KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BANTANI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERSEKOLAHAN.

(1)

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BANTANI

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI PERSEKOLAHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh

Muhammad Ridwan Hidayatulloh 1001950

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PERSEKOLAHAN

Oleh

M. Ridwan Hidayatulloh 1001950

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

© M. Ridwan Hidayatulloh 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

(4)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

PERSEKOLAHAN Oleh

M. Ridwan Hidayatulloh (1001950) ABSTRAK

Di era modern manusia telah mengalami dekadensi moral. Hal itu terjadi karena ideologi yang dianut oleh manusia modern berasal dari Barat. Liberalisme, sekulerisme, dan materialisme Barat telah merasuk ke dalam berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali dunia pendidikan dan kebudayaan. Akibatnya orientasi pendidikan tidak lagi membentuk manusia sejati, tetapi lebih menciptakan robot-robot pekerja yang siap mengeksploitasi alam. Kebudayaan pun semakin tergeser kepada hal-hal yang jauh dari nilai-nilai ketuhanan, hanya melihat aspek materi saja.

Akhir-akhir ini manusia mulai merasakan kembali kebutuhan akan nilai-nilai spiritual. Islam sebagai agama rahmatan lil ‘ālamīn harus bisa memberikan solusi yang tepat. Dalam agama Islam terdapat ajaran yang sangat menanamkan unsur spirtual dan manajemen hati, yaitu tasawuf. Di antara berbagai tokoh yang menyebarkan pemahaman tentang tasawuf, Syaikh Nawawi Al-Bantani menggambarkan tasawuf yang terintegrasi dalam setiap ibadah dan aktivitas muslim.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani dan implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam di persekolahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pertimbangan penggunaan metode ini adalah untuk mengungkap konsep tawasuf Syaikh Nawawi Al-Bantani dari berbagai karyanya, dan bagaimana implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam di persekolahan. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik studi literatur dan library research.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran mengenai tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani yang mengintergrasikan antara syariat, tarekat dan hakikat, serta wasiat-wasiat Syaikh Nawawi kepada setiap muslim yang hendak menempuh jalan menuju Allah. Konsep ini terimplikasi dalam Pendidikan Agama Islam yang harus menyeimbangkan antara ketiga aspek, yaitu Aqidah, Syariah, dan Akhlak, serta mengintegrasikan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.


(5)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

TASAWUF CONCEPT OF SYAIKH NAWAWI AL-BANTANI AND THE IMPLICATION TO ISLAMIC EDUCATION IN SCHOOL

By

M. Ridwan Hidayatulloh (1001950) ABSTRACT

In this modern era, humans have had morality decadency. Which caused by the ideology that is being followed by them comes from Western. Liberalism, secularism, and materialism. Western has penetrated to every aspects of life, culture and education is not an exception. As a result, the orientation of education is no longer to make The real human, nevertheless creating worker robots that ready to exploit nature. The culture is also being far distorted from divinity and values, what left is only materialism.

Recently, humans started to realize the needs of spirituality values. Islam as rahmatan lil ‘alamin should be able to give an exact solution for this. In Islam, there is a taught that encourages spirituality and feeling management, it called tassawuf. Syaikh Nawawi Al-Bantani illustrated tassawuf that is being integrated in every moslem worship and activity.

This research aims to describe the concept of Syaikh Al-Bantani’s tassawuf and its implication to Islamic Education in school. This research used qualitative approach and descriptive method. The consideration to use this method was its effectiveness to discover Syaikh Nawawi Al-Bantani’s tassawuf concept in his literatures, and how its implication to Islamic education in school. The data was being collected by literature study and library research.

According to the research, it is found that there is a concept of Syaikh Al-Bantani’s tassawuf about the integration of Syariat, tarekat, and hakekat, and also Syaikh Nawawi’s quotes to every moslem who intend to through the way to Allah. This concept implicated to Islmaic education that should be balance three aspects, Aidah, syariah, and akhlak. And also combine cognitive, affective, and psychomotor aspects.


(6)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ...1 DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA .... Error!

Bookmark not defined.

BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined. F. Struktur Organisasi Penulisan ... Error! Bookmark not defined. BAB IITASAWUF DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM...Error! Bookmark

not defined.

A. Tasawuf ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Tasawuf ... Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Tasawuf ... Error! Bookmark not defined. 3. Asal-Usul Tasawuf ... Error! Bookmark not defined. 4. Maqāmat dalam Tasawuf ... Error! Bookmark not defined. 5. Al-Ahwāl dalam Tasawuf... Error! Bookmark not defined. 6. Mursyid dalam Tasawuf ... Error! Bookmark not defined.


(7)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

7. Tarekat ... Error! Bookmark not defined. 8. Tokoh-Tokoh Tasawuf ... Error! Bookmark not defined. B. Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined. 2. Dasar Hukum Pendidikan Agama Islam... Error! Bookmark not defined. 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam... Error! Bookmark not defined. 4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Error! Bookmark not defined. 5. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined. C. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... Error! Bookmark not defined. BAB IIIMETODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined. C. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined. D. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. E. Jenis dan Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. G. Metode Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. H. Prosedur Penelitian... Error! Bookmark not defined. BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Biografi Syaikh Nawawi Al-Bantani ... Error! Bookmark not defined.

a. Riwayat Hidup ……….59


(8)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al- BantaniError! Bookmark not defined.

B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. 1. Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al- BantaniError! Bookmark not defined.

a. Syariat, Tarekat, dan Hakikat ………...74 b. Sembilan Wasiat dalam Menempuh Jalan Wali………...84 C. Implikasi Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani terhadap Pendidikan Agama Islam di Persekolahan ... Error! Bookmark not defined.

1. Impikasi Filosofis ... Error! Bookmark not defined. 2. Implikasi Pedagogis Teoritis ... Error! Bookmark not defined. 3. Implikasi Praktis ... Error! Bookmark not defined. BAB VKESIMPULAN DAN REKOMENDASI . Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan... Error! Bookmark not defined. B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. Daftar Pustaka ... Error! Bookmark not defined. Lampiran ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang sempurna dan bersifat universal. Sempurna karena ajaran Islam mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia, dari hal terkecil sampai hal yang besar. Juga bersifat universal, karena Islam mengatur manusia secara keseluruhan. Setiap orang berhak untuk masuk dan mengamalkan ajaran Islam, baik itu laki-laki, perempuan, kulit putih, hitam, atau manusia dari mana pun berada. Ajaran Islam juga dapat diaplikasikan dan diaktualisasikan sepanjang zaman (Aceng Kosasih, dkk, 2012, hlm. 2).

Secara garis besar, ajaran Islam mengandung tiga aspek pokok yang kuat dan saling berkesinambungan, yaitu: Aqidah, Syariat, dan Akhlak. Tiga aspek ini bersifat fundamental, karena ketiga aspek ini merupakan pondasi ketika seorang muslim ingin mencapai derajat yang dekat dengan Allah. Aqidah merupakan ikatan yang kuat antara jiwa, raga, agar senantiasa tertuju kepada Allah. Ikatan itu akan hadir ketika kita mempercayai dan meyakini, sebab itu aspek Aqidah biasa juga disebut aspek iman, yaitu mengenai kepercayaan kepada Allah. Ilmu untuk mempelajarinya adalah ilmu kalam atau ilmu tauhid (Aceng Kosasih, dkk, 2012, hlm. 4).

Kedua yaitu aspek syariat, artinya jalan untuk mencapai kebahagiaan. Dalam syariat terkandung berbagai aturan dan hukum mengenai bagaimana caranya kita menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah melalui berbagai pengabdian dengan bentuk ibadah ritual langsung (mahdloh) atau pun ibadah tidak langsung melalui ibadah sosial. Syariat diformulasikan dalam sebuah konsep yang biasa disebut Rukun Islam. Dari sinilah lahir disiplin ilmu fiqih (Aceng Kosasih, dkk, 2012, hlm. 4).

Aspek ketiga yaitu akhlak. Ibnu Maskawaih mengatakan bahwa Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Al-Ghazali melengkapi dengan mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam


(10)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Amad Saebani & Abdul Hamid, 2010, hlm. 14).

Sebagai bagian dari aspek pokok Agama Islam, Akhlak bukanlah sebagai sebuah wacana belaka, tapi perlu pengimplementasian dalam bentuk amal nyata. Akhlak pun bukan sekedar teori dan konsepsi, namun merupakan sebuah praktik dan amaliah yang teraplikasi secara kontinuitas dalam sikap, perilaku, dan kehidupan sehari-hari. Akhlak merupakan seperangkat aturan agama yang menjelaskan perbedaan antara baik dan buruk (Aceng Kosasih, dkk, 2012, hlm. 95).

