DAMPAK PENURUNAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK: ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA

DAMPAK PENURUNAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK: ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA

Lestari Kurniawati

Politeknik Keuangan Negara STAN lest_tarie@yahoo.com

INFORMASI ARTIKEL

ABSTRAK

Diterima Pertama

Fuel subsidies create a heavy burden for state budget, [14 Juli 2017]

ineffective as poor social protection, and creating environmental problem. This study using Social Accounting

Dinyatakan Diterima

Matrix to analyze the impact of fuel subsidies removal and [13 November 2017]

cash transfer policies to Indonesian economy, household income distribution, and the level of CO2 emission. As the

KATA KUNCI:

results, fuel subsidy decreased with cash transfer Cash Transfer, CO2 Emission, Fuel Subsidy, Social Accounting

compensation, in short term, it will give better effect than Matrix, Theil Index

non-cash transfer compensation. Another finding was that subsidy removal with sector targeted policy gives better impact for the sector which had direct relation to the fuel subsidy sector than the sector indirect related. Furthermore, diesel subsidy decreased gives better affects to decrease emission and income distribution gap than gasoline and kerosene subsidy decreased.

Subsidi BBM telah menjadi beban berat APBN, dinilai tidak tepat sasaran, dan merusak lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan penurunan subsidi BBM dan kompensasinya terhadap PDB, distribusi

pendapatan rumah tangga, dan emisi CO2. Penelitian ini menggunakan simulasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi 2008.

Data yang digunakan merupakan SNSE 2008 yang telah disesuaikan dan merupakan data yang sama yang telah digunakan oleh Endriana (2013), yang merupakan hasil pengolahan data BPS dan data Kementerian ESDM. Hasil penelitian menunjukkan penurunan subsidi BBM dengan kompensasi cash transfer, dalam jangka pendek, berdampak lebih baik terhadap ketimpangan distribusi pendapatan

dibanding kompensasi non-cash transfer. Simulasi kompensasi non-cash transfer menunjukkan alokasi pada sektor yang terkait langsung sektor BBM (sektor angkutan darat) berdampak lebih baik dibanding alokasi pada sektor yang tidak terkait langsung (sektor konstruksi). Selain itu,

kebijakan penurunan subsidi BBM jenis solar dinilai lebih efektif menurunkan emisi CO2 dan ketimpangan distribusi pendapatan.

Lestari Kurniawati

1. PENDAHULUAN

2. KERANGKA TEORI

1.1. Latar Belakang

2.1. Subsidi BBM

Anggaran subsidi bahan bakar minyak Secara ekonomi, tujuan subsidi adalah (BBM) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

mengurangi harga atau menambah keluaran/ output Beban berat subsidi BBM membatasi ruang gerak

(Hermawan, 2012). Subsidi mempunyai fungsi yang fiskal sehingga alokasi APBN untuk sektor-sektor

berkebalikan dengan pajak. Pemberian subsidi akan pembangunan yang lain menjadi terbatas. Isu

membuat harga menjadi lebih murah dan dapat tentang subsidi BBM terhadap tekanan fiskal telah

menambah pendapatan nyata baik kepada konsumen banyak dibahas, seperti studi yang telah dilakukan maupun produsen.

oleh Lestari (2003), Adi (2004), Widodo et.al., (2008), Pemerintah Indonesia memberikan subsidi dan Mourougene (2010). Namun demikian dampak

energi untuk produk-produk seperti gas, listrik, dan lanjutan seperti dampak distribusi pendapatan dan

bahan bakar minyak (BBM). Secara teori, subsidi dampak lingkungan hidup dari subsidi BBM belum

dapat dilaksanakan jika mampu meningkatkan banyak dieksplorasikan dalam studi yang sistematis.

kesejahteraan sosial secara menyeluruh. Namun para ahli berpendapat subsidi BBM berdampak

Penelitian ini menggunakan simulasi SNSE negatif baik bagi masyarakat di negara tersebut Indonesia Tahun 2008 dengan tujuan menganalisis

maupun secara global (Von Molke et.al., 2008 dalam dampak penurunan subsidi BBM terhadap

Ellis, 2010). UNEP (2003), menggambarkan dampak perekonomian, distribusi pendapatan rumah tangga,

pemberian subsidi energi dalam sebuah kerangka dan tingkat emisi CO 2. Penelitian dilaksanakan dengan

terintegrasi yang memotret hubungan dampak dari membuat simulasi dalam enam skenario yang dibagi

segi ekonomi, lingkungan, dan sosial. Mourougene menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan

(2010) juga mengungkapkan pemberian subsidi energi menimbulkan dampak dan memunculkan biaya yang

simulasi penurunan subsidi BBM dengan kompensasi mencakup biaya ekonomi, biaya fiskal, biaya sosial, berupa cash transfer dan non cash transfer yang

dan biaya lingkungan.

dialokasikan untuk sektor konstruksi dan angkutan darat. Simulasi kelompok pertama ini dimaksudkan

Dalam dua dekade ini, banyak negara anggota untuk mengetahui dampak penurunan subsidi BBM

OECD yang telah menghapus atau mengurangi dengan mekanisme pemberian kompensasi berupa

subsidi BBM baik subsidi langsung maupun tidak cash transfer dan non cash transfer. Simulasi pertama

langsung (Varangu and Morgan, 2002 dalam Ellis, 2010). Penghapusan subsidi BBM mempunyai

juga dimaksudkan untuk lebih mengetahui bagaimana dampak berkebalikan dengan dampak pemberiannya. dampak penurunan subsidi BBM dengan mekanisme non cash transfer terhadap sektor yang terkait/tidak Dampak langsung kebijakan penghapusan subsidi

BBM adalah kenaikan harga dan berkurangnya akses terkait dengan BBM. Pada kelompok kedua, simulasi

penduduk miskin terhadap pemenuhan kebutuhan dilakukan dengan menurunkan subsidi salah satu jenis

BBM. Dampak tidak langsungnya adalah efek domino BBM dengan tetap memberikan subsidi terhadap

karena penggunaan BBM dalam proses produksi, dua jenis BBM lainnya dan kompensasi diberikan

distribusi, dan transportasi (Lestari, 2003). dalam bentuk cash transfer. Simulasi kelompok

Pelaksanaan kebijakan penghapusan subsidi kedua ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak BBM harus memperhatikan kondisi penduduk miskin. yang optimal (baik positif ataupun negatif) apabila Kenaikan harga BBM berdampak langsung terhadap

Pemerintah berencana menurunkan subsidi hanya menurunnya akses masyarakat miskin terhadap untuk salah satu jenis BBM.

pemenuhan kebutuhan energi. Efek inflasi BBM Penelitian ini juga mencoba menguji dua juga menaikkan harga kebutuhan pokok yang akan menurunkan pendapatan riil masyarakat. Masyarakat

hipotesa, yaitu: 1) kebijakan penurunan subsidi miskin paling rentan menderita karena pendapatannya BBM dengan kompensasi berupa cash transfer

relatif tetap sementara harga kebutuhan pokok akan berdampak lebih baik terhadap pendapatan

meningkat. Pemerintah dapat memitigasi kerugian dan tingkat pemerataan pendapatan rumah tangga

masyarakat miskin tersebut dengan melaksanakan Indonesia dibanding dampak kebijakan penurunan

kebijakan pengalihan subsidi BBM atau sering disebut subsidi BBM dengan kompensasi non-cash transfer;

sebagai dana kompensasi subsidi BBM.

