S PGSD 1200672 Chapter3

(1)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas ini memiliki tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kinerja guru dalam proses belajar mengajar melalui tindakan terhadap siswanya karena yang belajar dalam kelas adalah siswa. Sesuai dengan namanya, penelitian tindakan kelas merupakan sebuah penelitian yang dilakukan dengan subjek penelitian adalah sekelompok peserta didik dalam ruang dan waktu yang sama. Penelitian tindakan kelas dapat dilaksanakan secara individu maupun kolaboratif, namun sebenarnya penelitian ini akan lebih baik jika dilakukan secara kolaboratif. Dalam hal ini Kemmis (dalam Hopkins, 2008, hlm. 87) menjelaskan bahwa:

Penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk penyelidikan refleksi diri yang dilaksanakan oleh partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dalam (a) praktik-praktik sosial dan pendidikan mereka sendiri, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi yang melingkupi pelaksanaan praktik-praktik tersebut. Penelitian ini akan benar-benar memberdayakan jika dilaksanakan secara kolaboratif, meskipun ia juga tak jarang dilaksanakan secara individu-individu, dan terkadang bekerja sama dengan „orang luar‟. Dalam pendidikan, penelitian tindakan dilaksanakan sebagai usaha pengembangan kurikulum berbasis sekolah, pengembangan profesional, program-program pengembangan sekolah, pengembangan kebijakan dan perencanaan sistem.

Definisi kedua diberikan oleh Sukardi (2013, hlm. 13), yang menulis:

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara umum merupakan pengembangan penelitian terpakai (applied research), dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pemeran aktif kegiatan pokok; agen perubahan; dan subjek atau objek yang diteliti memperoleh manfaat dari hasil tindakan yang diberikan secara terencana oleh si peneliti.

Dari definisi di atas, penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh partisipan secara kolaboratif dimana kelas merupakan tempat berlangsungnya penelitian dengan tujuan untuk mengembangkan atau melakukan perbaikan praktis terhadap pendidikan baik dalam peningkatan mutu pendidikan atau peningkatan perbaikan kinerja pendidik. Namun menurut Arikunto,


(2)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 34

dkk. (2015, hlm. 2) sejak pendidik Comenius pada abad ke-18, bahwa “kelas”


(3)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dimaksud dalam konsep pendidikan dan pengajaran adalah “sekelompok peserta didik dalam waktu yang sama, belajar hal yang sama, dari pendidik yang sama pula”. Selama ini yang tertanam dalam benak kita bahwa kelas merupakan sebuah tempat atau ruangan yang dibatasi oleh dinding sebagai tempat belajar siswa. Sehingga pengertian penelitian tindakan kelas selama ini sering diartikan sebagai penelitian yang dilakukan di dalam kelas. Berdasarkan uraian tadi maka kita dapat menyimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan dengan subjek penelitiannya adalah sekelompok peserta didik, yang belajar hal sama dari pendidik yang sama dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan desain PTK karena mampu memberikan ide dan perlakuan (treatment) pada subjek yang diteliti berupa tindakan perbaikan. Selain itu, PTK merupakan suatu penelitian yang efektif digunakan oleh guru dimana kelas menjadi tempat penelitian dan guru tidak perlu menghabiskan banyak waktu dalam melakukan pengumpulan data karena tempat penelitian sekaligus tempat dimana guru bekerja.

Adapun model PTK yang digunakan pada penelitian ini adalah model spiral dari Kemmis dan Taggart. Pada model PTK ini terdapat empat komponen dalam satu siklus, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) Plan, (2) Act , (3) Observe, dan (4) Reflect. Pada model PTK ini Act and observe (tindakan dan observasi) dilakukan pada waktu yang sama. Setelah semua komponen dalam satu siklus selesai diimplementasikan sampai pada kegiatan refleksi, maka diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan siklus pertama, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus yang baru. Adapun siklus yang dilaksanakan pada penelitian ini terdiri dari dua siklus. Untuk lebih jelas, alur siklus PTK dengan model spiral dari Kemmis dan Taggar digambarkan pada bagan di bawah ini:


(4)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Siklus PTK model Spiral Kemmis dan Taggart yang disederhanakan sumber : Denzin dan Lincoln, 2007, hlm. 278

Pelaksanaan siklus pada bagan di atas dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Plan (Perencanaan)

Sebelum melakukan penelitian, dilakukan studi pendahuluan dengan mengobservasi kegiatan pembelajaran untuk menentukan masalah yang akan dikaji. Atas dasar masalah dan penyebabnya dari hasil studi pendahuluan, peneliti berencana membuat desain pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapan pendekatan kontekstual yang mungkin dapat meningkatkan aktivitas belajar dan menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap IPA khususnya pada materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan. Dalam tahap ini disiapkan hal-hal apa saja yang dibutuhkan seperti RPP, LKS, format observasi, evaluasi, media serta alat peraga yang dibutuhkan.

2. Act and observe (Tindakan dan Observasi)

Penelitian akan menggunakan pembelajaran dengan langkah-langkah yang


(5)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengacu pada komponen dan prinsip pendekatan kontekstual ketika mengajar, khususnya pada materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan. Pembelajaran yang dilakukan mengacu pada RPP dan instrumen pembelajaran lain yang telah direncanakan dan dibuat.

Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahapan tindakan, guru penelitian sebagai penyampai materi. Dalam tahap ini dilakukan pula pengumpulan data-data setiap tindakan yang dilakukan guru dan siswa akan diamati oleh observer yaitu guru mitra dan teman sejawat dengan menggunakan pedoman pengamat. Dalam hal ini menggunakan lembaran penelitian yang telah disediakan. Selain pengamatan, peneliti akan menggunakan teknik tes sebagai hasil akhir untuk melihat efek penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran dan teknik dokumentasi untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.

3. Reflect (Refleksi)

Tahap ini berisi diskusi dari peneliti dengan observer. Materi diskusi berisi menitikberatkan tentang kelebihan dan kekurangan tindakan, sekaligus menentukan sikap yang harus dilakukan untuk siklus selanjutnya. Pada tahapan ini juga diadakan analisis data, untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat ditentukan apakah diperlukan siklus berikutnya atau tidak.

4. Revised Plan (Perencanaan Ulang)

Revised plan dilakukan ketika siklus pertama belum mampu menjawab tujuan penelitian tindakan kelas, sehingga masih diperlukan siklus selanjutnya yaitu siklus II.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV salah satu SD di Kota Bandung tahun pelajaran 2015/2016, yang berjumlah 29 siswa. Jumlah kelas yang terdapat di SD ini yaitu tujuh kelas. Waktu belajar kelas IV yaitu pagi dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB atau siang pada pukul 13.00 WIB sampai 17.00 WIB. Pertimbangan peneliti mengambil subyek penelitian tersebut dimana sebagian siswa kelas IV masih ada yang belum tuntas dalam hasil belajar IPA, siswa juga kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga perlu upaya


(6)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mengatasi hal tersebut. Lokasi SD pun termasuk lokasi yang strategis dan terjangkau.

C. Prosedur Administratif Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam beberapa siklus sampai

pembelajaran yang dialami siswa efektif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Wiriaatmadja (2005, hlm. 103) yaitu “apabila perubahan yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran telah tercapai, atau apa yang telah diteliti telah menunjukkan keberhasilan, siklus dapat diakhiri”.

Sebelum melakukan tindakan kelas, dilakukan studi pendahuluan terlebih dahulu untuk mengidentifikasi, menentukan fokus dan menganalisis masalah yang akan diteliti. Hasil temuan pada studi pendahuluan kemudian direfleksi agar dapat menentukan strategi yang digunakan untuk pemecahan masalahnya. Tahap tindakan penelitian yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Tahap Pra Penelitian

a. Menentukan sekolah dan kelas yang akan menjadi tempat penelitian.

b. Menghubungi pihak sekolah terkait akan dilaksanakannya penelitian untuk mengurus surat perizinan penelitian.

c. Melakukan studi pendahuluan dengan mengobservasi pelaksanaan pembelajaran untuk menentukan permasalahan yang akan dikaji.

d. Melakukan studi literatur untuk memperoleh dukungan teori mengenai strategi yang sesuai.

e. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan penelitian. Terlampir pada lampiran 2.1 halaman 92.

f. Menyusun proposal penelitian. 2. Tahap Perencanaan Tindakan

Setelah melakukan studi pendahuluan dan tahapan-tahapan yang terdapat pada pra penelitian, kemudian dilanjutkan dengan merancang perencanaan tindakan untuk siklus I. Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus I adalah sebagai berikut:


(7)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menentukan materi pokok bahasan. Pada siklus I materi yang digunakan yaitu materi abrasi dengan SK 10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dan KD 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

c. Mengembangkan skenario pembelajaran/RPP sesuai dengan komponen pada pendekatan kontekstual dan SK/KD yang digunakan. Sistematika RPP yang dibuat mengacu pada Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang memuat identitas mata pelajaran, SK (Standar Kompetensi), KD (Kompetensi Dasar), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. RPP dikembangkan dari tujuh komponen kontekstual. RPP Siklus I secara rinci terlampir pada lampiran 2.2 halaman 94.

d. Menyusun lembar kerja kelompok (LKK), berisi langkah-langkah melakukan percobaan abrasi dengan lima buah pertanyaan terkait hasil percobaan dan satu buah kesimpulan. LKK siklus I terlampir pada lampiran 2.7 halaman 122.

e. Menyiapkan sumber belajar diantaranya buku paket IPA, power point yang berisi informasi terkait materi abrasi dan lingkungan.

f. Menyiapkan daftar nama kelompok belajar siswa. Terlampir pada lampiran 2.6 halaman 121.

g. Menyiapkan media atau alat peraga yang dibutuhkan untuk demonstrasi percobaan abrasi.

h. Menyiapkan papan reward dan reward kelompok berupa stempel bintang. i. Membuat kisi-kisi soal evaluasi yang akan diujikan kepada siswa. Terlampir

pada lampiran 2.3 halaman 105.

j. Mengembangkan format evaluasi yang terdiri dari enam buah soal berbentuk uraian terbatas. Terlampir pada lampiran 3.1 halaman 128.

k. Mengembangkan format instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Terlampir pada lampiran 3.3, 3.4, 3.5 halaman 132-135.


