PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DOSEN PEMBIMB

SKRIPSI

  Optimalisasi Waktu Perbaikan Radiator D 10 Caterpillar

  Dengan Pendekatan Total Productive Maintenance

Diajukan Oleh :

  Antcha Wijaya S NPM: 08.11.106.701201.0680

  YAYASAN PENDIDIKAN TINGGI DHARMA WIRAWAN KALTIM UNIVERSITAS BALIKPAPAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN 2013

LEMBAR ASISTENSI PEMBIMBING

  NAMA

  : Antcha Wijaya S

  NPM

  PROGRAM STUDI

  : TEKNIK MESIN

  DOSEN PEMBIMBING

  : Budha Maryati, ST. MT

  : Yudha Pranata, ST. MT

  Dosen Pembimbing I,

  Dosen Pembimbing II

  Budha Maryati, ST.MT Yudha Pranata,ST.MT NIP : 197705282005012001

  NIK :1105107701

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

  Nama

  : Antcha Wijaya S

  : Teknik Mesin

  Judul Skripsi

  “ Optimalisasi perbaikan Radiator D 10 Caterpillar Dengan

Pendekatan Total Productive Maintenance ”

Menyetujui

  Pembimbing I,

  Pembimbing II,

  Budha Maryati, ST.MT Yudha Pranata,ST.MT NIP : 197705282005012001

  NIK :1105107701

Mengetahui dan Mengesahkan Fakultas Teknologi Industri Universitas Balikpapan Dekan,

  Ir. Manaseh, M.Eng NIK : 094003173

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

  Nama

  : Antcha Wijaya S

  : Teknik Mesin

  Judul Skripsi

  “ Optimalisasi perbaikan Radiator D 10 Caterpillar Dengan

  Pendekatan Total Productive Maintenance ”

Menyetujui

  Pembimbing I,

  Pembimbing II,

  Budha Maryati, ST.MT Yudha Pranata,ST.MT NIP : 197705282005012001

  NIK :1105107701

Mengetahui dan Mengesahkan Fakultas Teknologi Industri Universitas Balikpapan Ketua Program Studi,

  Budha Maryati, ST.MT NIP : 197705282005012001

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah Hirobbil Alamin, Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat ALLAH SWT yang masih memberikan kesempatan Menyelesaikan Tugas Akhir sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana di lingkungan Fakultas Teknik Universitas Balikpapan.

  Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan Bapakibu dosen serta bantuan dari rekan – rekan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Balikpapan.

  Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

  1. Ir. Manaseh, M.Eng, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Balikpapan

  2. Budha Maryati, ST.MT Selaku Dosen Pembimbing I

  3. Yudha Pranata,ST.MT selaku Dosen Pembimbing II

  4. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungannya baik moril dan materil selama di bangku kuliah.

  5. Seluruh Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Mesin Universitas Balikpapan yang telah memberikan bekal ilmu.

  6. Bapak hendro selaku supervisor machining PT. Bhumi Phala Perkasa.

  7. Rekan-rekan Mahasiswa yang telah membantu dalam proses pengerjaan skripsi ini dan telah melakukan kerja sama yang baik.

  Penulisan Skripsi ini masih terdapat kekurangan oleh karena itu Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran untuk penyelesaian Tugas Akhir ini.

ABSTRAK

  Antcha, Npm: 08.11.106.701201.0680, Program Sarjana Strata-1 Fakultas Teknologi Industri Universitas Balikpapan, 15 Juni 2013.optimalisasi waktu perbaikan radiator D10 Caterpillar dengan pendekatan total produktive maintenance. Dosen Pembimbing 1: Budha Maryati, ST. MT Dosen Pembimbing 2: Yhuda Pranata, ST. MT.

  PT. Bhumi Phala Perkasa sebagai perusahaan yang bergerak dibidang sales dan service, merupakan satu-satunya perusahaan reparasi radiator alat berat yang berada di kalimantan timur. Terkait pada layanan yang diberikan oleh perusahaan, peneliti mengarahkan penelitian pada masalah pengoptimalan output dan produktifitas perbaikan radiator D10 Caterpillar dengan pendekatan Total Productive Maintenance

  Sehubungan hal diatas peneliti melakukan observasi baik literatur dan data-data lapangan. Untuk tinjauan literatur yang berhubungan dengan penelitian adalah pengukuran waktu kerja dengan metode time watch study, teori pemeliharaan dan perakitan, dan teori produktifitas. Terkait dalam pengumpulan data lapangan dilakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung berdasarkan data monitoring outstanding. Berdasarkan pengolahan data pada monitoring outstanding diperoleh waktu penyelesaian rata-rata perakitan untuk bulan september menghasilkan output sebesar 9 unit dengan waktu proses 7,05 jam, pada bulan oktober menghasilkan output sebesar 10 unit dengan waktu proses rata-rata 8,4 jam, pada bulan november menghasilkan output sebesar 11 unit dengan waktu proses rata-rata 8,7 jam.

  Dari hasil pengolahan data lapangan tersebut, peneliti melakukan pengukuran aktifitas kerja melalui 10 kali pengamatan terhadap 22 aktifitas dalam proses perakitan dengan hasil waktu baku perakitan sebesar 6,29 jam. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa Perbaikan radiator d10 cat dengan Pendekatan Total

  Productive Maintenance dapat meningkatan output dari keadaan sebelum dilakukan pengururan kerja dari proses perbaikan. Kata Kunci : productive maintenance dan waktu baku

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Inovasi dalam dunia teknologi dan perindustrian, sangatlah diperlukan sebagai penunjang dan pendukung dalam kemajuan teknologi tersebut. Tujuan dari inovasi ini adalah tidak lain dan tidak bukan agar perusahaan mampu menghasilkan output atau hasil produksi yang maksimal, agar target yang telah di tentukan dapat tercapai. Manufaktur sebagai hal yang terkait dengan hal ini, merupakan suatu proses yang memerlukan sumber daya alam maupun sumber daya manusia serta peralatan dan pola produksi yang mendukung, agar tercapainya tujuan produksi.

