Jilid-04 Depernas 24-Bab-61
BAB 61
BEBERAPA HAL TENTANG PENDAPATAN NASIO
NAL, DAJABELI DAN TINGKAT HIDUP RAKJAT
§ 731. Tentang pendapatan nasional (National Income)
a.
Anti Pendapatan Nasional.
Pendapatan nasional adalah sedjumlah nilai rupiah jang menun
djukkan nial daripada seluruh produksi barang2 dan djasa2 sebagai
hasil aktivitet2 ekonomi negara dalam keseluruhannja. Djadi, kalau
kita djumlahkan nilai (dihitung pada harga 2 pasar) dari seluruh
hasil pertanian, hasil industri, hasil dari sektor djasa 2 (termasuk
segala djasadjasa kepemerintahan), maka terd'apatlah jang disebut
Gross National Product.
Kalau dari pendjumlahan2 ini kita kurangi djumlah jang telah di
bajar untuk segala padjak2 indirect atas pendjualan (misalnja, ada
padjak pendjualan sedjumlah kira 2 Rp. 0,50 untuk tiap liter bensin
jang dibeli oleh konsumen) maka kita akan mendapat National
Product at factor cost.
Nilai dari national product ini dapat djuga ditjotjokan dengan
perhitungan djumlah pendapatan dari faktor2 produksi, dihitung
setjara langsung. Artinja djumlah dari produksi (nilai rupiahnja)
harus sama dengan djumlah dari pendapatan 2 dari faktor2 produksi
jang ikut menghasilkan produk itu, ja'ni tenaga kerdja, modal, dan
tanah (plus entrepreneurship, kalau mau).
Pendekatan ketiga dari pendapatan nasional adalah liwat sudut
pengeluaran. Djumlah pendapatan tentu harus sama dengan djum
lah pengeluaran. Djadi, kalau perekonomian dibagi dalam misalnja
lima sektor (pertanian, perindustrian dan lain2) dan didjumlahkan
berapa tiap2 tahun dikeluarkan oleh tiap2 sektor, maka djumlahnja
djuga harus sama dengan nilai dari pendapatan nasional.
Maka ketiga pengertian, ja'ni national income, national product, dan
national expenditures, seoetulnja merupakan tiga muka dari gedjala
jang satu.
b.
Artinja buat planning dan evaluation.
Dalam pekerdjaan planing dan penilaian dari suatu pembangunan
ekonomi, bagaimanakah statistik2 dari national income ini diguna
kan ? Statistik national income itu selalu harus dilihat baik dengan
komponen2nja, maupun dalam keseluruhannja. Misalnja komponen2
dari national product mengatakan bahwa dalam tahun ini negeri
kita telah menghasilkan bahan2' pertanian (diperintji tersendiri)
sekian djuta rupiah, hasil dad industri bernilai'sekian djuta rupiah,
dan lain2 sebagainja. Dan seluruh national income berdjumlah
sekian ribu djuta rupiah.
780
Untuk menilai suatu perkembangan ekonomi kita memerlukan jang
disebut suatu time series, ja'ni angka2 dari tahun ketahun. Misalnja,
Biro Perantjang Negara telah mengumpulkan angka 2 national income
dari tahun 1953 sampai tahun 1958. Kami persilahkan pembatja
mempeladjari Laporan Pelaksanaan Rentjana Pembangunan Lima
Tahun 1956 — 1960, jang dikeluarkan oleh Biro Perantjang Negara.
Kita simpulkan disini beberapa dari angka 2nja itu (vide halaman III
laporan itu) :
TahunSektor bukan
pertanian
Sektor per
tanian
1953 Rp. 62,2 57%
Rp. 46,9
1954
1955
1956
1957
1958
Rp. 49,0
Rp. 52,3
Rp. 56,0
Rp. 63,8
Rp. 51,6
Rp. 67,7
Rp. 66,6
Rp. 68,5
Rp. 70,7
Rp. 65,5
58%
56%
55%
52,6%
56%
djumlah national income
43%Rp. 109,1
(100%)
42%Rp: 116,7
44%Rp. 118,9
45%Rp. 124,5
47,4%Rp. 134,5
44%Rp. 117,
(menurut harga2 dalam tahun 1955, dalam Rp. miljard)
Tjatatan : time series demikian ini untuk dapat dipakai untuk per
bandingan dari tahun ketahun iharus dinjatakan dalam
„constant prices”, ja'ni disini misalnja semua angka2
national income dihitung kembali berdasarkan harga2
tahun 1955. Perhitungan kembali sematjam ini artinja
penting sekali, kalau kita tidak mau terkelabui oleh in
flasi. Inflasi akan menaikkan national income tidak
karena produksi naik, tetapi karena tingkat harga2 naik.
Sekarang, apakah jang dapat kita peladjari dari time series demikian
itu ? Dua hal perlu diamatamati, jakni perkembangan dari tingkat
(level) national income perubahan2 dalam kamposisi national incame
itu.
Kalau suatu perekonomian tumbuh maka dua hal akan tampak,
jakni pertama, level dari national income akan naik baik total mau
pun per capita (setiap djiwa rata2) ; kedua, komposisi (pembagian)
dari income itu berubah karena sektor pertanian setjara relatip
mendjadi kurang penting dan sektor industri dan djasa2 mendjadi
relatip lebih besar Relatip berarti persentage dari total. jang achir
ini terdjadi karena perubabanP struktur jang selalu terdapat sebagai
hasil dari pembangunan ekonomi. Kita sudah ketahui bahwa kalau
ekonomi berkembang dan produktivitet tenaga kerdjanja bertambah,
hal ini hanja mungkin sektor industri mendjadi semakin besar. Sektor
pertan.ian djuga. akan mengatami pertambahan produksi, tetapi
djumlah tenaga jang'bekerdja dilapang ini' hares berkurang, setidak
tidaknja setjara relatip.
781
Apakah jang dapat kita lihat dari angka2 jang tertera diatas ?
Pertama, bahwa level of national income (dalam djumlahnja) telah
naik dari tahun 1953 ketjuali dalam tahun 1958 jang tidak dapat
disebut tahun normal karena pengusiran belanda dan pemberontakan
djalannja ekonomi kita.
Kalau kita menghitung perkembangan national income per capita,
maka kenenaikankenaikannja tidak begitu besar (hitung sadja tiap
tahun djumlah penduduk bertambah dengan 2%), tetapi gedjala
kenaikan (djadi perbaikan nasib) toch tetap masih ada. Djuga ter
batja tanda2 adanja perubahan struktur jang positip, jakni bagian dari
„bukan pertanian” senantiasa meningkat, baik absolut maupun
relatip, biarpun hanja sedikit, dan hanja mulai dari 1954. Djatuhnja
angka perbandingan ini pada tahun 1958 dapat ditjari sebabnja
dalam seretnja produksi sektor, industri ketika sektor ini (sekarang
masih) sangat diganggu oleh kekurangan 2 bahan mentah dan
hilangnja sebagian dari pasarpasarnja karena adanja pemberontak
an dan sangat berkurangnja alat2 transport interinsulair.
c.
Kesukaran2 dalam pengumpulan angka2 National Income.
Angka2 national income jang dikumpulkan oleh Biro Perantjang
Negara, berdasar atas penjelidikan. Dr. Gould, Saudara Muljatno,
dan Dr. Charlesworth, hanja merupakan perkiraan 2 jang agak
kasar. Sangat mungkin ada kesala'han2 dalam perkirakiraannja.
Tetapi kita tidak mempunjai dasar jang lebih baik untuk meng
hitung angka2 national income ini. Alangkah baiknja kalau Peme
rintah memberi (misalnja kepada Biro Pusat Statistik) lebih banjak
fasilitet2 (anggaran belandja, tenaga ahli, personil pelaksana) untuk
keperluan perhitungan dan pentjatatan ini. Dalam hal perlu disebut
bahwa census akan sangat memudahkan perhitungan2 national
income, national product, dan national expenditures. Maka kalau
census jang sudah direntjanakan untuk dilakukan dalam tahun 1961
atau 1962 itu sungguh2 dapat dilaksanakan, dengan sendirinja
usaha2 perhitungan national income akan sangat dimudahkan, akan
mentjapai angka2 jang lebih banjak dapat dipertjajai.
