HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI TK GUGUS PAUD 3 KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA.
i
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI TK GUGUS PAUD 3 KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Firda Luthfiana
12111244007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
v MOTTO
personality is the dynamic organization with the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjusment to his environment
Kepribadian adalah organisasi yang dinamis dengan individu yang sistem psikofisik , yang menentukan penyesuaian yang unik dengan lingkungannya
G.W. Allport
sekolah sebagai pusat pembelajaran yang bermakna dan sebagai proses sosialisasi dan pembudayaan kemampuan, nilai sikap, watak, dan perilaku hanya hanya dapat terjadi dengan kondisi infrakstruktur, tenaga kependidikan, sistem kurikulum, dan
lingkungan yang sesuai. Soedjiarto (2000)
(6)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahkan untuk: 1. Orang tua dan keluarga besar.
2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, nusa, dan bangsa.
(7)
vii
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI TK GUGUS PAUD 3 KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA
Oleh Firda Luthfiana NIM 12111244007
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sekolah dengan Pembentukan kepribadian anak di TK Gugus PAUD 3 Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogyakarta. Lingkungan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kepribadian manusia.
Penelitian ini adalah kuantitatif-korelasional jenis survey. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 331. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
probability sampling, dengan ukuran sampel menggunakan rumus Isaac dan Michael sehingga diperoleh sampel sebanyak 170 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan studi dokumentasi. Data hasil tes dianalisis dengan menggunakan teknik analisis etha.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lingkungan sekolah dengan pembentukan kepribadian anak di TK Gugus PAUD 3 Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogyakarta dengan dibuktikan nilai F hitung sebesar 67,40445 dan F tabel sebesar 3,06. Yang berarti F hitung lebih besar dari F tabel dan sebaliknya F tabel lebih kecil dari F hitung. TK ABA 1 Imogiri memiliki nilai mean tertinggi sebesar 80,7551, artinya bahwa dari ketiga sekolah tersebut TK ABA 1 Imogiri merupakan TK yang memiliki lingkungan paling kondusif untuk pembentukan kepribadian anak.
(8)
viii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat beserta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi yang berjudul “Hubungan antara Lingkungan sekolah dengan Pembentukan Kepribadian Anak di TK Gugus PAUD 3 Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogyakarta” dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Ketua Jurusan PAUD yang telah memberikan motivasi dan arahan kepada
penulis.
3. Bapak Dr. Amir Syamsudin, M.Ag., selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penyusunan skripsi.
4. Ibu Ika Budi Maryatun, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah sabar dan telaten memberikan saran dan arahan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
5. Keluarga saya tercinta, Bapak Asnan Rohyadi, Ibu Rustini Rahayu, dan Adikku Ibnu Nur Aziz atas doa dan dukungannya.
6. TK Masyitoh Dukuh, TK Pertiwi 10 Imogiri, dan TK ABA I Imogiri sebagai tempat dilakukannya penelitian.
(9)
(10)
x DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... .xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Definisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Lingkungan Sekolah ... 9
1. Pengertian Sekolah ... 9
2. Pengertian Lingkungan Sekolah ... 11
B. Kepribadian ... 20
1. Pengertian Kepribadian ... 20
2. Aspek- aspek Kepribadian ... 23
(11)
xi
C. Hakikat Anak Usia Dini Usia 4- 6 Tahun ... 28
1. Pengertian Anak Usia Dini 4-6 Tahun ... 28
2. Karakteristik Anak Usia Dini 4- 6 Tahun ... 29
3. Aspek- aspek Perkembangan Anak Usia Dini Usia 4-6 Tahun ... 32
D. Penelitian yang Relevan ... 40
E. Desain Penelitian ... 41
F. Hipotesis ... 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
1. Tempat Penelitian... 43
2. Waktu Penelitian ... 43
C. Subjek penelitian ... 43
1. Populasi ... 43
2. Sampel ... 44
D. Variable Penelitian ... 46
1. Variabel Bebas ... 46
2. Variabel Terikat ... 46
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 47
1. Teknik Pengumpulan Data ... 47
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 48
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 50
1. Validitas Instrumen ... 50
2. Reliabilitas Instrumen ... 51
G. Teknik Analisis Data ... 52
H. Uji Hipotesis ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55
1. Deskripsi lokasi ... 55
2. Deskripsi Data dan Analisis ... 56
(12)
xii
C. Pembahasan ... 67
D. Keterbatasan Penelitian ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
(13)
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Desain Penelitian ... 41
Gambar 2. Diagram Kepribadian Anak di TK Masyitoh Dukuh ... 58
Gambar 3. Diagram Variabel Kepribadian Anak di TK Masyitoh Dukuh ... 59
Gambar 4. Diagram Kepribadian Anak di TK Pertiwi 10 ... 60
Gambar 5. Diagram Variabel Kepribadian Anak di TK Pertiwi 10 ... 61
Gambar 6. Diagram Kepribadian Anak di TK ABA 1 Imogiri... 63
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Tingkap Pencapaian perkembangan Anak Usia 4 sampai 5 Tahun ... 33
Tabel 2. Tingkap Pencapaian perkembangan Anak Usia 5 sampai 6 Tahun ... 34
Tabel 3. Ukuran Populasi penelitian ... 44
Tabel 4. Ukuran Sampel Penelitian ... 45
Tabel 5. Kisi- Kisi Lembar Observasi Kepribadian Anak ... 48
Tabel 6. Tingkat Reliabilitas ... 52
Tabel 7. Rangkuman hasil Uji Normalitas ... 53
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas ... 53
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kepribadian Anak TK Masyitoh Dukuh……….57
Tabel 10.Kriteria Kategorisasi TK Masyitoh Dukuh ...59
Tabel 11.Distribusi Frekuensi Kepribadian Anak TK Pertiwi 10 ...60
Tabel 12. Kriteria Kategorisasi TK Pertiwi 10 ... 61
Tabel 13.Distribusi Frekuensi Kepribadian Anak TK ABA 1 Imogiri ... 62
Tabel 14.Kriteria Kategorisasi TK ABA 1 Imogiri ... 63
(15)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Surat Penelitian ... .78
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... .85
Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas ... .99
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 103
(16)
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Santrock (2002: 22) menyatakan bahwa pada suatu proses kehidupan, seorang manusia akan melewati periode atau tahapan dalam perkembangannya. Erik erikson dalam bukunya yang berjudul Childhood and Society membaginya dalam 8 periode, yaitu sejak manusia masih berada dalam proses pembuahan hingga akhir hayatnya. Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan sebagai barikut: (1) periode prakelahiran (prenatal period), (2) masa bayi (infancy), (3) masa awal anak-anak (early childhood), (4) masa pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late childhood), (5) masa remaja (adolescene), (6) masa awal dewasa (early adulthood), (7) masa pertengahan dewasa (middle adulthood), dan (8) masa akhir dewasa (late adulthood).
Masa kanak-kanak merupakan salah satu masa terpenting dalam kehidupan manusia. Sehingga harus diperhatikan dengan baik oleh para pendidik. Karena masa ini berbeda dengan masa lain dalam sifat, keistimewaan, dan permulaan yang khas. Keberadaannya adalah tumpuan bagi masa selanjutnya. Pada masa ini terletak pokok pertumbuhan kepintaran anak, kecenderungan minat dan bakatnya, perkembangan pengetahuannya, penampakan perasaannya, penampilan aktivitas inderawinya, penampilan maupun kepeduliannya, penilaian kecenderungan yang baik maupun buruk.
Undang-Undang Perlindungan Anak menyatakan bahwa anak mempunyai hal untuk tumbuh dan berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi,
(17)
2
dan belajar dalam suatu pendidikan. Orangtua dan pemerintah wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan untuk anak dalam rangka program belajar (UU Perlindungan Anak UU RI No. 23 Tahun 2003, 2009: 59-69). Dengan adanya Undang-Undang Perlindungan Anak tersebut, maka sangat penting adanya sebuah lembaga belajar khusus untuk belajar bagi anak-anak usia dini sebagai upaya pemenuhan sebagian dari hak anak.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan bagian integral dalam sistem pendidikan nasional yang saat ini mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah. PAUD dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan yang pesat jika dilihat dari adanya peningkatan jumlah satuan Pendidikan Anak Usia Dini cukup signifikan yang diprakarsai oleh masyarakat sekitar secara mandiri di seluruh pelosok tanah air. Perkembangan ini bagian penting dari program utama pembangunan pendidikan nasional. Dirjen PLS (Harun Rasyid, dkk., 2012: 31) megungkapkan bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini memegang peran yang sangat penting dalam menyiapkan generasi mendatang yang unggul dan tangguh.
