KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA: penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas VIII MTs negeri cikancung cicalengka kab. bandung tahun ajaran 2014/2015.
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
OLEH DEDEH KURNIA 1302870
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
(2)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL TESIS
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
Disusun Oleh Dedeh Kurnia
1302870
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Pembimbing
Dr.Yusi Riksa Yustiana, M.Pd NIP.19661115199102 2 001
Mengetahui
Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Prof. Dr. Uman Suherman, AS. M.Pd NIP.196206231986101001
(3)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul “Konseling Spiritual Teistik untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Tahun Ajaran 2014/2015” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menerima resiko yang dijatuhkan apabila dikemudian hari adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.
Bandung, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan
(4)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
DEDEH KURNIA.1302870. Konseling Spiritual Teistik untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa. (Penelitian Kuasi Eksperimenz Terhadap Siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
Penelitian dilatarbelakangi oleh lemahnya kedisiplinan siswa MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab Bandung, kelemahan ditunjukkan dengan ketidakmampuan siswa MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung dalam menunjukkan perilaku yang sesuai aturan dan norma di sekolah. Penelitian bertujuan menguji efektivitas konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kedisiplinan yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen dan disain pre test post test control group disain, analisis data uji statistik menggunakan teknik kolmogorov smirnov test untuk mengetahui signifikansi konseling spiritual teistik terhadap kedisiplinan siswa. Hasil penelitian dengan penghitungan statistik kolmogorov smirnov test menunjukkan konseling spiritual teistik efektif meningkatkan kedisiplinan siswa dengan total 2,646 harga p 0,000. Meskipun hasil total menunjukkan nilai efektif dengan harga p dibawah 0,001, akan tetapi terdapat hasil yang tidak signifikan yakni (1), sub aspek kepatuhan, dengan hasil 1,512 harga p 0,21, (2),bersedia menerima sanksi apabila melanggar norma, dengan hasil 3,78 harga p 999, (3), bersedia menerima sanksi apabila melanggar aturan, dengan hasil 1,134 harga p 153, (4), kemampuan menjalankan aturan dengan penuh tanggung jawab, dengan hasil 1,323 harga p 0,60. Berdasarkan hasil penelitian rekomendasi ditujukan kepada guru bimbingan dan konseling di sekolah untuk dapat mengimplementasikan konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, dengan menggunakan panduan pelaksanaan konseling spiritual teistik dan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai kedisiplinan siswa dengan konselling spiritual tesitik menggunakan metode action research.
(5)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
DEDEH KURNIA, 1302870. Teistic Spiritual Counseling To Increase Student’s Discipline (Kuasi Experiment Research For Second Grade (VIII) On MTsN Cikancung, Period 2014/2015).
The research is based on discipline weakness of MTs N Cikancung student, Cicalengka, Bandung. The weakness has been showed by them with their disabilities to show suit attitude with school norm and rules. The research aimed to test and to know efectivity of teistic spiritual counseling to increase discipline on second grade student of MTsN Cikancung Cicalengka Bandung period 2014/2015. This research used kuantitaif approach with experiment quasi method and pre test post test control group design. On the other hand, this research used data analysis and statistic with kolmogorov smirnov test technique to know the signifancies of teistic spiritual counseling of student’s discipline.
(6)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
UCAPAN TERIMA KASIH... ii
ABSTRAK... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Rumusan Masalah... 6
D. Pertanyaan Penelitian... 6
E. Tujuan Penelitian... 7
F. Manfaat Penelitian... 7
G. Sistematika Penelitian... 8
BAB II KONSEP KONSELING SPIRITUAL TEISTIK DAN KEDISIPLINAN A. Konseling Spiritual Teistik... 9
1.Konsep Spiritualitas... 9
2.Pengertian, Asumsi, Karakteristik dan Kontribusi Konseling Spiritual Teistik... 10 3.Peranan Konseling Spiritual Teistik... 11
4.Tujuan Konseling Spiritual Teistik... 12
5.Peranan Konselor dalam Konseling Spiritual Teistik... 13
6.Penggunaan Konseling Spirittual Teistik Secara Individual dan Kelompok... 15 7. Teknik Konseling Spiritual Teistik... 16
(7)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9. Keberhasilan Konseling Spiritual Teistik... 22
B. Konsep Disiplin... 23
1. Pengertian Disiplin... 23
2. Disiplin Sebagai Wujud dari Kemampuan Mengendalikan Diri... 24
3. Perlunya Disiplin... 25
4. Perkembangan Disiplin... 26
5. Disiplin Pada Usia Remaja... 29
6. Pengendalian Diri Dalam Disiplin... 30
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin... 31
8.Upaya untuk Menegakkan Disiplin... 32
9.Strategi-Strategi Pengembangan Disiplin... 33
C. Posisi Konseling Spiritual Teistik Pada Keilmuan BK... 34
D. Penelitian Terdahulu... 36
E. Kerangka Penelitian... 38
F. Asumsi Penelitian... 38
G. Hipotesis... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Disain Penelitian... 41
B. Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian... 42
C. Variabel dan Definisi Operasional... 43
D. Pengembangan Instrumen Penelitian... 46
1. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen... 46
2. Pedoman Skoring... 48
3. Uji Validitas Rasional ... 49
4. Uji Validitas Butir Item... 49
5. Uji Realibitas Instrumen... 50
6. Penimbang Program... 53
(8)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Program Konseling Spiritual Teistik untuk Meningkatkan Kedisiplinan
54
G. Evaluasi... 65 H. Analisis Data Efektivitas... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Umum Tingkat Kedisiplinan Siswa MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun
Ajaran2014/2015...
67
B. Pelaksanaan Konseling Spiritual Teisrik Untuk Meningkatkan Kedisiplinan...
68
C. Efektivitas Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan
Kedisiplinan Siswa...
129
D. Pembahasan... 130 E. Keterbatasan Penelitian... 138
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan... 144 B. Rekomendasi... 145
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
(9)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Teknik Konseling Spiritual Teistik... 16
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Siswa Sebelum Validasi... 47
Tabel 3.2 Konfersi Jawaban Responden... 49
Tabel 3.3 Evaluating Realibility Coeficient... 50
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Siswa Sebelum Validasi... 51
Tabel 3.5 Kategorisasi Kedisiplinan Siswa... 53
Tabel 3.6 Penetapan Sampel... 54
Tabel 3.7 Kategorisasi Kedisiplinan... 56
Tabel 3.8 Presentasi Tingkat Kedisiplinan Siswa... 56
Tabel 3.9 Penyelenggaraan Konseling Spiritual Teistik dan Konseling Kelompok... 63 Tabel 3.10 Rancangan Intervensi... 64
Tabel 4.1 Tingkat Kedisiplinan Siswa MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015... 67 Tabel 4.2 Tingkat Kedisiplinan Siswa Berdasarkan Aspek... 67
Tabel 4.3 Daftar Konseli... 69
Tabel 4.4 Pelaksanaan Intervensi Sesi I dan II... 70
Tabel 4.5 Verbatim Konseling Sesi I ... 72
Tabel 4.6 Verbatim Konseling Sesi II... 75
Tabel 4.7 Lembar Observasi Sesi I dan II... 77
Tabel 4.8 Lembar Kerja Konseli Sesi I dan II... 78
Tabel 4.9 Pelaksanaan Intervensi Sesi III dan IV... 80
Tabel 4.10 Lembar Observasi Sesi III dan IV... 81
Tabel 4.11 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi III... 83
Tabel 4.12 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi IV... 86
Tabel 4.13 Lembar Kerja Konseli Sesi III dan IV... 88
Tabel 4.14 Pelaksanaan Intervensi Sesi V dan VI... 89
(10)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.16 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi V... 93
Tabel 4.17 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi VI... 97
Tabel 4.18 Lembar Kerja Sesi V dan VI... 99
Tabel 4.19 Pelaksanaan Intervensi Sesi VII dan VIII... 101
Tabel 4.20 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi VII... 103
Tabel 4.21 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi VIII... 106
Tabel 4.22 Dan Lembar Observasi Sesi VII dan VIII... 108
Tabel 4.23 Lembar Kerja Sesi VII dan VIII... 109
Tabel 4.24 Pelaksanaan Intervensi Sesi IX dan X... 111
Tabel 4.23 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi IX... 113
Tabel 4.24 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi X... 116
Tabel 4.25 Lembar Observasi Sesi IX dan X... 118
Tabel 4.26 Lembar Kerja Sesi IX dan X... 119
Tabel 4.27 Pelaksanaan Intervensi Sesi XI dan XII... 120
Tabel 4.28 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi XI... 121
Tabel 4.29 Verbatim Konseling Spiritual Teistik Sesi XII... 125
Tabel 4.30 Lembar Observasi Sesi XI dan XII... 127
Tabel 4.31 Lembar Kerja Sesi XI dan XII... 128
Tabel 4.32 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Test... 129
(11)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Konsep Penelitian... 40 Gambar 3.1 Quasi Eksperiment Pre Test and Post Test... 43
(12)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis
Lampiran II Program Konseling Spiritual Teistik Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Lampiran III Panduan Pelaksanaan Konseling Spiritual Teistik Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Lampiran IV Verbatim Konseling
Lampiran V Rancangan Intervensi Konseling Spiritual Teistik Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Lampiran VI Hasil Angket Konseling Spiritual Teistik Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Lampiran VIII Data Hasil Penghitungan Statistik Lampiran IX Dokumen Photo
(13)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis ... 185 Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 187 Lampiran 3 Verbatim Konseling Spiritual Teistik untuk Mengembangkan
Karakater Transenden Konseli SU
... 1 88
Lampiran 4 Verbatim Konseling Spiritual Teistik untuk Mengembangkan
Karakater Transenden Konseli RA
... 2 65
Lampiran 5Verbatim Konseling Spiritual Teistik untuk Mengembangkan
Karakater Transenden Konseli NA
... 2 85
Lampiran 6Aktivitas Setiap sesi Konseling Spiritual Teistik untuk Mengembangkan Karakater Transenden Konseli SU. ... 2 99
Lampiran 7 Aktivitas Setiap sesi Konseling Spiritual Teistik untuk Mengembangkan Karakater Transenden Konseli RA
(14)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
... 3 14
Lampiran 8 Aktivitas Setiap sesi Konseling Spiritual Teistik untuk Mengembangkan Karakater Transenden Konseli NA. ... 3 29
Lampiran 9 Hasil Angket Konseling Spiritual Teistik Mengembangkan
Karakater Transenden.