2) kebijakan penurunan subsidi BBM non-cash Secara konseptual, dana kompensasi adalah transfer dengan alokasi pada sektor produksi yang dana yang disiapkan pemerintah sebagai kompensasi

terkait langsung dengan sektor BBM berdampak lebih bagi masyarakat miskin agar tidak terkena dampak baik dibanding dampak kebijakan penurunan subsidi

yang terlalu berat dari kenaikan harga BBM (Lestari, BBM dengan alokasi kompensasi pada sektor-sektor

Adam, Sambodo, Purwanto, Ermawati, 2007). Hanya yang tidak terkait. penduduk miskin dengan kriteria-kriteria tertentu

Lestari Kurniawati yang berhak mendapatkan dana kompensasi tersebut.

indifference curve. Seperti dapat dilihat dalam Survei tentang peruntukan dana kompensasi telah

Gambar 1.1., garis anggaran P-D merupakan garis dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

anggaran rumah tangga pada saat harga BBM (LIPI). Hasil survei tersebut menyatakan 62,3%

disubsidi. Konsumsi BBM pada garis anggaran ini responden mengharapkan pengalihan dana subsidi

adalah sebesar B0 dengan utilitas u. Pada saat terjadi ke sektor pendidikan dan kesehatan. Sementara

penurunan subsidi BBM, pendapatan riil masyarakat 23,3% responden mengharapkan pengalihan subsidi

berkurang dan garis anggaran bergeser menjadi P-F. BBM untuk sektor angkutan umum, sebesar 5%

Pada garis anggaran ini, konsumsi BBM juga berkurang mengharapkan pengalihan subsidi BBM untuk

menjadi B1 dan utilitasnya menjadi u1. Pemerintah bantuan langsung tunai (BLT), dan sebanyak 9,4%

kemudian memberikan cash transfer sebagai mitigasi responden mengharapkan untuk selain ketiga opsi

dampak penurunan subsidi BBM. Dengan adanya tersebut (Purwanto et.al., 2008).

cash transfer, pendapatan rumah tangga bertambah dan garis anggaran bergeser menjadi P’-E. Pada garis

Dana kompensasi subsidi BBM untuk sektor anggaran ini konsumsi BBM dapat bertambah menjadi transportasi diharapkan mampu mengurangi dampak B2 dan utilitas bergeser menjadi u2. Pergeseran garis kenaikan harga BBM di sektor transportasi. Breisinger

(2010, dalam Widodo et.al., 2012), menyoroti kaitan anggaran akibat adanya cash transfer memungkinkan rumah tangga meningkatkan belanja agar tingkat

antara sektor BBM dengan sektor transportasi. Dalam kesejahteraan rumah tangga bertambah. Hal ini hipotesisnya, Breisinger menyatakan penurunan tidak berlaku jika dana kompensasi diberikan dalam subsidi BBM secara langsung akan berdampak pada

bentuk barang. Pemberian kompensasi dalam bentuk sektor transportasi. Dampak langsung tersebut sering

direspon dengan cepat, seperti kenaikan tarif. Namun barang hanya dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga terhadap barang tersebut namun tidak dapat

pada sektor yang tidak terkait langsung, dampak penurunan subsidi BBM terjadi secara tidak langsung menggeser garis anggaran.

sehingga respon yang muncul cenderung lebih lambat.

Respon dari sektor yang terkena dampak langsung penurunan subsidi BBM, seperti kenaikan

tarif angkutan, menyebabkan turunnya pendapatan riil masyarakat. Selain itu, kenaikan tarif juga memicu peningkatan biaya produksi sektor lain yang menjadi konsumennya. Dengan demikian, sektor yang terkena dampak langsung akan mempengaruhi turunnya pendapatan riil masyarakat melalui kenaikan harga produknya dan kenaikan harga dari sektor lain selaku pengguna sektor yang terkena dampak langsung. Oleh karena itu, penanganan dampak penurunan subsidi pada sektor yang terkait langsung dengan BBM menjadi penting untuk meredam dampak jangka pendek.

Gambar 1. Kurva Indifference Perilaku Konsumen Terhadap Penurunan Subsidi BBM

Selain kebijakan pada sektor yang terkait langsung, penanganan dampak penurunan subsidi

2.2. Distribusi Pendapatan

BBM dalam jangka pendek juga dapat diberikan dalam bentuk cash transfer berupa bantuan langsung

pendapatan merupakan tunai (BLT). Pemberian dana kompensasi berupa BLT

Ketimpangan

gambaran perbedaan pendapatan atau standar diharapkan dapat mengantisipasi peningkatan jumlah hidup di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

rumah tangga hampir miskin (yang rentan terhadap Ketimpangan distribusi pendapatan yang tinggi

gejolak ekonomi dan force majeur lain) menjadi mengimplikasikan adanya pemborosan sumber kelompok miskin, bahkan sangat miskin. Kerentanan

daya manusia dalam bentuk besarnya populasi masyarakat miskin terhadap kenaikan harga BBM

pengangguran atau terjebak di dalam pekerjaan lebih disebabkan efek inflasi akibat kenaikan harga dengan upah yang rendah dan pekerjaan yang low

BBM. Laju inflasi berpotensi meningkatkan defisit

skilled.

pendapatan penduduk miskin. Pemberian BLT Terdapat tiga alasan yang mendasari menambah pendapatan masyarakat miskin sehingga

pemerintah untuk memperhatikan ketimpangan kesejahteraannya dapat meningkat.

distribusi pendapatan (Todaro, 2006 hal 248-249). Peningkatan kesejahteraan masyarakat

Pertama, ketimpangan pendapatan yang ekstrem miskin melalui pemberian BLT (cash transfer) dapat

menyebabkan inefisiensi ekonomi, yaitu ketimpangan dijelaskan dengan perilaku konsumen melalui

yang semakin tinggi menyebabkan mengecilnya

Lestari Kurniawati bagian populasi yang memenuhi syarat mendapatkan

Pertumbuhan konsumsi yang tinggi berkontribusi pinjaman atau sumber kredit lain. Kedua, ketimpangan

terhadap masalah lingkungan baik di tingkat lokal, pendapatan yang ekstrem melemahkan stabilitas

regional, maupun global. Pada tingkat lokal, tingginya sosial dan solidaritas karena dapat mengokohkan

konsumsi BBM memicu peningkatan laju polusi kekuatan politis golongan kaya dan kekuatan tawar

udara yang menimbulkan masalah kesehatan. Di menawar ekonomi mereka. Kekuatan ini kemudian

tingkat global, penggunaan bahan bakar fosil yang dapat digunakan untuk memanfaatkan berbagai

berlebihan meningkatkan gas rumah kaca di atmosfer hasil pembangunan demi kepentingan sendiri

yang menyebabkan pemanasan global. Polusi udara serta dapat mengarah pada upaya mempermudah

menurunkan kualitas udara dan mengakibatkan “pemburuan rente” yang meliputi tindakan seperti

masalah kesehatan. Timbulnya masalah kesehatan lobi, sumbangan politis yang besar, penyuapan, dan

membuat masyarakat harus mengalokasikan proporsi kroniisme. Ketiga, ketimpangan pendapatan yang

yang lebih besar dari pendapatannya untuk biaya ekstrem pada umumnya dipandang tidak adil.

perawatan kesehatan (Bappenas, 2007 dalam World Bank, 2009).