§ 732. Tentang dajabeli dan tingkat hidup rakjat Indonesia
a
Sedjak adanja laporan „gobang” beberapa puluh tahun jang lalu
jang menarik perhatian challajak ramai pada salah satu masalah
jang mengchawatirkan, ialah bahwa kemampuan beli dalam arti
kata rill (jaitu tanpa menghiraukan nilai uang) atau dalam arti kata
moneter adalah rendah bagi terbanjak orang 2 di Indonesia, Seperti
dikatakan oleh laporan tersebut diatas itu, bahwasanja kebanjakan
"man in the street" hidup setiap hari dengan biaja segobang".
Djika per capita pendapatan setahun adalah diantara $ 89 — $ 50
mungkin boleh dikatakan bahwa gedjala purchasing power rendah
ini masih terus menerus merongrong rakjat kita.
782
b.
Djikalau kita tak menghiraukan nilai uang, boleh dikatakan bahwa
dari sudut produksi setjara per capita, dajabeli (purchasing power)
ditentukan ceteris paribus oleh ratio : djumlah produksi barang 2
dan services/djumlah orange. Terdjemahan djumlah barangbarang
dan services ini per capita dalam matauang adalah kemampuan
membeli per capita (per satu orang). Kenaikkan atau penurunan
purchasing power ini ditentukan oleh djumlah perubahan dalam
angka (djumlah) produksi dibandingkan idengan perubahan dalam
djumlah orang.
Ratio ini setelah diterdjemahkar dalam matauang akan memberikan
perubahan dalam purchasing power ini.
c.
Dari sudut konsumsi boleh dikatakan, bahwa dengan assumption
adanja suatu ratio tertentu antara djumlah produksi dan djumlah
penduduk, perubahan dalam skala kebutuhan perseorangan dan
kolektip akan pula merobah purchasing power perseorangan.
Misainja djika kebutuhan akan barang2 dan djasa berkurang boleti
dikatakan bahwa ceteris paribus (selainnja tidak berubah) purcha
sing power djuga telah menaik. Akan tetapi melihat demonstration
effects jang begitu kuat dan jang 'datang dari kebudajaan Barat
modern, rupanja kebutuhan akan barang2 baru dan mahal akan
naik keras disini.
Sebaliknja djikakebutuhan2 atau skala 'kebutuhan2 ini akan men
djadi lebih besar ceteris paribus purchasing power dapat dikatakan
telah menurun.
d.
Dilihat dari sudut distribusi rupanja pembagian Gross National
Product, jaitu djumlah barang2 dan services jang telah dihasilkan
tiap tahun di Indonesia adalah iberketjenderungan kearah suatu
distribusi pendapatan jang dapat dilukiskan dengan apa jang di
namakan : segi2 Pareto.
783
Pada basis segitiga ini dilukiskan djumlah2 penduduk. Garis tengah
melukiskan Skala djumlah2 pendapatan diukur dari putjuk segitiga ini.
Djadi pada tingkat2 pendapatan jang tinggi sekali ( puntjak segitiga).
hanja ada beberapa orang sadja.
Menurun kearah basis segitiga ini dengan arti kata kedjurusan
djumlah2 pendapatan jang makin rendah, kita dapat melihat makin
banjaknja djumlah orang. Dari sudut keadilan sosial, apa jang tidak
sehat, adalah sangat tjiutnja segitiga Pareto untuk Indonesia kini.
Pemetjahan masalah ini rupanja antara lain terutama terletak pada
pemupukan proses pembangunan ekonomi setjepattjepatnja, terutama
investments kearah sektor2 perekonomian dimana "value added per unit
of input" adalah tertinggi.
Misalnja penjaluran penganggur2 tak kentara kearah pembuatan social
overheads seperti djalanan2 clam sebagainja.
e.
Djikalau assumption kita adalah benar, bahwa untuk terbanjak pen
duduk Indonesia kemampuan membeli adalah kurang memuaskan,
efekefeknja atau akibatakibatnja adalah bahwa ini memberikan
suatu pendjelasan mengapa djumlah2 investasi melihat kebutuhan
proses pembangunan ekonomi adalah sangat rendah.
Menurut perkiraan2 hanja ± 5% dari GNP Indonesia diperuntuk
kan bagi investments jang berguna bagi pembangunan ekonomi.
Menurut W. W. Rostow paling sedikit 10% daripada GNP harus
disalurkan kepada productive investments supaja dapat meloloskan
perekonomian suatu negara underdeveloped dad genggaman ling
karanlingkaran tak berudjungpangkal, untuk menggunakan istilah 2
R. Nurkse. Boleh dikatakan bahwa kekurangan akan kekuatan beli
adalah satu taraf dari "underdevelopment equilibrium" . jang pula
ada di Indonesia. Disini permintaan akan modal adalah rendah,
oleh karena rendahnja inducement to invest, sebagai akibat terba
tasnja size of the market (terbatasnja purchasing power) jang di
sebabkan rendahnja real income, berhubung dengan rendahnja pro
duktiviteit, karena kurangnja intensiteit modal, sebagai akibat ren
dahnja demand for capital.
Pemetjahan masalah lingkaran 2 tak berudjung pangkal ini negara
jang masih terbelakang setjara ekonomis, adalah pokok proses
pembangunan ekonomi.
784
LAMPIRAN
HUBUNGAN SERTA IMBANGAN ANTARA PEMBANGUNAN
SEMESTA DAN EKONOMI
Laporan singkat dari Kenn Delegasi Indonesia, Dr. Moh.
Sadli, mengenai isi pembitjaraan2 dalam Sidang V dari
Working Party on Economic Development and Planning,
ECAFE, di Bangkok, antara 15 — 26 September 1959.
Di Bangkok, Muang Thai, antara 15 — 26 September 1959 telah
berlangsung suatu konperensi ECAFE jang dihadiri oleh 54 ahli 2 dari
21 Negara jang mendjadi anggota ECAFE.
ECAFE adalah Komisi Ekonomi untuk Asia dari Timur djauh. dari per
serikatan bangsa2. Sidang ECAFE terdiri dari sidang umum (dari
"Commission"— nja), tetapi setjara teratur ada pula sidangsidang jang
bersifat technis seperti Sidang2 Working Party (Sidang Kerdja), sidang2
Experts, sidang2 Seminar, dah lainlainnja. Sidang jang baru lalu ini
adalah sidang Working Party oleh Economic Development and Planning.
Working Party jang membahas masalah 2 pembangunan ekonomi dan
perentjanaan ini sampai sekarang sudah berkumpul 5 kali sedjak 1954.
Soal perentjanaan telah didekati dari sudut berbagaibagai sektor (sec
torbysector approach), misalnja sektor pertanian, sektor industri,
sektor perdagangan, dan lainlainnja. Maka kali ini jang dibahas adalah
sektor sosial ; dibahas pula hubungan pembangunan dilapangan sosial
dengan pembangunan ekonomi sesuatu rumus jang dapat didjaga
keseimbangan jang sehat telah ditjari pula.
Indonesia diwakili oleh tiga orang : Dr Moh. Sadli dari Universitas
Indonesia (Ketua), Sdr. Sugiarto.Djojosoetjipto dari Departemen Sosial
(anggauta), dan Sdr. Soegondo dari Kedutaan R. I. di Bangkok (Seker
taris). Sifat Working Party menghendaki bahwa anggautanja berbi
tjara lebih banjak sebagai ahli daripada sebagai wakil negara semata 2.
Walaupun demikian sifat politis sebagai wakil negara, kadang 2 tidak dapat
dihindarkan, dan tempo2 berbagaibagai ideologi negara agak meliputi
djuga diskusi2 sidang itu. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa sifat tehnis
lebih utama dari sifat politis ini.
Apa artinja Pembangnnan Sosial.
Diantara ahli2 ekonomi dan para perantjang ada perasaan bahwa
sudah lama orang hanja memperhatikan pembangunan pabrikpabrik,
bendungan2, saluran2 irigasi, djaringan kereta api, dan lainlain sebagai
nja, kalau mereka merentjanakan pembangunan suatu negeri. Segi ke
manusiaan dari pembangunan semesta seolaholah diabaikan atau
kurang mendapat perhatian. Ini tidak berarti bahwa projek 2 sosial sama
sekali tidak dilakukan. Bukan demikian, tetapi sering perhatian terhadap
projek2 demikian itu kurang, djumlah modal jang disediakan untuk ke
perluan ini djuga kurang, dan oleh karena itu imbangan dan integrasi
antara pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial mendjadi kurang
terdjamin pula.
