PT Bank Artha Graha Internasional Tbk 30 Sept 2012

(1)

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)

Catatan

30 September 2012

31 Desember 2011

ASET

K a s

2c, 3

171.055

214.633

Giro pada Bank Indonesia

2e, 4

1.526.410

1.318.787

Giro pada bank lain

2e, 5

Pihak ketiga

126.104

276.898

Cadangan kerugian penurunan nilai

2k

(335)

(457)

Jumlah - bersih

125.769

276.441

Penempatan pada bank Indonesia dan bank lain

2f, 6

1.789.437

2.051.448

Surat- surat berharga

2g, 7

Tersedia untuk dijual

1.015.796

1.695.399

Dimiliki hingga jatuh tempo

3

3

Diperdagangkan

553.135

0

Jumlah - bersih

1.568.934

1.695.402

Kredit yang diberikan

2h, 8

Pihak berelasi

2aa, 35

523.365

497.996

Pihak ketiga

15.001.614

12.901.449

Cadangan kerugian penurunan nilai

2k

(266.850)

(288.126)

Jumlah - bersih

15.258.129

13.111.319

Tagihan Derivatif

2i, 9

0

1.968

Tagihan akseptasi

2i, 10

125.965

92.433

Penyertaan saham

2l,11

137

137

Pendapatan bunga yang masih akan diterima

12

96.860

98.182

Beban dibayar di muka

2o,13

54.398

28.013

Aset tetap

2m,14

227.489

231.054

Dikurangi : akumulasi penyusutan aset tetap

(67.930)

(69.900)

Nilai buku

159.559

161.154

Agunan yang diambil alih

2n,15

112.896

106.273

Cadangan kerugian penurunan nilai

2k

(85.521)

(42.761)

Jumlah - bersih

27.375

63.512

Aset pajak tangguhan

2w

35.830

33.041

Aset lain - lain

2o,16

50.060

38.966

Jumlah aset

20.989.918

19.185.436

Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini


(2)

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)

Catatan

30 September 2012

31 Desember 2011

LIABILITAS DAN EKUITAS

LIABILITAS

Liabilitas segera

2p, 17

86.031

20.372

Simpanan nasabah

2q, 18

Pihak berelasi

2aa, 35

769.053

685.872

Pihak ketiga

17.083.498

15.610.766

Jumlah simpanan

17.852.551

16.296.638

Simpanan dari bank lain

2r, 19

64.920

120.262

Liabilitas akseptasi

2i, 9

125.965

92.433

Pinjaman diterima

2s, 20

4.410

6.614

Utang pajak

21

17.506

15.395

Pinjaman subordinasi

2y, 22

815.642

815.642

Bunga masih harus dibayar

2t, 24

46.114

49.104

Liabilitas lain lain

2j, 2k, 25

519.579

492.190

Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi

23

0

0

Liabilitas imbalan kerja

26

146.540

122.445

JUMLAH LIABILITAS

19.679.258

18.031.095

EKUITAS

Modal saham

27

950.804

950.804

Tambahan modal disetor

28

468.787

418.787

7

0

0

Saldo rugi

Ditentukan penggunaannya

2.585

2.585

Belum ditentukan penggunaannya

(111.516)

(217.835)

Jumlah ekuitas

1.310.660

1.154.341

Jumlah kewajiban dan ekuitas

20.989.918

19.185.436

Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini

Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi dari perubahan

nilai wajar efek tersedia untuk dijual - setelah pajak

tangguhan


(3)

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)

Catatan 30 September 2012 30 September 2011

PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan bunga

Bunga 2u, 29 1.395.951 1.142.619

Provisi dan komisi v 0 0

Jumlah pendapatan bunga 1.395.951 1.142.619

Beban bunga 2u, 30

Beban bunga (810.136) (713.499)

Pendapatan bunga - bersih 585.815 429.120

Pendapatan operasi lainnya

Keuntungan dari transaksi realisasi penjualan surat berharga bersih 2v 13.386 100.348

Provisi komisi lainnya 7 19.975 18.779

Keuntungan dari transaksi mata uang asing - bersih 17.651 8.827

(5.241) 3.540

Lain lain 13.955 16.505

Jumlah pendapatan operasi lainnya 59.726 147.999

Beban operasional lainnya

Tenaga kerja 31 (254.000) (189.991)

Operasi 32 (188.506) (159.856)

Umum dan administrasi 33 (49.491) (52.675)

Beban penyisihan kerugian penurunan nilai 7 (17.835) (57.000)

Jumlah beban operasional lainnya (509.832) (459.522)

Laba operasional 135.709 117.597

PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL-BERSIH

Keuntungan penjualan aset tetap - bersih 2m, 14 557 290

Kerugian penjualan agunan yang diambil alih - bersih 0 (327)

Lain-lain - bersih (1.482) 960

Pendapatan non operasional - bersih (925) 923

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 134.784 118.520

PAJAK PENGHASILAN 2w

Kini (31.254) (26.407)

Tangguhan 2.789 0

Beban pajak penghasilan bersih (28.465) (26.407)

LABA BERSIH 106.319 92.113

LABA BERSIH 106.319 92.113

LABA PER SAHAM (ANGKA PENUH) 2x, 34 12,40 10,74

Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi atas efek-efek yang


(4)

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)

30 September 2012

30 September 2011

LABA BERSIH

106.319

92.113

Pendapatan komprehensif lainnya:

Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi atas

surat berharga dalam kelompok tersedia untuk

dijual setelah pajak tangguhan

0

0

Pendapatan komprehensif lainnya setelah pajak

0

0


(5)

(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali jumlah dalam mata uang asing dan lembar saham)

Catatan Modal disetor

Saldo Rugi (defisit)

Jumlah ekuitas bersih

Saldo 1 Januari 2011 950.804 418.787 547 2.585 (318.266) 1.054.458

Pengaruh penerapan awal PSAK 50/55 0 0 0 0 0 0

0 0 (547) 0 0 (547)

Laba bersih 30 September 2011 34 0 0 0 0 92.113 92.113

Saldo per 30 September 2011 950.804 418.787 - 2.585 (226.153) 1.146.024

Saldo 1 Januari 2012 950.804 418.787 0 2.585 (217.835) 1.154.341

Tambahan modal disetor (dana untuk tujuan modal disetor)

0

50.000

0

0

0

50.000

0 0 0 0 0 0

Laba bersih 30 Juni 2012 34 0 0 0 0 106.319 106.319

Saldo per 30 September 2012 950.804 468.787 0 2.585 (111.516) 1.310.660

Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini

Tambahan modal disetor bersih

Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi dari Perubahan Nilai Wajar Efek Tersedia untuk Dijual - Bersih

Ditentukan penggunaannya

Belum ditentukan penggunaannya

Keuntungan yang belum direalisasi atas kenaikan nilai wajar efek yang tersedia untuk dijual

Keuntungan yang belum direalisasi atas kenaikan nilai wajar efek yang tersedia untuk dijual


(6)

30 September 2012 30 September 2011

Penerimaan bunga,provisi, komisi 1.397.273 1.147.870

Penerimaan pendapatan operasional lainnya 33.361 119.127

Pembayaran bunga (813.126) (720.728)

Pembayaran gaji dan tunjangan karyawan (254.000) (189.991)

Pembayaran beban operasional lainnya (166.750) (161.322)

Penerimaan pendapatan (pembayaran beban) non operasional (925) 959

Pembayaran pajak penghasilan (25.513) (26.407)

Arus kas operasi sebelum perubahan dalam aset dan liabilitas operasi 170.320 169.508

Penurunan (kenaikan) dalam aset operasi

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia (1.617.735) (49)

Kredit (2.125.534) (1.408.130)

Aset lain lain (590.614) 2.597.245

Kenaikan (penurunan) dalam liabilitas operasi

Liabilitas segera 65.659 40.242

Simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain 1.500.571 (231.537)

Liabilitas lain lain 3.012 428.361

Kas bersih yang (digunakan) diperoleh dari aktivitas operasi (2.594.321) 1.595.640

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

Surat berharga AFS 479.603 847.743

Hasil penjualan aset tetap 557 (36)

Perolehan aset tetap (8.587) (11.290)

Kas bersih yang (digunakan) diperoleh dari aktivitas investasi 471.573 836.417

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Penurunan pinjaman subordinasi 0 0

Penurunan pinjaman diterima (2.205) (2.205)

Penambahan Modal Disetor 50.000 0

Kas bersih yang (digunakan) diperoleh dari aktivitas pendanaan 47.795 (2.205)

KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS (2.074.953) 2.429.852

KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 4.040.064 3.564.275

Pengaruh perubahan kurs mata uang asing 8.458 0

KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN 1.973.569 5.994.127

PENGUNGKAPAN TAMBAHAN Kas dan setara kas terdiri dari:

Kas 171.055 230.269

Giro pada Bank Indonesia 1.526.410 1.216.307

Giro pada bank lain 126.104 152.541

150.000 1.697.505

Surat berharga yang jatuh tempo dalam 3 bulan dari tanggal akuisisi 0 2.697.505

JUMLAH 1.973.569 5.994.127

Transaksi yang tidak mempengaruhi kas :

Penempatan pada BI dan bank lain yang jatuh tempo dalam 3 bulan dari tanggal akuisisi


(7)

1. UMUM

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Bank pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:

30 September 2012 31 Desember 2011

Dewan Komisaris: Dewan Komisaris:

: Kiki Syahnakri Komisaris Utama : Kiki Syahnakri

Wakil Komisaris Utama : Tomy Winata Wakil Komisaris Utama : Tomy Winata

Wakil Komisaris Utama : Sugianto Kusuma Wakil Komisaris Utama : Sugianto Kusuma

Komisaris Independen : Andry Siantar Komisaris Independen : Suryani Purwita (Inge)