Beberapa metode yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi

Rangkaian dampak tersebut menjadi pendapatan adalah: 1) Koefisien Gini, 2) Generalized

penyebab timbulnya biaya eksternal (external cost) entropy measures, 3) Atkinson’s inequality measures,

untuk mengatasinya. Eksternalitas terjadi bila satu

4) Decile dispersion ratio. Penelitian ini menggunakan aktivitas pelaku ekonomi (baik produksi maupun generalized entropy measures (Indeks Theil) untuk

konsumsi) mempengaruhi kesejahteraan pelaku mengukur ketimpangan distribusi pendapatan.

ekonomi lain dan peristiwa di luar mekanisme pasar Koefisien ini memenuhi enam kriteria yang seharusnya

(Fisher [1996] dalam Mukhlis, [2009]). Sedangkan dimiliki oleh metode pengukuran ketimpangan

eksternalitas negatif, dalam konteks biaya, dapat pendapatan, yaitu: 1) Mean independence, 2)

diartikan sebagai biaya terhadap pihak ketiga, selain Population size independence 3) Symmetry, 4) Pigou-

pembeli dan penjual, pada satu macam barang Dalton Transfer sensitivity, 5) Decomposability, 6)

yang tidak direfleksikan dalam harga pasar. Ketika Statistical testability.

terjadi eksternalitas negatif, harga barang atau jasa tidak menggambarkan biaya sosial tambahan

Indeks Theil merupakan ukuran ketimpangan ( marginal social cost) secara sempurna pada yang dapat didekomposisi menjadi ketimpangan sumber daya yang dialokasikan dalam produksi. dalam kelompok rumah tangga itu sendiri dan

ketimpangan antarkelompok rumah tangga. Indeks Dengan demikian produsen maupun konsumen akan bersikap underestimate terhadap biaya eksternal

Theil dapat diukur dengan rumus (Akita, Lukman, dan dari aktivitasnya. Hal ini memungkinkan produsen Yamada, 1999): maupun konsumen menghasilkan output dengan

kuantitas melebihi kondisi output efisien namun mengakibatkan pihak ketiga menderita kerugian yang

Dalam hal ini, Y ij merupakan total pendapatan lebih besar dibanding ketika output diproduksi dalam

rumah tangga dalam kelas pendapatan j untuk tingkat efisien (Mukhlis, 2009).

kelompok i, Y adalah total pendapatan untuk semua

2.4. Penelitian Terdahulu

rumah tangga (ƩƩY ij ), n ij adalah jumlah rumah tangga dalam kelas pendapatan j untuk kelompok i, dan

Para ahli telah banyak melakukan berbagai terakhir n menunjukkan jumlah seluruh rumah tangga

penelitian mengenai penerapan subsidi energi dan (ƩƩn ij ). Indeks Theil bisa didekomposisi menjadi

dampak kebijakan tersebut. Kajian oleh Lestari komponen dalam kelompok dan antarkelompok

(2003) menyimpulkan bahwa kenaikan harga energi dengan rumus:

memiliki dampak negatif dan positif. Dampak negatif diasosiasikan dengan perlambatan perekonomian

Ketimpangan total = ketimpangan kelompok + karena naiknya harga BBM membawa efek inflasi ketimpangan antarkelompok

bagi besaran-besaran makro, seperti kenaikan inflasi (1.2)

dan penurunan pertumbuhan ekonomi. Dampak positif kenaikan harga BBM, terutama dalam

dengan: jangka panjang, terkait lepasnya ketergantungan terhadap minyak dan berkurangnya subsidi BBM

(1.3) yang membebani APBN yang memberikan jaminan

terhadap sustainable development. Sementara itu penelitian lain menyebutkan bahwa penghentian

subsidi bahan bakar dan listrik dapat mengurangi Harga BBM yang rendah memicu inefisiensi

2.3. Eksternalitas: Emisi Karbon

tingkat pengeluaran emisi CO 2 nasional sebesar 6,71% penggunaan energi dan menyebabkan pertumbuhan

pada 2020, dengan kontribusi 6,66% dari pencabutan konsumsi BBM melebihi ekspansi penawaran.

subsidi BBM dan 0,92% dari pencabutan subsidi listrik (Yusuf et al.,2010).

Lestari Kurniawati

Sementara itu Hamilton (2001), IMF (2001), yaitu faktor produksi, institusi, sektor produksi, dan Penn (2006) menyatakan kenaikan harga BBM

komoditas domestik, komoditas impor, dan margin. akan menurunkan output nasional secara signifikan

Sedangkan dalam kerangka dasar SAM, neraca namun penurunan harga BBM tidak berdampak

endogen hanya terdiri dari tiga blok, yaitu faktor hebat bagi perekonomian. Lebih lanjut IMF (2001)

produksi, institusi, dan sektor produksi. Agar sesuai menekankan kombinasi antara penurunan daya

dengan metode SAM, maka diperlukan penyatuan beli dan kenaikan harga mendorong perusahaan

keenam blok tersebut.

untuk menurunkan produksi yang secara makro akan menurunkan

output nasional. Namun dampak SNSE yang telah disesuaikan dengan format inflasioner kenaikan harga BBM bersifat sementara SAM kemudian diagregasi dan didisagregasi untuk

dan akan kembali pada kondisi semula dalam satu sektor-sektor tertentu yang sesuai dengan penelitian

kuartal ke depan (IMF, 2001, dalam Sambodo, 2009). ini. Penelitian ini menggunakan data yang telah

Gever et.al. (1991) dalam studinya menyatakan diagregasi dan didisagregasi yang dikembangkan kenaikan harga minyak akan berdampak positif bagi oleh Endriana dan Hartono (2013). Data tersebut

pembangunan bekelanjutan, yaitu kenaikan harga selanjutnya disebut SAM Energi 2008. Lebih lanjut, minyak akan mendorong sektor industri dan rumah

proses agregasi dan disagregasi sektor-sektor dalam tangga untuk mengefisienkan konsumsi energi dan

penelitian ini mengacu pada Endriana (2013). mendorong perkembangan energi alternatif.