Tujuan dari pendidikan anak usia dini itu sendiri antara lain membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar dan masa dewasanya. Selain itu, pendidikan anak usia dini juga bertujuan membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah (Maimunah Hasan, 2010: 16-17).
(18)
3
Pentingnya pendidikan bagi anak-anak yang direalisasikan dengan diadakannya program pemerintah berupa Pendidikan Anak Usia Dini, adalah sebagai tempat bagi tempat bagi anak-anak dalam mengembangkan bakat dan kreatifitas mereka. Karena masa anak-anak merupakan masa di mana individu pertama-tama memperoleh pengetahuan dari lingkungan sekitarnya. Dalam menerima pengetahuan yang diperolehnya, anak-anak hanya sekedar mengadopsi tanpa melakukan sebuah evaluasi baik atau buruk pengetahuan yang diperolehnya. Semua pengetahuan akan diserap secara menyeluruh oleh anak-anak, tanpa adanya sikap penyaringan terhadap sesuatu yang baik atau yang buruk. Maka lingkungan yang baik akan membentuk kepribadian anak yang baik, sebaliknya lingkungan yang buruk juga akan membentuk kepribadian anak yang buruk pula.
Perkembangan anak usia dini yang seimbang adalah sebagai dasar pembentukan kepribadian. Hal itu meliputi perkembangan fisik, nilai-nilai agama, daya pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa, moral, disiplin, nilai-nilai agama, dan komunikasi. Guru sebagai seorang pendidik perlu adanya usaha dalam masa perkembangan anak terutama dalam lingkungan. Hal tersebut dikarenakan masa usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, dan usia tersebut juga merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya (Hibana S. Rahman, 2002: 30).
Membentuk kepribadian anak sejak usia dini dapat memungkinkan anak memiliki pribadi yang baik. Kepribadian dapat dipengaruhi lingkungan. Lingkungan merupakan pendidikan kepribadian yang terjadi secara tidak
(19)
4
langsung. Sebab lingkungan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kepribadian manusia. Salah satu lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian anak adalah lingkungan sekolah. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat dikatakan bahwasanya kepribadian dapat dibentuk dengan perilaku-perilaku dari lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah. Berdasarkan hal tersebut, lingkungan sekolah berhubungan dengan perilaku sehari-hari anak di sekolah, sehingga perlu adanya upaya pihak sekolah untuk membentuk kepribadian anak yang baik.
Gugus PAUD 3 di Kecamatan Imogiri terdiri dari TK Masyitoh Dukuh, TK Pertiwi 10 Imogiri, dan TK ABA I Imogiri. Ketiga TK tersebut sudah menerapkan pembentukan kepribadian anak dalam pembelajarannya. Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Desember 2015 peneliti melakukan observasi Gugus PAUD 3 Kecamatan Imogiri. Observasi di lakukan secara bergantia observasi di lakukan dengan wawancara guru dan melihat aktifitas pembelajaran di kelas maupun luar kelas. Pertama diobservasi adalah TK Pertiwi 10 Pada tanggal 14 Desember 2015 bahwa di TK ini pembentukan kepribadian dilakukan setiap hari seperti Kegiatan rutin bersalaman dengan guru dan teman setiap akan
(20)
5
masuk kelas dan hendak pulang, berdoa sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran, selain itu setiap hari jumat terdapat acara khusus di TK ini yaitu pergi ke masjid untuk belajar tentang agama. Pada saat pembelelajaran anak bersosialisasi dengan teman. Saling membantu saat ada teman yang mengalami kesusahan. Dan masih banyak lagi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 15 Desember 2015 dan 16 Desember 2015 di TK Masyitoh Dukuh dan TK ABA I Imogiri juga diperoleh hasil yang sama. Kedua TK ini juga melakukan pembentukan kepribadian setiap hari pada anak melalui pembiasaan-pembiasaan terpuji. Anak juga di biasakan untuk bertanggung jawab atas apa yang di kerjakan seperti membereskan kembali mainan ketempat semula atau menempatkan sepatu pada tempatnya. Di TK ABA I Imogiri pembentukan kepribadian termasuk ke dalam aspek nilai agama moral dan sosial emosional .
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Lingkungan Sekolah dengan Pembentukan Kepribadian Anak di TK Gugus PAUD 3 Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Lingkungan sekolah belum difungsikan secara optimal untuk membentuk kepribadian anak.
2. Guru belum mengoptimalkan pembentukan kepribadian anak melalui lingkungan sekolah.
(21)
6 C.Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikam maka batasan masalah pada penelitian ini adalah hubungan antara lingkungan sekolah dengan pembentukan kepribadian anak di TK Gugus PAUD 3 Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogyakarta.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara lingkungan sekolah dengan pembentukan kepribadian anak di TK Gugus PAUD 3 Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogyakarta?
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengetahui hubungan antara lingkungan sekolah dengan pembentukan kepribadian anak di TK Gugus PAUD 3 Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogyakarta.
F.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut:
1.Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wacana ilmiah terhadap pengembangan ilmu pengetahuan bagi ilmu pendidikan khususnya pendidikan
(22)
7
anak usia dini mengenai hubungan lingkungan sekolah dengan pembentukan kepribadian anak.
2.Manfaat Praktis
a. Memberikan bahan pemikiran untuk pengambilan kebijakan yang tepat mengenai pengaruh lingkungan pada anak.
b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan bagi pelaksanaan penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang. c. Dapat memberi masukan dan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dan
kelompok-kelompok kunci dalam masyarakat tentang pendidikan nilai dan pentingnya faktor lingkungan dalam pembentukan kepribadian anak.
d. Memberi informasi yang sangat penting bagi semua pihak yang mempunyai tanggung jawab terhadap anak, supaya masing-masing pihak memahami fungsi dan tanggung jawabnya dalam proses pembentukan kepribadian anak.
G.Definisi Operasional
Definisi operasionan pada penelitian ini adalah : 1. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi pembelajaran siswa di sekolah yang meliputi metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, keadaan gedung sekolah, alat pelajaran sehingga mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak dalam menjalankan aktifitas.
(23)
8 2. Kepribadian
Kepribadian merupakan tingkah laku yang khas, baik dari segi fisik maupun segi psikis yang membedakan seorang anak yang satu dengan yang lain sebagai bentuk penyesuaian diri dengan lingkungannya.
(24)
9
BAB II KAJIAN TEORI
A.Lingkungan Sekolah 1. Pengertian Sekolah
Syamsu Yusuf (2001:54) mengungkapkan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, mengajar, dan latihan dalam ragka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Sedangkan, menurut Soedjiarto (2000:46), sekolah sebagai pusat pembelajaran yang bermakna dan sebagai proses sosialisasi dan pembudayaan kemampuan, nilai sikap, watak, dan perilaku hanya hanya dapat terjadi dengan kondisi infrakstruktur, tenaga kependidikan, sistem kurikulum, dan lingkungan yang sesuai. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program pembelajaran yang bermakna dalam rangka membantu mengembangkan segala potensi siswa.
Sekolah adalah lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah yang dilakukan oleh pendidik yang professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat anak-anak sampai perguruan tinggi.“Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga Negara yang cerdas, terampil & bertingkah laku baik” (Sumitro 2006:81). Sekolah sebagai tempat belajar bagi seorang siswa dan teman-temannya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari gurunya dimana pelaksanaan kegiatan
(25)
10
belajar dilaksanakan secara formal. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal karena terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di kelas.
Letak gedung sekolah harus memenuhi syarat-syarat seperti tidak terlalu dekat dengan kebisingan/jalan ramai dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan ilmu kesehatan sekolah (Sumadi Suryabrata, 2006:233) lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik, misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Teman-teman yang rajin belajar dapat mendorong seorang siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan belajarnya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga, karena makin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya sebagai kepala lembaga sekolah ini. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak, sekolah memberikan pendidikan dan mengajaran kepada anak-anak mengenai pendidikan yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua memberikan untuk pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga.
(26)
11 2.Pengertian Lingkungan Sekolah
Gerakan Disiplin Nasional (GDN) (Tulus Tu’u 2004:11) menyatakan lingkungan sekolah diartikan sebagai lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilai-nilai kegiatan pembelajaran sebagai bidang studi yang dapat meresap kedalam kesadaran hati nuraninya. Menurut Tulus Tu’u (2004:1), lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana ditempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkankepada anak didik.