... 3 40
Lampiran 10 Dokumentasi Photo Kegiatan Aktivitas Konseling Spiritual Teistik untuk Mengembangkan Karakater Transenden ... 3 66
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
... 3 70
(15)
1
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan bukan hanya bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang akan berimplikasi terhadap berkembangnya kecerdasan kognitif akan tetapi memiliki peranan dalam pembentukan perilaku peserta didik. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, menyatakan sebagai berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat dan negara.
Peran pendidikan akan membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan diri, sehinggasiswa yang berada pada rentang usia remaja dapat menunjukkan pribadi terpelajar sebagai gambaran remaja yang memiliki kemampuan untuk bersikap positif. Pendidikan secara sistematis mengembangkan seluruh potensi remajabaikfisik maupun psikologis sebagai wujud keberhasilan proses pendidikan. Soedijarto (2009,hlm.20) menyatakan keberhasilan pendidikan adalah menjadikan manusia yang utuh, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang mengenal diri sendiri, mampu mengendalikan diri secara konsisten dan memiliki rasa empati. Dengan kata lain pendidikan mengembangkan seluruh potensi remajabaik berkaitan dengan pengembangan intelektual maupun non intelektual.Pengembangan potensi menyangkut pengembangan fisik, rohani, psikologis, maupun religius.
Berkaitan dengan pengembangan non intelektual, pendidikan memiliki pengaruh terhadap perilakudisiplinyang ditunjukan yaitu kemampuan dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan dan norma di sekolah. Kemampuan siswa dalam menunjukkan perilaku disiplin penting dimiliki oleh siswa karena melalui perilaku disiplin siswa akan dapat mengarahkan tindakan-tindakan yang akan ditunjukkan hanya perilaku yang positif dan terpelajar. Kemampuan siswa dalam menunjukkan perilaku positif dan terpelajar seringkali menemukan hambatan karena siswa berada pada tahap
(16)
2
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
remaja awal yakni pada kisaran usia 13 sampai 15 tahun yang secara psikologis berada pada tahap strum and drunk Syamsuddin, (2004, hlm.214) menyatakan remaja awal sarat dengan kondisi labil dan tidak konsisten serta mudah terpengaruh oleh lingkungan sehingga remaja memerlukan pendidikan sebagai filter, agar lebih dapat menunjukkan perilaku positif.
Remaja yang mengikuti proses pendidikan diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu-individu yang menunjukkan perlaku terdidik yaitu perilaku yang memiliki arah dan tujuan yang jelas dan berorientasi positif dan menunjukkan perilaku yang dilandasi dengan nilai dan moral.Perilaku yang dilandasi moral ditunjukkan remaja dengan kepatuhan dan ketaatan remaja dalam mentaati sejumlah aturan. Kartadinata (2014,hlm.90) menyatakan orang yang bermoral menyukai kehidupan yang tertib, disiplin, menjungjung tinggi hukum, produktif dan perilaku positif lainnya bukan karena takut penjara atau hukuman.
Perkembangan moral pada remaja menurut Kohlberg (dalam Santrock, 2003, hlm. 457) terdiri dari tiga tahapan yaitu, prakonvensional, konvensional, dan pasca konvensional. Tahap prakonvensional yaitu tahap anak mengenal baik buruk, benar salah suatu perbuatan didasarkan pada sudut konsekwensi (dampak/akibat), tahapan prakonvensional terdiri dari usia anak enam sampai 10 tahun. Tahap konvensional yaitu tahap anak memandang baik buruk, benar salah, atau berharga bagi dirinya apabila dapat memenuhi harapan persetujuan dari keluarga atau kelompok. Tahap konvensional terdiri dari usia 11- 13 tahun. Tahap pasca konvensional adalah tahap individu mengartikan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dapat diterapkan atau dilaksanakan terlepas dari otoritas kelompok.
Remaja pada usia sekolah menengah berada pada tahap konvensional, yang menilai baik dan buruk didasarkan pada sebuah kelompok atau dengan istilah lain heteronomy. Pada tahap konvensional remaja berkembang sikap loyalitas atau penyesuaian diri terhadap keinginan kelompok termasuk mentaati aturan yang ditetapkan oleh lingkungan.
Aturan yang ditetapkanlingkungansalah satunya adalah tata tertib sekolah. Sekolah bertanggung jawab memfasilitasi remaja untuk mentaati tata tertib dengan cara menegakkan disiplin melalui pemberlakukan sanksi dan hadiah, sekolah biasanya
(17)
3
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menugaskan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan staf bimbingan konseling untuk menginformasikan tata tertib dan menegakkan tata tertib sekolah. Upaya penegakan tata tertib sekolah diartikan sebagai upaya penegakan disiplin.
Kemampuan remaja dalam mentaati sejumlah aturan sebagai bukti remaja menjungjung moral menjadi perilaku disiplin. Perilaku disiplin muncul karena remaja memiliki kesadaran diri dan kemampuan dalam mengendalikan diri. Semiawan (2009,hlm.91) mengungkapkan kesadaran diri tampak apabila anak memiliki perhatian terhadap diri dan merasa malu apabila melakukan pelanggaran terhadap aturan tertentu sebagai bentuk proses pembentukan disiplin. Haidar (2013,hlm.2) menyatakan pengendalian diri merupakan keinginan dan kemampuan dalam menggapai kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang pada hak dan kewajibannya sebagai individu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Remaja yang mampu mengendalikan diri lebih dapat mematuhi peraturan yang diterapkan di sekolah. Sebaliknya remaja yang tidak dapat dalam mengendalikan diri cenderung banyak melakukan pelanggaran terhadap peraturan di sekolah. Kemampuan remaja dalam melakukan pengendalian diri akan berdampak pada kemampuan remaja menunjukkan perilaku disiplin. Musfah (2015, hlm. 1) menyatakan Disiplin adalah kemampuan memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal yang positif guna mencapai sebuah prestasi. Disiplin juga berarti kemampuan berbuat hanya yang memberikan manfaat bagi diri, orang lain, dan lingkungan. Banyaknya remaja yang menunjukkan perilaku tidak mampu mengendalikan diri yang berdampak tidak disiplin di MTs Cikancung Cicalengka Kab. Bandung merupakan permasalahan yang harus segera diatasi.
Berdasarkan temuan awal yang dilakukan melalui wawancara dan observasi terhadap guru bimbingan dan konseling di MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung mengemukakan hampir 70% siswa terbiasa mengeluarkan kata-kata kotor dan jorok, 70% tidak mengucap salam jika bertemu dengan guru di jalan, 65% suka berbohong, 65% bergaul dengan anak tidak bersekolah, merokok di lingkungan sekolah. Apabila tidak segera diselesaikan akan berdampak terhadap pengendalian diri dalam lingkungan yang lebih luas. Pendekatan bimbingan dan konseling sebagai intervensi yang diharapkan dapat menumbuhkan kedisiplinan pada remaja sehingga remaja mampu menampilkan perilaku yang positif seperti mampu mentaati peraturan sekolah.
