PENERAPAN MODEL DUAL – CODING DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur).

PENERAPAN MODEL DUAL – CODING DALAM PEMBELAJARAN
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)

TESIS
Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari syarat memperoleh
Gelar Magister Pendidikan Bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh
SANTI KURNIAWATI
NIM: 1204758

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014

PENERAPAN MODEL DUAL – CODING DALAM PEMBELAJARAN
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)


Oleh
Santi Kurniawati
S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2005

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Santi Kurniawati 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

ABSTRAK
Santi Kurniawati, NIM: 1204758. Judul tesis “PENERAPAN MODEL DUAL –
CODING DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPS SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande
Kabupaten Cianjur)” Dibimbing oleh, Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd.

sebagai pembimbing I dan Prof. Helius Sjamsuddin, M.A., P.hD. sebagai
pembimbing II.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa selama ini
pembelajaran IPS belum mempertimbangkan cara pemrosesan informasi di dalam
otak dengan memisahkan antara saluran verbal dengan saluran visual, yang
berakibat kepada rendahnya hasil belajar siswa. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian adalah kelas
VII-G, terdiri dari dua puluh satu orang siswa laki-laki dan tujuh belas orang
siswa perempuan, serta seorang guru mata pelajaran IPS sebagai guru mitra.
Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, catatan lapangan, tes hasil
belajar, angket, wawancara dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan
reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan. Penelitian menggunakan
Dual-coding Theory yang dioperasionalkan oleh Meyer dan Anderson. Tindakan
dilaksanakan selama dua siklus, siklus I terdiri dari dua pertemuan dan siklus II
terdiri dari tiga pertemuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata hasil
belajar siswa sebelum pelaksanaan tindakan masih rendah, hanya tiga orang siswa
yang nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Setelah pelaksanaan
tindakan siklus I, rata-rata hasil belajar naik, namun hanya lima belas siswa yang
nilainya mencapai atau melebihi KKM dan setelah pelaksanaan siklus II nilai hasil
belajar siswa meningkat dan tiga puluh lima siswa mencapai atau melebihi nilai

KKM. Bagi guru, hasil dari penelitian ini adalah meningkatkan kompetensi
pedagogik dan profesional. Sedangkan bagi siswa adalah memberi pengalaman
belajar baru untuk membangun sendiri pengetahuannya dengan bantuan gambar.
Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan tindakan adalah guru belum
memahami prinsip-prinsip Dual-Coding Theory dan siswa yang pasif. Cara
mengatasi kendala adalah melakukan diskusi intensif dengan Guru Mitra dalam
refleksi dan menggunakan metode “Roda Berantai”.
Kata Kunci: Dual-Coding Theory, IPS, Penelitian Tindakan Kelas, Hasil
Belajar

Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Santi Kurniawati, NIM: 1204758. Thesis title "APPLICATION OF DUAL CODING MODEL OF LEARNING TO IMPROVE STUDENT’ SOCIAL
STUDIES LEARNING OUTCOMES (Classroom Action Research in SMP
Negeri 3 Mande Cianjur)" Supervised by Prof.. Dr.. H. Dadang Supardan, M.Pd.

as a supervisor I and Prof. Helius Sjamsuddin, M.A., P.hD. as supervisor II.
This research came by the fact that during this learning social studies have not
considered how the information processing in the brain by separating the verbal
channel with visual channels, which resulted in a lack of student learning
outcomes. The method used in this study is action research. Subjects were class
VII-G, consisting of twenty-one boys and seventeen girls, as well as a social
studies teacher as teacher partner. The instruments used are observation, field
notes, achievement test, questionnaire, interview and documentation. Data
analysis using data reduction, exposure data and drawing conclusions. Research
using the Dual-coding Theory which is operated by Meyer and Anderson. Actions
carried out during two cycles, the first cycle consisted of two meetings and the
second cycle consists of three meetings. The results showed that the average
student learning outcomes prior to implementation of the action is still low, only
three students were valued at a minimum completeness criteria. After the
implementation of cycle I, the average result of learning gained, but only fifteen
students whose value reaches or exceeds the KKM and after the implementation
of the second cycle increases the value of student learning outcomes and thirtyfive students reach or exceed the KKM. For teachers, the results of this research is
to improve the pedagogical and professional competence. As for the students is to
provide a new learning experience to build their own knowledge with the help of
images. Obstacles encountered during the implementation of the action is not

teachers understand the principles of Dual-Coding Theory and the students are
passive. How to overcome obstacles is to conduct intensive discussions with the
Teachers Partners in reflection and using the "Wheel Chain".

