PENGARUH TINGGI GENANGAN AIR DAN KONSENTRASI LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) TERHADAP PERTUMBUHAN AZOLLA DAN POPULASI Anabaena azollae PADA TANAH VERTISOL DAN ENTISOLS

(1)

commit to user i

PENGARUH TINGGI GENANGAN AIR DAN KONSENTRASI LOGAM

BERAT KROMIUM (Cr) TERHADAP PERTUMBUHAN AZOLLA DAN

POPULASI Anabaena azollae PADA TANAH VERTISOL DAN ENTISOLS

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat sarjana SI Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh :

WIDYATMI SUSILONINGSIH H 0205064

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user ii

PENGARUH TINGGI GENANGAN AIR DAN KONSENTRASI LOGAM

BERAT KROMIUM (Cr) TERHADAP PERTUMBUHAN AZOLLA DAN

POPULASI Anabaena azollae PADA TANAH VERTISOL DAN ENTISOLS

Yang dipersiapkan dan disusun oleh Widyatmi Susiloningsih

H0205064

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : Januari 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Sudadi, MP.

NIP.19620307199010 1 001

Ir. Suwarto, MP.

NIP. 19540416 198601 1 001

Dwi Priyo Ariyanto, SP., MSc. NIP.19790115200501 1 001

Surakarta, Januari 2011

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 195512171982031003


(3)

commit to user iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Sudadi, MP selaku pembimbing utama yang dengan sabar membimbing serta memberikan segala nasehat, masukan, saran, dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Suwarto, MP selaku pembimbing pendamping I yang telah memberikan segala bimbingan, saran dan masukannya selama penyusunan skripsi ini.

4. Dwi Priyo Ariyanto, S.P., M.Sc selaku pembimbing II dan pembimbing akademik.

5. Kedua orang tua dan adik saya, yang selalu memberikan do’a, kasih sayang serta motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat – sahabat saya:Lady, Isna, Ayu Indah, Epit, Puji, dan Yuni atas segala bantuan, dukungan, dan semangatnya sehingga penulis senantiasa merasa optimis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman satu tim penelitian (Hana, Nita, Erwin, Didik, Danang). 8. Teman-teman MIT’05 atas segala kekompakan dan kekeluargaannya. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, 2011


(4)

commit to user iv DAFTAR ISI

halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PENGESAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... RINGKASAN ...

SUMMARY ...

I. PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ...

B. Perumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

II. LANDASAN TEORI ...

A. Tinjauan Pustaka ... ...

1. Anabaena azollae sebagai mikrosimbion Azolla ...

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Azolla dan

penambatan N2 ...

3. Pengaruh logam berat Cr terhadap pertumbuhan Azolla dan Anabaena

azollae

4. Hubungan jenis tanah terhadap pertumbuhan Azolla dan Anabaena

azollae ...

B. Kerangka Berfikir ………..

C. Hipotesis ………….. ... .

III. METODE PENELITIAN ...

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...

B. Bahan dan Alat ...

i ii iii iv vi vii viii ix x 1 1 2 3 3 4 4 4

6

8

11 13 13 14 14 14


(5)

commit to user v

1.Bahan ...

2.Alat ... 9

C. Rancangan Penelitian ...

D. Tata Laksana Penelitian ...

E. Analisis Laboratorium ...

F. Variabel Pengamatan ...

G. Analisa Data ...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

A. Beberapa sifat tanah dan jaringan Azolla microphylla awal ...

B. Penentuan konsentrasi lethal logam berat Kromium (Cr) terhadap Azolla

microphylla ...

C. Pengaruh perlakuan terhadap biomassa Azolla pada percobaan kedua

1. Pengaruh jenis tanah terhadap biomassa Azolla ………

2. Pengaruh tinggi genangan air terhadap biomassa Azolla ......

3. Pengaruh konsentrasi Cr terhadap biomassa Azolla ………

D. Populasi mikrosimbion Anabaena azollae ………..

1. Pengaruh jenis tanah terhadap populasi mikrosimbion Anabaena

azollae ………..

2. Pengaruh tinggi genangan air terhadap mikrosimbion Anabaena

azollae ………..

3. Pengaruh konsentrasi logam berat Kromium (Cr) terhadap

mikrosimbion Anabaena azollae ...

E. Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap pengamatan Anabaena

azollae………….. ...

