Pengaruh Perbandingan Andaliman dengan Batang Kecombrang dan Suhu Pengeringan terhadap Mutu Bubuk Sambal Andaliman Chapter III V

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2016 di
Laboratorium Teknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan Penelitian
Bahan penelitian adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang
putih, kemiri, andaliman, batang kecombrang muda, gula, garam, maizena,
minyak goreng matang, dan jeruk nipis yang diperoleh dari Pasar Pagi, Padang
Bulan, Medan.

Reagensia
Bahan kimia dalam penelitian ini adalah phenopthalen 1%, NaOH 0,1N,
aquadest, 2,6-dikloroindofenol, asam oklasat 3%, asam askorbat, sodium
bikarbonat, dan DPPH

Alat Penelitian
Alat dalam penelitian ini adalah beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur,
corong, biuret, panci kukusan, loyang, oven, pipet tetes, stirer, timbangan, plastik

klip, aluminium foil, desikator, blender, pisau, baskom, piring, sendok stainlees
steel, keranjang plastik, dan ayakan 40 mesh.

24
Universitas Sumatera Utara

25

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), yang
terdiri dari dua faktor (Montgomery, 2005) yaitu:
Faktor I

: Perbandingan Andaliman dengan Batang Kecombrang (A)
A1

= 25% : 75%

A2


= 50% : 50%

A3

= 75% : 25%

A4

= 100% : 0%

Total berat perbandingan sebesar 33,33 g dari 300 g
Faktor II : Suhu Pengeringan (S)
S1

= 50 oC

S2

= 60 oC


S3

= 70 oC

Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah
4 x 3 = 12, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut:
Tc (n-1)

≥ 15

12 (n-1) ≥ 15
12 n -12 ≥ 15
n

≥ 2,25

Untuk ketelitian dalam penelitian ini dilakukan ulangan sebanyak 3 kali

Universitas Sumatera Utara


26

Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua
faktorial dengan model sebagai berikut:
ijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
dimana:
ijk

: Hasil pengamatan dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf
ke-j dalam ulangan ke-k

µ

: Efek nilai tengah

αi

: Efek faktor A pada taraf ke-i


βj

: Efek faktor S pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j
εijk

: Efek galat dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j
dalam ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range
(LSR).

Pelaksanaan Penelitian
Dipilih cabai merah, cabai hijau, bawang merah, bawang putih, kemiri,
andaliman dan batang kecombrang dengan tingkat kematangan yang optimal dan
disortasi. Dibuat sambal dengan berat total 300 g. Ditimbang bahan dengan
27,78% cabai merah, 5,56% cabai hijau, 11,11% bawang merah, 5,56% bawang
putih, 11,11% kemiri, 33,33 g total perbandingan antara andaliman dan batang

kecombrang dengan campuran perbandingan konsentrasi andaliman dan batang
kecombrang sebanyak 25% : 75%, 50% : 50%, 75% : 25%, dan 100% andaliman.

Universitas Sumatera Utara

27

Dilakukan pencucian dan dilakukan blansing selama 5 menit serta ditiriskan.
Digongseng kemiri selama 5 menit sampai harum.
Dihaluskan cabai merah, cabai hijau, bawang merah, bawang putih,
kemiri, 8,33% garam, 5,56% gula, 5,56% tepung maizena dan 2,33% minyak
matang dengan perbandingan andaliman dan batang kecombrang sebanyak 25% :
75%, 50% : 50%, 75% : 25%, dan 100% andaliman menggunakan blender.
Ditambahkan 6% perasan jeruk nipis ke dalam campuran sambal. Dilakukan 3
kali ulangan terhadap perlakuan diatas (Sutomo, 2014).
Bumbu yang telah dihaluskan diletakkan pada loyang dan dikeringkan
pada oven blower dengan suhu pengeringan 50 oC, 60 oC, 70 oC selama 24 jam.
Dihaluskan sambal yang telah kering menggunakan blender dan diayak
menggunakan ayakan 40 mesh. Dilakukan pengujian terhadap total asam, kadar
vitamin C, kadar abu, kadar air, tingkat kegetiran dan organoleptik warna, aroma,

rasa (skor), dan penerimaan konsumen (nilai hedonik). Setiap perlakuan diulang
sebanyak 3 kali.

Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap
parameter sebagai berikut:
-

Total asam

-

Kadar vitamin C

-

Kadar abu

-


Kadar air

-

Uji antioksidan dengan metode DPPH pada perlakuan yang terbaik

-

Tingkat kegetiran

Universitas Sumatera Utara

28

-

Uji organoleptik warna

-


Uji organoleptik aroma

-

Uji organoleptik rasa

-

Uji organoleptik penerimaan konsumen

Total asam
Sampel bubuk sambal andaliman

ditimbang sebanyak 5 gram,

dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan akuades hingga volume 100
ml. Diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya
sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam

erlenmeyer


dan

ditambahkan

phenolptalein 1% sebanyak 2-3 tetes. Kemudian dititrasi dengan menggunakan
NaOH 0,01 N. Titrasi dihentikan setelah muncul warna merah jambu yang stabil
(Ranggana, 1978).
Total asam=

ml NaoH x N NaOH x BM asam dominan x FP

Berat contoh (g) x 1000 x valensi asam

%

FP = Faktor pengencer (1000)
Asam dominan = Asam dodekanol, BM = 186,34 , valensi = 1

Kadar vitamin C

Larutan dye terlebih dahulu dibuat dengan cara ditimbang 50 mg garam
Na dari 2,6-dikloroindofenol, lalu ditambahkan 150 ml akuades panas dan 42 mg
sodium bikarbonat. Kemudian larutan didinginkan dan diencerkan sampai 200 ml
akuades. Larutan disaring dan disimpan dalam lemari es dan botol yang gelap .
larutan dye distandarisasi dengan cara menambah 5 ml larutan standar asam
askorbat dan 5 ml asam oksalat 3%. Asam oksalat 3% dibuat dari 30 g garam

Universitas Sumatera Utara

29

oksalat dalam 1 L akuades. Untuk asam askorbat standar dibuat dengan cara
menimbang 100 mg asam askorbat lalu diterakan 100 ml dengan asam oksalat
3%. Larutan disimpan dalam lemari pendingin dan dalam botol yang gelap.
Larutan asam askorbat dan oksalat tersebut dititrasi dengan larutan dye sampai
merah lembayung. Dihitung faktor dye dengan rumus :
Faktor dye =

0,5
Titer dye

Untuk sampel dibuat dengan cara menimbang 5 g sampel dan diterakan dalam
labu ukur 50 ml dengan asam oksalat 3%. Disaring lalu ekstrak diambil 10 ml dan
dititrasi dengan larutan dye sampai merah lembayung. Dihitung kadar vitamin C
dengan rumus (Apriyantono, dkk, 1989 dengan modifikasi):
Kadar vitamin C (mg/100g)=

Titer x Faktor dye x Volume ekstrak total x 100 x 20
Volume ekstrak untuk penetapan x berat sample (g)

Kadar abu
Kadar abu dihitung dengan membakar bahan dalam muffle furnace.
Contoh yang telah dikeringkan diambil sebanyak 5 g dan dimasukkan dalam
muffle furnace, dibakar pada suhu 100 oC selama 1 jam, dilanjutkan suhu 300 oC
selama 2 jam, dan dilanjutkan pada suhu 500 oC selama 2 jam, didinginkan
kemudian ditimbang dan dihitung kadar abu dengan rumus (Sudarmadji, dkk,
1997):
Kadar abu (%)=

Berat akhir (g)
100%
Berat awal (g)

Universitas Sumatera Utara

30

Kadar air
Analisa kadar air ditentukan menggunakan oven. Bubuk sambal andaliman
ditimbang sebanyak 5 g dalam aluminium foil yang telah diketahui berat awalnya.
Kemudian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105 oC selama 3-5 jam,
didinginkan selama 15 menit dan ditimbang sampai beratnya konstan. Kadar air
dihitung dengan rumus (AOAC, 1995) :
Kadar air (%) =

Berat awal (g) – berat akhir (g)

x 100%

Berat awal (g)

Uji aktivitas antioksidan dengan metode penangkap radikal bebas DPPH
Pembuatan larutan DPPH (0,4 mM)
Ditimbang lebih kurang 15,8 mg DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil),
kemudian dilarutkan dengan metanol pro analisis hingga 100 ml pada labu ukur,
ditempatkan dalam botol gelap.
Pembuatan larutan blanko
Dipipet 1 ml larutan DPPH (0,4 mM) ke dalam labu tentukur 5 ml dan
ditambahkan metanol hingga tanda, lalu homogenkan.
Pembuatan larutan uji
Ditimbang 5,0 mg sampel kemudian dilarutkan dalam 5 ml metanol pro
analisis (1000 bpj), larutan ini merupakan larutan induk. Dipipet 25 µl, 50 µl,
125 µl, 250 µl, dan 500 µl larutan induk (triplo) ke dalam labu ukur 5 ml untuk
mendapatkan konsentrasi sampel 5, 10, 25, 50 dan 100 µg/ml. Ke dalam masingmasing labu tentukur ditambahkan 1 ml larutan DPPH, ditambahkan dengan
metanol pro analisis sampai tanda tera, kemudian dihomogenkan.
Pembuatan larutan vitamin C sebagai kontrol positif