Pendidikan akhlak tidak bisa dipisahkan dari pendidikan manusia. Ada sebuah keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan antara pendidikan akhlak dan pendidikan lainnya. Pendidikan akhlak justru diarahkan untuk mencapai manusia seutuhnya, atau dalam Islam disebut martabat Insān Kamīl (manusia sempurna).

Insān Kamīl adalah hamba Allah yang mengamalkan Islam kaffah (total) secara maksimal, yakni memenuhi perintah Allah udkhulū fi al-silmi kāffah. Menurut KH. Muh. Munawwar Affandi, memasuki Islam secara kāffah adalah dengan meng-Islamkan ke-4 unsur manusia, yakni: raga, hati, roh, dan rasa (Aceng Kosasih, dkk, 2012, hlm. 105).

Upaya untuk mencapai martabat Insān Kamīl tidaklah mudah. Selain dari iman yang kuat dan syariat yang selalu diaplikasikan, untuk mencapai martabat

Insān Kamīl perlu sebuah metode melalui riyāḍoh (berlatih terus-menerus) menundukkan nafsu dan syahwat. Nabi SAW menyebutnya jihad akbar, yakni perang untuk mengalahkan nafsu sendiri hingga tunduk dikendalikan oleh hati nurani (ketaatan mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya), jangan sampai dikendalikan oleh nafsu (Aceng Kosasih, dkk, 2012).

Jalaluddin Rakhmat (dalam Sukardi, 2000, hlm. 26) menungkapkan bahwa akhlak merupakan sebuah aturan yang berada pada dimensi batin. Ia mengutip perkataan Al-Ghazali bahwa akhlak tidak berkenaan dengan sifat-sifat lahiriah, tapi berada pada wilayah batiniah. Al-Ghazali membedakan khalq dan khuluq. Khalq adalah gambaran luar lahiriah kita yang dapat kita lihat oleh indra seperti tampan, cantik, gagah, dan sebagainya. Sementara itu khuluq (bentuk jamaknya:


(11)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

akhlāq) hanya dapat dilihat oleh mata batin kita yang oleh Al-Ghazali sebut bashirah. Jadi akhlak sebetulnya adalah gambaran batiniah kita. Dan ilmu yang mempelajari cara-cara mengatur perilaku secara batiniah yang tentu saja tercermin dari perilaku lahiriah adalah tasawuf.

Jalaluddin atau biasa disebut Kang Jalal juga menambahkan bahwa tasawuf juga diartikan sebagai cara untuk mencapai makrifat, untuk mencapai pengetahuan. Pengetahuan bukan hanya diperolah melalui pemikiran atau belajar di lingkungan formal saja, informal, atau non formal saja. Ada pengetahuan langsung yang diberikan oleh Allah. Pengetahuan ini hanya diberikan kepada orang-orang yang di pilih oleh Allah. Pengetahuan ini lumrah disebut sebagai ilmu laduni. Jadi ada ilmu khusus yang tidak diperoleh melalui pengamatan empiris, proses belajar atau penelitian. Allah mengajarkan tasawuf kepada kita melalui guru-guru tasawuf, tapi, kata para sufi, ada sejenis ilmu yang langsung diberikan oleh Allah. Ilmu itu sering disebut ilham atau isrāq. Isyrāq berarti iluminasi atau pencerahan. Dengan demikian, tasawuf adalah sebuah cara untuk mencapai kebenaran (Sukardi, 2000, hlm. 28).

Jadi, ilmu untuk mengelola jiwa yang kemudian tercermin dalam perilaku sehari-hari adalah tasawuf. Haidar Bagir (2005, hlm. 91) menjelaskan bahwa tasawuf bertujuan untuk menyucikan jiwa, sebagai mana dalam bukunya yang berjudul Buku Saku Tasawuf:

Pada dasarnya tasawuf adalah upaya para ahlinya untuk mengembangkan semacam disiplin (riyāḍah)-spiritual, psikologis, keilmuan, dan jasmaniah yang dipercayai mampu mendukung proses penyucian jiwa atau hati. Senada dengan itu, Ahmad Tafsir mengungkapkan bahwa tujuan tasawuf memang tidak akan dapat dipahami dan juga dijelaskan dengan persepsi apa pun, baik persepsi filosofis maupun persepsi lainnya. Tujuan tasawuf tidak akan dapat dipahami dan juga tidak dapat dijelaskan dengan cara apa pun. Tasawuf bukanlah sebuah teori mengenai sebuah kejadian. Tasawuf juga bukan meruapakan sebuah ilmu yang dilahirkan dari eksperimen. Hanya kearifan hati yang mampu memahami sebagian dari banyak seginya. Karena tasawuf merupakan pekerjaan hati, untuk memahami tujuan tasawuf, maka diperlukan suatu pengalaman ruhani yang tidak bergantung pada metode-metode indra atau pun pemikiran. Begitu


(12)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

seorang pencari memulai perjalanannya menuju kenyataan akhir, ia akan dibimbing oleh cahaya batin (Sukardi, 2000, hlm. 16).

Jika dilihat dari kedudukan, tujuan dan perannya, tasawuf menjadi sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan. Untuk mencapai Insān Kamīl atau manusia yang unggul dan berakhlak mulia, seseorang manusia harus mendapatkan pendidikan yang lengkap dari segala aspek. Ketiga unsur dalam pendidikan yaitu kognitif (intelektual), afektif (emosional) dan praktik harus terpenuhi. Dan tasawuf hadir sebagai ilmu untuk mengontrol hati (emosional), agar senantiasa mendekat pada Allah. Tidak cukup hanya kesadaran akan pentingnya berakhlak baik, namun perlu sentuhan emosional melalui latihan (riyāḍoh) agar kesadaran kognitif dapat terus terjaga sehingga melahirkan tingkah laku yang sesuai sebagai

Insān Kamīl (Bagir, 2005, hlm. 43).

Di era modern, manusia telah mengalamai dekadensi moral. Hal itu terjadi karena ideologi yang saat ini memegang peran penting di dunia adalah ideologi demokrasi liberal yang berasal dari Barat. Dengan runtuhnya Uni Soviet oleh Blok Barat, maka ideologi Demokrasi Liberal merasa tidak mempunyai tandingan. Kemudian melalui kekuasaan politik, Barat menyebar luaskan ideologi Demokrasi Liberal itu ke seluruh penjuru dunia melalui berbagai aspek. Kebudayaan, ekonomi, sosial, politik, termasuk ke ranah pendidikan (Karim, 2009, hlm. 18).

Samuel P. Huntington (2005, hlm. 96) menjelaskan bahwa ketika suatu kebudayaan baru telah mendominasi, maka kebudayaan awal akan terkikis. Masyarakat modern sangat jauh berbeda dengan masyarakat tradisional. Barat telah melebarkan sayapnya ke seluruh dunia. Dan ketika suatu kebudayaan mengalami modernisasi, baratlah yang membawanya ke arah itu.

Dengan dalih modernitas tersebut, Barat telah melakukan intervensi terhadap pendidikan di Indonesia. Banyak lembaga pendidikan di Indonesia yang menggunakan Barat sebagai acuan pokok tanpa melakukan filterisasi terlebih dahulu. Padahal Barat telah menegasikan prinsip nilai dalam pendidikannya. Konsekuensinya dapat kita rasakan sekarang. Contoh jelasnya adalah ketika pendidikan kita hanya diarahakan untuk menciptakan tenaga kerja yang siap menjadi robot tuntutan lapangan pekerjaan. Dimensi lain seperti akhlak dan moral


(13)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kurang mendapat perhatian. Akibatnya, masyarakat Indonesia telah mengalami pergeseran kebudayaan kearah yang semakin menjauhi dari nilai-nilai Islami. Simak bagaimana masyarakat Indonesia menanggapi kasus pornografi dan pornoaksi. Dengan dalih seni, moral, agama, kemanusiaan, dan berbagai disiplin ilmu, mereka melakukan pembenaran atas kejadian tersebut. Di samping itu, lihatlah kepribadian masyarakat Indonesia yang telah bergeser kearah individualis, kurang simpati, dan acuh terhadap sesamanya. Krisis multidimensi ini telah terjadi di berbagai ranah dan ruang di Indonesia (Karim, 2009, hlm. 20).

Pengaruh Barat pun telah masuk ke dunia pendidikan di Indonesia, tidak terkecuali pendidikan Islam. Harun Nasution mengingatkan, bahwa keresahan timbul selama ini karena konsep-konsep Barat yang didasarkan atas filsafat yang sekular dibawa melalui pendidikan modern ke dalam masyarakat agamis di Indonesia. Menurutnya sekularisme merupakan musuh terbesar dari agama (Aceng Kosasih, dkk, 2012, hlm. 179).