(8)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

l. Mendiskusikan RPP, LKK, dan instrumen penelitian dengan dosen pembimbing.

m. Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama pembelajaran berlangsung.

Perencanaan penelitian siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi dari pelaksanaan siklus I. Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan memuat pemecahan masalah dari hasil refleksi siklus I. Materi yang digunakan adalah materi erosi. RPP siklus II terlampir pada lampiran 2.4 halaman 108. b. Membuat lembar kerja kelompok (LKK) yang berisi

langkah-langkah

percobaan erosi, dengan tujuh soal terkait hasil percobaan dan satu buah

kesimpulan. LKK siklus II terlampir pada lampiran 2.8 halaman 125.

c. Menyiapkan sumber belajar diantaranya buku paket IPA, power point yang berisi informasi terkait materi erosi, video erosi dan lingkungan.

d. Membuat tempat percobaan erosi dari kertas duplek sebanyak lima buah. e. Menyiapkan media atau alat peraga yang dibutuhkan untuk demonstrasi

percobaan erosi.

f. Membuat kisi-kisi soal evaluasi yang akan diujikan kepada siswa. Terlampir pada lampiran 2.5 halaman 118.

g. Membuat instrumen tes yang terdiri dari lima buah soal berbentuk uraian terbatas. Terlampir pada lampiran 3.2 halaman 130.

h. Menyiapkan daftar kelompok siswa yang terdiri dari lima kelompok dan kertas karton yang berbentuk bidang datar sebagai identitas kelompok. i. Menyiapkan kertas HVS (1 lembar dibagi menjadi 4 bagian).

j. Menyiapkan reward kelompok berupa stempel bintang dan reward individu berupa permen.

k. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi kegiatan guru dan siswa, serta aktivitas belajar siswa. Terlampir pada lampiran 3.3, 3.4, 35 halaman 132-135.


(9)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

l. Mendiskusikan RPP, LKK, dan instrumen penelitian dengan dosen pembimbing.

m. Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama pembelajaran berlangsung.

3. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan komponen-

komponen pendekatan kontekstual yang telah direncanakan dan dikembangkan dalam RPP. Pada saat tindakan, peneliti bertindak sebagai guru. Tahapan pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual pada siklus I yaitu sebagai berikut.

a. Konstruktivisme

Pada tahap ini guru menggali pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Konstruktivisme dilakukan melalui kegiatan tanya jawab pada saat siswa mengamati gambar macam-macam perubahan lingkungan fisik daratan, dan

melakukan percobaan abrasi, serta diskusi hasil percobaan. b. Bertanya

Kegiatan bertanya dilakukan oleh guru maupun siswa. Kegiatan bertanya pertama kali dilakukan oleh guru pada saat apersepsi. Pertanyaan yang diajukan oleh guru dimaksudkan untuk menstimulus siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan maupun mengemukakan pendapat. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang tidak dimengerti oleh siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

c. Inkuiri

Pada tahap ini siswa diberikan permasalahan mengenai abrasi kemudian siswa melakukan percobaan abrasi untuk membuktikan jawaban atas permasalahan yang telah disajikan. Kemudian siswa melakukan pengumpulan data dan dibimbing untuk membuat kesimpulan.

d. Masyarakat Belajar

Siswa bekerja bersama anggota kelompoknya masing-masing. Siswa saling membantu temannya baik pada saat melakukan percobaan abrasi maupun diskusi kelompok.


(10)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e. Pemodelan

Pada tahap ini dilakukan oleh guru sebagai model. Guru memperlihatkan alat-alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan percobaan abrasi. Selain itu, guru mendemonstrasikan langkah-langkah percobaan proses terjadi abrasi.

f. Refleksi

Refleksi dilakukan di akhir pembelajaran dengan menanyakan kepada siswa mengenai materi apa saja yang telah dipelajari oleh siswa. Kemudian guru membimbing siswa untuk mengaitkan materi tersebut dengan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga menanyakan perasaan siswa selama kegiatan belajar.

g. Penilaian Autentik

Guru melakukan tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah disampaikan. Selain itu guru juga melakukan penilaian proses dan sikap selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pelaksanaan pada siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I, yaitu:

a. Konstruktivisme

Pada tahap ini guru menggali pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Konstruktivisme dilakukan melalui kegiatan tanya jawab oleh guru dan siswa setelah mengamati video tentang erosi dan melakukan percobaan erosi.

b. Bertanya

Kegiatan bertanya dilakukan oleh guru maupun siswa. Kegiatan bertanya pertama kali dilakukan oleh guru pada saat apersepsi. Pertanyaan yang diajukan oleh guru dimaksudkan untuk menstimulus siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan maupun mengemukakan pendapat. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang tidak dimengerti oleh siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa juga dapat dituliskan pada kertas HVS yang telah dibagikan oleh guru kepada siswa. Siswa juga dapat menuliskan jawaban hasil pertanyaan yang diajukan oleh dirinya sendiri maupun pertanyaan yang diajukan oleh temannya.