Nana Syaodih Sukmadinata (2004:164), lingkungan sekolah meliputi: a) Lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber
belajar dan media belajar.
b) Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya, guru-gurunya, keluarga, dan staf sekolah yang lain.
c) Lingkungan akademis yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan ekstra kulikuler. Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah.
Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas sekolah. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara
(27)
12
terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah.
Sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan fungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan salah satu sistem sosial yang mempunyai organisasi dan pola relasi sosial diantara para anggotanya. Menurut Abu Ahmadi (1991:187) menyatakan bahwa kebudayaan sekolah mempunyai beberapa unsur penting, yaitu:
a) Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah
b) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi program keseluruhan pendidikan.
c) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yan terdiri atas siswa, guru, kepala sekolah dan tenaga administrasi.
d) Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
Muhibbin Syah (2003: 152) menggolongkan lingkungan sekolah menjadi dua, yaitu:
a) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, semuanya berkaitan dengan semangat belajar siswa para guru yang dapat menunjukan sikap dan perulaku yang baik dan juga dapat
(28)
13
memperlihatkan teladan yang baik khususnya dalam hal belajar seperti misalnya rajin membaca.
b) Lingkungan Nonsosial
Lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa. Untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah, gedung merupakan prasyarat paling utama yang harus dipenuhi oleh sekolah harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Slameto (2003:64), mengatakan bahwa faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
Dalam penelitian ini yang menjadi indikator dari lingkungan sekolah adalah sebagai berikut:
a) Lingkungan Sosial
(1) Relasi Guru dengan Siswa
Guru dan siswa menjalin hubungan yang baik, maka akan menimbulkan sikap siswa kepada guru yang baik pula. Sehingga melalui hubungan yang baik antara guru dan siswa diharapkan mampu membentuk kepribadian anak.
(2) Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang memilki sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan akan diasingkan dari kelompoknya. Berdasarkan hal tersebut, kepribadian anak
(29)
14
dapat terbentuk yaitu dapat membedakan hal baik dan buruk akibat tingkah laku anak tersebut.
b) Lingkungan Nonsosial (1) Metode Pengajaran Guru
Kegiatan belajar mengajar merupakan proses penting dalam pembentukan kepribadian anak, hal ini disebabkan karena anak cenderung berinteraksi penuh dengan guru melalui tatap muka.
(2) Disiplin Sekolah
Kedisiplann sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dan melakukan tata tertib, kedisiplinan pengawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman.
(3) Fasilitas Sekolah
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajran yang dipakai oleh guru ketika mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.
(4) Keadaan Gedung
Untuk dapat mendukung proses belajar siswa di sekolah, terlebih lagi jumlah siswa yang cukup banyak yang memilki beragam karakteristik menuntut adanya suasana sekolah yang dapat membantu proses belajar mereka. Dengan jumlah siswa yang banyak serta bervariasi berkarakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai didalam setiap kelas.
(30)
15
Berdasarkan pernyataan oleh beberapa ahli yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa aspek lingkungan sekolah mencakup sarana dan prasarana sekolah, standar proses, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa. Beberapa aspek tersebut yang akan dijadikan sebagai variabel penelitian.
1. Sarana dan Prasarana
Permendikbud No. 137 tahun 2014, menyatakan bahwa sarana dan prasarana merupakan perlengkapan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini, selain itu sarana dan prasana juga memiliki syarat yaitu
a. Memiliki luas lahan minimal 300 m2 (untuk bangunan dan halaman).
b. Memiliki ruang kegiatan anak yang aman dan sehat dengan rasio minimal 3 m2 per-anak dan tersedia fasilitas cuci tangan dengan air bersih.
c. Memiliki ruang guru d. Memiliki ruang kepala
e. Memiliki ruang tempat UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dengan kelengkapan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
f. Memiliki jamban dengan air bersih yang mudah dijangkau oleh anak dengan pengawasan guru
g. Memiliki ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak;
h. Memiliki alat permainan edukatif yang aman dan sehat bagi anak yang sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia)
(31)
16
i. Memiliki fasilitas bermain di dalam maupun di luar ruangan yang aman dan sehat.
j. Memiliki tempat sampah yang tertutup dan tidak tercemar, dikelola setiap hari. k. Memiliki peralatan pendukung keaksaraan.
2. Standar proses pembelajaran PAUD
Permendikbud No. 58 Tahun 2009 standar proses pembelajaran PAUD meliputi perencanaan dan pelaksanaan.
a. Perencanaan
Perencanaan penyelenggaraan PAUD meliputi Perencanaan Semester, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Pada tahap perencanaan terdapat prinsip-prinsip
1) Memperhatikan tingkat perkembangan, kebutuhan, minat dan karakteristik anak.
2) Mengintegrasikan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.
3) Pembelajaran dilaksanakan melalui bermain.
4) Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bertahap, berkesinambungan, dan bersifat pembiasaan.
5) Proses pembelajaran bersifat aktif, kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan.
6) Proses pembelajaran berpusat pada anak. 7) Pemilihan metode yang tepat dan bervariasi.
(32)
17
9) Pemilihan teknik dan alat penilaian sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan.
b. Pelaksanaan
1) Menciptakan suasana bermain yang aman, nyaman, bersih, sehat, dan menarik. 2) Penggunaan alat permainan edukatif memenuhi standar keamanan, kesehatan,
dan sesuai dengan fungsi stimulasi yang telah direncanakan. 3) Memanfaatkan lingkungan.
4) Kegiatan dilaksanakan di dalam ruang/kelas dan di luar ruang/kelas. 5) Kegiatan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.
6) Pengelolaan kegiatan pembelajaran pada usia 4 - ≤6 tahun dilakukan dalam individu, kelompok kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembukaan, inti dan penutup.
7) Melibatkan orang tua/keluarga. 3. Hubungan guru dengan anak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Pasal 40 Ayat 2, dinyatakan bahwa kewajiban pendidik adalah : (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (3)
memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Berdasarkan
hal tersebut, maka perlu adanya kompetensi guru dalam membangun hubungan yang baik kepada anak. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005: Standar
(33)
18
a. Kompetensi Pedagogis, mencangkup kemampuan untuk dapat,
1) Memahami karakteristik, kebutuhan, dan perkembangan peserta didik
2) Menguasai konsep dan prinsip pendidikan
3) Menguasai konsep, prinsip dan prosedur pengembangan kurikulum
4) Menguasai teori, prinsip, dan strategi pembelajaran
5) Menciptakan situasi pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian,
6) Menguasai prinsip, konsep, prosedur, dan strategi bimbingan belajar peserta didik,
7) Menguasai media pembelajaran termasuk teknologi komunikasi
8) Menguasai prinsip, alat, dan prosedur penilaian proses dan hasil belajar.
b. Kempotensi Kepribadian, mencangkup kemampuan untuk dapat,
1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, mantap, stabil, dewasa,
berwibawa serta arif dan bijaksana,
2) Berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
sekitar.
3) Memiliki jiwa, sikap, dan perilaku demokratis
4) Memiliki sikap dan komitmen terhadap profesi serta menjunjung kode etik pendidik.
c. Kompetensi Sosial, mencangkup kemampuan untuk dapat,
1) Bersikap terbuka, obejektif, dan tidak diskriminatif
(34)
19
3) Berkomunikasi dan bergaul secara kelogial dan santun dengan sesama tutor dan tenaga kependidikan.
4) Berkomunikasi secara empatik dan santun dengan orang tua/wali peserta didik
serta masyarakat sekitar
5) Beradaptasi dengan kondisi sosial setempat
6) Bekerja sama secara efektif dengan peserta didik, sesama tutor dan tenaga kependidikan, dan masyarakat sekitar
4. Interaksi dengan teman sebaya
Dalam berinteraksi dengan teman sebaya, anak akan memilih anak lain yang usianya hampir sama, dan di dalam berinteraksi dengan teman sebaya lainnya, anak dituntut untuk dapat menerima teman sebayanya. Dalam penerimaan teman sebayanya anak harus mampu menerima persamaan usia, menunjukkan minat terhadap permainan, dapat menerima teman lain dari kelompok yang lain, dapat menerima jenis kelamin lain, dapat menerima keadaan fisik anak yang lain, mandiri atau dapat lepas dari orang tua atau orang dewasa lain, dan dapat menerima kelas sosial yang berbeda (Maccoby, 1980, Styczynski and Langlois, 1977 ) dalam Helms and Turner (1984: 223-224).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada didalam lembaga pendidikan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya dengan program pendidikan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya dengan dibiasakan nilai-nilai tata tertip sekolah serta nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi.