Sekulerisasi itu telah merubah mainset berpikir muslim dalam memandang Islam. Masyarakat muslim cenderung mendikotomikan antara ajaran agama dan dunia. Begitulah ungkapan Muhammad Iqbal. Menurutnya, seluruh ekspresi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin harus selalu berdimensi spiritual, sehingga perbuatannya dipimpin oleh motivasi luhur dan mulia, bukan oleh rencana eksploitasi ambisius atau napsu jahat yang serakah (Aceng Kosasih, dkk, 2012, hlm. 182).

Ahmad Tafsir mengkritik fenomena ini. Ia mengatakan jika hati dan akal manusia telah terpisahkan, maka pandangan hidup untuk mencapai manusia ideal tidak akan pernah terjawab. Kecenderungan kepada keduniaan akan membuat manusia diperbudak oleh alat buatannya sendiri. Dan pada akhirnya manusia seperti itu tidak akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan (Tafsir, 2010, hlm. 258).

Ungkapan Ahmad Tafsir ini sejalan dengan perkataan William James, seorang tokoh filsafat dan psikolog terkemuka, yang dikutip oleh Haidar Bagir (2005, hml. 30) menyebutkan bahwa manusia sebagai mahluk sosial, tidak akan menemukan kepuasan kecuali jika ia bersahabat dengan Kawan Yang Agung (The Great Socius).


(14)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Memang, era modern hampir mengalami keruntuhan. Hal itu ditandai dengan munculnya berbagai pandangan yang mengkritik terhadap fenomena modern. Ahmad Tafsir menyebut era itu dengan pascamodern. Ia mengungkapkan bahwa di zaman pascamodern ini lahirlah berbagai macam aliran filsafat yang bertujuan melakukan dekonstruksi terhadap filsafat modern (Tafsir, 2010, hlm. 257).

Senada dengan itu, Haidar Bagir mengatakan bahwa saat ini umat manusia telah mulai meninggalkan budaya modern. Manusia mulai merasakan kebutuhan yang besar akan spiritualisme. Bahkan menurutnya, kebutuhan spiritualisme di negara-negara maju lebih terasa daripada negara berkembang. Ia mencontohkan di Amerika Serikat, kebutuhan akan spritualisme telah dirasakan sekitar tahun 1960-an. Hal itu ditandai dengan maraknya budaya hippies yang membrontak budaya kemapanan disana. Kemudian sebuah majalah terkemuka di Amerika Serikat, Time, melaporkan hasil polling yang menyebutkan bahwa jumlah orang AS yang berdoa lebih banyak daripada yang berolah raga, pergi ke bioskop, atau pun melakukan seks. Dan contoh lain yang menarik yaitu ketika karya-karya Jalaluddin Rumi dicetak atau pun berbentuk digital, sangat diminati dan menjadi best seller. Hal ini menunjukkan kebutuhan yang semakin kuat terhadap spiritualisme dan kejenuhan mereka atas fenomena modern (Bagir, 2005, hlm. 24).

Karena kebutuhan akan hasrat spiritualisme yang tinggi itu, manusia modern mulai mencari berbagai alternatif. Buddhisme (Zen), Hinduisme, Yoga, menjadi sebagian dari alternatif manusia modern dalam mencari kepuasan akan dahaga spiritualnya (Bagir, 2005, hlm. 34). Namun bagaimana dengan masyarakat muslim?

Langkah yang benar bagi masyarakat muslim adalah mengembalikan tasawuf sebagai bagian dalam menjalankan ajaran Syariat Islam di kehidupan sehari-hari. Karena seperti dijelaskan di atas, tasawuf merupakan ilmu dalam mengelola hati dan jiwa agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah untuk mencapai derajat makrifat sebagai Insān Kamīl (Bagir, 2005, hlm. 32).

Syaikh Nawawi Al-Bantani mengungkapkan bahwa penguasaan ilmu lahiriah semata tanpa disertai penguasaan ilmu batin, akan mengakibatkan


(15)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

seseorang terjerumus dalam kefasikan. Begitu pula sebaliknya, seseorang berusaha menguasai ilmu batin semata tanpa disertaii ilmu lahir akan terjerumus ke dalam zindiq. Jadi keduanya tidak dapat dipisahkan dalam upaya pembinaan etika atau moral (Adab) (Adhen, 2013).

Persoalan berikutnya, hari ini tasawuf menjadi sebuah problematika yang diperbincangkan. Banyak pihak yang menuduh bahwa kehidupan sufi telah tereduksi kearah yang ekstrem. Pemujaan wali, promosi hidup miskin, kecaman terhadap keduniaan, spekulasi filosofis dan praktik kemabukan diri (sukr), oleh sebagian pihak dijadikan argumentasi penyebab kemunduran Islam selama delapan abad. Sebagian muslim itu menyebutkan bahwa tasawuf adalah bid‟ah (Bagir, 2005, hlm. 33).

Kemudian masalah kontroversial yang biasa dijadikan sebuah hujatan untuk tasawuf yaitu anggapan bahwa kaum sufi menyepelekan hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban syariat. Terjadi pendikotomian antara syarīah,

tharīqah, dan haqīqah. Banyak yang salah mengartikan sejarah atau ajaran kaum sufi, sehingga menyebabkan pemahaman yang keliru terhadap tasawuf (Bagir, 2005, hlm. 34).

Seperti artikel yang ditemukan karya „Abdul Aziz bin „Abdullah al -Husaini (al--Husaini, 2013) yang menyatakan bahwa ajaran tasawuf dapat merusak aqidah. Ia mengungkapkan beberapa hal bagian dari tasawuf yang membahayakan, yaitu:

1. Aqidah Islam menyatakan mahluknya dari Adam (tidak ada sebelumnya), bukan dati Dzat-Nya dan bahwa semesta alam ini bukan khaliq (pencipta). Sementara dalam kamus sufi, diyakini bahwa segala yang ada di alam ini merupakan perwujudan Dzat Allah dengan aqidahnya yang dikenal dengan wihdatul wujud, kesatuan wujud.

2. Dalam nash-nash Al-Qur‟an dan Hadits telah menyatakan bahwa Allah Azza wa Jalla berada diatas langit, bersemayam diatas Arsy dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Sementara dalam ilmu tasawuf diajarkan bahwa Allah berada dimana-mana.


(16)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Aqidah Islam menyatakan bahwa kenabian merupakan hak prerogatif Allah yang dianugerahkan kepada manusia yang Allah kehendaki. Sementara tokoh sufi memandang bahwa kenabian dapat diraih dengan usaha riyadhah.

4. Aqidah menyatakan bahwa para Rasul dan setiap muslim memiliki kewajiban menjalankan syariat. Allah memilih diantara mereka sebagai utusan-Nya. Sementara kaum sufi berpendapat bahwa sumber terciptanya mahluk lain adalah dari Nabi Muhammad (aqidan Nur Muhammad). Dan mereka memandang jika manusia telah mencapai derajat tertentu, maka tidak terkena kewajiban menjalankan syariat Islam.

5. Sumber hukum Islam hanya dua, Al-Qur‟an dan Hadits shahih, tidak ada ajaran ketiga atau seterusnya. Sufi memiliki sumber aqidah lain yang dikenal dengan kasyf dan faidh.

6. Aqidah Islam menjunjung tinggi tauhidullah dan datang untuk memberantas syirik. Sedangkan ajaran tasawuf sangat dekat dengan ajaran syirik dalam bentuk meminta kepada penghuni kubur, istighosah kepada orang-orang yang telah mati, pengagungan kubur, dan lain-lain.

7. Aqidah Islam menyatakan bahwa hanya Allah saja yang mengetahui alam gaib (QS Al-Naml [27]: 65). Sufi menyatakan bahwa syekh-syekh tarekat memiliki kemampuan melihat dan mengetahui alam gaib melalui kasyf. Dan mereka mengatakan bahwa ilmu tersebut dari Nabi Muhammad.

Ungkapan Al-Husaini itu perlu dikaji kembali. Karena seperti dijelaskan di pembukaan tulisan ini, peran tasawuf sangat urgen dalam membimbing hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Dari berbagai permasalahan di atas, ada beberapa solusi yang ditawarkan peneliti, yaitu:

1. Perlunya pemahaman yang benar mengenai tasawuf.

2. Mengetahui dan mengikuti guru (mursyīd) yang benar dalam menjalankan tasawuf.

3. Aplikasi ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari-hari melalui pendidikan. Menurut peneliti, banyak sekali hal yang harus dikuasai ketika hendak mengamalkan tasawuf. Namun dari berbagai hal itu, sebagai langkah awal,


(17)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

peneliti menitikberatkan tentang pemahaman tasawuf yang benar. Banyak hal yang perlu dipahami ketika seseorang ingin menjalankan ajaran tasawuf. Kita harus memahami konsepsi, sejarah, dan pengaplikasian tasawuf dari para guru dan ulama sufi yang benar-benar diakui kemurnian ajarannya.

