Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Kesetan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan

(1)

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi atau taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja. Rijuna Dewi (2006 dalam Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Volume 7:44).

Randall dan Jackson (1999:224) mengatakan, apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen. 3. Menurunnya biaya – biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan rasa kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan.

7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Menurut Robiana Modjo (2007, dalam Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi,Volume 7:45) menjelaskan mengenai manfaat penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan antara lain:


(2)

1. Pengurangan Absentisme.

Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera atau sakit akibat kerja pun semakin berkurang.

2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan.

Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar – benar memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami cedera dan sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim pengobatan/kesehatan dari mereka.

3. Pengurangan Turnover pekerja.

Perusahaan yang menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa pihak manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia dan tidak mau keluar dari pekerjaannya.

4. Peningkatan Produktivitas.

Dari hasil penelitian yang ada memberikan gambaran bahwa baik secara individu maupun bersama – sama penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas kerja.

2.1.1 Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil atau bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit kerja di kalangan karyawan


(3)

sesuai dengan kondisi perusahaan (Ibrahim J.K., 2010:45). Strategi yang perlu diterapkan perusahaan meliputi:

1. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan dan penyakit kerja. Misalnya terlihat keadaan finansial perusahaan, kesadaran karyawan tentang keselamatan dan kesehatan kerja, serta tanggung jawab perusahaan dan karyawan, maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum.

2. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal di maksudkan setiap peraturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan, dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan – kesepakatan. 3. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan

rencana tentang keselamtan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara reaktif, pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.

4. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat drajat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya.

Untuk menentukan apakah suatu strategi efektif atau tidak, perusahaan dapat membandingkan insiden, kegawatan dan frekuensi penyakit – penyakit dan


(4)

kecelakaan sebelum dan sesudah strategi tersebut diberlakukan. Berikut ini sumber dan strategi untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Schuler dan Jackson dalam tulisan Ibrahim Jati K. (2010:47).

2.1.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaaan menurut M.Sulaksmono (dalam Santoso, 2004: 7) adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam sekejab mata, dan setiap kejadian menurut Bennet NBS (dalam Santoso, 2004: 7) terdapat empat faktor bergerak dalam suatu kesatuan berantai , yakni: lingkungan, bahaya, peralatan dan manusia.

Apabila terjadi kecelakaan kerja, tentunya perusahaan mengalami kerugian, baik secara materil dan non materil. Menurut Soehatman (2010:18), kerugian akibat kecelakaan kerja dibagi atas 2 yaitu:

1. Kerugian Langsung

Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi seperti berikut.

a. Biaya Pengobatan dan Konpensasi

Kecelakaan mengakibatkan cedera, baik cedera ringan, berat, cacad atau menimbulkan kematian. Cedera ini akan mengakibatkan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mempengaruhi produktivitas. Jika terjadi kecelakaan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan dan tunjangan kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku.


(5)

Kerugian langsung lainnya adalah kerusakan sarana produksi akibat kecelakaan seperti kebakaran, peledakan, dan kerusakan. Perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk perbaikan kerusakan. Banyak pengusaha yang terlena dengan adanya jaminan asuransi terhadap aset organisasinya. Namun kenyataannya, asuransi tidak akan membayar seluruh kerugian yang terjadi, karena ada hal yang tidak termasuk dalam lingkup asuransi. Karena itu, sekalipun suatu aset telah diasuransikan, tidak berarti bahwa usaha pengamanannya tidak lagi diperlukan. Justru dengan tingkat pengamanan yang baik akan menurunkan tingkat risiko yang pada gilirannya dapat menurunkan premi asuransi.

c. Kerugian Tidak Langsung

Kecelakaan kerja juga menimbulkan kerugian tidak langsung, antara lain:

a. Kerugian Jam Kerja

Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti sementara untuk membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian, perbaikan kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi produktivitas.

b. Kerugian Produksi

Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses produksi akibat kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk mendapat keuntungan.


(6)

c. Kerugian Sosial

Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial baik terhadap keluarga korban yang terkait langsung, maupun lingkungan sosial sekitarnya. Apabila seorang pekerja mendapat kecelakaan, keluarganya akan turut menderita. Bila korban tidak mampu bekerja atau meninggal makakeluarga akan kehilangan sumber kehidupan, keluarga terlantar yang dapat menimbulkan kesengsaraan.

d. Citra dan Kepercayaan Konsumen

Kecelakaan menimbulkan citra negatif bagi organisasi karena dinilai tidak peduli keselamatan, tidak aman atau merusak lingkungan. Citra organisasi sangat penting dalam menentukan kemajuan suatu usaha. Untuk membangun citra atau

company image, organisasi memerlukan perjuangan berat dan panjang.Namun citra ini dapat rusak dalam sekejap jika terjadi bencana atau kecelakaan lebih-lebih jika berdampak luas. Sebagai akibatnya masyarakat akan meninggalkan bahkan mungkin memboikot produknya.

2.1.3 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja pada pinsipnya dapat dicegah dan pencegahan kecelakaan ini merupakan tanggung jawab manajer lini, penyelia, mandor kepala dan juga kepala jurusan. Namun yang tersirat dalam UU No.1 tahun 1970 pasal 10, bahwa tanggung jawab pencegahan kecelakaan kerja selain pihak perusahaan juga karyawan dan pemerintah (Santoso. 2004:7).

Berkembang berbagai pendekatan dalam pencegahan kecelakaan. Menurut Soehatman (2010:10) ada beberapa konsep pendekatan pencegahan kecelakaan kerja yaitu sebagai berikut:


(7)

a. Pendekatan Energi

Sesuai dengan konsep Energi, kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu pendekatan energi mengendalikan kecelakaan melalui 3 titik yaitu pada sumbernya, pada aliran energi (path away) dan pada penerima.

b. Pendekatan Manusia

Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman. Karena itu untuk mencegah kecelakaan dilakukan berbagai upaya pembinaan unsur manusia untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga kesadaran K3 meningkat.Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:

a. Pembinaan dan Pelatihan b. Promosi K3 dan Kampanye K3 c. Pengawasan dan Inspeksi K3 d. Audit K3

e. Komunikasi K3

f. Pengembangan prosedur kerja aman (Safe Working Practice) c. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain:

a. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis dan standar yang berlaku untuk menjamin kelayakan instalasi atau peralatan kerja.


(8)

b. Sistem pengamanan pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan dalam pengoperasian alat atau instalasi misalnya tutup pengaman mesin, sistem

interlock, sistem alarm, sistem instrumentasi, dan lainnya d. Pendekatan Administrasi

Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan bebagai cara antara lain:

a. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kecelakaan dan paparan bahaya dapat dikurangi

b. Penyediaan alat keselamatan kerja

c. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3 d. Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja.

e. Pendekatan Manajemen

Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang dilakukan antara lain:

a. Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) b. Mengembangkan organisasi K3 yang efektif

c. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3 khususnya untuk manajemen tingkat atas.