  Waktu produksi dan perhitungan biaya yang tepat dapat meningkatkan daya saing produk yang ditawarkan oleh perusahaan atau produsen barang dan jasa. Peningkatan jumlah produksi harus di iringi dengan pengoptimalisasian dari waktu tempuh produksi selain itu penambahan line juga harus diperhatikan mengingat kebutuhan konsumen akan barang yang diinginkan. Apabila setiap produk telah ditentukan standar waktu operasional dan biaya produksinya hal ini dapat memudahkan produsen barang dan jasa untuk menentukan harga dari barang yang dihasilkan. Hal ini dapat memudahkan pemakai barang atau jasa untuk mendapat produk yang diinginkan dengan harga yang relatif lebih murah dipasaran.

  PT Bhumi Phala Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak dibidang remanufacturing dengan tingkat layanan jasa sales dan servis. Dari penelitian PT Bhumi Phala Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak dibidang remanufacturing dengan tingkat layanan jasa sales dan servis. Dari penelitian

  Sehubungan dengan ini, dapat dijelaskan bahwa industri dalam menghasilkan produk manufaktur dibagi atas zona produksinya, yang artinya suatu industri akan melakukan varian-varian produk berdasarkan kebutuhan dari industridalam bidang perakitan untuk membentuk suatu produk dari sejumlah komponen yang diproduksi berdasarkan varianjenis produksinya dalam inddustri manufaktur.

  Perakitan merupakan bagian dari rekayasa proses untuk membentuk suatu produksi untuk mengatur secara teknis dari berbagai macam komponenpart menjadi satu kesatuan produk jadi. Terkait penelitian ini penulis melakukan observasi terhadap perakitan objek radiator D10 Caterpillar yang telah di repair melalui tahapan-tahapan repair sebagaimana SOP (standart of product) yang telah ditentukan pada divisi overhaul.

  Berdasarkan dari pengamatan terhadap proses perakitan radiator D10 Caterpillar, ditemukan sejumlah aktivitas-aktivitas yang mempengaruhi waktu tempuh perakitan untuk mengambil penelitian mengenai optimalisasi

  waktu perbaikan radiator D10 caterpillar dengan pendekatan Total Produktive Maintenance.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas,penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

  Seberapa besar pengaruh penerapan total produktif maintenance terhadap waktu tempuh perakitan radiator D10 dozer?

1.3 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini memiliki tujuan antara lain yaitu, untuk mengetahui waktu tempuh yang optimal dalam perakitan radiator D10 Dozer Caterpillar.

1.4 Batasan Masalah

  Beberapa batasan masalah yang ada pada penelitian ini adalah:

  a. Lokasi penelitian PT. Bhumi Phala Perkasa

  b. Cycle time (waktu siklus) proses perakitan

  c. Kegiatan output perakitan perhari.

  d. Jam kerja operator 8 jamhari.

1.5 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah:

  a. Bagi Akademis Tekhnik Mesin Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini sebagai kontribusi bagi ilmu pengetahuan khususnya untuk mahasiswa tekhnik

  Universitas Balikpapan,dalam penerapan total produktive maintenance didunia industri pada layanan jasa servis.

  b. Bagi Praktisi Diharapkan dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi PT. Bhumi Phala Perkasa sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam memberikan pelayanan optimal dengan pendekatan total produktive maintenance terhadap para costumer.

1.6 Sistematika Penulisan

  Penulisan ini disusun oleh penulis dengan dibagi dalam beberapa bab dimana setiap bab terbagi dalam sub-sub bab berikut ini adalah sistematika dari isi penulisan :

Bab I Pendahuluan

  Pada bab satu diuraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

  Pada bab dua ini membahas tentang teori-teori penunjang yang berkaitan dengan permasalahan manufaktur, fungsi radiator, juga bagian-bagian radiator.

Bab III Metode Penelitian

  Pada bab tiga ini diuraikan mengenai proses, diagram alir penelitian dan perhitungan waktu tempuh.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

  Pada bab ini berisikan analisa dan pembahasan mengenai waktu siklus dari proses repair Radiator D10 caterpillar dengan menggunakan metode pengukuran baik dalam mengukur validitas data yang ditinjau dari keseragaman dan kecukupan data, aliran proses pada lantai operasi.

Bab V Penutup

  Pada bab ini berisikan kesimpulan yang berkenaan dengan hasil analisa dan pembahasan serta saran-saran dalam rangka perbaikan lebih lanjut.

  Daftar Pustaka Lampiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiator

  Radiator adalah salah satu komponen sistem pendingin, yang membuang panas dari engine ke udara, dalam proses ini membutuhkan liquid sebagai penghantar panas yang bersirkulasi dari radiator kemudian dipompa melewati engine kembali kedalam radiator dan dibuang di udara. Berikut ini adalah gambar dari bagian-bagian dan sirkulasi sistem pendingin.

  Gambar 1. Mesin pendingin

  Gambar 2. Skema sirkulasi pendingin

  1. Water Pump Oil

  2. Cooler

  3. Cylinder Block

  4. Thermostat

  5. Lower Radiator Tank

  6. Pressure Cap

  7. Hose

2.2 Jenis Radiator

  Radiator memiliki beberapa jenis aliran air, aliran ini memiliki perbedaan fungsi yaitu :

  1. Radiator aliran kebawah (down flow type) Radiator ini menggunakan gravitasi guna membantu proses alirannya, yang memiliki aliran dari atas kebawah untuk mempercepat proses pendinginan. Biasanya digunakan untuk unit yang memerlukan pendinginan ekstra.

  2. Radiator aliran kesamping (down flow type)

  Radiator ini memiliki aliran pendingin kesamping. Radiator ini dapat dibuat lebih kecil daripada radiator aliran kebawah sehingga memudahkan posisinya pada engine.