c. Inkuiri

Pada tahap ini siswa diberikan permasalahan mengenai erosi kemudian siswa melakukan percobaan erosi untuk membuktikan jawaban atas permasalahan


(11)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang telah disajikan. Percobaan dilakukan dengan mengikuti prosedur pada LKK percobaan. Kemudian siswa melakukan pengumpulan data dan dibimbing untuk membuat kesimpulan.

d. Masyarakat Belajar

Siswa bekerjasama dengan anggota kelompoknya masing-masing. Siswa saling membantu temannya apabila mengalami kesulitan baik pada saat melakukan percobaan erosi maupun diskusi kelompok.

e. Pemodelan

Pada tahap ini dilakukan oleh guru dan siswa sebagai model. Guru memperlihatkan alat-alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan percobaan erosi. Kemudian guru dibantu siswa mendemonstrasikan langkah-langkah percobaan proses terjadi erosi.

f. Refleksi

Refleksi dilakukan di akhir pembelajaran dengan bertanya kepada siswa mengenai materi apa saja yang telah dipelajari oleh siswa. Kemudian guru membimbing siswa untuk mengaitkan materi tersebut dengan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Guru bertanya setelah mempelajari materi erosi, apa saja hal yang dapat siswa lakukan agar mencegah terjadinya erosi. Guru juga menanyakan perasaan siswa selama kegiatan belajar.

g. Penilaian Autentik

Guru melakukan tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah disampaikan. Selain itu guru juga melakukan penilaian proses dan sikap selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

4. Tahap Observasi Tindakan

Tahap observasi tindakan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Dalam kegiatan observasi tindakan, peneliti dibantu oleh tiga orang observer yang terdiri dari dua orang teman sejawat dan satu orang guru kelas. Observer membantu mendokumentasikan kegiatan dan mencatat setiap perilaku yang muncul selama pembelajaran.

5. Tahap refleksi terhadap tindakan

Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat, guru dan dosen pembimbing berdiskusi mengenai kekurangan dan kelebihan penerapan pendekatan kontekstual


(12)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam pembelajaran IPA dengan menganalisis data hasil observasi dan hasil tes belajar siswa serta menentukan strategi perbaikan selanjutnya.

D. Prosedur Substantif Penelitian 1. Pengumpulan Data

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan teknik tes menggunakan instrumen soal, observasi partisipatif menggunakan lembar observasi, dan dokumentasi berupa foto-foto kegiatan pembelajaran yang dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Tes

Tes merupakan kegiatan penilaian untuk mengukur kemampuan siswa. Tes ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai skor hasil belajar siswa yang dilakukan setelah tindakan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual di akhir siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar. Tes yang digunakan yaitu tes formatif karena bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa setelah proses pembelajaran. Dalam teknik ini siswa mengisi soal tes berbentuk uraian terbatas sebanyak enam buah soal pada siklus I dan lima buah soal pada siklus II yang telah disusun oleh guru berdasarkan indikator setiap pertemuan pembelajaran. Secara rinci instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 3.1 dan 3.2 halaman 128-130.

b. Observasi partisipatif

Observasi partisipatif merupakan kegiatan pengamatan dimana peneliti ikut terlibat dalam melakukan pengamatan. Menurut Stainback (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 227) menyatakan “In participant observation, the reasercher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities” yang artinya bahwa dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka katakan dan berpartisipasi dalam aktivitas yang

mereka kerjakan.

Observasi partisipatif ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas

belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas melalui penerapan pendekatan kontekstual. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung di kelas mengenai aktivitas siswa dalam kelompok dengan menganalisis tingkat keaktifan


(13)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa tabel kriteria/indikator aktivitas belajar siswa. Bukan hanya aktivitas belajar siswa, namun observasi ini pun dilakukan untuk mengamati kegiatan guru selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Hal ini akan dijadikan refleksi bagi guru atau peneliti untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Untuk instrumen observasi aktivitas siswa menggunakan instrumen observasi dengan dua pilihan yaitu “Ya” atau “Tidak”. Menurut Arikunto (2015, hlm. 37) bahwa pilihan yang baik adalah pilihan yang tegas, memilih “Ya” atau “Tidak”. Selain itu instrumen observasi aktivitas guru pada penelitian ini juga menggunakan instrumen dua alternatif “Ya” dan “Tidak”. Instrumen observasi guru dan siswa secara rinci dapat dilihat pada lampiran 3.3 dan 3.4 halaman 132-134.

Pada dasarnya instrumen penelitian dengan dua alternatif maupun empat alternatif sama saja, yang membedakan hanyalah kalimat yang digunakan. Sebagaimana yang dijelaskan Arikunto (2015, hlm. 97) bahwa “Kalimat pada lembar pengamatan empat pilihan harus merupakan kata benda agar bisa cocok dengan alternatifnya, menjadi kalimat yang mempunyai makna”. Hal ini berarti bahwa yang membedakan instrumen dua pilihan dengan empat pilihan hanyalah kalimatnya saja. Jika pada instrumen dua pilihan kalimat diawali oleh subyek yang diamati maka pada instrumen empat pilihan kalimat diawali dengan objek yang diamati.

c. Dokumentasi

Dokumentasi atau dokumen merupakan catatan peristiwa di masa lalu. Dokumentasi diambil selama kegiatan pembelajaran berlangsung guna dijadikan bukti konkret dimana bisa dilihat aktivitas siswa dan aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung. Dokumentasi yang digunakan yaitu dokumen berbentuk gambar, seperti foto-foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil dokumentasi dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 195.