Keywords: Dual-Coding Theory, Social Studies, Classroom Action Research,
Learning Outcomes
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……………………………………………………………. i
ABSTRAK………………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………… …… iv
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………….. v
DAFTAR ISI………………………………………………………………... viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... x
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian……………………………………... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 8
C. Tujuan Penelitian……………………………………………… 8
D. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 9
E. Definisi Istilah ……..………………………………………….. 10
F.
Sistematika Penulisan ………………………………………….12
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Belajar Menurut Konstruktivisme …………………..……..….. 13
1. Definisi Belajar ……………………….…………………… 13
2. Teori Belajar Konstruktivistik……………………………… 17
2.a Prinsip-prinsip Belajar Bruner …………………………. 19
2.b Teori Konstruktivistik Piaget .………………………….. 23
2.c Teori Kultural-Historis Vygotsky ……………………… 25
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar………..…………….28
C. Penerapan Model Dual Coding dalam Pembelajaran IPS…….. 32
1. Teori Pemrosesan Informasi………………………………… 36
2. Inti Dual CodingTheory ………………………………………... 33
3. Langkah-langkah Aplikasi Model Dual Coding..…………… 41

D. Pembelajaran IPS…………………………………………….... 45
E. Model Dual Coding dalam Pembelajaran IPS………………… 50
F. Hasil Belajar………………………………………………….... 53
G. Hasil Penelitian yang Mengembangkan Model Dual Coding… 57
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan, Metode dan Teknik Penelitian…………………..
B. Prosedur Penelitian…………………………………………….
C. Lokasi dan Subyek Penelitian …………………………………
1. Lokasi Penelitia …………………………………………….
2. Subyek Penelitian …………………………………………..

62
65
74
74
74

Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

D. Teknik Pengumpulan Data……………..………………………. 74
E. Instrumen Penelitian……………………………………………... 76
1. Pedoman Observasi…..……………………………………... 77
2. Tes Hasil Belajar …………………………………………… 77
3. Angket ………………………………………………………79
4. Wawancara…………………………………………………. 79
5. Studi Dokumentasi…………………………………………. 79
F.
Kategorisasi Data………………………………………………80
G.
Analisis Data………………………………………………….. 80
H.
Validasi Data………………………………………………….. 82
I.
Interpretasi Data ………………………………………………84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Awal Penelitian……………………………………… 85
1. Seting Sekolah dan Kelas…………………………………… 85
2. Profil Guru IPS ……………………………………………... 92
3. Situasi Sosial di Sekolah……………………………………. 93
4.Sosialisasi Pembelajaran dengan Menerapkan Dual Coding
Theory ……………………………………………………… 94
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ……………………………… 96
1. Deskripsi Awal Proses Pembelajaran IPS di Kelas ………… 96
2. Pelaksanaan Penerapan Dual Coding Theory dalam
Pembelajaran IPS ………………………………….……….. 102
a. Siklus I ………………………………………………… 102
1) Tahap Perencanaan…………………………………. 102
2) Tahap Pelaksanaan dan Observasi………………….. 103
3) Analisis dan Refleksi Pembelajaran ……………….. 110
b. Siklus II………………………………………………… 112
1) Tahap Perencanaan…………………………………. 112
2) Tahap Pelaksanaan dan Observasi………………….. 113
3) Analisis dan Refleksi Pembelajaran ……………….. 122
3. Hasil Belajar Melalui Penerapan Dual Coding Theory…….. 123
4. Kendala yang Dihadapi dan Alternatif Penyelesaiannya….. 130

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 134
B. Rekomendasi……………………………………………………… 136
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 137
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

DAFTAR TABEL

2.1 Tahapan Penggunaan Lambang dalam Memori dan Atensi ...................... 27
2.2. Prinsip-Prinsip Dual Coding dengan Pembelajaran yang
Menggunakan Multimedia ......................................................................... 41
2.3. Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia .................................................. 49
3.1. Kriteria Keberhasilan Tindakan ................................................................. 72
3.2. Matriks jadwal penelitian .......................................................................... 73

3.3. Data Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................................... 66
4.1. Keadaan Tenaga Edukatif dan Non Edukatif SMPN 3 Mande Tahun
Pelajaran 2013/2014 .................................................................................. 89
4.2. Profil Guru Mitra ....................................................................................... 92
4.3. Komposisi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................... 93
4.4. Lembar Observasi Penerapan Dual-Coding Theory Dalam
Pembelajaran IPS Siklus I ......................................................................... 109
4.5. Lembar Observasi Penerapan Dual-Coding Theory dalam
Pembelajaran IPS Siklus II ........................................................................ 120
4.6. Nilai Hasil Belajar Siklus I ........................................................................ 123
4.7. Nilai Hasil Belajar Siklus II ....................................................................... 125
4.8. Perbandingan Nilai Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II .......... 126

Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

DAFTAR BAGAN
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
3.1
3.2.
3.3
3.4
4.1
4.2

Jenis Strategi Pembelajaran Kognitif ........................................................
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ...................
Skema pemrosesan informasi dalam otak manusia ...................................
Model Umum Teori Dual Coding ............................................................
Langkah-langkah dual coding dalam Pembelajaran dengan
Multimedia .................................................................................................
Alur Penelitian Tindakan Kelas dari Ebbut ...............................................
Alur siklus pelaksanaan penelitian ............................................................
Alur observasi kelas....................................................................................
Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif .............................
Denah SMPN 3 Mande ..............................................................................
Denah Ruang Kelas VII-G ........................................................................

