Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku 2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba, dengan sendirinya pada waktu penginderaan menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan
yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan :16
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang suatu objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi lain.
(2)
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi baru yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri.
2.1.2 Sikap (Attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Seperti halnya
pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan, sebagai berikut :16
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
b. Menanggapi (Responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
(3)
c. Menghargai (Valuing)
Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya dan berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan.
2.1.3 Perilaku
Perilaku adalah apa yang dikerjakan seseorang yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung. Sebelum seseorang mengadopsi suatu perilaku terjadi
proses berurutan pada orang tersebut, yaitu :16
a. Kesadaran (Awareness): Seseorang menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus.
b. Tertarik (Interest): merasa tertarik terhadap stimulus yang diberikan. Sikap
subjek sudah mulai terbentuk.
c. Mempertimbangkan (Evaluation): seseorang mempertimbangkan baik
buruk dari stimulus kepada dirinya. Hal ini mengartikan sikap seseorang sudah lebih baik lagi.
d. Mencoba (Trial): seseorang telah mulai mencoba melakukan perilaku baru.
e. Adopsi (Adoption): seseorang telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.2 Definisi dan Klasifikasi Trauma Gigi
Trauma gigi didefinisikan sebagai kerusakan yang disebabkan oleh trauma secara fisik maupun mekanik yang mengenai jaringan keras, jaringan periodontal
ataupun keduanya.17 Klasifikasi trauma gigi diperlukan untuk mempermudah
penegakan diagnosis. Salah satu klasifikasi yang digunakan secara internasional adalah klasifikasi WHO. Klasifikasi WHO yang diadopsi dari klasifikasi Andreasen
(4)
ini meliputi kerusakan pada jaringan keras dan pulpa gigi, kerusakan pada jaringan periodontal, kerusakan pada jaringan tulang pendukung, serta kerusakan pada gingiva
dan jaringan lunak rongga mulut.5
A. Kerusakan Jaringan Keras dan Pulpa Gigi
a. Retaknya mahkota (enamel infraction)
b. Fraktur enamel (enamel fracture)
c. Fraktur enamel-dentin (uncomplicated crown fracture)
d. Fraktur mahkota kompleks (complicated crown fracture)
e. Fraktur mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown-root
fracture)
f. Fraktur mahkota akar yang kompleks (complicated crown-root fracture)
g. Fraktur akar (root fracture)
B. Kerusakan Jaringan Periodontal
a. Konkusi b. Subluksasi c. Luksasi
d. Luksasi ekstrusi e. Luksasi intrusi f. Avulsi (eksartikulasi)
C. Kerusakan pada Jaringan Tulang Pendukung
a. Communition of the maxillary alveolar socket b. Communition of the mandibular alveolar socket
c. Fraktur dinding soket alveolar maksila d. Fraktur dinding soket alveolar mandibula e. Fraktur prosesus alveolar maksila
f. Fraktur maksila g. Fraktur mandibula
(5)
D. Kerusakan pada Gingiva atau Jaringan Lunak Rongga Mulut
a. Laserasi b. Kontusio c. Luka abrasi
2.3 Trauma Avulsi
Avulsi atau yang dikenal sebagai eksartikulasi menurut klasifikasi Andreasen
yang diadopsi oleh WHO adalah lepasnya seluruh gigi ke luar dari soket.7 Avulsi
sering terjadi pada anak yang berusia 7-9 tahun dimana gigi permanen anak sedang mengalami erupsi. Avulsi sejauh ini merupakan salah satu trauma paling serius yang dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah, saraf pulpa serta jaringan periodontal gigi. Avulsi tidak hanya menyebabkan kehilangan fungsi gigi akan tetapi menyebabkan berkurangnya kepercayaan diri dan kualitas hidup seseorang sehingga