(18)
4
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berbagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling yang dapat digunakan sebagai bentuk intervensi terhadap remaja yang memiliki masalah ketidakmampuan mengendalikan diri dalam perilaku disiplin, diantaranya :(1) Pendekatan Behavioral yang akan mengubah perilaku remaja melalui peningkatan kondisi baru yang lebih mendukung pada proses belajar remaja; (2) Pendekatan Rational Emotif dapat digunakan sebagai upaya mengubah cara berfikit remaja dari irasional menuju rasional terhadap perilaku yang sering ditampilkan di sekolah; (3) Pendekatan konseling Gestalt yang memandang remaja sebagai sebuah keutuhan sehingga remaja dipandang sebagai pribadi yang baik, dan mampu menangani permasalahan dalam hidup, konseling gestalt membanturemaja agar memperoleh kesadaran diri sehingga mampu menangani masalah-masalah hidup,Darminto (2009, hml. 42); (4) Pendekatan konseling Spiritual Teistik yang akan berupaya mengintervensi remaja agar remaja mampu menerima tanggungjawab dan memperbaiki kekeliruan perilaku yang kurang baik serta dapat mengembangkan diri dalam kebenaran, (Yusuf, 2009,hlm. 42).
Konseling Spiritual Teistik dipilih sebagai pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan perilaku disiplin, karena perilaku disiplin yang ditandai dengan kemampuan dalam menunjukkan kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan di sekolah merupakan bagian dari spiritual yang dapat dikembangkan. Selain itu pemilihan pendekatan Konseling Spiritual Teistik didasarkan karena siswa yang menjadi sasaran intervensi berada di sekolah dengan label agama (Madrasah Tsanawiyyah) sehingga pendekatan bimbingan dengan muatan agama diprediksi lebih dapat difahami oleh remaja (peserta didik).
Pada dimensi Konseptual, Konseling Spiritual Teistik menurut Yusuf (2009,hlm. 27) memiliki pandangan mengenai manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi atau fitrah spiritual religius sehingga mampu merespon nilai-nilai ilahiyah melalui qolbunya dan mengaktualisasikannya dalam rangka mencapai kehidupan personal dan sosial yang sejahtera dan bermakna.Yusuf (2009,hlm.30) selanjutnya individu yang memiliki pemahaman agama yang kuat akan lebih mudah mengalami penyesuaian psikologis dan memiliki perilaku sosial yang sehat.
Tujuan utama Konseling Spiritual Teistik menurut Yusuf (2009,hlm. 40) individu dapat menerima tanggung jawab dan memperbaiki kekeliruan sikap dan
(19)
5
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perilakunya yang mementingkan diri sendiri serta dapat mengembangkan diri dalam kebenaran dan komitmen terhadap keyakinan spiritualnya. Penggunaan Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan disiplin diharapkan membuat peserta didik dapat menerima tanggungjawab dan memperbaiki kekeliruan dengan tidak mentaati sejumlah aturan yang diterapkan di sekolah menjadi mentaati peraturan dan menerima tanggung jawab sebagai bagian dari warga sekolah yang harus terlibat menjaga ketertiban sekolah.
Penelitian meningkatkan perilaku disiplin remaja di MTs Negeri Cikancung dilakukan sebagai peran bimbingan dan konseling dalam pengentasan masalah yang berkaitan dengan pengendalian remaja dalam meningkatkan perilaku disiplin. Depdiknas (2007,hlm. 197) menyebutkan tujuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah agar konseli dapat:(1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; dan (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerjanya.
Remaja yang telah memperoleh intervensi dengan menggunakan Konseling Spiritual Teistik diharapkan lebih memiliki kemampuan penyesuaian psikologis dalam mengendalikan diri untuk dapat mentaati rangkaian aturan dari sekolah.Marita (2012,hlm.4) menyebutkan pengendalian atau pengelolaan diri merupakan sikap, tindakan atau perilaku seseorang secara sadar baik direncanakan atau tidak untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku. Penelitian mengenai Kedisiplinan penting dilakukan sebagai upaya untuk memberikan bantuan agar remaja memiliki kemampuan untuk melakukan perilaku disiplin sebagai wujud dari perilaku terpelajar.
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Perilaku disiplin merupakan salah satu karakter yang perlu dikembangkan dalam diri remaja sebagai implikasi dari proses pendidikan.Haryanto (2012,hlm. 2) menyatakan ragam karakter yang perlu dikembangkanpadaremajayaitu (1) religius, jujur, (2) toleransi, (3) disiplin, (4) kerja keras, (5) kreatif, (6) mandiri,(7) demokratis,
(20)
6
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(8) rasa ingin tahu,(9) semangat kebangsaan, serta(10) menghargai prestasi dan tanggung jawab.Perilaku disiplin perlu dikembangkan dalam diri remaja sebagai indikator dari kemampuan dalam mengendalikan diri sehingga mampu menunjukkan perilaku disiplin atas dasar kesadaran diri sendiri.
Remaja seyogyanya memiliki perilaku disiplin sebagai wujud dari perilaku yang terdidik. Pudjidaminto (dalam Pratiwi, 2012, hlm.2) menyatakan kedisiplinan sebagai suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai kepatuhan, ketaatan, dan kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Perilaku disiplin yang ditunjukan remaja merupakan sebuah bukti remaja mampu mengendalikan diri sehingga dapat memunculkan perilaku disiplin yang didasari oleh kepatuhan dan ketaatan
Ketidakmampuan remaja dalam memunculkan perilaku yang disiplin memicu sekolah khususnya bimbingan konseling berperan aktif memberikan upaya bantuan kepada remaja yang dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan bantuan agar remaja dapat memahami diri sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.
Pemberian bantuan untuk meningkatkan kedisiplinan dipilih dengan menggunakan konseling spiritual teistik. Konseling Spiritual Teistik memiliki kelebihan dalam memberikan intervensi, karena selain diprediksi dapat membantu remaja untuk memiliki kemampuan untuk meningkatkan kedisiplinan juga dapat mengantarkan remaja untuk memaknai nilai kepatuhan dan ketaatan secara optimal.
Berdasarkan identifikasi masalah, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah Apakah Konseling Spiritual Teistik Efektif untuk meningkatkan kedisiplinan siswa kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ?
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, pertanyaan dalam penelitian adalah :
a. Bagaimana gambaran umum tingkat kedisiplinan siswa Kelas VIII MTs Negeri CikancungCicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ?
(21)
7
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Bagaimana pelaksanaan Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan kedisiplinan siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ?
c. Bagaimana efektivitas Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan kedisiplinan siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ?
D.Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah memperoleh gambaran efektivitas penggunaan Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan kedisiplinan SiswaKelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Sedangkan tujuan khusus penelitian antara lain :
1. Memperoleh data profil kedisiplinan siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015
2. Melaksanakan Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan kedisiplinan siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015
3. Memperoleh gambaran efektifitas Konseling Spiritual Teistik untuk meningkatkan kedisiplinan siswa Kelas VIII MTs Negeri Cikancung Cicalengka Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014/2015
E.Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan akan memberikan manfaat bagiguru bimbingan dan konseling, sebagai pedoman dalam melakukan konseling terhadap siswa yang mengalami masalah kedisiplinan melalui konseling spiritual teistik.
(22)
8
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Sistematika Tesis
Bab I berisilatar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika tesis. Bab II terdiri dari kajian teoritis, mengungkap ragam teori yang berkaitan dengan variabel dalam penelitian, penelitian terdahulu, kerangka berfikir dan hipotesis. Bab III Metodologi, lokasi penelitian, subjek penelitian, disain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, program, dan teknik analisis data. Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V kesimpulan, rekomendasi dan implikasi.
(23)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Pendekatan Penelitian dan Disain Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang akan memuat data-data numerikal dan mendeskripsikan data-data mengenai tingkat kedisiplinan yang terdapat pada siswa MTs Negeri Cikancung Tahun ajaran 2014/2015, serta mengukur efektivitas konseling teistik untuk meningkatkan perilaku disiplin.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kuasi eksperimen. . Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu, Sugiono (2014, hlm.77) mengemukakan kuasi eksperimen merupakan penelitian yang memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Kuasi menjadi disain yang digunakan dalam penelitian karena melalui penelitian kuasi peneliti dapat memperoleh data perbandingan, mengenai efektivitas Konseling Spiritual Teistik melalui eksperimen terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sehingga dapat diperoleh data yang menunjukkan siginifikan pada setiap aspek dan indikator..
Desain eksperimen kuasi yang digunakan adalah nonequlvalent pretest-postest group design, yaitu jenis desain yang biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya. Dua kelompok (kontrol dan eksperimen) diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan (treatment) berupa pendekatan konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kedisiplinansiswa pada kelompok eksperimen sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, dan selanjutnya diberikan posttest. (Creswell, 2012, hlm. 310). Skema desain penelitian tersaji pada Gambar 3.1
(24)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3. 1
Quasi-Eksperiment Pretest and Posttest Design Pre- and Posttest Design Time
Control Group Pretest No Treatment Posttest
Eksperimental Group Pretest Eksperimental Treatment
Posttest
Keterangan:
Control Group = kelompok kontrol Eksperimental Group = kelompok eksperimen No Treatment = Tanpa perlakuan
Eksperimental Treatment = Pemberian perlakuan (Creswell, 2012, hlm. 310)
Metode kuasi eksperimen yang dilakukan melalui desain pre test post test control group (pre test post tes dua kelompok) untuk memperoleh gambaran mengenai efektivitas intervensi yang dilaksanakan secara sistematis melalui konseling spiritual teistik dalam meningkatkan perilaku disiplin siswa kelas VIII MTs Negeri Cikancung Tahun Ajaran 2014/2015.