(35)
20 B. Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan definisi kepribadian. Hal ini dikarenakan perbedaan disiplin ilmu yang mereka jadikan penelitian, juga karena kemampuan dan latar belakang mereka, akan tetapi hal ini tidak menjadikan kelemahan perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan menambah khasanah dan cakrawala luasnya pengetahuan.
Istilah “kepribadian” sering dijumpai dalam beberapa literatur dengan berbagai ragam makna dan pendekatan. Sebagian psikolog ada yang menyebutnya dengan (1) personality (kepribadian) sendiri, sedang ilmu yang membahasnya disebut dengan “The Psychology of Personality”, atau “Theory of Personality”; (2) character (watak atau perangai), sedang ilmu yang membicarakannya disebut dengan “The Psychology of Character”, atau “Characterology”; (3) type (tipe), sedang ilmu yang membahasnya disebut dengan “Typology” (Sumadi Suryabrata, 2006: 1). Ketiga istilah tersebut yang dipakai adalah istilah kepribadian. Selain ruang lingkupnya jelas, istilah kepribadian juga mencerminkan konsep keunikan diri seseorang.
Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality” yang berasal dari bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus).
Person biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu, sedang
personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran
(36)
21
manusia tertentu. Jadi persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya (Syamsu Yusuf, 2001: 126).
G.W. Allport, menurutnya kepribadian atau personality adalah sebagai berikut : personality is the dynamic organization with the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjusment to his environment
(Elizabeth B. Hurlock, 1993: 524). Artinya kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis sebagai sistem psikophisik dalam individu yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap alam sekitar.
Organisasi jiwa raga merupakan komponen atau aspek struktur dalam diri kepribadian. Sedangkan penyesuaian diri merupakan struktur luar dari kepribadian yang lebih bersifat dinamis dalam menghadapi berbagai situasi, kondisi, dan perubahan lingkungan. Pada dasarnya manusia mempunyai struktur dalam yang sama dengan manusia lainnya. Demikian pula faktor yang mempengaruhinya pada garis besarnya sama, yaitu faktor pembawaan dan lingkungan. Hanya warna dan ciri-ciri kepribadiannya yang berbeda dengan manusia lain, karena tidak ada lingkungan yang mempunyai efektifitas pengaruh yang sama terhadap dua orang atau lebih. Tiap individu akan memberikan makna atau penghayatan yang berbeda terhadap lingkungan (Abdul Aziz, 2001: 68).
Ahmad Fauzi (1997:121) mendefinisikan kepribadian adalah keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan, bentuk tubuh, serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang. Hal itu, dilakukan karena terdapat ciri-ciri yang khas hanya dimiliki
(37)
22
oleh seseorang tersebut, baik dalam arti kepribadian yang baik atau pun yang kurang baik, misalnya untuk membawakan kepribadian yang angkara murka, serakah, dan sebagainya, sering ditopengkan dengan gambar raksasa. Sedangkan untuk perilaku yang baik, budi luhur, suka menolong, berkorban ditopengkan dengan seorang kesatria dan sebagainya.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan keribadian anak adalah suatu proses perubahan bertahap kearah yang lebih tinggi yang menjadikan suatu totalitas sifat, tingkah laku anak yang khas, baik dari segi fisik maupun segi psikis yang membedakan seorang anak yang satu dengan yang lainnya yang merupakan amanah bagi kedua orang tua menuju kesempurnaan atau kematangan serta sempurna agar kelak menjadi insan kamil, berguna bagi agama bangsa dan negara. Pengertian kepribadian adalah suatu kesatuan yang fungsional antara fisik dan psikis atau jiwa raga dalam diri individu yang membentuk karakter atau ciri khas maupun sikap batinnya sebagai bentuk terhadap penyesuaian dengan lingkungannya. Jadi kepribadian terbentuk melalui proses yang cukup panjang sepanjang kehidupan manusia itu sendiri, sehingga pembentukannya harus dilakukan melalui bimbingan dan pengarahan.
2. Aspek- aspek Kepribadian
Freud yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata (2003: 124) menyatakan kepribadian terdiri atas tiga aspek, yaitu:
a. Das Es (the id), yaitu aspek biologis. b. Das ich (the ego), yaitu aspek psikologis.
(38)
23
Yoesuf Noesyirwan yang dikutip oleh Abdul Aziz (2001: 69) menganalisis kepribadian ke dalam empat daerah atau aspek, yaitu:
a. Vitalitas sebagai konstanta dari semangat hidup pribadi.
b. Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta cara beraksi dan bergerak.
c. Watak sebagai konstanta dari hasrat, perasaan, dan kehendak pribadi mengenai nilai-nilai.
d. Kecerdasan, bakat, daya nalar sebagai konstanta kemampuan pribadi.
Ahmad D. Marimba (1989: 67) secara garis besarnya membagi aspek-aspek kepribadian manusia menjadi tiga, yaitu aspek-aspek jasmaniah, aspek-aspek kejiwaan, dan aspek kerohanian yang luhur. Hal senada juga diungkapkan Abdullah Nashih Ulwan (1992: 7), bahwa pengembangan kepribadian anak meliputi tiga aspek, yaitu: jasmani, intelektual, dan aspek rohani atau kejiwaan. Aspek jasmani merupakan persiapan dan pembentukan, aspek intelektual merupakan penyedaran pembudayaan, dan pengajaran, sedangkan aspek rohani merupakan keterbukaan, kemandirian, dan pengendalian diri.
Zuhairini (1995: 67) menyatakan pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal:
a. Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan kelihatan dari luar, misalnya cara-caranya berbuat, cara-caranya berbicara, dan sebagainya.
b. Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak dapat segera dilihat dan kelihatan dari luar, misalnya cara-caranya berfikir, sikap, dan minat.
(39)
24
c. Aspek-aspek kerohaniaan yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan ini meliputi sistem-sistem nilai yang telah meresap di dalam kepribadian, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu.
Kepribadian secara sempurna harus dilengkapi dengan berbagai faktor yang menentukan terbentuknya kepribadian. Dalam mengkaji faktor-faktor yang membentuk kepribadian, para ahli jiwa biasanya mengkaji faktor biologis, sosial, budaya; mereka juga mengkaji dampak keturunan, struktur tubuh, sifat pembentukan sistem-sistem syaraf kelenjar. Utsman Najati berpendapat bahwa yang sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian adalah faktor keturunan dan faktor lingkungan (Ustman Najati, 1985: 241). Faktor keturunan adalah faktor-faktor yang timbul dari individu sendiri, sedangkan faktor lingkungan yaitu faktor-faktor yang timbul dari lingkungan sosial budaya.
3. Faktor- faktor Kepribadian
Abin Syamsudin Makmun (2002: 81) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian, ialah faktor bawaan (heredity) yang bersifat alamiah, faktor lingkungan (environment), dan faktor waktu (time) yaitu saat-saat tibanya masa peka atau kematangan. Selain itu Menurut Abin Syamsudin Makmun (2003) mengemukakan bahwa aspek-apek kepribadian sebagai berikut
a. Karakter
Karakter adalah konsekuen tidaknya mematuhi etika atau perilaku konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
(40)
25 b. Tempramen
Tempramen adalah disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mengenai mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang akan datang dari lingkungannya.
c. Sikap
Sikap ialah sambutan terhadap objek yang sifatnya positif, negatif atau ambivalen.
d. Stabilitas emosi
Stabilitas emosi yaitu ukuran kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan lingkungannya, misalnya mudah tidak tersinggung, marah, putus asah atau sedih.
e. Responsibilitas (tanggung jawab)
Tanggung jawab yaitu kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Misalnya mau menerima risiko yang wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
f. Sosiabilitas
Sosiabilitas adalah disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Misalnya, sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Hasil studi pola perkembangan kepribadian telah mengemukakan adanya tiga faktor yang menentukan kepribadian yaitu faktor bawaan, pengalaman awal dalam lingkungan keluarga, dan pengalaman-pengalaman dalam kehidupan
(41)
26
selanjutnya (Elizabeth B. Hurlock, 1998: 238). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor keturunan atau faktor pembawaan
Setiap manusia lahir di muka bumi ini mempunyai pembawaan sendiri-sendiri yang mempengaruhi tingkah lakunya atau kepribadiannya. Dengan demikian manusia mempunyai dua kecenderungan pembawaan, yaitu baik dan buruk. Sebenarnya faktor pembawaan atau keturunan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kepribadian, yang mana faktor tersebut ada sejak zaman azali atau ketika anak masih dalam kandungan ibunya, yaitu pembawaan fitrah sebagai potensi dasar alamiah yang berupa naluri keagamaan.
b. Faktor lingkungan (faktor-faktor yang timbul dari lingkungan sosial budaya) Lingkungan merupakan suatu faktor yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian karena lingkungan berhubungan langsung dengan seseorang, dimana perkembangan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Mulai cara bergaul, mendapat pendidikan, berkeyakinan, berbahasa, berfikir, berakhlak dan bertingkah laku, semua tadi berpeluang sekali dalam mempengaruhi rohani atau kejiwaan seseorang.
c. Pengalaman-pengalaman dalam kehidupan selanjutnya
Selain dari ketiga faktor tersebut, juga ada beberapa faktor yang membentuk kepribadian anak, yaitu faktor peranan cinta kasih dalam pembinaan kepribadian, faktor tidak menghina dan mengurangi hak anak, faktor perhatian pada perkembangan kepribadian dan faktor menghindari penggunaan kata kotor.