menciptakan suatu kondisi ketidaknyamanan secara psikososial.18
Gambar 1. Gigi avulsi insisivus
sentralis kanan atas.20
Gambar 2. Radiografi gigi avulsi insisivus sentralis kanan
(6)
2.4 Etiologi dan Predisposisi Avulsi
Avulsi merupakan trauma gigi yang paling merusak disebabkan oleh berbagai etiologi. Dilihat pada usia pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen, gigi yang memiliki satu akar seperti insisivus sentralis rahang atas paling sering mengalami
trauma.19 Pada usia 7-9 tahun merupakan kondisi yang paling rentan terjadi avulsi
dihubungkan dengan akar pada gigi permanen belum terbentuk sempurna, struktur jaringan periodontal masih longgar dan hubungan akar dengan tulang alveolar masih lemah. Mineral tulang alveolar yang rendah dan kekuatan pegang gigi yang rendah
mengkibatkan gaya ekstrusi yang timbul hanya dapat ditahan secara minimal.8,9
Avulsi gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, perkelahian, terjatuh,
kecelakaan olahraga, dan kekerasan yang terjadi pada anak.12,22 Usia 7-12 tahun
terjadinya koordinasi motorik yang membaik sehingga peningkatan aktivitas fisik
terjadi, misalnya terjadi kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, skateboard, atau
olahraga bela diri, sepak bola, bola basket, berenang, dan lomba lari.3,11 Faktor
predisposisi trauma avulsi gigi yaitu adanya maloklusi kelas II divisi 1, overjet 3-6 mm menurut penelitian frekuensi terjadi trauma dua kali lipat dari overjet 0-3 mm,
dan overjet lebih dari 6 mm. 11,23
2.5 Prevalensi Avulsi
Prevalensi kasus avulsi pada gigi permanen adalah sebesar 0,5-16% dari seluruh kasus trauma gigi permanen yang ada dan umunya terjadi pada gigi insisivus
sentralis maksila.24 Perbandingan kasus avulsi pada gigi sulung sebesar 7,2% dan
pada gigi permanen 16% dari seluruh persentase trauma gigi.10 Belladonna F.G et.al
menunjukkan bahwa insidensi kasus avulsi yang terjadi pada gigi permanen adalah
sebesar 34%.25 Bojan P et.al menyatakan bahwa prevalensi kasus avulsi pada rata-
rata anak yang berusia 10 tahun 7 bulan adalah sebesar 7.7%.26 Stockwell cited in
Bastone E B et.al. menujukkan prevalensi avulsi gigi permanen adalah sebesar 4%.12
Penelitian di Chennai pada tahun 2014 oleh Loo T J et.al dari 77 anak yang pernah
mengalami trauma gigi didapat 62,3% prevalensi anak yang pernah mengalami
(7)
2.6 Penanganan Darurat
Penanganan darurat yang dapat dilakukan pada avulsi gigi permanen adalah dengan menyimpan gigi avulsi tersebut ke dalam media penyimpanan yang fisiologis, kemudian anak dibawa ke dokter gigi untuk dilakukan replantasi kembali dalam waktu sesegera mungkin. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan penyembuhan jaringan ligamen periodontal dan suplai neurovaskular selama pemeliharaan estetik
dan fungsinya.17,27 Namun, lebih dianjurkan lagi pada saat pertama kali kejadian, gigi
yang terlepas dapat segera dilakukan replantasi oleh orang pertama yang memungkinkan untuk melakukan replantasi yaitu orang tua, guru, atau penjaga anak. Demi melindungi vitalitas dari jaringan ligament periodontal, dianjurkan untuk menghindari menyikat, menggosok, menggenggam atau mengambil apa saja yang ada
di permukaan akar.18,28
Prosedur penanganan darurat kasus avulsi gigi permanen anak di tempat
kejadian yaitu:29
1. Anak ditenangkan terlebih dahulu.
2. Apabila ada perdarahan di sekitar rongga mulut, anak disuruh untuk menggigit kain sebelum dibawa ke dokter gigi.
3. Gigi yang hilang segera dicari dan gigi dipegang pada bagian mahkota gigi (bagian yang paling putih). Dihindari memegang pada bagian akar gigi untuk mencegah kerusakan pada jaringan ligamen periodontal.