2. Pengolahan Data

Analisis data merupakan salah satu tahapan penelitian yang dilakukan setelah


(14)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

semua data penelitian yang diperlukan terkumpul secara lengkap. Ketajaman dan ketepatan dalam penggunaan alat analisis sangat menentukan keakuratan pengambilan kesimpulan, karena itu kegiatan analisis data merupakan kegiatan yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses penelitian. Kesalahan dalam menentukan alat analisis dapat berakibat fatal terhadap kesimpulan yang dihasilkan dan hal ini akan berdampak lebih buruk lagi terhadap penggunaan dan penerapan hasil penelitian tersebut. Secara garis besarnya, teknik analisis data terbagi ke dalam dua bagian, yakni analisis kuantitatif dan kualitatif. Yang membedakan kedua teknik tersebut hanya terletak pada jenis datanya. Untuk data yang bersifat kualitatif (tidak dapat diangkakan) maka analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, sedangkan terhadap data yang dapat dikuantifikasikan dapat dianalisis secara kuantitatif, bahkan dapat pula dianalisis secara kualitatif.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk pengolahan data hasil belajar dan untuk mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar dengan teknik statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 147) bahwa statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk mengolah data dengan cara mendeskripsikan hasil dari data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan secara umum. Dalam statistik deskriptif ini menggunakan penyajian data dalam bentuk tabel atau distribusi frekuensi dan tabulasi silang (crosstab). Dengan analisis ini akan diketahui kecenderungan hasil temuan penelitian, apakah masuk dalam kriteria rendah, sedang atau tinggi. Serta

penyajian data dalam bentuk visual seperti diagram batang dan diagram lingkaran. Selanjutnya analisis data kualitatif dilakukan dengan teknik deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses belajar. Sebagaimana Suhardjono, dkk. (2010) yang mengemukakan bahwa

Data kualitatif yaitu data yang berupa data informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif. (hlm.131)


(15)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun analisis ini digunakan untuk menganalisis data berkaitan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa kemudian dideskripsikan. Analisis deskriptif/kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk mengetahui gambaran peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual.

Analisis kualitatif pada penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles and Huberman. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Adapun langkah-langkah analisis dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.2 Komponen dalam analisis data model Miles dan Huberman Sumber : Sugiyono, 2009, hlm. 92

Dari gambar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Data Collection (Pengumpulan Data)

Pengumpulan data dilakukan selama pelaksanaan tindakan. Pengumpulan

data ini berupa hasil dari observasi, tes, dokumentasi, maupun catatan lapangan.

b. Data Reduction (Reduksi Data)

Semakin lama penelitian di lapangan, maka data yang diperoleh akan semakin

banyak. Pada reduksi data, hasil data yang didapat pada saat penelitian kemudian dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dan pentingnya saja sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.

c. Data Display (Penyajian Data)

Data collection

Conclusions drawing/verifyin

Data display

Data reduction


(16)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah data direduksi, kemudian data disajikan dalam bentuk uraian singkat bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan apa yang selanjutnya dilakukan

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

d. Conclusions drawing / verifying (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)

Setelah penyajian data, tahap selanjutnya yaitu menyimpulkan hasil penelitian. Kesimpulan penelitian dapat berubah dan bersifat sementara apabila tidak didukung dengan bukti-bukti yang kuat. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan didukung oleh bukti-bukti yang kuat, maka kesimpulan yang dikemukakan bersifat kredibel.

Berdasarkan instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen penelitian dua alternatif, maka skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Guttman. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 96) bahwa “skala Guttman merupakan skala pengukuran yang menghasilkan data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif)”. Skala pengukuran dengan tipe ini menghasilkan jawaban yang tegas yaitu “Ya” atau “Tidak”. Skala Guttman yang digunakan pada penelitian ini yaitu berbentuk cheklist dengan skor tertinggi satu dan skor terendah nol. Jawaban “Ya” diberi skor 1 dan jawaban “Tidak” diberi skor 0. Pada penelitian ini skala Guttman digunakan untuk memperoleh interval dalam menentukan kriteria aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru.

a. Pengukuran Aktivitas Siswa

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari interval kriteria aktivitas belajar siswa dengan skala Guttman menurut Sudjana (dalam Hunawa, 2014, hlm. 33) adalah sebagai berikut:

Jumlah pilihan alternatif = 2 (Ya dan Tidak) Jumlah Indikator Aktivitas Siswa = 5

Jumlah Partisipan = 29

Jumlah kriteria = 4

∑ Skor terendah = 0 x (5 x 29) = 0

∑ Skor tertinggi = 1 x (5 x 29) = 145 Range = Skor Max – Skor Min = 145 – 0 = 145


(17)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maka dari persamaan di atas dapat diperoleh kriteria penilaian aktivitas belajar siswa sebagai berikut.