785
Tetapi apakah jang dimaksudkan dengan pembangunan dilapangan
sosial ? Ini soal interpretasi. Working Party pada hakekatnja tidak
membabas soa12 sosial jang bersifat politis, biarpun sidang mengakui
bahwa "social structure" seriing mendjadi penighambat pembangunan
ekonomi.
Sebagai pengertian umum untuk pembangunan sosial disebut pem
bangunan dilapangan pendidikan, kesehatan, perumahan, kesedjahtera
an sosial (social welfare), kesedjahteraan buruh (labor standards),
kesedjahteraan gizi (nutrition standards).
Pendidikan tidak diartikan dalatn artinja jang tehnis tetapi meliputi
djuga penerangan dan bimbingan sosial untuk merubah sikap hidup,
untuk menanam nilainilai baru, jang semuanja itu harus mempermudah
pembangunan ekonomi dan sosial. Sebab diakui bahwa berbagaibagai
nilai hidup dan nilai sosial dibeberapa negara, atau masjarakat jang
masih terbelakang betul2 menghambat pembangunan ekonomi dan
usaha kearah industrialisasi.
Pengertian pembangunan sosial djuga tidak terbatas pada penge
luaranpengeluaran sadja untuk berbagaibagai projek —dilapangan so
sial. Pembangunan dilapangan sosial dapat dilakukan dengan hanja
sedikit atau hampir tidak pengeluaran 2 keuangan. Misalnja dilapangan
kesedjahteraan kaum kerdja pemerintah dapat bertindak hanja dengan
berdasar Undang2, atau dengan peraturan2, jang melindungi kepentingan2
kaum buruh atau jang memberi djaminan sosial lebih banjak kepada
mereka ini. Dilapang pembangunan masjarakat desa banjak projek 2
sosial djuga dilakukan dengan tidak banjak2 memerlukan pengeluaran
keuangan.
Persoalan (probleem stellingen) pembangunan Sosial.
Dengan pengertian jang telah diberikan kepada pembangunan
sosial seperti diatas ini apakah sekarang soalnja jang patut kita ketahui
dalam lapangan perentjanaan ?
Perentjanaan selalu menghadapi persoalan bagaimana membagi 2
sumber pembelandjaan jang terbatas kepada objek2 pembangunan jang
banjak. Maka orang harus memilih projek 2 mana jang didahulukan jang
lebih bermanfaat atau berguna sekali dalam rangka pembangunan se
muanja. Maka demikianlah timbul soal bagaimana mentjari keseim
bangan antara projek2 sosial dan projek2 ekonomi. Dua prinsip meliputi
soal keseimbangan ini, ialah prinsip hubungan saingan dan prinsip hu
bungan komplementaritet. Projek2 sosial dan projek2 ekonomi bersaingan
dalam hal kebutuhan pembelandjaan. Uang jang telah dikeluarkan
untuk membangun sekolah, rumahsakit, dll.nja, tidak dapat digunakan
lagi untuk membangun suatu pabrik, atau bendungan. Uang hanja dapat
digunakan sekali sadja dan orang harus memilih antara maksud 2 jang
dalam ini bersifat saingan. Djuga dalam effectnja beberapa projek sosial
dapat bertentangan dengan membangun ekonorni biarpun gedjala demi
kian itu Bering terdapat pada djangka jang agak pendek. Misalnja,
786
projek pemberantasan malaria dan t.b.c. jang berhasil akan merendah
kan tingkat kemadjuan, dan dengan demikian meninggikan angka per
tumbuhan penduduk, jang pada dirinja akan menjukarkan pembangunan
ekonomi kalau djumlah penabungan dan penanaman tidak dapat ber
djalan sedjadjar.
Sebaliknja, projek2 sosial dan projek2 ekonomi tidak selalu bersaing
an dalam effeknja, dalam buah atau gunanja. Kalau kita mendirikan
banjak pabrik2 maka kita perlukan djuga banjak sekolah untuk mendidik
kader2 tehnik, dan kita perlukan djuga rumah 2 sakit untuk perawatan
kaum kerdja. Dalam hal ini projek ekonomi dan projek sosial dapat
dikatakan komplementer, artinja jang satu membutuhkan jang lain.
Komplementaritet antara kedua kategori projek 2 pembangunan ini tidak
hanja bersifat langsung seperti dimisalkan diatas ini. Suatu masjarakat
jang masih sangat sederhana tidak dapat diindustrialisasikan sekali gus.
Untuk keperluan industrialisasi diperlukan jang disebut "sosial pre
condition" misalnja jang berhubungan dengan tenaga pekerdja untuk
industri. Orang2 dari pertanian tidak dapat begitu sadja didjadikan pe
kerdja industri ; pandangan hidupnja, perasaan disiplin kerdja, ketang
kasan kerdja, sering djuga keadaan kesehatannja, semuanja ini mungkin
masih perlu ditjotjokkan kepada kebutuhan2 lapangan kerdja jang baru.
Untuk melaksanakan perubahan2 mental dan phisik dari kaum kerdja
diperlukan usaha2 dilapangan sosial sebelum usaha industrialisasi dimulai
dengan sungguh2. Usahausaha sosial jang dimaksudkan sebagai "pre
condition for industrialisation" ini tidak langsung dan seketika komple
menter dengan projek2 ekonomi tetapi buahnja jang komplementer baru
dapat dipetik setelah beberapa lama.
Persoalan Keseimbangan.
Bagi seorang perentjana sangat panting sampai batas mana projek 2
sosial ini komplementer, sampai mana projek2 ini bersaingan (dalam
menelan pembelandjaan) atau bertentangan dalam effeknja, dengan projek 2
ekonomi. Disinilah keistimewaan harus ditjari.
Selaras dengan apa jang kita bitjarakan diatas ini komplementaritet
ini mempunjai berbagai pengertian :
(1) dalam anti kata bahwa projek2 sosial dan projek 2 ekonomi saling
membutuihkan dan merupakan bagian2 darn projekprojek pemba
ngunan jang chas. Projek sosial menguatkan effek dari projek
ekonomi dan sebaliknja ; effek dari kedua projek bersamasama
lebih basal: dari djumlah effek masing 2 projek kalau dipisahkam..
Dapat kita katakan bahwa projek2 sosial dalam tjontoh:fni "external
economies" kepada projek2 ekonomi.
(2) dalam arti bahwa beberapa projek2 sosial tidak komplementer seketika
dengan projek2 ekonomi, tetapi diperlukan untuk memberi
kemungkinan timbulnja "cumulative growth" dikemudilan hari.
Misalnja, memperbaiki hal gizi (nutrition standards), hal kesehatan
787
umum (public health) mendirikan berbagaibagai lembaga research
dan pengetahuan, semuanja ini mungkin tidak memberi buah seke
tika, tetapi memberi kemungkinan mempertjepat pertumbuhan
ekonomi dikemudian hari.
Tetapi apakah keseimbangan antara projek2 ekonomi dan sosial
selalu harus diukur dalam prinsip komplementaritet ini ? Tjobalah kita
melihat konsekwensi2nja.
Salah satu projek sosial jang penting adalah projek kesehatan,
misalnja pemberantasan malaria. Prinsip komplementaritet dalam hal ini
mungkin menghendaki bahwa hanja daerah 2 industri sadja jang me
merlukan, dan daerah2 jang tidak begitu produktip (karena sumber2
ekonomi kurang tersedia) ,,harus dilalaikan sementara.
Apakah ini keseimbangan jang memuaskan ? Sangat mungkin kita
tidak dapat menjetudjuinja karena norma2 prikemanusiaaan jang mutlak
ini seolaholah dilepaskan. Ambil lagi suatu tjontoh, ialah pendidikan
umum buat semua kanakkanak. Ini projek jang mahal.
Sampai berapa luas kita mau mendjalankannja ? Apakah hanja
sampai suatu batas jang setjara langsung 'dapat membantu pembangunan
industri dalam lima tahun jang akan datang ini. Kalau prinsip komple
mentarilet ini dipegang teguh maka mungkin hanja dapat 40% dari semua
kanak2 dapat diberikan kesempatan bersekolah.