Universitas Sumatera Utara

31

Ditimbang 5 mg vitamin C kemudian dilarutkan dalam 5 ml metanol pro
analisis (1000 bpj), larutan ini merupakan induk. Dipipet 20 µl, 30 µl, 40 µl, 50 µl
dan 60 µl larutan induk (triplo) ke dalam labu ukur 5 ml untuk mendapatkan
konsentrasi sampel 4, 6, 8, 10 dan 12 µg/ml ke dalam masing-masing labu ukur
ditambahkan 1 ml larutan DPPH dan ditambahkan dengan metanol pro analisis
sampai tanda tera kemudian dihomogenkan.
Uji aktivitas antioksidan
Larutan uji dan kontrol positif dengan beberapa konsentrasi diinkubasi
pada suhu 37 ºC selama tepat 30 menit, serapan diukur pada panjang gelombang
maksimum 517 nm menggunakan spektrofotometri UV-VIS. Persentase inhibisi
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Hambatan (%)=

Absorbansi blanko – absorbansi sample
Absorbansi blanko

� 100%

Perhitungan nilai IC50 dengan memasukkan nilai dari konsentrasi larutan
uji (sumbu x) dan % hambatan terhadap DPPH (sumbu y) ke dalam persamaan
garis regresi. Semakin rendah nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas
antioksidan sebagai peredam radikal bebas. Aktivitas suatu senyawa dikatakan
memiliki aktivitas tinggi jika mempunyai nilai IC50 di bawah 20 bpj, aktivitas
sedang jika mempunyai nilai IC50 21 – 100 bpj, aktivitas rendah jika mempunyai
nilai IC50 101 – 200 bpj dan tidak aktif jika mempunyai nilai IC50 di atas 200 bpj
(Sumarny, dkk., 2012).

Tingkat kegetiran
Penentuan tingkat kegetiran dilakukan dengan uji rangking. Pengujian
dilakukan dengan cara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala

Universitas Sumatera Utara

32

hedonik kegetiran panelis. Disiapkan 12 sampel dari tiap ulangan dengan
menggunakan kode yang berbeda dan panelis diminta untuk memberikan skor
pada setiap sampel berdasarkan tingkat kegetiran. Dilakukan organoleptik pada
mie bihun (Setyaningsih, dkk, 2010).
Penilaian tidak getir menandakan bahwa bubuk sambal andaliman tidak
meninggalkan rasa getir sama sekali. Agak getir menandakan bubuk sambal
andaliman meninggalkan rasa getir selama 10–25 detik. Getir menandakan bubuk
sambal andaliman meninggalkan rasa getir selama 25–40 detik. Sangat getir
menandakan rasa getir selama 40 – 60 detik. Sangat amat getir menandakan
bubuk sambal andaliman meninggalkan rasa getir lebih dari 1 menit
(60 – 80 detik).
Tabel 10. Skala skor rangking tingkat kegetiran
Skor
1
2
3
4
5

Keterangan
Tidak getir
Agak getir
Getir
Sangat getir
Amat sangat getir

Uji organoleptik warna
Analisis sensoris warna terhadap sampel bubuk sambal andaliman
dilakukan dengan menentukan nilai organoleptik warna sambal. Sampel bubuk
sambal andaliman yang telah diberi kode secara acak, diuji oleh 15 panelis.
Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan
skala oranye kekuningan, oranye, coklat, oranye kecoklatan, oranye kemerahan
(Setyaningsih, dkk, 2010).

Universitas Sumatera Utara

33

Tabel 11. Skala nilai skor hedonik warna
Skala hedonik
1
2
3
4
5

Keterangan
Coklat
Oranye kecoklatan
Oranye kemerahan
Oranye
Oranye kekuningan

Uji organoleptik aroma
Analisis sensoris aroma terhadap sampel bubuk sambal andaliman
dilakukan dengan menentukan nilai organoleptik aroma sambal. Sampel bubuk
sambal andaliman yang telah diberi kode secara acak, diuji oleh 15 panelis.
Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan
skala aroma khas andaliman yang terbentuk yaitu sangat harum, harum, agak
harum, sedikit harum, sangat tidak harum (Setyaningsih, dkk, 2010).
Tabel 12. Skala nilai skorhedonik aroma
Skala hedonik
1
2
3
4
5

Keterangan
Sangat tidak harum
Sedikit harum
Agak harum
Harum
Sangat harum

Uji organoleptik rasa
Analisis sensoris rasa terhadap sampel bubuk sambal andaliman
dilakukan dengan menentukan nilai organoleptik rasa sambal. Sampel bubuk
sambal andaliman yang telah diberi kode secara acak, diuji oleh 15 panelis.
Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan
skala sangat dominan asam, dominan asam, netral, dominan getir, dan sangat
dominan getir (Setyaningsih, dkk, 2010).