B.Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan di MTs Negeri Cikancung, populasi dalam penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VIII MTs Negeri Cikancung tahun ajaran 2014/2015. Penarikan sampel penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling teknik penentuan sampel dengan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2012, hlm 124). Sampel dalam penelitian adalah peserta didik kelas VIII MTs Negeri Cikancung tahun ajaran 2014/2015 yang teridentifikasi tidak mampu menunjukkan perilaku disiplin di sekolah. Langkah-langkah untuk menentukan sampel dalam penelitian, yaitu, (1) memberikan pretest kepada peserta didik kelas VIII yang bertujuan untuk mengetahui siswa yang tidak mampu menunjukkan perilaku disiplin. Instrumen penelitian diberikan setelah di judgement oleh pakar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Sampel yang diperoleh dalam penelitian sebanyak 14 orang siswa yang tidak mampu menunjukkan perilaku disiplin di sekolah, 2). Sedangkan kelompok kontrol sebanyak 14 orang dari kelas yang lain.
(25)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian, yaitu kedisiplinan dengan pendekatan konseling spiritual teistik sebagai variabel bebas (X) dan kedisiplinan sebagai variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel terikat dan variabel terikat (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi
1. Disiplin
Menurut Field & Boesser (!994,hlm.4) definisi disiplin, “helping children learn personal resopnbility for their behavior and to judge between right and wrong for them selve. Disiplin merupakan upaya membantu anak-anak belajar menanggapi dalam menentukan perilaku dan untuk menilai baik dan buruk diri. Disiplin ditekankan pada pada proses pembelajaran tingkah laku remaja terutama dalam memperkuat peran-peran terkait pada hal yang tidak boleh dilakukan, dan untuk membelajarkan anak untuk dapat memberikan pilihan yang bijak terkait apa yang seharusnya dilakukan
Hurlock (2004, hlm. 82) mengemukakan disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak untuk berperilaku moral yang disetujui kelompok.
Lebih lanjut Tu’u (dalam Riyadi, 2013, hlm. 27) menyatakan disiplin sebagai
upaya pengendalian diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.
Definisi operasional dalam penelitian adalah kemampuan siswa kelas VIII MTs Negeri Cikancung dalam mengembangkan kepatuhan, ketaatan terhadap norma dan aturan di sekolah yang ditandai dengan pengendalian diri dan kecenderungan dalam bersikap secara positif.
Pengendalian diri merupakan perilaku siswa Mts Negeri Cikancung untuk mematuhi norma dan aturan yang berlaku, sedangkan sikap adalah kecenderungan untuk bertindak secara positif berdasarkan norma dan aturan yang berlaku di sekolah
(26)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Konseling Spiritual Teistik
Konseling spiritual teistik menurut Yusuf (2009, hlm. 36) diartikan
“ sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk beragama (homo religious), berprilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ibadah ritual agama yang dianutnya”
Konseling spiritual teistik menurut Yusuf (2009, hlm. 37) didasarkan kepada asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Tuhan itu ada
b. Manusia adalah makhluk Tuhan
c. Ada proses hubungan spiritual yang gaib antara manusia dan Tuhan
d. Konseli yang memiliki keyakinan terhadap kekuasaan Tuhan akan memiliki kekuatan untuk mengatasi masalahnya, dan mengembangkan potensinya.
Adapun Karakteristik Konseling Spiritual, Yusuf (2009, hlm. 37), adalah : a. Meyakini Tuhan sebagai dzat yang maha agung
b. Meyakini manusia adalah makhluk Tuhan
c. Keyakinan kepada Tuhan berpengaruh kepada pandangan tentang hakikat manusia dan teori kepribadian
d. Keyakinan kepada Tuhan berpengaruh kepada pandangan tentang disfungsi manusia dan perubahan teurapetik.
e. Keyakinan kepada Tuhan berdampak terhadap hubungan dengan konseli, asesmen, dan intervensi terapeutik.
f. Keyakinan kepada Tuhan dapat meningkatkan mutu proses terapeutik.
Kontribusi konseling spiritual teistik terhadap praktek konseling Menurut Yusuf (2009, hlm. 38) adalah :
a. Memperkaya pemahaman tentang nilai-nilai kemanusiaan, kesejahteraan, dan kesehatan mental manusia, kompleksitas dan misteri kehidupan manusia. b. Memberikan landasan yang lebih kokoh dalam hal teori tentang hakikat
manusia, kepribadian, dan perubahan teurapeutik.
c. Memberikan kerangka moral yang menjadi rujukan untuk mengarahkan dan mengevaluasi konseling.
(27)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Definisi operasional Konseling Spiritual Teistik adalah proses tatap muka yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa kelas VIII MTs Negeri Cikancung berlandaskan prinsip-prinsip agama Islam untuk meningkatkan kedisiplinan sesuai dengan tuntunan agama melalui enam langkah konseling, yaitu :
1. Langkah 1: Clearing a space
Konselor menciptakan hubungan dialogis mendorong keberfungsian konseli secara sehat dan menstimulasi konseli untuk mengembangkan dukungan pribadi dan lingkungannya. Secara garis besar, proses yang dilalui dalam konseling tahap pertama adalah:
a.Menciptakan tempat nyaman untuk prose konseling. b.Mengembangkan hubungan kolaboratif dengan konseli
c.Mengumpulkan data, pengalaman konseli dan keseluruhan gambaran kepribadiannya.
d.Meningkatkan kesadaran dan tanggug jawab pribadi konseli. e.Bekerjasama dengan konseli untuk membuat rencana konseling. 2. Langkah 2: Getting a felt sense
Konselor mendorong konseli untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan langsung dengan pribadi konseli.
3. Langkah 3: Finding a handle
Pada tahap ini ditandai dengan aktivitas yang dilakukan konseli dengan mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-perubahan yang cukup signifikan. Pada tahap ini konseli menghadapi kecemasan-kecemesannya sendiri, ketidakpastian, dan ketakutan-ketakutan yang selama ini terpendam dalam diri. Pada fase ini konselor memberikan dukungan dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan ragu-ragu menghadapi masalahnya.
4. Langkah 4: Resonating
Konselor meresonasikan konseli segala peristiwa, pengalaman yang terjadi di luar dirinya menjadi sesuatu yang ada pada dirinya. Pada tahanp resonating diharapkan konseli memahami kedudukan dirinya, dan kebutuhan yang ingin
(28)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dicapainya. Pada tahap 4 konfrontasi dapat dilakukan manakala konselor melihat ketidak sesuaian pada konseli, antara :
a.Tingkah laku dengan yang dikatakan
b.yang dikatakan dengan yang dirasakan atau ekspresi yang ditunjukkan. c.Keadaan klien sekarang dengan keinginannya
d.yang dipikirkan dengan tindakan, dan kekuatan dan kelemahan 5. Langkah 5: Asking
Konseli diminta untuk mengajukan pertanyaan terbuka pada dirinya sendiri tentang perasaan yang sedang dialaminya dalam merespon atau menanggapi jawaban yang diterima.Selanjutnya konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri (self), pengalaman dan emosi-emosinya dalam perspektif yang baru.
6. Langkah 6: Receiving
Konselor memfasilitasi konseli untuk mengaplikasikan pengalamannya dengan menetapkan tujuan, membantu mengembangkan program, merencanakan jadwal kegiatan, memberikan penguatan dan mengakhiri konseling.
D. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Pengembangan kisi-kisi instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa angket mengenai kedisiplinan yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Butir-butir pernyataan dalam angket merupakan gambaran kedisiplinan pada siswa. Angket menggunakan skala empat yang terdiri atas: sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Rumusan kisi-kisi instrumen untuk mengungkap kedisiplinan siswa di MTs Negeri Cikancung tersaji pada tabel 3.1
(29)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1
Kisi-kisi instrumen kedisiplinan siswa (Sebelum Validasi)
No Aspek Sub Aspek Indikator Deskripsi
Indikator
No Item
1. Pengendalian Diri
Kepatuhan a.Mampu menunjukkan perilaku yang selaras dengan norma yang berlaku
Mampu menunjukkan perilaku yang selaras dengan
norma di
lingkungan sekolah 1,2,3,4,5 ,6,7,8,9, 10, 11 b.Mampu menjalankan kewajiban yang selaras dengan aturan
Mampu menjalankan kewajiban yang selaras dengan aturan di sekolah 12,13, 14, 15,16,17 18.19. 20 c.Bersedia menerima sanksi apabila melanggar norma Bersedia diberi sangsi apabila melanggar norma sekolah 21,22, 23 d.Bersedia menerima sanksi apabila melanggar aturan
Bersedia diberi sanksi apabila melanggar aturan sekolah
24,25, 26 27,28, 29 Ketaatan a.Kemampuan
menjalankan normadengan penuh tanggung jawab Kemampuan menjalankan norma dengan penuh tanggungjawab di sekolah 30.31, 32 33,34, 35 36,37, 38 39,40, 41, 42, b.Kemampuan menjalankan aturan dengan penuh tanggung jawab Kemampuan menjalankan aturan dengan penuh tanggungjawab di sekolah 43,44 ,45, 46,47
(30)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c..Menjalankan norma tanpa paksaan dari orang lain
Menjalankan norma sekolah tanpa paksaan dari orang lain
48.49. 50, 51
d.Menjalankan aturan tanpa paksaan dari orang lain
Menjalankan aturan kelas tanpa paksaan dari orang lain
52.53,
2. Sikap Kepatuhan Kecenderungan untuk melaksanakan perilaku disiplin berdasarkan keyakinan diri Kecenderungan untuk melaksanakan perilaku disiplin berdasarkan keyakinan diri di sekolah
54,55, 56,57
Ketaatan Kecenderungan untuk melakukan perilaku disiplin menurut norma sesuai dengan kemampuan Kecenderungan untuk melakukan tindakan menurut norma sesuai dengan kemampuan di sekolah 58,59, 60 61,62 Kecenderungan untuk melakukan perilaku disiplin menurut aturan sesuai dengan kemampuan di kelas Kecenderungan untuk melakukan tindakan menurut aturan sesuai dengan kemampuan di sekolah 63,64, 65
2. Pedoman Skoring
Skor dalam setiap penyataan pada alternatif jawaban diberi skor, sangat sesuai = 4, sesuai = 3, tidak sesuai = 2 dan sangat tidak sesuai = 1. Skor kedisiplinan merupakan jumlah dari semua jawaban responden yang dikonfersikan kedalam data rank, secara rinci konfersi jawaban responden, tersai pada tabel 3.2
(31)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2
Konfersi Jawaban Responden
1 Mewakili jawaban sangat tidak sesuai 2 Mewakili jawaban tidak sesuai 3. Mewakili jawaban sesuai 4. Mewakili jawaban sangat sesuai
Semakin tinggi alternatif jawaban siswa maka semakin tinggi tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa dan semakin rendah alternatif jawaban siswa maka semakin rendah pula tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa.
3. Uji Validitas Rasional
Uji validitas rasional dilakukan untuk mengetahui kelayakan instrumen dari bahasa, konten dan konstruk. Uji validitas rasional dilakukan oleh dua orang dosen ahli yaitu Prof. Dr. Juntika, M.Pd. dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd dan seorang praktisi. Hasil uji validitas rasional terdapat beberapa item yang harus dibuang karena tidak memadai sehingga butir item yang semula berjumlah 65 menjadi 52 item.
Langkah selanjutnya angket diujicobakan melalui uji keterbacaan kepada siswa MTs Negeri Cikancung yang tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian akan tetapi memiliki karakteristik hampir sama dengan sampel penelitian. Uji keterbacaan memiliki tujuan untuk melihat keterbacaan responden terhadap instrumen sebelum digunakan dalam penelitian.
4. Uji Validitas butir item
Uji validitas menggunakan rumus rank sparman dengan cara mengkolerasikan skor butir item dengan skor total yang diperoleh oleh setiap responden yang berjumlah 191 orang.
Butir item dikatakan valid jika harga signifikansi untuk koefisien validitas item lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian menunjukkan dari 52 butir item yang diuji validitasnya semua menunjukkan signifikan pada p < 0,05. Koefisien validitas merentang dari 0, 461 sampai 0.790. Rumus yang digunakan dalam validitas butir soal adalah :
(32)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
r
5 = 1 – ∑ d2i = [R(Xi) – R (Yi)]2 5. Uji Realibilitas Instrumen
Uji realibilitas instrumen menggunakan metode split half metod reliability. Teknik yang digunakan adalah kolerasi rank yaitu mengkolerasikan skor total item-item ganjil genap dengan hasil 0,877 coefeisin realibitas, hasil ini hanya menunjukkan realibitas separo/sebagian instrumen. Untuk mengetahui keseluruhan instrumen menggunakan sparman brown prophecy formula, dengan hasil 0,950163 termasuk kategori sangat tinggi. Rumus yang digunakan dalam uji realibilitas uji separo dan sparman brown yaitu ;
r
5 = 1 – ∑ d2i = [R(Xi) – R (Yi)]2
Dan Reliability of Full test
=
= .75
Capaian coeffisient realibitas dapat dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.3
Evaluating Realibility Coeffecient Evaluating Realibility Coeffeicient
Very high >90
High 80-90
Acceptable 70-79
Moderate Acceptable 60-69
(33)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4
Kisi-kisi instrumen kedisiplinan siswa (Setelah Validasi)
No Aspek Sub Aspek Indikator Deskripsi
Indikator
No Item
1. Pengendalian Diri
Kepatuhan a.Mampu menunjukkan perilaku yang selaras dengan norma yang berlaku
Mampu menunjukkan perilaku yang selaras dengan
norma di
lingkungan sekolah 1,,3,4,5 ,6,7,8, 10, 11 b.Mampu menjalankan kewajiban yang selaras dengan aturan
Mampu menjalankan kewajiban yang selaras dengan aturan di sekolah
12, 14, 15,16,17 18. 20 c.Bersedia menerima sanksi apabila melanggar norma Bersedia diberi sangsi apabila melanggar norma sekolah 21,22, 23 d.Bersedia menerima sanksi apabila melanggar aturan Bersedia diberi sanksi apabila melanggar aturan sekolah 24,25, 26 27, 29
Ketaatan a.Kemampuan menjalankan normadengan penuh tanggung jawab Kemampuan menjalankan norma dengan penuh tanggungjawab di sekolah 30. 32 34, 35 36,37, 38 39,40, 42,
(34)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b.Kemampuan menjalankan aturan dengan penuh tanggung jawab Kemampuan menjalankan aturan dengan penuh tanggungjawab di sekolah ,45, 46,47 c..Menjalankan norma tanpa paksaan dari orang lain
Menjalankan norma sekolah tanpa paksaan dari orang lain
48.49. 50,
d.Menjalankan aturan tanpa paksaan dari orang lain
Menjalankan aturan kelas tanpa paksaan dari orang lain
52.53,
2. Sikap Kepatuhan Kecenderungan untuk melaksanakan perilaku disiplin berdasarkan keyakinan diri Kecenderungan untuk melaksanakan perilaku disiplin berdasarkan keyakinan diri di sekolah
54,55, 56,57
Ketaatan Kecenderungan untuk melakukan perilaku disiplin menurut norma sesuai dengan kemampuan Kecenderungan untuk melakukan tindakan menurut norma sesuai dengan kemampuan di sekolah 58,59, 60 61,62 Kecenderungan untuk melakukan perilaku disiplin menurut aturan sesuai dengan kemampuan di kelas Kecenderungan untuk melakukan tindakan menurut aturan sesuai dengan kemampuan di sekolah 64, 65
(35)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6. Penimbangan Program
Penimbangan program intervensi dilakukan untuk memperoleh program intervensi yang dapat mengatasi permasalahan kedisiplinan peserta didik. Program intervensi penelitian ditimbang oleh tiga orang pakar untuk dikaji dan ditelaah dari rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan intervensi, sasaran intervensi, rencana kegiatan intervensi, dan pengembangan tema/topic materi, Evaluasi dan tindak lanjut dan indikator keberhasilan
Ketiga penimbang tersebut adalah Prof. Dr. Syamsu Yusuf, L.N., Prof, Dr. Juntika, M.Pd dan seorang praktisi yang merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling. Program intervensi yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dari para penimbang. Program intervensi yang telah direvisi dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan
E. Penetapan Sampel Penelitian
Penetapan sampel penelitian menggunakan teknik nonprobability sampling, karena dalam penelitian yang dilakukan tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi dengan jenis purposive sampling karena sampel ditentukan yaitu siswa yang teridentifikasi tidak mampu menunjukkan kedisiplinan di sekolah.
Penentuan sampel siswa yang tidak mampu menunjukkan kedisiplinan di sekolah diperoleh melalui penghitungan secara menyeluruh terhadap hasil penyebaran angket terhadap siswa dan menentukan kategori mengenai kedisiplinan dengan rumus tersaji pada tabel 3.5
Tabel 3.5
Kategorisasi Kedisiplinan Kriteria Kedisiplinan Rentang
Tinggi X> 156
Sedang 104 < X ≤ 156
Rendah X ≤ 104
Hasil penghitungan menunjukkan terdapat 14 orang siswa yang memiliki kategeri rendah yaitu siswa yang tidak memiliki kemampuan dalam menunjukkan perilaku disiplin di sekolah, tersaji pada tabel 3.6
(36)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.6
Penetapan Sampel Penelitian
No Norma Kategori Frekuensi Persentase
1 X> 156 Tinggi 75 39.27%
2 104 < X ≤ 156 Sedang 102 53.40%
3 X ≤ 104 Rendah 14 7.33%
F.Program Konseling Spiritual Teistik untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
a.Rasional
Siswa sebagai generasi harapan bangsa yang akan mewarisi kekayaan negeri diharapkan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan lingkungan pada umumnya yakni sosok siswa yang mampu menampilkan perilaku terpelajar yang menggambarkan karakteristik sebagai siswa. Diantara perilaku terpelajar yang seyogyanya mampu ditampilkan oleh siswa adalah perilaku disiplin dalam mentaati norma dan aturan yang berlaku di lingkungan sekolah maupun tempat tinggal.