22
28
36
37
43
66
67
75
81
87
91

Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi

DAFTAR GAMBAR
4.1 Foto Proses sosialisasi penerapan Dual Coding Theory dalam
pembelajaran IPS oleh observer kepada Guru Mitra ................................ 95
4.2 Contoh gambar dalam tayangan slide power point siklus I
pertemuan 1 ............................................................................................. 104
4.3 Foto Kegiatan siswa pada Siklus I pertemuan 1 ........................................ 106
4.4 Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II, pertemuan ke-2 ............................ 116
4.5 Foto Kegiatan Pembelajaran Siswa pada Siklus II .................................... 118
4.6 Foto Kegiatan Evaluasi Hasil Belajar Siklus II .......................................... 122

Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xii

Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xiii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai
komponen, bersifat timbal balik, dan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pada dasarnya baik tidaknya pembelajaran yang berlangsung sangat
menentukan pemahaman siswa terhadap konsep materi yang diajarkan.
Pembelajaran yang tidak efektif akan mempengaruhi terhadap pemahaman
siswa. Salah satu

upaya

pembaharuan

dalam

pembelajaran di bidang

pendidikan adalah pembaharuan metode mengajar. Metode mengajar dapat
dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran
pada umumnya dan tujuan ilmu pengetahuan sosial pada khususnya.

Wena

(2009:2) menyatakan: “… guru sebagai komponen penting dari tenaga
kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran”.
Perkembangan dunia pendidikan di jaman modern ini menuntut proses
pendidikan yang manusiawi, yaitu sebuah pendidikan yang konsen pada
perkembangan berbagai dimensi kecerdasan peserta didik dengan konsep
pembelajaran yang menyenangkan (Silberman, 1996). Jadi dalam hal ini, hakekat
pendidikan bukan sekedar memindahkan ilmu pengetahuan dari guru kepada
siswa, akan tetapi yang lebih penting dari itu adalah keterlibatan mental dan
tindakan itu sendiri. Oleh karena itu peran siswa dalam pembelajaran sudah
seharusnya lebih dikedepankan. Sedangkan guru sebagai fasilitator harus bisa
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga dapat mendukung
proses pembelajaran.
Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun
secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

2

kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan
pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang
lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Tujuan pendidikan IPS secara umum adalah menjadikan peserta didik
sebagai warga negara yang baik, dengan berbagai karakter yang berdimensi
spiritual, personal, sosial, dan intelektual. Pendidikan IPS menurut NCCS
mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledge and information), nilai
dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan ketrampilan (skill): sosial,
bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan keterampilan intelektual (Jarolimek,
1986:58). Menurut materinya, ruang lingkup materi IPS adalah : 1) Merupakan
perpaduan atau integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora. 2)
Terkait dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan kebangsaan, seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan dunia
global. 3) Jenis materi IPS dapat berupa fakta, konsep dan generalisasi, terkait
juga dengan aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan nilai-nilai spiritual.
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah mengutarakan bahwa mata pelajaran IPS di SMP secara rinci
memiliki 4 tujuan, yaitu: a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya; b) memiliki kemampuan dasar untuk
berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial; c) memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap

nilai-nilai

sosial

dan

kemanusiaan;

d)

memiliki

kemampuan

berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,
di tingkat lokal, nasional dan global. Keempat tujuan tersebut pada dasarnya untuk
membentuk dan mengembangkan tiga kecakapan peserta didik, yaitu kecakapan
akademik, kecakapan personal dan kecakapan sosial. Kecakapan akademik
dijabarkan lebih rinci dalam tujuan pertama: mengenal konsep – konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Kecakapan personal
diuraikan lebih lanjut dalam tujuan kedua dan ketiga: memiliki kemampuan dasar
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial serta memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Sedangkan kecakapan sosial
diuraikan lebih rinci dalam tujuan yang keempat, yaitu siswa diharapkan memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Bloom dalam Popham (2011 : 35) membedakan tujuan pembelajaran
dalam tiga kategori. Walaupun sebenarnya dalam proses pembelajaran tiga
kategori tersebut muncul dalam perilaku siswa ketika harus mengerjakan tugas
dalam proses pembelajarannya. Misalnya ketika siswa harus mengerjakan ujian
esai dalam pelajaran IPS, siswa mungkin menggunakan pensil untuk menulis
esainya. Dalam hal ini, maka ranah psikomotor siswa sedang bekerja. Kemudian
siswa merasa percaya diri dengan esai yang dikerjakannya, maka ranah afektif
siswa sedang berperan dalm proses tersebut. Namun ranah terpenting yang
ditampilkan adalah ranah kognitif. Karena keterampilan kognitif merupakan hasil
dari proses intelektual tentang bagaimana menyelesaikan soal tes. Pengaturan
kecerdasan atau intelektualitas siswa untuk merespon atau menjawab pertanyaan
merupakan suatu hal yang benar-benar diperhitungkan dalam sebuah essai.
Intinya, keterampilan kognitif menjadi dasar dari berbagai keterampilan yang
diharapkan dapat dimiliki siswa. Meskipun keberhasilan pendidikan tidak
tertumpu hanya dari ranah kognitif saja. Akan tetapi ranah kognitif adalah ranah
yang paling jelas muncul dan dapat diases dengan perangkat tes yang ada.
Banyak kritik terhadap proses pembelajaran yang dianggap gagal yang
tercermin dari hasil belajar siswa yang rendah. Namun jarang yang mengkritisi
pembelajaran dari sisi bagaimana pengetahuan diproses dalam otak manusia.
Dengan kata lain yang selama ini dikritisi adalah perangkat keras pendidikan,
berupa kurikulum, model, metode maupun media pembelajaran. Sedangkan
perangkat lunaknya, yaitu otak siswa jarang mendapat perhatian. Padahal jika
dicermati lebih dalam, sesungguhnya proses utama belajar adalah bagaimana
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