Untuk tujuan analisis perubahan tingkat CO 2 , data SAM dikembangkan lagi menjadi Environmentally

Extended Social Accounting Matrix (ESAM). ESAM

3. DATA DAN METODE PENELITIAN

disajikan dengan memberikan tambahan sejumlah

3.1. Metodologi Penelitian baris dan kolom dari SAM. Tambahan baris dan

kolom tersebut berisi akun-akun yang terkait dengan Penelitian ini menggunakan analisis Sistem

lingkungan seperti polutan (emisi), deplesi sumber Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) yang mempunyai

daya alam termasuk tanah, dan degradasi lingkungan kerangka dasar sama dengan Social Accounting

seperti efek gas rumah kaca (Pal, Pohit, 2012). ESAM Matrix (SAM). SNSE merupakan suatu kerangka data

mempunyai konsep dasar yang sama dengan SAM yaitu yang disusun dalam bentuk matriks yang merangkum

penjumlahan kolom merepresentasikan supply atau berbagai variabel sosial dan ekonomi secara kompak

asal emisi dan penjumlahan baris merepresentasikan dan terintegrasi sehingga dapat memberikan

jumlah serapan suatu sektor terhadap emisi. gambaran umum mengenai perekonomian suatu

Pada penelitian ini, pengembangan ESAM negara dan keterkaitan antara variabel-variabel dilakukan untuk memperoleh nilai pengganda emisi ekonomi dan sosial dalam kurun waktu tertentu (BPS, 2008). Pyatt dan Round (1979) dan Hartono dan yang akan digunakan dalam simulasi. Nilai emisi

dalam penelitian ini, dibatasi hanya pada emisi Resosudarmo (2006) mendefinisikan SAM sebagai

2 yang dihasilkan dari penggunaan premium, minyak tanah, dan solar. Data jumlah emisi CO 2 berbentuk matriks partisi yang mencatat segala yang dihasilkan ketiga produk tersebut berasal dari Pusat transaksi ekonomi antara agen, terutama antara

CO

sebuah neraca ekonomi masukan ganda tradisional

Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumber sektor-sektor di dalam blok produksi, sektor-sektor

di dalam blok institusi (termasuk rumah tangga), dan Daya Mineral (Kementerian ESDM). sektor-sektor di dalam blok faktor produksi di suatu

Untuk memperoleh nilai pengganda emisi, perekonomian.

terlebih dahulu dilakukan estimasi emisi CO 2 yang dihasilkan oleh tiap sektor. Langkah selanjutnya

Penggunaan SAM dengan tujuan analisis adalah menghitung matriks koefisien emisi (D). multisektoral diharuskan mempunyai basis data Matriks D merupakan matriks diagonal yang yang konsisten dan lengkap untuk semua transaksi

elemennya berisi koefisien emisi (Endriana, 2013). antarsektor dan institusi. Konsisten berarti setiap

Dalam hal ini koefisien emisi (e ) hanya ditentukan pendapatan harus terkait dengan belanja dan data

untuk institusi dan sektor produksi sebagai pengguna ij harus lengkap, yaitu setiap transaksi harus dapat

diidentifikasi semua pelaku transaksi baik penerima BBM (premium, minyak tanah, dan solar). Penentuan koefisien emisi untuk institusi dilakukan dengan

maupun pengirim transaksi. SAM berbentuk matriks membuat rasio antara jumlah emisi yang dihasilkan bujursangkar dengan kolom yang menyatakan institusi dengan total pengeluaran. Sementara untuk pembayaran/belanja dan baris yang menyatakan sektor produksi, koefisien emisi dihitung dengan pendapatan. Setiap kolom dan baris yang saling terkait membuat rasio antara jumlah emisi yang dihasilkan harus mempunyai jumlah yang sama. Kerangka dasar

sektor produksi dengan total outputnya. Matriks SNSE terlihat pada tabel 1. Kerangka Dasar SNSE koefisien emisi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Penyajian SNSE mempunyai format yang (1.4) berbeda dengan format dasar SAM. Dalam SNSE

D= [e ij ]

Indonesia, neraca endogen terdiri dari enam blok, Pada koefisien emisi ini, elemen e ij bernilai

Lestari Kurniawati

0 untuk i≠j, dan bernilai e ij untuk i=j. Sedangkan Analisis dampak pengganda sangat berguna penyusunan matriks pengganda emisi dilakukan

dalam menilai dan mengestimasi dampak penerapan dengan membuat perkalian antara koefisien emisi

sebuah kebijakan ekonomi (shock eksogen). Namun (D) dengan matriks pengganda neraca (Ma) yang bisa

dekomposisi dampak pengganda tidak mampu dirumuskan sebagai:

menguraikan multiplier ke dalam komponen transaksi atau mengidentifikasi urutan keterkaitan transaksi

E = D . Ma

(Defourney dan Thorbecke, 1988). Dekomposisi Setelah mendapatkan nilai pengganda

dampak pengganda hanya mampu menguraikan accounting multiplier dan pengganda emisi,

pengaruh-pengaruh dalam neraca endogen atau penelitian dilanjutkan dengan simulasi. Simulasi

antarneraca endogen. Dalam analisis dampak dilakukan dengan melakukan shock pada variabel

kebijakan, sangat penting untuk mengetahui dan eksogen. Simulasi dalam penelitian ini dibagi menjadi

melacak jalur perubahan sebagai dampak kebijakan dua kelompok. Masing-Masing kelompok terdiri dari

agar kebijakan yang diterapkan selanjutnya lebih tiga skenario. Simulasi ini juga dilandasi sejumlah

efisien. Oleh karenanya, banyak penelitian yang asumsi yang melekat pada model SAM. Penelitian ini

kemudian menerapkan SPA sebagai alat untuk juga mengabaikan pengaruh perubahan harga BBM,

mengidentifikasi dan melacak jalur perubahan penurunan konsumsi BBM, dan konversi.

tersebut.

Setelah dilakukan simulasi, penelitian SPA merupakan sebuah metode untuk dilanjutkan dengan melakukan analisis hasil

mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur simulasi. Analisis hasil simulasi dilakukan dengan

yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada membandingkan kondisi awal (baseline) sebelum

sektor lainnya dalam suatu sistem ekonomi. Pengaruh dan setelah simulasi. Analisis yang dilakukan

dari suatu sektor ke sektor lainnya dapat melalui meliputiaspek ekonomi, yang dilihat dari perubahan

jalur dasar ( elementary path) atau sirkuit (Haryanto PDB, aspek sosial yang dilihat dari perubahan indeks

dan Hafizrianda, 2010). Metode SPA juga mampu ketimpangan distribusi pendapatan, dan aspek

menunjukkan pengaruh transmisi dari satu sektor lingkungan, yang dilihat dari perubahan tingkat emisi

ke sektor lainnya secara bersambungan dalam suatu CO 2 sebelum dan setelah simulasi.

gambar.

Untuk memperkuat hasil analisis, digunakan Metode SPA dimulai dengan menentukan pula alat analisis SAM berupa accounting multiplier

titik awal dan akhir dari jalur tersebut kemudian dan structural path analysis (SPA). Accounting

menghubungkannya dengan anak panah. Anak panah multiplier dapat memberikan penjelasan mengenai

menunjukkan unit satuan, sementara jalur terdiri dari besaran perubahan pada masing-masing sektor.

beberapa anak panah. Analisis SPA menggunakan dua Sementara SPA dapat memberikan penjelasan jalur

macam jalur yaitu jalur dasar dan jalur sirkuit. Jalur dan arah perubahan dari suatu sektor yang diberi

dasar merupakan jalur yang tidak melewati sebuah shock terhadap sektor lain yang terkena dampaknya.

sektor lebih dari satu kali. Pengaruh ini dapat terjadi secara langsung namun dapat pula melalui sektor lain.

