PEMANFAATAN FENOMENA DALAM PEMBELAJARAN IPA SECARA INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR, TARMIDZI, 0808 119.

(1)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

PERNYATAAN ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Asumsi Penelitian... 7

G. Hipotesis Penelitian dan Asumsi Hipotesis ... 8

H. Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORETIS PENELITIAN A. Pembelajaran yang Memanfaatkan Fenomena ... 12

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 16

C. Pembelajaran Konvensional... 24

D. Penguasaan Konsep ... 25

E. Keterampilan Proses Sains ... 32


(2)

viii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode ... 46

B. Desain ... 46

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 49

D. Prosedur Penelitian ... 50

1. Tahap Persiapan... 50

2. Tahap Pelaksanaan ... 50

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 51

E. Instrumen Penelitian... 51

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 52

b. Soal Tes... 52

c. Lembar Observasi... 52

F. Analisis Instrumen ... 52

G. Teknik Pengumpulan Data ... 62

H. Teknik Pengolahan Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran yang Memanfaatkan Fenomena dalam Inkuiri Ditinjau Dari Aktivitas Guru dan Siswa ... 64

B. Penguasaan Konsep IPA ... 71

C. Perbandingan Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran yang Memanfaatkan Fenomena dalam Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional... 79

D. Keterampilan Proses Sains Siswa ... 80

E. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran yang Memanfaatkan Fenomena dalam Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional ... 90


(3)

ix

1. Penguasaan Konsep IPA ... 91

2. Keterampilan Proses Sains ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 116

B. Saran-saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada tingkat sekolah dasar adalah merupakan pondasi bagi pendidikan pada jenjang selanjutnya sehingga para pendidik di sekolah dasar memiliki tanggung jawab yang sangat besar bagi terlaksananya pembelajaran yang bermakna agar tercipta siswa-siswa yang dapat menguasai materi pelajaran di sekolah dasar secara menyeluruh.

Kenyataannya pada saat ini, pendidikan dasar justru menghadapi banyak sekali kendala untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa-siswanya. Banyak sekali faktor yang menjadi kendala terselenggaranya pembelajaran bermakna bagi siswa-siswa sekolah dasar, diantaranya adalah penguasaan ilmu guru yang masih minim dalam arti guru tidak terlalu menguasai materi pelajaran yang diajarkannya sehingga pembelajaran menjadi hanya satu arah dan membosankan karena siswa tidak diperkenankan untuk bertanya, cara guru menyampaikan materi yang membuat siswa merasa jenuh belajar serta tidak komunikatif (Armiza, 2007), sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai, kondisi sosial ekonomi siswa yang juga turut mempengaruhi, kurangnya referensi guru dan siswa tentang materi yang akan diajarkan dalam arti sumber bacaan yang minim, dan masih banyak lagi kendala yang dihadapi pendidikan dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bermakna. Akibat dari berbagai kendala tersebut adalah guru lebih banyak menggunakan metode konvensional


(5)

2 yaitu ceramah saja (pembelajaran berpusat pada guru) dalam setiap kegiatan pembelajarannya. Cara ini dikenal cukup efektif untuk mempersingkat waktu penyampaian materi dan juga untuk memudahkan guru karena tidak perlu merancang kegiatan aktif dan interaktif yang bersifat eksploratif sehingga membuat kebanyakan siswa sekolah dasar tidak terlalu menguasai konsep pelajaran dan lebih menekankan pada hafalan, rendahnya kemampuan proses sains siswa sekolah dasar karena siswa tidak pernah diajak berproses dalam mengkonstruksi ilmu, serta kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar terutama dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA).

Sebagai contoh temuan penulis selama menjadi pengajar di salah satu SMA di kota Bandung adalah masih banyaknya siswa yang dapat lulus sampai jenjang SMA yang ternyata tidak tahu cara mengkonversi satuan meter ke kilometer, masih adanya siswa SMA yang tidak tahu cara menjumlahkan dan mengalikan pecahan, dan masih banyak materi-materi lainnya yang tidak dikuasai siswa SMA padahal materi-materi tersebut telah diajarkan di sekolah dasar. Ada dua kemungkinan penyebab hal semacam ini. Pertama, siswa sebenarnya telah menguasai materi tersebut saat masih duduk di bangku sekolah dasar hanya saja sudah lupa ketika menginjak jenjang SMA. Kedua, siswa memang tidak menguasai materi tersebut sejak dari sekolah dasar. Baik asumsi pertama maupun asumsi kedua sama-sama membuktikan bahwa siswa tersebut tidak mengalami pembelajaran bermakna saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar.

Padahal sesuai dengan yang dicanangkan UNESCO (1996) yang dikutip oleh Poedjiadi (2007) bahwa pembelajaran baik formal maupun non formal


(6)

3 diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi pesertanya melalui “learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together”. Tampaknya kegiatan pembelajaran di sekolah dasar kita masih hanya sebatas learning to know saja yang berarti guru hanya sekadar mengajarkan siswa tentang suatu materi/ilmu (transfer of knowledge) tanpa melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan sendiri ilmu tersebut sehingga guru melaksanakan kegiatan pembelajaran hanya dengan metode ceramah saja. Semestinya guru melaksanakan pembelajaran dengan metode-metode yang merangsang siswa untuk dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Saat ini telah banyak sekali pendekatan, model, metode maupun strategi belajar yang merangsang siswa untuk dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Diantara pendekatan-pendekatan pembelajaran adalah pendekatan keterampilan proses, pendekatan lingkungan, pendekatan penyelesaian masalah, pendekatan interaktif, pendekatan nilai, pendekatan sains teknologi masyarakat, pendekatan inkuiri, dan lain sebagainya. Tetapi ada satu hal yang luput dari pemikiran kita bahwasanya perkembangan ilmu pengetahuan (sains) sendiri terjadi karena adanya keingintahuan seseorang tentang suatu peristiwa yang terjadi dalam alam (Poedjiadi, 2007). Peristiwa yang terjadi dalam alam ini sering kita sebut sebagai masalah padahal tidak setiap peristiwa alam menjadi masalah. Peristiwa alam yang terjadi yang kita alami dan kita rasakan sesungguhnya adalah merupakan sebuah fenomena.

Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan sejak manusia diciptakan, bahwasanya manusia mulai mencari-cari cara untuk mengetahui segala sesuatu


(7)

4 berdasarkan peristiwa di alam yang dirasakan, dilihat dan dialaminya lalu mulai mencari tahu dengan melakukan penelitian-penelitian sehingga pada akhirnya dihasilkanlah konsepsi-konsepsi yang kita sebut sebagai ilmu pengetahuan. Saat ini kita sering melupakan bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini berawal dari fenomena alam sehingga perlu kiranya kita mengembalikan pembelajaran terutama ilmu pengetahuan alam yang erat hubungannya dengan alam dan sekitarnya kembali ke peristiwa alam yang terjadi sehari-hari terutama yang dapat kita saksikan, rasakan dan alami kemudian dilanjutkan dengan kegiatan yang pernah dilakukan oleh para ilmuwan terdahulu yaitu melakukan penelitian (inkuiri) untuk menemukan sendiri konsepsi-konsepsi (teori-teori) ilmu pengetahuan alam.

Untuk mengembalikan pembelajaran ilmu pengetahuan alam kepada asal muasalnya yaitu dari peristiwa alam dan berproses dengan inkuiri, maka perlu kiranya kita memanfaatkan fenomena untuk mengarahkan siswa berinkuiri dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) di sekolah dasar yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa, keterampilan proses sains serta pada akhirnya dapat meningkatkan pula penguasaan konsep siswa sekolah dasar terhadap materi pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) sehingga pembelajaran IPA di sekolah dasar sendiri menjadi bermakna bagi siswa dan dapat melekat dalam benak siswa dalam jangka waktu yang lama. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Yusran (2003) yang menyatakan bahwa pembelajaran secara inkuiri dapat meningkatkan potensi intelektual siswa sebab diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan keteraturan hal-hal yang saling berhubungan


(8)

5 melalui kerangka pengamatan dan pengalamannya sendiri sehingga dapat memperpanjang proses ingatan siswa menjadi lebih lama.

Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang pemanfaatan fenomena dalam pembelajaran IPA secara inkuiri untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SD. Materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah materi tentang cahaya yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tetapi siswa seringkali mengalami kesulitan dalam memahami fenomena-fenomena yang berkaitan dengan cahaya.

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemanfaatan fenomena dalam pembelajaran IPA secara inkuiri terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SD, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Fenomena dalam Pembelajaran IPA secara Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SD”. Tesis ini memaparkan hasil-hasil yang diperoleh dari proses penelitian tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dan agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka perlu dirumuskan apa yang menjadi permasalahannya. Rumusan masalah secara umum adalah : "Bagaimana perbandingan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SD antara yang mendapatkan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan


(9)

6 fenomena dengan yang mendapatkan pembelajaran IPA secara konvensional?". Selanjutnya untuk menentukan langkah-langkah penelitian, permasalahan di atas diuraikan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dalam pengajaran konsep IPA di sekolah dasar? 2. Apakah penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dibanding penggunaan pembelajaran IPA secara konvensional?

3. Apakah penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains dibanding penggunaan pembelajaran IPA secara konvensional?

C. Batasan Masalah

Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Pelajaran IPA dalam penelitian ini dibatasi pada materi cahaya yang dipelajari di kelas V sekolah dasar.

2. Dalam pelaksanaannya pembelajaran secara inkuiri dimaksudkan secara inkuiri terbimbing.


(10)

7

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan studi penggunaan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena untuk melihat potensinya dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa sekolah dasar.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang potensi pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa yang nantinya diharapkan dapat memperkaya hasil-hasil penelitian dalam kajian sejenis dan dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti guru, praktisi pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan, peneliti, dan sebagainya.

F. Asumsi Penelitian

Asumsi (anggapan dasar) yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dengan rumusan:

1. Tidak terdapat perbedaan waktu belajar siswa antara kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dengan kelas kontrol yang melaksanakan pembelajaran IPA secara konvensional baik di sekolah maupun di rumah.


(11)

8 2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan guru dalam mengajar antara kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dengan kelas kontrol yang melaksanakan pembelajaran IPA secara konvensional.

3. Tidak terdapat perbedaan sarana serta prasarana antara kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dengan kelas kontrol yang melaksanakan pembelajaran IPA secara konvensional.

G. Hipotesis Penelitian dan Asumsi Hipotesis

Berdasarkan rumusan penelitian serta asumsi yang dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :

Ha1 : Penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa SD dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional (µa1 > µa2).

Ha2 : Penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional (µb1 > µb2).


(12)

9 Asumsi (anggapan dasar) hipotesis ini adalah hasil kajian teoretis dan hasil-hasil penelitian terdahulu dengan rumusan:

1. Pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dapat memicu motivasi dan memfokuskan siswa dalam mengikuti pembelajaran (Yunansah, 2009). 2. Pengamatan fenomena merupakan alternatif baru yang menyenangkan

dalam pembelajaran dan dapat memicu keterlibatan siswa secara aktif untuk mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam situasi pembelajaran yang baru. 3. Proses-proses dan prosedur inkuiri yang dilakukan dalam pembelajaran IPA

dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuan sainsnya dan melatih keterampilan proses sains siswa.

H. Definisi Operasional

Beberapa istilah perlu didefinisikan dalam penelitian ini untuk memperoleh gambaran yang jelas dan tepat, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan yang berkaitan dengan variabel yang diteliti:

1. Pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena didefinisikan sebagai pembelajaran yang didahului dengan penyajian fenomena sebagai wahana untuk mengidentifikasi gagasan besar konsep-konsep IPA (fisika) dan penerapannya, sehingga konsep-konsep itu tampak utuh dan jelas. Langkah-langkah pembelajaran yang memanfaatkan fenomena yang digunakan dalam pembelajaran ini secara singkat adalah: (1) mengorientasi siswa pada pengamatan fenomena; (2) membimbing siswa untuk melakukan hipotesis (dugaan-dugaan) tentang fenomena yang dirasakan dan/atau dialami; (3) membimbing penyelidikan


(13)

10 individu atau kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil penyelidikan; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi penjelasan fenomena. Keterlaksanaan pembelajaran diamati melalui observasi dan rekam video yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran.

2. Pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai pembelajaran yang didominasi oleh guru (teacher centre) dan biasanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Guru lebih banyak berperan dalam hal menerangkan materi pelajaran, memberi contoh-contoh penyelesaian soal, serta menjawab semua permasalahan yang diajukan siswa.

3. Penguasaan konsep didefinisikan sebagai ukuran sejauh mana siswa dapat mengetahui dan memahami konsep-konsep yang ada dalam pelajaran IPA serta dapat mengaplikasikannya dalam kehdupan sehari-hari. Untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa digunakanlah tes kemampuan kognitif yang mencakup indikator C1 (menghafal), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), dan C5 (mengevaluasi). Penguasaan konsep IPA siswa diukur dengan tes berbentuk pilihan ganda.