Sangat Aktif = 108,75 < aktivitas ≤ 145 Aktif = 72,50 < aktivitas ≤ 108,75 Cukup Aktif = 36,25 < aktivitas ≤ 72,50 Kurang Aktif = 0 < aktivitas ≤ 36,25 Atau dalam persentase sebagai berikut.

Jumlah pilihan alternatif = 2 (Ya dan Tidak) Jumlah Indikator Aktivitas Siswa = 5

Jumlah Partisipan = 29

Jumlah kriteria = 4

∑ Skor terendah = 0 x (5 x 29) = 0 (0%) ∑ Skor tertinggi = 1 x (5 x 29) = 145 (100%) Range = Skor Max – Skor Min = 100% – 0% = 100%

Maka kriteria penilaian aktivitas belajar siswa berdasarkan persamaan di atas adalah sebagai berikut.

Sangat Aktif = 75% < aktivitas ≤ 100% Aktif = 50% < aktivitas ≤ 75% Cukup Aktif = 25% < aktivitas ≤ 50% Kurang Aktif = 0% < aktivitas ≤ 25%

Sedangkan rumus untuk menghitung aktivitas siswa menggunakan rumus berikut.

Jika ingin dalam bentuk persentase menurut Yonny, dkk. (dalam Indrawati, 2013, hlm. 17) maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

b. Pengukuran Aktivitas Guru

Untuk menentukan kriteria aktivitas guru juga dapat diperoleh dari persamaan


(18)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang digunakan untuk mencari interval kriteria aktivitas belajar siswa. Yang membedakan hanya jumlah indikator dan jumlah partisipan saja. Namun demikian, interval skala Guttman akan tetap memperoleh hasil yang sama jika dalam bentuk persentase, meskipun jumlah indikator maupun jumlah partisipan berbeda tetapi tetap menggunakan jumlah alternatif dan jumlah kriteria yang sama yaitu dua pilihan dan empat kriteria.

Untuk mencari interval pada siklus I dan siklus II digunakan rumus sebagai berikut.

Jumlah pilihan alternatif = 2 (Ya dan Tidak) Jumlah Indikator Aktivitas Guru = 12

Jumlah Partisipan = 1

Jumlah kriteria = 4

∑ Skor terendah = 0 x (1 x 12) = 0

∑ Skor tertinggi = 1 x (1 x 12) = 12 Range = Skor Max – Skor Min = 12 – 0 = 12

Dari persamaan dapat diperoleh kriteria penilaian aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual, sebagai berikut.

Baik = 9 < pembelajaran ≤ 12 Cukup Baik = 6 < pembelajaran ≤ 9 Kurang Baik = 3 < pembelajaran ≤ 6 Buruk = 0 < pembelajaran ≤ 3 Atau dalam persentase, sebagai berikut. Baik = 75% < pembelajaran ≤ 100% Cukup Baik = 50% < pembelajaran ≤ 75% Kurang Baik = 25% < pembelajaran ≤ 50% Buruk = 0% < pembelajaran ≤ 25%

Adapun rumus untuk mengetahui aktivitas guru menurut Yonny, dkk. (dalam Indrawati, 2013, hlm. 17) menggunakan rumus:


(19)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Pengolahan Data Hasil Belajar

1) Rumus untuk menghitung hasil belajar siswa kognitif menurut Sulistiani (2014, hlm. 41) menggunakan persamaan 3.7 yaitu:

2) Sedangkan untuk mengetahui nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa menurut Sudjana (2014, hlm. 109) dapat diperoleh dari rumus yaitu:

Keterangan :

X = nilai rata-rata kelas

= jumlah nilai seluruh siswa di kelas N = jumlah seluruh siswa di kelas

3) Rumus untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal menurut Zainal (dalam Sulistiani, 2014, hlm. 39) menggunakan rumus:

Keterangan :

N = Ketuntasan Belajar (%)

BSNP (2006 hlm. 17) memaparkan bahwa ketuntasan setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Namun diperjelas oleh Karsidi pada Model KTSP Dokumen 1 (2007, hlm. 16) bahwa suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila ketuntasan hasil belajar klasikal mencapai minimal 70% dari jumlah siswa mencapai nilai KKM dalam pembelajaran IPA. Akan tetapi, ketuntasan klasikal ini disesuaikan oleh sekolah masing-masing sehingga ketuntasan klasikal pada penelitian ini yaitu sebesar 75% dari 29 siswa mencapai nilai KKM yaitu 75. 3. Indikator Keberhasilan

Dari hasil pengolahan data di atas maka dapat ditentukan indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu sebagai berikut.

a. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dikatakan berhasil apabila:


(20)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(1) Keterampilan guru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan indikator pendekatan kontekstual ( CTL ) yang telah ditentukan dalam pembelajaran IPA minimal termasuk dalam kriteria cukup baik.