4. Jika gigi dalam keadaan kotor, gigi dibersihkan di bawah air bersih yang mengalir selama 10 detik dan gigi segera direplantasi kembali ke dalam soket. Ketika gigi telah berada pada soket, anak diinstruksikan untuk menggigit sapu tangan atau kain agar gigi tetap pada posisinya.
5. Jika replantasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, atau dikarenakan oleh alasan lain untuk gigi tidak dapat direplantasikan contohnya anak dalam keadaaan tidak sadar, maka gigi dapat segera ditempatkan di dalam segelas susu atau media penyimpanan lain yang sesuai dan anak dibawa ke klinik gigi terdekat. Gigi juga dapat di simpan di dalam mulut, di bawah lidah atau di vestibulum jika anak dalam keadaan sadar.
(8)
6. Apabila pada lokasi terjadinya trauma dapat memperoleh larutan khusus
seperti Hank’s balanced salt solution atau HBSS sebagai tempat media penyimpanan,
maka HBSS lebih dianjurkan.
2.6.1 Replantasi
Gigi yang mengalami avulsi harus segera dikembalikan pada soketnya atau yang sering disebut dengan replantasi. Faktor yang paling penting untuk memastikan keberhasilan dari replantasi adalah kecepatan gigi tersebut dikembalikan ke dalam soketnya Kondisi gigi yang kering akan menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan morfologi sel-sel ligamentum periodontal. Oleh karena itu waktu yang diperlukan untuk mengembalikan gigi pada soketnya adalah kurang dari 30 menit setelah terjadi trauma. Apabila dalam jangka waktu tersebut gigi tidak dapat dikembalikan pada soketnya, maka gigi harus cepat disimpan dalam media yang sesuai sampai pasien bisa ke klinik gigi untuk replantasi. Replantasi gigi permanen dengan apeks terbuka dilakukan agar revaskularisasi dapat terjadi sedangkan pada gigi dengan apeks tertutup revaskularisasi tidak berhasil dan upaya replantasi gigi apeks tertutup adalah untuk mencegah toksin bakteri dari saluran akar. Replantasi
pada gigi sulung tidak dianjurkan karena dapat mencederai benih gigi permanen.29
Gambar 3. Replantasi gigi
(9)
2.6.2 Media Penyimpanan Gigi Avulsi
Media penyimpanan merupakan media dimana gigi avulsi disimpan apabila replantasi tidak dapat segera dilakukan. Fungsi media penyimpanan adalah untuk memelihara jaringan ligamen periodontal selama perjalanan ke dokter gigi. Vitalitas jaringan ligamen periodontal sangat penting dipertahankan untuk mencapai kesuksesan dari replantasi dalam jangka waktu yang lama. Gigi avulsi yang kering dapat menyebabkan kondisi jaringan ligamen periodontal kering dan mati. Media penyimpanan yang tersedia harus dapat mempertahankan atau meningkatkan vitalitas
sel-sel selama gigi avulsi berada di luar soket alveolar.31,32,33
a. Hank’s Balance Salt Solution (HBSS)
Hank’s Balance Salt Solution (HBSS) merupakan suatu larutan salin standart
yang biasanya digunakan secara luas oleh penelitian-penelitan biomedis untuk
mendukung pertumbuhan berbagai jenis sel. The American Association of
Endodontics merekomendasikan HBSS sebagai pilihan media penyimpanan terbaik
untuk gigi avulsi. HBSS dikenal sebagai larutan yang nontoksik dan pH yang seimbang serta mengandung sejumlah nutrisi penting. HBSS bersifat biokompatibel dengan sel-sel ligamen periodontal karena mempunyai osmolalitas yang sesuai untuk membangun kembali metabolism sel yang telah kehilangan nutrisi dari darah akibat