  Gambar 3. Jenis aliran radiator

2.3 Bagian-bagian Radiator

  Radiator terdiri dari tangki Atas, inti radiator, tangki bawah, dan penutup Radiator.

  1. Tangki atas berfungsi untuk menampung air yang telah panas dari mesin.

  Tangki atas dilerngkapi dengan lubang pengisian, pipa pembuangan dan saluran masuk dari mesin. Lubang pengisian harus ditutup dengan tutup radiator. Pipa pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dalam sistem pendinginan yang disebabkan oleh ekspansi panas dari air keluar atau ke tangki reservoir. Saluran masuk ditempatkan agak keujung tangki atas.

  2. Inti radiator berfungsi untuk membuang panas dari air ke udara agar suhu air

  lebih rendah dari sebelumnya. Inti radiator terdiri dari pipa-pipa air untuk mengalirka air dari tangki atas ke tangki bawah dan sisrip-sirip pendingin untuk membuang panas air dalam pipa-pipa air. Udara juga dialirkan diantara sirip-sirip pendingin agar pembuangan panas secepat mungkin. Warna inti radiator dibuat hitam agar pepindahan panas radiasi dapat terjadi sebesar mungkin. Besar kecilnya inti radiator tergantung pada kapasitas mesin dan jumlah pipa-pipa air dan sisrip-siripnya

  3. Tangki bawah berfungsi untuk menampung air yang telah didinginkan oleh

  inti radiator dan selanjutnya disalurkan ke mesin melalui pompa. Pada tangki bawah juga dipasangkan saluran air yang berhubungan dengan pompa air dan saluran pembuangan untuk membuang air radiator pada saat membersihkan radiator dan melepas radiator.

  4. Cara kerja katup-katup pada tutup radiator adalah sebagai berikut: Pada saat

  mesin dihidupkan suhu air pendingin segera naik dan akan menyebabkan kenikan volume air sehingga cenderung keluar saluran pengisian radiator. Keluarnya air tersebut ditahan oleh katup pengatur tekanan sehingga tekanan

  naik. Kenaikan tekanan akan menaikkan titik didih air yang berarti mempertahankan air pendingin dalam sistem. Bila kenaikan suhu sedemikian rupa sehingga menyebabkan kenaikan volume air yang berlebihan, tekanan air akan melebihi tekanan yang diperlukan dalam sistem. Karenya air akan mendesak katup pengatur tekanan untuk membuka dan air akan keluar melalui katup ini ke pipa pembuangan. Pada saat suhu air pendingin turun akan terjadi penurunan volume, yang akan menyebabkan terjadinya kevakuman dalam sistem yang selanjutnya akan membuka katup vakum sehingga dalam sistem tidak terjadi kevakuman lagi. Sistem yang menggunakan tangki reservoir, kevakuman akan diisi oleh air sehingga air dalam sistem akan tetap. Bila sistem tidak menggunakan tangki reservoir maka yang masuk adalah udara.

2.4 Perakitan(assembly)

  Menurut (http:suhdi.wordpress.com: 2009) Perakitan adalah suatu proses penyusunan dan penyatuan beberapa bagian komponen menjadi suatu alat atau mesin yang mempunyai fungsi tertentu. Pekerjaan perakitan dimulai bila obyek sudah siap untuk dipasang dan berakhir bila obyek tersebut telah bergabung secara sempurna. Perakitan juga dapat diartikan penggabungan antara bagian yang satu terhadap bagian yang lain atau pasangannya.Pada prinsipnya perakitan dalam proses manufaktur terdiri dari pasangan semua bagian-bagian komponen menjadi suatu produk, proses pengencangan, proses inspeksi dan pengujian fungsional, pemberian nama atau label, pemisahan hasil perakitan yang baik dan hasil perakitan yang buruk, serta pengepakan dan penyiapan untuk pemakaian akhir.

  Perakitan merupakan proses khusus bila dibandingkan dengan proses manufaktur lainnya, misalnya proses permesinan (frais, bubut, bor, dan gerinda) dan pengelasan yang sebagian pelaksanaannya hanya meliputi satu proses saja. Sementara dalam perakitan bisa meliputi berbagai proses manufaktur.

  Dalam perakitan terdapat beberapa metodeyang dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Metode-metode tersebut adalah :

  a. Metode perakitan pertukaran (interchangeable).

  Pada metode ini, bagian-bagian yang akan dirakit dapat ditukarkan satu sama lain (interchangeable), karena bagian tersebut dibuat oleh suatu pabrik secara massal dan sudah distandarkan baik menurut ISO, DIN, JIS, dan lain sebagainya. Keuntungan bila kita menggunakan bagian atau komponen yang telah distandarkan adalah waktu perakitan komponen yang lebih cepat dan dalam penggantian komponen yang rusak dapat diganti dengan komponen yang sejenis yang ada di pasaran.Akan tetapi tetap mempunyai kerugian yaitu kita harus membeli komponen tersebut dengan harga yang relatif lebih mahal.

  b. Perakitan dengan pemilihan.

  Pada metode perakitan dengan metode pemilihan, komponen-komponennya juga dihasilkan dengan produksi massal yang pengukuran-pengukurannya tersendiri menurut batasan-batasan ukuran.

  c. Perakitan secara individual.

  Perakitan secara individual dalam pengerjaannya tidak dapat kita pisahkan antara pasangan satu dengan pasangannya.karena dalam pengerjaannya harus berurutan tergantung bagian yang sebelumnya. Salah satu komponen yang Perakitan secara individual dalam pengerjaannya tidak dapat kita pisahkan antara pasangan satu dengan pasangannya.karena dalam pengerjaannya harus berurutan tergantung bagian yang sebelumnya. Salah satu komponen yang

2.5 Proses Perakitan Radiator D10 Caterpillar

  Seperti yang telah kita ketahui radiator memiliki beberapa jenis tipe, proses dalam melakukan servis pun pasti berbeda-beda. Oleh karenanya ada beberapa tata cara yang harus dilakukan antara lain :

  1. Disasembly (pembongkaran)

  Radiator merupakan komponen yang rapuh, oleh karenanya dalam melakukan pembongkaran harus sangat hati-hati. Pembongkaran dilakukan guna untuk melepas bagian-bagian radiator hingga bagian yang lebih kecil untuk mempermudah proses pengecekkan pada radiator itu sendiri. Apakah didalam radiator itu terdapat cacat kebocoran atau penyumbatana didalam pipa-pipa radiator itu sendiri. Proses pembongkaran dilakukan dengan melakukan pelelepasan radiator pada chasing radiator, chasing tersebut berguna sebagai pelindung radiator agar tidak mengalami benturan. Pembongkaran pada pipa-pipa radiator dilakukan pada radiator dengan ukuran yang besar.