2.2Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Kepmenaker 05 tahun 1996 (dalam Soehatman, 2010:46) , Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,


(9)

prosedur, proses, dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan produktif.

Menurut Soehatman (2010:46) Sistem Manajemen K3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensip dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan.

2.2.1 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Adapun tujuan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Soehatman (2010:48) adalah sebagai berikut:

a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi

Sistem Manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja penerapan K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan pencapaian K3 organisasi dengan persyaratan tersebut, organisasi dapat mengetahui tingkat pencapaian K3. Pengukuran ini dilakukan melalui audit sistem manajemen K3.

Di Indonesia, diberlakukan Permenaker No. 05 tahun 1996 tentang audit Sistem Manajemen K3 yang menetapkan kriteria untuk mengukur kinerja K3 perusahaan. DNV dengan metoda ISRS juga berfungsi sebagai alat ukur pencapaian kinerja K3 organisasi melalui peringkat dari level 1 sampai 10.


(10)

Sistem Manajemen K3 dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam mengembangkan sistem manajemen K3. Beberapa bentuk sistem manajemen K3 yang digunakan sebagai acuan misalnya ILO OHSMS Guidelines, API HSE MS Guidelines, Oil and Gas Producer Forum (OGP) HSEMS

Guidelines, ISRS dan DV, dan lainnya. c. Sebagai dasar penghargaan (awards)

Sistem manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk pemberian penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3. Penghargaan K3 diberikan baik oleh instansi pemerintah maupun lembaga independen lainnya seperti Sword of Honour dari British Counsil dan SMK3 dari Depnaker. Penghargaan K3 diberikan atas pencapaian kinerja K3 sesuai dengan tolak ukur masing-masing. Karena bersifat penghargaan, maka penilaian hanya berlaku untuk periode tertentu.

d. Sebagai serttifikasi

Sistem Manajemen K3 juga dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan manajemen K3 dalam organisasi. Sertifikasi diberikan oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh suatu badan akreditasi . Sistem sertifikasi dewasa ini telah berkembang secara global karena dapat diacu diseluruh dunia.

2.3Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001

Mengingat banyaknya sistem manajemen K3 yang dikembangkan oleh berbagai institusi, timbul kebutuhan untuk menstandarisasikan sekaligus memberikan sertifikasi atas pencapaiannya. Dari sini lahirlah sistem penilaian kinerja K3 yang disebut OHSAS 18001 (Occupational Health and Safety Assessment Series). Menurut Vincent (2012:78) OHSAS 18001 merupakan standar internasioanal untuk sistem manajemen K3 yang memungkinkan


(11)

organisasi mengendalikan risiko-risiko yang berkaitan dengan K3 serta meningkatkan kinerja K3. OHSAS 18001 dikembangkan oleh Project Group, konsorsium 43 organisasi dari 28 negara. Tim ini melahirkan kesepakatan menetapkan sistem penilaian (assessment) yang dinamakan OHSAS 18000 yang terdiri atas 2 bagian yaitu:

a. OHSAS 18001 : Memuat spesifikasi SMK3 b. OHSAS 18002 : Pedoman Implementasi

OHSAS 18001 bersifat generik dengan pemikiran untuk dapat digunakan dan dikembangkan oleh berbagai organisasi sesuai dengan sifat, skala kegiatan, risiko serta lingkup kegiatan organisasi.

Menurut Wieke Y.C. dkk,(2012:85) bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 dapat diterapkan dengan baik dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu sebagai berikut :

1. Komitmen top management

Komitmen ialah sebuah keterikatan ataupun perjanjian untuk melakukan suatu yang terbaik dalam organisasi atau kelompok tertentu.

2. Peraturan dan prosedur K3

Peraturan dan Prosedur K3 adalahaturan dan petunjuk yang ditetapkan dalam menjalankan manajemen K3. Hendaknya peraturan dan prosedur K3 tidaklah terlalu rumit sehingga mudah untuk dipahami, mudah ditetapkan dengan benar, diberlakukan sanksi jika ada pelanggaran dan perlu adanya perbaikan secara berkala sesuai dengan kondisi proyek.


(12)

Komunikasi Pekerja, ialah adanya penyampaian informasi atau pesan. Hal ini berkaitan dengan pernyataan bahwa komunikasi yang baik di perlukan antara pihak manajemen dari pihak pekerja, serta komunikasi yang baik antara sesama pekerja.

4. Kompetensi Pekerja

Kompetensi pekerja, ialah kemampuan yang di miliki pekerja. Sehingga diharapkan meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan kerja dan dapat membantu meningkatkan kompetensi pekerja yang lain terhadap K3.

5. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja ialah keadaan yang terdapat pada lokasi kerja yang mendorong K3 bila seluruh pekerjaannya mengutamakan program K3 dan diharapkan lingkungan kerja semakin mengutamakan program K3 dan diharapkan lingkungan kerja semakin kondusif dan meningkatkan motivasi para pekerja. 6. Keterlibatan Pekerja

Keterlibatan pekerja dalam K3, ialah peran pekerja dalam merumuskan perencanaan program K3 dan pekerja juga dilibatkan dalam penyampaian informasi mengenai K3.

Gambar 2.1 Proses OHSAS 18001

KEBJAKAN DAN KOMITMEN

PEMBINAAN KOMPETENSI PENGENDALIAN OPERASI INVESTIGASI KEJADIAN PERSYARATAN LEGAL

HI RA RC

RISK MANAGEMENT

TUJUAN DAN

SASARAN K3

PROGRAM KERJA K3 PEMANTAUAN DAN TINJAUAN MANAJEMEN


(13)

Sumber: Ramli, Soehatman. 2012. Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja OHSAS 18001. PT. Dian Rakyat. Jakarta.