Komisaris Independen : Reggie Harjadi Komisaris Independen : Andry Siantar

Komisaris Independen : Reggie Harjadi

Direksi: Direksi:

Direktur Utama : Andy Kasih Direktur Utama : Andy Kasih

Direktur : Henny Angelino Nangoi Wakil Direktur Utama : BN. Wisnu Tjandra

Direktur : Alex Susanto Wakil Direktur Utama : Henny Angelino Nangoi

Direktur : Robertus Rudy Tjandra Thie Direktur : Alex Susanto

Direktur Kepatuhan : Witadinata Sumantri Direktur : Robertus Rudy Tjandra Thie

Direktur Kepatuhan : Witadinata Sumantri

Susunan Komite Audit Bank adalah sebagai berikut :

Per 30 September 2012 Per 30 September 2011

Ketua : Reggie Harjadi Ketua : Reggie HarjadiReggie Harjadi

Anggota : Andry Siantar Anggota : Andry SiantarAndry Siantar

Anggota : Inge Suryani Purwita Anggota : Wim Hero KurniawanWim Hero Kurniawan

Anggota : Wim Hero Kurniawan Anggota : Hengki KusumaHengki Kusuma

Anggota : Hengki Kusuma

Jumlah gaji dan tunjangan dari anggota Komite Audit untuk periode Januari sampai Septemberi 2012 dan 2011 masing - masing sebesar Rp3.323 dan Rp2.374 Pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011, jumlah karyawan Bank masing-masing sebanyak 2.619 dan 2.546 karyawan.

Pada tanggal 19 April 1999, Bursa Efek Surabaya menyetujui permohonan Bank untuk membatalkan pencatatan saham Bank di Bursa Efek Surabaya.

a. Pendirian dan Informasi Umum Bank

PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk ("Bank") semula didirikan dengan nama PT Inter-Pacific Financial Corporation berdasarkan akta No. 12 tanggal 7 September 1973 yang dibuat di hadapan Bagijo, SH, pengganti dari Eliza Pondaag, SH, Notaris di Jakarta. Anggaran Dasar Bank tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No.Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari 1975 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 6 Tambahan No.47 tanggal 21 Januari 1975

Anggaran dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan terakhir dilakukan dengan akta No. 74 tanggal 31 Desember 2008 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH, Notaris di Jakarta, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 58 Tambahan No. 575 tanggal 21 Juli 2009.

Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bank memulai operasi komersial sebagai lembaga keuangan bukan bank pada bulan Januari 1975, selanjutnya melakukan operasi komersial sebagai bank umum pada tanggal 24 Februari 1993 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. 176/KMK.017/1993

Bank berkantor pusat di Gedung Artha Graha, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan dan pada tanggal 30 September 2012, Bank memiliki 35 kantor cabang, 44 kantor cabang pembantu, 10 kantor kas, 12 payment point, 1 mobile terminal serta 97 jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas dan payment point berlokasi di berbagai pusat bisnis yang tersebar di seluruh Indonesia.

Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen *)

*) dalam proses

fit and proper test

Bank Indonesia

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Bank sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 telah diterima dan dicatat dalam Database Sisminbakum Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat No. AHU-AH.01.10-27319 tanggal 23 Agustus 2011.

Jumlah gaji dan tunjangan Dewan Komisaris dan Direksi untuk periode Januari sampai September sebesar Rp17.461 untuk tahun 2012 dan sebesar Rp16.405 untuk periode yang sama tahun 2011.

b.   Penawaran Umum Saham Bank

Pada tanggal 10 Juli 1990, Bank memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dengan Suratnya No. SI-124/SHM/MK.10/1990, Bank melakukan penawaran umum perdana kepada masyarakat sejumlah 5.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham yang merupakan 20% dari modal yang ditempatkan. Selanjutnya saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Setelah itu Bank melakukan penambahan jumlah saham-saham terdaftar melalui pencatatan saham pendiri, saham bonus, Penawaran Umum Terbatas I, II dan III serta penggabungan usaha (

merger

).


(8)

Berikut ini adalah kronologis pencatatan saham Bank pada Bursa Efek di Indonesia sejak penawaran umum perdana:

Saham yang berasal dari pencatatan

saham perdana pada tahun 1990 5.000.000

Saham pendiri pada tahun 1990 1.500.000

Saham pendiri pada tahun 1993 3.042.800

Saham bonus pada tahun 1993 9.542.800

Saham pendiri pada tahun 1997 15.914.400

Saham bonus pada tahun 1998 8.750.000

Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) pada tahun 1999 6.737.500.000

Bagian yang tidak dapat dicatat (parsial delisting) atas PUT I pada Tahun 2000 (96.875.000)

Saham pendiri pada tahun 2001 2.906.250.000

Saham yang diterbitkan dalam rangka penggabungan usaha

dengan PT Bank Artha Graha 20.347.234.677

Pencatatan saham tambahan 2

Peningkatan nilai nominal saham dari Rp. 18,48 persaham menjadi

Rp 110,88 per saham melalui pengurangan jumlah saham pada tahun 2007 (24.948.216.399)

Penawaran Umum Terbatas II (PUT II) pada tahun 2007 840.007.286

(8.400.073)

Penawaran Umum Terbatas III (PUT III) pada tahun 2008 2.695.025.224

Bagian saham yang tidak dapat dicatat (partial delisting) atas PUT III (26.950.253) Jumlah saham Bank yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada

tanggal 30 September 2012 8.489.325.464

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI

Kebijakan akuntansi utama yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan Bank adalah seperti yang dijabarkan di bawah ini:

a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Pernyataan Kepatuhan

Laporan keuangan dijabarkan dalam mata uang Rupiah, yang merupakan mata uang pelaporan Bank.

Selisih penjabaran mata uang asing atas hutang dan aset moneter keuangan lain yang diukur berdasarkan nilai wajar dicatat sebagai bagian dari keuntungan dan kerugian selisih kurs. Bagian saham yang tidak dapat dicatat (

partial delisting

) atas PUT II

Laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (“PAPI”) 2008.

Laporan keuangan juga disusun sesuai dengan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) No. VIII.G.7 yang merupakan lampiran Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No. KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan perubahannya, keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. KEP-554/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010 serta Surat Edaran BAPEPAM-LK No. SE-02/BL/2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Pertambangan Umum, Minyak dan Gas Bumi dan Perbankan.

Laporan keuangan disusun berdasarkan harga perolehan kecuali yang terkait dengan penilaian kembali atas aset tetap sesuai dengan ketentuan Pemerintah dan beberapa akun yang dinilai menggunakan dasar pengukuran lain sebagaimana dijelaskan pada kebijakan akuntansi dari akun tersebut. Laporan keuangan disusun dengan metode akrual kecuali laporan arus kas.

Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung yang dimodifikasi dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Untuk tujuan laporan arus kas, kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, Sertifikat Bank Indonesia, dan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia yang jatuh tempo dalam 3 bulan dari tanggal akuisisi.

b.  Penjabaran Mata Uang Asing ●   Mata uang pelaporan

●  Transaksi dan saldo dalam mata uang asing

Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat tanggal transaksi tersebut. Pada tanggal laporan posisi keuangan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan dengan kurs spot

Reuters

pada pukul 16.00 Waktu Indonesia Barat yang berlaku pada tanggal tersebut.

Keuntungan dan kerugian selisih kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dan dari penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing, diakui pada laporan laba rugi, kecuali apabila ditangguhkan pada ekuitas karena memenuhi kualifikasi/kriteria sebagai lindung nilai arus kas (

hedging

).


(9)

30 September 2012 31 Desember 2011

1 Dolar Amerika Serikat (USD) 9.392,50 9.067,50

1 Dolar Australia (AUD) 9.552,65 9.205,78

1 Poundsterling Inggris (GBP) 14.667,33 13.975,29

1 Dolar Hong Kong (HKD) 1.211,03 1.167,23

1 Yen Jepang (JPY) 118,16 116,82

1 Dolar Singapura (SGD) 7.398,00 6.983,55

11.812,95 11.714,76

Liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai liabilitas yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan liabilitas yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

Pengakuan dan Pengukuran

Manajemen telah menetapkan aset keuangan dan liabilitas keuangan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi berdasarkan kriteria berikut: ●

● Kelompok aset keuangan dan/atau liabilitas keuangan yang dikelola, dievaluasi, dan diinformasikan secara internal berdasarkan nilai wajar. ● Instrumen keuangan memiliki satu atau lebih derivatif melekat yang secara signifikan mengubah arus kas yang diperlukan sesuai kontrak.

Penurunan nilai atas aset keuangan tersedia untuk dijual diakui dalam laporan laba rugi dan dikeluarkan dari ekuitas.

i.

ii. yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual; atau iii.

dalam hal Bank mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas kredit yang diberikan dan piutang

Berikut ini adalah kurs mata uang asing utama yang digunakan untuk penjabaran pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 yang menggunakan kurs spot Reuters (Pukul 16:00 Waktu Indonesia Barat):

1 Euro Eropa (EUR)

c.  Aset dan Liabilitas Keuangan

Aset keuangan diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, kredit yang diberikan dan piutang, aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo, dan aset keuangan tersedia untuk dijual. Bank menentukan klasifikasi atas aset keuangan pada saat pengakuan awal.

Klasifikasi instrumen keuangan pada pengakuan awal tergantung pada tujuan dan intensi manajemen atas instrumen keuangan yang diperoleh, serta karakteristik dari instrumen keuangan tersebut. Semua instrumen keuangan pada saat pengakuan awal diukur sebesar nilai wajarnya ditambah biaya transaksi, kecuali untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan yang dicatat pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, dimana biaya transaksi diakui langsung dalam laba rugi periode berjalan.

Pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan setelah pengakuan awal tergantung pada klasifikasi aset keuangan dan liabilitas keuangan tersebut. Seluruh aset keuangan dan liabilitas keuangan pada awalnya diakui pada tanggal transaksi.

Instrumen keuangan yang ditetapkan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi adalah instrumen keuangan yang ditetapkan oleh manajemen pada saat pengakuan awal dan instrumen keuangan yang diklasifikasikan ke dalam kelompok untuk diperdagangkan. Instrumen keuangan yang diklasifikasikan ke dalam kelompok untuk diperdagangkan adalah instrumen keuangan yang diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat.

Penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan perlakuan yang dapat timbul dari pengukuran aset atau liabilitias atau pengakuan keuntungan atau kerugian atas aset atau liabilitas tersebut karena penggunaan dasar yang berbeda.

Instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi disajikan sebesar nilai wajarnya. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat perubahan nilai wajar instrumen keuangan diakui dalam laporan laba rugi.

Instrumen keuangan tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang tidak diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, atau aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Setelah pengukuran awal, instrumen keuangan tersedia untuk dijual diukur sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui langsung dalam ekuitas sebagai “Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi atas surat-surat berharga dalam kelompok tersedia untuk dijual”.

Instrumen keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dimana Bank mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Setelah pengukuran awal, instrumen keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi dengan penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan diskonto atau premi pada saat akuisisi dan biaya transaksi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif. Amortisasi diakui dalam laporan laba rugi sebagai “Pendapatan bunga”. Penurunan nilai dari aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo akan diakui dalam laporan laba rugi.

Instrumen keuangan yang diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali:

yang dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat yang diklasifikasikan dalam kelompok untuk diperdagangkan dan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi;

Setelah pengukuran awal, kredit yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi dengan penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan diskonto atau premi pada saat akuisisi dan biaya transaksi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif. Amortisasi diakui dalam laporan laba rugi sebagai “Pendapatan bunga”. Penurunan nilai dari kredit yang diberikan dan piutang akan diakui dalam laporan laba rugi sebagai “Beban penyisihan kerugian penurunan nilai”.


(10)

Tabel berikut menyajikan klasifikasi instrumen keuangan Bank berdasarkan karakteristik dari instrumen keuangan tersebut:

Instrumen Keuangan

Aset keuangan: Klasifikasi

Kas Kredit yang diberikan dan piutang

Giro pada Bank Indonesia Kredit yang diberikan dan piutang

Giro pada bank lain Kredit yang diberikan dan piutang

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank Lain Kredit yang diberikan dan piutang

Surat-surat berharga

Tagihan derivatif Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

Kredit Kredit yang diberikan dan piutang

Tagihan Akseptasi Kredit yang diberikan dan piutang

Penyertaan dalam bentuk saham Kredit yang diberikan dan piutang

Pendapatan bunga yang masih akan diterima Kredit yang diberikan dan piutang Liabilitas keuangan:

Liabilitas segera Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi

Simpanan Nasabah Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi

Simpanan dari bank lain Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi

Liabilitas Akseptasi Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi

Pinjaman yang diterima Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi Bunga masih harus dibayar Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi

Liabilitas lain lain Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi

Pinjaman subordinasi Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortiasi

Penghentian Pengakuan

Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya pada saat kewajiban dihentikan atau dibatalkan atau berakhir

Saling Hapus

Pendapatan dan beban disajikan dalam jumlah bersih hanya jika diperkenankan oleh standar akuntansi.

Penentuan Nilai Wajar

Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi merupakan liabilitas keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Setelah pengakuan awal, liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan, diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo, dan aset keuangan tersedia untuk dijual

Bank menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika, hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir atau Bank mentransfer hak untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan atau menanggung kewajiban untuk membayarkan arus kas yang diterima tersebut secara penuh tanpa penundaan yang signifikan kepada pihak ketiga berdasarkan kesepakatan pelepasan (

pass-through arrangement

) dan (i) Bank telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset atau (ii)

Bank tidak mentransfer maupun tidak memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset, namun telah mentransfer pengendalian atas aset tersebut.

Jika Bank mentransfer hak untuk menerima arus kas yang berasal dari suatau aset keuangan atau melakukan kesepakatan pelepasan dan tidak mentransfer atau tidak memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset tersebut, atau tidak mentransfer pengendalian atas aset tersebut, aset diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan Bank atas aset tersebut. Dalam hal ini, Bank juga mengakui liabilitas terkait. Aset yang ditransfer dan liabilitas terkait diukur dengan dasar yang mencerminkan hak dan kewajiban yang masih dimiliki Bank.

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, saat ini Bank memiliki hak yang berkekuatan hukum telah diakui tersebut dan Bank berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara simultan.

Nilai wajar adalah nilai yang digunakan untuk mempertukarkan suatu aset atau untuk menyelesaikan suatu liabilitas antara pihak-pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction).

Nilai wajar suatu aset atau liabilitas keuangan dapat diukur dengan menggunakan kuotasi di pasar aktif (harga penawaran bagi aset yang dimiliki atau liabilitas yang akan diterbitkan dan harga permintaan untuk aset yang akan diperoleh atau liabilitas yang dimiliki). Instrumen keuangan dianggap memiliki kuotasi di pasar aktif jika harga kuotasi tersedia sewaktu-waktu dan dapat diperoleh secara rutin dari bursa, pedagang efek (dealer), perantara efek (broker), kelompok industri, badan pengawas (pricing service/regulatory agency) dan harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar.

Dalam hal tidak terdapat pasar aktif untuk suatu aset atau liabilitas keuangan, Bank menentukan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian yang sesuai. Teknik penilaian meliputi penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak yang berkeinginan dan memahami, dan apabila tersedia, analisa arus kas yang didiskonto dan referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama.


(11)

Reklasifikasi Instrumen Keuangan

d. Kas dan setara kas

e. Giro Wajib Minimum

f. Giro pada Bank Indonesia dan Bank Lain

g. Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain

h. Surat-surat Berharga

Surat-surat berharga terdiri dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi Pemerintah dan Korporasi serta saham.

Surat-surat berharga diklasifikasikan ke dalam kelompok tersedia untuk dijual, atau dimiliki hingga jatuh tempo, atau diperdagangkan

Premi atau diskonto diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

Penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk jika terdapat bukti objektif penurunan nilai.

Bank tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi instrumen keuangan dari atau ke klasifikasi yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi selama instrumen keuangan tersebut dimiliki atau diterbitkan.

Jika terjadi penjualan atau reklasifikasi aset keuangan dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo yang tidak memenuhi kriteria tertentu, maka seluruh aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo harus direklasifikasi menjadi aset keuangan yang tersedia untuk dijual. Selanjutnya, Bank tidak diperkenankan mengklasifikasi aset keuangan sebagai aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo selama dua tahun berikutnya.

Reklasifikasi aset keuangan dari kelompok yang dimiliki hingga jatuh tempo ke kelompok tersedia untuk dijual dicatat sebagai nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui dalam ekuitas sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya dan pada saat itu keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam ekuitas diakui pada laporan laba rugi.

Reklasifikasi aset keuangan dari kelompok tersedia untuk dijual ke kelompok yang dimiliki hingga jatuh tempo dicatat pada nilai tercatat. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi harus diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif sampai dengan jatuh tempo aset tersebut.

Sejak 1 Januari 2010, untuk tujuan penyajian laporan arus kas, kas dan setara kas terdiri atas kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, dan Sertifikat Bank Indonesia yang jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang sejak tanggal perolehan yang tidak dijaminkan atau dibatasi penggunaannya.

Pada tanggal 9 Febuari 2011, Bank Indonesia (BI) menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 13/10/PBI/2011 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum (GWM) pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan valuta asing. Berdasarkan peraturan tersebut, GWM dalam Rupiah terdiri dari GWM Primer, GWM Sekunder, dan GWM Loan to Deposit Ratio (LDR). GWM Primer dalam Rupiah ditetapkan sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga dalam Rupiah dan GWM Sekunder dalam Rupiah ditetapkan sebesar 2,5% dari Dana Pihak Ketiga dalam Rupiah.

GWM LDR dalam Rupiah ditetapkan sebesar perhitungan antara parameter disinsentif bawah atau paramater disinsentif atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR target dengan memperhatikan selisih antara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank dan KPMM Insentif. GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga dalam mata uang asing. Pemenuhan GWM dalam mata uang asing ini diterapkan secara bertahap, yaitu sejak tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan tanggal 31 Mei 2011, GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 5% dari Dana Pihak Ketiga dalam mata uang asing dan sejak tanggal 1 Juni 2011, GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga dalam mata uang asing.

Giro pada Bank Indonesia dan bank lain pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, jika ada, dan selanjutnya diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk jika terdapat bukti objektif penurunan nilai

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain merupakan penempatan dana dalam bentuk call money dan penempatan. Penempatan pada Bank Indonesia dinyatakan sebesar saldo penempatan dikurang dengan pendapatan bunga yang ditangguhkan.

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain pada awalnya diukur pada nila wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, jika ada, dan selanjutnya diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk jika terdapat bukti objektif penurunan nilai .

Surat-surat berharga yang diklasifikasikan ke dalam kelompok untuk diperdagangkan (“trading”) disajikan sebesar nilai wajarnya. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat kenaikan dan penurunan nilai wajarnya diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan.

Surat-surat berharga yang diklasifikasikan ke dalam kelompok tersedia untuk dijual (“Available-for-sale”) disajikan sebesar nilai wajarnya. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi dari surat-surat berharga tersedia untuk dijual tersebut setelah dikurangi pajak yang tercatat dalam ekuitas diakui sebagai penghasilan atau beban pada periode dimana surat berharga tersebut dijual. Penurunan permanen atas nilai surat berharga yang tersedia untuk dijual diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan.