4. Keterampilan Proses Sains Siswa didefinisikan sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa agar dapat menemukan sendiri serta merekonstruksi pengetahuannya dengan melakukan berbagai penelitian/penyelidikan. Keterampilan-keterampilan mendasar itu antara lain adalah kemampuan atau keterampilan mengobservasi atau mengamati, termasuk di dalamnya menghitung,


(14)

11 mengukur, mengklasifikasikan/mengelompokkan, dan mencari hubungan ruang/waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menginterpretasikan data, menyusun kesimpulan sementara (inferensi), meramalkan (memprediksi), menerapkan (mengaplikasi), dan mengkomunikasikan (Semiawan, 1992 dalam Subagyo, 2006). Dalam penelitian ini aspek-aspek keterampilan proses sains yang diukur adalah mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan, merencanakan percobaan, mengelompokkan, menyimpulkan dan menerapkan konsep. Peningkatan keterampilan proses sains siswa diukur dengan menggunakan tes KPS berbentuk pilihan ganda.


(15)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan adanya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Metode ini dilakukan melalui penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena pada kelas eksperimen yang dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol dengan membandingkan gain yang telah dinormalisasi antar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matching Pretest-Posttest Control Group Design (Syaodih, 2005). Penelitian diawali dengan pemilihan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian diberikan tes awal untuk masing-masing kelompok. Selanjutnya kedua kelompok diberikan perlakuan yang berbeda, dan diakhiri dengan pemberian tes akhir terhadap kedua kelompok tersebut. Secara sederhana, desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.


(16)

47 Tabel 3.1. Desain penelitian

Kelas Tes Awal Tindakan Tes Akhir

Eksperimen O X O

Kontrol O Y O

Keterangan:

X = Pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena. Y = Pembelajaran konvensional.

O = Tes awal dan tes akhir untuk mengukur penguasaan konsep dan keterampilan proses sains.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Studi literatur:

teori-teori belajar, pembelajaran yang memanfaatkan fenomena, model pembelajaran inkuiri, pembelajaran konvensional, penguasaan konsep dan keterampilan proses sains, materi


(17)

48

Gambar 3.1. Diagram Alur Proses Penelitian C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Identifikasi Masalah

Konstruksi Perangkat Pembelajaran yang memanfaatkan fenomena secara

inkuiri (RPP, LKS)

Pengembangan Instrumen: 1. Soal tes penguasaan konsep dan

keterampilan proses sains siswa 2. Pedoman observasi

Judgement, Uji coba, Revisi tes

Tes Awal Kelompok

Eksperimen

Kelompok Kontrol

Pembelajaran Konvensional Tes

Akhir Pembelajaran

IPA yang memanfaatkan

Fenomena secara Inkuiri Observasi

Keterlaksanaan Pembelajaran

Pengolahan dan Analisis Data


(18)

49 Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jamika 1 yang berada di Jalan Pagarsih Gang Pak Oyon Kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Jamika 1 kota Bandung pada dua kelas. Kelas yang pertama menerapkan pembelajaran secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri dan kelas yang kedua menerapkan pembelajaran secara konvensional. Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan berdasarkan kemiripan karakter siswa, baik dari segi prestasi maupun kesamaan jumlah siswa pada kelas tersebut yang terdiri dari 30 siswa pada masing-masing kelas.

Siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Untuk menentukan tingkat klasifikasi siswa, didapatkan dari informasi guru yang bersangkutan yang diambil dari nilai ulangan harian siswa. Berikut adalah deskripsi siswa pada kedua kelas berdasarkan klasifikasi tingkat kemampuan siswa.

Tabel 3.2 Klasifikasi Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Tingkat Klasifikasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Kemampuan Rendah 7 siswa 7 siswa

Kemampuan Sedang 16 siswa 16 siswa

Kemampuan Tinggi 7 siswa 7 siswa

Jumlah siswa 30 siswa 30 siswa


(19)

50 Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) Pengolahan dan analisis data. Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusunan perangkat pembelajaran serta pengembangan instrumen penelitian. Untuk menyusun perangkat pembelajaran maka beberapa hal perlu diperhatikan antara lain, materi pelajaran yang akan dikaji, serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Oleh karena itu dilakukan studi literatur tentang :

a. Tujuan pembelajaran dan analisis konsep cahaya.

b. Analisis terhadap indikator penguasaan konsep dan keterampilan proses sains dikaitkan dengan tujuan pembelajaran.

c. Analisis terhadap pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri guna menentukan langkah-langkah pembelajaran.

Sedangkan pengembangan instrumen meliputi : penyusunan instrumen, penimbangan instrumen penelitian oleh pakar, uji coba instrumen, dan revisi instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan implementasi pembelajaran, beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

a. Pemberian tes awal untuk mengetahui penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa sebelum mengikuti pembelajaran.


(20)

51 b. Implementasi pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri pada kelas eksperimen, sementara pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding dilakukan pembelajaran konvensional.

c. Observasi terhadap penggunaan materi cahaya dengan menggunakan pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri.

d. Pemberian tes akhir untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa setelah mengikuti pembelajaran.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menskor tes awal dan tes akhir data penguasaan konsep. 2. Menskor tes awal dan tes akhir data keterampilan proses sains.

3. Menghitung gain data penguasaan konsep dan keterampilan proses sains. 4. Mengolah data penguasaan konsep dan keterampilan proses sains.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari satuan rencana pelaksanaan pembelajaran, soal tes, dan lembaran observasi.


(21)

52 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun berdasarkan pedoman kurikulum dan disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator materi pembelajaran dan waktu yang tersedia.

b. Soal Tes

Tes digunakan untuk mengukur penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa, sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Tes yang akan digunakan berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan.

c. Lembar observasi

Observasi dilakukan untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri. Tujuannya adalah apakah pembelajaran dapat dilaksanakan oleh guru dan siswa sesuai dengan batasan-batasan yang telah digariskan.

F. Analisis Instrumen

Setiap instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus melalui tahapan pengujian atau validasi baik oleh ahli maupun secara uji empirik dilapangan. Dalam pengujian instrumen soal berbentuk tes, uji empirik di lapangan memiliki peranan yang sangat penting untuk mengetahui tingkat keandalan instrumen tersebut.

Soal tes yang baik harus memenuhi tingkat validasi yang tinggi, reliabilitas yang tinggi, daya pembeda yang baik serta tingkat kesukaran yang layak. Pengolahan data hasil uji coba instrumen ini dilakukan dengan menggunakan


(22)

53 sebuah software Anates versi 4. Hasil uji reliabilitas butir soal penguasaan konsep dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Penguasaan Konsep No.

Soal Korelasi N rhitung rtabel Reliabilitas

1 0.333 63 0.500 0.29 Reliabel

2 NAN 63 #VAL

UE! 0.29 #VALUE!