mengoptimalkan kinerja otak dalam menerima dan mengolah informasi
(pengetahuan)

untuk

kemudian

diaplikasikan

dalam

berbagai

bentuk

keterampilan.
Dalam konteks program pembelajaran, tanpa mengurangi arti penting serta
tanpa mengesampingkan faktor-faktor yang lain, faktor kualitas pembelajaran
merupakan faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan hasil pembelajaran
yang pada akhirnya akan berujung pada meningkatnya kualitas pendidikan, karena
muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program
pembelajaran yang berkualitas. Menurut Clark (1981:12) dalam Widoyoko,
(2010:6): “…hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan
siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan”. Sedangkan salah satu lingkungan
belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah
kualitas pembelajaran. Kemampuan siswa disini termasuk diantaranya bagaimana
siswa mengolah informasi berupa materi pelajaran.
Kualitas pembelajaran mempunyai andil yang sangat besar dalam

keberhasilan

belajar

siswa.

Hasil

penelitian

Senduperdana

(2007:31),

memperlihatkan bahwa kualitas pembelajaran mempunyai hubungan positif dan
signifikan dengan hasil belajar mahasiswa. 21 % variasi hasil belajar mahasiswa
dapat diprediksi dari kualitas pembelajarannya. Guna meningkatkan kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari indikator-indikator kualitas pembelajaran. Ada 10
kategori kelompok indikator kualitas pembelajaran, yaitu: 1) lingkungan fisik
mampu menumbuhkan semangat siswa untuk belajar; 2) iklim kelas kondusif
untuk belajar; 3) guru menyampaikan pelajaran dengan jelas dan semua siswa
mempunyai harapan untuk berhasil; 4) guru menyampaikan pelajaran secara
koheren dan terfokus; 5) wacana yang penuh pemikiran; 6) pembelajaran bersifat
riil (autentik dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan siswa; 7) ada
penilaian diagnostik yang dilakukan secara periodik; 8) membaca dan menulis
sebagai kegiatan yang esensial dalam pembelajaran; 9) menggunakan penalaran
dalam memecahkan masalah; 10) menggunakan teknologi pembelajaran secara
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

efektif. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar
peningkatan pendidikan secara keseluruhan
Kesulitan umum yang dihadapi siswa dalam mempelajari mata pelajaran
IPS antara lain (1) kurangnya minat siswa pada pelajaran IPS yang beranggapan
bahwa IPS merupakan pelajaran menghafal, (2) pelajaran yang abstrak sehingga
sulit dipahami oleh siswa (3) kurangnya pemahaman siswa tentang konsep-konsep
dasar dalam materi, (4) pembelajaran yang terlalu sering menggunakan media
cetak, (5) pembelajaran yang hanya berpusat pada guru. Untuk mengatasi masalah
itu, maka kualitas dari pengajaran harus ditingkatkan serta didukung oleh faktorfaktor lainnya.
Mengapa seseorang dapat membaca atau mendengarkan setiap kata dari
sebuah penjelasan ilmiah, termasuk penjelasan tentang hubungan sebab-akibat,
tetapi tidak dapat menggunakan informasi tersebut untuk memecahkan masalah?
Menurut Pranata (2004): “…menyajikan penjelasan verbal mengenai bagaimana
sesuatu sistem bekerja tidak menjamin seseorang dapat memahami penjelasan
tersebut.” Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari banyak siswa kesulitan
menyerap pelajaran di kelas. Namun siswa dapat menyerap dengan cepat
informasi yang mereka dapat dari televisi. Sehingga banyak dikeluhkan oleh para
orangtua pengaruh televisi yang demikian besar dalam kehidupan anak-anak
mereka. Padahal idealnya, pengaruh itu harusnya adalah hasil dari proses
pembelajaran mereka di sekolah. Penelitian juga telah menemukan bukti bahwa
cara yang efektif untuk membantu agar informasi ilmiah dapat lebih mudah
dipahami ialah melalui penjelasan informasi secara multimodal. Artinya
pesan pembelajaran dikemas dengan sedemikian rupa melalui beragam saluran
yaitu visual, audio maupun keduanya secara simultan.
Kenyataan bahwa pendidikan memberikan porsi terhadap proses proses
pengetahuan verbal dimaksudkan untuk memancing siswa agar dapat belajar
menggunakan

cara

visual

dalam

merepresentasikan

sebuah

informasi.