Struktur OHSAS 18001 dan klausul-klausulnya (dalam Vincent, 2012: 78) dapat dilihat sebagai berikut:

1. Ruang Lingkup

Standar OHSAS 18001 dapat diterapkan pada organisasi apa saja yang bermaksud untuk:

a. Menetapkan sistem manajemen K3 (OH&S) yang menghilangkan atau meminimumkan risiko terhadap personil dan pihak-pihak lain yang berkepentingan yang dapat terpapar berkaitan dengan bahaya-bahaya K3 dalam aktivitas mereka.

b. Menerapkan, memelihara dan meningkatkan terus menerus sistem manajemen K3 (OH&S).

c. Menjamin kesesuaian dengan kebijakan K3 (OH&S) yang dinyatakan d. Menunjukkan kesesuaian dengan standar OHSAS 18001 melakui:

1. memuat suatu penetapan mandiri dan deklarasi mandiri atau

2. mencari konfirmasi terhadap kesesuaian melalui pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi, seperti pelanggan atau 3. mencari konfirmasi dari deklarasi mandiri atau pihak-pihak

eksternal dari organisasi

DOKUMENTASI KOMUNIKASI


(14)

4. mencari sertifikasi/registrasi terhadap sistem manajemen K3 (OH&S) oleh organisasi eksternal

Semua persyaratan dalam Standar OHSAS 18001 dimaksudkan untuk menjadi referensi bagi sistem manajemen K3 (OH&S). Perluasan dari aplikasi akan tergantung pada faktor-faktor seperti kebijakan K3 (OH&S) dari organisasi, keadaan aktivitas, risiko-risiko dan kompleksitas operasional. Standar OHSAS 18001 hanya diperuntukkan bagi K3 dan tidak dimaksudkan untuk kesehatan dan keselamatan kerja yang lain seperti kesejahteraan karyawan, program-program kesejahteraan, keamanan produk, kerusakan property, atau dampak lingkungan.

2. Publikasi Referensi

1. OHSAS 18002, Occupational health and safety management systems- Guidelines for the implementations of OHSAS 18001.

2. International Labour Organization: 2001, Guidelines on Occupational and Safety Management Systems (OSH-MS).

3. Terminologi dan Definisi-definisi

Beberapa terminologi dan definisi perlu dipahami dalam OHSAS 18001 adalah sebagai berikut:

3.1 Resiko yang dapat diterima (acceptable risk) merupakan risiko yang telah berkurang samapai tingkat yang dapat diterima (toleransi) oleh organisasi dengan memperhatikan tanggung jawab hukum dan kebijakan K3 (OH&S). 3.2 Audit adalah proses sistematik, bebas (independen) dan terdokumentasi

untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasi secara obyektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit yang dipenuhi.


(15)

3.3 Peningkatan terus- menerus adalah proses berulang dari peningkatan sistem manajemen K3 (OH&S) agar mencapai peningkatan kinerja K3 (OH&S) secara keseluruhan dan konsisten dengan kebijakan K3 (OH&S) organisasi.

3.4 Tindakan Korektif merupakan tindakan untuk mnghilangkan penyebab dari ketidaksesuaian yang terdeteksi atau situasi yang tidak diinginkan lainnya.

3.5 Dokumen adalah informasi dan media pendukungnya. Media dapat berupa kertas, magnetic, elektronik, fotografi atau kombinasinya.

3.6 Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan dengan suatu potensi untuk kerugian dalam hal cedera manusia atau kesehatan yang buruk atau kombinasinya.

3.7 Indentifikasi Bahaya adalah proses mengakui bahwa bahaya ada dan mendefinikan karakteristiknya.

3.8 Sakit Kesehatan adalah kondisi fisik yang dapat diidentifikasikan dan merugikan yang timbul dari situasi, aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan.

3.9 Insiden adalah peristiwa yang berhubungan dengan pekerjaan dimana terjadi cedera atau sakit atau kematian terjadi atau dapat saja terjadi.

3.10 Pihak berkepentingan adalah orang atau kelompok, di dalam atau di luar tempat kerja, yang peduli dengan atau terpengaruh oleh kinerja K3 OH&S) dari suatu organisasi.

3.11 Ketidaksesuaian (non-konformans) adalah tidak terpenuhinya suatu persyaratan.


(16)

3.12 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3, OH&S) adalah kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lainnya (termasuk pekerja sementara dan personel kontraktor), pengujung atau orang lain dalam tempat kerja.

3.13 Sistem Manajemen K3 (OH&S) adalah bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 (OH&S) dan metode risiko K3 (OH&S).

3.14 Tujuan K3 (OH&S) adalah sasaran K3 (OH&S), dalam hal kinerja K3 yang telah ditetapkan organisasi untuk mencapainya.

3.15 Kinerja K3 (OH&S) adalah hasil yang terukur dari suatu manajemen organisasi beserta risiko-risiko K3 (OH&S).

3.16 Kebijakan K3 (OH&S) keseluruhan maksud dan arahan dari suatu organisasi yang berkaitan dengan kinerja K3 sebagaimana dinyatakan secara resmi oleh manajemen puncak.

3.17 Organisasi adalah perusahaan, korporasi, firma, pihak berwenang atau institusi, atau bagan atau kombinasi daripadanya, apakah berbentuk badan hukum atau tidak, publik atau swasta, yang memiliki fungsi sendiri dan administrasi.

3.18 Tindakan preventif (pencegahan) tindakan menghilangkan penyebab potensial ketidaksesuaian (non-konformans) atau situasi potensial yang tidak diinginkan.

3.19 Prosedur adalah cara yang ditetapkan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau suatu proses.


(17)

3.20 Catatan atau rekaman (record) adalah dokumen yang menyatakan hasil-hasil yang dicapai atau memberikan bukti dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan.

3.21 Risiko adalah kombinasi kemungkinan dari terjadinya peristiwa berbahaya dari tingkat keparahan cedar atau sakit yang dapat disebabkan oleh peristiwa itu.

3.22 Penilaian Risiko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang menimbulkan bahaya-bahaya, dengan memperhitungkan kecukupan dari setiap pengendalian yang ada dan memutuskan apakah risiko-risiko itu dapat diterima.

3.23 Tempat Kerja adalah setiap lokasi fisik dimana aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dilakukan dibawah kendali organisasi.

4. Persyaratan Sistem Manajemen K3 (OH&S) 4.1 Persyaratan Umum

Organisasi harus:

1. Menetapkan sistem manajemen K3 yang sesuai dengan OHSAS 18001 2. Mendokumentasikan sistem manajemen K3 yang sesuai dengan

OHSAS 18001.

3. Menetapkan sistem manajemen K3 yang sesuai dengan OHSAS 18001.

4. Memelihara sistem manajemen K3 yang sesuai dengan OHSAS 18001 5. Meningkatkan terus-menerus sistem manajemen K3 sesuai dengan

persyaratan Standar OHSAS 18001 dan menentukan bagaimana itu akan memenuhi persyaratan-persyaratan OHSAS 18001 ini.


(18)

Organisasi harus mendefinisikan dan mendokumentasikan ruang lingkup dari sistem manajemen K3 (OH&S).