Penegakkan kedisiplinan terhadap siswa dapat dilakukan melalui perencanaan dan program .yang matang sebagai sebuah cara untuk memberikan kontrol perilaku terhadap siswa sehingga siswa dengan sendirinya dapat menaati tata aturan serta norma yang berlaku di lingkungan siswa tinggal. Bernhardl (1964, hlm. 7) menyebutkan kedisiplinan adalah sebuah perencanaan, tidak hanya sebagai hukuman, tetapi juga menekankan pendekatan yang positif sangat sebagai contoh: pemberian motivasi, support, penerimaan diri. Dalam perencanaan perbaikan perilaku berfokus pada kontrol dan bimbingan terhadap diri siswa.
Perencanaan perbaikan perilaku dalam bentuk kedisiplinan menjadi bagian penting dari perencanaan program sekolah mengingat terus berkembangnya perilaku siswa yang kian hari kian menggambarkan kualitas perilaku yang tidak menaati aturan dan norma di sekolah. Bagian perilaku yang seringkali dilakukan siswa di sekolah yaitu mengucap kata binatang, mengejek teman, merokok, membuat keributan, malas mengerjakan tugas menjadi perilaku-perilaku yang terbiasa dilakukan oleh siswa di sekolah.
(37)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tulus Tu’u ( dalam Slamet Riyadi 2013 hml 27) menyatakan disiplin
sebagai upaya pengendalian diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Perilaku disiplin seharusnya didasari oleh kemampuan seorang siswa dalam mengendalikan diri dan bersikap sehingga siswa mampu menampilkan perilaku yang sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dan mampu mengarahkan diri untuk bersikap terhadap aktivitas yang positif.
Sekolah merupakan tempat yang tepat untuk memfasilitasi siswa dalam upaya membentuk perilaku disiplin, salah satunya melalui program bimbingan dan konseling dengan memberikan layanan-layanan secara langsung terhadap siswa agar memiliki kemampuan berperilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Layanan konseling dalam menanamkan perilaku disiplin terhadap siswa dalam dilakukan melalui pendekatan konseling spiritual teistik yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip agama dan konseling untuk meningkatkan perilaku disiplin. Yusuf (2009, hlm. 36) menyebutkan konseling teistik adalah :
“ sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki
kemampuan untuk mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk beragama (homo religious), berprilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ibadah ritual agama yang dianutnya”
Melalui pendekatan konseling spiritual teistik siswa akan membantu siswa dalam mengembangkan perilaku disiplin dengan memahami diri, mengendalikan diri, mengenali diri serta mengenali sejumlah pengaruh dan masalah yang diakibatkan oleh perilaku tidak disiplin. Secara khusus program konseling spiritual teistik dikembangkan berdasarkan gambaran perilaku disiplin siswa di MTS Negeri Cikancung
Berdasarkan hasil penyebaran angket yang dilakukan di MTs Negeri Cikancung diketahui peroleh tingkat kedisiplinan siswa yang tersaji pada tabel 3.7 sebagai berikut.
(38)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7
Kategorisasi Kedisiplinan
Kriteria Kedisiplinan Rentang
Tinggi X> 156
Sedang 104 < X ≤ 156
Rendah X ≤ 104
No Norma Kategori Frekuensi Persentase
1 X> 156 Tinggi 75 39.27%
2 104 < X ≤ 156 Sedang 102 53.40%
3 X ≤ 104 Rendah 14 7.33%
Berdasarkan profil kedisiplinan terdapat 75 orang atau sekitar 39,27 % siswa yang mampu menunjukkan perilaku disiplin di sekolah, terdapat 102 orang atau sekitar 53,40 % siswa yang terkadang menunjukkan perilaku disiplin dan sekitar 14 orang atau sekitar 7,33 siswa menunjukkan ketidakmampuan dalam menunjukkan perilaku disiplin.
Adapun presentasi tingkat kedisiplinan siswa MTs Negeri Cikancung, yang diketahui dengan menggunakan rumus Skor ideal : 4 x 100 , maka diketahui data tingkat kedisiplinan siswa tersaji pada tabel 3.8
Tabel 3.8
Tabel Tingkat Kedisiplinan Siswa Berdasarkan Aspek
NO Aspek Presentase
1 Pengendalian diri /Kepatuhan
Tinggi 40,84%
Sedang 55,50 %
Rendah 3,66 %
Pengendalian diri/Ketaatan
Tinggi 38,22%
Sedang 54,45%
Rendah 7,33 %
2. Sikap/Kepatuhan
Tinggi 39,79%
Sedang 49,21%
Rendah 10,99%
Sikap/Ketaatan
Tinggi 29,32%
Sedang 58,64%
(39)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari data mengenai tingkat kedisiplinan yang dicapai pada setiap aspek dapat diketahui adanya capaian tingkat kedisiplinan yang rendah dalam setiap aspek sehingga perlu diintervensi untuk meningkatkan capaian perilaku disiplin di sekolah.
Ketidakmampuan siswa dalam menunjukkan perilaku tidak disiplin mengakibatkan siswa menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan aturan, sikap-sikap yang dinilai bertentangan dengan perilaku terpelajar. Salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan melalui pendekatan Konseling Spiritual Teistik
Konseling Spiritual Teistik membantu siswa untuk memfasilitasi siswa dan meningkatkan kemampuan konseli untuk mengembangkan kesadaran beragama dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa. Yusuf (2009, hlm.38) menyebutkan tujuan konseling spiritual teistik memberikan dorongan agar lebih meyakini Tuhan, karena keyakinan kepada Tuhan dapat membantu konseli mengatasi masalah, kesembbuhan dan penuntasan masalah difasilitasi oleh keyakinan akan petunjuk dan cinta kasih Allah SWT.
b. Deskripsi Kebutuhan
Gambaran kedisiplinan siswa MTs Negeri Cikancung yang berada pada kategori rendah sebanyak 14 orang yaitu siswa yang tidak mampu menunjukka perilaku disiplin di sekolah perlu ditindaklanjuti sebagai upaya untuk membantu siswa dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan aturan di sekolah. Begitu pula capaian tingkat kedisiplinan yang menunjukkan rendah dalam aspek pengendalian diri (kepatuhan)sebesar 3,66 % memiliki ketiakmampuan dalam pengendalian diri dalam kepatuhan dan 7.33 tidak memiliki kemampuan dalam pengendalian diri dalam ketaatan. Pada aspek sikap terdapat 10,99 % tidak dapat menunjukkan kepatuhan dan 12,04 tidak dapat menunjukkan sikap dalam ketaatan sebagai perilaku disiplin. Siswa MTs Negeri cikancung membutuhkan bantuan untuk :
1. memiliki kemampuan menunjukkan perilaku yang sesuai norma dan aturan di sekolah sebagai cerminan kepatuhan
(40)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. memiliki kemampuan pengendalian diri sehingga mampu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan aturan
3. memiliki kecenderungan untuk bersikap positif terhadap aturan dan norma yang berlaku di sekolah
4. mampu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan akhlak mulia 5. mampu menunjukkan perilaku disiplin sesuai dengan keyakinan diri.
c. Tujuan Intervensi
Secara umum, tujuan intervensi menggunakan teknik konseling spiritual teistik adalah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah, sedangkan secara khusus penggunaan teknik konseling teistik adalah :
1. mampu mengendalikan diri untuk mematuhi dan menaati aturan dan norma di sekolah.
2. memiliki sikap yang positif dalam mematuhi dan menaati aturan dan norma di sekolah.
d. Asumsi Intervensi
Asumsi dasar dari intervensi konseling spiritual teistik sebagai berikut: 1. manusia pada dasarnya makhluk yang memiliki tugas untuk menjalankan
sejumlah aturan dan norma yang berlaku. Kemampuan menjalankan aturan dan norma merupakan bukti tanggung jawab pribadi dalam mematuhi dan memaknai setiap aturan yang berlaku.
2. setiap individu memiliki tuntutan untuk mentaati aturan yang berlaku, sesuai dengan Q. S An-Nisa ayat 59.
يف أمتأع ا ت أن ف أم أ م أم أْا يل أ س لا ا عيطأ َ ا عيطأ ا مآ نيذلا ا يأ اي َ ىل د ف ءأيش
أأت نسأحأ أيخ كلذ خ أْا مأ يألا َاب ن مأ ت أمتأ ك أن س لا ( اًي
95 )
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, : taatilah Allah, dan taatilah Rosul (Nya) dan ulil Amri diantara kalian, kemudian jika kamu berselisih pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Qur’an) dan Rasul
(Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya (Q.S Annisa : 59).