Uang selebihnja lebih baik digunakan untuk membuat djalan,
bendungan, dan pabrik2. Apakah dapat dikatakan keseimbangan jang
sehat antara pembangunan ekonomi dan sosial ? Mungkin tidak ; kita
insjafi bahwa faham keseimbangan diliputi oleh norma 2 kesusilaan, dan
bukan merupakan suatu pengertian jang tehnis sematamata. Memang
banjak projek2 sosial didjalankan, dan harus didjalankan, demi kepen
tingan prikemanusiaan, demi kepentingan pembangunan sosial an sich
(pada dirinja sendiri). Artinja, beberapa projek pembangunan sosial
tudjuannja sendiri (is an end in it self) dan tidak dipandang semata 2
sebagai suatu bagian dari suatu projek ekonomi.
Semua aspek2 ini membuat persoalan mengenai imbangan sangat
peliknja, dan Working Party ini djuga tidak berhasil untuk menemukan
suatu perumusan jang objektip, jang digunakan oleh semua negara, da
lam segala keadaan, pada setiap tingkat dari pembangunannja. Soal
imbangan masih diliputi oleh berbagaibagai faktor jang berlainan antara
negara2, antara masjarakat, antara keadaan.
Djuga nilai2 susila dan perasaan keadilan sangat mempengaruhi
pandangan sehingga tidaklah dapat diketemukan suatu rumus jang ber
laku umum.
Akan tetapi, didalam proses perentjanaan, dimana kita berhadapan
dengan kenjataan bahwa sumber 2 pembelandjaan adalah terbatas dalam
djangka waktu jang agak pendek, sedangkan keperluan 2 adalah banjak
sekali, maka terpaksa kita mengadakan sistim prioritet.
Sistim prioritet ini memperhitungkan djangka waktu, maksudnja
membedakan projek sosial jang mana jang sebaiknja didahulukan dan
jang mana jang dapat menunggu sampai, negerinja sudah lebih madju
dan dapat mengumpulkan lebih banjak sumbersumber pembelandjaan.
788
Professor Hans Singer, jang mendjadi penasehat dari Working Party
ini telah membedakan lima kategori projek2 pembangunan sosial, jakni
(1) pembangunan sosial jang dianggap mendjadi keperluan mutlak di
lihat dari sudut kesusilaan dan kebudajaan, misalnja usaha pendi
dikan umum untuk semua kanaka, pemberantasan penjakit tular
(2) pembangunan sosial jang merupakan prasjarat (precondition) untuk
pembangunan ekanomi, seperti jang sudah diuraikan diatas ini
(3) pembangunan sosial jang merupakan suatu bagian dari projek2
ekonomi, misalnja diperlukannja sekian banjak tenaga kedjuruan
untuk mengisi sekian banjak pabrik baru ;
(4) pengeluaran2 dalam lapangan kesedjahteraan sosial jang dapat di
lakukan dan dibiajai kalau negeri sudah mentjapai tambahan pen
dapatan, berkat pembangunannja ;
(5) beberapa .matjam rentjana kesedjahteraan jang biasanja dapat di
tunda karena sering hanja dilakukan oleh negeri a jang sudah madju
dan terbangun, misalnja rentjana sosial security (penanggungan
social terhadap kemungkinan pengangguran, sakit,dllnja).
Kategori (1); (2), dan (3) adalah jang terpenting untuk negeri 2 jang
masih terbelakang. Tetapi tiap negara harus menentukan sendiri
imbangan antara ketiga matjam projek sosial ini, tergantung dari sum
bersumber pembelandjaannja, perasaan susilanja, tingkat pembangunan
nja, dllnja. Untuk inipun tidak ada rumus jang mutlak. Setjara tehnis
sudah Jtentu golongan (2) dan (3) adalah jang terpenting ; lagi pula
antara ketiga golongan pertama ini sebetulnja tidak terdapat persaingan
jang besar.
Faedah konperensi bagi Indonesia.
WORKINK PARTY ini sebetulnja merupakan medan pertukaran pi
kiran antara perentjana dari berbagai negeri. Maka faedah untuk negeri 2
itu tidak datang sebagai sesuatu jang langsung dan materiel, tetapi me
lalui pengalaman para achli2 ini. Kalau para perentjana ini mendapat
kan pengetahuan dan pengertian jang lebih mendalam, maka tugas dapat
dilakukan. dengan lebih sempurna.
Sudah dikatakan bahwa sidang tidak menemukan rumus 2 jang umum
dan objektip mutlak untuk mendjaga keseimbangan antara pembangun
an ekonomi dan sosial. Namun beberapa peladjaran dapat diambil dari
tukar pikiran internasional itu dimana wakila negara banjak membitja
rakan pengalaman dan rentjana negerinja masingmasing.
Dibandingkan dengan .negara2 baru di Asia tenggara dan Asia timur
Indonesia kurang mengeluarkan uang untuk pembangunan dilapangan
ini. Pembelandjaan dalam lapangan ini dalam rentjana pembangunan
5 tahun kita hanja merupakan 12% dari djumlah pengeluaran sedangkan
789
dilainlain negara prosentase ini terletak kirakira antara ' 25% dan 33%
malahan Pilipina, Ceylon, Malaja mengeluarkan lebih banjak lagi
relatip. Sudah barang tentu pengeluaran ini ada hubungannja dengan
tingkat pendapatan nasional jang untuk ketiga negara ini lebih penting
daripada di Indonesia.
1.
2.
3
Dari pembitjaraan2 disidang djuga terbukti bahwa pembangunan
masjarakat desa (community development) merupakan projek pem
bangunan sosial (dan ekanomi) jang paling bermanfaat, artinja
mempunjai perbandingan hasil dan ongkos jang terbesar.
Projek sosial jang kedua jang paling bermanfaat djuga, adalah
pendidikan. Ini tersebut dari pengelaman dari hampir semua negara.
Projek nomor tiga adalah kesehatan, terutama pemberantasan
penjakit2 rakjat seperti malaria dan lain 2nja. Manfaat ekonominja
besar sekali.
Pembangunan masih terlalu mahal diberbagaibagai negeri, tidak
terketjuali di Indonesia. Pembangunan ini dapat dimasukkan golongan
(4) dari Singer. Sementara negeri kita tidak tinggal diam sama sekali ;
dengan biaja jang tidak benar usaha research untuk mentjari bahan 2
untuk prumahan rakjat jang murah sedang dikerdjakan setjara sistima
tis. Dalam lapangan nutrition standard Indonesia telah mengadakan
research experimentation, dan propaganda. Projek Saridele adalah
projek jang terkenal diluar negeri sebagai projek experimentil. Dalam
lapangan labour standard banjak djuga jang dapat dan sudah dilakukan
dan jang tidak memakan ongkos ba,njak, semua usaha ini diarahkan
untuk meninggikan produktipitet serta kesedjahteraan buruh. Pokoknja
sistim prioritet jang diandjurkan oleh working party tepat dan sudah
kita praktekkan., Kategori pertama dari Singer menjebutkan usaha 2 sosial
jang merupakan tudjuan pada diri sendiri (an end in itself) di Indonesia
projek sematjam ini adalah usaha pendidikan umum untuk menjekolah
kan kanak', terlepas dari pertimbangan apakah mereka nanti dapat
pekerdjaan atau tidak ; djuga projek besar untuk memberantas malaria
diseluruh Indonesia merupakan projek dalam kategori ini. Ada baiknja
untuk mentjari bantuan materiil dari negeri' besar acing dan dari badan 2
internasional untuk keperluan jang humanistis ini, sekedar untuk me
ngurangi beban jang hares kita pikul sendiri. Pemberantasan malaria
memang sudah mendapatkan bantuan jang demikian.
Dalam hal pembangunan sosial dalam kategori (2) kita harus
menggunakan siasat untuk mendahulukan projek 2 jang tidak besar akan
tetapi hasilnja banjak.
Salah satu projek dalam kategori (3) jang amat panting adalah
pendidikan kedjuruan, dan ini biasanja memakan banjak ongkos. Tetapi
projek ini wadjib diberikan top prioritet,. begitu pula usahausaha untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, seperti djuga dilakukan oleh Soviet
Rusia dan R. R. T. Projek 2' dalam kategori (4) sementara kita batasi sampai
research expirimentation dan penerangan.