terputusnya dengan jaringan pembuluh darah.34 Kandungan nutrisi penting, seperti
kalsium, fosfat, kalium dan glukosa yang diperlukan untuk mempertahankan
metabolism sel yang normal untuk waktu yang lama.35
Penelitian telah membuktikan bahwa media penyimpanan yang terbaik adalah media kultur HBSS karena dapat menjaga sel-sel ligamen periodontal tetap hidup
selama 24 jam dibandingkan dengan saliva dan susu. Penelitian Matsson et.al cited in
Gopikrishna et.al membuktikan bahwa gigi yang telah mengering dan direndam pada
HBSS 30 menit sebelum perawatan replantasi menunjukkan hasil resorpsi yang tidak
signifikan. Ashkenazi et.al cited in Gopikrishna et.al melakukan suatu studi dan
memaparkan bahwa HBSS adalah suatu media penyimpanan yang paling efektif dengan memelihara viabilitas, daya mitogenitas dan kapasitas klonogenik sel-sel
(10)
ligamen periodontal setelah disimpan hingga 24 jam pada suhu 22oC. HBSS biasanya
tersedia dengan nama dagang yang disebut “Save-a-tooth”. Namun, HBSS sulit
ditemukan secara umum dan tidak semua apotik, farmasi dan toko-toko obat
menyediakan HBSS.31,32
Gambar 4. Media penyimpanan
“Save-a-Tooth” 39
b. Air Kelapa
Air kelapa (Cocos nucofera L.), pada umumnya dikenal sebagai “Tree of Life”
merupakan minuman alami yang dihasilkan secara biologis dan dikemas kedap udara di dalam buah kelapa. Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih erat dari plasma ekstraseluler. Zat-zat utama yang terkandung dalam air kelapa terdiri dari kalium, kalsium, magnesium. Sedangkan natrium, klorida, dan fosfat, ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang rendah. Air kelapa merupakan cairan hipotonik dibandingkan plasma. Air kelapa memilki osmolaritas tinggi karena adanya kandungan gula didalamnya, terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan asam amino esensial antara lain lisin, sistin, fenilalanin, histidin, dan tryptophan. Air kelapa mudah diterima oleh tubuh manusia dan merupakan sarana yang aman untuk rehidrasi defisiensi kalium. Air kelapa juga unggul dalam melakukan pemeliharaan untuk kelangsungan hidup sel-sel ligamen periodontal
(11)
karena adanya berbagai nutrisi di dalamnya seprti protein, asam amino, vitamin, dan
mineral.31,32
Air kelapa merupakan larutan yang sebanding dengan HBSS dikarenakan air kelapa bersifat steril dan nonhemolitik. Air kelapa memungkinkan sel-sel ligamen periodontal pada permukaan akar gigi avulsi untuk membentuk satu lapisan sendiri dan daya mitogenitas memungkinkan pemeliharaan viabilitas sel-sel ligamen periodontal sampai 2 jam. Air kelapa lebih mudah ditemukan di tempat umum, dan
media penyimpanan yang tepat untuk menyimpan gigi avulsi sampai 2 jam.31,32
c. Susu
Susu merupakan suatu media penyimpanan yang biokompatibel untuk gigi
avulsi pada periode jangka pendek.34 Cairan susu dipilih sebagai media penyimpanan
karena susu memiliki kandungan non bacterial dan osmolalitas yang paling mirip dengan darah manusia sehingga dapat membantu mempertahankan vitalitas dari sel- sel ligamen periodontal. Gigi avulsi dapat bertahan selama 15-20 menit dimasukkan ke dalam susu. Susu tidak memiliki kemampuan dalam mempertahankan metabolism sel-sel ligamen periodontal dan tidak mempertahankan viabilitas sel-sel ligamen