  2. Cleaning

  Pada proses ini radiator akan dicuci dengn di steam dengan tekanan 15 bar. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat pada radiator itu sendiri, seperti tanah liat, debu dll. Tujuannya agar saat melakukan pengecekkan pada radiator dapat diketahui dengan mudah bagian mana yang terdapat kebocoran.

  3. Pengecekan

  Proses pengecekan pada radiator dilakukan untuk mengetahui apakah ada kebocoran pada radiator media yang digunakan dengan media air. Tahapan- tahapan yang dilakukan antara lain:

  a. Radiator direndam didalam air hingga terbenam semua.

  b. Kemudian angin dimasukkan kedalam radiator melewati pipa untuk

  memasukan air pada radiator.

  c. Setelah angin dimasukan akan dilihat apa ada gelembung udara, yang

  keluardari dalam radiator.

  d. Setelah radiator dites dilanjutkan pada proses repair

  4. Repair (perbaikan)

  Perbaikan dilakukan pada radiator yang mengalami kerusakan, kerusakan itu sendiri bermacam bentuknya. Ada keruskan pada sirip-sirip pipa radiator karena mengalami benturan, ada kerusakan karena kebocoran pada pipa tersebut, ada Perbaikan dilakukan pada radiator yang mengalami kerusakan, kerusakan itu sendiri bermacam bentuknya. Ada keruskan pada sirip-sirip pipa radiator karena mengalami benturan, ada kerusakan karena kebocoran pada pipa tersebut, ada

  a. Volume coolant akan berkurang.

  b. Radiator menjadi panas.

  c. Efektifitas kinerja engine menurun.

  Pada umumnya perbaikan dilakukan dengan beberapa cara:

  a. Melakukan penyolderan atau penambalan pada pipa yang bocor dengan

  menggunakan timah.

  b. Pada radiator yang mengalami bocor yang parah(patah), perbaikan dilakukan

  dengan cara menurtup lubang atas dan bawah pipa.

  5. Asembly (perakitan)

  Proses ini merupakan proses lanjutan dimana bagian-bagian raddiator yang telah terpisah disatukan kembali dimulai pada pemasangan tube radiator atau core pada upper tank, lalu di kalibrasi hingga semua komponen terpasang sempurna hal ini bertujuan agar radiator tidak mengalami kebocoran.

  6. Painting (cat)

  Setelah proses repair atau perbaikan, maka radiator akan dicat. Hal ini bertujuan untuk: Setelah proses repair atau perbaikan, maka radiator akan dicat. Hal ini bertujuan untuk:

  b. Agar produk tersebut terlihat baru.

2.6 Pengertian Total Productive Maintenance

  TotalProductiveMaintenance adalah konsep pemeliharaan yang melibatkan seluruh pekerja yang bertujuan mencapai efektifitas pada seluruh sistem produksi melalui partisipasi dan kegiatan pemeliharaan yang produktif, proaktif, dan terencana.[Suzaki Kyoshi,1999]

  TotalProductiveMaintenance mula mula berasal dari pemikiran PM(Preventive Maintenance dan Production Maintenance), dari Amerika masuk ke Jepang dan berkembang menjadi suatu sistem baruk hasJepang yang kemudian dikenal sebagai TPM (TotalProductiveMaintenance).

2.7 Sejarah Total Productive Maintenance

  Total Productive Maintenance merupakan suatu konsep baru tentang kegiatan pemeliharaan yang berasal dari Amerika yang dipopulerkan di Jepang dan berkembang menjadi suatu sistem baru khas jepang yang dikenal sebagai sistem total productive maintenance yang kita kenal seperti sekarang ini. Total productive maintenance berkembang dari filosofi yang dibawa oleh Dr.W.Edward Deming yang mempopulerkannya di Jepang setelah perang dunia ke-2 dengan pendekatan pemanfaatan data untuk melakukan kontrol kualitas dalam produksi, dan lambat laun pendekatan pemanfaatan data juga dilakukan untuk melakukan kegiatan pemeliharaandalam berproduksi.

  Perusahaan yang pertama kali mengimplementasi penggunaan total productive maintenance adalah Nippon denso corp, yang dipelopori oleh Seiichi Nakajima. Tidaklama kemudian, Nippon denso meraih pengakuan dan penghargaan atas kesuksesan mengimplementasikan total productive maintenance dari Japanese Institute Of Plant Engineering (JIPE). Seiichinakajima-lah yang kemudian mempopulerkan dan mengkampanyekan total productive maintenance dengan menulis berbagai buku dan artikel pada akhir tahun 80an dan terus berkembang diawal tahun 90an.

2.8 Karakteristik Total Productive Maintenance

  1. Motif Total Productive Maintenance:

  a) Mengadopsi pendekatan lifecycle untuk meningkatkan performa dan realibility mesin.

  b) Meningkatkan produktivitas dengan memotivasi operator disertai dengan

  perluasan tanggung jawab pekerjaan.

  c) Menggunakan peran maintenance staff untuk fokus pada machine failure dan bertanggung jawab terhadap kelancaran permesinan.