790
BEBERAPA HAL TENTANG PENDAPATAN NASIO
NAL, DAJABELI DAN TINGKAT HIDUP RAKJAT
§ 731. Tentang pendapatan nasional (National Income)
a.
Anti Pendapatan Nasional.
Pendapatan nasional adalah sedjumlah nilai rupiah jang menun
djukkan nial daripada seluruh produksi barang2 dan djasa2 sebagai
hasil aktivitet2 ekonomi negara dalam keseluruhannja. Djadi, kalau
kita djumlahkan nilai (dihitung pada harga 2 pasar) dari seluruh
hasil pertanian, hasil industri, hasil dari sektor djasa 2 (termasuk
segala djasadjasa kepemerintahan), maka terd'apatlah jang disebut
Gross National Product.
Kalau dari pendjumlahan2 ini kita kurangi djumlah jang telah di
bajar untuk segala padjak2 indirect atas pendjualan (misalnja, ada
padjak pendjualan sedjumlah kira 2 Rp. 0,50 untuk tiap liter bensin
jang dibeli oleh konsumen) maka kita akan mendapat National
Product at factor cost.
Nilai dari national product ini dapat djuga ditjotjokan dengan
perhitungan djumlah pendapatan dari faktor2 produksi, dihitung
setjara langsung. Artinja djumlah dari produksi (nilai rupiahnja)
harus sama dengan djumlah dari pendapatan 2 dari faktor2 produksi
jang ikut menghasilkan produk itu, ja'ni tenaga kerdja, modal, dan
tanah (plus entrepreneurship, kalau mau).
Pendekatan ketiga dari pendapatan nasional adalah liwat sudut
pengeluaran. Djumlah pendapatan tentu harus sama dengan djum
lah pengeluaran. Djadi, kalau perekonomian dibagi dalam misalnja
lima sektor (pertanian, perindustrian dan lain2) dan didjumlahkan
berapa tiap2 tahun dikeluarkan oleh tiap2 sektor, maka djumlahnja
djuga harus sama dengan nilai dari pendapatan nasional.
Maka ketiga pengertian, ja'ni national income, national product, dan
national expenditures, seoetulnja merupakan tiga muka dari gedjala
jang satu.
b.
Artinja buat planning dan evaluation.
Dalam pekerdjaan planing dan penilaian dari suatu pembangunan
ekonomi, bagaimanakah statistik2 dari national income ini diguna
kan ? Statistik national income itu selalu harus dilihat baik dengan
komponen2nja, maupun dalam keseluruhannja. Misalnja komponen2
dari national product mengatakan bahwa dalam tahun ini negeri
kita telah menghasilkan bahan2' pertanian (diperintji tersendiri)
sekian djuta rupiah, hasil dad industri bernilai'sekian djuta rupiah,
dan lain2 sebagainja. Dan seluruh national income berdjumlah
sekian ribu djuta rupiah.
780
Untuk menilai suatu perkembangan ekonomi kita memerlukan jang
disebut suatu time series, ja'ni angka2 dari tahun ketahun. Misalnja,
Biro Perantjang Negara telah mengumpulkan angka 2 national income
dari tahun 1953 sampai tahun 1958. Kami persilahkan pembatja
mempeladjari Laporan Pelaksanaan Rentjana Pembangunan Lima
Tahun 1956 — 1960, jang dikeluarkan oleh Biro Perantjang Negara.
Kita simpulkan disini beberapa dari angka 2nja itu (vide halaman III
laporan itu) :
TahunSektor bukan
pertanian
Sektor per
tanian
1953 Rp. 62,2 57%
Rp. 46,9
1954
1955
1956
1957
1958
Rp. 49,0
Rp. 52,3
Rp. 56,0
Rp. 63,8
Rp. 51,6
Rp. 67,7
Rp. 66,6
Rp. 68,5
Rp. 70,7
Rp. 65,5
58%
56%
55%
52,6%
56%
djumlah national income
43%Rp. 109,1
(100%)
42%Rp: 116,7
44%Rp. 118,9
45%Rp. 124,5
47,4%Rp. 134,5
44%Rp. 117,
(menurut harga2 dalam tahun 1955, dalam Rp. miljard)
Tjatatan : time series demikian ini untuk dapat dipakai untuk per
bandingan dari tahun ketahun iharus dinjatakan dalam
„constant prices”, ja'ni disini misalnja semua angka2
national income dihitung kembali berdasarkan harga2
tahun 1955. Perhitungan kembali sematjam ini artinja
penting sekali, kalau kita tidak mau terkelabui oleh in
flasi. Inflasi akan menaikkan national income tidak
karena produksi naik, tetapi karena tingkat harga2 naik.
Sekarang, apakah jang dapat kita peladjari dari time series demikian
itu ? Dua hal perlu diamatamati, jakni perkembangan dari tingkat
(level) national income perubahan2 dalam kamposisi national incame
itu.
Kalau suatu perekonomian tumbuh maka dua hal akan tampak,
jakni pertama, level dari national income akan naik baik total mau
pun per capita (setiap djiwa rata2) ; kedua, komposisi (pembagian)
dari income itu berubah karena sektor pertanian setjara relatip
mendjadi kurang penting dan sektor industri dan djasa2 mendjadi
relatip lebih besar Relatip berarti persentage dari total. jang achir
ini terdjadi karena perubabanP struktur jang selalu terdapat sebagai
hasil dari pembangunan ekonomi. Kita sudah ketahui bahwa kalau
ekonomi berkembang dan produktivitet tenaga kerdjanja bertambah,
hal ini hanja mungkin sektor industri mendjadi semakin besar. Sektor
pertan.ian djuga. akan mengatami pertambahan produksi, tetapi
djumlah tenaga jang'bekerdja dilapang ini' hares berkurang, setidak
tidaknja setjara relatip.
781
Apakah jang dapat kita lihat dari angka2 jang tertera diatas ?
Pertama, bahwa level of national income (dalam djumlahnja) telah
naik dari tahun 1953 ketjuali dalam tahun 1958 jang tidak dapat
disebut tahun normal karena pengusiran belanda dan pemberontakan
djalannja ekonomi kita.
Kalau kita menghitung perkembangan national income per capita,
maka kenenaikankenaikannja tidak begitu besar (hitung sadja tiap
tahun djumlah penduduk bertambah dengan 2%), tetapi gedjala
kenaikan (djadi perbaikan nasib) toch tetap masih ada. Djuga ter
batja tanda2 adanja perubahan struktur jang positip, jakni bagian dari
„bukan pertanian” senantiasa meningkat, baik absolut maupun
relatip, biarpun hanja sedikit, dan hanja mulai dari 1954. Djatuhnja
angka perbandingan ini pada tahun 1958 dapat ditjari sebabnja
dalam seretnja produksi sektor, industri ketika sektor ini (sekarang
masih) sangat diganggu oleh kekurangan 2 bahan mentah dan
hilangnja sebagian dari pasarpasarnja karena adanja pemberontak
an dan sangat berkurangnja alat2 transport interinsulair.
c.
Kesukaran2 dalam pengumpulan angka2 National Income.
Angka2 national income jang dikumpulkan oleh Biro Perantjang
Negara, berdasar atas penjelidikan. Dr. Gould, Saudara Muljatno,
dan Dr. Charlesworth, hanja merupakan perkiraan 2 jang agak
kasar. Sangat mungkin ada kesala'han2 dalam perkirakiraannja.
Tetapi kita tidak mempunjai dasar jang lebih baik untuk meng
hitung angka2 national income ini. Alangkah baiknja kalau Peme
rintah memberi (misalnja kepada Biro Pusat Statistik) lebih banjak
fasilitet2 (anggaran belandja, tenaga ahli, personil pelaksana) untuk
keperluan perhitungan dan pentjatatan ini. Dalam hal perlu disebut
bahwa census akan sangat memudahkan perhitungan2 national
income, national product, dan national expenditures. Maka kalau
census jang sudah direntjanakan untuk dilakukan dalam tahun 1961
atau 1962 itu sungguh2 dapat dilaksanakan, dengan sendirinja
usaha2 perhitungan national income akan sangat dimudahkan, akan
mentjapai angka2 jang lebih banjak dapat dipertjajai.