Pembelajaran secara visual tidak hanya memberikan stimulus tetapi juga
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

meningkatkan aktivitas otak (Marzano, 1998). Pada saat siswa berusaha
menyampaikan sesuatu yang mereka ketahui dalam sebuah bagan visualisasi,
mereka (sebenarnya) dipaksa untuk menggambarkan dua proses, apa yang telah
dipelajari dan bagaimana keterkaitan antar ide, informasi dan konsep, sebuah
bentuk pengembangan kemampuan berpikir ke taraf yang lebih tinggi (seperti
berpikir analitis) dan

menyatukan

pengetahuan agar dapat

merasakan

lingkungan. Visualisasi juga membantu siswa untuk menyimpan dan mengingat
sebuah informasi dengan lebih mudah. Informasi/materi pengajaran melalui teks
dapat diingat dengan baik jika disertai dengan gambar. Seseorang yang
membaca/memahami teks yang disertai gambar, aktifitas yang dilakukannya
yaitu : memilih informasi yang relevan dari teks, membentuk representasi
proporsi berdasarkan teks tersebut, dan kemudian mengorganisasi informasi
verbal yang diperoleh ke dalam mental model verbal.
Kondisi

di

lapangan

sekarang

menunjukan

hal

yang

berbeda.

Pembelajaran, khususnya IPS, di sekolah berlangsung monoton. Diungkapkan
oleh Geoffrey Partington (dalam Widja 1989 : 3) bahwa praktik-praktik
pengajaran yang berlaku selama ini sering dicap sebagai pelajaran hapalan yang
yang didominasi oleh situasi “too much chalk and talk by a lack of involvement of
children in their own learning”. Hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan sehingga hasil belajarnya kurang
maksimal. Menurut Somantri (2001 : 54), proses pembelajaran IPS di tingkat
persekolahan masih mengandung beberapa kelemahan diantaranya:
Kurang memperhatikan perubahan-perubahan dalam tujuan, fungsi, dan
peran pendidikan IPS di sekolah, tujuan pembelajaran kurang jelas dan
tegas (not purposeful). Posisi, peran dan hubungan fungsional dengan
bidang studi lainnya terabaikan. Informasi faktual lebih bertumpu pada
buku paket yang out of date dan kurang mendaya gunakan sumbersumber lainnya serta proses pembelajaran masih berpusat pada guru.
Masalah belajar tidak terlepas dari masalah memori. Memori

dan

konsep belajar saling berkaitan erat karena menghasilkan keluaran yang

Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

berupa hasil belajar. Menurut Gagne (dalam Fadillah, 2005:1): “… bahwa dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar”. Memori mengacu
pada penyimpanan informasi, mengakses informasi yang pernah diterima. Pada
dasarnya

memori

mencakup

proses

encoding

(penyandian),

storage

(penyimpanan), dan retrieval (memanggil kembali). Jadi memori berkaitan
dengan

penerimaan

informasi,

penyimpanan

informasi,

sampai

pemanggilan kembali informasi yang disimpan.
Menurut Naylor & Diem (1987:209), ”… proses pembelajaran dilihat dari
sudut pandang para ahli teori Pemrosesan Informasi adalah menyediakan
pengalaman belajar yang memperbolehkan para siswa memasukan informasi
dalam Long Term Memory yang dapat dipakai kapan pun diperlukan/dipanggil”.
Hal tersebut dapat dilakukan, jika siswa difasilitasi dengan proses pembelajaran
yang memungkinkan informasi baru terhubung dengan informasi lama yang sudah
tersimpan sebelumnya. Yang belum menjadi perhatian adalah bagaimana
informasi di dalam memori manusia dapat diolah dengan tepat, sehingga cepat
muncul ketika diperlukan. Salah satu metode yang efektif untuk mencapai hal ini
adalah melalui penggunaan berbagai media yang disesuaikan dengan gaya belajar
si pembelajar. Salah satu teori yang menjadi dasar dari pemikiran ini adalah Dual
Coding Theory yang dikemukakan oleh Paivio (1971).
Di SMP Negeri 3 Mande sendiri, pembelajaran, khususnya pada mata
pelajaran IPS telah dilaksanakan secara bervariasi. Maksudnya proses
pembelajaran IPS di kelas telah menggunakan beragam metode pembelajaran
secara bergantian dan menggunakan berbagai media pembelajaran, seperti media
visual maupun audio visual. Namun dari perbincangan dengan guru mata
pelajaran IPS, mereka menggunakan metode pembelajaran maupun media
pembelajaran di kelas tanpa memisahkan antara media berupa kata-kata (verbal)
dengan media berupa gambar (visual). Tujuan penggunaan metode maupun media
pembelajaran hanya sebagai variasi proses pembelajaran di kelas, untuk
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