periodontal dalam waktu yang lama.33 Susu lebih bersifat mencegah kematian dari
sel-sel ligamen periodontal daripada untuk memelihara bentuk morfologi, diferensiasi dan mitogenitas dari sel-sel ligamen periodontal itu sendiri. Keuntungan dari susu adalah murah dan mudah didapat sehingga gigi dapat segera ditempatkan di media susu. Kondisi susu yang masih segar dapat mengurangi pembengkakan sel,
meningkatkan viabilitas sel dan penyembuhan sel.32
d. Salin fisiologis
Saline fisiologis merupakan larutan isotonis yang steril dengan kandungan 0,9% NaCl yang dapat digunakan sebagai media penyimpanan gigi avulsi. Penelitian menunjukkan saline fisiologis lebih baik digunakan sebagai media penyimpanan daripada air atau saliva, apabila gigi harus disimpan untuk waktu lebih dari 30 menit sebelum replantasi. Penyimpanan pada saline fisiologis tidak menyebabkan
(12)
pembengkakan struktur sel. Namun kebutuhan metabolis dan glukosa untuk mempertahankan metabolism sel yang normal tidak dapat terpenuhi oleh saline. Penggunaan larutan saline sebagai media penyimpanan gigi avulsi tidak direkomendasikan apabila gigi harus disimpan selama lebih dari satu atau dua jam. Hal ini disebabkan karena kebutuhan sel untuk mempertahankan metabolisme tidak
terpenuhi.34,35
e. Saliva (Vestibulum bukal)
Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan yang dianggap potensial karena mempunyai suhu yang sama dengan suhu kamar. Beberapa penelitian mendukung saliva sebagai media penyimpanan pada waktu 30 menit pertama dari waktu terjadi trauma. Saliva dapat menjaga kelembaban gigi avulsi. Namun, saliva merupakan larutan hipotonis dan keadaan osmolalitas serta pH yang non fisiologis mengakibatkan sel-sel ligamen periodontal pecah. Saliva mengandung enzim, bakteri, dan produknya yang dapat menyebabkan infeksi dan kematian sel-sel ligamen periodontal. Penelitian menyatakan kemampuan sel-sel ligamen periodontal untuk berikatan, mengadakan proliferasi dan kolonisasi kembali dengan permukaan akar selama 30 menit berada di dalam saliva. Penelitian lain menyatakan bahwa saliva tidak efisien dalam memelihara viabilitas sel, akan tetapi dapat dipakai segera setelah trauma gigi avulsi terjadi dibandingkan dengan membiarkan gigi dalam kondisi yang kering dalam waktu yang lama karena akan mempengaruhi buruknya prognosis
perawatan.34,35
Menyimpan gigi avulsi dalam mulut (saliva) adalah baik bagi kelangsungan hidup sel- sel ligamen periodontal. Gigi dapat ditahan pada vestibulum bukal atau dibawah lidah. Namun, tindakan ini mempunyai risiko tertelannya gigi, terhirup, atau
anak mengunyah giginya.25 Untuk menghindari hal tersebut, saliva anak dikumpulkan
(13)
f. Air
Air merupakan suatu media penyimpanan yang bersifat hipotonis, non fisiologis, mengandung bakteri, pH rendah dan kadar osmolalitasnya mirip dengan saliva. Air hampir sama sekali tidak menjaga vitalitas gigi dikarenakan larutan bersifat hipotonis mengakibatkan sel-sel ligamen periodontal mengalami lisis dengan cepat. Air hanya dapat menjaga kelembapan gigi avulsi selama diluar soket alveolar sampai 15 menit jika tidak ada pilihan lain karena setelah itu gigi akan mengalami kehilangan metabolism sel. Air dibutuhkan untuk mencegah dehidrasi gigi avulsi,