§ 732. Tentang dajabeli dan tingkat hidup rakjat Indonesia
a
Sedjak adanja laporan „gobang” beberapa puluh tahun jang lalu
jang menarik perhatian challajak ramai pada salah satu masalah
jang mengchawatirkan, ialah bahwa kemampuan beli dalam arti
kata rill (jaitu tanpa menghiraukan nilai uang) atau dalam arti kata
moneter adalah rendah bagi terbanjak orang 2 di Indonesia, Seperti
dikatakan oleh laporan tersebut diatas itu, bahwasanja kebanjakan
"man in the street" hidup setiap hari dengan biaja segobang".
Djika per capita pendapatan setahun adalah diantara $ 89 — $ 50
mungkin boleh dikatakan bahwa gedjala purchasing power rendah
ini masih terus menerus merongrong rakjat kita.
782
b.
Djikalau kita tak menghiraukan nilai uang, boleh dikatakan bahwa
dari sudut produksi setjara per capita, dajabeli (purchasing power)
ditentukan ceteris paribus oleh ratio : djumlah produksi barang 2
dan services/djumlah orange. Terdjemahan djumlah barangbarang
dan services ini per capita dalam matauang adalah kemampuan
membeli per capita (per satu orang). Kenaikkan atau penurunan
purchasing power ini ditentukan oleh djumlah perubahan dalam
angka (djumlah) produksi dibandingkan idengan perubahan dalam
djumlah orang.
Ratio ini setelah diterdjemahkar dalam matauang akan memberikan
perubahan dalam purchasing power ini.
c.
Dari sudut konsumsi boleh dikatakan, bahwa dengan assumption
adanja suatu ratio tertentu antara djumlah produksi dan djumlah
penduduk, perubahan dalam skala kebutuhan perseorangan dan
kolektip akan pula merobah purchasing power perseorangan.
Misainja djika kebutuhan akan barang2 dan djasa berkurang boleti
dikatakan bahwa ceteris paribus (selainnja tidak berubah) purcha
sing power djuga telah menaik. Akan tetapi melihat demonstration
effects jang begitu kuat dan jang 'datang dari kebudajaan Barat
modern, rupanja kebutuhan akan barang2 baru dan mahal akan
naik keras disini.
Sebaliknja djikakebutuhan2 atau skala 'kebutuhan2 ini akan men
djadi lebih besar ceteris paribus purchasing power dapat dikatakan
telah menurun.
d.
Dilihat dari sudut distribusi rupanja pembagian Gross National
Product, jaitu djumlah barang2 dan services jang telah dihasilkan
tiap tahun di Indonesia adalah iberketjenderungan kearah suatu
distribusi pendapatan jang dapat dilukiskan dengan apa jang di
namakan : segi2 Pareto.
783
Pada basis segitiga ini dilukiskan djumlah2 penduduk. Garis tengah
melukiskan Skala djumlah2 pendapatan diukur dari putjuk segitiga ini.
Djadi pada tingkat2 pendapatan jang tinggi sekali ( puntjak segitiga).
hanja ada beberapa orang sadja.
Menurun kearah basis segitiga ini dengan arti kata kedjurusan
djumlah2 pendapatan jang makin rendah, kita dapat melihat makin
banjaknja djumlah orang. Dari sudut keadilan sosial, apa jang tidak
sehat, adalah sangat tjiutnja segitiga Pareto untuk Indonesia kini.
Pemetjahan masalah ini rupanja antara lain terutama terletak pada
pemupukan proses pembangunan ekonomi setjepattjepatnja, terutama
investments kearah sektor2 perekonomian dimana "value added per unit
of input" adalah tertinggi.
Misalnja penjaluran penganggur2 tak kentara kearah pembuatan social
overheads seperti djalanan2 clam sebagainja.
e.
Djikalau assumption kita adalah benar, bahwa untuk terbanjak pen
duduk Indonesia kemampuan membeli adalah kurang memuaskan,
efekefeknja atau akibatakibatnja adalah bahwa ini memberikan
suatu pendjelasan mengapa djumlah2 investasi melihat kebutuhan
proses pembangunan ekonomi adalah sangat rendah.
Menurut perkiraan2 hanja ± 5% dari GNP Indonesia diperuntuk
kan bagi investments jang berguna bagi pembangunan ekonomi.
Menurut W. W. Rostow paling sedikit 10% daripada GNP harus
disalurkan kepada productive investments supaja dapat meloloskan
perekonomian suatu negara underdeveloped dad genggaman ling
karanlingkaran tak berudjungpangkal, untuk menggunakan istilah 2
R. Nurkse. Boleh dikatakan bahwa kekurangan akan kekuatan beli
adalah satu taraf dari "underdevelopment equilibrium" . jang pula
ada di Indonesia. Disini permintaan akan modal adalah rendah,
oleh karena rendahnja inducement to invest, sebagai akibat terba
tasnja size of the market (terbatasnja purchasing power) jang di
sebabkan rendahnja real income, berhubung dengan rendahnja pro
duktiviteit, karena kurangnja intensiteit modal, sebagai akibat ren
dahnja demand for capital.
Pemetjahan masalah lingkaran 2 tak berudjung pangkal ini negara
jang masih terbelakang setjara ekonomis, adalah pokok proses
pembangunan ekonomi.
784
LAMPIRAN
HUBUNGAN SERTA IMBANGAN ANTARA PEMBANGUNAN
SEMESTA DAN EKONOMI
Laporan singkat dari Kenn Delegasi Indonesia, Dr. Moh.
Sadli, mengenai isi pembitjaraan2 dalam Sidang V dari
Working Party on Economic Development and Planning,
ECAFE, di Bangkok, antara 15 — 26 September 1959.
Di Bangkok, Muang Thai, antara 15 — 26 September 1959 telah
berlangsung suatu konperensi ECAFE jang dihadiri oleh 54 ahli 2 dari
21 Negara jang mendjadi anggota ECAFE.
ECAFE adalah Komisi Ekonomi untuk Asia dari Timur djauh. dari per
serikatan bangsa2. Sidang ECAFE terdiri dari sidang umum (dari
"Commission"— nja), tetapi setjara teratur ada pula sidangsidang jang
bersifat technis seperti Sidang2 Working Party (Sidang Kerdja), sidang2
Experts, sidang2 Seminar, dah lainlainnja. Sidang jang baru lalu ini
adalah sidang Working Party oleh Economic Development and Planning.
Working Party jang membahas masalah 2 pembangunan ekonomi dan
perentjanaan ini sampai sekarang sudah berkumpul 5 kali sedjak 1954.
Soal perentjanaan telah didekati dari sudut berbagaibagai sektor (sec
torbysector approach), misalnja sektor pertanian, sektor industri,
sektor perdagangan, dan lainlainnja. Maka kali ini jang dibahas adalah
sektor sosial ; dibahas pula hubungan pembangunan dilapangan sosial
dengan pembangunan ekonomi sesuatu rumus jang dapat didjaga
keseimbangan jang sehat telah ditjari pula.
Indonesia diwakili oleh tiga orang : Dr Moh. Sadli dari Universitas
Indonesia (Ketua), Sdr. Sugiarto.Djojosoetjipto dari Departemen Sosial
(anggauta), dan Sdr. Soegondo dari Kedutaan R. I. di Bangkok (Seker
taris). Sifat Working Party menghendaki bahwa anggautanja berbi
tjara lebih banjak sebagai ahli daripada sebagai wakil negara semata 2.
Walaupun demikian sifat politis sebagai wakil negara, kadang 2 tidak dapat
dihindarkan, dan tempo2 berbagaibagai ideologi negara agak meliputi
djuga diskusi2 sidang itu. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa sifat tehnis
lebih utama dari sifat politis ini.
Apa artinja Pembangnnan Sosial.
Diantara ahli2 ekonomi dan para perantjang ada perasaan bahwa
sudah lama orang hanja memperhatikan pembangunan pabrikpabrik,
bendungan2, saluran2 irigasi, djaringan kereta api, dan lainlain sebagai
nja, kalau mereka merentjanakan pembangunan suatu negeri. Segi ke
manusiaan dari pembangunan semesta seolaholah diabaikan atau
kurang mendapat perhatian. Ini tidak berarti bahwa projek 2 sosial sama
sekali tidak dilakukan. Bukan demikian, tetapi sering perhatian terhadap
projek2 demikian itu kurang, djumlah modal jang disediakan untuk ke
perluan ini djuga kurang, dan oleh karena itu imbangan dan integrasi
antara pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial mendjadi kurang
terdjamin pula.