Universitas Sumatera Utara

34

Tabel 13. Skala nilai skor hedonik rasa
Skala hedonik
1
2
3
4
5

Keterangan
Pedas dengan sangat dominan asam
Pedas dengan dominan asam
Pedas
Pedas dengan dominan getir
Pedas dengan sangat dominan getir

Uji organoleptik penerimaan konsumen
Analisis sensoris terhadap sampel bubuk sambal andaliman dilakukan
dengan menentukan nilai organoleptik warna, aroma, rasa dan konsistensi. Sampel
bubuk sambal andaliman

yang telah diberi kode secara acak, diuji oleh 15

panelis. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan
berdasarkan skala skor hedonik secara keseluruhan (Setyaningsih, dkk, 2010).
Tabel 14. Skala nilai skor hedonik penerimaan konsumen
Skala hedonik
Keterangan
1
Sangat tidak suka
2
Tidak suka
3
Agak suka
4
Suka
5
Sangat suka

Universitas Sumatera Utara

35

Disortasi dan dibersihkan bahan baku
bumbu
Perbandingan Andaliman : Batang Kecombrang
(Total berat 33,33 g )
A1 = 25% : 75%
A3 = 75% : 25%
A2 = 50% : 50%
A4 = 100% : 0%
27,78% cabai merah,
5,56 % cabai hijau,
11,11% bawang merah,
5,56% bawang putih
Digongseng 11,11%
kemiri selama 5 menit
sampai harum

Diblansing (dikukus) dalam panci berisi
air selama 5 menit
Dihaluskan dengan blender selama 1
menit

2,33% minyak
matang, 5,56%
maizena,
8,33% garam
dan 5,56% gula
6% perasan
jeruk nipis

Sambal andaliman
(Total berat 300 g)
Dikeringkan selama 24 jam dengan
suhu :
S1 = 50 oC
S2 = 60 oC
S3 = 70 oC
Analisis antioksidan
pada perlakuan terbaik
Dihaluskan dengan blender selama
1 menit
Analisis:
Total asam
Kadar vitamin C
Kadar abu
Kadar air
Tingkat kegetiran
Uji organoleptik warna
Uji organoleptik aroma
Uji organoleptik rasa
Uji penerimaan konsumen

Diayak dengan ayakan 40 mesh

Bubuk Sambal Andaliman

Disimpan selama 3 hari dalam plastik
klip pada suhu ruang

Gambar 5. Skema pembuatan bubuk sambal andaliman

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan andaliman dengan
batang kecombrang dan suhu pengeringan memberikan pengaruh terhadap
parameter yang diamati. Pengaruh perbandingan andaliman dengan batang
kecombrang dan suhu pengeringan terhadap parameter yang diamati seperti
dibawah ini.

Pengaruh Perbandingan Andaliman dengan Batang Kecombrang terhadap
Parameter yang Diamati
Dari hasil penelitian yang dilakukan perbandingan andaliman dengan
batang kecombrang pada pembuatan bubuk sambal andaliman memberikan
pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, tingkat
kegetiran, nilai organoleptik uji skor warna, nilai organoleptik uji skor aroma,
nilai organoleptik uji skor rasa, nilai organoleptik uji dan penerimaan konsumen
(hedonik) dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Pengaruh perbandingan andaliman dengan batang kecombrang terhadap
mutu bubuk sambal andaliman
Perbandingan andaliman dengan
batang kecombrang
Parameter yang di uji
A1
A2
A3
A4
Kadar air (%)
5,74
5,44
5,10
4,77
Kadar abu (%)
2,88
3,56
4,13
4,63
Kadar vitamin C (mg/100 g bahan)
6,41
6,89
7,33
7,81
Total asam (%)
5,94
5,26
5,01
4,00
Tingkat kegetiran
2,36
2,50
2,78
3,10
Nilai organoleptik uji skor warna
4,01
3,76
3,36
3,10
Nilai organoleptik uji skor aroma
2,36
2,75
2,77
3,24
Nilai organoleptik uji skor rasa
2,14
2,14
2,14
2,14
Nilai organoleptik uji penerimaan konsumen
2,78
2,93
3,57
3,29
(hedonik)