(42)
27 C. Hakikat Anak Usia Dini
1 .Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler dan Snowman dalam (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia ini adalah anak yang berusia 4-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini adalah individu yang unik di mana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio emosional, kreativitas, bahasa, dan komunikasi khusus yang sesuai dengan tahapn yang sedang dilalui oleh anak tersebut (Augusta: 2012). Dari berbagai definisi, dapat disimpulkan bahwa anak usia adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.
Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah golden age atau masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik.
2. Karakteristik Anak TK Usia 4-6 Tahun
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah,dkk (2010: 1.4-1.9) karakteristik anak usia dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi
(43)
28
yang unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai bagian dari makhluk sosial.
Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak paling peka dan potensial untuk mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak sering bertanya tentang apa yang mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak.
Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting bagi pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka membayangkan dan mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang nyata. Salah satu khayalan anak misalnya kardus, dapat dijadikan anak sebagai mobil-mobilan. Menurut Berg, rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat duduk tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal-hal yang biasa membuatnya senang. Anak sering merasa bosan dengan satu kegiatan saja. Bahkan anak mudah sekali mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang dianggapnya lebih menarik. Anak yang egosentris biasanya lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya, misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis
(44)
29
ketika keinginannya tidak dipenuhi. Anak sering bermain dengan teman-teman di lingkungan sekitarnya. Melalui bermain ini anak belajar bersosialisasi. Apabila anak belum dapat beradaptasi dengan teman lingkungannya, maka anak anak akan dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan belajar menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa dia membutuhkan orang lain di sekitarnya.
Karakteristik anak usia dini merupakan individu yang memiliki tingkat perkembangan yang relatif cepat merespon (menangkap) segala sesuatu dari berbagai aspek perkembangan yang ada. Sedangkan karakteristik anak usia dini menurut Richard D.Kellough (Kuntjojo: 2010) adalah sebagai berikut: a) egosentris, b) memiliki curiosity yang tinggi, c) makhluk sosial, d) the unique person, e) kaya dengan fantasi, f) daya konsentrasi yang pendek, g) masa belajar yang paling potensial.
Egosentris adalah salah satu sifat seorang anak dalam melihat dan memahami sesuatu cenderung dari sudut pandang dan kepentingan diri sendiri. Anak mengira bahwa semuanya penuh dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Melalui interaksi dengan orang lain anak membangun konsep diri sehingga anak dikatakan sebagai makhluk sosial. Anak memiliki daya imajinasi yang berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Anak juga memiliki daya perhatian yang pendek kecuali terhadap hal-hal yang bersifat menyenangkan bagi anak. Berbagai perbedaan yang dimiliki anak penanganan yang berbeda mendorong pada setiap anak. Pada masa belajar yang potensial ini, anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang dengan cepat.
(45)
30
Anak usia dini merupakan masa peka dalam berbagai aspek perkembangan yaitu masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial emosional, serta kognitif. Menurut Piaget (Slamet Suyanto, 2003: 56-72), anak memiliki 4 tingkat perkembangan kognitif yaitu tahapan sensori motorik (0-2 tahun), pra operasional konkrit ((0-2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas).
Anak yang berusia (0-2 tahun) masuk pada tahap sensori motorik, anak mengembangkan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan dengan gerakan dan tindakan fisik. Anak lebih banyak menggunakan gerak reflek dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Pada perkembangan pra operasional, proses berpikir anak mulai lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua berada di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya. Pada tahap operasional konkrit, anak sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan sederhana yang bersifat konkrit dan dapat memahami suatu pernyataan, mengklasifikasikan serta mengurutkan. Pada tahap operasional formal, pikiran anak tidak lagi terbatas pada benda-benda dan kejadian di depan matanya. Pikiran anak terbebas dari kejadian langsung.
Anak usia dini dilihat dari perkembangan kognitif berada pada tahap pra operasional. Anak mulai proses berpikir yang lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua berada di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya. Anak mampu mempertimbangkan
(46)
31
tentang besar, jumlah, bentuk dan benda-benda melalui pengalaman konkrit. Kemampuan berfikir ini berada saat anak sedang bermain.
3. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini 4-6 a) Perkembangan Nilai Agama Moral
Permendiknas Nomor 58 (2009) Standar tingkat pencapaian perkembangan anak dibagi menjadi tiga kelompok pertama adalah anak uasia 0 sampai dengan k 24 bulan. Bagi kelompok, standar tingkat pencapaian perkembangan anak di serahkan pada lembaga PAUD sesuai dengan isi dan misi lembaga masing – masing. Kelompok kedua adalah anak usia 2 sampai dengan dari 4 tahun. Kelompok ketiga adalah usia 4 sampai dengan 6 tahun. Kedua kelompok terakhir ini sudah di tentukan standar tingkat pencapaian perkembangannya.
Table 1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 4 sampai 5 tahun Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan
Nilai- nilai Agama dan Moral
1. Mengenal Tuhan Melalui agama yang dianutnya. 2. Meniru gerakan beribadah
3. Mengucapkan doa sebelum dan atau sesudah melakukan sesuatu.
4. menganal perilaku baik/ sopan dan buruk 5. membiasakan diri berperilaku baik 6. mengucapkan salam dan membalas salam.
Tujuan Pembelajaran untuk anak usia dini 4 sampai dengan usia 5 tahun adalah mengenal Tuhan dari agama yang di anut kedua orangtuannya, membiasakan diri beribadah seperti gerakan ibadah yang dilihat dalam
(47)
32
keluargannya, membiasakan diri berdoa untuk mengawali kegiatan atau mengakhirinya, mengenal perilaku baik dan buruk menurut ukuran keluarganya, membiasakan diri berperilaku baik pada saat berinteraksi social dengan teman sebaya, guru, orangtua maupun anak yang usiannya jauh lebih muda darinnya, dan membiasakan diri bertegur sapa dengan orang yang di kenal maupun orang yang tidak di kenal.
Tujuan pembelajaran untuk anak usia 5 tahun sampai dengan 6 tahun adalah mengenal agama yang dianutnnya secara lebih rinci, membiasakan diri melaksanakan ibadah ritual sesuai dengan keyakinan agamannya, membiasakan diri berperilaku terpuji pada saat berinteraksi dengan siapapun, mampu membedakan perilaku buruk dalam konteks lingkup keluarga dan masyarakatnya, mengenal hari besar agama yang di anutnya, dan memahami keragaman agama serta saling menghormati satu sama lain.
Table 2. Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak usia 5 sampai 6 tahun Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan
Nilai- nilai Agama dan Moral
1. Mengenal agama yang dianut 2. Membiasakan diri beribadah
3. memahami perilaku mulia (jujur, penolong, sopan, hormat, dsb).
4. membedakan perilaku baik dan buruk 5. mengenal ritual dan hari besar agama 6. menghormati agama oranglain.
(48)
33
Apabila melihat semua tingkat pencapaian perkembangan nilai, agama dan moral diatas , maka dapat di kelompokan menjadi dua , yaitu pengetahuan tentang nilai, agama, dan moral dan penerapan pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya, dan dalam lingkup pembelajaran di sekolah pada khususnya.
b)Perkembangan Sosial Emosional
Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologis dan gelaja perilaku yang terlihat (Mansur, 2005: 56). Perkembangan emosi memainkan peranan yang penting dalam kehidupan terutama dalam hal penyesuaian pribadi dan sosial anak dengan lingkungan. Adapun dampak 17 perkembangan emosi adalah sebgaai berikut:
1. emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari 2. emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan 3. emosi merupakan suatu bentuk komunikasi
4. emosi mengganggu aktifitas mental
5. reaksi emosi yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan (Soemantri, 2004: 142-143).
