/ q , G

(\

\

.!

it

q.

\

\(

f

F

+

F

F*

,<

U) { i l

i" x'

i *

- \ j

< ( \

i . :

,i i,

D : . S

' Q

! ) $

D F

i , F

o . v

a ) G

o :

R :

A r

t ' ) . :

q , | i

v

v"

t

I

i

\'

\r

\

a

3

3

o

J-s

:s

a.

(\

s

s

s

F

:

\

{

7

u

N

R1 | . i l

A

lr

Sr

ri

+

0

S q

G S G

!s

\

G

, (

\

.t I

s

u

\

;

F I

n l

f

+

S! F F)

,<

c=.

th

r n

i' X'

i x

. N

< ( \

t :

, i =

1 N

D : . S

! Q

D P

1 , 7

l .

K ;

x F

o :

F l l

g ? :

N . ; (J1 |

\.

7

v.

.r

t

*t

.l

FT

s

)

s

, L ^ t

:K

(A i J

-) >

? s '

/ ( s

S

G

\

s

6

d\

UJ

I

5

\o

oo

I

\o

;

I

T\)

s

oo

I

oo

(JJ

F

{

I

ur

s

I

f\) hJ

I

I\)

t.fi

(n

o\

*J

I

6e

\1

\5

rJ

5


(5)

LA

(Jl LrrA (/l

UJ (JI

t\)

(/l LA

A

\o

s

C,O N

{

A

(.ll

_%-J<

\.)

A

A

u)

N)

A t,

\o

{(/}|

\t

N)

o\

(Jl qh

A

(,rlA rJl

A LAUJ

\o

A

A

A

oo

I r . ; ^ :

t F t n I r h i

l <

f c

I t 9 F l

I X E

I

|

:\;

l e :

t $

l s

I

t >

I F i

s.

G

r S

I

{\

\ '

I

l

t "

I | ( t

I Fr) r F

7 d

iI FN

il.? s

t | .j- A) I t !

-J I

I H l

l - > t

t v i l

I H . l

t * l | t s , |

I

" 1

l l

l \ ' l

I

o - i

I G l

I

S : l

I

R . l

|

\ l

\ r l (

$ - l #

N t s

Si: I .r

N\I

\ I i

F t .

o a l

I

I

o l

A, I

l o t a ) l

a

$ ff/$

F g.IF

i ;/n

il

tU:-r 5lF

{"ul$

x ^+la

L RIH

r $id'

) \ l n

i els'

i \ \ s . >

1R\g

k

s

: l l

s l l

\ l

I

r - l

^ ' l :r" I ( ! I

I E ^ - f

t ( D x

(

I E P t P l t A * a

l^P o- i

l A i F (

I L A t \

I F

E i C

l .

c

l - E A r ^ i

F Z z

P A T

i l 6 v

J H . V

t . : 5 =

x = . F

v v p

uJ il

l l f

-I v E t

I F . A

t E * l A t s .

I

z r n

t 6

I A 6

I v A

l ^ l R

t l r

l n

I E .

I

F ; *

t x I !

\

t f , t D

l r i

I

t r 7

\ t ^ t t v

a l

, I H F V F

t l

o I

L t

5 a

l f - . r

' l

o - ;

t F . i

I

F ^

t A ) ! , t l P F 0

I P I t -I V , , ^ l a r h l r ^ V I x : F .

I t s t o t

l z r

t 6

I A A

^ !

- P

d

(t)

-ct)

E '

>i

.Ft I

x ' l

t - l

I

{ l { t $ l ' l

I

r - l N I

R . \

k

s

S r

A5 I

* l

^ ' n

{ s

N ) t s

* D

ts-t

s'

G-s

E:

N

N

\1 sr

:

oa

l l R : I

; l s f E

1 3 . F

"IF E

' l s ' + .

l c 5

i FD '\.

l 6 ' E

l 6 ^ p

t . .

l 4 * : '

l F s

t8- F

I rD li.

l o I

l r d r *

l S N '

\ " x

\E\

\ \ , l s

. l -

I

, I F ,

i t

F

t l

s

l

l s

ts

l l } .

( r O . F n F

* g E - s

o

t i !

tr<88

P 6 H . H . l : F A

trEs€

f E"r $

l T v )

1 x 5 ' U

!8 E g

< R ' N

-lsgo

B H H

\ 9 A

r * F i 5

s - 6 6 .

E " t d

H . * F

F q - A i

R 9 b

E F*

H P K \ J H F

R FT

F t a t Y l { L lp ! l

A r l

F E ' f i

ss x

H ! - A

x ' ^ v :

P t C t D

9 R

(

F S/g t.'

s .FlE

<

3 siFF

sa'/F

F/

s e/8 s/

i hl: Nl

) N l- x I

i$l Nl

iE{ $l

i . s I hl

I ht *t

r l \ \ l \ \

T N I

\ \

3N\ S\

bE\t

s$/

F

l sr/

$,

; s/ e"/

st *.

S I

N

r l

O r

$ l

* , t

F.l Fil

__f__l t l

\ ) l A

-R ' l s

\ l

i.t

:i

\ . 1

N t

2 i

I

n , ) ]

A t * t

!r. I Ft I

\ l

t D l

N I . . I A = '

=' H-

F-5 F-b',

- E Y

g

i r - . + E \ J O i

H A r H I

= . k x ]

t 9 H { l

(/l

o€

I

Ul \6

t\)

I (JJ

o\

A

I

c\

o\

\ o l B ! l ( / l

I U J !I

oo

I\)

U J I

A I ,-r'

, { l p

w l A

A l x '

6\

brlG

t \

Lj

U

. + . a - <

{ ) :


(6)

P

{

Fl t1 ' 9 d

(, tf

H

C D F ,

H -X ; J

sl

0a

" 7 f

x-f.+ U) H O

X F

0 a c

1) lJ)

F' :s

6 m

!J f! i* .|n ch 6-= Y

F E

v: ;J

t D o

P 6

9 c D

? g

o K

|J ^ i r D U A ! J

^ o o F -'F

( D 3

x n

o /

7 P f

n

t! u . F;

F

f0 tn

o

7\.

^

F '

?

A

7

r-F t

*'

P F

-.

-.

o:

Ff

il[

F tJ'r

w

G

o

n

t\)

tdJ a

Fl

3

3

a