F. Hubungan antar variabel pengamatan ………

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 14 15 17 18 20 20 21 21

23 26 26 27 28 29

29

32

35

38 39 40 40 40


(6)

commit to user vi

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 3.1

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Media biakan Azolla bebas N (Yoshida) ... Karakteristik awal tanah dan jaringan Azolla

microphylla ... Pengaruh konsentrasi Cr dalam medium pertumbuhan yoshida terhadap Azolla microphylla ... Korelasi antar variable pengamatan ...

15

21

24 41


(7)

commit to user vii

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 4.1

Gambar 4.2

Pengaruh Konsentrasi Cr dalam Medium Yoshida terhadap

Jumlah Penggandaan Azolla………..

Pengaruh berbagai jenis tanah terhadap biomassa Azolla ……

25 26

Gambar 4.3 Pengaruh tinggi genangan air pada berbagai jenis tanah

terhadap biomassa Azolla………. 27

Gambar 4.4 Pengaruh konsentrasi Cr pada berbagai jenis terhadap

biomassa Azolla………. 28

Gambar 4.5 Pengaruh jenis tanah terhadap jumlah sel vegetatif dan

jumlah sel heterosis Anabaena azollae………. 30

Gambar 4.6 Serapan Cr pada berbagai jenis tanah………... 31

Gambar 4.7 Pengaruh tinggi genangan air terhadap jumlah sel vegetatif

dan jumlah sel heterosis Anabaena azolla……… 32

Gambar 4.8 Pengaruh rerata suhu dan serapan Cr pada berbagai tinggi

genangan air.……… 33

Gambar 4.9 Pengaruh tinggi genangan air terhadap kadar N total……… 34

Gambar 4.10 Pengaruh konsentrasi Cr pada berbagai jenis tanah terhadap

jumlah sel Anabaena azollae……….. 35

Gambar 4.11 Pengaruh konsentrasi Cr terhadap serapan Cr Azolla 36

Gambar 4.12 Gambar 4.18

N total Azolla pada berbagai konsentrasi Cr ………...

Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap jumlah total sel

Anabaena azollae ……….

37


(8)

commit to user viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Biomassa Azolla microphylla

Lampiran 2. Hasil pengamatan mikrosimbion Anabaena azollae Lampiran 3. Kadar logam Cr dalam jaringan Azolla microphylla Lampiran 4. Serapan logam Cr oleh Azolla microphylla

Lampiran 5. Hasil pengamatan statistik suhu tanah Vertisol Lampiran 6. Hasil pengamatan statistik suhu tanah Entisol

Lampiran 7. Hasil pengamatan korelasi antar variabel pengamatan Lampiran 8. Dokumentasi penelitian


(9)

commit to user ix RINGKASAN

Widyatmi Susiloningsih. H0205064. Pengaruh Tinggi Genangan Air dan

Konsentrasi Logam Berat Kromium (Cr) terhadap Pertumbuhan Azolla dan

Populasi Anabaena azollae pada Tanah Vertisol dan Entisols. Di bawah

bimbingan Ir. Sudadi, MP., Ir. Suwarto, MP., dan Dwi Priyo Ariyanto, SP., MSc. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan September 2009 di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan sifat fisika dan kimia tanah dalam mengurangi tingkat toksisitas polutan logam berat Cr, serta untuk mengetahui pengaruh tinggi genangan air, konsentrasi logam berat Cr dan interaksi keduanya terhadap pertumbuhan Azolla dan populasi Anabaena azollae pada tanah Vertisol dan Entisols. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimen menggunakan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan tiga faktor perlakuan yaitu jenis tanah (Vertisol dan Entisol), tinggi genangan air (0; 2; dan 7 cm) dan konsentrasi logam berat Cr (0; 5,0; 10; 15; dan 20 ppm). Pada penelitian ini digunakan Azolla microphylla phillipine. Percobaan dilakukan pada pot plastik ukuran 15x15 cm dengan 191 gram tanah Vertisols dan 200 gram tanah Entisol, tanah halus lolos mata saring 2 mm dimasukkan ke dalam pot dan digenangi larutan yoshida dengan berbagai konsentrasi Cr. Sebanyak 1 g Azolla disebarkan pada tiap pot dan diinkubasi 3 minggu.