Surat-surat berharga yang diklasifikasikan ke dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo (“held-to-maturity”) disajikan sebesar biaya perolehan yang disesuaikan dengan premi dan/atau diskonto yang belum diamortisasi. Bila terjadi penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehan (termasuk amortisasi premi dan/atau diskonto) yang bersifat permanen, maka biaya perolehan surat berharga yang bersangkutan diturunkan sebesar nilai wajarnya dan jumlah penurunan nilai tersebut dibebankan pada laporan laba rugi tahun berjalan.

Jika Bank akan menjual atau mengklasifikasikan kembali investasi-investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo sebelum jatuh tempo melebihi jumlah yang tidak signifikan, seluruh kategori tersebut akan terpengaruh dan harus diklasifikasikan kembali sebagai investasi yang tersedia untuk dijual. Selanjutnya Bank tidak diperbolehkan untuk mengklasifikasikan aset keuangan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo selama 2 tahun berikutnya.


(12)

i. Surat-surat Berharga yang Dibeli dengan Janji Dijual Kembali

Beban bunga diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

j. Instrumen Derivatif

Penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk jika terdapat bukti objektif penurunan nilai .

k. Kredit

Restrukturisasi Kredit

Kredit yang Dihapus Buku

l. Tagihan dan Liabilitas Akseptasi

m. Penurunan Nilai Aset Keuangan dan Non-Keuangan

Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi

Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai.

Kriteria yang digunakan oleh Bank untuk menentukan bukti obyektif dari penurunan nilai di antaranya adalah sebagai berikut: a. kesulitan keuangan signifikan yang dialami pihak penerbit atau peminjam;

b. terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; c. hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau d.

Estimasi periode antara peristiwa kerugian dan identifikasinya ditentukan oleh manajemen untuk setiap portofolio yang di identifikasi

Efek yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) diakui sebesar harga pembelian kembali yang disepakati dikurangi beban bunga yangbelum diamortisasi. Beban bunga yang belum diamortisasi merupakan selisih antara harga jual dan harga beli kembali yang disepakati dan diakui sebagai beban bunga selama jangka waktu sejak efek dijual hingga dibeli kembali dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Efek yang dijual tetap dicatat sebagai aset dalam laporan posisi keuangan konsolidasian karena secara substansi kepemilikan efek tetap berada pada pihak Bank sebagai penjual.

Instrumen keuangan derivatif (termasuk transaksi mata uang asing untuk tujuan pendanaan dan perdagangan) diakui sebesar nilai wajar pada laporan posisi keuangan. Nilai wajar ditentukan berdasarkan harga pasar, model penentuan harga atau harga pasar instrumen lain yang memiliki karakteristik serupa.

Keuntungan atau kerugian yang terjadi dari perubahan nilai wajar kontrak derivatif yang tidak ditujukan untuk lindung nilai (atau tidak memenuhi kriteria untuk dapat diklasifikasikan sebagai lindung nilai) diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan.

Kredit yang diberikan ke nasabah diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi yang timbul pada saat akuisisi serta biaya/fee transaksi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan suku bunga efektif. Amortisasi tersebut diakui pada laporan laba rugi. Penyisihan kerugian atas penurunan nilai dilakukan bila terdapat indikasi penurunan nilai dengan menggunakan metodologi penurunan nilai sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 2m.

Restrukturisasi kredit meliputi adanya perpanjangan jangka waktu pembayaran dan ketentuan kredit yang baru, setelah syarat dan ketentuan telah dinegosiasi ulang, penurunan nilai yang ada sebelumnya akan diukur dengan menggunakan suku bunga efektif awal sebelum ketentuan kredit dimodifikasi dan kredit tersebut tidak lagi dalam kategori ’past-due’. Manajemen akan melakukan kaji ulang pada kredit yang direstrukturisasi secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh syarat terpenuhi dan pembayaran di masa datang akan terjadi. Evaluasi penurunan nilai secara individual atau kolektif, akan dilakukan untuk kredit tersebut mengikuti evaluasi penurunan nilai atas kredit.

Kredit yang diberikan dihapusbukukan ketika tidak terdapat prospek yang realistis mengenai pengembalian kredit atau hubungan normal antara Bank dan debitur telah berakhir. Kredit yang tidak dapat dilunasi dihapusbukukan dengan mendebet penyisihan kerugian penurunan nilai. Penerimaan kembali atas kredit yang telah dihapusbukukan sebelumnya dikreditkan ke penyisihan kerugian penurunan nilai kredit di laporan posisi keuangan.

Dalam kegiatan bisnis biasa, Bank memberikan jaminan keuangan seperti letters of credit, bank garansi dan akseptasi. Tagihan akseptasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk jika terdapat bukti objektif penurunan nilai. Liabilitas akseptasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.

data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut, ternasuk memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok tersebut.

Pertama kali Bank menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang signifikan secara individual. Penilaian individual dilakukan atas aset keuangan yang signifikan yang mengalami penurunan nilai. Aset keuangan yang tidak signifikan namun mengalami penurunan nilai dimasukkan dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko yang serupa dan dilakukan penilaian secara kolektif.

Jika Bank menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik untuk aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka akun atas aset keuangan tersebut akan masuk ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Akun yang penurunan nilainya telah dinilai secara individual, dan penurunan nilainya diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.


(13)

Klasifikasi Persentase Minimum Penyisihan Kerugian

Lancar 1%

Dalam perhatian khusus 5%

Kurang lancar 15%

Diragukan 50%

Macet 100%

Penerimaan kemudian atas pinjaman yang diberikan yang telah dihapusbukukan pada periode sebelumnya dicatat sebagai pendapatan non-operasional lainnya.

Aset keuangan tersedia untuk dijual

Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara individual, jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Nilai tercatat aset tersebut dikurangi menggunakan cadangan kerugian penurunan nilai dan jumlah kerugian penurunan nilai dakui pada laporan laba rugi komprehensif. Jika pinjaman yang diberikan memiliki suku bunga variable, maka tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang berlaku yang ditetapkan dalam kontrak.

Perhitungan nilai kini dan estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak.

Dalam menentukan penurunan nilai secara kolektif untuk posisi 31 Desember 2011 dan 2010, Bank menerapkan Surat Edaran Bank Indonesia No, 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009, “Perubahan atas Surat Edaran No. 11/1/DPNP tanggal 27 Januari 2009 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia”. Surat Edaran Bank Indonesia tersebut memuat penyesuaian atas Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (“PAPI”) 2008 tentang ketentuan transisi atas estimasi penurunan nilai kredit secara kolektif bagi bank yang memenuhi syarat.

Sesuai dengan lampiran Surat Edaran Bank Indoensia No. 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009, Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai kredit secara kolektif dengan mengacu pada pembentukan penyisihan umum dan penyisihan khusus sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 (“PBI 7”) tanggal 20 Januari 2005 telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Perubahan atas PBI 7, yang kemudian diubah kembali dengan Peraturan Bank Indonesia No. 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 dan PBI No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 mengenai penilaian kualitas aset bank umum. Rincian penyisihan per klasifikasi kredit sesuai peraturan Bank Indonesia di atas adalah sebagai berikut:

Penyisihan kolektif untuk kredit yang dikelompokkan sebagai dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet dihitung setelah dikurangi dengan nilai agunan yang diperkenankan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Perhitungan penyisihan kerugian penurunan nilai berdasarkan nilai tercatat (biaya perolehan diamortisasi).

Kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur sebesar selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan (collateralised financial aset) mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak. Kerugian yang terjadi diakui pada laporan laba rugi dan dicatat pada akun penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi.

Jika pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai yang sebelumnya diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur) harus dipulihkan, baik secara langsung maupun dengan menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi.

Saldo aset produktif dihapusbukukan pada saat manajemen Bank berpendapat bahwa aset produktif tersebut tidak dapat tertagih. Ketika pinjaman yang diberikan tidak tertagih, kredit tersebut dihapusbukukan dengan menjurnal balik cadangan kerugian penurunan nilai. Pinjaman yang diberikan tersebut dapat dihapusbukukan setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan.

Penerimaan kemudian atas pinjaman yang diberikan yang telah yang telah dihapusbukukan, pada periode berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan pada akun cadangan kerugian penurunan nilai.

Untuk aset keuangan yang tersedia untuk dijual, pada setiap tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang atas nilai wajar investasi dalam instrumen ekuitas di bawah biaya perolehannya merupakan bukti obyektif terjadinya penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian penurunan nilai. Ketika terdapat bukti tersebut di atas untuk aset yang tersedia untuk dijual, kerugian kumulatif, yang merupakan selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi.

Jika pada periode berikutnya, nilai wajar aset keuangan dalam instrumen hutang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi.

Suatu aset mengalami penurunan nilai jika nilai tercatat aset lebih besar daripada nilai yang dapat dipulihkan. Nilai tercatat dari aset non-keuangan, kecuali aset pajak tangguhan, ditelaah setiap periode, untuk menentukan apakah terdapat indikasi penurunan nilai. Jika terdapat indikasi penurunan nilai, maka Bank akan melakukan estimasi jumlah nilai yang dapat dipulihkan.