  2. KeunikanTotal Productive Maintenance:

  Operator dan maintenance staff berkolaborasi untuk menjamin dan membuat mesin dapat terus menerus berjalan dengan baik

  3. Tujuan Total Productive Maintenance

  a) Bertujuan untuk mencapai zero defect, zero breakdown dan zero accidient a) Bertujuan untuk mencapai zero defect, zero breakdown dan zero accidient

  dan production

  engineering staff yang terkait dalam pertanggung

  jawaban permesinan, serta seluruh karyawan pada umumnya

  c) Fokus pada pengurangan defect dan self maintenance.

  d) Menuntut operator untuk dapat mengatasi kerusakan ringan yang terjadi

  pada mesin sehingga tidak menjadi kerusakan mesin kronis

  4. Keuntungan LangsungTotal Productive Maintenance:

  a) Meningkatkan produktivitas dan efisiensi permesinan.

  b) Mengurangi manufacturing cost.

  c) Mengurangi kecelakaan kerja.

  d) Memuaskan keinginan konsumen terhadap produk yang dihasilkan.

  5. Keuntungan Tidak Langsung Total Productive Maintenance:

  a) Meningkatkan

  kepuasan

  dan

  kepercayaan diri operator

  dan karyawan pada umumnya.

  b) Menjaga lingkungan kerja tetap bersih, rapih dan menarik.

  c) Membawa kebiasaan baik bagi operator. Saling berbagi pengetahuan

2.9 Mentalitas Dasar

  Mentalitas dasar dalam pelaksanaan total productive maintenance adalah hal yang sangat esensial dan mendasar ,karena merupakan dasar kesuksesan penerapan total produtive maintenance itu sendiri.

  Setiap pekerja harus dapat bekerja secara bersama-sama dan berpartisipasi aktif dalam segala masalah yang timbul dalam lingkungan kerjanya. Juga, pekerja Setiap pekerja harus dapat bekerja secara bersama-sama dan berpartisipasi aktif dalam segala masalah yang timbul dalam lingkungan kerjanya. Juga, pekerja

  a) Pengendalianpemeliharaan Maksud dalam pengendalian pemeliharaan adalah harus membuat rencana

  sebelum memulai pekerjaan, melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai rencana, memverifikasi hasil pekerjaan terhadap hasil semula dan melakukan perbaikan yang perlu dilakukan.

  b) Fokus kepada proses (bukan pada hasil)

  Orientasi pengendalian yang dilakukan adalah selama masa proses perbaikan berjalan bukan setelah proses perbaikan berakhir. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas pemeliharaan dan meningkatkan kuantitas serta mengurangi kerusakan.

  c) Tidak menyalahkan orang lain Maksudnya adalah saat seseorang membuat kesalahan, harus diingatkan untuk tidak melakukannya dengan sengaja dan tidak memusatkan perhatian pada kesalahan, akan tetapi kepada langkah bagaimana mengatasi dan mencegah agar kesalahan yang sama tidak terjadi lagi.

  d) Fokus kepada hal vital

  Maksudnya dalam mengambil tindakan harus berprinsip memprioritaskan pada hal-hal penting walau jumlahnya sedikit, dari pada kepada hal yang tidak begitu penting walau jumlahnya banyak.

  e) Fokus kepada data dan histori dengan satuan terukur Maksudnya adalah menganalisis data dengan cermat, sehingga membuat hal e) Fokus kepada data dan histori dengan satuan terukur Maksudnya adalah menganalisis data dengan cermat, sehingga membuat hal

  f) Fokus pada tindakan perbaikan dan pencegahan Maksudnya melakukan tindakan perbaikan sesegera mungkin untuk menghilangkan gejala kerusakan yang akan timbul, serta mencegah terulangnya kerusakan yang sama.

  g) Penetapan sasaran kuantitatif

  Maksudnya dilakukan dengan pengendalian, pengecekan dan evaluasi secara empiris dan terukur.

  h) Berpegang pada konsep

  “ mencegah lebih baik daripada mengobati” Memelihara mesin dengan baik sebelum mesin mengalami kerusakan fatal.

  i) Menggunakan prosedur tertulis terstandardisasi sebagai dasar pemeliharaan Setiap tindakan harus dicatat dalam form yang sudah disediakan, hal ini dilakukan untuk menghindari penyimpangan, kesalahan, kadaluarsa dan mencegah ketidak taatan dalam pengambilan tindakan.

  Disamping perhatian yang tertuju pada operator, juga perlu diperhatikan mengenai hubungan antara atasan dan bawahan yang baik yang akan bermanfaat dalam pengendalian pemeliharaan yang terpadu. Adapun uraiannya sebagai berikut:

  a. Penentuan masalah Atasan sebaiknya memberikan saran-saran dan rekomendasi kepada bawahannya dan menghindari hal-hal yang bersifat perintah, sehingga a. Penentuan masalah Atasan sebaiknya memberikan saran-saran dan rekomendasi kepada bawahannya dan menghindari hal-hal yang bersifat perintah, sehingga

  

  b. Pencapaian sasaran Atasan harus dapat memberikan dorongan, informasi dan delegasi wewenang kepada bawahan. Sedangkan bawahan harus dapat memberikan respon yang positif pada perhatian yang diberikan atasan.

  c. Evaluasi hasil Dalam hal ini, atasan harus dapat bersikap terbuka, adil dan objektif serta dapat memberikan penghargaan terhadap hasil kerja bawahannya, dilain pihak bawahan harus terus meningkatkan kemampuannya.

  d. Tindakan hukuman Hindari hukuman yang memberatkan. Orientasi pada pemecahan masalah baik atasan maupun oleh bawahan.

2.10 Sistem Manajemen

  Sistem manajemen sangat menentukan dalam melakukan implementasi total productive maintenance untuk meraih kesuksesan dan berjalan sesuai dengan harapan dan rencana yang telah ditentukan. Sinergis vertikal dan horizontal perlu dilakukan untuk memudahkan semua orang dari semua tingkatan manajemen dapat dengan jelas mengetahui tentang rencana menyangkut implementasi total productive maintenance.