Terdapat banyak tokoh ulama yang telah memberikan gambaran dan penjelasan mengenai ajaran tasawuf, namun pada kesempatan ini, peneliti membatasi hanya akan mengkaji Konsep Tasawuf menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani. Mempertimbangkan bahwasanya tokoh tersebut merupakan ulama besar dan produktif dalam menulis. Karya-karyanya telah menjadi rujukan di berbagai lembaga pendidikan Islam di dunia, khususnya di pesantren-pesantren di Indonesia. Karena keluasan ilmu dan pemahaman ajarannya, beliau mendapat gelar dari Syaikh Wan Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani (Abdullah, 2007) sebagai Imam Nawawi Ats-Tsāni yang artinya Imam Nawawi yang kedua. Beliau juga dijuluki sebagai Al-Ghazali modern, karena pemahaman tasawufnya yang mengomparasikan antara syariat dan haqiqat.

Di samping itu, terlepas dari Syaikh Nawawi Al-Bantani yang lebih dikenal sebagai ahli fiqih, beliau juga menaruh perhatian yang sangat besar terhadap bidang tasawuf. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kitab karyanya, di antaranya Salālim al-Fuḍāla dan Marāqiyul ‘Ubūdiyah sebagai rujukan utama, serta beberapa kitab lainnya.

Atas dasar itu, peneliti merasa penting untuk mengkaji pemikiran tokoh tersebut. Tujuannya untuk mendapatkan pemahaman dan mengetahui lebih dalam mengenai pemikiran tokoh tersebut dalam bidang tasawuf, baik dari latar belakang, pendidikan, atau pun kehidupannya. Dengan menelitinya, diharapkan kita bisa mengambil manfaat untuk diaplikasikan dalam kehidupan kita.

Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji dan meneliti secara ilmiah yang akan dituangkan ke dalam sebuah skripsi dengan judul “Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam di Persekolahan”.


(18)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu B. Identifikasi Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti merasa perlu untuk membatasi apa yang menjadi permasalahan. Secara umum masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Perubahan zaman yang telah memasuki era posmodern, dimana manusia

merasakan kebutuhan kembali kepada unsur spiritual.

2. Berkembangnya kembali berbagai ajaran spiritual dari berbagai agama dan kepercayaan, salah satunya tasawuf.

3. Banyaknya ajaran tasawuf dari berbagai faham, di antaranya ada beberapa yang tidak relevan dan menimbulkan kekhawatiran.

4. Ajaran tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani sebagai alternatif solutif bagi umat Islam hari ini.

5. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah yang harus dikuatkan dengan unsur-unsur tasawuf, khususnya ajaran tasawuf dari Syaikh Nawawi Al-Bantani.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam di Persekolahan”.

Dari rumusan masalah pokok di atas, peneliti menjabarkannya ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimana Biografi Syaikh Nawawi Al-Bantani?

2. Bagaimana Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani, khususnya yang berkaitan dengan syariat, tarekat, dan hakikat?

3. Bagaimana Implikasi Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani terhadap Pendidikan Agama Islam di Persekolahan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menemukan “Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam di Persekolahan”, secara spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(19)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 1. Untuk Mengetahui Biografi Syaikh Nawawi Al-Bantani.

2. Untuk Memahami Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani, khususnya yang berkaitan dengan syariat, tarekat, dan hakikat.

3. Untuk Menganalisa bagaimana Implikasi Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani terhadap Pendidikan Agama Islam di Persekolahan.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, peneliti berharap memperoleh manfaat baik bersifat teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi terhadap khazanāh keilmuan khususnya berkaitan dengan urgensi tasawuf dalam kehidupan muslim.

b. Memperluas dan memperdalam wawasan ilmu pengetahuan tentang tasawuf. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, penelitian ini sebagai acuan dalam memperluas wawasan dan pengalaman penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi pegangan dalam mengamalkan tasawuf.

b. Bagi UPI khususnya IPAI, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumbangan pemikiran serta dokumentasi tentang tasawuf dan Pendidikan Agama Islam.

c. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan, rujukan bagi setiap muslim dalam mengamalkan tasawuf di kehidupan sehari-hari. d. Peserta didik, dapat memberikan pelajaran untuk mengetahui betapa besar

urgensi tasawuf dalam kehidupan setiap muslim, sehingga mereka mulai menata hati untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah sejak dini.

e. Pemerintah, dapat memberikan peringatan untuk terus berupaya mementingkan tasawuf (manajemen hati) dalam Pendidikan Agama Islam. Dengan itu, diharapkan akan tercipta generasi yang memiliki hati yang baik dan bersih serta senantiasa mengingat Allah sehingga terimplementasi kepribadian yang shaleh dan akhlak yang baik, dengan harapan generasi penerus bangsa merupakan manusia yang tergolong Insān Kamīl.


(20)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu F. Struktur Organisasi Penulisan

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis mengklasifikasikan setiap bab, yang mana susunannya adalah sebagai berikut :

a. BAB I Pendahuluan yang meliputi, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan.

b. BAB II Kajian Pustaka, yang berisi landasan teori yang diambil dari berbagai referensi atau literatur, baik itu sumber primer ataupun sumber sekunder serta sumber yang mendukung kepada objek penelitian.

c. BAB III Metode Penelitian yang meliputi, metode penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

d. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang merupakan isi dari hasil penelitian yang mana dalam bab ini dijelaskan mengenai pokok pembahasan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

e. BAB V Kesimpulan dan saran, daftar pustaka, lampiran, dan daftar riwayat hidup.


(21)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah atau berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Hal itu dijelaskan oleh Sugiyono (2011, hlm. 12) bahwa metode ini disebut juga dengan metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.

Ditambahkan oleh Putra dan Lisnawati yang mengungkapkan bahwa desain penelitian kualitatif biasanya bersifat global, tidak terperinci, tidak pasti dan sangat fleksibel. Dengan demikian desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitian, oleh karena itu desain pada penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan terbuka (Putra & Lisnawati, 2012, hlm. 28).

B. Metode Penelitian

Menurut Alwasilah (2009, hlm. 149) metode penelitian merupakan alat atau cara untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sedangkan Arikunto (2010, hlm. 203) menerangkan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dengan demikian metode penelitian merupakan cara atau alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan menjawab serangkaian pertanyaan yang dirumuskan dalam rumusan masalah.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pemikiran Syaikh Nawawi Al-Bantani. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif, karena pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif.

Menurut Arikunto (2010, hlm. 151), studi deskriptif yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap penelitian. Hal tersebut selaras dengan Sukardi (2004, hlm. 14) yang mengungkapkan bahwa dalam peneltian ini, peneliti melakukan eksplorasi,


(22)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menggambarkan, dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan faktor yang digunakan untuk menghindari perbedaan interpretasi makna terhadap hal-hal yang bersifat esensial yang dapat menimbulkan kesalahan dalam mengartikan judul, maksud dari penelitian, di samping itu juga sebagai penjelas secara redaksional agar mudah dipahami dan diterima oleh akal sehingga tidak terjadi dikotomi antara judul dengan pembahasan dalam skripsi ini.

Sesuai dengan judul “Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam di Persekolahan”, maka batasan pengertiannya meliputi:

1. Konsep

Konsep berarti ide umum, pengertian, pemikiran, rancangan, rencana dasar (W, Sugiat, & Roni J, 2010, hlm. 350). Pada penelitian ini yaitu Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani.

2. Tasawuf

Tasawuf adalah ilmu dalam Islam yang mempelajari tentang hati atau disebut juga syari’ah bathiniah, dengan tujuan akhir menjadikan seorang muslim menjadi hamba yang muraqqabun (dekat dengan Allah) (Rizal, 2014, hlm. 13). Dalam hal ini, yang dikonsentrasikan oleh peneliti adalah konsep tasawufnya secara general.

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia (Pendais, 2006, hlm. 1).


(23)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu D. Instrumen Penelitian

Menurut Moleong (2000, hlm. 4), dalam penelitian kualitatif manusia atau peneliti sebagai alat atau instrumen. Kemudian Sugiyono (2011, hlm. 13) menambahkan bahwa peneliti sebagai alat instrumen harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

Dalam penelitian ini, peneliti menjadi instrumen utama penelitian. Oleh karena itu, peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana pengumpul data yang kemudian menginterpretasi data yang telah terkumpul.

E. Jenis dan Sumber Data

Data-data dalam penelitian ini berupa tekstual atau konsep-konsep. Karena penelitian ini, sebagaimana telah disebutkan di atas termasuk kedalam jenis studi literatur. Oleh karena itu, aspek-aspek yang peneliti analisis melingkupi definisi, konsep, pemikiran dan argumentasi yang terdapat dalam literatur yang relevan dengan pembahasan.

Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan studi kepustakaan. Menurut Sarwono (2006, hlm. 49), beberapa sumber kepustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti di antaranya abstrak hasil penelitian, indeks, review, jurnal, buku referensi. Sedangkan Purwanto (2007, hlm. 192) mengungkapkan bahwa data adalah keterangan mengenai variabel pada sejumlah objek.

Adapun untuk data-data yang disiapkan dalam penelitian ini adalah yang bersumber dari literatur atau menggunakan cara library research dengan tujuan untuk mengumpulkan data informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan.

1. Sumber data primer

Dalam proses penelitian, peneliti menggunakan sumber primer. Sugiyono (2011, hlm. 308) menjelaskan sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer pada penelitian ini merupakan data yang memuat tentang konsep tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani, yaitu Kitab Salālim al-Fuḍalā, Marāqiy al-‘Ubūdiyah, dan Riyaḍ al-Badī’ah.


(24)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Sumber data sekunder

Kemudian peneliti juga menggunakan beberapa sumber sekunder. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 308), sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul, bisa lewat orang lain atau dokumen yang ditulis oleh orang lain. Dalam penelitian ini sumber sekunder merupakan buku-buku penunjang yang berhubungan dengan persoalan yang dibahas. Data sekunder ini berfungsi sebagai pelengkap data primer yang digunakan dalam penelitian ini. Sumber data sekunder yang digunakan peneliti, yaitu:

a. Sayyid Ulama Hijjaz, Biografi Syaikh Nawawi Al-Bantani karya Samsul Munir Amin.

b. Terjemah Maroqil ‘Ubudiyah karya Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi yang diterjemahkan oleh Zaid Husein Al-Hamid.

c. Sulamut Taufiq Berikut Penjelasannya karya Syaekh Nawawi Banten yang diterjemahkan oleh K.H. Moch. Anwar dan H. Anwar Abubakar, Lc.

d. Fiqih Islam & Tasawuf Terjemah Riyāḍul Badī’ah karya Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi yang diterjemahkan oleh Achmad Sunarto.

e. Terjemah Nashaihul Ibad karya Matan Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Syarah Muhammad Nawawi bin Umar yang diterjemahkan oleh Drs. I. Solihin.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2011, hlm. 308) memaparkan bahwa dalam teknik pengumpulan data dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Hal itu menunjukkan bahwa dalam pengumpulan data penelitian ini, segala hal yang menyangkut kajian penelitian yang memiliki hubungan akan dijadikan data untuk melengkapi penelitian.

Kemudian teknik penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu studi literatur, dengan cara meneliti dan memahami buku-buku, dokumen atau sumber tertulis lainnya yang relevan dan mendukung pemikiran Syaikh Nawawi Albantani.

Arikunto (2010, hlm. 201) menjelaskan bahwa dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Sukardi (2004, hlm. 34)


(25)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

melanjutkan dengan memaparkan mengenai macam-macam dokumen atau sumber literatur yang di antaranya adalah, jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah yang belum dipublikasi, narasumber, suart-surat keputusan dan sebagainya.

Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah library research atau penelitian kepustakaan. Menurut Mardalis (Mardalis, Metode Penelitian, 1999, hlm. 28), penelitian kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat diruangan perpustakaan, seperti buku-buku, majalah, dokumen, catatan dan kisah-kisah sejarah dan lain-lain. Ungkapan itu ditambahkan oleh Arikunto (2010, hlm. 16) bahwa hasil dari penelitian ini akan membuat kesimpulan tentang gaya bahasa buku, kecenderungan isi buku, tata tulis, layout, ilustrasi dan sebagainya.

Oleh karena itu peneliti melakukan proses pengumpulan data berupa dokumen atau buku-buku, peneliti mengumpulkan beberapa karya Syaikh Nawawi Al-Bantani dan mengumpulkan beberapa buku penunjang dari berbagai tempat, yaitu perpustakaan UPI, Perpustakaan IPAI UPI, Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, serta toko-toko buku. Sedangkan setting tempat teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu dengan cara mencari data yang berkaitan dengan pembahasan.

G. Metode Analisis Data

Setelah melakukan proses pengumpulan data maka peneliti melakukan tahapan selanjutnya yaitu analisis data. Karena banyaknya data yang terkumpul di lapangan, peneliti mengambil beberapa tahapan dalam menganalisis sebagai berikut.

1. Reduksi Data

Menurut Moleong (2000, hlm. 103), analisis data dengan cara mereduksi data merupakan proses mengorganisasikan data, proses mengatur urutan data. Sugiyono (2012, hlm. 153) menambahkan bahwa mereduksi data berarti


(26)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan dicari tema dan polanya.

2. Penyajian Data

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 321), data yang telah diorganisasikan akan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Penyajian data merupakan bentuk peletakan dari hasil mereduksi data.

3. Verification

Verification merupakan bentuk penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal bersifat sementara, akan berubah bila tidak ada bukti-bukti yang valid dan konsisten, dan akan ditemukan kesimpulan baru sesuai temuan bukti. Dengan demikian, kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2012, hlm. 336).

H. Prosedur Penelitian

Pada Bagian ini diuraikan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun dalam tatanan praktisnya, penulis membagai tahapan ini kedalam tiga tahapan, yaitu tahapan persiapan, penelitian, dan penulisan laporan penelitian

1. Persiapan Penelitian

Tahapan ini memaparkan tahapan awal yang dilakukan oleh penulis. Pada tahapan ini ada beberapa langkah yang dilakukan oleh penulis, di antaranya :

a. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahapan ini merupakan langkah awal penulis dalam melakukan penelitian. Pada tahapan ini, penulis mengajukan rancangan tema penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam (IPAI), Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Hal ini merupakan salah satu prosedur baku yang harus ditempuh sebelum memasuki proses penelitian. Adapun tema yang pertama kali diangkat oleh penulis adalah tentang Konsep Pendidikan Tasawuf (Studi Literatur PemikiranSyaikh Nawawi Al-Bantani). Namun pada prosesnya, judul ini


(27)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mengalami perubahan, yang mana judul ini dirubah menjadi Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam di Persekolahan, yang kemudian penulis menyusun suatu rancangan penelitian dalam bentuk proposal.

b. Penyusunan Rancangan Penelitian

Pada dasarnya rancangan penelitian yang berbentuk proposal ini, berisi tentang kerangka dasar yang menjadi acuan bagian penulis dalam melaksanakan penelitian dan melakukan laporan penelitian. Di dalam proposal penelitian terdapat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, organisasi penulisan dan daftar pustaka.

Proposal yang sudah selesai selanjutnya diajukan kepada TPPS untuk kemudian disetujui. Setelah diajukan dan disetujui proposal, kemudian mendapatkan beberapa masukan dari dosen di antaranya Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag. dan Dr. H. Fahrudin, M.Ag. yang mana masukan tersebut untuk melengkapi penilitian dengan memasukan hubungannya dengan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, sehingga judunya menjadi Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam Dipersekolahan.

Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya keluarlah Surat Keputusan (SK) penunjukan dosen pembimbing oleh Ketua Jurusan dan TPPS yang dikeluarkan pada tanggal 13 Agustus 2014 , untuk pembimbing yang dimaksudkan adalah Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag. dan Dr. H. Fahrudin, M.Ag.

c. Konsultasi (Bimbingan)

Untuk kesempurnaan penulisan skripsi, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing yang telah disebutkan di atas yaitu oleh Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag. sebagai pembimbing I dan Dr. H. Fahrudin, M.Ag. sebagai pembimbing II. Proses bimbingan dilaksanakan melalui kesepakatan bersama antara dosen pembimbing dan penulis. Kesepakatan ini berupa penentuan jadwal agar bimbingan dapat terlaksana dengan baik. Penentuan jadwal ini dibagi sesuai dengan jumlah mahasiswa yang dibimbing oleh dosen pembimbing yang sama.


(28)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Bimbingan secara rutin terlaksana dengan baik setiap bimbingan dilakukan di kampus. Setiap hasil penelitian dan penulisan yang telah penulis sesuaikan diajukan pada saat melakukan bimbingan untuk mendapat masukan dan saran dari dosen pembimbing. Setiap saran dan masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing dicatat dalam lembar bimbingan. Secara umum bimbingan terhadap skripsi ini dilakukan secara bertahap atau per-bab. Untuk kemudian dilakukan revisi jika memang masih terdapat kekurangan atau langsung dilanjutkan pada bab berikutnya, sesuai dengan saran dari dosen pembimbing.