3 -0.125 63 -0.286 0.29 Tidak

Reliabel

4 0.186 63 0.314 0.29 Reliabel

5 0.3 63 0.462 0.29 Reliabel

6 0.234 63 0.379 0.29 Reliabel

7 0.153 63 0.265 0.29 Tidak

Reliabel

8 0.519 63 0.683 0.29 Reliabel

9 0.242 63 0.390 0.29 Reliabel

10 0.11 63 0.198 0.29 Tidak

Reliabel

11 -0.027 63 -0.055 0.29 Tidak

Reliabel

12 0.543 63 0.704 0.29 Reliabel

13 0.3 63 0.462 0.29 Reliabel

14 0.252 63 0.403 0.29 Reliabel

15 0.213 63 0.351 0.29 Reliabel

16 0.415 63 0.587 0.29 Reliabel

17 0.3 63 0.462 0.29 Reliabel

18 0.206 63 0.342 0.29 Reliabel

19 0.377 63 0.548 0.29 Reliabel

20 0.283 63 0.441 0.29 Reliabel

21 0.456 63 0.626 0.29 Reliabel

22 0.475 63 0.644 0.29 Reliabel

23 0.235 63 0.381 0.29 Reliabel

24 -0.045 63 -0.094 0.29 Tidak

Reliabel

25 0.485 63 0.653 0.29 Reliabel

26 -0.106 63 -0.237 0.29 Tidak

Reliabel

27 0.339 63 0.506 0.29 Reliabel

28 0.233 63 0.378 0.29 Reliabel

29 0.107 63 0.193 0.29 Tidak

Reliabel

30 0.091 63 0.167 0.29 Tidak

Reliabel

31 0.406 63 0.578 0.29 Reliabel

32 0.377 63 0.548 0.29 Reliabel


(23)

54 No.

Soal Korelasi N rhitung rtabel Reliabilitas

34 0.363 63 0.533 0.29 Reliabel

35 0.287 63 0.446 0.29 Reliabel

36 0.296 63 0.457 0.29 Reliabel

37 0.524 63 0.688 0.29 Reliabel

38 0.455 63 0.625 0.29 Reliabel

39 0.336 63 0.503 0.29 Reliabel

40 -0.002 63 -0.004 0.29 Tidak

Reliabel

41 0.177 63 0.301 0.29 Reliabel

42 0.479 63 0.648 0.29 Reliabel

43 0.194 63 0.325 0.29 Reliabel

44 0.186 63 0.314 0.29 Reliabel

Adapun Hasil uji Validitas butir soal penguasaan konsep dapat dilhat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Butir Soal Penguasaan Konsep No. Soal Korelasi N rhitung rtabel Validitas

1 0.333 63 2.803 2 Valid

2 NAN 63 #VALUE! 2 #VALUE!

3 -0.125 63 -1.000 2 Tidak Valid

4 0.186 63 1.503 2 Tidak Valid

5 0.3 63 2.496 2 Valid

6 0.234 63 1.910 2 Tidak Valid

7 0.153 63 1.229 2 Tidak Valid

8 0.519 63 4.819 2 Valid

9 0.242 63 1.980 2 Tidak Valid

10 0.11 63 0.878 2 Tidak Valid

11 -0.027 63 -0.214 2 Tidak Valid

12 0.543 63 5.133 2 Valid

13 0.3 63 2.496 2 Valid

14 0.252 63 2.067 2 Valid

15 0.213 63 1.730 2 Tidak Valid

16 0.415 63 3.620 2 Valid

17 0.3 63 2.496 2 Valid

18 0.206 63 1.671 2 Tidak Valid

19 0.377 63 3.231 2 Valid

20 0.283 63 2.342 2 Valid

21 0.456 63 4.067 2 Valid

22 0.475 63 4.284 2 Valid

23 0.235 63 1.919 2 Tidak Valid

24 -0.045 63 -0.358 2 Tidak Valid

25 0.485 63 4.402 2 Valid


(24)

55 No. Soal Korelasi N rhitung rtabel Validitas

27 0.339 63 2.860 2 Valid

28 0.233 63 1.902 2 Tidak Valid

29 0.107 63 0.854 2 Tidak Valid

30 0.091 63 0.725 2 Tidak Valid

31 0.406 63 3.526 2 Valid

32 0.377 63 3.231 2 Valid

33 0.418 63 3.652 2 Valid

34 0.363 63 3.092 2 Valid

35 0.287 63 2.378 2 Valid

36 0.296 63 2.460 2 Valid

37 0.524 63 4.883 2 Valid

38 0.455 63 4.056 2 Valid

39 0.336 63 2.832 2 Valid

40 -0.002 63 -0.016 2 Tidak Valid

41 0.177 63 1.427 2 Tidak Valid

42 0.479 63 4.331 2 Valid

43 0.194 63 1.570 2 Tidak Valid

44 0.186 63 1.503 2 Tidak Valid

Dari hasil uji reliabilitas serta uji validitas di atas, maka dibuatlah tabel rekapitulasi analisis uji coba butir soal penguasaan konsep yang dapat dilihat pada Tabel 3.5.


(25)

56 Tabel 3.5. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Soal

Tes Penguasaan Konsep IPA

Rata2 = 26.40 Jumlah Subjek = 63

KorelasiXY = 0.58 Butir Soal = 44

Simpang Baku = 5.00

No.

Soal Validitas Reliabilitas

Tingkat Kesukaran

Daya Pembeda

(%) Keputusan

1 Valid Reliabel Mudah 23,53

(Cukup) Dipakai

2 #VALUE! #VALUE! Sangat Mudah 0,00

(Kurang Baik)

Tidak Dipakai

3 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sangat Mudah

-11,76 (Tidak Baik)

Tidak Dipakai

4 Tidak

Valid Reliabel Sedang

23,53 (Cukup)

Tidak Dipakai

5 Valid Reliabel Mudah 29,41

(Cukup) Dipakai

6 Tidak

Valid Reliabel Sangat Mudah

17,65 (Kurang Baik)

Tidak Dipakai

7 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sedang

5,88 (Kurang Baik)

Tidak Dipakai

8 Valid Reliabel Sedang 58,82

(Baik) Dipakai

9 Tidak

Valid Reliabel Sangat Mudah

23,53 (Cukup)

Tidak Dipakai

10 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sedang

23,53 (Kurang Baik)

Tidak Dipakai

11 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Mudah

5,88 (Kurang Baik)

Tidak Dipakai

12 Valid Reliabel Sukar 52,94

(Baik) Dipakai

13 Valid Reliabel Mudah 29,41

(Cukup) Dipakai

14 Valid Reliabel Sangat Mudah 11,76

(Kurang Baik) Dipakai

15 Tidak

Valid Reliabel Sangat Mudah

23,53 (Cukup)