Variabel percobaan yang diamati meliputi jumlah sel vegetatif dan sel heterosis

Anabaena azollae, biomassa Azolla, suhu tanah, gejala fisiologis Azolla, N total

Azolla, kadar Cr Azolla, serta Cr tersedia tanah. Data yang diperoleh dianalisis

statistik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis pada aras kepercayaan 95% dilanjutkan dengan uji Mood Median dan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antar variabel pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tanah dan konsentrasi Cr berpengaruh sangat nyata terhadap populasi sel vegetatif dan sel heterosis Anabaena azollae, sedangkan tinggi genangan air tidak berpengaruh nyata. Populasi Anabaena lebih banyak pada tanah Vertisol dibandingkan Entisols. Populasi Anabaena semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi Cr. Populasi sel Anabaena azollae paling tinggi terdapat pada kombinasi perlakuan jenis tanah Vertisol dengan konsentrasi 0 ppm. Sedangkan biomassa Azolla tertinggi pada tanah Entisol konsentrasi 0 ppm.

Kata kunci : Anabaena azollae, Vertisols, Entisols, genangan air, konsentrasi kromium


(10)

commit to user x

SUMMARY

Widyatmi Susil0ningsih. H0205064. The Effect of Standing Water and

Chromium (Cr) Concentration to Growth of Azolla and Anabaena azollae

Population on Vertisols and Entisols. Under the Supervision of Ir. Sudadi, MP., Ir. Suwarto, MP., and Dwi Priyo Ariyanto, SP., MSc. This research was conducted on April until September 2009 in the screen house of Agriculture Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

The purpose of this research are to study the role of soil physical and chemical properties in decreasing of chromium (Cr) toxicity, and to study the effect of standing water, concentration of chromium (Cr), and their interaction to growth of Azolla and population of Anabaena azollae on Vertisols and Entisols. This experimental research arranged in of Completely Randomized Design (CRD) factorial with three treatment factors, they are: soil ordo (Vertisols and Entisols), high of standing water (0; 2; and 7 cm) and concentration of Cr (0; 5,0; 10; 15; and 20 ppm). This research is used Azolla microphylla phillipine. This attempt done at plastic pot of 15x15 cm, with 191 grams of Vertisols and 200 grams of Entisols, a fine of soil passed to 2 mm slip soil then it was pounded by yoshida solution with various of Cr concentration. One gram of fresh Azolla planted in each pot and incubated for three weeks.

The experiment variable were observed are vegetative cell and Anabaena

azollae heterosis cell, Azolla biomass, soil temperature, physiological indication of

Azolla, total N of Azolla, Cr content of Azolla, and soil available Cr. The data we had got were analized statistically used Kruskal Wallis Test on 95% then continued by Mood Median Test and Correlation Test to know correlation inter observation variable.

The result of the research showed that soil type and Cr concentration were high significant influential to vegetative cell population and heterosis cell of Anabaena azollae; otherwise, water surface levels was non significant influential to them. The highest Anabaena azollae cell population was on combination of Vertisols treatment with 0 ppm concentration. Otherwise, the highest Azolla biomass was on Entisols treatment with 0 ppm concentration.

Keywords: Anabaena azollae, Vertisols, Entisols, standing water, concentration of chromium


(11)

commit to user 1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kerusakan lingkungan secara keseluruhan di permukaan bumi sebagian merupakan hasil kegiatan manusia, termasuk pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan yang ada, di antaranya disebabkan oleh banyaknya industri yang membuang limbah, baik polutan-polutan yang berupa bahan organik maupun limbah logam berat yang telah diolah secara baik. Logam berat merupakan senyawa kimia yang dapat menganggu kesehatan manusia karena bersifat racun misalnya merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), dan kromium (Cr).

Kromium (Cr) merupakan salah satu jenis logam berbahaya yang dapat berasal dari limbah industri cat, pelapisan logam (electroplating), dan penyamakan kulit (leather tanning). Kromium terdapat di alam dalam dua bentuk oksida, yaitu Cr (VI) atau chromium hexavalent dan Cr (III) atau chromium

trivalent. Chromium hexavalen atau Cr (VI) mudah larut dalam air dan

membentuk divalent oxyanion yaitu kromat (CrO42-) dan dikromat (Cr2O72-).

Tingkat toksisitas Cr (VI) sangat tinggi sehingga bersifat racun terhadap semua organisme pada konsentrasi > 0,05 ppm (Slamet, 2005).