2. Pelaksanaan penelitian

Dalam melaksanakan proses pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode yang penulis gunakan yaitu metode deksriptif. Untuk mempermudah proses penelitian, penulis menggunakan tahapan-tahapan sebagaimana yang diungkapkan di atas di antaranya:

a. Pengumpulan Sumber

Pengumpulan data atau sumber dilakukan untuk mempermudah dalam proses analisis. Jauh sebelum ada surat keputusan penelitian, peneliti sudah berusaha mencari sumber data yang berkaitan dengan objek penelitian. Dalam skripsi ini penulis mengambil topik tentang tasawuf, yang kemudian lebih difokuskan pada pendidikan tasawuf menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani. Setelah mendapatkan topik penelitian, tahap berikutnya adalah mengumpulkan sumber data. Tahapan ini merupakan proses pengumpulan sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang telah dikaji.

Untuk melakukan tahapan ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber yang dianggap relevan dengan objek penelitian. Kemudian teknik penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu studi literatur, maka sumber yang digunakan adalah berbentuk tulisan, baik itu berupa buku, kamus, karya ilmiah, serta bahan yang penulis temukan dari internet. Kegiatan yang penulis lakukan adalah mendatangi perpustakaan UPI, Sanggar Baca Baitul Hikmah, Perpustakaan UIN SGD Bandung, toko buku Palasari, toko buku Gramedia dan toko buku lainnya yang penulis kunjungi serta tak lupa penulis mengambil data dari sumber internet.


(29)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Setelah penulis mendapatkan sumber-seumber buku ataupun karya tulis ilmiah, penulis membagi sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun untuk sumber data primernya adalah kitab karya Syaikh Nawawi Al-Bantani tentang tasawuf, yaitu Salālim al-Fuḍalā, Sulam, Riyaḍ al-Badī’ah, Marāqiy al-‘Ubūdiyah, Sedangkan sumber data sekunder di antaranya adalah Sayyid Ulama Hijjaz, Biografi Syaikh Nawawi Al-Bantani karya Samsul Munir Amin, Terjemah Maroqil ‘Ubudiyah karya Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi yang diterjemahkan oleh Zaid Husein Al-Hamid, Sulamut Taufiq Berikut Penjelasannya karya Syaekh Nawawi Banten yang diterjemahkan oleh K.H. Moch. Anwar dan H. Anwar Abubakar, Lc., Fiqih Islam & Tasawuf Terjemah Riyadhul Badi’ah karya Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi yang diterjemahkan oleh Achmad Sunarto, Terjemah Nashaihul Ibad karya Matan Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Syarah Muhammad Nawawi bin Umar yang diterjemahkan oleh Drs. I. Solihin.

b. Membatasi dan Merumuskan Masalah yang Akan Diteliti

Dalam tahapan ini peneliti bermaksud untuk memfokuskan objek penelitian yang hendak diteliti. Dari sekian banyak intelektual muslim dalam bidang tasawuf, peneliti memilih pemikiran Syaikh Nawawi Al-Bantani sebagai bahasan penelitian.

Syaikh Nawawi Al-Bantani merupakan intelektual muslim yang sangat produktif. Karya-karyanya tersebar dari berbagai bidang keilmuan Islam. Namun peneliti hanya memfokuskan pada pemikirannya dibidang tasawuf saja. Bidang yang lainnya hanya dijadikan penunjang dari bidang tasawuf. (Lihat BAB I Rumusan Masalah)

c. Menentukan Tujuan dan Manfaat Penelitian

Perihal tujuan umum peneliti bermaksud untuk mengetahui konsep pendidikan tasawuf menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani. Selanjutnya manfaat umumnya adalah dari hasil penelitian ini, mampu menjadi bahan untuk menumbuhkan tasawuf dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di persekolahan . (lihat BAB I Tujuan dan Manfaat Penelitian)


(30)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu d. Interpretasi dan Penulisan

Menurut Alwasilah (2009 hlm. 171), interpretasi merupakan proses menafsirkan data. Dalam tahapan ini digunakan konstruksi etik yaitu pandangan atau perspektif peneliti. Interpretasi dilakukan dengan tujuan mengungkapkan makna yang terkandung dalam data yang kemudian akan dituliskan dalam laporan hasil penelitian berdasarkan pedoman karya tulis ilmiah UPI tahun 2014.

e. Laporan penelitian

Bagian ini merupakan tahapan terakhir dalam suatu penelitian. Hasil dari penelitian kemudian disusun secara terstruktur dan sistematis menjadi suatu karya ilmah berbentuk skripsi. Adapun sistematika yang digunakan adalah sebagaimana tercantum dalam Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2014.


(31)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab IV, berikut akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang dapat diambil mengenai konsep tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani dan implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam di persekolahan.

Peneliti meneliti berbagai karya Syaikh Nawawi Al-Bantani yang berkaitan dengan tasawuf yaitu Salālim al-Fuḍalā, Marāqiy al-‘Ubūdiyah, dan Riyaḍ al-Badī’ah serta kitab-kitab lainnya, sampai mendapatkan kesimpulan bahwa inti dari konsep tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani adalah kesatuan dan keterkaitan antara syariat, tarekat dan hakikat. Ketiga unsur ini tidak bisa dipisahkan. Jika salah satu dari unsur ini tidak ada, maka seorang sālik tidak akan pernah sampai menuju Allah.

Langkah pertama yang harus dilakukan sālik adalah syariat. Maksud syariat menurut Syaikh Nawawi adalah mematuhi berbagai hukum dan aturan dari Allah yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits berbentuk wajib, sunah, mubah, makruh dan haram.

Kemudian seorang sālik harus melalui fase tarekat, yaitu memperdalam pelaksanaan syariat melalui amalan-amalan sunnah dan menghindari perilaku makruh dan mubah, serta dengan merutinkan amalan-amalan khusus dan dzikir (riyāḍah). Dalam menjalani fase tarekat ini, Nawawi mengharuskan kepada sālik agar mengikuti seorang guru (mursyīd). Syaikh Nawawi membebaskan sālik untuk memilih mursyīd dan tarekat apa pun, selama tidak bertentangan dengan syariat.

Setelah melalui syariat dan tarekat, maka sālik akan menemukan hakikat. Menurut Syaikh Nawawi, orang yang sampai kepada hakikat akan memahami dengan mendalam hakikat segala sesuatu seperti menyaksikan nama-nama dan sifat-sifat Allah, menyaksikan Dzat dan rahasia-rahasia Al-Quran, rahasia-rahasia larangan, kebolehan dan ilmu- ilmu gaib.


(32)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Integrasi antara syariat, tarekat dan hakikat dalam konsep tasawuf Syaikh Nawawi diturunkan ke dalam sembilan wasiatnya untuk menempuh jalan wali. Wasiat tersebut yaitu:

1. Taubat

2. Qana’ah

3. Zuhud

4. Mempelajari ilmu syariat 5. Menjaga sunnah-sunnah 6. Tawakal

7. Ikhlas 8. Uzlah

9. Memperhatikan waktu

Konsep tasawuf Syaikh Nawawi ini berimplikasi terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI) di persekolahan, baik secara filosofis, pedagogis teoritis, maupun secara praktis.

Secara filosofis, hakikat Pendidikan Agama Islam adalah pembentukan akhlak. Baik buruknya akhlak seseorang berasal dari hatinya. Jika hatinya baik, maka akhlak yang ditimbulkan akan baik. Sebaliknya, jika hatinya buruk maka akhlaknya pun akan buruk. Ilmu yang secara khusus mengkaji akhlak adalah ilmu tasawuf. Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, dan itu sejalan dengan tujuan Pendidikan Islam yaitu membentuk Insān Kamīl.

Implikasi secara pedagogis teoritis berkenaan dengan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam disebutkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi Al-Quran dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, serta Tarikh dan Kebudayaan Islam. Ruang lingkup ini merupakan turunan dari tiga aspek pokok dalam Islam yang ditekankan oleh Syaikh Nawawi dalam wasiatnya mengenai keharusan mempelajari ilmu syariat, yaitu aqidah, syari’ah, dan akhlak.

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam ini dispesifikasikan ke dalam materi yang harus disampaikan oleh guru. Materi tersebut termaktub dalam


(33)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Standar Kompetensi (SK). Dari ruang lingkup Pendidikan Agama Islam itu, komponen yang kental dengan unsur tasawuf yaitu akhlak. Namun menurut Nawawi, seluruh aspek pokok ini merupakan satu kesatuan dan harus dipelajari secara utuh.

Selain Standar Kompetensi, di dalam kurikulum juga terdapat Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar memuat aspek yang harus diterima oleh siswa yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari ketiga komponen ini, aspek afektif sangat kuat hubungannya dengan unsur tasawuf. Hal itu karena wilayah kajiannya yang sangat erat, yaitu mengenai emosi dan hati. Karena hakikat Pendidikan Agama Islam adalah pembentukan akhlak yang bersumber dari hati, maka asfek afektif harus selalu ada dalam setiap Kompetensi Dasar di setiap materi Pendidikan Agama Islam di persekolahan.