Tidak Dipakai

16 Valid Reliabel Sangat Mudah 17,65

(Kurang Baik) Dipakai

17 Valid Reliabel Sangat Mudah 17,65

(Kurang Baik) Dipakai

18 Tidak

Valid Reliabel Mudah

17,65 (Kurang Baik)

Tidak Dipakai

19 Valid Reliabel Sangat Mudah 29,41

(Cukup) Dipakai

20 Valid Reliabel Sukar 23,53

(Cukup) Dipakai

21

Valid Reliabel Mudah 35,29


(26)

57 No.

Soal Validitas Reliabilitas

Tingkat Kesukaran

Daya Pembeda

(%) Keputusan

22 Valid Reliabel Sedang 64,71

(Baik) Dipakai

23 Tidak

Valid Reliabel Sukar

17,65 (Kurang Baik)

Tidak Dipakai

24 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sedang

-5,88 (Tidak Baik)

Tidak Dipakai

25 Valid Reliabel Sedang 58,82

(Baik) Dipakai

26 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sangat Sukar

-11,76 (Tidak Baik)

Tidak Dipakai

27 Valid Reliabel Sedang 35,29

(Cukup) Dipakai

28 Tidak

Valid Reliabel Sukar

35,29 (Cukup)

Tidak Dipakai

29 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sukar

11,76 (Kurang Baik)

Tidak Dipakai

30 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sukar

11,76 (Kurang Baik)

Tidak Dipakai

31 Valid Reliabel Sangat Mudah 35,29

(Cukup) Dipakai

32 Valid Reliabel Sukar 47,06

(Baik) Dipakai

33 Valid Reliabel Sedang 52,94

(Baik) Dipakai

34 Valid Reliabel Mudah 35,29

(Cukup) Dipakai

35 Valid Reliabel Sedang 35,29

(Cukup) Dipakai

36 Valid Reliabel Sedang 35,29

(Cukup) Dipakai

37 Valid Reliabel Sedang 64,71

(Baik) Dipakai

38 Valid Reliabel Mudah 47,06

(Baik) Dipakai

39 Valid Reliabel Sedang 41,18

(Baik) Dipakai

40 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sedang

-5,88 (Tidak Baik)

Tidak Dipakai

41 Tidak

Valid Reliabel Sedang

23,53 (Cukup)

Tidak Dipakai

42 Valid Reliabel Sedang 64,71

(Baik) Dipakai

43 Tidak

Valid Reliabel Mudah

23,53 (Cukup)

Tidak Dipakai

44 Tidak

Valid Reliabel Sedang

23,53 (Cukup)

Tidak Dipakai


(27)

58 Tiga butir soal pada Tabel 3.5 (14, 16, dan 17), meskipun memiliki daya pembeda yang tergolong kurang baik, tetapi tetap digunakan di dalam penelitian karena sangat dibutuhkan dalam memeratakan persebaran soal konsep cahaya.

Dengan menggunakan software Anates V.4 yang sama, maka didapatkanlah hasil uji reliabilitas butir soal keterampilan proses seperti terlihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Hasil Uji Reliabilitas Soal Butir KPS No.

Soal Korelasi N rhitung rtabel Reliabilitas

1 0.201 63 0.335 0.38 Tidak Reliabel

2 0.417 63 0.589 0.38 Reliabel

3 0.527 63 0.690 0.38 Reliabel

4 0.501 63 0.668 0.38 Reliabel

5 0.356 63 0.525 0.38 Reliabel

6 0.194 63 0.325 0.38 Tidak Reliabel

7 0.54 63 0.701 0.38 Reliabel

8 0.431 63 0.602 0.38 Reliabel

9 0.553 63 0.712 0.38 Reliabel

10 0.466 63 0.636 0.38 Reliabel

11 0.413 63 0.585 0.38 Reliabel

12 0.274 63 0.430 0.38 Reliabel

13 0.715 63 0.834 0.38 Reliabel

14 0.446 63 0.617 0.38 Reliabel

15 0.244 63 0.392 0.38 Reliabel

16 0.286 63 0.445 0.38 Reliabel

17 0.196 63 0.328 0.38 Tidak Reliabel

18 0.087 63 0.160 0.38 Tidak Reliabel

19 0.447 63 0.618 0.38 Reliabel

20 0.252 63 0.403 0.38 Reliabel

21 0.371 63 0.541 0.38 Reliabel

22 0.499 63 0.666 0.38 Reliabel

23 -0.179 63 -0.436 0.38 Tidak Reliabel

24 0.093 63 0.170 0.38 Tidak Reliabel

25 -0.087 63 -0.191 0.38 Tidak Reliabel


(28)

59 Tabel 3.7 berikut adalah hasil uji validitas butir soal keterampilan proses sains siswa.

Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Butir Soal KPS No.

Soal Korelasi N rhitung rtabel Validitas

1 0.201 63 1.629 2 Tidak Valid

2 0.417 63 3.642 2 Valid

3 0.527 63 4.922 2 Valid

4 0.501 63 4.595 2 Valid

5 0.356 63 3.024 2 Valid

6 0.194 63 1.570 2 Tidak Valid

7 0.54 63 5.092 2 Valid

8 0.431 63 3.791 2 Valid

9 0.553 63 5.268 2 Valid

10 0.466 63 4.180 2 Valid

11 0.413 63 3.599 2 Valid

12 0.274 63 2.261 2 Valid

13 0.715 63 8.117 2 Valid

14 0.446 63 3.955 2 Valid

15 0.244 63 1.997 2 Tidak Valid

16 0.286 63 2.369 2 Valid

17 0.196 63 1.586 2 Tidak Valid

18 0.087 63 0.693 2 Tidak Valid

19 0.447 63 3.966 2 Valid

20 0.252 63 2.067 2 Valid

21 0.371 63 3.171 2 Valid

22 0.499 63 4.570 2 Valid

23 -0.179 63 -1.444 2 Tidak Valid

24 0.093 63 0.741 2 Tidak Valid

25 -0.087 63 -0.693 2 Tidak Valid


(29)

60 Berdasarkan hasil uji reliabilitas dan uji validitas soal keterampilan proses sains di atas, maka dibuatlah tabel rekapitulasi analisis butir soal uji coba tes keterampilan proses sains seperti pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Soal Tes Keterampilan Proses Sains

Rata2 = 14.00 Jumlah Subyek= 63

KorelasiXY = 0.57 Butir Soal = 26

Simpangan Baku = 3.82

No.