4.2 Kebijakan K3 (OH&S)

Manajemen puncak harus mendefinisikan dan mengesahkan kebijakan K3 organisasi dan menjamin bahwa dalam lingkup yang didefinisikan itu, sistem manajemen K3 (OH&S) akan:

1. Sesuai dengan sifat dan skala risiko-risiko K3 (OH&S) organisasi

2. Mencakup komitmen untuk pencegahan cedera dan kesehatan yang buruk serta peningkatan terus-menerus terhadap manajemen K3 dan kinerja K3 3. Mencakup komitmen untuk mematuhi persyaratan hukum yang berlaku

beserta persyaratan lainnya yang diikuti oleh organisasi terkait dengan bahaya-bahaya K3

4. Memberikan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau ulang tujuan –tujuan K3

5. Didokumentasikan, diterapkan dan dipeliharaDikomunikasikan kepada semua orang yang bekerja di bawah kendali organisasi dengan maksud agar mereka menjadi sadar akan tanggung jawab individual mereka terhadap K3 (OH&S)

6. Tersedia bagi pihak-pihak yang berkempentingan

4.3 Perencanaan


(19)

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedur untuk identifikasi bahaya yang sedang berlangsung, penilaian risiko dan penentuan pengendalian yang diperlukan. Untuk manajemen perubahan, organisasi harus mengidentifikasi bahaya-bahaya K3 (OH&S) dan risiko-risiko K3 yang berhubungan dengan perubahan dalam organisasi, sistem manajemen K3, atau aktivitas-aktivitasnya, sebelum memperkenalkan perubahan-perubahan itu.

Organisasi harus menjamin bahwa hasil dari penilaian risiko ini dipertimbangkan ketika menentukan pengendalian atau kontrol. Organisasi harus mendokumentasikan dan memelihara hasil-hasil dari identifikasi bahaya-bahaya, penilaian risiko-risiko, dan ketentuan yang ditetapkan harus up-to-date.

Organisasi harus menjamin bahwa risiko-risiko K3 (OH&S) dan pengendalian yang ditetapkan telah diperhitungkan pada saat penetapan, penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen K3.

4.3.2 Persyaratan Hukum dan Lainnya

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses persyaratan hukum dan persyaratan K3 lainnya yang berlaku dan diterapkan.

Organisasi harus menjamin bahwa persyaratan hukum yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti organisasi dipertimbangkan dalam menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen K3 (OH&S).


(20)

Organisasi harus memelihara informasi ini agar up-to-date.Organisasi harus mengkomunikasikan informasi yang relevan tentang persyaratan hukum dan persyaratan lain kepada orang-orang yang bekerja di bawah kendali organisasi serta kepada pihak lain yang relevan dan berkepentingan.

4.3.3 Tujuan-tujuan dan Program-program

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara tujuan-tujuan K3 (OH&S) yang didokumentasikan pada fungsi dan tingkat (level) yang relevan dalam organisasi. Organisasi harus menetapkan, menerapkan adan memelihara program-program untuk mencapai tujuan-tujuan. Program-program harus ditinjau-ulang secara berkala dan terencana, serta disesuaikan apabila diperlukan, untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan itu tercapai.

4.4 Implementasi dan Operasional

4.4.1 Sumber-sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Kewenangan

Manajemen puncak harus mengambil tanggung jawab utama untuk K3 (OH&S) dan sistem manajemen K3 (OH&S). Manajemen puncak harus menunjukkan komitmennya melalui:

1. Menjamin ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen K3 (OH&S).

2. Mendefinisikan peran, mengalokasikan tanggung jawab dan akuntabilitas dan mendelegasikan wewenang, untuk memfasilitasi manajemen K3 (OH&S) yang efektif, peran, tanggung jawab, akuntabilitas, kewenangan dan harus didokumentasikan dan dikomunikasikan.


(21)

Organisasi harus menunjuk seseorang anggota dari manajemen puncak dengan tanggung jawab spesifik untuk K3 (OH&S), terlepas dari tanggung jawab lainnya, dan dengan peran kewenangan yang ditetapkan untuk:

1. Menjamin bahwa sistem manajemen K3 (OH&S) ditetapkan, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan standar OHSAS 18001;

2. menjamin bahwa laporan kinerja sistem manajemen K3 (OH&S) disajikan kepada manajemen puncak untuk ditinjau ulang dan digunakan sebagai dasar untuk peningkatan sistem manajemen K3 (OH&S).

Semua mereka dengan tanggung jawab manajemen harus menunjukkan komitmen untuk peningkatan terus menerus dari kinerja K3 (OH&S) dari kinerja K3 (OH&S). Organisasi harus menjamin bahwa orang-orang di tempat kerja mengambil tanggung jawab untuk aspek-aspek K3 (OH&S) dimana mereka memiliki pengendalian, termasuk kepatuhan terhadap persyaratan K3 yang ditetapkan organisasi.

4.4.2 Kompetensi, Pelatihan, dan Kesadaran

Organisasi harus menjamin bahwa setiap orang yang di bawah pengendaliannya melakukan tugas-tugas yang dapat berdampak pada K3 adalah kompeten berdasarkan tingkat pendidikan yang tepat, pelatihan atau pengalaman, dan harus memelihara catatan-catatan terkait. Organisasi harus mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan yang terkait dengan risiko-risiko K3 dan sistem manajemen K3 dan juga organisasi harus memberikan pelatihan atau mengambil tindakan lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Organisasiharus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk membuat orang-orang yang bekerja dibawah kendali sadar akan konsekuensi K3,


(22)

manfaat-manfaat K3 dari peningkatan kinerja pribadi, peran dan tanggung jawab mereka, prosedur dan persyaratan sistem manajemen K3 serta potensi konsekuensi-konsekuensi dari prosedur-prosedur yang di spesifikasikan.

4.4.3 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi 4.4.3.1 Komunikasi

Sehubungan dengan bahaya-bahaya K3 (OH&S) dan sistem manajemen K3, organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedur untuk:

1. komunikasi internal diantara berbagai tingkat dan fungsi organisasi 2. komunikasi dengan kontraktor dan pengunjung lain ke tempat kerja

3. menerima, mendokumentasikan dan menanggapi komunikasi relevan dari pihak-pihak eksternal yang berkepentingan.

4.4.3.2 Partisipasi dan Konsultasi

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedur untuk:

a. Partisipasi Karyawan melalui:

1. keterlibatan yang tepat dalam identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penentuan pengendalian atau kontrol.

2. keterlibatan yang tepat dalam penyelidikan insiden

3. keterlibatan dalam pengembangan dan peninjauan-ulang kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuan K3 (OH&S)

4. konsultasi dimana ada perubahan yang mempengaruhi K3 (OH&S) 5. perwakilan pada hal-hal yang berkaitan dengan K3 (OH&S)


(23)

Pekerja harus diberitahu mengenai pengaturan partisipasi mereka, termasuk siapa yang mewakili mereka berkaitan dengan hal-hal K3 (OH&S). b. konsultasi dengan kontraktor apabila ada perubahan yang mempengaruhi K3

(OH&S) mereka.

Organisasi harus menjamin bahwa, apabila sesuai pihak eksternal yang relevan dan berkepentingan diberitahu tentan masalah-masalah yang berkaitan dengan K3 (OH&S).