(14)

Penyisihan kerugian untuk agunan yang diambil alih dan property terbengkalai dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori dengan besarnya minimum presentase sebagai berikut:

Klasifikasi Persentase Minimum Penyisihan Kerugian

Lancar 1%

Dalam perhatian khusus 5%

Kurang lancar 15%

Diragukan 50%

Macet 100%

Penyisihan kerugian minimum atas transaksi komitmen dan kontinjensi adalah sebagai berikut :

Klasifikasi Persentase Minimum Penyisihan Kerugian

Lancar 1%

Dalam perhatian khusus 5%

Kurang lancar 15%

Diragukan 50%

Macet 100%

n. Penyertaan Saham

o. Aset Tetap dan Penyusutan

Persentase

Bangunan 5% - 10%

Inventaris kantor 10% - 50%

Instalasi 10% - 50%

Tanah dicatat berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan

Berdasarkan Surat Bank Indonesia No. 13/658/DPNP/IDPnP tanggal 23 Desember 2011, Bank tidak diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan kerugian atas aset non-produktif dan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi. Namun, Bank tetap harus menghitung cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku. Bank telah melakukan beberepa penyesuaian dengan menjurnal balik penyisihan kerugian untuk aset non-produktif dan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dan telah dibebankan dalam laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen utang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual yang mengalami penurunan nilai meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan dan pemulihan tersebut diakui pada laporan laba rugi.

Untuk aset keuangan tersedia untuk dijual, pada setiap tanggal laporan posisi keuangan Bank menilai apakah terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan telah mengalami penurunan nilai. Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang atas nilai wajar dari investasi dalam instrument hutang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual dibawah biaya perolehannya merupakan bukti objektif terjadinya penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian penurunan nilai.

Ketika terdapat bukti tersebut di atas untuk aset yang tersedia untuk dijual, kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang tersedia untuk dijual diakui dengan mengeluarkan kerugian kumulatif yang telah diakui secara langsung dalam ekuitas ke dalam laporan laba rugi. Jumlah kerugian kumulatif yang dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi merupakan selisih antara biaya perolehan, setelah dikurangi pelunasan pokok dan amortisasi, dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laporan laba rugi.

Jika pada periode berikutnya, nilai wajar intrumen hutang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara objektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi.

Penyertaan dalam bentuk saham dengan pemilikan kurang dari 20% yang nilai wajarnya tidak tersedia dan dimaksudkan untuk penyertaan jangka panjang dinyatakan sebesar biaya perolehan (metode biaya). Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut yang ditentukan untuk setiap investasi secara individu dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi tahun berjalan.

Aset tetap, (kecuali tanah dan aset tetap yang telah dinilai kembali) dinyatakan sebesar harga perolehan setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai, jika ada. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba atau rugi pada saat terjadinya.

Seluruh aset tetap, (kecuali tanah yang tidak disusutkan dan bangunan) disusutkan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda (

double-declining-balance method

).

Bangunan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus (

straight-line method

). Persentase penyusutan per tahun adalah sebagai berikut:

Sesuai dengan PSAK 47 mengenai “Akuntansi Tanah” yang berlaku efektif pada tanggal atau setelah tanggal 1 Januari 1999, semua biaya yang terjadi sehubungan dengan perolehan tanah antara lain, biaya perizinan, survey lokasi, biaya pengukuran, biaya notaris dan pajak-pajak berkaitan, ditangguhkan dan disajikan secara terpisah dari biaya perolehan tanah. Biaya tangguhan tersebut diamortisasi selama masa berlaku hak atau masa manfaat tanah mana yang lebih pendek dengan menggunakan metode garis lurus.


(15)

p. Agunan yang Diambil Alih

Selisih antara nilai agunan yang diambil alih dan hasil penjualannya diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penjualan.

Manajemen mengevaluasi nilai agunan yang diambil alih secara berkala. Penyisihan kerugian agunan yang diambil alih dibentuk berdasarkan penurunan nilai agunan yang diambil alih.

Beban pemeliharaan agunan yang diambil alih dibebankan pada laporan laba rugi tahun berjalan pada saat terjadinya.

q. Biaya Dibayar di Muka dan Aset Lain-lain

Biaya dibayar di muka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.

r. Liabilitas Segera

s. Simpanan Nasabah

t. Simpanan dari Bank Lain

u. Pinjaman yang Diterima

Pinjaman yang diterima merupakan dana yang diterima dari bank lain dengan kewajiban pembayaran kembali sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman.

v. Pinjaman Subordinasi

w. Pendapatan dan Beban Bunga

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah bersih hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dikreditkan atau dibebankan pada operasi tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya.

Pada setiap akhir tahun buku, nilai residu, manfaat ekonomis dan metode penyusutan di-review, dan disesuaikan secara prospektif, jika memenuhi kondisi tersebut.

Agunan yang diambil alih dinyatakan sebesar nilai realisasi bersih atau sebesar nilai outstanding kredit yang diberikan, mana yang lebih rendah. Nilai realisasi bersih adalah nilai wajar agunan yang diambil alih dikurangi dengan estimasi biaya untuk menjual agunan tersebut. Selisih lebih saldo kredit di atas nilai realisasi bersih dari agunan yang diambil alih dibebankan ke dalam akun cadangan kerugian penurunan nilai.

Beban perbaikan (reconditioning cost) yang timbul setelah pengambilalihan agunan dikapitalisasi dalam akun agunan yang diambil alih tersebut.

Aset lain-lain terdiri dari aset yang tidak material yang tidak dapat digolongkan dalam pos-pos sebelumnya. Termasuk dalam aset lain-lain adalah biaya dibayar di muka. Aset lain-lain disajikan sebesar nilai tercatat, yaitu harga perolehan setelah dikurangi dengan akumulasi amortisasi, penurunan nilai dan penyisihan kerugian atau penurunan nilai.

Liabilitas segera merupakan liabilitas Bank yang harus segera dibayarkan kepada pihak lain berdasarkan kontrak atau perintah dari pihak yang mempunyai kewenangan untuk itu. Liabilitas segera diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi.

Simpanan nasabah terdiri dari giro, tabungan, dan deposito berjangka yang diklasifikasikan sebagai liabilitas yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, yang diakui pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, jika ada, pada pengakuan awal dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi terkait dengan pengakuan awal simpanan nasabah dan biaya transaksi yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif.

Simpanan dari bank lain terdiri dari liabilitas terhadap bank dalam negeri, dalam bentuk interbank call money yang jatuh tempo menurut perjanjian tidak melebihi dari 90 hari dan deposito berjangka.

Simpanan dari bank lain diklasifikasikan sebagai liabilitas yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, yang diakui pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, jika ada, pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi terkait dengan pengakuan awal simpanan dari bank lain yang tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.

Pinjaman yang diterima diklasifikasikan sebagai liabilitas yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, yang pada awalnya dinyatakan sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, jika ada, dan kemudian dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi terkait dengan pengakuan awal pinjaman diterima dan biaya transaksi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.

Pinjaman subordinasi diakui sebesar nilai wajarnya pada awalnya dan selanjutnya diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi terkait dengan pengakuan awal pinjaman subordinasi dan biaya transaksi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.

Secara prospektif, untuk instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, pendapatan maupun beban bunganya diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, yaitu suku bunga yang akan mendiskonto secara tepat estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang sepanjang perkiraan umur instrumen keuangan tersebut atau, jika lebih tepat untuk masa yang lebih singkat, sebagai nilai tercatat bersih dari asset atau liabilitas keuangan tersebut. Perhitungan dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh syarat dan ketentuan kontraktual instrument keuangan termasuk fee/biaya tambahan yang terkait secara langsung dengan instrument tersebut yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.


(16)

x. Pendapatan dan Beban Provisi dan Komisi

y. Perpajakan

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan penghasilan kena pajak untuk tahun berjalan dan dihitung menggunakan tarif pajak yang berlaku.

z. Laba per Saham

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

aa. Imbalan Kerja

ab. Pelaporan Segmen

Sebuah segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas: a.

b.

c. tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan.

Nilai tercatat aset atau liabilitas keuangan disesuaikan jika Bank merevisi estimasinya untuk pembayaran maupun penerimaan. Nilai tercatat yang disesuaikan tersebut dihitung dengan menggunakan suku bunga efektif awal dan perubahannya dicatat di laporan laba rugi. Tetapi untuk aset keuangan yang telah direklasifikasi, dimana pada periode berikutnya Bank meningkatkan estimasi penerimaan kas sebagai hasil dari peningkatan pengembalian penerimaan kas, dampak peningkatan pemulihan tersebut diakui sebagai penyesuaian pada suku bunga efektif sejak tanggal perubahan estimasi.

Jika aset keuangan atau kelompok asset keuangan serupa telah diturunkan nilainya sebagai akibat kerugian penurunan nilai, maka pendapatan bunga yang diperoleh setelahnya diakui atas bagian aset keuangan yang tidak mengalami penurunan nilai dari aset keuangan yang mengalami penurunan nilai, berdasarkan suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam menghitung kerugian penurunan nilai.

Kredit yang diberikan dan aset produktif lainnya (tidak termasuk surat-surat berharga) diklasifikasikan sebagai non-performing jika telah masuk dalam klasifikasi kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan, surat-surat berharga diklasifikasikan sebagai non-performing jika penerbit surat berharga tidak dapat memenuhi pembayaran bunga dan/atau pokok.

Pendapatan dan beban provisi dan komisi yang jumlahnya material yang berkaitan langsung dengan kegiatan pemberian asset keuangan diakui sebagai bagian/(pengurang) dari biaya perolehan aset keuangan yang bersangkutan dan akan diakui sebagai pendapatan dengan cara diamortisasi berdasarkan metode suku bunga efektif sepanjang perkiraan umur aset atau liabilitas keuangan.

Saldo beban dan pendapatan provisi dan komisi yang ditangguhkan atas kredit yang diberikan yang diakhiri atau diselesaikan sebelum jatuh tempo langsung diakui sebagai pendapatan pada saat penyelesaiannya.

Provisi dan komisi yang tidak berkaitan dengan kegiatan perkreditan dan pinjaman yang diterima atau jangka waktu perkreditan dan pinjaman yang diterima, atau jumlahnya tidak material diakui sebagai pendapatan dan beban pada saat terjadinya transaksi.

