Uji Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat, n-Heksana Senduduk (Melastoma malabathricum Linn)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia akhirakhir ini meningkat, bahkan beberapa bahan alam telah diproduksi secara
pabrikasi dalam skala besar. Penggunaan obat tradisional dinilai memiliki
efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat yang berasal dari
bahan kimia, disamping itu harganya lebih terjangkau. Selain itu
keuntungan lain penggunaan obat tradisional adalah bahan bakunya mudah
diperoleh dan harganya yang relatif murah. Hal ini disebabkan obat
tradisional sangat murah, mudah didapat dan memiliki efek samping serta
tingkat toksisitasnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat-obat
kimia (Putri, 2010).
Oksidasi

menyebabkan

terjadi


perubahan

sifat

organoleptik,

hancurnya nutrisi penting dan produksi senyawa beracun dalam makanan.
Antioksidan dapat menunda oksidasi dalam makanan serta dalam tubuh
manusia. Studi menunjukkan bahwa antioksidan sintetik dapat memicu
penyakit pada manusia bila dikonsumsi berlebihan pada konsentrasi
tertentu. Efek toksikologi antioksidan sintetis pada makanan telah menjadi
perdebatan dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu adanya
pemikiran untuk menggunakan antioksidan alami yang terdapat pada
makanan dan tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai pengawet (Thorat et
al., 2013).
Selain antioksidan alami, sejumlah tumbuhan juga mengandung
senyawa yang bersifat antibakteri, ada yang bersifat bakterisidal (pembunuh
bakteri) dan bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Salah satu
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang berkhasiat
adalah tanaman senduduk (M. malabathricum L).

Tanaman senduduk tumbuh liar pada tempat yang mendapat cukup
sinar matahari seperti lereng gunung, semak dan lapangan. Daun senduduk

Universitas Sumatera Utara

2

memiliki rasa pahit yang diketahui mengandung saponin, flavonoid dan
tanin. Golongan senyawa-senyawa tersebut sering digunakan sebagai bahan
dasar obat-obatan modern. Masyarakat memanfaatkan daun senduduk
dengan cara dikunyah, ditumbuk dan juga dengan cara mengoleskan pada
luka. Daun senduduk ini biasanya berkhasiat mengobati keputihan,
cacingan, diare, sariawan, bisul, luka berdarah dan luka bakar serta infeksi.
Infeksi masih merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita
oleh penduduk di negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu
penyebab

penyakit

infeksi


adalah

bakteri.

Bakteri

merupakan

mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi
hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop (Radji, 2011). Bakteri
patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik
maupun endemik, antara lain Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan
Pseudomonas aeruginosa (Djide dan Sartini, 2008).
Beberapa penelitian tumbuhan senduduk sebelumnya tentang
antioksidan yaitu mengenai isolasi, identifikasi dan uji antioksidan senyawa
antosianin dari buah senduduk serta aplikasi sebagai pewarna alami
(Darwis, 2013). Selain itu penelitian terbaru tentang skrining senyawa
sitotoksin dari ekstrak daun, bunga, buah, batang dan akar pada tumbuhan
senduduk terhadap larva artemia sakina leach dengan metode Brine

Shrrimp Lethality Bioassay, menyatakan ekstrak pekat etanol yang memiliki
toksisitas dan antioksidan terbesar terdapat pada bagian buah tumbuhan
senduduk (Ema,dkk, 2016). Menurut Fanny Yunia Gitti (2014) variasi
pelarut berpengaruh terhadap ekstrak daun senduduk yang dihasilkan. Hasil
dari penelitian menunjukkan pelarut etanol 96% memberikan nilai
antioksidan dan polifenol yang baik terhadap ekstrak daun senduduk.
Sedangkan penelitian tentang antibakteri diantaranya Djaenudin
Gholib (2009) telah melakukan uji daya hambat daun senduduk terhadap
Trichophyton mentagrophytees dan Candida albicans yang merupakan
penyebab penyakit kurap dan kandidiasis. Megawati R Simanjuntak (2008)
juga melakukan pengujian sediaan krim dari ekstrak dan fraksinasi
komponen ekstrak daun senduduk memberikan efek positif terhadap

Universitas Sumatera Utara

3

penyembuhan luka bakar. Penelitian mengenai perubahan warna, profil
protein dan mutu organoleptik daging ayam boiler setelah direndam dengan
ekstrak daun senduduk selama masa simpan (Melda, 2013).