Seiring dengan bertambahnya usia anak, berbagai ekspresi emosi diekspresikan secara lebih terpola karena anak sudah dapat mempelajari reaksi orang lain (Yudha M Saputra dan Rudyanto, 2005: 26). Reaksi emosi yang timbul berubah lebih proporsional, seperti sikap tidak menerima dengan cemberut dan sikap tidak patuh atau nakal. Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005: 145) menambahkan beberapa ciri-ciri emosi pada anak antara lain: 1) emosi anak
(49)
34
berlangsung singkat dan sementara, 2) terlihat lebih kuat dan hebat, 3) bersifat sementara, 4) sering terjadi dan 5) dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.
Anak usia TK berada pada tahap innititive vs guilt yang sedang berkembang kearah industry vs inferiority (Ericson dalam Slamet Suyanto, 2005: 72). Ismail menyatakan bahwa pada tahap ini anak mengalami perkembangan yang positif dalam kreativitas, banyak ide, imajinasi, bernani mencoba, berani mengambil resiko dan mudah bergaul (Harun, 2009: 120). Pada tahap ini anak dapat menunjukan sikap inisiatif, yaitu mulai lepas dari ikatan orang tua, bergerak bebas dan mulai berinteraksi dengan lingkungan. Mereka dituntut untuk mengembangkan perilaku yang diharapkan dalam lingkungan sosialnya, serta bertanggungjawab atas apa yang dilakukanya. Hal ini ditunjang dengan perkembangan motorik dan bahasanya yang sudah dapat menjelaskan dan mencoba apa yang dia inginkan.
Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 71-72), ada beberapa karakteristik perkembangan sosial anak usia 5 tahun antara lain: 1) Dapat mengatur emosi dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang bisa diterima secara sosial. 2) Anak mampu memisahkan perasaan dengan tindakan mereka. 3) Mengahayati perilaku sosial yang pantas. 4) Kekerasan emosi dan ledakan fisik mulai berkurang karena anak telah mampu mengungkapkan perasaan melalui kata-kata. 5) Dapat melucu atau membuat lelucon. Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa dengan perkembangan motorik dan bahasanya, anak usia 4-6 tahun (TK kelompok B) sudah mampu mengembangkan inisiatif untuk menjelaskan dan mencoba apa
(50)
35
yang dia inginkan. Anak mampu menunjukan reaksi emosi dengan lebih proporsional, sehingga gambar karya anak dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan bicara anak
Anak juga mengalami perubahan dalam aspek sosial-emosi. Identitasnya mulai tampak, ia memiliki karakter kepribadian sendiri. Sudah mulai tampak kekuatan dan kelemahan kemampuannya, serta pola hubungannya. Ia pun sudah menunjukkan kemandiriannya dan berusaha mengatur dirinya sendiri. Beberapa area utama dari perubahan aspek sosial-emosi yang berlangsung pada diri anak adalah:
a. Pertemanan
Anak ingin disukai oleh teman-temannya. Ia ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai memahami bahwa fungsi pertemanan termasuk didalamnya aturan untuk berbagi, memberi dukungan, bergantian, dan berbagai keterampilan sosial lainnya.
b. Kemandirian
Anak meningkatkan usaha agar dapat melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatannya sehari-hari. Peran ibu dan bapak sebagai orangtua sangat penting. Anak membutuhkan kesempatan untuk berlatih mandiri agar pekerjaannya menjadi lebih baik.
c. Moralitas
Anak mulai mengenali yang salah dan benar. Ia mulai memahami tentang berbohong dan mengapa ia tidak boleh berbohong. Meski beberapa kali anak masih berusaha untuk menyelamatkan dirinya dengan berbohong.
(51)
36
Karakter yang ditampilkan oleh anak pada rentang usia ini dapat melihat tipe kepribadian anak. Tantangan yang dihadapi adalah bukanlah untuk mengubah ciri kepribadian anak, tetapi memberikan penguatan pada ciri yang positif. Sebagai contoh, bersikap teguh pada keputusan adalah satu ciri kepribadian yang baik. Namun, bila membuat susah orang lain, tentu menjadi tidak tepat. Jadi anak pun harus belajar menentukan pada situasi seperti apa, perilakunya harus menyesuaikan tanpa mengubah kepribadiannya. Ini berarti orangtua harus menerima anak apa adanya, dengan segala keunikan yang membuatnya menjadi istimewa. Anak membutuhkan dukungan dan panduan orang tua pada saat ini. Bukan kritikan dan keberatan, untuk mengembangkan potensi sosial-emosinya. Kebutuhan dasar anak untuk disayangi dan dihargai akan semakin kuat. Anak juga membutuhkan persetujuan orang tua akan sikapnya.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tersebut, proses sosial anak juga mempengaruhi kepribadian. Proses pembelajaran dalam kelompok sebaya merupakan proses pembelajaran “kepribadian” yang sesungguhnya (Ahman, 1998:55). Kepribadian erat kaitannya dengan pola perilaku sosio emosional anak.
Pola perilaku sosial emosional menurut Elizabeth. B. Hurlock (1978 : 239) adalah sebagai betikut:
a. Kerja sama
Sekelompok anak belajar bermain atau bekerja bersama dengan anak lain. Semakin banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu bersama-sama, semakin cepat mereka belajar melakukannya dengan bekerja sama.
(52)
37 b. Persaingan
Persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha sebaik-baiknya, hal itu akan menambah sosialisasi mereka. Jika hal itu diekspresikan dalam pertengkaran dan kesombongan, dapat mengakibaan timbulnya sosialisasi yang buruk yang dialami anak.
c. Kemurahan hati
Kemurahan hati, terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu dengan anak lain meningkat dan sikap mementingkan diri sendiri semakin berkurang setelah anak belajar bahwa kemurahan hati menghasilkan penerimaan sosial. d. Simpati
Anak kecil tidak mampu berperilaku simpati sampai mereka pernah mengalami situasi yang mirip dengan dukacita. Anak mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih. e. Empati
Empati adalah kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut. Hal ini dapat berkembang pada anak jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain.
f. Ketergantungan
Ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan, perhatian, dan kasih sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial. Anak akan berusaha menunjukkan perilaku sosial yang dapat diterima agar dapat memenuhi keinginannya.
(53)
38 g. Sikap ramah
Anak kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediaannya melakukan sesuatu untuk orang lain atau anak lain dan dengan mengekspresikan kasih sayang kepada mereka.
h. Sikap tidak mementingkan diri sendiri
Anak perlu mendapat kesempatan dan dorongan untuk membagi apa yang mereka miliki. Belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain. i. Meniru
Dengan meniru orang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-anak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan sifat dan meningkatkan penerimaan kelompok terhadap diri mereka.
j. Perilaku kelekatan (attachment behavior).
Dari landasan yang diberikan pada masa bayi, yaitu ketika bayi mengembangkan kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih kepada ibu atau pengganti ibu, anak kecil mengalihkan pola perilaku ini kepada anak atau orang lain dan belajar membina persahabatan dengan mereka.
D. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan mengenai hubungan lingkungan sekolah dengan Pembentukan kepribadian anak yaitu:
1. Cahyandari (2012), yang meneliti tentang “Hubungan Lingkungan Dengan Karakter Siswa SMK Negeri Kelompok Teknologi Se-Kota Yogyakarta”, hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan sekolah dengan karakter siswa SMKN kelompok teknologi
(54)
39
se-Kota Yogyakarta. Perbedaan dalam penelitian ini adalah pada variabel terikat yaitu dengan karakter siswa SMK. Persamaan dalam penelitian ini bahwa lingkungan sekolah memiliki hubungan positif dan signifikan dengan karakter siswa. Karena karakter merupakan salah satu contoh dari kepribadian. 2. Penelitian yang dilakukan Galeh (2013) juga menyatakan terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara lingkungan sekolah dengan karakter siswa SMKN kelompok teknologi di Kabupaten Sleman. Perbedaan dalam penelitian ini adalah di lakukan di SMK dan mencari hubungan antara lingkungan sekolah dengan karakter siswa. Dalam penelitian ini memiliki persamaan bahwa metode mengajar guru atau pendidik dapat mempengaruhi kepribadian. Segala sesuatu yang disampaikan oleh guru, akan ditiru dan dilakukan oleh siswa. Guru perlu mencoba metode-metode mengajar yang tepat, serta dapat membantu untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga dapat membentuk kepribadian siswa yang lebih baik.
E.