Pajak penghasilan tangguhan dihitung dengan menggunakan metode liabilitas, terhadap semua perbedaan temporer pada tanggal neraca antara aset dan liabilitas menurut pajak dan nilai tercatatnya untuk tujuan pelaporan keuangan.

Liabilitas pajak tangguhan diakui atas semua perbedaan temporer kena pajak. Aset pajak tangguhan diakui atas semua perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dan saldo rugi pajak yang belum digunakan, apabila besar kemungkinannya bahwa jumlah laba fiskal di masa datang akan memadai untuk dikompensasi dengan perbedaan temporer yang didapat dikurangkan dan saldo rugi fiskal yang belum digunakan.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang berlaku secara efektif atau secara substansial diberlakukan pada tahun dimana aset tersebut direalisasikan atau liabilitas tersebut diselesaikan.

Koreksi terhadap liabilitas perpajakan dicatat pada saat diterimanya surat ketetapan, atau apabila diajukan permohonan keberatan atau banding, ketika hasil keberatan atau banding sudah ditetapkan.

Bank yang berdomisili di Indonesia mengakui penyisihan imbalan kerja berdasarkan Undang-Undang No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003 dan PSAK 24 (Revisi 2004) tentang “Imbalan Kerja”. Penyisihan tersebut diakui berdasarkan perhitungan aktuaris. Metode perhitungan aktuaria yang digunakan oleh aktuaris adalah metode Projected Unit Credit.

Keuntungan atau kerugian aktuarial diakui sebagai pendapatan atau beban apabila akumulasi keuntungan atau kerugian aktuarial bersih yang belum diakui untuk masing-masing perusahaan pada akhir tahun pelaporan sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian diakui atas dasar metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja karyawan yang diharapkan.

Biaya jasa lalu dibebankan dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi hak (vested).

yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang memperoleh pendapatan dan menimbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban yang terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari entitas yang sama)

hasil operasinya dikaji ulang secara regular oleh pengambil keputusan operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya; dan

Sejak 1 Januari 2011, Bank menyajikan segmen operasi berdasarkan informasi yang disiapkan secara internal untuk pengambil keputusan operasional. Perubahan kebijakan akuntansi ini merupakan penerapan PSAK 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi” dan diterapkan secara retrospektif. Sebelumnya, segmen operasi ditentukan dan disajikan berdasarkan PSAK 5 (Revisi 2000), “Pelaporan Segmen”. Berdasarkan PSAK 5 (Revisi 2009), sebuah segmen usaha adalah sekelompok aset dan operasi yang menyediakan barang atau jasa yang memiliki resiko serta tingkat pengembalian yang berbeda dengan segmen usaha lainnya.


(1)

30 September 2012

1 s/d 6 bulan 6 s/d 12 bulan 1 s/d 2 tahun 2 s/d 5 tahun Jumlah

Aset

Giro pada Bank Indonesia 1.526.410 0 0 0 0 0 1.526.410

Giro pada bank lain 0 126.104 0 0 0 0 126.104

0 1.760.858 2.501 0 3.600 22.478 1.789.437

Surat berharga 3 0 970.796 0 45.000 553.135 1.568.934

Kredit 0 668.300 329.717 5.321.892 3.375.846 5.829.224 15.524.979

96.860 0 0 0 0 0 96.860

Jumlah 1.623.273 2.555.262 1.303.014 5.321.892 3.424.446 6.404.837 20.632.724

Liabilitas

Simpanan dari nasabah 0 17.531.604 320.947 0 0 0 17.852.551

Simpanan dari bank lain 0 64.920 0 0 0 0 64.920

Pinjaman yang diterima 0 1.102 1.102 2.206 0 0 4.410

Bunga masih harus dibayar 46.114 0 0 0 0 0 46.114

Pinjaman subordinasi 0 0 101.955 101.955 305.866 305.866 815.642

Jumlah 46.114 17.597.626 424.004 104.161 305.866 305.866 18.783.637

Gap repricing suku bunga 1.577.159 (15.042.364) 879.010 5.217.731 3.118.580 6.098.971 1.849.087

31 Desember 2011

1 s/d 6 bulan 6 s/d 12 bulan 1 s/d 2 tahun 2 s/d 5 tahun Jumlah

Aset

Giro Bank Indonesia 1.318.787 0 0 0 0 0 1.318.787

Giro pada bank lain 0 276.898 0 0 0 0 276.898

0 2.029.747 0 0 0 21.701 2.051.448

Surat berharga 3 199.697 1.450.702 0 45.000 0 1.695.402

Kredit 0 3.255.953 3.158.731 712.608 4.005.063 2.267.090 13.399.445

98.182 0 0 0 0 0 98.182

Jumlah 1.416.972 5.762.295 4.609.433 712.608 4.050.063 2.288.791 18.840.162

Tabel dibawah ini menyajikan aset dan liabilitas keuangan berbunga pada nilai tercatat pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 yang dikategorikan menurut mana yang terlebih dahulu antara tanggal perubahan bunga secara kontraktual atau tanggal jatuh tempo :

Tidak dikenakan

bunga

lebih dari 5 tahun

Penempatan pada BI dan bank lain

Pendapatan bunga masih harus diterima

Tidak dikenakan

bunga

lebih dari 5 tahun

Penempatan pada BI dan bank lain

Pendapatan bunga masih harus diterima


(2)

31 Desember 2011

1 s/d 6 bulan 6 s/d 12 bulan 1 s/d 2 tahun 2 s/d 5 tahun Jumlah

Liabilitas

Simpanan dari nasabah 0 16.002.681 293.957 0 0 0 16.296.638

Simpanan dari bank lain 0 120.262 0 0 0 0 120.262

Pinjaman yang diterima 0 0 2.205 2.205 2.204 6.614

Bunga masih harus dibayar 49.104 0 0 0 0 0 49.104

Pinjaman subordinasi 0 0 101.955 101.955 305.866 305.866 815.642

Jumlah 49.104 16.122.943 398.117 104.160 308.070 305.866 17.288.260

Gap repricing suku bunga 1.367.868 (10.360.648) 4.211.316 608.448 3.741.993 1.982.925 1.551.902

e. Risiko Mata Uang

30 September 2012

Dolar Amerika Euro Dolar Singapura Lain lain Jumlah

Aset

Kas 14.080 490 3.284 778 1.026 19.658

Giro pada Bank Indonesia 248.820 0 0 0 0 248.820

Giro pada bank lain 109.390 691 2.852 1.263 1.140 115.336

Kredit 2.539.819 0 41.828 0 0 2.581.647

Aset lain lain 41.043 0 9 0 0 41.052

Jumlah 2.953.152 1.181 47.973 2.041 2.166 3.006.513

Liabilitas

Simpanan dari nasabah 2.363.509 0 42.774 0 0 2.406.283

Simpanan dari bank lain 0 0 0 0 0 0

590.980 0 108 0 1.476 592.564

Jumlah 2.954.489 0 42.882 0 1.476 2.998.847

laporan posisi keuangan bersih (1.337) 1.181 5.091 2.041 690 7.666

Rekening Administratif 0 0 0 0 1.233 1.233

31 Desember 2011

Dolar Amerika Euro Dolar Singapura Lain lain Jumlah

Aset

Kas 17.518 1.450 1.263 1.190 288 21.709

Giro pada Bank Indonesia 210.366 0 0 0 0 210.366

Giro pada bank lain 262.838 1.028 2.121 1.191 632 267.810

Kredit 2.381.804 0 1.745 0 0 2.383.549

Aset lain lain 423 0 0 0 0 423

Jumlah 2.872.949 2.478 5.129 2.381 920 2.883.857

Liabilitas

Simpanan dari nasabah 2.079.018 0 10.586 0 0 2.089.604

467.496 0 14 0 0 467.510

Jumlah 2.546.514 0 10.600 0 0 2.557.114

laporan posisi keuangan bersih

326.435 2.478 (5.471) 2.381 920 326.743

Rekening Administratif 22.477 2.478 5.471 2.381 920 33.732

Tidak dikenakan

bunga

lebih dari 5 tahun

Risiko ini umumnya terjadi dari transaksi dan produk valuta asing. Risiko kurs mata uang dimonitor dan dilaporkan setiap hari oleh Bank untuk memastikan bahwa dampak pergerakan nilai tukar mata uang asing yang merugikan dapat dikendalikan.

Tabel dibawah ini mengihtisarkan eksposur atau risiko nilai tukar mata uang asing pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011. Termasuk didalamnya adalah instrumen keuangan pada nilai tercatat, dikategorikan berdasarkan jenis mata uang:

Dolar Australia

Beban masih harus dibayar dan liabilitas lain

Dolar Australia

Beban masih harus dibayar dan liabilitas lain


(3)

f. Risiko Likuiditas

g. Risiko Operasional

h. Risiko Reputasi

i. Risiko Hukum

Risiko likuiditas merupakan risiko yang timbul akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Ruang lingkup risiko likuiditas meliputi portfolio on balance sheet dan off balance sheet. Pemantauan risiko likuiditas dilakukan melalui rapat Assets and Liabilities Commitee (ALCO) , pemantauan likuiditas harian dan pengukuran profil risiko secara regular dengan menggunakan indikator likuiditas.