Accounting multiplier merupakan besaran Sementara sebuah sirkuit merupakan jalur dengan angka pengganda dari masing-masing sektor

titik awal jalur juga merupakan titik akhir/tujuan jalur. yang menunjukkan peran sektor tersebut dalam

Dalam metode SPA terdapat tiga tipe pengaruh, yaitu: perekonomian. Besaran angka pengganda diperoleh dari pemrosesan SAM Energi 2008 dengan

software 1) Pengaruh langsung (DI (i->j) ), yaitu perubahan MATS. Analisis

multiplier dilakukan untuk mengetahui pendapatan atau produksi sektor j yang disebab- kan perubahan satu unit pada sektor i.

peranan sektor-sektor dalam perekonomian melalui telaah peranan sektor terhadap penciptaan nilai tambah, pendapatan rumah tangga, penerimaan

2) Pengaruh total (TI (i àj) ), yaitupenjumlahan pemerintah, penerimaan sektor-sektor produksi,

dari DI (i àj) ditambah seluruh pengaruh tidak langsung yang terjadi karena terbentuknya jalur

dan total perekonomian secara menyeluruh. sirkuit. Pengaruh langsung dapat terjadi secara Analisis multiplier dilakukan dengan melihat nilai langsung dalam satu sektor atau dalam bebera- sel multiplier dan kemudian menjumlahkan isi sel pa sektor (hubungan antar jalur dapat memben- multiplier secara vertikal sesuai kelompok indikator

tuk sirkuit).

makro yang akan dilihat. Kelompok indikator makro yang umum dilihat adalah

3) Pengaruh global (GI Value Added Multiplier ), mengukur keseluruhan (i àj) (VAM), Household Induced Income Multiplier (HIIM), pengaruh pada pendapatan atau produksi j yang Government Income Multiplier (GIM), Own Income disebabkan oleh satu unit perubahan i.

Mutiplier (MPS), Other Linkage Sector Multiplier

3.2. Gambaran umum Subsidi BBM di Indonesia

(OLSM), Production Mutiplier (PROM), dan Gross Output Multiplier (GOM).

3.2.1. Gambaran Produk BBM Bersubsidi

Lestari Kurniawati

Sampai dengan tahun 2014, produk BBM 1997/1998 membuat subsidi BBM naik drastis dari yang mendapatkan subsidi dari pemerintah adalah

Rp2,9 triliun pada tahun anggaran 1996/1997 menjadi premium, minyak tanah dan solar. Ketiga jenis produk

Rp18,5 triliun pada tahun anggaran 1997/1998. BBM juga mempunyai harga yang berbeda. Pada tahun

Jumlah subsidi ini terus meningkat hingga pada tahun 2008, harga keekonomian minyak tanah berada pada

anggaran 1999/2000 jumlah subsidi BBM yang harus kisaran antara Rp6.600,- s.d. Rp11.700,-. Sementara

diberikan pemerintah mencapai Rp38,1 triliun. Pada harga keekonomian premium berada pada kisaran

saat yang bersamaan, produksi minyak Indonesia antara Rp7.600,- s.d. Rp9.600,-. Sedangkan harga

turun hingga sepertiga jumlah sebelumnya. keekonomian solar berada pada kisaran Rp6.600,- s.d. Rp 11.700,-.

Pemerintah menaikkan harga BBM rata-rata sebesar 12% yang diberlakukan mulai tanggal 1 Meski harga eceran domestik ditetapkan

Oktober 2000. Kenaikan harga minyak mendorong pemerintah di bawah harga pasar, namun fluktuasi

turunnya permintaan BBM bersubsidi yang kemudian juga terjadi pada harga eceran domestik. Hal ini dipicu

berefek pada turunnya jumlah subsidi pada tahun oleh kekhawatiran fluktuasi harga minyak di pasar

2001 dan 2002. Pada tahun 2003, harga minyak dunia internasional. Pada tahun 2008, produk-produk BBM

kembali naik. Pada tahun ini, pemerintah berniat bersubsidi mengalami kenaikan harga pada bulan

mengurangi beban subsidi BBM, namun rencana Mei dengan kisaran 25%-33%. Sementara pada bulan

tersebut mendapat protes keras dari masyarakat. Desember, harga premium dan solar turun masing-

Pada tahun 2005, harga minyak menjadi $55 per barel, masing sebesar 16% dan 13%.

naik hampir dua kali lipat dari harga minyak tahun 2003, sebesar $30 per barel. Pada kondisi ini, subsidi

Jumlah konsumsi masing-masing produk BBM naik sangat tajam dan mencapai $15 miliar atau BBM bersubsidi juga berbeda. Pada tahun 2008,

hampir setara 5% PDB Indonesia. Menghadapi kondisi dari 39,2 juta liter jumlah konsumsi BBM bersubsidi

tersebut, pemerintah kembali menaikkan harga BBM di Indonesia, konsumsi premium mencapai 50%,

bersubsidi. Kenaikan harga BBM bersubsidi, pada sedangkan solar sebanyak 30%, dan minyak tanah

sebesar 20%. Pada tahun 2012, perubahan tidak tahun 2005, dilaksanakan pada bulan Maret sebesar 29% dan bulan Oktober sebesar 114%.

hanya terjadi pada jumlah konsumsi tetapi juga proporsi konsumsi pada masing-masing produk BBM

Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia bersubsidi. Pada tahun ini, konsumsi BBM bersubsidi

mengalami situasi serupa dengan kondisi pada mencapai 45 juta kilo liter dengan konsumsi

tahun 2005. Hanya saja, pemerintah saat itu tidak premium mencapai 61%, sementara konsumsi solar

hanya berhadapan dengan kenaikan harga minyak mencapai 35%. Namun demikian konsumsi minyak

melainkan juga dengan kenaikan konsumsi BBM tanah mengalami penurunan baik jumlah maupun

bersubsidi. Pada tahun ini, harga minyak naik hampir persentase konsumsi menjadi 1,2 juta kiloliter atau

dua kali lipat dan konsumsi BBM bersubsidi 20% lebih sebesar 4,25% dari total konsumsi BBM bersubsidi

tinggi dari proyeksi pemerintah. Dengan asumsi harga pada tahun 2012.

minyak $95 per barel, pada tahun 2008 pemerintah memberikan subsidi BBM sebesar Rp15 triliun.

Dilihat dari kelompok pengguna, baik premium maupun solar lebih banyak digunakan

Jumlah konsumsi BBM bersubsidi secara pada kelompok rumah tangga dengan pengeluaran

umum mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 30% teratas (Wikarya, 2012). Pada tahun 2011,

Data APBN tahun 2011 menunjukkan bahwa realisasi dari 37,6 juta rumah tangga pengguna premium,

konsumsi BBM bersubsidi mencapai 40,331 juta sebanyak 40,63% merupakan rumah tangga dengan

kiloliter. Jumlah ini mengalami peningkatan dibanding pengeluaran 30% teratas. Sedangkan jumlah rumah

tahun 2010 yang hanya berjumlah 38,221 juta kiloliter tangga dengan pengeluaran 30% terbawah yang

atau dibanding tahun 2009 yang hanya berjumlah mengonsumsi BBM premium hanya sebesar 15,83%.