2.11 Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan

  Menurut (Sutalaksana, 2005), Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya yang dinyatakan dalam persen. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi.Jika suatu pengukuran menggunakan tingkat ketelitian 5 dan tingkat keyakinan 95 maka hal ini menyatakan bahwa penyimpangan hasil pengukuran dari hasil sebenamya maksimum 5 dan kemungkinan berhasil mendapatkan hasil yang demikian adalah 95. Dengan kata lain, pengukur hanya diizinkan paling banyak 5 dalam memperoleh hasil yang menyimpang dari jumlah keseluruhan hasil pengukuran.

2.12 Mean

  Mean adalah nilai rata-rata dari beberapa buah data. Nilai mean dapat ditentukan dengan membagi jumlah data dengan banyaknya data. Mean (rata-rata) merupakan suatu ukuran pemusatan data. Mean suatu data juga merupakan statistik karena mampu menggambarkan bahwa data tersebut berada pada kisaran mean data tersebut. Mean tidak dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan untuk jenis data nominal dan ordinal. Berdasarkan definisi dari mean adalah jumlah seluruh data dibagi dengan banyaknya data. Dengan kata lain jika kita memiliki N data sebagai berikut maka mean data tersebut dapat kita tuliskan sebagai berikut Mean adalah nilai rata-rata dari beberapa buah data. Nilai mean dapat ditentukan dengan membagi jumlah data dengan banyaknya data. Mean (rata-rata) merupakan suatu ukuran pemusatan data. Mean suatu data juga merupakan statistik karena mampu menggambarkan bahwa data tersebut berada pada kisaran mean data tersebut. Mean tidak dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan untuk jenis data nominal dan ordinal. Berdasarkan definisi dari mean adalah jumlah seluruh data dibagi dengan banyaknya data. Dengan kata lain jika kita memiliki N data sebagai berikut maka mean data tersebut dapat kita tuliskan sebagai berikut

2.13 Uji keseragaman dan kecukupan data

  Pengujian ini dilakukan karena keadaan sistem yang selalu berubah mengakibatkan waktu penyelesaian yang dihasilkan sistem selalu berubah-ubah, namun harus dalam batas kewajaran (Sutalaksana, 2005). Berikut ini langkah- langkah untuk pengujian keseragaman data:

  Dimana:

  = harga rata-rata dari seluruh data pengamatan

  k = harga banyaknya data pengamataan Hitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan :

  di mana :

  = Harga standar deviasi dari seluruh data pengamatan N = Jumlah pengamatan yang telah dilakukan xi = Waktu penyelesaian yang teramati Tentukan batas kontrol atas dan bawah (BKA dan BKB) dengan : BKA = + .....................................................................................

  BKA = - ......................................................................................

  tabel distribusi normal Menurut Batas-batas kontrol ini merupakan batas kontrol apakah grup ”seragam” atau tidak. Jika semua rata-rata sub grup sudah berada dalam batas

  kontrol, maka dapat dihitung banyaknya pengukuran yang diperlukan dengan menggunakan rumus pengujian kecukupan data. Berikut langkah-langkah pengujian kecukupan data yaitu dengan menggunakan rumus:

  di mana : s

  = Persentase tingkat ketelitian ’ = Jumlah pengukuran yang diperlukan N = Jumlah pengukuran yang telah dilakukan

  Jika hasil perhitungan jumlah pengukuran waktu yang diperlukan ( ’) lebih kecil atau sama dengan jumlah pengukuran yang telah dilakukan ( ’≤ ), maka jumlah pengukuran telah cukup mewakili populasi yang ada. Sedangkan jika jumlah pengukuran masih belum mencukupi, maka harus dilakukan pengukuran kembali sampai jumlah pengukuran yang diperlukan sudah melebihi oleh jumlah yang telah dilakukan.

2.14 Time Watch Study

  Tujuan dari Pengukuran kerja (work meansurement) adalah untuk menentukan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan oleh operator terlatih jika ia harus melakukannya selama 8 jam dalam sehari, pada kondisi kerja yang biasa, dan bekerja dalam kecepatan normal. Waktu ini disebut dangan waktu standar.Menurut sejarah terdapat 2 pendekatan dasar untuk mendapatkan waktu standar. Kita menyebut ke-2 pendekatan ini dengan pendekatan bottom up dan top down. Pendekatan bottom up dimulai dengan melakukan pengukuran waktu dasar, disesuaikan dengan kondisi pekerja dan kemudian diberikan kelonggaran (allowance) untuk kelelahan, kebutuhan pribadi, dan kegiatan menunggu.Pendekatan top down digunakan dalam berbagai kontrak- kontrak dengan para pekerja, dimana waktu standar, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dengan kualifikasi tertentu untuk melakukan suatu pekerjaan yang bekerja dalam kondisi biasa, digunakan untuk menentukan besarnya jumlah intensif yang harus dibayar pada pekerja diatas upah dasarnya. Adapun definisi yang digunakan pendekatan yang dipakai untuk menghitung waktu standar biasanya adalah pendekatan bottom up. Untuk itu sebaiknya kita menggali lebih dalam pendekatan ini. Pertama kali kita harus mengetahui beberapa definisi di bawah ini :

  1. Waktu normal Menurut (Wayne C. Turner dkk : 1993) Waktu normal adalah waktu rata-

  rata yang dibutuhakan operator terlatih untuk melakukan suatu pekerjaan dalam kondisi kerja yang biasa dan bekerja dalam kecepatan normal (dalam hal ini tidak rata yang dibutuhakan operator terlatih untuk melakukan suatu pekerjaan dalam kondisi kerja yang biasa dan bekerja dalam kecepatan normal (dalam hal ini tidak

  Menurut (Sutalaksana, 2005) Perhitungan waktu normal dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata yang diperoleh dari data pengamatan dengan rating factor. Dalam penelitian ini, penentuan rating factor yang diberikan menggunakan caraWestinghouse dimana penilaian dilakukan terhadap 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi.