menghindari kebosanan, bukan untuk mengoptimalkan pengolahan memori
sebagai modal dasar siswa belajar. Padahal, jika penggunaan metode dan media
pembelajaran didasari dengan teori yang tepat, proses pembelajaran akan jauh
lebih efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada waktu pra observasi, kenyataan di
lapangan khususnya pada pembelajaran IPS kelas VII di SMP N 3 Mande Cianjur
guru dalam memberikan penjelasan mengenai suatu konsep pelajaran IPS lebih
banyak berceramah, bercerita tanpa didukung visualisasi yang konkrit
berhubungan dengan materi.

Pembelajaran seperti ini berakibat pada

pembelajaran yang lebih menekankan pada verbalisme. Proses pembelajaran IPS
yang berlangsung selama ini kurang efektif dan aplikatif, karena tingkat
pemahaman siswa akan IPS terbatas pada apa yang disampaikan oleh guru yang
bersumber pada buku teks. Sedangkan unsur visual yang dapat membantu siswa
memahami pembelajaran. Metode pembelajaran yang demikian menyebabkan
siswa cenderung sulit memahami materi pembelajaran dan lebih banyak
menghafal. Siswa hafal, belum tentu mengerti atau paham dengan apa yang
mereka hapalkan. Hal ini berdampak kepada hasil belajar siswa yang rendah.
Kriteria Ketuntasan Minimal pelajaran IPS untuk Standar Kompetensi 1 adalah
70. Dari 38 siswa kelas VII-G dua orang yang mencapai batas Ketuntasan
Minimal 70, sedangkan nilai rata-rata IPS yang dicapai kelas VII-G adalah 57,6.
Hal ini membuktikan rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas VII-G.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan Model Dual-Coding dalam
pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa?” .Dari rumusan
masalah diatas dapat dikemukakan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai
berikut:

Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

1. Bagaimanakah gambaran awal pembelajaran IPS sebelum penerapan
Model Dual-Coding di SMP Negeri 3 Mande?
2. Bagaimana pelaksanaan Model Dual-Coding untuk meningkatkan
hasil belajar IPS siswa di SMP Negeri 3 Mande?
3. Bagaimana hasil-hasil yang diperoleh pembelajaran dengan Model
Dual-Coding untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dalam

pembelajaran IPS?
4. Upaya apa saja yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala dalam
penerapan Model Dual-Coding pada pembelajaran IPS?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian merupakan sasaran, arahan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memproleh gambaran umum tentang penerapan

Model Dual-Coding dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 3
Mande. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan:
1.

Mengetahui gambaran awal pembelajaan IPS sebelum penerapan
Model Dual-Coding.

2.

Memahami bagaimana guru melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS
dengan menggunakan Model Dual-Coding dalam meningkatkan hasil
belajar IPS siswa.

3.

Melihat efektifitas penerapan Model Dual-Coding untuk meningkatkan
hasil belajar IPS siswa.

4.

Mengindentifikasi

kendala

yang

muncul

dalam

pelaksanaan

pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Dual-Coding serta
mencari alternatif pemecahan masalahnya.

D. Manfaat Penelitian

Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

Manfaat penelitian

tentang penerapan Model Dual-Coding dalam

pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa diharapkan dapat
memberi manfaat.:
a.

Bagi Peneliti
Manfaat penelitian mengenai penerapan Model Dual-Coding ini adalah

untuk melihat efektif atau tidak dalam peningkatan
dengan demikian peneliti dapat menjadikan

hasil belajar IPS siswa,

Model Dual-Coding sebagai

alternatif model pembelajaran.
b.

Bagi Guru IPS
Memperoleh wawasan/pengetahuan tambahan mengenai model alternatif

dan inovatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS.
c.

Bagi Siswa
Para siswa dapat meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS

yang diperoleh dari upaya mengoptimalkan proses pengolahan informasi dalam
otak mereka. Sehingga peningkatan hasil belajar ini bukan hanya dalam mata
pelajaran IPS, melainkan seluruh pelajaran yang mereka terima.

E. Definisi Istilah
1. Hasil Belajar adalah: adalah pernyataan kemampuan siswa dalam
menguasai sebagian atau seluruh kompetensi tertentu. Kompetensi adalah
kemampuan yang dimiliki berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan bertindak dan berpikir setelah
siswa menyelesaikan suatu aspek, atau sub aspek mata pelajaran tertentu
(Depdiknas, 2003 : 5). Adapun hasil belajar itu digunakan untuk
menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar mengajar atau untuk
menentukan taraf keberhasilan sebuah program pengajaran.