Soal Validitas Reliabilitas

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Keputusan

1 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sedang

0,000 (Cukup)

Tidak Dipakai

2 Valid Reliabel Mudah 44,44

(Baik) Dipakai

3 Valid Reliabel Mudah 22,22

(Baik) Dipakai

4 Valid Reliabel Mudah 44,44

(Baik) Dipakai

5 Valid Reliabel Mudah 44,44

(Cukup) Dipakai

6 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sedang

22,22 (Cukup)

Tidak Dipakai

7 Valid Reliabel Sedang 66,67

(Baik Sekali) Dipakai

8 Valid Reliabel Sangat Mudah 11,11

(Cukup) Dipakai

9 Valid Reliabel Sangat Mudah 33,33

(Baik) Dipakai

10 Valid Reliabel Sangat Mudah 33,33

(Cukup) Dipakai

11 Valid Reliabel Mudah 55,56

(Baik) Dipakai

12 Valid Reliabel Sangat Mudah 22,22

(Cukup) Dipakai

13 Valid Reliabel Sedang 88,89

(Baik) Sekali Dipakai

14 Valid Reliabel Sedang 22,22

(Baik) Dipakai

15 Tidak

Valid Reliabel Sedang

66,67 (Baik)

Tidak Dipakai 16

Valid Reliabel Sedang 33,33


(30)

61 No.

Soal Validitas Reliabilitas

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Keputusan

17 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sedang

55,56 (Cukup)

Tidak Dipakai

18 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sukar

-11,11 (Kurang Baik)

Tidak Dipakai

19 Valid Reliabel Sedang 22,22

(Baik) Dipakai

20 Valid Reliabel Sedang 33,33

(Cukup) Dipakai

21 Valid Reliabel Sukar 55,56

(Baik) Dipakai

22 Valid Reliabel Sedang 100,00

(Baik) Dipakai

23 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sangat Sukar

-33,33 (Tidak Baik)

Tidak Dipakai

24 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sukar

-22,22 (Kurang Baik)

Tidak Dipakai

25 Tidak

Valid

Tidak

Reliabel Sukar

11,11 (Tidak Baik)

Tidak Dipakai

26 Valid Reliabel Sedang 55,56

(Cukup) Dipakai

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh gambaran bahwa secara keseluruhan rerata reliabilitas instrumen soal penguasaan konsep IPA sebesar 0,73 termasuk dalam kategori tinggi, demikian pula rerata reliabilitas instrumen soal keterampilan proses sains yang mencapai 0,72 (tinggi). Hal ini menunjukkan bahwa soal tersebut layak digunakan, adapun butir soal mana yang digunakan dapat dilihat secara detail pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.8 di atas. Hasil pengolahan data validitas dan reliabilitas secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran C.


(31)

62 G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data utama dan data penunjang. Data utama yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif berupa skor tes penguasaan konsep IPA dan skor tes keterampilan proses sains siswa pada kedua kelas. Data tersebut dapat memberikan gambaran mengenai pencapaian siswa sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran di kelasnya masing-masing.

Data selanjutnya yang dikumpulkan adalah data hasil observasi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada kedua kelas, yang kemudian dideskripsikan untuk memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran yang berlangsung sehingga dapat memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan perolehan skor siswa sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran.

H. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diolah dengan teknik perhitungan secara statistik menggunakan program SPSS for windows 12. Data tersebut kemudian menjadi bahan rujukan pengambilan keputusan dari empat buah hipotesis penelitian yang diajukan. Untuk mendeskripsikan hasil penelitian, maka dibutuhkan data pendukung berupa hasil observasi pembelajaran.

Untuk mengetahui perbandingan tingkat penguasaan konsep IPA dan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran IPA yang memanfaatkan fenomena secara inkuiri dibandingkan dengan siswa yang belajar melalui


(32)

63 pembelajaran konvensional sekaligus menjawab hipotesis pertama, kedua, ketiga, dan keempat, maka data yang diolah berupa skor tes awal dan tes akhir pada kedua kelas. Perbedaan yang terjadi pada kedua kelas dihitung dengan membandingkan rerata perolehan skor tes (uji beda), baik tes awal maupun tes akhir, serta peningkatan skornya (N-Gain).

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengolahan data kuantitatif dengan menggunakan statistik parametik adalah data berdistribusi normal dan homogen (Akdon, 2007). Untuk menguji normalitas data, digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov (One Sample Kolmogorov-Smirnov), dan untuk menguji tingkat homogenitas data digunakan uji Levine. Prosedur uji statistik selanjutnya adalah uji beda menggunakan Uji T Sampel Berpasangan (Paired Sample T Tes) jika data berdistribusi normal dan homogen. Namun jika data tidak berdistribusi normal atau tidak homogen maka digunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Dua Sampel Berhubungan (Two Sample Related/ Wilcoxon Tes).

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain faktor (N-Gain) menurut Meltzer (Hendrawati, 2009), sebagai berikut:

pre maks

pre post

S S

S S g

− − =

Keterangan: Spost : Skor posttes

Spre : Skor pretest Smaks : Skor maks ideal

Adapun kriteria tingkatan N-Gain adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9. Kategori Tingkat N-Gain

Batasan Kategori

N-Gain > 0.7 Tinggi

0.3 ≤ N-Gain ≤ 0.7 Sedang


(33)

116 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada umumnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran yang memanfaatkan fenomena dalam inkuiri untuk materi cahaya dan sifat-sifatnya memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk meningkatkan penguasaan konsep serta keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen. Secara khusus ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang diajukan.

1. Penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena pada penilitian lebih didominasi oleh guru sebagai pembimbing karena ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Waktu banyak terpakai untuk siswa melaksanakan kegiatan percobaan dibandingkan dengan waktu untuk berdiskusi.

2. Penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa dibandingkan dengan penerapan pembelajaran IPA secara konvensional. 3. Penerapan pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena

secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan penerapan pembelajaran IPA secara konvensional.


(34)

117 B. Saran-saran

Dari penelitian ini, berdasarkan kajian literatur yang menyatakan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, produktivitas dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi (Joyce dan Weil, 2009), maka diharapkan N-Gain yang didapat akan termasuk dalam kategori tinggi, akan tetapi pada kenyataannya nilai N-Gain yang didapat hanya berkategori sedang menuju rendah yang berarti masih terdapat kekurangan dalam implementasi pembelajaran model ini. Berdasarkan hasil observasi pada saat proses pelaksanaan pembelajaran, ditemukan beberapa kekurangan yang teridentifikasi, diantaranya: hasil

1. Penguasaan materi guru tentang konsep yang akan dikaji masih belum optimal.

2. Guru masih belum siap dalam menerapkan model pembelajaran IPA secara inkuiri yang memanfaatkan fenomena dikarenakan guru jarang menggunakan model pembelajaran inkuiri.