4.4.4 Dokumentasi

Dokumentasi sistem manajemen K3 (OH&S) harus mencakup: a. Kebijakan dan tujuan K3 (OH&S)

b. Dekskripsi dari ruang lingkup sistem manajemen K3 (OH&S)

c. Dekskripsi dari elemen-elemen utama sistem manajemen K3 beserta interaksinya, dan referensi terhadap dokumen-dokumen terkait

d. Dokumen-dokumen, termasuk catatan-catatan atau rekaman yang dibutuhkan standar OHSAS 18001

e. Dokumen, catatan, rekaman yang ditentukan oleh organisasi untuk keperluan menjamin efektivitas perencanaan, operasional, dan pengendalian proses-proses yang berkaitan dengan manajemen risiko K3 (OH&S).

4.4.5 Pengendalian Dokumen

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedur untuk:


(24)

b. meninjau-ulang dan memperbaharui seperlunya kemudian menyetujui kembali dokumen itu

c. menjamin bahwa perubahan dan status revisi terkini dari dokumen diidentifikasi

d. menjamin bahwa versi relevan dari dokumen yang berlaku tersedia di tempat penggunaan

e. menjamin bahwa dokumen tetap dapat dibaca dan mudah diidentifikasi f. menjamin bahwa dokumen yang berasal dari luar yang ditetapkan oleh

organisasi untuk keperluan perencanaan dan operasi sistem manajemen K3 (OH&S) diidentifkasi dan distribusinya dikendalikan

g. mencegah peggunaan dokumen kadaluarsa dan menerapkan identifikasi yang sesuai untuk dokumen-dokumen yang disimpan untuk tujuan apapun. 4.4.6 Pengendalian Operasional

Organisasi harus menetapkan operasi-operasi dan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan bahaya-bahaya yang diidentifikasi dimana pelaksanaan control diperlukan untuk mengelola risiko-risiko K3 (OH&S). Untuk operasi-operasi dan aktivitas-aktivitas itu, organisasi harus menerapkan dan memelihara:

a. Pengendalian operasional, sebagaimana berlaku bagi organisasi dan aktivitas-aktivitasnya; organisasi harus mengintegrasikan pengendalian operasional itu ke dalam sistem manajemen K3 (OH&S) secara keseluruhan;

b. Pengendalian terkait dengan barang-barang yang dibeli, peralatan dan jasa-jasa


(25)

c. Pengendalian terkait dengan kontraktor dan pengunjung lain di tempat kerja

d. Prosedur terdokumentasi

4.4.7 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedur untuk:

1. Mengidentifikasi potensi untuk situasi darurat 2. Menanggapi situasi darurat itu.

Organisasi harus menanggapi situasi darurat yang sebenarnya dan mencegah atau mengurangi konsekuensi K3 (OH&S) yang merugikan. Organisasi jugaharus secara periodik menguji prosedur-prosedur untuk menanggapi situasi darurat, bila memungkinkan, melibatkan pihak-pihak relevan yang berkepentingan secara tepat. Organisasi secara periodik harus meninjau ulang dan apabila perlu, merevisi prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat, khususnya setelah pengujian berkala dan setelah terjadinya situasi darurat itu.

4.5 Pemeriksaan

4.5.1 Pemantauan dan Pengukuran Kerja

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja K3 (OH&S) secara berkala. Jika peralatan diperlukan untuk memantau dan mengukur kinerja, maka organisasi


(26)

harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk kalibrasi dan aktivitas pemeliharaan beserta hasil-hasilnya harus disimpan.

4.5.2 Evaluasi Kesesuaian

4.5.2.1 Konsisten dengan komitmen terhadap kesesuaian, organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengevaluasi secara berkala kepatuhan terhadap persyaratan hukum yang berlaku. 4.5.2.2 Organisasi harus mengevaluasi kepatuhan terhadap persyaratan lain yang

diikuti. Organisasi boleh menggabungkan evaluasi tersebut dengan evaluasi kepatuhan hukum atau menetapkan prosedur secara terpisah. 4.5.3 Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian (Non-Konformans), Tindakan

Korektif dan Tindakan Pencegahan 4.5.3.1 Penyelidikan Insiden

Organisasiharus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat atau merekam, menyelidiki dan menganalisis insiden dalam rangka:

a. menentukan kekurangan K3 (OH&S) yang mendasar dan faktor-faktor lain yang mungkin menyebabkan atau memberikan kontribusi terhadap terjadinya insiden;

b. mengidentifikasi kebutuhan untuk tindakan korektif; c. mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk tindakan

d. mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk peningkatan terus menerus


(27)

Setiap kebutuhan untuk tindakan korektif atau kesempatan untuk tindakan pencegahan yang diidentifikasi harus ditangani sesuai dengan bagian yang relevan.

4.5.3.2 Ketidaksesuaian (Non-Konformans), Tindakan Korektif dan Tindakan Pencegahan

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedur yang berkaitan dengan ketidaksesuaian aktual dan potensial, dan untuk mengambil tindakan korektif dan tindakan pencegahan. Prosedur itu harus menetapkan persyaratan untuk :

a. mengidentifikasikan dan mengoreksi ketidaksesuaian (non-konformans) serta mengambil tindakan untuk mengurangi konsekuensi K3 (OH&S). b. menyelidiki ketidaksesuaian (non-konformans, menentukan

penyebab-penyebab ketidaksesuaian, dan mengambil tindakan untuk menghindari pengulangan kembali ketidaksesuaian itu;

c. mengevaluasi kebutuhan untuk tindakan-tindakan mencegah ketidaksesuaian dan menerapkan tindakan-tindakan yang sesuai yang di desain untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian

d. mencatat dan mengkomunikasikan hasil-hasil dari tindakan korektif dan tindakan pencegahan yang dilakukan

e. meninjau-ulang efektivitas dari tindakan korektif dan tindakan pencegahan yang dilakukan.

Apabila tindakan korektif dan tindakan pencegahan mengidentifikasi bahaya baru atau perubahan bahaya, atau kebutuhan untuk pengendalian baru atau perubahan pengendalian, maka prosedur harus mensyaratkan bahwa tindakan


(28)

yang diusulkan harus diambil melalui penilaian risiko sebelum implementasi tindakan-tindakan itu. Setiap tindakan korektif atau tindakan pencegahan yang diambil untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian actual dan potensial harus sesuai dengan besarnya masalah dan sepadan dengan risiko-risiko K3 yang ditemui.

Organisasi harus menjamin bahwa setiap perubahan yang terjadi sebagai akibat dari tindakan korektif dan tindakan pencegahan yang dilakukan, didokumentasikan dalam sistem manajemen K3 (OH&S).