Tabel 3.1 Tingkat Kinerja Guru Tingkat Kinerja Guru Kriteria

75% < Pembelajaran ≤ 100% Pembelajaran Baik

50% < Pembelajaran ≤ 75% Pembelajaran Cukup Baik 25% < Pembelajaran ≤ 50% Pembelajaran Kurang Baik 0% < Pembelajaran ≤ 25% Pembelajaran Buruk

(2) Respon siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual menunjukkan respon yang positif.

b. Tingkat aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi pengaruh perubahan lingkungan fisik daratan melalui pendekatan kontekstual minimal termasuk ke dalam kriteria aktif yang dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Tingkat Aktivitas Belajar Siswa Tingkat Aktivitas Siswa

Kriteria

Skor Persentase

108,75 < aktivitas ≤ 145 75% < aktivitas ≤ 100% Sangat Aktif 72,50 < aktivitas ≤ 108,75 50% < aktivitas ≤ 75% Aktif

36,25 < aktivitas ≤ 72,50 25% < aktivitas ≤ 50% Cukup Aktif 0% < aktivitas ≤ 36,25 0% < aktivitas ≤ 25% Kurang Aktif c. Pencapaian hasil belajar minimal 75% dari 29 siswa mendapatkan nilai ≥ 75


(1)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun analisis ini digunakan untuk menganalisis data berkaitan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa kemudian dideskripsikan. Analisis deskriptif/kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk mengetahui gambaran peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual.

Analisis kualitatif pada penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles and Huberman. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Adapun langkah-langkah analisis dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.2 Komponen dalam analisis data model Miles dan Huberman Sumber : Sugiyono, 2009, hlm. 92

Dari gambar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. a. Data Collection (Pengumpulan Data)

Pengumpulan data dilakukan selama pelaksanaan tindakan. Pengumpulan

data ini berupa hasil dari observasi, tes, dokumentasi, maupun catatan lapangan. b. Data Reduction (Reduksi Data)

Semakin lama penelitian di lapangan, maka data yang diperoleh akan semakin

banyak. Pada reduksi data, hasil data yang didapat pada saat penelitian kemudian dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dan pentingnya saja sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.

c. Data Display (Penyajian Data) Data

collection

Conclusions drawing/verifyin

Data display

Data reduction


(2)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah data direduksi, kemudian data disajikan dalam bentuk uraian singkat bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan apa yang selanjutnya dilakukan

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

d. Conclusions drawing / verifying (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)

Setelah penyajian data, tahap selanjutnya yaitu menyimpulkan hasil penelitian. Kesimpulan penelitian dapat berubah dan bersifat sementara apabila tidak didukung dengan bukti-bukti yang kuat. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan didukung oleh bukti-bukti yang kuat, maka kesimpulan yang dikemukakan bersifat kredibel.

Berdasarkan instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen penelitian dua alternatif, maka skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Guttman. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 96) bahwa “skala Guttman merupakan skala pengukuran yang menghasilkan data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif)”. Skala pengukuran dengan tipe ini menghasilkan

jawaban yang tegas yaitu “Ya” atau “Tidak”. Skala Guttman yang digunakan pada penelitian ini yaitu berbentuk cheklist dengan skor tertinggi satu dan skor terendah nol. Jawaban “Ya” diberi skor 1 dan jawaban “Tidak” diberi skor 0. Pada penelitian ini skala Guttman digunakan untuk memperoleh interval dalam menentukan kriteria aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru.

a. Pengukuran Aktivitas Siswa

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari interval kriteria aktivitas belajar siswa dengan skala Guttman menurut Sudjana (dalam Hunawa, 2014, hlm. 33) adalah sebagai berikut:

Jumlah pilihan alternatif = 2 (Ya dan Tidak) Jumlah Indikator Aktivitas Siswa = 5

Jumlah Partisipan = 29

Jumlah kriteria = 4

∑ Skor terendah = 0 x (5 x 29) = 0

∑ Skor tertinggi = 1 x (5 x 29) = 145 Range = Skor Max – Skor Min = 145 – 0 = 145


(3)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maka dari persamaan di atas dapat diperoleh kriteria penilaian aktivitas belajar siswa sebagai berikut.

Sangat Aktif = 108,75 < aktivitas ≤ 145 Aktif = 72,50 < aktivitas ≤ 108,75 Cukup Aktif = 36,25 < aktivitas ≤ 72,50 Kurang Aktif = 0 < aktivitas ≤ 36,25 Atau dalam persentase sebagai berikut.

Jumlah pilihan alternatif = 2 (Ya dan Tidak) Jumlah Indikator Aktivitas Siswa = 5

Jumlah Partisipan = 29

Jumlah kriteria = 4

∑ Skor terendah = 0 x (5 x 29) = 0 (0%)

∑ Skor tertinggi = 1 x (5 x 29) = 145 (100%) Range = Skor Max – Skor Min = 100% – 0% = 100%

Maka kriteria penilaian aktivitas belajar siswa berdasarkan persamaan di atas adalah sebagai berikut.