tetapi tidak adekuat untuk menjadi media penyimpanan gigi avulsi.33,35
2.7 Prognosis Avulsi
Perawatan avulsi sangat diperlukan kerjasama antara dokter gigi dan orangtua anak. Apabila penanganan darurat avulsi telah minimal dilakukan maka, prognosis perawatan repantasi gigi avulsi dapat lebih baik serta dapat digunakan sebagai bahan edukasi. Penanganan darurat yang tepat diharapkan dapat mempengaruhi prognosis yang baik terutama avulsi gigi permanen anak usia muda. Idealnya, gigi avulsi segera dilakukan replantasi pada soket alveolar untuk menghindari kerusakan dari jaringan ligamen periodontal. Prognosis keberhasilan gigi avulsi yang direplantasi bergantung
pada golden period atau antara waktu terjadi gigi avulsi sampai dilakukan replantasi,
tahap perkembangan akar gigi dan kontaminasi dari lingkungan pada gigi yang
avulsi.37
Jika gigi terlepas dari soketnya maka prognosis untuk perawatan replantasi tergantung dari lamanya avulsi atau lamanya gigi diluar soket alveolar. Semakin lama gigi diluar mulut, maka ligamen periodontal akan mengalami kematian dan prognosisnya kurang baik. Tahapan pertumbuhan akar dilihat dari tertutupnya apikal dari akar gigi, semakin akar tertutup maka prognosis semakin jelek. Langsung melakukan replantasi tanpa membersihkan gigi yang kotor karena terkonaminasi tanah serta kebersihan rongga mulut yang cenderung buruk maka menyebabkan
(14)
Berikut adalah kelompok kondisi ligamen periodontal yang perlu diperhatikan
sebelum memulai perawatan: 21,37
1. Jaringan ligamen periodontal masih sehat (gigi avulsi yang telah segera dilakukan replantasi atau berlangsung saat kejadian avulsi).
2. Jaringan ligamen periodontal masih sehat namun perlu dipertimbangkan. Gigi avulsi telah disimpan pada media penyimpanan contoh pada vestibulum rongga mulut, HBSS, larutan salin, susu, atau saliva, serta total waktu gigi avulsi yang berada diluar soket alveolar selama kurang dari 60 menit.
3. Jaringan ligamen periodontal tidak layak untuk dilakukan replantasi, dimana total waktu gigi avulsi berada diluar soket alveolar selama lebih dari 60 menit.
Sebaiknya gigi yang avulsi diinstruksikan segera dibersihkan/dicuci dengan air yang mengalir tanpa disikat, dan dikembalikan pada soketnya seperti semula dan segera ke dokter gigi. Jika tidak memungkinkan gigi dicuci dengan air yang mengalir dan diletakkan pada vestibulum penderita karena gigi dapat terendam di dalam saliva dan pada temperatur tubuh. Prognosis optimal gigi gigi avulsi selama 30 menit. Fiksasi/splinting perlu dilakukan jika gigi telah dikembalikan pada soketnya
sedangkan perawatan endodontik ditunda untuk tahap berikutnya.27,28
2.8 Pencegahan Avulsi
Pencegahan avulsi dapat dilakukan dengan cara edukasi kepada orangtua dan pengasuh merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan dokter gigi dalam mencegah terjadinya trauma gigi pada anak. Tindakan preventif yang dapat dilakukan
pada trauma gigi anak, yaitu 11,39 :
a. Pemakaian mouth guards. Studi telah menunjukkan bahwa mouth guards
merupakan tindakan preventif primer dalam mencegah terjadinya injuri dento-
alveolar.