Desain PenelitianGambar 1. Desain Penelitian
Gambar menjelaskan bahwa antara lingkungan sekolah (X) dan pembentukan kepribadian anak (Y) mempunyai hubungan artinya apabila proses pembelajaran didukung dengan lingkungan sekolah yang baik maka pada
Lingkungan Sekolah
(X) Kepribadian Anak (Y) Pembentukan rxy
(55)
40
akhirnya akan diperoleh kepribadian anak dalam kehidupan sehari-hari yang baik pula.
Membentuk kepribadian anak sejak usia dini dapat memungkinkan anak memiliki pribadi yang baik. Kepribadian dapat dibentuk melalui pengaruh lingkungan, khusunya lingkungan sekolah. Lingkungan merupakan pendidikan kepribadian yang terjadi secara tidak langsung. Sebab lingkungan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kepribadian manusia. Skinner berpendapat bahwa kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Berdasarkan asumsi-asumsi di atas dapat dikatakan bahwasanya kepribadian dapat dibentuk dengan faktor eksternal berupa lingkungan sekolah.
F.Hipotesis Penelitian
Sesuai kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: terdapat hubungan positif antara lingkungan sekolah dan pembentukan kepribadian anak apabila Ho ditolak dan Ha diterima sebaliknya jika Ho diterima dan Ha di tolak maka tidak ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan pembentukan kepribadian anak.
(56)
41
BAB III METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif jenis korelasional. Penelitian ini tentang lingkungan sekolah dengan pembentukan kepribadian anak, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat menjelaskan hubungan fungsional dan pengujian hipotesis. Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan.
B.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gugus 3 Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogyakarta yang terdiri dari TK Masyitoh Dukuh, TK Pertiwi 10 Imogiri, dan TK ABA I Imogiri.
2. Waktu Penelitian
Penelitian di lakukan dari tanggal 23 Maret sampai 9 April 2016. C.Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karasteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 115).
(57)
42
Populasi pada penelitian ini adalah jumlah seluruh anak pada tahun ajaran 2014/2015 di TK Masyitoh Dukuh berjumlah 171 anak, TK Pertiwi 10 Imogiri berjumlah 60 anak, dan TK ABA I Imogiri berjumlah 100 anak. Sehingga total populasi adalah 331 anak.
Tabel 3. Ukuran Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Populasi
1 TK Masyitoh Dukuh 171
2 TK Pertiwi 10 Imogiri 60
3 TK ABA I Imogiri 100
Total 331
2.Sampel
Sugiyono (2009: 81) menyatakan sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data dalam penelitian, bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel. Sementara itu Suharsimi Arikunto (2006: 120) mengemukakan bahwa “untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subjek kurang dari seratus, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih”.
Memperhatikan pernyataan di atas, karena jumlah populasi lebih 100 orang yang homogen, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling. Menurut Sugiyono (2010: 126) berikut ini adalah tabel penentuan sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael, untuk kesalahan 1%, 5%, dan 10%.
(58)
43
Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah:
N
P
Q
d
Q
P
N
s
.
.
1
.
.
.
2 2 2
dengan: 2dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 5%
P = Q = 0,5
d= 0,05
s = jumlah sampel
Dari data di atas jumlah populasi diketahui sebanyak 331 orang dan presisi yang ditetapkan sebesar 5% dan 2 berdasarkan tabel nilai chi square
diketahui sebesar 3,481 Berdasarkan rumus Isaac dan Michael di atas, maka diperoleh jumlah sampel (s) sebagai berikut:
responden s 170 91 , 169 5 , 0 . 5 , 0 . 481 , 3 1 336 05 , 0 5 , 0 . 5 , 0 . 336 . 481 , 3 2 Jadi jumlah responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 170 responden. Hal ini sesuai dengan tabel penentuan sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 5%, (Sugiyono, 2010: 128).
Tabel 4. Ukuran sampel Penelitian
No Kelas Jumlah sampel
1 TK Masyitoh Dukuh 86
2 TK Pertiwi 10 Imogiri 35
3 TK ABA I Imogiri 49
(59)
44
Adapun sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (hal ini dilakukan karena populasi diasumsikan homogen). Cara pengambilan sampel secara proporsional dan acak dengan cara undian dimana populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.
Cara ini dilakukan dengan gulungan kertas yang memuat semua nama anak di TK Masyitoh Dukuh, TK Pertiwi 10 Imogiri, dan TK ABA I Imogiri. Nama-nama tersebut dicatat kemudian digulung dan dikeluarkan satu persatu, sehingga anak dalam populasi mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
D.Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut, yaitu:
1. Variabel Bebas ( variabel independent)
Variabel bebas sering di sebut sebagai variable stimulus, prediktor, atecedent. Variabel bebas adalah variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnnya variable terikat (dependent) (Sugiyono, 2011:64). Variabel bebas pada penelitian ini adalah Lingkungan Sekolah (X). 2. Variabel Terikat ( variabel dependent)
Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang di pengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:64). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kepribadian (Y).
(60)
45 E.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
a).Observasi
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan observasi. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa data kuantitaf dari observasi lingkungan sekolah dan kepribadian anak. Lingkungan sekolah diamati oleh observer dari luar pihak sekolah, hal ini bertujuan untuk mengurangi subjektifitas. Pengumpulan data kepribadian anak juga dilakukan melalui observasi. Observasi kepribadian anak dilakukan oleh Guru kelas, hal ini dikarenakan Guru lebih dapat memahami anak didiknya.
b).Studi Dokumentasi
Pengumpulan data pada penelitian ini juga dilakukan melalui dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data berupa tulisan maupun gambar. Pada penelitian ini membutuhkan data yang berupa dokumen kelengkapan dalam proses pembelajaran berupa RPP, Silabus dan lain-lain. Selain itu, dokumentasi sarana dan prasarana sekolah juga memerlukan dokumentasi agar data pada penelitian ini objektif.
(61)
46
2.
Instrumen Penelitian
Suharsimi Arikunto (2005:97) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh paneliti dalam menngumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan lebih baik dalam arti yang lebih cermat, lengkap dan sistematis yang mudah diolah.
Instrumen dalam penelitian ini berupa angket yang diisi oleh Guru TK dan responden yaitu anak. Penyusunan instrumen angket dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu (1) menyusun indikator dari variabel penelitian, (2) menyusun kisi-kisi instrumen, (3) melakukan uji coba instrumen, dan (4) melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen. Berikut ini adalah kisi-kisi angket lingkungan sekolah dan anak kepribadian anak:
Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kepribadian Anak
No Diadapasi dari teori Indikator No. Item
Angket 1. Elizabeth B. Hurlock, 1989:
238 Ketergantungan 1,2,3
2.
Elizabeth B. Hurlock, 1989: 238, Abin Syamsudin Makmun (2002: 81).
Perilaku kelekatan
(attachment behavior) dan Hubungan Interpersonal
4,5,6 3. Elizabeth B. Hurlock, 1989:
238, Zuhairini (1995: 67)
Kemurahan Hati dan
Kerohanian 7,8
4.
Elizabeth B. Hurlock, 1989: 238, Ahmad D. Marimba (1989: 67), Abdullah Nashih Ulwan (1992: 7), Zuhairini (1995: 67) dan Abin
Syamsudin Makmun (2002: 81).
Sikap tidak mementingkan
diri sendiri 9,10
5.
Elizabeth B. Hurlock, 1989: 238, Abin Syamsudin Makmun (2002: 81).
Empati dan Sosiabilitas 11,12
6.
Elizabeth B. Hurlock, 1989: 238, Abin Syamsudin Makmun (2002: 81).
Kerja sama 13,14,15
(62)
47
No Diadapasi dari teori Indikator No. Item
Angket
238, Ahmad D. Marimba (1989: 67), Abdullah Nashih Ulwan (1992: 7), Zuhairini (1995: 67) dan Abin
Syamsudin Makmun (2002: 81).
8.
Elizabeth B. Hurlock, 1989: 238, Ahmad D. Marimba (1989: 67), Abdullah Nashih Ulwan (1992: 7), Zuhairini (1995: 67) dan Abin
Syamsudin Makmun (2002: 81).
Simpati 18,19
9. Elizabeth B. Hurlock, 1989:
238 Persaingan 20
10. Elizabeth B. Hurlock, 1989:
238 Meniru 21,22
Jumlah 22
Uji coba instrumen dilakukan terhadap 1 kelas bukan obyek penelitian dengan beberapa observer. Analisis data uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen.
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel. Instrumen yang baik, salah satu syarat yang harus dimiliki adalah instrumen tersebut harus valid. (Suharsimi Arikunto, 2010: 75) menyatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Suharsimi Arikunto (2006: 178) menyatakan bahwa “Uji reliabilitas adalah suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan
(63)
48
sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen dapat memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang.