3. Siswa tidak siap dalam melaksanakan pembelajaran ini sehingga membuat kegiatan pembelajaran tidak berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan. Agar hasil yang didapat lebih baik jika kelas model ini akan digunakan dalam pembelajaran, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebagai sumber belajar guru hendaknya selalu mempersiapkan diri dengan baik agar dapat menguasai materi yang hendak dikaji sehingga lebih mudah dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Untuk dapat menguasai materi dengan baik, maka hendaknya guru memiliki bahan referensi yang


(35)

118

lebih banyakdibandingkan dengan siswa dan guru hendaknya selalu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran untuk menentukan materi inti dan materi tambahan agar lebih sistematis dalam menyampaikan materi pembelajaran (Sanjaya, 2008).

2. Guru harus lebih sering menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pelibatan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran akan membuat siswa senantiasa bergairah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut sehingga diharapkan prestasi belajar siswa pun akan meningkat (Djamarah, 1995). 3. Salah satu aspek yang turut mempengaruhi proses pembelajaran adalah sifat

yang dimiliki siswa yang meliputi kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap (sanjaya, 2008). Selain itu yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah faktor motivasi. Tentu saja agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, maka guru harus senantiasa dapat memotivasi siswa agar dapat mengikuti setiap kegiatan pembelajaran dengan antusias.


(36)

119

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Dewa Ruchi. Bandung Barat.

Anderson, L., W & Krathwohl. (2001). Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman,Inc.

Bojovic, V., (2003). “Physical Phenomena In Preschool And Elementay Education Teaching And Learning Activities”. http://web.uniud.it/Cird/girepseminar2003/abstracts/pdf/bojovic1.pdf Diakses : Januari 2010

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Chin, C., & Chia, L. (2005). Problem Based Learning: Using III-Structured

Problems in Biology roject Work. DOI. 10.1002/sce.20097. Published Online 18 July 2005 in (www.interscience.wiley.com) Dahar, R., W. (1996). Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dirgantara, Y., (2008). Model pembelajaran laboratorium berbasis inkuiri untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa MTs pada pokok bahasan kalor. Tesis pada Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Duveen, J., Scott, L., & Solomon, J. (1993). Pupils Understanding of Science: descriptions of experiments or a passion to explain?. SSR. Dec. 75(271)


(37)

120

Fansuri. (2003). Model Pembelajaran Sifat-sifat dan Kegunaan Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional dan KPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Farida, I. (2002). Model Pembelajaran Sumber Arus Listrik Searah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Garnida, D. (2001). Pembelajaran Konsep Panas Melalui Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains, dan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Goudas, M., Biddle, S. (1993). Pupil Perceptions of Enjoyment in Physical Education. Physical Education Review Volume 16 No. 2, pp. 145-150. University of Exeter.

Guntur, M. (2004). Efektivitas Model Pembelajaran Latihan Inkuiri dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Ekologi Siswa Kelas 1 SMU. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan

Hatimah, I., Susilana, R., Nuraedi. (2007). Penelitian Pendidikan. UPI PRESS. Bandung.


(38)

121

Hatzikraniotis, E. et., al. (2001). “An Open Learning Environment For Thermal Phenomena”. http://195.251.211.91/john_papers/cblis2001.pdf.

Diakses : Januari 2010

Hermita, N., (2008). Pembelajaran IPA dengan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan Keterampilan Proses Sains siswa SD. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Hidayat, T., (2008). Model Pembelajaran Inkuiri pada Subtopik Pembiasan Cahaya oleh Lensa untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Hmelo-Silver, C., Duncan, R., G., Chinn, C., A. (2007). Scaffolding and Achievement in Problem-Based and Inquiry Learning: A Response to Kirschner, Sweller, and Clark. Educational Psychologist, 42(2), 99-107. Insan. (2008). Pembelajaran berbasis laboratorium untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa tentang Sistem Pencernaan Makanan. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Ismaun. (2002). Filsafat Ilmu. Universitas Pendidikan Bandung. Bandung. Joyce, M., Weil, M., Calhoun, E., (2009). Models of Teaching. Model-model


(39)

122

Kamajaya. (2007). Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menenagh Atas/Madrasah Aliyah. Grafndo. Bandung.

Kresnadi, H. (2001). Pengembangan Bentuk Tes KPS dalam Pembelajaran IPA di Kelas 3 SD. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Linda, F. (2009). Penggunaan Praktikum Konparatif untuk Memfasilitasi Peningkatan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII Pada Pokok Bahasan Keragaman pada Sistem Organisasi Kehidupan. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Mangangantung, J., (2008). Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi energi dan penggunaannya untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah sains sekolah dasar. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Marhendri. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Keseimbangan Benda Tegar untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Meltzer, D., E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: ‘hidden variable’ in Diagnostic Pretestt Scores’. American Journal of Physics, 70, (12), 1259-1267.


(40)

123

Meranti, D. (2007). Penggunaan Media Animasi komputer pada Pembelajaran Elektrolisis sebagai Penunjang Praktikum untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan KPS. Tesis pada Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Muta’sin, A. (2000). Pengembangan Modl Pembelajaran KPS melalui praktikum pada topik mataeri dan perubahannya. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Oberem, G. E., Jasien, P. G. (2004). “Measuring The Effectiveness of an Inquiry-Oriented Summer Physics Course for In Service Teachers”. J. Phys.

Tchr. Educ. Online2.

http://www.Phy.Ilstu.edu./jpteo/issues/jpteo2(2)nov04.pdf. Diakses : Januari 2010

Poedjiadi, A. (2001). Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Yayasan Cendrawasih. Bandung.

Poedjiadi, A. (2007). Sains Teknologi Masyarakat. Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Rosdakarya. Bandung.

Rositawaty, S., Muharam, A., (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas V Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Samsudin, U. (2009). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VI SD pada Topik Energi Listrik. Tesis pada Sekolah


(41)

124

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Saraswati, S., L., (2003). Upaya Menumbuhkan Keberanian Siswa SLTP untuk Mengajukan Pertanyaan dan Mengemukakan Gagasan Melalui Model Latihan Inkuiri. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Schwarz, C. (2009). Developing Preservice Elementary Teachers Knowledge and Practices Through Modelling-Centered Scientific Inquiry. DOI.10.1002/sce.20324.

Published Online 27 april 2009 in (www.interscience.wiley.com)

Sopamena, O., (2009). Model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan Keterampilan Proses Sains siswa SMK pada konsep hasil kali kelarutan. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Subagyo, Y. (2006). Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama pada Pokok Bahasan Suhu dan Pemuaian. Jurusan Fisika. FMIPA. Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.