b. Penggunaan helm. Injuri oral dan maksilofasial sering terjadi pada
kecelakaan bersepeda pada anak usia dibawah 15 tahun. Tetapi, helmet yang saat ini
(15)
dental. Pemakaian helmet harus dikombinasikan dengan mouth guards yang akan
memberikan perlindungan terhadap injuri dental dan injuri kepala.25,40
c. Penggunaan safety belt. Berdasarkan studi di Amerika Serikat, penggunaan
(16)
2.9 Kerangka Teori
Trauma Gigi
Pencegahan
Klasifikasi
Avulsi
Etiologi Prevalensi Predisposisi
Pengetahuan dan sikap orang terdekat
Penanganan darurat terjadi avulsi
Waktu Media Tempat Guru
Orang tua/ penjaga anak
Perawatan lanjutan
Dokter gigi/ Medis
(17)
2.10 Kerangka Konsep
Orangtua :
- Pendidikan
- Sosioekonomi
Pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi
Orangtua :
- Pendidikan
- Sosioekonomi Sikap tentang penanganan darurat trauma avulsi
(1)
pembengkakan struktur sel. Namun kebutuhan metabolis dan glukosa untuk mempertahankan metabolism sel yang normal tidak dapat terpenuhi oleh saline. Penggunaan larutan saline sebagai media penyimpanan gigi avulsi tidak direkomendasikan apabila gigi harus disimpan selama lebih dari satu atau dua jam. Hal ini disebabkan karena kebutuhan sel untuk mempertahankan metabolisme tidak
terpenuhi.34,35
e. Saliva (Vestibulum bukal)
Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan yang dianggap potensial karena mempunyai suhu yang sama dengan suhu kamar. Beberapa penelitian mendukung saliva sebagai media penyimpanan pada waktu 30 menit pertama dari waktu terjadi trauma. Saliva dapat menjaga kelembaban gigi avulsi. Namun, saliva merupakan larutan hipotonis dan keadaan osmolalitas serta pH yang non fisiologis mengakibatkan sel-sel ligamen periodontal pecah. Saliva mengandung enzim, bakteri, dan produknya yang dapat menyebabkan infeksi dan kematian sel-sel ligamen periodontal. Penelitian menyatakan kemampuan sel-sel ligamen periodontal untuk berikatan, mengadakan proliferasi dan kolonisasi kembali dengan permukaan akar selama 30 menit berada di dalam saliva. Penelitian lain menyatakan bahwa saliva tidak efisien dalam memelihara viabilitas sel, akan tetapi dapat dipakai segera setelah trauma gigi avulsi terjadi dibandingkan dengan membiarkan gigi dalam kondisi yang kering dalam waktu yang lama karena akan mempengaruhi buruknya prognosis
perawatan.34,35
Menyimpan gigi avulsi dalam mulut (saliva) adalah baik bagi kelangsungan hidup sel- sel ligamen periodontal. Gigi dapat ditahan pada vestibulum bukal atau dibawah lidah. Namun, tindakan ini mempunyai risiko tertelannya gigi, terhirup, atau
anak mengunyah giginya.25 Untuk menghindari hal tersebut, saliva anak dikumpulkan
(2)
f. Air
Air merupakan suatu media penyimpanan yang bersifat hipotonis, non fisiologis, mengandung bakteri, pH rendah dan kadar osmolalitasnya mirip dengan saliva. Air hampir sama sekali tidak menjaga vitalitas gigi dikarenakan larutan bersifat hipotonis mengakibatkan sel-sel ligamen periodontal mengalami lisis dengan cepat. Air hanya dapat menjaga kelembapan gigi avulsi selama diluar soket alveolar sampai 15 menit jika tidak ada pilihan lain karena setelah itu gigi akan mengalami kehilangan metabolism sel. Air dibutuhkan untuk mencegah dehidrasi gigi avulsi,
tetapi tidak adekuat untuk menjadi media penyimpanan gigi avulsi.33,35
2.7 Prognosis Avulsi
Perawatan avulsi sangat diperlukan kerjasama antara dokter gigi dan orangtua anak. Apabila penanganan darurat avulsi telah minimal dilakukan maka, prognosis perawatan repantasi gigi avulsi dapat lebih baik serta dapat digunakan sebagai bahan edukasi. Penanganan darurat yang tepat diharapkan dapat mempengaruhi prognosis yang baik terutama avulsi gigi permanen anak usia muda. Idealnya, gigi avulsi segera dilakukan replantasi pada soket alveolar untuk menghindari kerusakan dari jaringan ligamen periodontal. Prognosis keberhasilan gigi avulsi yang direplantasi bergantung
pada golden period atau antara waktu terjadi gigi avulsi sampai dilakukan replantasi,
tahap perkembangan akar gigi dan kontaminasi dari lingkungan pada gigi yang
avulsi.37
Jika gigi terlepas dari soketnya maka prognosis untuk perawatan replantasi tergantung dari lamanya avulsi atau lamanya gigi diluar soket alveolar. Semakin lama gigi diluar mulut, maka ligamen periodontal akan mengalami kematian dan prognosisnya kurang baik. Tahapan pertumbuhan akar dilihat dari tertutupnya apikal dari akar gigi, semakin akar tertutup maka prognosis semakin jelek. Langsung melakukan replantasi tanpa membersihkan gigi yang kotor karena terkonaminasi tanah serta kebersihan rongga mulut yang cenderung buruk maka menyebabkan
(3)
Berikut adalah kelompok kondisi ligamen periodontal yang perlu diperhatikan
sebelum memulai perawatan: 21,37
1. Jaringan ligamen periodontal masih sehat (gigi avulsi yang telah segera dilakukan replantasi atau berlangsung saat kejadian avulsi).