(41)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. perilaku disiplin merupakan perilaku yang sejatinya dapat ditunjukkan oleh setiap siswa di sekolah sebagai bentuk kepatuhan terhadap aturan, guru dan orang tua (Bolford, 200 hlm7)
4. konseling spiritual teistik dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk beragama (homo religious), berprilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ibadah ritual agama yang dianutnya (Yusuf, 2009 hlm. 36).
e. Sasaran Intervensi
Intervensi dilakukan terhadap 14 orang siswa yang tidak mampu menunjukkan kepatuhan dan ketaatan dalam pengendalian diri dan sikap terhadap aturan dan norma yang berlaku di sekolah. Sampel diambil berdasarkan angket kedisiplinan siswa terhadap 191 orang siswa di kelas VIII MTs Negeri Cikancung.
f. Kompetensi Konselor
Menurut Yusuf (2009, hlm. 40) Pemberian layanan konseling berlangsung secara efektif apabila konselor teistik mampu menampilkan peranannya sebagai berikut.
a. Mengadopsi sikap ekumenik, yaitu sikap dan pendekatan konseling yang sesuai atau cocok dengan latar belakang agama dan afiliasi keagamaan konseli, yang mungkin berbeda dengan keyakinannya. Konseli yang dilayani mungkin berlatar belakang agama yang beragam, maka konselor teistik dituntut untuk memiliki kompetensi sebagai berikut.
1) menyadari nilai-nilai agama atau spiritualitasnya dapat mempengaruhi kinerjanya dalam melayani konseli yang berlainan nilai-nilai spiritualitasnya;
2) mampu berkomunikasi dan bersikap respek terhadap konseli yang memiliki nilai-nilai spiritualitas yang mungkin berbeda dengan dirinya;
(42)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) memahami keyakinan spiritualitasnya dapat mempengaruhi judgment klinisnya;
4) sensitif terhadap kondisi keagamaan konseli yang mungkin lebih tepat untuk direferal kepada terapis yang memiliki kelebihan dalam pengalaman keagamaannya;
5) berusaha memahami keyakinan dan kebiasaan beragama konseli; 6) berusaha memahami pandangan spiritual konseli yang unik;
7) memahami cara-cara mengatasi masalah konflik nilai atau keyakinan yang terjadi selama konseling
8) berusaha membangun hubungan yang saling menghormati dan mempercayai dengan pemimpin kelompok beragama konseli.
9) berusaha memahami sumber-sumber spiritualitas konseli dan mendorong konseli agar menerapkannya dalam upaya mengatasi masalah, mengembangkan kesehatan dirinya, dan merubah sikap atau perilakunya. 10)melakukan intervensi spiritual yang sesuai dengan keyakinan spiritualitas
konseli, sehingga konseli terfasilitasi dalam mengatasi masalahnya.
b. Memiliki sikap “denominational therapeutic” yaitu pendekatan konseling
yang disesuaikan dengan keyakinan konseli sebagai anggota dari kelompok agama tententu. Pendekatan digunakan apabila terapis memahami secara mendalam, menerima, dan bersikap respek terhadap agama konseli. Sikap diperlukan agar terapis dapat melakukan sharing dengan konseli, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih mendalam
c. Membangun hubungan terapeutik melalui beberapa kondisi yang membantu, seperti menciptakan rapport, kepercayaan (trust), empati, kehangatan, respek, penerimaan, dan kridibilitas. Kondisi yang membantu dipandang sebagai faktor yang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan konseling yang positif.
d. Mengkomunikasikan nilai-nilai moral atau etika. Salah satu kontribusi konseling spiritual teistik pada peranan konselor adalah pentingnya wawasan terapis mengenai nilai-nilai moral atau etika dalam kaitannya dengan konseling. Agama memberikan tiga asumsi penting tentang hakikat nilai
(43)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
moral-moral yaitu: (1) terdapat nilai-nilai moral yang absolut atau universal, Tuhan telah menurunkan wahyu untuk membimbing umat manusia di dunia agar hidupnya sejahtera; (2) moral yang absolut sangat pentik/hnng bagi manusia, karena mengandung prinsip atau tuntunan yang mengembangkan nilai-nilai spiritual dan hubungan yang harmonis dengan tuhan dan manusia lainnya; (3) nilai-nilai itu perlu diajarkan dan diteruskan kepada yang lain. nilai-nilai moral dapat mempengaruhi tujuan hidup, gaya hidup kesehatan fisik dan mental konseli, sehingga konselor perlu membantu konseli untuk menilai setiap nilai moral yang dipilihnya.
g. Prosedur Pelaksanaan Intervensi
Prosedur pelaksanaan intervensi konseling spiritual teistik untuk meningkatkan kedisiplinan memadukan pendapat Hinterkopf (Miller, 2002, hlm.202) dan Richards & Bergin (2007, hlm. 9) mengenai prosedur konseling spiritual sehingga dihasilkan rumusan konseling spiritual teistik. Selanjutnya, rumusan prosedur konseling spiritual teistik menggunakan teknik yang di ungkapkan oleh Yusuf (2007, hlm. 31-33). Berikut rumusan prosedur konseling spiritual teistik:
1. Langkah 1: Clearing a space
Konselor menciptakan hubungan dialogis mendorong keberfungsian konseli secara sehat dan menstimulasi konseli untuk mengembangkan dukungan pribadi dan lingkungannya.
Teknik yang digunakan adalah do'a bersama konselor dengan konseli (Counselor and Client prayer)
2. Langkah 2: Getting a felt sense
Konselor mendorong dan membangkitkan keberanian konseli mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosi-emosinya dalam rangka katarsis dan menawarkan konseli untuk melakukan berbagai eksperimentasi untuk meningkatkan spiritual konseli.Teknik yang digunakan adalah pengungkapan diri spiritual (Spiritual self- diclosure) dan pemberian informasi Spiritual
(44)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Langkah 3: Finding a handle
Pada tahap ini ditandai dengan aktivitas yang dilakukan konseli dengan mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-perubahan yang cukup signifikan. Pada tahap ini konseli menghadapi kecemasan-kecemesannya sendiri, ketidakpastian, dan ketakutan-ketakutan yang selama ini terpendam dalam diri. Pada fase ini konselor memberikan dukungan dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan ragu-ragu menghadapi masalahnya.Teknik yang digunakan adalah pengungkapan diri spiritual (Spiritual self- diclosure) dan pemberian informasi tentang konsep-konsep spiritual (Teaching Sipiritual concepts). 4. Langkah 4: Resonating
Konselor meresonasikan konseli segala peristiwa, pengalaman yang terjadi di luar dirinya menjadi sesuatu yang ada pada dirinya. Dengan demikian diharapkan konseli memahami kedudukan dirinya, dan kebutuhan yang ingin dicapainya. Pada tahap 4 konfrontasi dapat dilakukan manakala konselor melihat ketidak sesuaian pada konseli, antara :
1.Tingkah laku dengan yang dikatakan
2.yang dikatakan dengan yang dirasakan atau ekspresi yang ditunjukkan. 3.Keadaan klien sekarang dengan keinginannya
4.yang dipikirkan dengan tindakan, dan kekuatan dan kelemahan
Teknik yang digunakan adalah konfrontasi Spiritual (Spiritual confrontation). 5. Langkah 5: Asking
Konseli diminta untuk mengajukan pertanyaan terbuka pada dirinya sendiri tentang perasaan yang sedang dialaminya dalam merespon atau menanggapi jawaban yang diterima.Selanjutnya konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri (self), pengalaman dan emosi-emosinya dalam perspektif yang baru. Teknik yang digunakan adalah merujuk kepada kitab suci (reference to scripture)
(1)
145
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Simpulan
Profil umum tingkat kedisiplinan siswa secara umum, berada pada kategori sedang dengan nilai siswa pada satu sisi telah dapat menunjukkan perilaku disiplin yang ditandai dengan kemampuan dalam mengembangkan pengendalian diri dan sikap pada kepatuhan, ketaatan terhadap aturan dan norma yang berlaku di sekolah, siswa tidak konsisten dalam menunjukkan perilaku disiplin karena siswa berada pada rentang usia remaja awal yang labil dan mudah berubah.