Sangat Aktif = 75% < aktivitas ≤ 100% Aktif = 50% < aktivitas ≤ 75% Cukup Aktif = 25% < aktivitas ≤ 50% Kurang Aktif = 0% < aktivitas ≤ 25%

Sedangkan rumus untuk menghitung aktivitas siswa menggunakan rumus berikut.

Jika ingin dalam bentuk persentase menurut Yonny, dkk. (dalam Indrawati, 2013, hlm. 17) maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

b. Pengukuran Aktivitas Guru

Untuk menentukan kriteria aktivitas guru juga dapat diperoleh dari persamaan


(4)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang digunakan untuk mencari interval kriteria aktivitas belajar siswa. Yang membedakan hanya jumlah indikator dan jumlah partisipan saja. Namun demikian, interval skala Guttman akan tetap memperoleh hasil yang sama jika dalam bentuk persentase, meskipun jumlah indikator maupun jumlah partisipan berbeda tetapi tetap menggunakan jumlah alternatif dan jumlah kriteria yang sama yaitu dua pilihan dan empat kriteria.

Untuk mencari interval pada siklus I dan siklus II digunakan rumus sebagai berikut.

Jumlah pilihan alternatif = 2 (Ya dan Tidak) Jumlah Indikator Aktivitas Guru = 12

Jumlah Partisipan = 1

Jumlah kriteria = 4

∑ Skor terendah = 0 x (1 x 12) = 0

∑ Skor tertinggi = 1 x (1 x 12) = 12 Range = Skor Max – Skor Min = 12 – 0 = 12

Dari persamaan dapat diperoleh kriteria penilaian aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual, sebagai berikut.

Baik = 9 < pembelajaran ≤ 12 Cukup Baik = 6 < pembelajaran ≤ 9 Kurang Baik = 3 < pembelajaran ≤ 6 Buruk = 0 < pembelajaran ≤ 3 Atau dalam persentase, sebagai berikut. Baik = 75% < pembelajaran ≤ 100% Cukup Baik = 50% < pembelajaran ≤ 75% Kurang Baik = 25% < pembelajaran ≤ 50% Buruk = 0% < pembelajaran ≤ 25%

Adapun rumus untuk mengetahui aktivitas guru menurut Yonny, dkk. (dalam Indrawati, 2013, hlm. 17) menggunakan rumus:


(5)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Pengolahan Data Hasil Belajar

1) Rumus untuk menghitung hasil belajar siswa kognitif menurut Sulistiani (2014, hlm. 41) menggunakan persamaan 3.7 yaitu:

2) Sedangkan untuk mengetahui nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa menurut Sudjana (2014, hlm. 109) dapat diperoleh dari rumus yaitu:

Keterangan :

X = nilai rata-rata kelas

= jumlah nilai seluruh siswa di kelas N = jumlah seluruh siswa di kelas

3) Rumus untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal menurut Zainal (dalam Sulistiani, 2014, hlm. 39) menggunakan rumus:

Keterangan :

N = Ketuntasan Belajar (%)

BSNP (2006 hlm. 17) memaparkan bahwa ketuntasan setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Namun diperjelas oleh Karsidi pada Model KTSP Dokumen 1 (2007, hlm. 16) bahwa suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila ketuntasan hasil belajar klasikal mencapai minimal 70% dari jumlah siswa mencapai nilai KKM dalam pembelajaran IPA. Akan tetapi, ketuntasan klasikal ini disesuaikan oleh sekolah masing-masing sehingga ketuntasan klasikal pada penelitian ini yaitu sebesar 75% dari 29 siswa mencapai nilai KKM yaitu 75.

3. Indikator Keberhasilan

Dari hasil pengolahan data di atas maka dapat ditentukan indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu sebagai berikut.

a. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dikatakan berhasil apabila:


(6)

Siska Damayanti, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(1) Keterampilan guru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan indikator pendekatan kontekstual ( CTL ) yang telah ditentukan dalam pembelajaran IPA minimal termasuk dalam kriteria cukup baik.

Tabel 3.1 Tingkat Kinerja Guru

Tingkat Kinerja Guru Kriteria

75% < Pembelajaran ≤ 100% Pembelajaran Baik

50% < Pembelajaran ≤ 75% Pembelajaran Cukup Baik

25% < Pembelajaran ≤ 50% Pembelajaran Kurang Baik 0% < Pembelajaran ≤ 25% Pembelajaran Buruk

(2) Respon siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual menunjukkan respon yang positif.

b. Tingkat aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi pengaruh perubahan lingkungan fisik daratan melalui pendekatan kontekstual minimal termasuk ke dalam kriteria aktif yang dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Tingkat Aktivitas Belajar Siswa

Tingkat Aktivitas Siswa

Kriteria

Skor Persentase

108,75 < aktivitas ≤ 145 75% < aktivitas ≤ 100% Sangat Aktif

72,50 < aktivitas ≤ 108,75 50% < aktivitas ≤ 75% Aktif

36,25 < aktivitas ≤ 72,50 25% < aktivitas ≤ 50% Cukup Aktif 0% < aktivitas ≤ 36,25 0% < aktivitas ≤ 25% Kurang Aktif c. Pencapaian hasil belajar minimal 75% dari 29 siswa mendapatkan nilai ≥ 75