Sejauh ini belum banyak penelitian yang mengungkapkan lebih luas
tentang potensi kandungan daun senduduk, termasuk juga penelitian tentang
aktivitas antioksidan dan antibakteri dari masing-masing kandungan
senyawa metabolit sekunder dengan pemisahan secara partisi. Oleh karena
itu untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan antibakteri dari kandungan
senyawa daun senduduk maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Uji aktivitas antioksidan dan antibakteri dari ekstrak metanol, fraksi ekstrak
etil asetat dan n-heksana daun senduduk (Melastoma malabathricum, L).
Hasil ekstraksi yang akan diuji yaitu ekstrak metanol yang tidak larut
dengan etil asetat, ekstrak pekat dari partisi etil asetat dan n-Heksana.
Pengujian

antibakteri

daun

senduduk

dilakukan


terhadap

bakteri

Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan metoda difusi agar.
Pengujian aktifitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (2,2difenil-1-pikrilhidrazil) yang merupakan suatu senyawa organik yang
mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat dengan panjang
gelombang 515 nm dan berwarna ungu. Setelah bereaksi dengan
antioksidan, DPPH akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi
kuning (Molyneux, 2003).
1.2

Perumusan Masalah
1. Golongan senyawa metabolit sekunder apakah yang terkandung dalam
ekstrak metanol daun senduduk?
2. Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak metanol, etil asetat dan nheksana daun senduduk dengan metode DPPH?
3. Bagaimana aktivitas antibakteri dari hasil ekstrak metanol, etil asetat dan
n-heksana daun senduduk dengan metode difusi agar?

Universitas Sumatera Utara


4

1.3

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada ekstrak metanol daun senduduk
2. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan daun senduduk dari ekstrak
metanol, etil asetat dan n-Heksana dengan metode DPPH.
3. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari daun senduduk terhadap
bakteri E. coli dan S. aureus dengan metode difusi agar.

1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap bakteri E. coli dan S. aureus
dari ekstrak metanol, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana daun senduduk,
sehingga dapat dijadikan salah satu upaya untuk mengembangkan tumbuhan

senduduk menjadi salah satu tanaman yang memiliki khasiat. Selain itu,
diharapkan penelitian ini bisa menjadi referensi atau perbandingan untuk
penelitian lebih lanjut.

1.5

Lokasi Penelitian
Sampel berupa daun senduduk yang diperoleh dari daerah Tapus,
Kecamatan Panti, Sumatera Barat. Uji herbarium dilakukan di Herbarium
Biologi USU. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam
FMIPA, Universitas Sumatera Utara dan di laboratorium mikrobiologi Balai
Riset dan Standardisasi Industri (BARISTAND) Medan.

1.6

Metodologi Penelitian
a. Tahap awal
Dilakukan uji herbarium terhadap daun senduduk. Daun senduduk
segar dikumpulkan, dikering anginkan, dan dihaluskan dengan blender.
Skrining fitokimia awal untuk identifikasi senyawa flavonoid, alkaloid,

tanin, steroid dan terpenoid.

Universitas Sumatera Utara

5

b. Tahap isolasi
Daun senduduk yg telah dihaluskan dimaserasi dengan metanol.
Ekstrak metanol kemudian di fraksinasi dengan pelarut etil asetat dan nhexan, sehingga diperoleh pemisahan senyawa-senyawa dari masingmasing fraksi.
c. Tahap Pengujian
Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH secara
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 515 nm. Pengujian
antibakteri terhadap bakteri E. coli dan S. aureus dilakukan dengan
metoda difusi agar.

Universitas Sumatera Utara