Hasil

belajar adalah dampak pembelajaran (instructional effects) berupa hasil
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

yang dapat diukur sedangkan bagi siswa merupakan dampak pengiring
(nurturent effects) berupa terapan pengetahuan dan atau kemampuan di
bidang lain sebagai suatu transfer belajar Muhibbin (2008 : 141). Secara
formal, hasil belajar dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka-angka yang
disimpulkan berdasarkan evaluasi hasil belajar Surya (2003 : 25-95).
Adapun hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pemahaman siswa kelas VII terhadap materi pembelajaran IPS setelah
beberapa siklus. Adapun materi pelajaran IPS dimaksud adalah materi
pelajaran IPS yang tercakup dalam Standar Kompetensi : 2. Memahami
kehidupan sosial manusia, dengan Kompetensi Dasar:
2.1

Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial

2.2

Mendeskripsikan sosialisasi sebagai proses pembentukan
kepribadian

2.3

Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial

2.4

Menguraikan proses interaksi sosial

2. Model Dual-Coding adalah: model pembelajaran yang

dikembangkan

berdasarkan prinsip-prinsip Dual-Coding Theory atau Teori Pengkodean
Ganda. Teori pengkodean ganda adalah teori yang berasumsi bahwa
manusia memiliki dua sistem pengolahan informasi yang berlainan: satu
mewakili informasi verbal dan yang lain mewakili informasi visual
(Solso, 1998). Lebih lanjut, Paivio (1991, dalam Solso, 1998)
menguraikan tentang separated dual-code dan

integrated dual-code.

Separated dual-code menunjukkan perbedaan yang jelas pada model
penerimaan

atau

penyimpanan

informasi

dalam

memori

berdasarkan informasi yang diberikan, dalam hal ini informasi
visual dan informasi verbal. Informasi yang diberikan dalam bentuk
kata-kata akan diterima dalam bentuk verbal, sedangkan informasi yang
diterima dalam bentuk gambar akan diterima atau disimpan dalam bentuk
visual. Ada 3 proses yang berlangsung saat seseorang menerima 2
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12

bentuk informasi (verbal dan visual), dalam waktu yang sama, yaitu: 1)
membuat gambaran verbal serta kesesuaian dengan informasi verbal yang
diterima; 2) membuat gambaran visual serta kesesuaian dengan informasi
visual yang diterima; dan 3) membuat kesesuaian hubungan antara
gambaran visual dengan gambaran verbal yang sudah diterima. Model
dual coding

yang

dimaksudkan dalam

penelitian ini

adalah

pembelajaran IPS dengan memakai prinsip-prinsip dan langkah-langkah
teori dual coding dari Allan Paivio yang kemudian dioperasionalkan oleh
Mayer. Prinsip utama dari teori dual coding adalah bahwa informasi akan
lebih mudah diterima kalau disampaikan secara verbal dan visual dalam
suatu kaitan (Paivio, 2007:33). Proses penyampaian dan penerimaan
informasi tersebut terdiri dari lima langkah sebagai berikut (Mayer,
2009:80):
1. Memilih kata-kata yang relevan untuk pemrosesan dalam memori kerja
verbal.
2. Memilih gambar-gambar yang relevan untuk pemrosesan dalam
memori kerja visual.
3. Menata kata-kata terpilih ke dalam model mental verbal
4. Menata gambar-gambar terpilih ke dalam model mental visual
5. Memadukan representasi berbasis-kata dan representasi berbasisgambar.
Dengan demikian, Model Dual Coding yang digunakan dalam penelitian
ini tediri dari 3 (tiga) tahapan sebagai berikut: (a) perencanaan pembelajaran yang
mencakup kegiatan penetapan tujuan dan fokus pada topik pembahasan,
(b) pembahasan materi dengan memakai 5 (lima) langkah model dual coding di
atas, (c) melakukan penilaian hasil belajar.

F. Sistematika Penulisan

Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13

Dalam penelitian ini, penulis menyusun sistematika penulisan diawali
dengan pendahuluan yang terdiri dari:
BAB I Latar belakang, menguraikan secara umum latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan serta dilanjutkan
dengan penyusunan penjelasn-penjelasanan defenisi istilah dalam penelitian ini.
BAB II penulis mengangkat kajian teoritis yang berkaitan dengan hasil
belajar, model dual – coding, komponen-komponen dalam model dual – coding,
kemudian penelitian terdahulu sebagai acuan dalam penelitian ini.
BAB III, dalam bab ini berisi metode penulisan yang akan digunakan
peneliti

yaitu penjelasan tentang metode penelitian, prosedur penelitian,

instrument penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data,
instrument penelitian dan analisis data, serta validitasi data penelitian.
BAB IV menampilkan deskripsi hasil penelitian meliputi: pelaksanaan
penelitian,dan analisis penelitian, juga temuan-temuan dalam penelitian serta hasil
diskusi peneliti dengan guru mitra dalam penelitian ini.
BAB V bagian ini merupakan akhir dari penelitian dalam penerapan
Model Dual-Coding menguraikan tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan
dan saran terhadap proses pembelajaran disekolah di SMP Negeri 3 Mande.

Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode dan Teknik Penelitian.
Penelitian

ini

menggunakan

pendekatan

kualititatif.

Yaitu

suatu

pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive
dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi (Sugiyono, 2009 : 15).
Adapun menurut Creswell (2010 : 4), pendekatan kualitatif merupakan
metode-metode untuk mengeksplorasi makna yang dianggap berasal dari masalah
sosial atau kemanusiaan . Proses penelitian ini melibatkan upaya-upaya penting
seperti

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

dan

prosedur-prosedur,

mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara
induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum dan
menafsirkan makna data.
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982)
dalam Sugiyono, (2009 : 21) adalah sebagai berikut:
a)
Qualitative research has the natural setting as the direct
source of data and researcher is the key instrument; b) Qualitative
research is descriptive. The data collected is in the form of words of
pictures rather than number; c) Qualitative research are concerned
with process rather than simply with outcomes or products; d)
Qualitative research tend to analyze their data inductively; e)
“Meaning” is of essential to the qualitative approach.
Berdasarkan karakteristik diatas, dapat dikemukakan bahwa penelitian
kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci dari
penelitian dimaksud. Penelitian kualitatif juga lebih bersifat deskriptif. Data yang
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

62

63

terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar (atau keduanya), sehingga tidak
menekankan angka dan lebih menekankan pada proses daripada produk. Analisis
data pada penelitian kualitatif dilakukan secara induktif. Yang paling penting dari
penelitian kualitatif adalah bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan pada
makna (arti) data dibalik yang diamati. Adapun menurut Sudjana (2004:200):
Penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan
sebelumnya, tetapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan
alami. Data dan informasi lapangan ditarik makna dan konsepnya
melalui pemaparan deskriptif analitik tanpa menggunakan enumerasi
dan statistik sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu
peristiwa dan tingkah laku dalam situasi alami. Generalisasi tidak
perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks
ruang, waktu dan situasi tertentu”.
Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu metode
yang tidak menguji hipotesis melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa
adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Hal ini bukan berarti
pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif
akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha
menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir formal dan
argumentatif. Banyak penelitian kualitatif merupakan penelitian sampel kecil.
Lebih spesifik lagi, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Penelitian Tindakan
Kelas (classroom action research), merupakan perpaduan antara prosedur
penelitian dan tindakan substansif sebagai prosedur penelitian. Hal ini ditandai
dengan suatu kajian reflektif, kolaboratif dan partisipatif. Tujuan penelitian
tindakan kelas (PTK) ini untuk memperbaiki kinerja guru didalam kelas dalam
melaksanakan pembelajaran, sehingga peserta didik menjadi termotivasi dalam
belajar dan hasil belajarnya pun meningkat.
Penelitian ini dimaksud untuk melihat gambaran secara mendalam serta
efektivitas penerapan salah satu metode pembelajaran di SMP Negeri 3 Mande.
Dalam penelitian ini bukan hanya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan
Santi Kurniawati, 2014
Penerapan model dual – coding dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Mande Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

64

didalam kelas tetapi juga untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam
mengajar melalui kegiatan yang inovatif yang berlandaskan pada efektif
kolaboratif

dan

upaya-upaya

meningkatkan

kualitas

pembelajaran

Ilmu

Pengetahuan Sosial didalam kelas. Untuk mewujudkan tujuan – tujuan tersebut,
PTK dilaksanakan dalam proses berdaur (cyclical ) yang terdiri dari empat
tahapan : a) Perencanaan; b) Pelaksanaan; c) Observasi dan evaluasi; dan d)
Refleksi.
Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005:11), PTK mempunyai karakteristik
khusus yang tidak terdapat pada penelitian lain, yaitu: 1) Tema penelitian bersifat
situasional permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar sehari-hari; 2) Tindakan diambil berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi
diri; 3) Dilakukan dalam beberapa putaran; 4) Penelitian bertujuan untuk
memperbaiki kinerja; 5) Dilaksanakan secara kolaboratif atau partisipatorif; dan
6) Sampel terbatas, penelitian tindakan mengambil sampel spesifik pada kelas
atau sekolah dengan sasaran kelompok siswa, atau kelompok guru yang tidak
dilakukan secara acak sehingga hasil penelitian tindakan kelas tidak dapat
digeneralisasikan untuk wilayah yang lebih luas. Jika ditinjau dari sudut tujuan
penelitian, PTK termasuk Penelitian Development. Yaitu penelitian yang
bertujuan mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Adapun dari segi
pemakaian hasil penelitian yang diperoleh, PTK termasuk Penelitian Terapan
(Applied Research), dimana penelitian ini diselenggarakan dalam rangka
mengatasi masalah nyata dalam kehidupan, berupa usaha menemuka