37,011 juta kiloliter. Kenaikan jumlah konsumsi ini Untuk konsumsi solar, sebanyak 48% dikonsumsi oleh

terutama jenis premium yang merupakan bahan rumah tangga dengan pengeluaran 30% teratas dan

bakar kendaraan bermotor.

rumah tangga dengan pengeluaran 30% terbawah yang mengonsumsi solar sebesar 15%.

Pesatnya kenaikan jumlah konsumsi premium menjadi indikasi bahwa subsidi BBM jenis ini lebih

3.2.2. Kebijakan Subsidi BBM di Indonesia

banyak dinikmati oleh masyarakat mampu. Hal ini berarti bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi lebih

Indonesia telah menerapkan mekanisme berpengaruh pada masyarakat mampu. Namun subsidi untuk menekan harga eceran bahan bakar

demikian, golongan rumah tangga berpenghasilan sejak tahun 1967 (Bulman et.al., 2008). Pada masa

itu, Indonesia merupakan eksportir minyak dengan rendah rentan menjadi miskin atau makin miskin karena efek inflasi kenaikan harga BBM bersubsidi.

penerimaan minyak menyumbang 30% APBN. Fakta Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah kemudian tersebut menjadikan subsidi BBM lebih terjangkau

membuat program kompensasi terkait pengurangan bagi pemerintah. Krisis keuangan global pada tahun

subsidi BBM. Beberapa program pemerintah terkait

Lestari Kurniawati pengurangan subsidi BBM di Indonesia diantaranya

menunjukkan minyak tanah mempunyai nilai angka bantuan langsung tunai (BLT), Beras untuk rakyat

pengganda tertinggi untuk VAM, HIIM, GIM, OLSM, miskin (raskin), Biaya Operasional Sekolah,

PROM, dan GOM. Minyak tanah mempunyai nilai peningkatan prasarana, dana bergulir, dan kredit

VAM sebesar 6,56, yang artinya penambahan atau usaha rakyat.

penurunan sebesar Rp1 miliar pada sektor ini akan mengakibatkan naik/turunnya nilai tambah sebesar

Program bantuan langsung tunai (cash Rp6,56 miliar. Dibanding sektor lainnya, minyak tanah transfer) telah dilaksanakan sejak tahun 2000 dengan

juga mempunyai angka pengganda tertinggi untuk alokasi dana sebesar Rp200 miliar. Program tersebut PROM sebesar 8,95 yang merupakan penjumlahan dilaksanakan dengan memberikan dana tunai kepada dari angka pengganda OLSM sebesar 7,93 dan MPS rumah tangga miskin sebesar Rp10.000,- per bulan per sebesar 1,02. Tingginya angka pengganda OLSM keluarga dengan target 6,67 juta rumah tangga miskin berarti minyak tanah mempunyai kaitan tinggi dengan pada tahun 2000. Program cash transfer diberikan sektor lain sehingga injeksi atau shock terhadap sektor dalam kerangka kebijakan perlindungan sosial (social protection) untuk mengatasi dampak pengurangan ini juga akan berakibat besar bagi sektor lainnya. Tabel

2. menyajikan besaran angka pengganda berdasarkan subsidi BBM. Mekanisme yang dilakukan merupakan

kelompok indikator makro untuk sektor-sektor yang asistensi sosial (social assistance) untuk membantu

diinjeksi/shock dalam penelitian ini. masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi

kebutuhan dasar, mencegah penurunan taraf Tabel 2. Analisis Multiplier Berdasarkan Kelompok kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan

Indikator Makro Sektor Tertentu ekonomi, dan meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

si Program cash transfer seperti BLT dapat

an truk

ut t meningkatkan pendapatan dan konsumsi rumah

yak

emium

tangga miskin sehingga diharapkan mampu

Solar K ons Angk Dar mengurangi kemiskinan, setidaknya dalam jangka

Pr

Min Tanah

2,85 6,56 2,48 1,58 1,88 pendek. Sebagai program perindungan sosial, cash

VAM

transfer dinilai lebih efisien dan efektif dibanding

2,03 4,35 1,73 1,14 1,44 program transfer lainnya. Hal ini karena cash transfer

HIIM

0,46 1,20 0,42 0,25 0,26 tidak membutuhkan ruang penyimpanan yang besar,

GIM

1,03 1,02 1,04 1,03 tidak memerlukan biaya transportasi, memberikan 1,09 pilihan bagi masyarakat dalam membelanjakan

MPS

4,50 7,93 3,63 2,66 2,99 uangnya, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,

OLSM

5,52 8,95 4,67 3,69 4,08 dan membuka lapangan kerja melalui multiplier

PROM

GOM 11,89 23,82 10,25 7,21 8,24 perdagangan. Kelemahan cash transfer adalah adanya

Sumber: Hasil pengolahan

kemungkinan penerima cash transfer membelanjakan uangnya untuk barang-barang yang tidak menunjang

Penghitungan nilai VAM berbasis faktor-faktor kesejahteraan, seperti rokok dan minuman keras

produksi (tenaga kerja dan bukan tenaga kerja/modal) (Febriany dan Suryahadi, 2012).

memberikan makna bahwa injeksi/shock terhadap sektor tertentu akan mengakibatkan kenaikan atau

Hasil kaji cepat pelaksanaan BLT 2008 dan penurunan terhadap penerimaan tenaga kerja dan evaluasi penerima program BLT 2005 di Indonesia

modal sebesar angka pengganda faktor produksi pada yang dilakukan SMERU pada tahun 2011 menyebutkan

sektor tersebut. Hasil analisis multiplier menunjukkan bahwa program BLT 2008 masih relevan dan dapat

bahwa pada kelima sektor (premium, minyak tanah, membantu masyarakat miskin dalam mengatasi

solar, konstruksi, dan angkutan darat), faktor produksi guncangan akibat kenaikan harga BBM. BLT juga

yang mempunyai angka pengganda terkecil adalah tidak mengakibatkan kemalasan dan perubahan jam

faktor produksi kepemimpinan, ketatalaksanaan, kerja RTS karena jumlah dana yang diterima terbatas

militer, profesional, dan teknisi bukan penerima dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

upah/gaji. Sedangkan nilai pengganda terbesar untuk dalam jangka pendek sehingga masyarakat miskin

semua sektor, kecuali sektor premium, terdapat harus tetap bekerja untuk memenuhi tuntutan

pada tenaga kerja produksi, operator alat angkutan, kebutuhan hidup yang semakin meningkat.

manual, dan buruh kasar penerima upah/gaji. Pada hasil penghitungan nilai HIIM, nilai

4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

terbesar terdapat pada sektor minyak tanah dan nilai terkecil terdapat pada sektor konstruksi. Proporsi nilai