  Rating factor = 1 + Westinghouse factor

  Setelah diperoleh hasil dari Rating Factor dilanjutkan dengan menghitung waktu normal dengan perhitungan sebagai berikut(Sutalaksana, 2005) :

  Wn = Wt x Rf

  Keterangan : Wn = Waktu Normal. Rf = Rating factor. Wt = Waktu terpilih (waktu rata-rata setelah data seragam dan cukup).

  Perhitungan waktu normal ini dilakukan hanya untuk waktu siklus rata-rata yang dilakukan oleh operator. Sedangkan kecepatan normaladalah rata-rata kecepatan operator yang terlatih dan bekerja secara bersungguh-sungguh untuk melakukan pekerjaan selama 8 jam dalam satu hari.

  2. Waktu aktual atau Waktu Baku

  Waktu aktual atau waktu baku adalahWaktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang didapatkan secara langsung dari hasil pengamatan

  Perhitungan waktu baku dilakukan dengan menambahkan kelonggaran pada waktu normal. Waktu baku juga terbagi menjadi dua bagian yaitu waktu baku operator dan waktu baku mesin. Untuk waktu normal mesin tidak diberikan kelonggaran sehingga waktu normal dapat langsung dijadikan waktu baku mesin. Waktu baku penyelesaian pekerjaan adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik (Sutalaksana, 2005).

  Kelonggaran adalah tambahan waktu yang diperlukan operator untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam kelonggaran, seperti kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique, dan kelonggaran untuk hal-hal yang tak terhindarkan dimana penambahannya diberikan pada waktu normal.nilai- nilai kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pria adalah sebesar 0 – 2,5 dan untuk wanita sebesar 2 – 5. kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan memiliki perbedaan untuk satu elemen pekerjaan dengan elemen pekerjaan lainnya tergantung pada kondisi yang ada. Perhitungan nilai kelonggaran total diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nilai kelonggaran yang telah ditentukan. Berikut ini langkah-langkah perhitungan waktu baku yaitu (Sutalaksana, 2005) :

  1. Perhitungan Total Waktu Kelonggaran

  Kelonggaran Total (All) = Ka + Kb + Kc

  Keterangan :

  Ka

  = kelonggaran untuk kebutuhan pribadi

  Kb

  = kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique

  Kc

  = kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan

  2. Perhitungan Waktu Baku Operator

  aktu aku perator bo no 1

  1 - All (2.9)

  Keterangan : Wno = Waktu normal operator

  3. Perhitungan Waktu Baku Mesin

  Waktu Baku Mesin (Wbm) = Waktu Normal Mesin

  4. Perhitungan Waktu Baku

  Waktu Baku Total (Wb) = Wbo + Wbm

2.15 Teori Produktivitas

  Setiap organisasi baik berbentuk perusahaan maupun lainnya akan selalu berupaya agar para anggota atau pekerja yang terlibat dalam kegiatan organisasi dapat memberikan prestasi dalam bentuk produktivitas kerja yang tinggi untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Produktivitas kerja merupakan suatu istilah yang sering digunakan dalam perencanaan pengembangan industri pada khususnya dan perencanaan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Pengertian produktivitas pada umumnya lebih dikaitkan dengan pandangan Setiap organisasi baik berbentuk perusahaan maupun lainnya akan selalu berupaya agar para anggota atau pekerja yang terlibat dalam kegiatan organisasi dapat memberikan prestasi dalam bentuk produktivitas kerja yang tinggi untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Produktivitas kerja merupakan suatu istilah yang sering digunakan dalam perencanaan pengembangan industri pada khususnya dan perencanaan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Pengertian produktivitas pada umumnya lebih dikaitkan dengan pandangan

  Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo ( 1995: 281 ) produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil ( jumlah barang dan jasa ) dengan sumber ( jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi, dan sebagainya ) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.

  Sedangkan konsep produktivitas menurut piagam OSLA tahun 1984 adalah (J. Ravianto,1986: 18):

  a. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya.

  b. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas.

  c. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen, informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh.

  d. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam d. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam

  e. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik.

  Menurut Handari Nawawi dan Kartini Handari, 1990:97-98). Menjelaskan secara konkrit konsep produktivitas kerja sebagai berikut:

  a. Produktivitas kerja merupakan perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh dengan jumlah kerja yang dikeluarkan. Produktivitas kerja dikatakan tinggi jika hasil yang diperoleh lebih besar dari pada sumber tenaga kerja yang dipergunakan dan sebaliknya.

  b. Produktivitas yang diukur dari daya guna (efisiensi penggunaan personal sebagai tenaga kerja). Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan penggunaan metode atau cara kerja dan alat yang tersedia, sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia. Hasil yang diperoleh bersifat non material yang tidak dapat dinilai dengan uang, sehingga produktivitas hanya digambarkan melalui efisiensi personal dalam pelaksanaan tugas-tugas pokoknya.

  Peningkatan produktivitas merupakan dambaan setiap perusahaan, produktivitas mengandung pengertian berkenaan denagan konsep ekonomis, filosofis, produktivitas berkenaan dengan usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya.

  Sebagai konsep filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini.Hal ini yang memberi dorongan untuk berusaha dan mengembangkan diri. Sedangkan konsep sistem, memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian suatu tujuan harus ada kerja sama atau keterpaduan dari unsur- unsur yang relevan sebagai sistem.

  Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari kemarin harus lebih baik dari hari ini.Cara kerja hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hasil kerja yang dicapai esok hari harus lebih baik dari yang diperoleh hari ini.(Payman J. Simanjuntak, 1987: 34-35).

  Pengertian tersebut menjelaskan bahwa di dalam meningkatkan produktivitas kerja memerlukan sikap mental yang baik dari pegawai, disamping itu peningkatan produktivitas kerja dapat dilihat melalui cara kerja yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan dan hasil kerja yang diperoleh. Sehingga dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam produktivitas kerja terdapat unsur pokok yang merupakan kriteria untuk menilainya. Ketiga unsur tersebut adalah unsur-unsur semangat kerja, cara kerja, dan hasil kerja.