785
Tetapi apakah jang dimaksudkan dengan pembangunan dilapangan
sosial ? Ini soal interpretasi. Working Party pada hakekatnja tidak
membabas soa12 sosial jang bersifat politis, biarpun sidang mengakui
bahwa "social structure" seriing mendjadi penighambat pembangunan
ekonomi.
Sebagai pengertian umum untuk pembangunan sosial disebut pem
bangunan dilapangan pendidikan, kesehatan, perumahan, kesedjahtera
an sosial (social welfare), kesedjahteraan buruh (labor standards),
kesedjahteraan gizi (nutrition standards).
Pendidikan tidak diartikan dalatn artinja jang tehnis tetapi meliputi
djuga penerangan dan bimbingan sosial untuk merubah sikap hidup,
untuk menanam nilainilai baru, jang semuanja itu harus mempermudah
pembangunan ekonomi dan sosial. Sebab diakui bahwa berbagaibagai
nilai hidup dan nilai sosial dibeberapa negara, atau masjarakat jang
masih terbelakang betul2 menghambat pembangunan ekonomi dan
usaha kearah industrialisasi.
Pengertian pembangunan sosial djuga tidak terbatas pada penge
luaranpengeluaran sadja untuk berbagaibagai projek —dilapangan so
sial. Pembangunan dilapangan sosial dapat dilakukan dengan hanja
sedikit atau hampir tidak pengeluaran 2 keuangan. Misalnja dilapangan
kesedjahteraan kaum kerdja pemerintah dapat bertindak hanja dengan
berdasar Undang2, atau dengan peraturan2, jang melindungi kepentingan2
kaum buruh atau jang memberi djaminan sosial lebih banjak kepada
mereka ini. Dilapang pembangunan masjarakat desa banjak projek 2
sosial djuga dilakukan dengan tidak banjak2 memerlukan pengeluaran
keuangan.
Persoalan (probleem stellingen) pembangunan Sosial.
Dengan pengertian jang telah diberikan kepada pembangunan
sosial seperti diatas ini apakah sekarang soalnja jang patut kita ketahui
dalam lapangan perentjanaan ?
Perentjanaan selalu menghadapi persoalan bagaimana membagi 2
sumber pembelandjaan jang terbatas kepada objek2 pembangunan jang
banjak. Maka orang harus memilih projek 2 mana jang didahulukan jang
lebih bermanfaat atau berguna sekali dalam rangka pembangunan se
muanja. Maka demikianlah timbul soal bagaimana mentjari keseim
bangan antara projek2 sosial dan projek2 ekonomi. Dua prinsip meliputi
soal keseimbangan ini, ialah prinsip hubungan saingan dan prinsip hu
bungan komplementaritet. Projek2 sosial dan projek2 ekonomi bersaingan
dalam hal kebutuhan pembelandjaan. Uang jang telah dikeluarkan
untuk membangun sekolah, rumahsakit, dll.nja, tidak dapat digunakan
lagi untuk membangun suatu pabrik, atau bendungan. Uang hanja dapat
digunakan sekali sadja dan orang harus memilih antara maksud 2 jang
dalam ini bersifat saingan. Djuga dalam effectnja beberapa projek sosial
dapat bertentangan dengan membangun ekonorni biarpun gedjala demi
kian itu Bering terdapat pada djangka jang agak pendek. Misalnja,
786
projek pemberantasan malaria dan t.b.c. jang berhasil akan merendah
kan tingkat kemadjuan, dan dengan demikian meninggikan angka per
tumbuhan penduduk, jang pada dirinja akan menjukarkan pembangunan
ekonomi kalau djumlah penabungan dan penanaman tidak dapat ber
djalan sedjadjar.
Sebaliknja, projek2 sosial dan projek2 ekonomi tidak selalu bersaing
an dalam effeknja, dalam buah atau gunanja. Kalau kita mendirikan
banjak pabrik2 maka kita perlukan djuga banjak sekolah untuk mendidik
kader2 tehnik, dan kita perlukan djuga rumah 2 sakit untuk perawatan
kaum kerdja. Dalam hal ini projek ekonomi dan projek sosial dapat
dikatakan komplementer, artinja jang satu membutuhkan jang lain.
Komplementaritet antara kedua kategori projek 2 pembangunan ini tidak
hanja bersifat langsung seperti dimisalkan diatas ini. Suatu masjarakat
jang masih sangat sederhana tidak dapat diindustrialisasikan sekali gus.
Untuk keperluan industrialisasi diperlukan jang disebut "sosial pre
condition" misalnja jang berhubungan dengan tenaga pekerdja untuk
industri. Orang2 dari pertanian tidak dapat begitu sadja didjadikan pe
kerdja industri ; pandangan hidupnja, perasaan disiplin kerdja, ketang
kasan kerdja, sering djuga keadaan kesehatannja, semuanja ini mungkin
masih perlu ditjotjokkan kepada kebutuhan2 lapangan kerdja jang baru.
Untuk melaksanakan perubahan2 mental dan phisik dari kaum kerdja
diperlukan usaha2 dilapangan sosial sebelum usaha industrialisasi dimulai
dengan sungguh2. Usahausaha sosial jang dimaksudkan sebagai "pre
condition for industrialisation" ini tidak langsung dan seketika komple
menter dengan projek2 ekonomi tetapi buahnja jang komplementer baru
dapat dipetik setelah beberapa lama.
Persoalan Keseimbangan.
Bagi seorang perentjana sangat panting sampai batas mana projek 2
sosial ini komplementer, sampai mana projek2 ini bersaingan (dalam
menelan pembelandjaan) atau bertentangan dalam effeknja, dengan projek 2
ekonomi. Disinilah keistimewaan harus ditjari.
Selaras dengan apa jang kita bitjarakan diatas ini komplementaritet
ini mempunjai berbagai pengertian :
(1) dalam anti kata bahwa projek2 sosial dan projek 2 ekonomi saling
membutuihkan dan merupakan bagian2 darn projekprojek pemba
ngunan jang chas. Projek sosial menguatkan effek dari projek
ekonomi dan sebaliknja ; effek dari kedua projek bersamasama
lebih basal: dari djumlah effek masing 2 projek kalau dipisahkam..
Dapat kita katakan bahwa projek2 sosial dalam tjontoh:fni "external
economies" kepada projek2 ekonomi.
(2) dalam arti bahwa beberapa projek2 sosial tidak komplementer seketika
dengan projek2 ekonomi, tetapi diperlukan untuk memberi
kemungkinan timbulnja "cumulative growth" dikemudilan hari.
Misalnja, memperbaiki hal gizi (nutrition standards), hal kesehatan
787
umum (public health) mendirikan berbagaibagai lembaga research
dan pengetahuan, semuanja ini mungkin tidak memberi buah seke
tika, tetapi memberi kemungkinan mempertjepat pertumbuhan
ekonomi dikemudian hari.
Tetapi apakah keseimbangan antara projek2 ekonomi dan sosial
selalu harus diukur dalam prinsip komplementaritet ini ? Tjobalah kita
melihat konsekwensi2nja.
Salah satu projek sosial jang penting adalah projek kesehatan,
misalnja pemberantasan malaria. Prinsip komplementaritet dalam hal ini
mungkin menghendaki bahwa hanja daerah 2 industri sadja jang me
merlukan, dan daerah2 jang tidak begitu produktip (karena sumber2
ekonomi kurang tersedia) ,,harus dilalaikan sementara.
Apakah ini keseimbangan jang memuaskan ? Sangat mungkin kita
tidak dapat menjetudjuinja karena norma2 prikemanusiaaan jang mutlak
ini seolaholah dilepaskan. Ambil lagi suatu tjontoh, ialah pendidikan
umum buat semua kanakkanak. Ini projek jang mahal.
Sampai berapa luas kita mau mendjalankannja ? Apakah hanja
sampai suatu batas jang setjara langsung 'dapat membantu pembangunan
industri dalam lima tahun jang akan datang ini. Kalau prinsip komple
mentarilet ini dipegang teguh maka mungkin hanja dapat 40% dari semua
kanak2 dapat diberikan kesempatan bersekolah.