4.1. Analisis Multiplier

multiplier untuk kelima sektor ini lebih banyak berasal

a. Analisis

Accounting Multiplier (Ma) dari rumah tangga kota. Hal ini wajar mengingat pendapatan rumah tangga kota juga lebih besar Hasil analisis multiplier untuk SAM Energi 2008

dibanding pendapatan rumah tangga desa. Secara

Lestari Kurniawati keseluruhan, nilai pengganda terbesar untuk masing-

simulasi. Kelompok pertama dan kelompok kedua, masing golongan rumah tangga desa dan kota terdapat

masing-masing terdiri dari tiga simulasi. Namun pada rumah tangga dengan penghasilan tertinggi yaitu

sebelum melakukan simulasi, terlebih dahulu rumah tangga desa desil 10 dan rumah tangga kota

dilakukan penghitungan besaran subsidi BBM yang desil 10. Sedangkan angka pengganda terkecil untuk

akan dihemat yang sekaligus merupakan besaran seluruh sektor terdapat pada rumah tangga desa desil

kompensasi. Penghitungan besaran subsidi BBM

1 yaitu rumah tangga dengan penghasilan terendah. dalam penelitian ini menggunakan proporsi jumlah Besarnya nilai HIIM rumah tangga berpendapatan

subsidi yang diberikan pemerintah terhadap harga tinggi pada kelima sektor menandakan rumah tangga

keekonomian BBM per liter. Penghitungan jumlah golongan pendapatan tinggi tersebut akan terkena

subsidi yang diberikan pemerintah menggunakan dampak paling besar dari adanya shock atau injeksi

metode price gap yang lebih sederhana dan pada kelima sektor tersebut.

transparan . Metode price gap merupakan metode penghitungan jumlah subsidi dengan menghitung

b. Analisis Pengganda Emisi (E)

selisih antara harga keekonomian BBM dan harga Angka pengganda emisi merupakan nilai

BBM yang ditetapkan (administered). Namun kepekaan perubahan emisi terhadap perubahan

sayangnya harga BBM berfluktuasi, baik untuk satu unit moneter. Besaran angka pengganda emisi

harga keekonomian maupun harga yang ditetapkan suatu sektor berhubungan erat dengan keterkaitan

pemerintah. Sementara, penggunaan metodologi sektor tersebut dengan sektor penghasil emisi.

SAM sebagai alat analisis hanya memungkinkan Dalam penelitian ini, sektor penghasil emisi dibatasi

digunakannya satu titik harga. Oleh karena itu, pada emisi CO 2 yang dihasilkan sektor premium,

untuk mendapatkan satu titik besaran subsidi BBM minyak tanah, dan solar. Sektor dengan input utama

dalam penelitian ini, dilakukan penghitungan rata- sektor penghasil emisi cenderung mempunyai angka

rata baik untuk harga yang ditetapkan pemerintah pengganda emisi besar. Namun besarnya emisi

maupun harga keekonomian dari setiap jenis produk yang dihasilkan tidak terbatas pada pemakaian

BBM bersubsidi. Data harga keekonomian dan harga sektor penghasil emisi sebagai input, tetapi juga

eceran dalam negeri (administered) diperoleh dari penggunaan sektor-sektor lain yang menggunakan

Kementerian ESDM. Selanjutnya, penghitungan sektor penghasil emisi sebagai input.

jumlah penurunan subsidi BBM tahun 2008 yang dijadikan shock dalam penelitian ini disajikan dalam

Emisi yang dihasilkan dari penggunaan

Tabel 3.

sektor penghasil emisi sebagai input disebut emisi langsung. Sedangkan emisi yang dihasilkan dari

Tabel 3. Penghitungan Jumlah Penurunan (shock) penggunaan sektor-sektor lain yang menggunakan

Subsidi BBM tahun 2008 sektor penghasil emisi sebagai input disebut emisi tidak langsung. Dengan demikian total emisi yang dihasilkan oleh suatu sektor merupakan penjumlahan

sidi an dari emisi langsung dan emisi tidak langsung.

al sub Hasil analisis angka pengganda emisi

yak

emium

Min Tanah Solar Tot diturunk menunjukkan bahwa sektor dengan nilai pengganda

Pr

Rata-rata Harga

sebesar 0,20826. Hal ini berarti, potensi peningkatan 9.015,07 8.972,68

emisi langsung terbesar adalah sektor angkutan darat

Keekonomian/

liter (Rp)

jumlah emisi CO 2 dari sektor angkutan darat adalah 208,26 ton, apabila sektor angkutan darat diinjeksi

Rata-rata Subsidi

6.635,07 3.980,68 yang menggunakan produk-produk BBM sebagai

sebesar Rp1 miliar. Angkutan darat merupakan sektor

produk per liter 2.353,73

(Rp)

input utama dalam aktivitasnya. Hasil analisis angka

% subsidi/harga

0,44 pengganda emisi juga menunjukkan bahwa terdapat

sektor-sektor produksi yang tidak mempunyai nilai

Output Produk

emisi langsung. Namun demikian, sektor tersebut

9.193,19 51.536,79 dapat menghasilkan emisi tidak langsung akibat

dalam SNSE

2008 (Rp miliar)

penggunaan sektor lain sebagai input. Misalnya institusi perusahaan yang tidak mempunyai nilai Jumlah subsidi

(Rp Miliar)

untuk jumlah emisi langsung namun menghasilkan emisi tidak langsung meski dalam jumlah kecil. Sumber: Hasil Penghitungan

Selain menghitung penurunan jumlah subsidi

4.2. Analisis Dampak Kebijakan Penurunan

BBM, penelitian ini juga melakukan penghitungan

Subsidi BBM dengan Alokasi Kompensasi cash transfer dan non-cash transfer. jumlah alokasi cash transfer yang akan diberikan

kepada setiap rumah tangga. Alokasi cash transfer Penelitian ini terdiri dari dua kelompok

dalam penelitian ini diberikan kepada lima golongan

Lestari Kurniawati rumah tangga dengan jumlah pendapatan per kapita

penghapusan subsidi BBM akan menurunkan PDB riil terendah, yaitu rumah tangga desa desil 1 (HHD1),

sebesar 2% dalam jangka pendek. Hasil penelitian ini rumah tangga desa desil 2 (HHD2), rumah tangga desa

juga sesuai dengan hasil penelitian Widodo, et.al., desil 3 (HHD3), rumah tangga kota desil 1 (HHK1), dan

(2012) yang menunjukkan penghapusan subsidi BBM rumah tangga kota desil 2 (HHK2).

sebesar Rp1 miliar akan menurunkan PDB sebesar Rp0,888 miliar. Namun demikian hasil penelitian ini

Menurut data BPS, jumlah rumah tangga bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan Indonesia, pada tahun 2008 adalah 57.716.100 IEA (1999, disebutkan dalam Mourougane, 2010) rumah tangga. Dari jumlah tersebut, rumah tangga yang menunjukkan penghapusan subsidi BBM akan desa berjumlah 29.657.233 dan rumah tangga kota meningkatkan PDB Indonesia sebesar 0,24%. berjumlah 28.058.867. Pembagian rumah tangga

ke dalam desilpada penelitian ini,membuat jumlah Hubungan positif kenaikan harga minyak rumah tangga setiap desil berjumlah sama untuk

dengan perekonomian juga dicatat dalam penelitian masing-masing kelompok kota maupun desa. Setiap