Adapun implikasi konsep tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani terhadap Pendidikan Agama Islam secara praktis yaitu mengenai peran penting guru dalam membimbing muridnya. Nawawi menyebutkan bahwa mendidik merupakan pekerjaan mulia, yaitu menempati derajat pewaris Nabi. Dan penting bagi guru agar melandasi niatnya secara ikhlas dalam mendidik. Bahkan keikhlasan itu harus bisa ditularkan kepada muridnya.

Syaikh Nawawi juga mengungkapkan beberapa metode dalam belajar, di antaranya adalah metode ketaladanan. Guru harus bisa memberikan contoh yang baik sehingga murid akan meneladani guru tersebut. Konsep keteladanan ini Nawawi contohkan dengan peran muryīd dalam tasawuf.

Kemudian Syaikh Nawawi juga menjelaskan mengenai metode tanya jawab. Nawawi mengungkapkan bahwa seorang murid harus bertanya kepada gurunya mengenai masalah yang tidak dimengerti. Hal itu untuk menghindari kekeliruan dalam memahami.

Metode lain yang disebutkan oleh Syaikh Nawawi yaitu metode pengulangan. Syaikh Nawawi menjelaskan kepada para pelajar agar mengulang-ulang bacaan (matan) sebelum mendalami konten secara dalam (syara).


(34)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang kiranya bisa dijadikan masukan untuk meningkatkan pemamahaman mengenai tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani dan implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam di persekolahan.

1. Pemerintah

a. Menyusun kurikulum Pendidikan Agama Islam yang lebih menekankan kepada pembentukan Akhlak;

b. Mengadakan pelatihan kepada guru agar memahami hakikat Pendidikan Agama Islam secara utuh.

2. Prodi IPAI

a. Peneliti merekomendasikan kepada Prodi IPAI agar mengembangkan penelitian mengenai tasawuf lebih sempurna, khususnya tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani.

3. Guru PAI

a. Menjadi tauladan dan ikhlas dalam mendidik;


(35)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Daftar Pustaka

Abdullah, W. M. (2007, November 7). Syekh Nawawi Al-Bantani. Retrieved Juni 10, 2014, from http:/ahlussunahwaljamaah.wordpress.com:

http:/ahlussunahwaljamaah.wordpress.com/manakib/syeikh-nawawi-al-bantani/

Adhen, A. (2013, Oktober 10). Perjalanan Syeikh Nawawi Al Bantani. Retrieved Juni 10, 2014, from Salafussholihin.blogspot.com:

http://salafussholihin.blogspot.com/2012/08/syeikh-nawawi-al-bantani.html

Afifudin, & Sabeni, B. A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.

al-Bantani, S. M. (2006). Salālim al-Fuḍalā (Tangga-Tangga Orang Mulia). Indonesia: Pustaka Mampir.

Al-Bantani, S. M. (2012). Sulamut Taufiq Berikut Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Al-Bantani, S. M. (n.d.). Qam ’ al-Ṭugyān ‘alā Manẓūmati Syu’bi al-mān. Semarang: Toha Putra.

Al-Bantani, S. M. (n.d.). Tanq h al-Qaul al-Haṡ ṡ f syar i libāb al- ad ṡ. Semarang: Maktabah wa Matba'ah Toha Putra.

Al-Bantani, S. N. (2012). Syu'bul Iman Penjelasan 77 Cabang Iman. (A. Al-Lampuniy, Trans.) Bandung: Cahaya Ilmu Bandung.

Al-Ghazali, A. H. (2004). Rahasia Ziir & Doa. Bandung: Penerbit Karisma. al-Husaini, '. '. (2013, Juli 26). Ajaran Tasawuf Merusak Aqidah. Retrieved Juni 3,

2014, from almanhaj.or.id:

http://almanhaj.or.id/content/3681/slash/0/ajaran-tasawuf-merusak-aqidah-islam/

Alim, M. (2011). Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

al-Jawi, a.-S. M.-N. (2010). Maroqil 'Ubudiyah Syarah Bidayah al-Hidayah. In Z. H. Al-Hamid, Terjemah Maroqil 'Ubudiyah (p. xv). Surabaya: Mutiara Ilmu.

Al-Jawi, S. M. (1867). Marāqiy al-‘Ubūdiyah. Jedah: Haramain.

al-Jawi, S. M. (2013). Fiqih Islam dan Tasawuf. Surabaya: Penerbit Mutiara Ilmu Surabaya.


(36)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Alwasilah, A. C. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Amad Saebani & Abdul Hamid. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setia. Amin, S. M. (2009). Sayyid Ulama Hijaz. Yogyakarta: Pustaka Pesantren

(Kelompok Penerbit LKis).

Amin, S. M. (2012). Ilmu Tasawuf. Jakarta: AMZAH Imprint Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Awaludin, R. (2014). Ujian Tengah Smester Prodi S2 Pendidikan Agama Islam Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 2014. Tasawuf, 12.

Aziz, A. (2009, Juli 13). Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam. Retrieved November 17, 2014, from Islamblogku.blogspot.com:

http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html

Bagir, H. (2005). Buku Saku Tasawuf. Bandung: Penerbit Arasy PT Mizan Pustaka.

Banten, S. I. (2012). Sulamut Taufiq Berikut Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Beni Ahmad Saebani, Abdul Hamid. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia.

Cahyati, C. (2014). Ujian Tengah Semester Ganjil Mata Kuliah Akhlak Tasawuf. Bandung: Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Daradjat, Z., & dkk. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hakim, A. (2013, Mei 15). Konsep Kesesatan menurut Syaikh Abdul Qadir

Al-Jilani. Retrieved Agustus 18, 2015, from inpasonline.com: http://inpasonline.com/new/konsep-kesesatan-syaih-abdul-qadir-al-jilani/ Huntington, S. P. (2005). Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik

Dunia. Yogyakarta: Penerbit Qalam.

Irsyadi, A. (2010). Naskah Fath Gafir Al-Khatiyyah ‘Ala Al-Kawakib Al-Jaliyyah Fi Nazm al-Jurumiyyah Karya Syaikh Nawawi Al-Bantani (1230-1314 H/ 1815-1897 M) Dirasat wa Tahqiq. Yogyakarta: Jurusan Ilmu-ilmu Bahasa Arab dan Tahqiq Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga .

Isa, S. '. (2010). Hakekat Tasawuf. Jakarta Timur: Qisthi Press.

Isma'il, I. b. (-). Ta'lim al-Muta'allim Thariq al-Ta'allum. Semarang : Pustaka Al-'Alawiyyah.


(37)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Karim, M. (2009). Pendidikan Kritis Transformatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Kartanegara, M. (2006). Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Penerbit Erlangga. Karzoun, A. A. (2003). Adab Pelajar Muslim. Jakarta: WAMY Jakarta.

Khoir, M. (2007). Rahasia Para Sufi. Yogyakarta: Sketsa.

Khusna, Z. F. (2012). Pendidikan Adab dan Kepribadian menurut Syekeh Muhammad bin 'Umar Al Nawawi Al Bantani dalam Kitab Maroqiy Al-'Ubudiyah. Salatiga: Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI STAIN Salatiga 2012.

Kosasih, A., Asyafah, A., Abdussalam, A., Firdaus, E., Syahidin, Rizal, A. S., et al. (2012). Pendidikan Agama Islam. Bandung: Value Press Bandung. Kurniawan, B. (2008). Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

PT Grasindo.

M. Solihin, Rosihon Anwar. (2011). Ilmu Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia. Majid, A. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan

Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Majid, A., & Andayanu, D. (2005). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maksum, A. (2003). Tasawuf sebagai Pembebasan Manusia Modern Telaah Signifikansi Konsep "Traisionalisme Islam" Sayyed Hosein Nasr. Surabaya: Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat (PSAPM) bekerjasama dengan Pustaka Belajar.

Marbawi, M. (2010). Motivasi dan Learning Cycle. Jakarta: UIN Syarif Hidayatulah.

Mardalis. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Meleong, L. J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Muhaimin, Suti'ah, & Ali, N. (2004). Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2013). Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasih, A. M., & Kholidah, L. N. (2009). Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama.


(1)

109

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang kiranya bisa dijadikan masukan untuk meningkatkan pemamahaman mengenai tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani dan implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam di persekolahan.

1. Pemerintah

a. Menyusun kurikulum Pendidikan Agama Islam yang lebih menekankan kepada pembentukan Akhlak;

b. Mengadakan pelatihan kepada guru agar memahami hakikat Pendidikan Agama Islam secara utuh.

2. Prodi IPAI

a. Peneliti merekomendasikan kepada Prodi IPAI agar mengembangkan penelitian mengenai tasawuf lebih sempurna, khususnya tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani.