  Unsur semangat kerja dapat diartikan sebagai sikap mental para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dimana sikap mental ini ditunjukan oleh adanya kegairahan dalam melaksanakan tugas dan mendorong dirinya untuk bekerja secara lebih baik dan lebih produktif. Sehingga apabila kondisi yang Unsur semangat kerja dapat diartikan sebagai sikap mental para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dimana sikap mental ini ditunjukan oleh adanya kegairahan dalam melaksanakan tugas dan mendorong dirinya untuk bekerja secara lebih baik dan lebih produktif. Sehingga apabila kondisi yang

  Untuk menilai semangat kerja karyawan dapat dilihat dari tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas pekerjaanya. Hal ini sebagai mana dikemukakan oleh Alfred R. Lateiner dan LE. Lavine bahwa “faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap semangat kerja yaitu kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaanya” (Alfred R. Lateiner dan JE. Lavine, 1983: 57).

  Unsur kedua dari produktivitas kerja adalah cara kerja atau metode kerja. Cara atau metode kerja pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaannya dapat dilihat melalui kesediaan para pegawai untuk bekerja secara efektif dan efisien.

  Ukuran ketiga dari produktivitas kerja adalah hasil kerja.Hasil kerja merupakan hasil yang diperoleh dari pekerjaan yang dilaksanakan oleh karyawan.Hasil kerja yang diperoleh oleh pegawai merupakan prestasi kerja pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya.Hasil kerja ini dapat dilihat dari jumlah atau frekuensi di atas standar yang ditetapkan.Hal ini menandakan bahwa karyawan tersebut produktif di dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaannya.

  Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa produktivitas kerja pegawai dapat diukur dengan adanya semangat kerja dari pegawai dalam menyelesaikan setiap tugas yang dibebankannya, dengan selalu berdasarkan pada cara kerja atau metode kerja yang telah ditetapkan sehingga akan diperoleh hasil kerja yang memuaskan.

  Dari pendapat di atas, dapat menyimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah suatu kemampuan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan suatu Dari pendapat di atas, dapat menyimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah suatu kemampuan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan suatu

  Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas adalah sikap mental dari pekerja untuk senantiasa berkarya lebih dari apa yang telah dan sedang diusahakan dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan dari suatu usaha.

2.16 Peta Aliran Proses

  Menurut (Sutalaksana, 1979) Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung serta di dalamnya memuat pula informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan.Adapun kegunaan dari peta aliran proses adalah sebagai berikut:

  a. Digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai awal masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir.

  b. Memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses atau prosedur.

  c. Digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.

  d. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja.

  e. Digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.

  f. Mempermudah proses analisa untuk mengetahui tempat-tempat dimana terjadi ketidak efisienan pekerjaan.

2.17 Peta Kerja

  Peta kerja adalah salah satu alat analisis dan komunikasi yang sistematis dan jelas berisikan informasi semua langkah yang dialami suatu objek (benda kerja) sejak awal proses sampai menjadi produk akhir untuk merancang dan memperbaiki sistem kerja. Peta ini menggambarkan secara grafik langkah-langkah yang muncul selama proses berlangsung. Biasanya diawali dengan bahan baku yang masuk dalam pabrik dan mengalami beberapa langkah, seperti transportasi, inspeksi, operasi, dan penyimpanan hingga menjadi barang jadi(Wayne C. Tuner dkk, 1993).

  Melalui peta kerja, dapat diberikan usulan perbaikan yang tepat untuk beberapa operasi yang dapat dieliminasi, operasi yang dapat dikombinasikan, rute yang lebih baik untuk jalannya bahan baku, pengurangan waktu delay antara operasi, dan perbaikan lainnya. Seluruh perbaikan itu akan membuat kualitas produk mengingkat dengan biaya seminimal mungkin. Peta kerja membantu menampilkan dampak perubahan dalam dari salah satu proses.

  Beberapa tahun yang lalu, Gilbreths menentukan sekumpulan simbol sebanyak 40 buah yang mewakili peta kerja. Kemudian The American Society of

  Mechanical Engineers merupakan standar simbol peta kerja yang terbagi menjadi lima, seperti dalam tabel 2.3. Simbol-simbol ini merupakan modifikasi dari simbol Gilbreths. Tabel 2.1. Simbol Peta Kerja

  Simbol

  Art

  Keterangan Operasi muncul ketika salah satu atau lebih

  karateristik objek dengan sengaja diubah. Operasi

  Operasi

  mewakili langkah utama dalam proses dan muncul pada mesin atau stasiun kerja Transportasi muncul ketika objek dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain kecuali

  Transportasi

  pergerakannya berupa bagian pelengkapan dari operasi atau inspeksi

  Inspeksi muncul ketika objek diperiksa untuk

  Inspeksi

  diidentifikasi atau dibandingkan dengan standar kuantitas atau kualitas Delay muncul ketika aktivitas selanjutnya yang

  Delay

  telah direncanakan tidak dilakukan

  Storage

  Storage muncul ketika objek disimpan dimana pengambilannya diperlukan kebijakan tertentu

  Sumber : Wayne C. Tuner dkk, 1993

2.18 Pengukuran Kerja

  Menurut (Wayne C. Tuner dkk, 1993) Tujuan dari sistem pengukuran kerja adalah untuk menentukan waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh operator terlatih untuk melakukan suatu pekerjaan jika ia harus melakukan selama 8 jam dalam sehari, pada kondisi kerja yang biasa, dan bekerja dalam kecepatan normal.

Dokumen yang terkait

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

AN ANALYSIS OF LANGUAGE CONTENT IN THE SYLLABUS FOR ESP COURSE USING ESP APPROACH THE SECRETARY AND MANAGEMENT PROGRAM BUSINESS TRAINING CENTER (BTC) JEMBER IN ACADEMIC YEAR OF 2000 2001

3 95 76

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22