2. Jaringan ligamen periodontal masih sehat namun perlu dipertimbangkan. Gigi avulsi telah disimpan pada media penyimpanan contoh pada vestibulum rongga mulut, HBSS, larutan salin, susu, atau saliva, serta total waktu gigi avulsi yang berada diluar soket alveolar selama kurang dari 60 menit.
3. Jaringan ligamen periodontal tidak layak untuk dilakukan replantasi, dimana total waktu gigi avulsi berada diluar soket alveolar selama lebih dari 60 menit.
Sebaiknya gigi yang avulsi diinstruksikan segera dibersihkan/dicuci dengan air yang mengalir tanpa disikat, dan dikembalikan pada soketnya seperti semula dan segera ke dokter gigi. Jika tidak memungkinkan gigi dicuci dengan air yang mengalir dan diletakkan pada vestibulum penderita karena gigi dapat terendam di dalam saliva dan pada temperatur tubuh. Prognosis optimal gigi gigi avulsi selama 30 menit. Fiksasi/splinting perlu dilakukan jika gigi telah dikembalikan pada soketnya
sedangkan perawatan endodontik ditunda untuk tahap berikutnya.27,28
2.8 Pencegahan Avulsi
Pencegahan avulsi dapat dilakukan dengan cara edukasi kepada orangtua dan pengasuh merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan dokter gigi dalam mencegah terjadinya trauma gigi pada anak. Tindakan preventif yang dapat dilakukan
pada trauma gigi anak, yaitu 11,39 :
a. Pemakaian mouth guards. Studi telah menunjukkan bahwa mouth guards
merupakan tindakan preventif primer dalam mencegah terjadinya injuri dento-
alveolar.
b. Penggunaan helm. Injuri oral dan maksilofasial sering terjadi pada
kecelakaan bersepeda pada anak usia dibawah 15 tahun. Tetapi, helmet yang saat ini
(4)
dental. Pemakaian helmet harus dikombinasikan dengan mouth guards yang akan
memberikan perlindungan terhadap injuri dental dan injuri kepala.25,40
c. Penggunaan safety belt. Berdasarkan studi di Amerika Serikat, penggunaan
(5)
2.9 Kerangka Teori
Trauma Gigi
Pencegahan
Klasifikasi
Avulsi
Etiologi Prevalensi Predisposisi
Pengetahuan dan sikap orang terdekat
Penanganan darurat terjadi avulsi
Waktu Media Tempat Guru
Orang tua/ penjaga anak
Perawatan lanjutan
Dokter gigi/ Medis
(6)
2.10 Kerangka Konsep
Orangtua :
- Pendidikan
- Sosioekonomi
Pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi
Orangtua :
- Pendidikan
- Sosioekonomi Sikap tentang penanganan darurat trauma avulsi