Kebijakan likuiditas Bank didasarkan untuk memastikan bahwa setiap kebutuhan dana di saat ini, maupun dimasa datang baik untuk kondisi normal maupun kondisi stres dapat dipenuhi. Dalam melaksanakan pengendalian risiko likuiditas dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu: liquidity gap analysis, liquidity stress test analysis dan liquidity ratio analysis. Dimana untuk mengendalikan risiko likuiditas tersebut ditetapkan beberapa batasan dan parameter. Disamping itu dalam mengendalikan risiko likuiditas juga dilakukan pemantauan atas indikator internal dan eksternal. Untuk menghadapi kondisi stres juga ditetapkan contigency funding plan untuk penangan kondisi tersebut. Jumlah aset lancar yang memadai dipertahankan untuk menjamin kebutuhan likuiditas yang terkendali setiap waktu. Hal ini semua sejalan dengan peraturan baru BI tentang manajemen risiko likuiditas yang tercantum dalam Surat Edaran BI No.11/16/DPNP/2009

Pengelolaan likuiditas Bank ditekankan pada penyesuaian arus dana masuk dan keluar. Kesenjangan arus dana diantisipasi dengan memelihara aset likuid tingkat pertama yang berupa pemeliharaan cadangan wajib serta efek efek jangka pendek yang sangat likuid. Aset likuid tingkat dua dipelihara melalui penempatan dana jangka pendek dibank lain serta efek efek dalam kelompok tersedia untuk dijual. Selain itu, Bank senantiasa memelihara kemampuannya untuk melakukan akses ke pasar uang, dengan memelihara hubungan dengan bank bank koresponden

Bank memonitor jangka waktu jatuh tempo komitmen kredit oleh karena komitmen dengan jangka waktu yang lebih lama pada umumnya memiliki risiko kredit yang lebih besar dibandingkan dengan komitmen yang memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pelaporan jatuh tempo aset dan liabilitas keuangan pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 telah diungkapkan di catatan sebelumnya (catatan 38).

Risiko operasional adalah risiko kerugian langsung ataupun tidak langsung yang terjadi karena tidak memadainya atau karena adanya kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya masalah eksternal yang dapat mempengaruhi operasional Bank.

Proses pengkajian risiko dilakukan untuk menilai kecukupan pengendalian internal serta proses identifikasi dan penelaahan risiko untuk setiap proses dan produk dimasing masing unit kerja untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan batasan batasan yang dibuat oleh manajemn Bank

Pengelolaan risiko operasional juga dilakukan dengan memperkuat aspek keamanan dan keandalan operasi tehnologi informasi sehingga kesalahan manusia, fraud, kesalahan proses dan potensi kegagalan sistem yang menyebabkan terganggunya kelangsungan bisns dapat ditekan dan diantisipasi lebih dini.

Bank mengerahkan upaya terbaik untuk mengelola risiko operasional dengan memastikan akan pentingnya pengelolaan risiko ini ditanamkan pada seluruh jajaran organisasi Bank. Bank berkomitmen penuh untuk meningkatkan kemampuan pengolahan risiko operasional melalui penggunaan berbagai proses pengendalian.

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stockholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Risiko ini melekat dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh Bank. Kegagalan Bank dalam menjaga reputasinya dimata masyarakat dapat menimbulkan pandangan maupun persepsi negatif masyarakat terhadap Bank, maka dalam waktu singkat dapat terjadi penurunan atau hilangnya kepercayaan nasabah terhadap Bank yang pada akhirnya akan memberikan dampak negatif terhadap pendapatan dan volume aktivitas Bank.

Divisi product & development service Bank setiap hari melalukan monitoring pemberitaan media untuk memantau publikasi negatif atau keluhan nasabah yang muncul di media. Sedangkan monitoring atas keluhan nasabah yang disampaikan langsung ke Bank dilakukan untuk kemudian ditindaklanjuti penyelesaiannya. Untuk pemberitaan negatif dan keluhan nasabah yang muncul dimedia selanjutnya dibuatkan klarifikasi dan tanggapan sesuai dengan langkah yang ditempuh bank. Upaya mitigasi risiko reputasi juga dilakukan saat Bank meluncurkan produk/layanan/program baru dengan menganalisa risiko reputasi yang mungkin timbul dan bagaimana mengantisipasi risiko tersebut. Demikian pula, untuk informasi yang material atau yang penting untuk diketahui oleh nasabah, Divisi product dan Development service bank juga menyiapkan panduan untuk para frontliner dan spokespersons agar mereka bisa menjelaskan informasi tersebut secara benar dan proporsional kepada nasabah.

Risiko Hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan atau kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis tersebut antara lain disebabkan adanya ketiadaan peraturan perundang undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan dokumen yang tidak sempurna.

Sebagai sebuah perusahaan yang berdiri dalam yuridis hukum Indonesia, bank harus selalu tunduk terhadap segala peraturan hukum yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku regulator industri perbankan di Indonesia. Selain itu, Bank juga harus mengikuti segala bentuk peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia baik yang terakit secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha Bank. Kegagalan Bank dalam mengikuti peraturan hukum yang berlaku dapat mengakibatkan pada timbulnya tuntutan hukum yang akan ditujukan kepada Bank. Apabila tuntutan tuntutan hukum yang diajukan kepada Bank memiliki nilai yang material, maka hal tersebut dapat memberikan dampak secara langsung terhadap kinerja keuangan Bank

Untuk memitigasi risiko hukum yang mungkin timbul akibat tuntutan hukum atau kelemahan aspek yuridis, Bank memiliki biro hukum yang berfungsi antara lain membuat kebijakan hukum yang terkait dengan produk atau fasilitas perbankan yang ditawarkan oleh Bank kepada masyarakat. dimana kebijakan hukum dan standar hukum dimaksud dibuat dengan mengacu kepada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku serta memperhatikan kepentingan aspek yuridis dari Bank serta menangani setiap permasalahn hukum yang terkait dengan litigasi agar risiko hukum yang mungkin timbul dapat diminimalisir seminimal mungkin.


(4)

j. Risiko Kepatuhan

Mitigasi risiko kepatuhan juga dilakukan oleh Divisi Kepatuhan melalui langkah langkah antar lain : 1)

2)

3)

4)

5)

k. Risiko Stratejik

Adapun metode untuk memitigasi risiko stratejik yang telah dilakukan oleh Bank selama ini adalah sebagai berikut : 1)

2)

3) Memantau dan mengevaluasi implementasi strategi bisnis secara berkala untuk memastikan agar target yang ditentukan dapat tercapai; 4)

5) Menetapkan target target keuangan (termasuk rasio keuangan) dan memantau pencapaiannya secara periodik.

a)

b) Kebijakan kebijakan yang telah diterapkan Bank untuk mengatasi risiko risiko yang timbul, antara lain sebagai berikut:

1) Penerapan dan penyempurnaan Manajemen Risiko secara bertahap dan berkesinambungan diharapkan mampu memantau dan mengendalikan eksposur risiko Bank

2) Monitoring secara ketat perkembangan kredit dan usaha untuk memperbaiki kualitas kredit termasuk recovery kredit bermasalah serta potensial masalah. 3)

Risiko kepatuhan merupakan risiko akibat Bank tidak mematuhi dan atau tidak melaksanakan peraturan perundangan dan ketentuan yang berlaku. Dalam menjalankan kegiatan uasaha pada industri perbankan, bank diwajibkan untuk selalu tunduk terhadap peraturan perbankan yang diterbitkan baik oleh Pemerintah maupun Bank Indonesia. Selain itu, Bank juga wajib tunduk kepada beberapa ketentuan lainnya seperti : peraturan yang mengatur Penjaminan Simpanan, Perseroan Terbatas, Perpajakan dan peraturan dibidang pasar modal (BAPEPAM-LK dan Bursa efek)

Pada umumnya risiko kepatuhan melekat pada sebuah perseroan terbatas yang terkait erat pada peraturan perundangan dan ketentuan lain yang berlaku, yang mengatur kewajiban Bank sebagai sebuah lembaga perbankan, seperti : risiko kredit terkait dengan ketentuan Kewajiban Pembayaran Modal Minimum; Kualitas Aktiva Produktif; Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN): Batas maksimum pemberikan kredit (BMPK); penerapan tata kelola yang baik (GCG); risiko pasar terkait dengan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN) serta risiko stratejik terkait dengan ketentuan Rencana Bisnis Bank (RBB) dan risiko lain yang terkait dengan ketentuan tertentu. Ketidakmampuan Bank untuk mengikuti dan mematuhi seluruh peraturan perundangan yang terkait dengan kegiatan usaha Bank dapat berdampak buruk terhadap kelangsungan usaha Bank.

Menyusun rencana kepatuhan dalam rangka mewujudkan terlaksannya Budaya Kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan kegiatan usaha Bank serta mengelola Risiko Kepatuhan yang dihadapi maupun yang diperkirakan akan dihadapi kedepan dalam menentukan efektifitas standar kepatuhan;

Melakukan analisa kepatuhan untuk memberikan saran, masukan serta rekomendasi untuk Bank termasuk riview terhadap produk dan aktivitas baru yang akan diterbitkan untuk memastikan bahwa kebijakan internal yang dikeluarkan oleh manajemen serta produk/aktivitas baru tersebut telah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dalam hal ini, pelaksanaanya Direktur Kepatuhan dibantu oleh Satuan Kerja Kepatuhan.

Melakukan pemantauan (monitoring) dan memastikan epatuhan terhadap perjanjian dan komitmen yang dibuat dengan Bank Indonesia maupun otoritas berwenang, serta bertanggung jawab untuk mengirimkan semua laporan kemajuan dan tindakan perbaikan kepada Bank Indonesia maupun otoritas pengawas lainnya yang berwenang, sekaligus bertindak sebagai contact person untuk permasalahn kepatuhan Bank bagi pihak internal maupun eksternal

Melakukan sosialisai dan pelatihan dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan awareness karyawan terhadap peraturan perundangan yang berlaku, dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan baik secara langsung maupun melalui media e learning dan;

Menerapkan prinsip Know Your Customer (KYC) dan pencegahan tindak pidana pencucian uang (anti-money laundring) yang diatur dalam PBI no.11/28/PBI/2009 tentang penerapan program anti pencucian uang (APU) dan pencegahan pendanaan terorisme (PPT) bagi Bank Umum yang merupakan revisi terhadap PBI No.3/10/PBI/2001 tanggal 18 Juni 2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi sebuah institusi keuangan terdepan di Indonesia, Bank membutuhkan serangkaian strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Ketidakmampuan Bank dalam melakukan penyusunan strategi yang tepat dapat menimbulkan kegagalan bisnis Bank di masa yang akan datang.