Sugalatudhana, H. (2006). Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Topik Koloid untuk Meningkatkan Keterampilan berpikir Kritis, Penguasaan


(42)

125

Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Suwarna, I. (2005). Model Pembelajaran Hipermedia Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa SLTP. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Syaefudin, U. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Syaodih, N., (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tresnawati, C., (2009). Implementasi model pembelajaran inkuiri pada konsep sistem pernapasan untuk meningkatkan kemampuan konseptual, prosedural dan sikap ilmiah siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak ditebitkan.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Konsep, Landasan Teoretis – Praktid dan Implementasinya. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Vestari, D. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman


(43)

126

Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Wells, M., Hestenes, D., Swackhamer, G. (1995). “A Modeling Method For High School Physics Instruction”. Am. J. Phys. 63, July, 606-619.

http://modeling.asu.edu/R&E/ModelingMethod-Physics_1995.pdf. Diakses : Januari 2010

Widodo, A., Wuryastuti, S., Margaretha. (2007). Pendidikan IPA di SD. Bahan Ajar Mandiri. UPI Press. Bandung.

Yunansah, H. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fluida Statis dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak ditebitkan.

Yusran. (2003). Pembelajaran Fluida Tak Bergerak yang Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMU. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak dterbitkan.


(1)

121 Hatzikraniotis, E. et., al. (2001). “An Open Learning Environment For Thermal

Phenomena”. http://195.251.211.91/john_papers/cblis2001.pdf. Diakses : Januari 2010

Hermita, N., (2008). Pembelajaran IPA dengan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan Keterampilan Proses Sains siswa SD. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Hidayat, T., (2008). Model Pembelajaran Inkuiri pada Subtopik Pembiasan Cahaya oleh Lensa untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Hmelo-Silver, C., Duncan, R., G., Chinn, C., A. (2007). Scaffolding and Achievement in Problem-Based and Inquiry Learning: A Response to Kirschner, Sweller, and Clark. Educational Psychologist, 42(2), 99-107. Insan. (2008). Pembelajaran berbasis laboratorium untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa tentang Sistem Pencernaan Makanan. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Ismaun. (2002). Filsafat Ilmu. Universitas Pendidikan Bandung. Bandung. Joyce, M., Weil, M., Calhoun, E., (2009). Models of Teaching. Model-model


(2)

122 Kamajaya. (2007). Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menenagh

Atas/Madrasah Aliyah. Grafndo. Bandung.

Kresnadi, H. (2001). Pengembangan Bentuk Tes KPS dalam Pembelajaran IPA di Kelas 3 SD. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Linda, F. (2009). Penggunaan Praktikum Konparatif untuk Memfasilitasi Peningkatan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII Pada Pokok Bahasan Keragaman pada Sistem Organisasi Kehidupan. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Mangangantung, J., (2008). Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi energi dan penggunaannya untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah sains sekolah dasar. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Marhendri. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Keseimbangan Benda Tegar untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Meltzer, D., E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: ‘hidden variable’ in Diagnostic Pretestt Scores’. American Journal of Physics, 70, (12), 1259-1267.


(3)

123 Meranti, D. (2007). Penggunaan Media Animasi komputer pada Pembelajaran Elektrolisis sebagai Penunjang Praktikum untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan KPS. Tesis pada Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Muta’sin, A. (2000). Pengembangan Modl Pembelajaran KPS melalui praktikum pada topik mataeri dan perubahannya. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Oberem, G. E., Jasien, P. G. (2004). “Measuring The Effectiveness of an Inquiry-Oriented Summer Physics Course for In Service Teachers”. J. Phys.

Tchr. Educ. Online2.

http://www.Phy.Ilstu.edu./jpteo/issues/jpteo2(2)nov04.pdf. Diakses : Januari 2010

Poedjiadi, A. (2001). Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Yayasan Cendrawasih. Bandung.

Poedjiadi, A. (2007). Sains Teknologi Masyarakat. Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Rosdakarya. Bandung.

Rositawaty, S., Muharam, A., (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas V Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Samsudin, U. (2009). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VI SD pada Topik Energi Listrik. Tesis pada Sekolah


(4)

124 Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Saraswati, S., L., (2003). Upaya Menumbuhkan Keberanian Siswa SLTP untuk Mengajukan Pertanyaan dan Mengemukakan Gagasan Melalui Model Latihan Inkuiri. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Schwarz, C. (2009). Developing Preservice Elementary Teachers Knowledge and Practices Through Modelling-Centered Scientific Inquiry. DOI.10.1002/sce.20324.

Published Online 27 april 2009 in (www.interscience.wiley.com)

Sopamena, O., (2009). Model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan Keterampilan Proses Sains siswa SMK pada konsep hasil kali kelarutan. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Subagyo, Y. (2006). Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama pada Pokok Bahasan Suhu dan Pemuaian. Jurusan Fisika. FMIPA. Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.

Sugalatudhana, H. (2006). Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Topik Koloid untuk Meningkatkan Keterampilan berpikir Kritis, Penguasaan


(5)

125 Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Suwarna, I. (2005). Model Pembelajaran Hipermedia Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa SLTP. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Syaefudin, U. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Syaodih, N., (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tresnawati, C., (2009). Implementasi model pembelajaran inkuiri pada konsep sistem pernapasan untuk meningkatkan kemampuan konseptual, prosedural dan sikap ilmiah siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak ditebitkan.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Konsep, Landasan Teoretis – Praktid dan Implementasinya. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Vestari, D. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman


(6)

126 Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Wells, M., Hestenes, D., Swackhamer, G. (1995). “A Modeling Method For High School Physics Instruction”. Am. J. Phys. 63, July, 606-619.

http://modeling.asu.edu/R&E/ModelingMethod-Physics_1995.pdf. Diakses : Januari 2010

Widodo, A., Wuryastuti, S., Margaretha. (2007). Pendidikan IPA di SD. Bahan Ajar Mandiri. UPI Press. Bandung.

Yunansah, H. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fluida Statis dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak ditebitkan.

Yusran. (2003). Pembelajaran Fluida Tak Bergerak yang Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMU. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak dterbitkan.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

11 78 199

PENERAPAN MODEL TANDUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN IPA.

0 2 40

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN IPA SECARA INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 3 45

PEMBELAJARAN INKUIRI PADA TOPIK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 1 46

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 39

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 91

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

1 6 266

PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DENGAN AKTIVITAS LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP - repository UPI T IPA 1302394 Title

0 4 7

PEMANFAATAN MEDIA KONKRET DALAM PEMBELAJARAN IPA SECARA INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR - repository UPI T PD 1303409 Title

0 0 5

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Pratikum Pada Topik Pengukuran Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP

0 0 11