Pada penelitian ini menggunakan instrumen lembar observasi untuk mengamati kepribadian anak dan lingkungan sekolah, sehingga untuk menguji validitas dan reliabilitas lembar observasi ini dengan menguji coba pada objek selain objek penelitian. Melalui ui coba tersebut diharapkan terdapat koreksi dan pertimbangan perbaikan lembar observasi sehingga lembar observasi dapat valid dan reliabel pada saat penelitian.
1. Uji Validitas Instrumen
Suharsimi Arikunto (2006: 208) menyatakan “Validitas adalah ukuran yang menunjang tingkat kevalidan suatu instrumen”. Suharsimi Arikunto (2002:208) juga menyatakan “Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan”. Cara mengukur validitas dengan rumus product moment angka kasar sebagai berikut:
2 2 2 2 ) ( Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan :rxy : koefisien korelasi antara varibel x dan y
n : jumlah responden
x : skor butir
y : skor total
Karena dengan angka kasar relatif lebih mudah dan akan dapat mennghindari angka pecahan. Sedangkan mengenai perhitungan korelasinya
(64)
49
berdasarkan ketentuan bahwa jika rxy > rtable signifikasi 5% berarti item (butir soal) dinyatakan valid. Sebaliknya jika rxy < rtable maka butir soal tidak valid sekaligus tidak memiliki persyaratan.
Uji validitas instrumen penelitian ini dilakukan di TK ABA Ukhuwah Islamiyah tanggal 16 Maret 2016 dengan mengambil sempel sebanyak 22 anak yang digunakan sebagai sampel dalam uji coba instrumen. Syarat sampel yang digunakan adalah bukan anggota dalam sampel penelitian ini dan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Dengan hasil uji validitas yang telah dilakukan yaitu untuk kepribadian diketahui jumlah soal awal 24. Jumlah soal yang valid sebanyak 22 soal dengan nilai r hitung lebih besar r table dan soal yang gugur sebanyak 2 antara lain (9 dan 22). Item-item yang gugur tersebut tidak digunakan kembali dalam pengumpulan data.
2.
Uji Reliabilitas InstrumenUji reliabilitas di uji cobakan pada subyek penelitian. Program SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Suharsimi, 2007: 123). Pengukuran reliabillitas tersebut dilakukan menggunakan rumus:
rii =
2t 2 b σ σ 1 1 k k Keterangan :
rii : koefisien relliabilitas instrument k : banyaknya soal
2b
σ : jumlah varians butir
2 b
(65)
50 Tabel 6. Tingkat Reliabilitas
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d. 0,20 Kurang Reliabel
0,20 s.d. 0,40 Agak Reliabel
0,40 s.d. 0,60 Cukup Reliabel
0,60 s.d. 0,80 Reliabel
0,80 s.d. 1,00 Sangat Reliabel
Sumber: (Triton P. B, 2006: 248)
Dikatakan reliabilitas jika antara korelasi yang diperoleh > rtabel taraf signifikan 5%. Dikatakan tidak realibel jika angka korelasi < rtabel pengujian. Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows 15.0.
Hasil analisis uji realibilitas Kepribadian yaitu diketahui alpha 0,909. G.Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam penenlitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas ini digunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer program SPSS 15.
Hasil uji normalitas lingkungan sekolah dan kepribadian adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Variabel
Kolmogorov-Smirnov Z P Normalitas
TK Masyitoh Dukuh 0,947 0,001 Tidak Normal
TK Pertiwi 10 0,947 0,093 Normal
TK ABA Imogiri 0,789 0,000 Tidak Normal
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai signifikan TK Masyitoh Dukuh dan TK ABA Imogiri dengan nilai signifikan < 0,05, sehingga kedua sekolah tersebut tidak berdistribusi normal. Sedangkan untuk TK Pertiwi 10 Imogiri dengan nilai signifikannya sebesar 0,093. Sehingga data dikatakan berdistribusi normal dengan
(66)
51
nilai signifikan > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa dari ketiga sekolah tersebut TK Pertiwi 10 Imogiri yang bisa dikatakan berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas variabel penelitian dihitung dengan menggunakan software SPSS. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas
Variabel Skewness kurtosis Keterangan
Kepribadian tiga TK
statistic Std. Error
Statistic Std. Error
-0,328 0,186 -0,535 0,370 Homogen Tabel 7. hasil uji homogenitas variabel penelitian dapat diketahui bahwa nilai Skewness dan nilai kurtosis kurang dari 2 lebih dari –2 sehingga dapat dinyatakan bahwa data kepribadian homogen.
H.Uji Hipotesis
Jika data hasil penelitian telah memenuhi syarat uji normalitas dan uji homogenitas, maka analisis untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan. Hipotesis tersebut merupakan hipotesis yang menunjukkan hubungan sederhana antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat, sehingga untuk menguji hipotesis digunakan teknik analisis Etha ( ƞ ). Pada penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antara variabel Lingkungan Sekolah dengan Kepribadian pada TK Gugus PAUD 3 Kecamatan Imogiri digunakan uji korelasi Etha ( ƞ ) dan menggunakan software SPSS. Pemilihan uji dengan korelasi Etha ( ƞ )
(67)
52
data nominal dengan interval. Adapun rumus yang digunakan rumus Etha (ƞ)
adalah sebagai berikut:
Dimana :
Uji tingkat signifikansi dengan rumusnya F adalah sebagai berikut:
Dimana:
N = jumlah sampel
(68)
53 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi
Penelitian ini di lakukan di satu Gugus. Satu gugus terdiri dari tiga TK yaitu TK Masyitoh Dukuh,TK Pertiwi 10 ,dan TK ABA 1 Imogiri. Adapun deskripsi lokasi dari masing- masing TK adalah sebagai berikut:
a. TK Masyitoh Dukuh
TK Masyitoh Dukuh Merupakan TK Swasta berbasis Keagamaan yang beralamatkan di Dukuh Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. Lokasi TK Masyitoh Dukuh berada di tengah perkampungan. Tidak dekat dengan jalan raya. TK ini terdiri dari kelas TK A dan TK B. TK A ada 4 kelas dan TK B ada 3 kelas . Dengan jumlah Total Siswa 171 dan 12 guru. Kondisi Lingkungan sekolah di TK Masyitoh Baik karena mempunyai Halaman yang luas serta permainan yang memadahi baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Lingkungan yang ada di luar pun juga bersih dengan tersedia tempat sampah di setiap kelas serta di halaman, dan juga tersedian nya tempat untuk mencuci tangan.
b. TK Pertiwi 10
TK Pertiwi 10 Merupakan TK Swasta yang terletak di Paseban Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogyakarta. Lokasi TK Pertiwi 10 Berada di Tengan Perkampungan dan juga dekat dengan rumah – rumah warga jadi tidak berbahaya jika anak keluar masuk pagar dan bisa bermain di luar sekolah. TK ini terdiri dari kelas TK A dan TK B. TK A terdiri dari 2 kelas dan TK B terdiri dari
(1)
127
Analisis Etha
TK Masyitoh
Ʃ 6578 505956 Ʃ/N 76.4884 5883.209
TK Pertiwi 10
Ʃ
2589 191959 Ʃ/N 73.97143 5484.543
TK ABA 1 Imogiri
Ʃ 3957 321729 Ʃ/N 80.7551 6565.898
Rerata mean 77.07163
Total kuadrat 1019644
N1 86
N2 35
N3 49
Total N 170
Hitung 1 5443.521
Hitung 2 9837.743
Hitung 3 0.44667
0.668334
Hitung 4 74.59385
1.106661
F hitung 67.40445
(2)
128
HASIL ANALISIS DATA Tes normalitas
NOMORTK
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRIBADI 1,00 ,136 86 ,000 ,947 86 ,001
2,00 ,135 35 ,105 ,947 35 ,093
3,00 ,284 49 ,000 ,789 49 ,000
Tes homogenitas
Std.
Deviation Variance Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic
Std.
Error Statistic
Std. Error TIGA TK 6,18798 38,291 -,328 ,186 -,535 ,370 Valid N
(3)
129
Lampiran 5
(4)
130
TK Masyitoh Dukuh
TK ABA 1 Imogiri
(5)
131
Foto dengan ibu Kepala Sekolah TK Masyitoh Duku
Foto dengan ibu Kepala Sekolah TK ABA 1 Imogiri
(6)
132
Foto kegiatan dikelas saat belajar mengajar di TK Masyitoh Dukuh
Foto kegiatan dikelas saat belajar mengajar di TK ABA 1 Imogiri