Risiko ini juga mencakup kemampuan Bank dalam mengembangkan daya saing dan menciptakan keunggulan kompetitif bank ditengah kompetisi perbankan yang semakin ketat. Ketidakmampuan Bank dalam menghadapi tantangan bisnis yang terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu akan mengakibatkan kegagalan bagi Bank untuk mencapai visi yang selama ini telah ditetapkan. Dalam jangka panjang, apabila risiko ini terus dihadapi oleh Bank, maka hal ini akan berdampak terhadap kelangsungan bisnis Bank.

Menetapkan rencana strategis bisnis bank dengan melakukan analisa pasar dan mempertimbangkan kapabilitas serta keunggulan kompetitif yang dimiliki Bank;

Menyusun langkah langkah dan inisiatif penting untuk mengimplementasikan rencana trategis yang ditetapkan, misalnya; menciptakan produk produk yang inovatif dan program yang atraktif sebagai nilai tambah bagi nasabah;

Secara berkelanjutan memantau perkembangan produk dan aktivitas bank pesaing (peers) untuk memelihara keberlangsungan keunggulan Bank dipasar

Untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia No. 7/25/PBI/2005 tanggal 3 Agustus 2005 dan perubahannya No.11/19/PBI/2009 tanggal 4 Juni 2009, tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum, Bank telah merencanakan untuk mengikuti ujian sertifikasi tersebut secara bertahap.

Sampai dengan 30 Juni 2012 jumlah Komisaris dan Direksi Bank yang telah mengikuti ujian Sertifkasi Manajemen Risiko adalah sebanyak 9 orang dengan rincian Komisaris sebanyak 4 orang dan Direktur sebanyak 5 orang, yang diselenggarakan oleh Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR)

Peningkatan wawasan dan kemampuan sumber daya manusia dibidang perkreditan, baik yang berhubungan dengan Manajemen Risiko Kredit maupun analisa pengajuan proposal kredit melalui traning baik in house maupun ex house.


(5)

5)

6) Melakukan "stress testing" terhadap risiko perbankan secara periodik untuk mengukur kemampuan kelangsungan hidup Bank jika terjadi kondisi yang merugikan Bank.

7)

8)

9) Pemantauan secara periodik yang lebih ketat terhadap kinerja dengan budget yang telah ditetapkan dalam business plan. 10)

11) Pelatihan Internal Manajemen Risiko dalam rangka persiapan "Sertifikasi Manajemen Risiko" dengan instruktur internal dan eksternal 12)

46 ADOPSI PERTAMA KALI PSAK 50 (REVISI 2006) DAN PSAK 55 (REVISI 2006)

Penyesuaian transisi dibawah ini berasal dari penilaian ulang atas kerugian penurunan nilai aset keuangan dan penyesuaian nilai wajar sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2006)

Pengaruh penyesuaian transisi PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) untuk laporan posisi keuangan awal Bank per 1 Januari 2010 adalah sebagai berikut :

Laporan posisi keuangan Sebelum disesuaikan Setelah disesuaikan

Aset:

Giro pada bank lain-bersih 314.412 3.137 317.549

559.877 3.030 562.908

Surat surat berharga 1.636.035 1.363.035

Tagihan derivatif-bersih 4 4

Tagihan akseptasi 83.971 678 84.649

136 1 137

Ekuitas :

Saldo laba 63.599 6.848 70.447

Pelaksanaan uji coba contigency funding plan secara berkala untuk menentukan jumlah dana yang dapat diperoleh dari regular counterparty atau dari pasar dengan skenario tanpa jaminan dan tanpa fasilitas overnight

Persiapan pengembangan tool/aplikasi manajemen Risiko, seperti; aplikasi Manajemen Risiko Pasar, Loss Event, Potential Loss, manajemen Risiko likuiditas dan profil risiko yang diharapkan dapat menggambarkan potensi kerugian yang mungkin dialami Bank sehingga dapat mencegah dan atau meminimalkan terjadinya peristiwa yang dapat merugian Bank.

Peningkatan sistem pengendalian intern khususnya aspek front end control maupun back end control pada Satuan Kerja Operasional (Risk Taking Unit) dan Unit Kerja Kontrol diharapakn dapat menghindari potensi risiko yang tidak dikehendaki.

Sosialisasi dan pelatihan mengenai Manajemen Risiko secara bertahap dan berkesinambungan keseluruh Satuan Kerja Operasional (Risk Taking Unit) yang diharapkan mampu memberikan output bagi tercapainya efektivitas penerapan Manajemen Risiko.

Peningkatan pengetahuan, kemampuan dan wawasan tentang manajemen risiko pejabat Bank yang banyak terkait dengan pengelolaan risiko khususnya SKMR dengan melakukan in house dan ex house training yang diselenggarakan oleh pihak luar.

Hasil penilaian profil risiko Bank yang disampaikan kepada Bank Indonesia menunjukkan bahwa risiko keseluruhan bisnis Bank yang pada tanggal 30 September 2012 (disampaikan ke Bank Indonesia pada tanggal 23 April 2012) adalah "Low to Moderate Risk" dengan eksposure risiko inheren "Low to Moderate Risk" dan kualitas penerapan manajemen risiko "Satisfactory"dan 31 Desember 2011 (disampaikan ke Bank Indonesia tanggal 24 Januari 2012) adalah "Low to Moderate Risk" dengan eksposure risiko inheren"Low to Moderate Risk" dan kualitas penerapan manajemen risiko "Satisfactory"

Sebagaimana tercantum dalam Catatan 2 ad, laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berkakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah laporan keuangan tahunan pertama yang disajikan sesuai dengan PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006).

Dalam mengadopsi standar standar barus diatas, Bank telah mengidentifikasi penyesuaian transisi sesuai dengan Buletin Teknis No 4 tentang ketentuan transisi untuk penerapan pertama kali PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006) sebagaimana diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

Sebelum 1 Januari 2010, dalam menentukan penyisihan kerugian penurunan nilai dan klasifikasi kualitas dari aset produktif Bank menerapkan Peraturan Bank Indonesia.

Penyesuaian sehubungan dengan penerapan awal PSAK 50/55

Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain

Penyertaan dalam bentuk saham


(6)

47 STANDAR AKUNTANSI BARU

Berikut ini ikhtisar revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang baru baru ini diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia - PSAK 10 (Revisi 2010) : Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing

- PSAK 13 (Revisi 2011) : Properti Investasi - PSAK 16 (Revisi 2011) : Aset tetap

- PSAK 18 (Revisi 2010): Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya - PSAK 24 (Revisi 2010) : Imbalan Kerja

- PSAK 26 (Revisi 2011) : Biaya Pinjaman

- PSAK 28 (Revisi 2010) Akuntansi untuk Asuransi Kerugian - PSAK 30 (Revised 2011): Sewa

-PSAK 33 (Revised 2011) : Aktivitas Pengupasan Lapisan tanah dan Pengelolaan lingkungan - PSAK 34 (Revisi 2010) : Kontrak Konstruksi

- PSAK 36 (Revisi 2010) : Akuntansi untuk Asuransi Jiwa - PSAK 45 (Revisi 2011) : Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba - PSAK 46 (revisi 2010) : Akuntansi Pajak Penghasilan - PSAK 53 (Revisi 2010): Pembayaran berbasis Saham

- PSAK 55 (Revisi2011): Instrumen Keuangan : pengakuan dan pengukuran. - PSAK 56 (Revisi 2010) : Laba per saham

- PSAK 60 : Instrumen Keuangan : Pengungkapan

- PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah dan pengungkapan bantuan pemerintah - PSAK 62: Kontrak Asuransi

- PSAK 63 : Pelaoran Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi

- PSAK 64 : Aktivitas eksplorasi dan evalauasi pada pertambangan sumber daya mineral - ISAK 13 : Lindung nilai investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri

- ISAK 15 : PSAK 24- Batas Aset Imbalan Pasti, persyaratan pendanaan minimum dan interaksinya - ISAK 16 : Perjanjian Konsesi Jasa

- ISAK 18: Bantuan Pemerintah - Tidak ada relasi spesifik dengan aktivitas operasi

- ISAK 19: Aplikasi pendekatan penyajian kembali pada PSAK 63: pelaporan keuangan dalam ekonomi hiperinflasi -ISAK 20 : Pajak penghasilan - Perubahan dalam status pajak entitas atau para pemegang saham entitas - ISAK 22 : Perjanjian Konsesi Jasa : Pengungkapan

- ISAK 23 : Sewa operasi - insentif

- ISAK 24 : Evaluasi substansi beberapa transaksi yang melibatkan suatu bentuk legal sewa - ISAK 25: Hak atas Tanah

- ISAK 26 : Penilaian ulang derivatif Melekat - ISAK 10 : Pencabutan PSAK 50 - ISAK 9 : Pencabutan PSAK 5

48 PENYELESAIAN LAPORAN KEUANGAN

Manajemen Bank bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan yang telah diselesaikan dan disetujui pada tanggal 31 Oktober 2012. Bank sedang mengevaluasi dampak dari revisi Standar Akuntansi tersebut dan belum menentukan dampaknya terhadap laporan keuangannya.