Gever et.al. (1991, disebutkan dalam Lestari, et.al., desil dalam rumah tangga desa sejumlah 2.965.723,

2007). Kenaikan harga minyak akan mendorong sektor sedangkan setiap desil dalam rumah tangga kota

industri dan rumah tangga mengefisienkan konsumsi sejumlah 2.805.886 rumah tangga. Pada skenario 1,

energi dan mendorong pengembangan energi alokasi kompensasi penurunan subsidi BBM dalam

alternatif. Namun dampak negatif kenaikan harga bentuk cash transfer diberikan kepada lima golongan

minyak terhadap perekonomian juga dapat ditelusuri rumah tangga targeted dengan jumlah seluruh rumah

melalui efek inflasioner kenaikan harga BBM. Dari tangga sebesar 14.508.943 rumah tangga atau setara

sisi konsumen, kenaikan harga BBM berjalan melalui 25% total rumah tangga Indonesia. Berdasarkan hasil

peningkatan harga-harga yang akan menurunkan penghitungan, pada skenario 1, jumlah cash transfer

daya beli masyarakat dan menurunkan pendapatan untuk masing-masing rumah tangga adalah sebesar

riil masyarakat, yang berakibat pada penurunan Rp2.870.833,81. Jumlah ini merupakan jumlah seluruh

kesejahteraan masyarakat. Sementara itu dari sisi dana kompensasi yang diberikan kepada setiap rumah

produsen, kenaikan harga umum akan menyebabkan tangga selama periode program berlangsung. Periode

kenaikan biaya produksi yang kemudian direspon pelaksanaan program beragam sesuai rencana

dengan penurunan produksi atau kenaikan harga beli. pemerintah. Sebagai contoh, pemerintah Indonesia

Kombinasi penurunan daya beli dan kenaikan harga telah melaksanakan program cash transfer berupa

akan mendorong perusahaan untuk menurunkan program BLT (Bantuan Langsung Tunai) pada tahun

produksi, yang secara makro akan menurunkan 2008 untuk 19,1 juta rumah tangga sasaran dengan

output nasional (Lestari, 2007). Namun IMF (2000, periode program selama tujuh bulan dalam bentuk

dalam Lestari et.al., 2007), menyatakan bahwa uang tunai sebesar Rp100.000,- per bulan.

dampak inflasioner kenaikan harga BBM bersifat sementara dan akan kembali pada kondisi semula

Setelah menghitung penurunan jumlah pada satu kuartal ke depan, kecuali untuk kasus-kasus subsidi dan alokasi cash transfer pada masing-masing

golongan rumah tangga, penelitian dilanjutkan ekstrem. Pada kasus Indonesia, meski telah beberapa kali terjadi penurunan subsidi BBM, namun PDB tetap

dengan menjalankan simulasi sesuai skenario yang meningkat meski pertumbuhannya melamban. telah ditetapkan. Tiga skenario dalam simulasi

kelompok pertama terdiri dari: Tabel 4 menunjukkan bahwa penurunan subsidi BBM sebesar Rp41.652,80 miliar akan

1) Skenario 1: Subsidi premium, solar, dan min- mengakibatkan penurunan PDB sebesar 1,32% yak tanah dihapuskan (Rp41.652,80 miliar),

jika kompensasi dialokasikan sepenuhnya untuk dengan kompensasi seluruhnya untuk cash cash transfer. Penurunan output yang lebih besar transfer. terjadi jika penghematan subsidi BBM dialokasikan

2) Skenario 2: Subsidi premium, solar, dan min- untuk investasi di sektor konstruksi yaitu sebesar yak tanah dihapuskan (Rp41.652,80 miliar),

1,35%. Penurunan PDB terkecil terjadi pada simulasi dengan kompensasi seluruhnya untuk in-

S3 dengan alokasi hasil penghematan subsidi vestasi di sektor konstruksi.

BBM diberikan untuk sektor angkutan darat. Hal ini dimungkinkan karena sektor angkutan darat

3) Skenario 3: Subsidi premium, solar, dan min- merupakan sektor yang terkait langsung dengan yak tanah dihapuskan (Rp41.652,80 miliar),

subsidi BBM sehingga shock pada sektor BBM dapat dengan kompensasi seluruhnya untuk in-

diantisipasi melalui injeksi pada sektor ini. Hal ini vestasi di sektor angkutan darat.

sesuai dengan hipotesis Breisinger (2010) bahwa ada sektor yang terkena dampak langsung dari shock

Hasil simulasi menunjukkan, bahwa semua simulasi berdampak pada penurunan PDB pada tingkat eksogen, dalam hal ini berupa penurunan subsidi

yang berbeda-beda. Hasil penelitian ini sesuai dengan BBM dan dialokasikan untuk sektor angkutan darat. Hasil simulasi ini sekaligus menjadi bukti atas hipotesa

hasil penelitian Clement, et.al., (2007, disebutkan kedua bahwa kebijakan penurunan subsidi BBM non- dalam Widodo et.al., 2012) yang menyatakan

Lestari Kurniawati cash transfer dengan alokasi pada sektor produksi

total pendapatan rumah tangga terkecil dibanding yang terkait langsung sektor BBM berdampak lebih

alokasi sector targeted. Dampak terkecil penurunan baik dibanding dampak kebijakan penurunan subsidi

total pendapatan rumah tangga pada simulasi S1 BBM dengan alokasi kompensasi pada sektor-sektor

merupakan dampak pemberian cash transfer pada yang tidak terkait.

simulasi tersebut. Sementara simulasi S2 dan S3 mengalami penurunan pendapatan yang besar

Tabel 4. Dampak Penurunan Subsidi BBM karena tidak ada kompensasi kepada masyarakat yang terhadap PDB

berdampak langsung terhadap pendapatan rumah tangga.

Tabel 5. Dampak Penurunan Subsidi BBM Terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga Baseline 5.165.299,93 -

(Rp Miliar)

(Rp Miliar) han

Perubahan % Peruba- S1

Output (Rp

(Rp miliar) han S2

3.825.943,93 -500,69 -0,013% Sumber: Hasil Pengolahan

S3 5.108.350,39 (56.949,54) -1,10%

S1

3.780.529,51 -45.915,11 -1200% Dampak terkecil penurunan PDB pada

S2

3.792.915,41 -33.529,21 -0,876% simulasi S3 terjadi karena adanya tambahan

S3

pendapatan yang diterima oleh faktor produksi tenaga

Sumber: Hasil Pengolahan

kerja produksi, operator alat angkutan, manual, dan Dampak penurunan pendapatan rumah tangga buruh kasar bukan penerima upah dan gaji. Tenaga

terbesar terjadi pada simulasi S2, yaitu penurunan kerja yang termasuk dalam kategori ini salah satunya

subsidi BBM dengan kompensasi dialokasikan untuk adalah tenaga kerja pengemudi alat-alat angkutan.

sektor konstruksi. Sektor konstruksi tidak terkait Hasil SPA menunjukkan sektor ini terkait langsung

langsung dengan produk BBM bersubsidi sehingga dengan sektor angkutan darat dengan nilai GE sebesar

injeksi pada sektor ini tidak mampu meredam dampak 0,201 dengan persentase GE 78,8%.