Pelaksanaan intervensi Konseling Spiritual Teistik dilakukan untuk mengintervensi siswa dengan kategori tingkat kedisiplinan rendah sebanyak 14 orang, sebagai upaya yang dilakukan agar siswa dapat memiliki kemampuan untuk menunjukkan perilaku disiplin di sekolah dengan mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan dan norma menggunakan Konseling spiritual Teistik
Hasil penelitian menunjukkan Konseling Spiritual Teistik efektif untuk meningkatkan kedisiplinan siswa .Keefektifan ditandai dengan datahasil penghitungan statistikyang signifikan pada aspek maupun indikator. Bukti efektivitas konseling spiritual teistik ditampilkan dalam bentuk perubahan-perubahan konseli yang terekam pada lembar kerja yang diisi oleh siswa yang menunjukkan konseli mampu untuk menyelesaikan hambatan/masalah dan membuat strategi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Perubahan siswa dapat ditunjukkan dengan komitmen yang dituliskan dalam lembar kerja siswa dan direalisasikan dalam kehidupan di sekolah. Perubahan perilaku yang secara nyata dapat ditunjukkan oleh siswa, antara lain :
a. siswa lebih menghargai waktu dan tidak datang terlambat ke sekolah b. siswa lebih dapat menghargai keberdaan diri dan orang lain di sekolah
c. siswa memahami apabila melanggar aturan akan dihadapkan pada resiko sanksi yang dihadapi, oleh sebab itu siswa berupaya untuk tidak melanggar aturan di sekolah. d. siswa melakukan perubahan didasari oleh keinginan diri sendiri bukan karena orang
(2)
146
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e.siswa lebih menunjukkan perilaku bertanggung jawab dengan memiliki rencana tindakan-tindakan yang akan dilakukan serta dapat merumuskan strategi yang akan dilakukan apabila menemukan hambatan dalam upaya meningkatkan kedisiplinan. B.Rekomendasi
Rekomendasi penelitian diperuntukkan bagi pihak-pihak yang terkait dengan peserta didik yaitu .
1. Guru BimbingandanKonseling (BK)
Pendekatan konseling spiritual teistik dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru BK dalam melakukan konseling dalam menyelesaikan masalah kedisiplinan di sekolah. Guru BK dapat melaksanakan pendekatan konseling spiritual tesirik dengan mengikuti panduan pelaksanaan konseling spiritual tesitik untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, panduan terlampir.
2. PenelitiSelanjutnya
a. PenelitianterbataspadapopulasiMTs Negeri Cikancung,peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan ruang lingkup yang lebih luas atau dengan karakteristik sampel penelitian yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih variatif.
b. Selainitu, apabilapenelitiselanjutnyabermaksudmelakukanpenelitiandenganmasalah yang serupadapatmenggunakanmetodepenelitiantindakan (ActionReasearch) dengan metode Action Research peneliti akan langsung mengecek perubahan perilaku sampel penelitian dalam setiap siklus dan jika belum berhasil berubah maka siklus selanjutnya tidak dapat dilakukan sehingga perubahan-perubahan perilaku secara bertahap dapat terkontrol dengan baik.
(3)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA Al-Quranul Karim
Abdurrohman, M.(1987). Mubadatut ta’lim lil qismits tsalits . Garut : Persis Badru,S.(2012). Pentingnya penegakan disiplin di sekolah. [on line] tersedia
Kompasiana.
Bernhardl, L, K..(1964). Discipline and child guidance. USA : All Right Reserved
Berg, R, C. (2006). Group counseling concept and prosedure. Fourt Edition. New York : Routledge
Bolford, S. (1998). Managing discipline in the School. USA : Routladge
Burke, M, T. (2005). Religious and spiritual issues in counseling. New York : Routladge
Colledge, R.(2002). Mastering counseling theory. New York : Palgrave Macmillan
Correy, G. (2012). Theory & practice of group counseling.Eight Edition. USA : Belmont
Cresweell,J.W.(2012). Education research: planning, conducting and evaluating quantitative and qualitative research. (3 rd ed). New Jersey: Pearson Education, Inc
Darminto, E. (2007). Teori-teori konseling : Teori dan praktek konseling dari berbagai orientasi dan pendekatan.Surabaya : Unesa University Press Dahlan, M, D. (2011). Posisi bimbingan dan konseling dalam kerangka ilmu
pendidikan. Bandung : UPI PRESS
Davidovitch,. (2010). Effect of congruence and character strength deployment on work adjusment and well-being. International Journal of Business and Social Science. Vol. 1 No. 3: December 2010.
Depdiknas. (2008). Penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur formal.
Drummond, J, R, & Jones, D, K. (2010). Assesment prosedures for counselor and helping professionals.USA : New Jersey All right
(4)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fajar, G. (2013). Pengendalian diri melalui bimbingan kelompok..Jurnal Bimbingan dan Konseling. Padang. Universitas Negeri Padang
Field, M,V., & Boesser,C. (1994). Constructive guidance and discipline. Preschool and primary education.USA : Publising Company
Furqon. (2009). Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta
Glading, T, S, (1999). Effective group counseling : Counseling and Student
Service : University Of Carolina
Haidar. (2013). Kecerdasan emosi dan pengendalian diri.[on line] diakses di http.haidarwordpress.
Haryanto. (2012) Pendidikan karakter. [on line] tersedia http://belajarpsikologi.commaret 2015
Herlin. (2005). Hubungan antara motivasi belajar dengan disiplin belajar siswa pada Saat Layanan Pembelajaran di Kelas SMUN I Limbangan Kabupaten Kendal. Skripsi : UNESA
Hurlock, E. (2004). Psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga
Julia, F, F,.(2013). Disiplin siswa di sekolah dan implikasinya dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Jurnal Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Padang volume 2
Kamus Bahasa Indonesia.org. Pengertian disiplin. [0n line]. 13 maret 2015 Kartadinata, S. (2014). Politik jati diri : Telaah filosofi dan praktis pendidikan
bagi penguatan jati diri bangsa. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Lestari, R. (2013). Konseling teistik spiritual teistik untuk meningkatkan karakter transendensi Siswa SMA. Tesis.. Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pasca Sarjana: UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
Linckona, T. (2013). Educating for character, bagaimana sekolah dapat mengajarkan sikap hormat dan tanggung jawab.Jakarta : Bumi Aksara Lenis, D. (2006).Spitritual and counseling psychoterapy. California : Sage
Publication
Marita, Y. (2013). Manfaat pngendalian diri.[on line] diakses dihttp maritayulia blog/pengendalian diri
Miller, G. (2003). Incorporating spirituality in counseling and psychotherapy.
London: John Wiley & Sons, Inc. (SAGE publication).
Musfah, J. (2015). Pengertian disiplin. [on line] tersedia http.akademia.com. 13 maret 2015
(5)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nurraidah, (2013).Perilaku disiplin di sekolah.[on line]. Tersedia http.academia.com maret 2015
Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Character strengths and virtues: A handbook and classification. New York, NY: American Psychological Association and OxfordUniversity Press.
Pratiwi, T. (2013) Penerapan Bk kelompok untuk meningkatkan kedisiplinan Siswa. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Surabaya : Unesa
Prayitno. (2004). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta : Rineka Cipta Roger. B. (2011). Strategy for positive and effective behaviour management and
discipline on school. Third Edition : Australia. Acar Press
Richards, P. Scott & Bergin, Allen, E. (2007). A Spiritual strategy for counseling and psychotherapy. Washington, DC: American Psychology Association. Riyadi, Slamet. (2013). Efektivitas program bimbingan pribadi untuk
meningkatkan disiplin peserta didik.. Tesis.. Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pasca Sarjana. UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
Salam , B.(2012). Pentingnya penegakan disiplin di sekolah. [on line] tersedia Kompasiana.
Sartika, Ika. (2011). Efektivitas program spiritual teistik untuk meningkatkan sifat-sifat kerosulan siswa. Tesis Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Santrock, J, W. (2003). Adolescence.perkembangan remaja. Jakarta : Erlangga Semiawan, C. (2009). Penerapan pembelajaran pada anak. Jakarta : Indeks Sink, C. A., & Cleveland, R. (2012). Spirituality an Untapped Developmental
Asset:for School Counselling. Counselling and Spirituality, volume 31 nomor 2,halaman 15-38.
Soedijarto. (2007). Ilmu dan aplikasi pendidikan. Bandung : Imperial Bhakti Utama
Sofyan S.W. (2004). Konseling individual; teori dan praktek. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuntitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung:ALFABETA
Sukitman,T.(2015).Bimbingan dan konseling berbasis pendidikan karakter.Yogyakarta: Diva Press
Surya, M. (2011). Bimbingan untuk mempersiapkan generasi muda memasuki abad 21 (Pendekatan Psiko Pedagogis). Bandung : UPI Press
(6)
Dedeh Kurnia, 2015
KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Standard, R.P, Sandhu D.S, & Painter L. (2000). Assessment of Spirituality in Counseling. Journal of Counseling & Development, Spring 2000, Volume 78. America: American Counseling Association.
Slamet, R,. (2013). Efektivitas program bimbingan pribadi untuk meningkatkan disiplin peserta didik.. Tesis.. Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pasca Sarjana. UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
Syamsuddin, A..(2009). Psikologi kependidikan.perangkat sistem pengajaran modul. Bandung : Remaja Rosda Karya
Yustiana, Y, R, (2012). Perkembangan kedisiplinan. PPB. UPI. Bandung
Yusuf, S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : Remaja Rosda Karya
Yusuf, S. (2009). Konseling spiritual teistik. Bandung : Rizki Press
Zohar, D, . & Marshal, I. (2000). SQ. Memanfaatkan kecedrasan spiritual dalam berfikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan.Bandung : Mizan Media Utama