36
Universitas Sumatera Utara

37

Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai kadar air tertinggi diperoleh pada
perlakuan A1 sebesar 5,74 % dan terendah pada perlakuan A4 sebesar 4,77 %.
Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan A1 sebesar 4,63% dan terendah
pada perlakuan A4 sebesar 2,88%. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada
perlakuan A4 sebesar 7,81 mg / 100 g bahan dan terendah pada perlakuan A1
sebesar 6,41 mg / 100 g. Total asam tertinggi diperoleh pada perlakuan A1 sebesar
5,94 % dan terendah pada perlakuan A4 sebesar 4,00 %.
Nilai organoleptik uji skor tingkat kegetiran tertinggi diperoleh pada
perlakuan A4 sebesar 3,10 dan terendah pada perlakuan A1 sebesar 2,36. Nilai
organoleptik uji skor warna tertinggi diperoleh pada perlakuan A1 sebesar 4,01
dan terendah pada perlakuan A4 sebesar 3,10. Nilai organoleptik uji skor aroma
tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 sebesar 3,24 dan terendah pada perlakuan
A1 sebesar 2,36. Nilai organoleptik uji skor rasa tertinggi diperoleh pada
perlakuan A4 sebesar 3,57 dan terendah pada perlakuan A1 sebesar 2,14. Nilai
organoleptik uji penerimaan konsumen (hedonik) tertinggi diperoleh pada
perlakuan A3 sebesar 3,57 dan terendah pada perlakuan A1 sebesar 2,78.

Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Parameter yang Diamati
Dari hasil penelitian yang dilakukan suhu pengeringan pada pembuatan
bubuk sambal andaliman memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu,
kadar vitamin C, total asam, nilai organoleptik uji skor tingkat kegetiran, nilai
organoleptik uji skor warna, nilai organoleptik uji skor aroma, nilai organoleptik
uji skor rasa, dan nilai organoleptik uji penerimaan konsumen (hedonik dapat
dilihat pada Tabel 16.

Universitas Sumatera Utara

38

Tabel 16. Pengaruh suhu pengeringan terhadap mutu bubuk sambal andaliman
Suhu pengeringan
Parameter yang di uji
S1
S2
S3
Kadar air (%)
5,62
5,26
4,90
Kadar abu (%)
3,34
3,78
4,28
Kadar vitamin C (mg/100 g bahan)
7,57
7,09
6,67
Total asam (%)
5,19
5,04
4,92
Tingkat kegetiran
3,04
2,66
2,36
Nilai organoleptik uji skor warna
3,89
3,64
3,13
Nilai organoleptik uji skor aroma
3,23
2,67
2,44
Nilai organoleptik uji skor rasa
3,23
3,07
2,82
Nilai organoleptik uji penerimaan konsumen
3,62
3,18
2,63
(hedonik)
Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai kadar air tertinggi diperoleh pada
perlakuan S1 sebesar 5,62% dan terendah pada perlakuan S3 sebesar 4,90%.
Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 sebesar 4,28% dan terendah
pada perlakuan S1 sebesar 3,34%. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada
perlakuan S1 sebesar 7,57 mg / 100 g bahan dan terendah pada perlakuan S3
sebesar 6,67 mg / 100 g. Total asam tertinggi diperoleh pada perlakuan S1 sebesar
5,19 % dan terendah pada perlakuan S3 sebesar 4,92 %.
Nilai organoleptik uji skor tingkat kegetiran tertinggi diperoleh pada
perlakuan S1 sebesar 3,04 dan terendah pada perlakuan S3 sebesar 2,36. Nilai
organoleptik uji skor warna tertinggi diperoleh pada perlakuan S1 sebesar 3,90
dan terendah pada perlakuan S3 sebesar 3,13. Nilai organoleptik uji skor aroma
tertinggi diperoleh pada perlakuan S1 sebesar 3,23 dan terendah pada perlakuan
S3 sebesar 2,44. Nilai organoleptik uji skor rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan
S1 sebesar 3,54 dan terendah pada perlakuan S3 sebesar 2,46. Nilai organoleptik
uji penerimaan konsumen (hedonik) tertinggi diperoleh pada perlakuan S1 sebesar
3,52 dan terendah pada perlakuan S3 sebesar 2,63.

Universitas Sumatera Utara

39

Kadar Air
Pengaruh perbandingan andaliman dengan batang kecombrang terhadap
kadar air bubuk sambal andaliman
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa perbandingan
andaliman dengan batang kecombrang memberikan pengaruh berbeda sangat
nyata (P