Azolla merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai fitoabsorber (penyerap) limbah yang mengandung logam berat agar tidak mengganggu ekosistem. Azolla mampu menyerap Cr (VI) melalui rhizoid yang mirip akar tanaman, penyerapan ini dilakukan melalui proses difusi. Peristiwa difusi ini bisa dipercepat dengan meningkatkan suhu, tekanan dan konsentrasi zat terlarut (Salisbury, 1995). Kandungan logam Cr (VI) pada rhizoid Azolla akan menyebabkan keracunan yang disebut dengan stress metal, maka logam tersebut dinetralkan sifat racunnya dengan cara dikelat dengan fitokelatin, yakni sebuah peptida kecil yang kaya akan asam amino sistein yang mengandung belerang.


(12)

commit to user

Azolla bersimbiosis dengan Anabaena azollae, sejenis sianobakteria yang hidup di dalam ruang-ruang daun Azolla (Wanatabe, 1984). Dengan adanya simbiosis tersebut Azolla mampu menambat nitrogen udara dalam jumlah besar. Pertumbuhan dan kelangsungan asosiasi Azolla dengan Anabaena dipengaruhi oleh kelembaban udara, cahaya matahari, air, dan mineral-mineral seperti kobalt (Co), molibdenum (Mo), dan besi (Fe) (Khan, 1988). Unsur Co, Mo, Fe akan memacu meningkatkan proses penambatan N, karena unsur tersebut berfungsi mengaktifkan kerja enzim nitrogenase dalam proses metabolisme N.

Keberadaan logam berat di dalam tanah pada konsentrasi tertentu dapat menurunkan populasi Anabaena azollae yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat fiksasi nitrogen sehingga mempengaruhi pertumbuhan Azolla. Selain itu, faktor lingkungan seperti tinggi genangan air diketahui berpengaruh pada ketahanan Azolla terhadap cekaman lingkungan, tetapi belum diketahui pengaruhnya terhadap populasi Anabaena azollae. Demikian juga pengaruh interaksi antara tinggi genangan air dan konsentrasi logam berat Cr terhadap populasi Anabaena azollae pada jenis tanah Entisol dan Vertisols.

B. Perumusan Masalah

Pencemaran lingkungan yang semakin meningkat diantaranya disebabkan oleh meningkatnya aktifitas perindustrian yang menghasilkan polutan-polutan yang berupa logam berat. Jika melewati ambang batas, keberadaan jenis-jenis polutan tersebut diketahui bersifat racun apabila diserap oleh tanaman, hewan atau manusia. Pengendalian limbah logam berat pada tanaman misalnya tanaman padi dapat diatasi dengan pemanfaatan Azolla sebagai fitoabsorber (penyerap logam berat) pada limbah yang mengandung logam berat agar tidak mengganggu ekosistem. Tinggi genangan air dan tingkat konsentrasi logam berat pada batasan tertentu di dalam tanah akan mempengaruhi pertumbuhan Azolla dan populasi Anabaena azollae sehingga perlu dikaji mengenai pengaruh tinggi


(13)

commit to user

genangan air dan konsentrasi logam berat khususnya Cr terhadap pertumbuhan Azolla dan populasi Anabaena azollae pada tanah Vertisol dan Entisols.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui peranan sifat fisika dan kimia tanah dalam mengurangi tingkat toksisitas polutan logam berat Cr.

2. Mengetahui pengaruh tinggi genangan air, konsentrasi logam berat Cr dan interaksi keduanya terhadap pertumbuhan Azolla dan populasi Anabaena azollae pada tanah Entisol dan Vertisols.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberi masukan dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan lingkungan. Khususnya mengenai pengaruh tinggi genangan air dan sifat fisika tanah dalam menekan tingkat toksisitas logam berat Cr terhadap pertumbuhan Azolla dan populasi Anabaena azollae.


(14)

commit to user 4

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Anabaena azollae sebagai mikrosimbion Azolla

Azolla secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu rhizoid dan daun. Daun Azolla terdiri dari dua lobi yaitu lobus dorsal dan lobus

ventral. Didalam rongga daun tersebut ditemukan Anabaena azollae (Lumpkin and Plucknett, 1982). Anabaena tersebut selalu berada di meristem

apikal sisi dorsal dan dibawah indusium sporakarp. Menurut Khan (1988) awal perkembangan lobus dorsal daun Azolla adalah dengan terbentuknya ruangan di permukaan bawah yang dekat sumbu daun. Ruangan tersebut berhubungan dengan lingkungan luar dengan perantara suatu pori sirkuler. Satu atau beberapa hormogonium dari Anabaena azollae bermigrasi kedalam dan berkembang dalam ruangan tersebut.