Uang selebihnja lebih baik digunakan untuk membuat djalan,
bendungan, dan pabrik2. Apakah dapat dikatakan keseimbangan jang
sehat antara pembangunan ekonomi dan sosial ? Mungkin tidak ; kita
insjafi bahwa faham keseimbangan diliputi oleh norma 2 kesusilaan, dan
bukan merupakan suatu pengertian jang tehnis sematamata. Memang
banjak projek2 sosial didjalankan, dan harus didjalankan, demi kepen
tingan prikemanusiaan, demi kepentingan pembangunan sosial an sich
(pada dirinja sendiri). Artinja, beberapa projek pembangunan sosial
tudjuannja sendiri (is an end in it self) dan tidak dipandang semata 2
sebagai suatu bagian dari suatu projek ekonomi.
Semua aspek2 ini membuat persoalan mengenai imbangan sangat
peliknja, dan Working Party ini djuga tidak berhasil untuk menemukan
suatu perumusan jang objektip, jang digunakan oleh semua negara, da
lam segala keadaan, pada setiap tingkat dari pembangunannja. Soal
imbangan masih diliputi oleh berbagaibagai faktor jang berlainan antara
negara2, antara masjarakat, antara keadaan.
Djuga nilai2 susila dan perasaan keadilan sangat mempengaruhi
pandangan sehingga tidaklah dapat diketemukan suatu rumus jang ber
laku umum.
Akan tetapi, didalam proses perentjanaan, dimana kita berhadapan
dengan kenjataan bahwa sumber 2 pembelandjaan adalah terbatas dalam
djangka waktu jang agak pendek, sedangkan keperluan 2 adalah banjak
sekali, maka terpaksa kita mengadakan sistim prioritet.
Sistim prioritet ini memperhitungkan djangka waktu, maksudnja
membedakan projek sosial jang mana jang sebaiknja didahulukan dan
jang mana jang dapat menunggu sampai, negerinja sudah lebih madju
dan dapat mengumpulkan lebih banjak sumbersumber pembelandjaan.
788
Professor Hans Singer, jang mendjadi penasehat dari Working Party
ini telah membedakan lima kategori projek2 pembangunan sosial, jakni
(1) pembangunan sosial jang dianggap mendjadi keperluan mutlak di
lihat dari sudut kesusilaan dan kebudajaan, misalnja usaha pendi
dikan umum untuk semua kanaka, pemberantasan penjakit tular
(2) pembangunan sosial jang merupakan prasjarat (precondition) untuk
pembangunan ekanomi, seperti jang sudah diuraikan diatas ini
(3) pembangunan sosial jang merupakan suatu bagian dari projek2
ekonomi, misalnja diperlukannja sekian banjak tenaga kedjuruan
untuk mengisi sekian banjak pabrik baru ;
(4) pengeluaran2 dalam lapangan kesedjahteraan sosial jang dapat di
lakukan dan dibiajai kalau negeri sudah mentjapai tambahan pen
dapatan, berkat pembangunannja ;
(5) beberapa .matjam rentjana kesedjahteraan jang biasanja dapat di
tunda karena sering hanja dilakukan oleh negeri a jang sudah madju
dan terbangun, misalnja rentjana sosial security (penanggungan
social terhadap kemungkinan pengangguran, sakit,dllnja).
Kategori (1); (2), dan (3) adalah jang terpenting untuk negeri 2 jang
masih terbelakang. Tetapi tiap negara harus menentukan sendiri
imbangan antara ketiga matjam projek sosial ini, tergantung dari sum
bersumber pembelandjaannja, perasaan susilanja, tingkat pembangunan
nja, dllnja. Untuk inipun tidak ada rumus jang mutlak. Setjara tehnis
sudah Jtentu golongan (2) dan (3) adalah jang terpenting ; lagi pula
antara ketiga golongan pertama ini sebetulnja tidak terdapat persaingan
jang besar.
Faedah konperensi bagi Indonesia.
WORKINK PARTY ini sebetulnja merupakan medan pertukaran pi
kiran antara perentjana dari berbagai negeri. Maka faedah untuk negeri 2
itu tidak datang sebagai sesuatu jang langsung dan materiel, tetapi me
lalui pengalaman para achli2 ini. Kalau para perentjana ini mendapat
kan pengetahuan dan pengertian jang lebih mendalam, maka tugas dapat
dilakukan. dengan lebih sempurna.
Sudah dikatakan bahwa sidang tidak menemukan rumus 2 jang umum
dan objektip mutlak untuk mendjaga keseimbangan antara pembangun
an ekonomi dan sosial. Namun beberapa peladjaran dapat diambil dari
tukar pikiran internasional itu dimana wakila negara banjak membitja
rakan pengalaman dan rentjana negerinja masingmasing.
Dibandingkan dengan .negara2 baru di Asia tenggara dan Asia timur
Indonesia kurang mengeluarkan uang untuk pembangunan dilapangan
ini. Pembelandjaan dalam lapangan ini dalam rentjana pembangunan
5 tahun kita hanja merupakan 12% dari djumlah pengeluaran sedangkan
789
dilainlain negara prosentase ini terletak kirakira antara ' 25% dan 33%
malahan Pilipina, Ceylon, Malaja mengeluarkan lebih banjak lagi
relatip. Sudah barang tentu pengeluaran ini ada hubungannja dengan
tingkat pendapatan nasional jang untuk ketiga negara ini lebih penting
daripada di Indonesia.
1.
2.
3
Dari pembitjaraan2 disidang djuga terbukti bahwa pembangunan
masjarakat desa (community development) merupakan projek pem
bangunan sosial (dan ekanomi) jang paling bermanfaat, artinja
mempunjai perbandingan hasil dan ongkos jang terbesar.
Projek sosial jang kedua jang paling bermanfaat djuga, adalah
pendidikan. Ini tersebut dari pengelaman dari hampir semua negara.
Projek nomor tiga adalah kesehatan, terutama pemberantasan
penjakit2 rakjat seperti malaria dan lain 2nja. Manfaat ekonominja
besar sekali.
Pembangunan masih terlalu mahal diberbagaibagai negeri, tidak
terketjuali di Indonesia. Pembangunan ini dapat dimasukkan golongan
(4) dari Singer. Sementara negeri kita tidak tinggal diam sama sekali ;
dengan biaja jang tidak benar usaha research untuk mentjari bahan 2
untuk prumahan rakjat jang murah sedang dikerdjakan setjara sistima
tis. Dalam lapangan nutrition standard Indonesia telah mengadakan
research experimentation, dan propaganda. Projek Saridele adalah
projek jang terkenal diluar negeri sebagai projek experimentil. Dalam
lapangan labour standard banjak djuga jang dapat dan sudah dilakukan
dan jang tidak memakan ongkos ba,njak, semua usaha ini diarahkan
untuk meninggikan produktipitet serta kesedjahteraan buruh. Pokoknja
sistim prioritet jang diandjurkan oleh working party tepat dan sudah
kita praktekkan., Kategori pertama dari Singer menjebutkan usaha 2 sosial
jang merupakan tudjuan pada diri sendiri (an end in itself) di Indonesia
projek sematjam ini adalah usaha pendidikan umum untuk menjekolah
kan kanak', terlepas dari pertimbangan apakah mereka nanti dapat
pekerdjaan atau tidak ; djuga projek besar untuk memberantas malaria
diseluruh Indonesia merupakan projek dalam kategori ini. Ada baiknja
untuk mentjari bantuan materiil dari negeri' besar acing dan dari badan 2
internasional untuk keperluan jang humanistis ini, sekedar untuk me
ngurangi beban jang hares kita pikul sendiri. Pemberantasan malaria
memang sudah mendapatkan bantuan jang demikian.
Dalam hal pembangunan sosial dalam kategori (2) kita harus
menggunakan siasat untuk mendahulukan projek 2 jang tidak besar akan
tetapi hasilnja banjak.
Salah satu projek dalam kategori (3) jang amat panting adalah
pendidikan kedjuruan, dan ini biasanja memakan banjak ongkos. Tetapi
projek ini wadjib diberikan top prioritet,. begitu pula usahausaha untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, seperti djuga dilakukan oleh Soviet
Rusia dan R. R. T. Projek 2' dalam kategori (4) sementara kita batasi sampai
research expirimentation dan penerangan.
790