4.5.4 Pengendalian Catatan-catatan (Control of Records)

Organisasi harus menetapkan dan memelihara catatan-catatan yang diperlukan untuk menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan dari sistem manajemen K3 (OH&S) dan standar OHSAS serta hasil yang dicapai. Organisasi harus menetapkan, menerapakan dan memelihara prosedur untuk identifikasi, penyimpangan, perlindungan, pengambilan kembali, retensi dan pembuangan catatan-catatan itu. Catatan-catatan itu harus tetap terbaca, teridentifikasi dan terlacak.

4.5.5 Audit Internal

Organisasi harus menjamin bahwa audit intenal sistem manajemen K3 (OH&S) dilakukan pada interval yang direncanakan untuk:


(29)

1. sesuai dengan pengaturan yang direncanakan untuk manajemen K3 (OH&S) termasuk persyaratan standar OHSAS

2. telah diimplementasikan dan dipelihara

3. efektif dalam memenuhi kebijakan dan tujuan-tujuan organisasi b. memberikan informasi tentang hasil-hasil audit kepada manajemen.

Program audit harus direncanakan, ditetapkan, diterapkan dan dipelihara dengan memperhatikan:

a. tanggung jawab, kompetensi, dan kebutuhan untuk perencanaan dan pelaksanaan audit, pelaporan hasil-hasil dan pemeliharaan catatan-catatan b. penentuan kriteria audit, ruang lingkup, frekuensi dan metode

Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus menjamin obyektivitas dan ketidakberpihakan dari proses audit.

4.6 Peninjauan-ulang Manajemen (Management Review)

Manajemen puncak harus meninjau-ulang sistem manajemen K3 (OH&S) organisasi, pada interval waktu yang direncanakan, untuk direncanakan, untuk menjamin kesinambungan kesesuaian, kecukupan dan efektivitas. Peninjauan-ulang harus meliputi penilaian kesempatan untuk peningkatan dan kebutuhan untuk perubahan sistem manajemen K3 (OH&S), termasuk kebijakan K3 (OH&S) dan tujuan-tujuan K3 (OH&S). Input peninjauan-ulang manajemen harus mencakup:

a. hasil audit internal dan evaluasi kesesuaian terhadap persyaratan hukum dan persyaratan lainnya yang berlaku yang diikuti organisasi


(30)

c. komunikasi relevan dengan pihak-pihak eksternal yang berkepentingan, termasuk keluhan-keluhan

d. kinerja K3 (OH&S) dari organisasi e. sejauh mana tujuan-tujuan telah dicapai

f. status penyelidikan insiden, tindakan korektif dan tindakan-tindakan pencegahan

g. tindak lanjut tindakan-tindakan dari peninjauan-ulang manajemen periode sebelumnya

h. situasi yang berubah, termasuk perkembangan dalam persyaratan hukum dan persyaratan lain yang terkait dengan K3 (OH&S)

i. rekomendasi-rekomendasi untuk peningkatan atau perbaikan

Output dari peninjauan ulang manajemen harus konsisten dengan komitmen organisasi untuk perbaikan dan harus mencakup setiap keputusan.

2.4 Aplikasi PDCA dalam Model Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001 Aplikasi metodologi peningkaan terus-menerus PDCA ( Plan-Do-Check-Act) dalam model sistem manajemen K3 (OH&S) akan menungkinkan organisasi untuk menetapkan, menerapkan dan memelihara kebijakan K3-nya yang didasarkan pada kepemimpinan manajemen puncak dan komitmen terhadap sistem manajemen K3. Setelah organisasi telah dievaluasi posisi saat ini dalam kaitannya dengan ruang lingkup sistem manajemen K3, maka langkah-langkah dari proses yang sedang berlangsung dapat mengikuti PDCA ( Plan-Do-Check-Act) sebagai berikut:


(31)

Menetapkan proses perencanaan sistem manajemen K3 (OH&S) yang sedang berlangsung akan memungkinkan organisasi untuk:

a. mengidentifikasi bahaya, menilai risiko dan menentukan pengendalian (klausul 4.3.1)

b. mengidentifikasi dan memantau persyaratan hukum yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti organisasi (klausul 4.3.2)

c. menetapkan tujuan-tujuan terukur yang konsisten dengan kebijakan K3 serta merumuskan program-program untuk mencapai tujuan-tujuan yang terukur (klausul 4.3.3)

Gambar 2.2 Identfikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan pengendalian

Sumber: Gaspersz, Vincent. 2012. Three in One: ISO 9001, ISO 14000, OHSAS 18001. Vinchrsto Publication, Bogor.

2. Laksanakan (Do = D)

Menerapkan dan mengoperasikan sistem manajemen K3 melalui: Mengelola

Perubahan Identifikasi

Bahaya

Menilai Risiko Implementasi

Pengendalian

Menetapkan Pengendalian Memantau dan

Meninjau Ulang

Mengembangkan Metodologi


(32)

a. menciptakan struktur manajemen, menetapkan peran dan tanggung jawab dengan kewenangan yang memadai serta menyediakan sumber-sumber daya yang cukup (klausul 4.4.1)

b. menjamin bahwa orang-orang yang bekerja untuk atau atas nama organisasi telah memiliki kesadaran dan kompetensi (klausul 4.4.2) c. menetapkan proses untuk komunikasi internal, eksternal, dan

konsultasi

d. mengembangkan dan memelihara dokumentasi (klausul 4.4.4) e. menetapkan dan menerapkan pengendalian dokumen (klausul 4.4.5) f. mengembangkan dan mempertahankan pengendalian operasional

(klausul 4.4.6)

g. menjamin kesiapsiagaan dan tanggap darurat (klausul 4.4.7) 3. Periksa (Check = C)

Menilai proses sistem manajemen K3 melalui:

a. melakukan pengukuran kinerja dan pemantauan klausul (klausul 4.5. b. mengevaluasi sistem kesesuaian (klausul (4.5.2)

c. menyelidiki insiden dan ketidaksesuaian serta mengambil tindakan korektif dan tindakan pencegahan

d. mengendalikan catatan-catatan atau rekaman-rekaman (klausul 4.5.4) e. melakukan audit internal secara berkala (klausul 4.5.5)


(33)

Mengambil tindakan untik memperbaiki atau meningkatkan terus-menerus sistem manajemen K3 (OH&S) melalui:

a. melakukan peninjauan-ulang manajemen terhadap sistem manajemen K3 (OH&S) pada interval waktu yang tepat (klausul 4.6)

b. mengidentifikasi area untuk perbaikan atau peningkatan terus-menerus sistem manajemen K3 (klausul 4.6)

Aplikasi PDCA (Plan-Do-Check-Act) dalam model sistem manajemen OHSAS 18001 diatas, akan memungkinkan organisasi untuk terus menerus meningkatkan sistem manajemen K3 (OH&S).