3. Guru PAI

a. Menjadi tauladan dan ikhlas dalam mendidik;


(2)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Abdullah, W. M. (2007, November 7). Syekh Nawawi Al-Bantani. Retrieved Juni 10, 2014, from http:/ahlussunahwaljamaah.wordpress.com:

http:/ahlussunahwaljamaah.wordpress.com/manakib/syeikh-nawawi-al-bantani/

Adhen, A. (2013, Oktober 10). Perjalanan Syeikh Nawawi Al Bantani. Retrieved Juni 10, 2014, from Salafussholihin.blogspot.com:

http://salafussholihin.blogspot.com/2012/08/syeikh-nawawi-al-bantani.html

Afifudin, & Sabeni, B. A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.

al-Bantani, S. M. (2006). Salālim al-Fuḍalā (Tangga-Tangga Orang Mulia). Indonesia: Pustaka Mampir.

Al-Bantani, S. M. (2012). Sulamut Taufiq Berikut Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Al-Bantani, S. M. (n.d.). Qam ’ al-Ṭugyān ‘alā Manẓūmati Syu’bi al-mān. Semarang: Toha Putra.

Al-Bantani, S. M. (n.d.). Tanq h al-Qaul al-Haṡ ṡ f syar i libāb al- ad ṡ. Semarang: Maktabah wa Matba'ah Toha Putra.

Al-Bantani, S. N. (2012). Syu'bul Iman Penjelasan 77 Cabang Iman. (A. Al-Lampuniy, Trans.) Bandung: Cahaya Ilmu Bandung.

Al-Ghazali, A. H. (2004). Rahasia Ziir & Doa. Bandung: Penerbit Karisma. al-Husaini, '. '. (2013, Juli 26). Ajaran Tasawuf Merusak Aqidah. Retrieved Juni 3,

2014, from almanhaj.or.id:

http://almanhaj.or.id/content/3681/slash/0/ajaran-tasawuf-merusak-aqidah-islam/

Alim, M. (2011). Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

al-Jawi, a.-S. M.-N. (2010). Maroqil 'Ubudiyah Syarah Bidayah al-Hidayah. In Z. H. Al-Hamid, Terjemah Maroqil 'Ubudiyah (p. xv). Surabaya: Mutiara Ilmu.

Al-Jawi, S. M. (1867). Marāqiy al-‘Ubūdiyah. Jedah: Haramain.

al-Jawi, S. M. (2013). Fiqih Islam dan Tasawuf. Surabaya: Penerbit Mutiara Ilmu Surabaya.


(3)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Alwasilah, A. C. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Amad Saebani & Abdul Hamid. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setia. Amin, S. M. (2009). Sayyid Ulama Hijaz. Yogyakarta: Pustaka Pesantren

(Kelompok Penerbit LKis).

Amin, S. M. (2012). Ilmu Tasawuf. Jakarta: AMZAH Imprint Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Awaludin, R. (2014). Ujian Tengah Smester Prodi S2 Pendidikan Agama Islam Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 2014. Tasawuf, 12.

Aziz, A. (2009, Juli 13). Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam. Retrieved November 17, 2014, from Islamblogku.blogspot.com:

http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html

Bagir, H. (2005). Buku Saku Tasawuf. Bandung: Penerbit Arasy PT Mizan Pustaka.

Banten, S. I. (2012). Sulamut Taufiq Berikut Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Beni Ahmad Saebani, Abdul Hamid. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia.

Cahyati, C. (2014). Ujian Tengah Semester Ganjil Mata Kuliah Akhlak Tasawuf. Bandung: Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Daradjat, Z., & dkk. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hakim, A. (2013, Mei 15). Konsep Kesesatan menurut Syaikh Abdul Qadir

Al-Jilani. Retrieved Agustus 18, 2015, from inpasonline.com:

http://inpasonline.com/new/konsep-kesesatan-syaih-abdul-qadir-al-jilani/ Huntington, S. P. (2005). Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik

Dunia. Yogyakarta: Penerbit Qalam.

Irsyadi, A. (2010). Naskah Fath Gafir Al-Khatiyyah ‘Ala Al-Kawakib Al-Jaliyyah Fi Nazm al-Jurumiyyah Karya Syaikh Nawawi Al-Bantani (1230-1314 H/ 1815-1897 M) Dirasat wa Tahqiq. Yogyakarta: Jurusan Ilmu-ilmu Bahasa Arab dan Tahqiq Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga .

Isa, S. '. (2010). Hakekat Tasawuf. Jakarta Timur: Qisthi Press.

Isma'il, I. b. (-). Ta'lim al-Muta'allim Thariq al-Ta'allum. Semarang : Pustaka Al-'Alawiyyah.


(4)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Karim, M. (2009). Pendidikan Kritis Transformatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Kartanegara, M. (2006). Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Penerbit Erlangga. Karzoun, A. A. (2003). Adab Pelajar Muslim. Jakarta: WAMY Jakarta.

Khoir, M. (2007). Rahasia Para Sufi. Yogyakarta: Sketsa.

Khusna, Z. F. (2012). Pendidikan Adab dan Kepribadian menurut Syekeh Muhammad bin 'Umar Al Nawawi Al Bantani dalam Kitab Maroqiy Al-'Ubudiyah. Salatiga: Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI STAIN Salatiga 2012.

Kosasih, A., Asyafah, A., Abdussalam, A., Firdaus, E., Syahidin, Rizal, A. S., et al. (2012). Pendidikan Agama Islam. Bandung: Value Press Bandung. Kurniawan, B. (2008). Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

PT Grasindo.

M. Solihin, Rosihon Anwar. (2011). Ilmu Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia. Majid, A. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan

Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Majid, A., & Andayanu, D. (2005). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maksum, A. (2003). Tasawuf sebagai Pembebasan Manusia Modern Telaah Signifikansi Konsep "Traisionalisme Islam" Sayyed Hosein Nasr. Surabaya: Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat (PSAPM) bekerjasama dengan Pustaka Belajar.

Marbawi, M. (2010). Motivasi dan Learning Cycle. Jakarta: UIN Syarif Hidayatulah.

Mardalis. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Meleong, L. J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Muhaimin, Suti'ah, & Ali, N. (2004). Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2013). Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasih, A. M., & Kholidah, L. N. (2009). Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama.


(5)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Nasional, D. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Nata, A. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Kencana.

Nizar, S. (2008). Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pendais. (2006). SKKD KTSP 2006, Lampiran. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia.

Purwanto. (2007). Instrument Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Putra, N., & Lisnawati, S. (2012). Penelitian Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ramayulis. (2011). Sejarah Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Rifa'i, M. (1978). Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra . Rizal, A. S. (2014). Ujian Tengah Smester Genap Mata Kuliah Ahlaq Tasawuf

Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Pendidikan Indonesia Sekolah Pasca Sarjana 2014. Tasawuf, 13.

Rizal, A. S. (tt). Landasan Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: MKDU-FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Rosyidi. (2004). Dakwah Sufistik Kang Jalal. Jakarta: KPP Kelompok Paramadina bekerjasama dengan PT. Dian Rakyat.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shulfi, M. (2014, April 23). Mengenal Islam. Retrieved Agustus 18, 2015, from www.elhooda.net: http://elhooda.net/2014/04/inilah-pentingnya-menuntut-ilmu-dengan-berguru-dan-bersanad-dalam- islam/

Siregar, H. A. (2002). Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

SISDIKNAS. (2013, Maret 12). Dasar Hukum Pendidikan Agama Islam. Retrieved Februari 6, 2015, from Kemendikbud.com: www.kemendikbud.com

Subagyo, A. (1999). Studi Kelayakan : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) . Bandung: Alfabeta.


(6)

Muhammad Ridwan Hidayatulloh, 2015

KONSEP TASAWUF SYAIKH NAWAWI AL-BATANI D AN IMPLIKASINYA TERHAD AP PEND IDIKAN AGAMA ISLAM D I PERSEKOLAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2012). Metode Penlitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2000). Kuliah-kuliah Tasawuf. Bandung: Pustaka Hidayah.

Sukardi. (2009). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Quran. Bandung: Alfabeta.

Tafsir, A. (2010). Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tafsir, A. (2010). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. TN. (2009, 02 05). Pendapat Imam Al Ghazali tentang Pentingnya Mursyid.

Retrieved 08 18, 2015, from Sufi Muda:

http://sufimuda.net/2009/02/05/pendapat-imam-al-ghazali-tentang-pentingnya- mursyid/

'Ulwan, A. N. (1999). Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani. Utari, R. (2007). Taksonomi Bloom, Apa dan Bagaimana Menggunakannya?

Pusdiklat KNPK (p. 2). Jakarta: Widya Iswara Madya.

W, D., Sugiat, & Roni J. (2010). Kamus Saku Ilmiah Populer Edisi Lengkap. Jakarta: Gama Press.

Yusuf, S. (2006). Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.