2.5 Produktivitas Kerja

2.5.1Pengertian Produktivitas Kerja

Menurut Sinungan (2005:12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya sebenarnya. Sedangkan menurut Klingner dan Nanbaldian yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes (2003:160), menyatakan bahwa produktivitas merupakan fungsi perbaikan dari usaha karyawan, yang didukung dengan motivasi yang tinggi, dengan kemampuan karyawan yang diperoleh melalui latihan-latihan. Produktivitas yang meningkat, berarti performasi yang baik, akan menjadi motivasi pekerja pada tahap berikutnya.

Menurut Gasperz (2000:18) produktivitas dapat diartikan sebagai kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan sesuatu yang diartikan juga sebagai pengorbanan (input) dengan penghasilan (output). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi


(34)

penggunaan input untuk memproduksi barang atau jasa sebagai konsep pemenuhan kebutuhan manusia atau sering juga disebut sebagai sikap mental yang selalu memiliki pandangan bahwa mutukehidupan hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

2.5.2Pengukuran Produktivitas Kerja

Untuk mengetahui produktivitas kerja dari setiap karyawan maka perlu dilakukan sebuah pengukuran produktivitas kerja. Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik per orang atau per jam kerja orang ialah diterima secara luas, dengan menggunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengukuran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang bekerja menurut pelaksanakan standar (Sinungan , 2005: 262).

Menurut Henry Simamora (2004: 612) faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja, disiplin kerja dan ketepatan waktu.

1). Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan oleh perusahan.

2). Kualitas kerja adalah merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini merupakan suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar yang ditetapkan oleh perusahaan.


(35)

3). Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal waktu sampai menjadi output.

4). Disiplin kerja merupakan tingkat kemampuan karyawan untuk masuk kerja tepat waktu dan mengikuti segala peraturan dan prosedur yang ditentukan oleh perusahaan baik itu prosedur dalam keselamatan dan kesehatan kerja maupun prosedur penggunaan alat-alat pekerjaan.

2.5.3Hubungan Sistem ManajemenK3 dengan Produktivitas Kerja

Kecelakaan mempengaruhi produktivitas perusahaan. Dalam proses produksi, produktivitas ditopang oleh tiga pilar utama yaitu Kuantitas (Quantity), Kualitas (Quality), dan Keselamatan (Safety). Produktivitas hanya dapat dicapai jika ketiga unsur produktivitas diatas berjalan secara seimbang.

Konsep diatas tercermin dalam sistem manajemen mutu yang mencakup 6 (enam) unsur yaitu :

1. Kualitas produk (quality of product) 2. Kualitas penyerahan (quality of delivery) 3. Kualitas biaya (quality of cost)

4. Kualitas pelayanan (quality of service) 5. Kualitas moral (quality of morale) 6. Kualitas K3 (quality of safety)


(36)

Dari elemen mutu di atas, terlihat bahwa tanpa upaya Sistem Manajemen K3 yang baik maka proses pencapaian mutu tidak akan tercapai. K3 kerja berperan menjamin keamanan proses produksi sehingga produktivitas bisa tercapai.

Gambar 2.3: Segitiga Produktivitas dan K3

Sumber: Ramli, Soehatman. 2012. Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja OHSAS 18001. PT. Dian Rakyat. Jakarta.

2.6Hipotesa

Menurut Sugiyono (2008) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Komitmen top management berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan

H2 : Peraturan dan prosedur K3 berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan.


(37)

H3 : Komunikasi pekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan.

H4 : Kompetensi pekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan.

H5 : Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan.

H6 : Keterlibatan Pekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan.

2.7 Penelitan Terdahulu

Adapun yang mendukung penelitian ini dapat dipengaruhi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh penerapan Sistem Manajemen K3 terhadap produktivitas kerja karyawan telah dilakukan beberapa peneliti sehingga dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Rini Riestiani (Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2010) telah melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Efetivitas Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citereup”. Berdasarkan hasil analisis data pelaksanaan SMK3 perusahaan ini telah


(38)

berjalan dengan baik. Tingkat produktivitas karyawan selalu berada diatas standar. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil beroperasi secara efektif dan efisien. Tingkat keseringan kecelakaan IFR secara nyata mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan -0, 286 dan berpengaruh negative, sehingga dapat dikatakan semakin kecil tingkat kecelakaan, maka semakin tinggi tingkat produktivitas kerja karyawan PT. ITP.

2. Yuyun Kurniati dan I Made Muliatna (Universitas Negeri Surabaya) telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul “ Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001-2007 Terhadap Produktivitas Keraja Karyawan Divisi Peralatan Industri Agro di PT. Barata Indonesia. Hasil analisis dekskriptip menunjukkan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Barata Indonesia berjalan sangat baik dengan indeks rata-rata sebesar 94,90%. Dari tabulasi data yang telah diperoleh terdapat hubungan antara program K3 terhadap produktivitas kerja karyawan divisi produksi peralatan industry agro PT. Barata Indonesia dengan relevansi 0,82061 mendapatkan nilai interpretasi sangat tinggi.

3. Mochammad Al Musadieq (Universitas Brawijaya) telah melakukan penelitian yang berkatian dengan judul “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi pada Karyawan Bagian Produksi PT. Inti Luhur Fuja Abadi, Beji Pasuruan)”. Berdasarkan hasil uji F terbukti bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan, ditunjukkan dengan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (43,950>3,15). Berdasarkan uji t terbukti bahwa Keselamatan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Produktivitas Karyawan ditunjukkan


(39)

dengan thitung lebih besar dari ttabel (2,145>2,000) dan Kesehatan Kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi PT. Inti Luhur Fuja Abadi Beji Pasuruan, ditunjukkan dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel (2,623 > 2,000).

4. Muhammad Chaerul (Universitas Hasanuddin) telah melakukan penelitian skripsi yang berjudul “ Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Semen Tonasa Pangkep. Uji Parsial (Uji t) diperoleh bahwa variabel kepemimpinan manajemen dan keterlibatan karyawan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Sebesar 46,3% variabel produktivitas kerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel independennya sedangkan sisanya 53,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini.

5. Budi Kusuma (Universitas Brawijaya) telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul “Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivita Kerja Karyawan Dengan MenggunakanStructural Equation Model (Studi Kasus Pada Perusahaan PT. Petrokimia Gresik). Dari kuesioner yang kemudian diolah dengan LISREL, perusahaan-perusahaan lain dapat melihat nilai hubungan antara: Program Keselamatan kerja terhadap faktor kecelakaan kerja adalah -0,67. Program Kesehatan kerja terhadap faktor penyakit akibat kerja adalah -0,83. Faktor Kecelakaan kerja terhadap faktor produktivitas kerja adalah -0,79. Faktor Penyakit akibat kerja terhadap faktor produktivitas kerja adalah -0,49. Program Keselamatan kerja terhadap faktor produktivitas kerja secara tidak langsung adalah 0,53. Program Kesehatan kerja terhadap faktor produktivitas kerja secara tidak langsung adalah 0,41.


(40)

2.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen (X), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) OHSAS 18001.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 dimana komitmen top management terhadap K3 (X1), peraturan dan

prosedur K3 (X2), komunikasi pekerja (X3), kompetensi pekerja (X4),

lingkungan kerja (X5), keterlibatan pekerja (X6).

2. Variabel dependen (Y), Produktivitas Kerja

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah produktivitas kerja. Gambar 2.4:Kerangka Berpikir

Produktivitas

Kerja

Komitmen Top Management terhadap K3

Peraturan dan Prosedur K3

Komunikasi Pekerja

Kompetensi Pekerja

Lingkungan Kerja


(41)

2.9 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian.

BAB II : KERANGKA TEORI

Bab ini terdiri dari kajian teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari pendekatan penelitan, lokasi penelitan, definisi konsep, definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, struktur organisasi, penyajian data dan analisis data.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.


(1)

Dari elemen mutu di atas, terlihat bahwa tanpa upaya Sistem Manajemen K3 yang baik maka proses pencapaian mutu tidak akan tercapai. K3 kerja berperan menjamin keamanan proses produksi sehingga produktivitas bisa tercapai.

Gambar 2.3: Segitiga Produktivitas dan K3

Sumber: Ramli, Soehatman. 2012. Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja OHSAS 18001. PT. Dian Rakyat. Jakarta.

2.6Hipotesa

Menurut Sugiyono (2008) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Komitmen top management berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan

H2 : Peraturan dan prosedur K3 berpengaruh positif dan signifikan

terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan.


(2)

H3 : Komunikasi pekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan.

H4 : Kompetensi pekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan.

H5 : Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan.

H6 : Keterlibatan Pekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan.

2.7 Penelitan Terdahulu

Adapun yang mendukung penelitian ini dapat dipengaruhi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh penerapan Sistem Manajemen K3 terhadap produktivitas kerja karyawan telah dilakukan beberapa peneliti sehingga dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Rini Riestiani (Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2010) telah melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Efetivitas Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citereup”. Berdasarkan hasil analisis data pelaksanaan SMK3 perusahaan ini telah


(3)

berjalan dengan baik. Tingkat produktivitas karyawan selalu berada diatas standar. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil beroperasi secara efektif dan efisien. Tingkat keseringan kecelakaan IFR secara nyata mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan -0, 286 dan berpengaruh negative, sehingga dapat dikatakan semakin kecil tingkat kecelakaan, maka semakin tinggi tingkat produktivitas kerja karyawan PT. ITP.

2. Yuyun Kurniati dan I Made Muliatna (Universitas Negeri Surabaya) telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul “ Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001-2007 Terhadap Produktivitas Keraja Karyawan Divisi Peralatan Industri Agro di PT. Barata Indonesia. Hasil analisis dekskriptip menunjukkan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Barata Indonesia berjalan sangat baik dengan indeks rata-rata sebesar 94,90%. Dari tabulasi data yang telah diperoleh terdapat hubungan antara program K3 terhadap produktivitas kerja karyawan divisi produksi peralatan industry agro PT. Barata Indonesia dengan relevansi 0,82061 mendapatkan nilai interpretasi sangat tinggi.

3. Mochammad Al Musadieq (Universitas Brawijaya) telah melakukan penelitian yang berkatian dengan judul “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi pada Karyawan Bagian Produksi PT. Inti Luhur Fuja Abadi, Beji Pasuruan)”. Berdasarkan hasil uji F terbukti bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan, ditunjukkan dengan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (43,950>3,15). Berdasarkan uji t terbukti bahwa Keselamatan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Produktivitas Karyawan ditunjukkan


(4)

dengan thitung lebih besar dari ttabel (2,145>2,000) dan Kesehatan Kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi PT. Inti Luhur Fuja Abadi Beji Pasuruan, ditunjukkan dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel (2,623 > 2,000).

4. Muhammad Chaerul (Universitas Hasanuddin) telah melakukan penelitian skripsi yang berjudul “ Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Semen Tonasa Pangkep. Uji Parsial (Uji t) diperoleh bahwa variabel kepemimpinan manajemen dan keterlibatan karyawan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Sebesar 46,3% variabel produktivitas kerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel independennya sedangkan sisanya 53,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini.

5. Budi Kusuma (Universitas Brawijaya) telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul “Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivita Kerja Karyawan Dengan MenggunakanStructural Equation Model (Studi Kasus Pada Perusahaan PT. Petrokimia Gresik). Dari kuesioner yang kemudian diolah dengan LISREL, perusahaan-perusahaan lain dapat melihat nilai hubungan antara: Program Keselamatan kerja terhadap faktor kecelakaan kerja adalah -0,67. Program Kesehatan kerja terhadap faktor penyakit akibat kerja adalah -0,83. Faktor Kecelakaan kerja terhadap faktor produktivitas kerja adalah -0,79. Faktor Penyakit akibat kerja terhadap faktor produktivitas kerja adalah -0,49. Program Keselamatan kerja terhadap faktor produktivitas kerja secara tidak langsung adalah 0,53. Program Kesehatan kerja terhadap faktor produktivitas kerja secara tidak langsung adalah 0,41.


(5)

2.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen (X), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) OHSAS 18001.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 dimana komitmen top management terhadap K3 (X1), peraturan dan

prosedur K3 (X2), komunikasi pekerja (X3), kompetensi pekerja (X4),

lingkungan kerja (X5), keterlibatan pekerja (X6).

2. Variabel dependen (Y), Produktivitas Kerja

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah produktivitas kerja. Gambar 2.4:Kerangka Berpikir

Produktivitas

Kerja

Komitmen Top Management terhadap K3

Peraturan dan Prosedur K3

Komunikasi Pekerja

Kompetensi Pekerja

Lingkungan Kerja


(6)

2.9 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian.

BAB II : KERANGKA TEORI

Bab ini terdiri dari kajian teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari pendekatan penelitan, lokasi penelitan, definisi konsep, definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, struktur organisasi, penyajian data dan analisis data.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca Cola Amatil Indonesia

8 98 127

Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan

16 139 163

Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Kesetan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan

1 1 13

Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Kesetan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan

0 0 3

Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Kesetan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan

0 0 7

Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Kesetan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan

0 0 17

Pengaruh Kesehatan Dan Kesetan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) Unit Medan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening

0 0 8

Pengaruh Kesehatan Dan Kesetan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) Unit Medan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening

0 0 2

Pengaruh Kesehatan Dan Kesetan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) Unit Medan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening

0 0 11

Pengaruh Kesehatan Dan Kesetan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) Unit Medan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening

0 1 44