Tumbuhan Azolla dalam taksonomi tumbuhan mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Leptosporangiopsida( heterosporous) Ordo : Salviniales

Famili : Salviniaceae (Azollaceae) Genus : Azolla

Species : Azolla spp. (Arifin, 1996).

Azolla sp. adalah jenis tumbuhan paku air yang banyak terdapat di perairan yang tergenang terutama di sawah-sawah dan di kolam, mempunyai permukaan daun yang lunak, mudah berkembang dengan cepat, dan hidup bersimbosis dengan Anabaena azollae yang dapat memfiksasi nitrogen (N2)

dari udara. Azolla tidak dapat bertahan pada kondisi kering, sehingga selalu diperlukan genangan air. Suhu tinggi mengakibatkan meningkatnya serangan


(15)

commit to user

hama dan penyakit pada Azolla. Cuaca dingin merupakan kunci sukses pemanfaatan Azolla (Anonim, 2008).

Azolla microphylla lebih toleran terhadap temperatur agak tinggi sehingga baik bila dibudidayakan pada kondisi ilkim tropis seperti di Indonesia. Disamping itu, dapat menghasilkan biomassa dalam jumlah banyak dengan kemampuan memfiksasi N2 dari udara yang tinggi (Arifin, 1996).

Pada simbiosis Azolla-Anabaena, Azolla merupakan ganggang hijau biru yang biasanya disebut sebagai makrosimbion sedangkan Anabaena sebagai mikrosimbionnya. Keduanya bekerjasama pada simbiosis yang saling menguntungkan antara satu dengan yang lain. Azolla memberikan perlindungan kepada mikrosimbion (Anabaena) dari kekurangan oksigen akibat pengaruh lingkungan sedangkan Anabaena mampu menyediakan nitrogen untuk pertumbuhan Azolla dan tanaman (Anand, 2006). Didalam taksonomi Anabaena azollae termasuk dalam:

Kingdom : Eubacteria Phylum : Cyanobacteria Ordo : Nostocales Familia : Nostocaceae Genus : Anabaena

Spesies : Anabaena azollae

Anabaena azollae dapat mensintesis karbohidrat dari karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari. Hasil utamanya adalah gula dan glikogen yang kemudian dirubah menjadi glikoprotein (Vashista, 1984).

Azolla mengandung klorofil a dan b serta karotenoid, sedangkan Anabaena mengandung klorofil a, fikosianin, alofikosianin, dan fikoeritrosianin (Ladha and Watanabe, 1980). Simbiosis antara Azolla dengan Anabaena tersebut berkemampuan mereduksi N2. Pengikatan N2

hanya terjadi pada sel-sel Anabaena. Heterosis merupakan bagian penambat N yang penting. Nitrogen ditambat oleh simbion Anabaena azolla dan


(16)

commit to user

ditransportasikan ke inangnya yaitu Azolla, dan oleh Azolla lalu dirubah menjadi asam amino.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Azolla dan

penambatan N2

Pertumbuhan Azolla sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor iklim dari lingkungan tumbuhnya, terutama ketersedian air, sinar matahari, temperatur, kelembaban udara, keharaan tanah, kegaraman dan pH media tumbuh (Khan, 1988; Lumpkin, 1987). Temperatur optimum untuk pertumbuhan

Azolla berkisar 25-30 0C, dengan intensitas sinar 25 -50 % sinar matahari

penuh (20.000 - 40.000 lux) (Suyana, dkk., 1998), kelembaban optimum 85 – 90 %, keharaan cukup, kadar garam tidak lebih dari 0,3 % atau optimal pada konsentrasi garam mineral 90-150 mg/ L pada medium biakan dan pH 4,5 – 7 (Tran & Dao cit. Khan, 1988). Sedangkan pH optimal untuk penambatan N adalah 6 (Khan, 1980).

Walaupun lebih suka hidup mengapung di air, Azolla dapat tumbuh baik pada permukaan tanah yang lembab atau berlumpur (Suyana, dkk., 1998; Khan, 1988; Lumpkin, 1987). Bila tumbuh dengan akar menyentuh permukaan tanah atau masuk ke dalam tanah maka akar lebih aktif dibanding kalau akar menggantung di air. Keragaan akar juga lebih kokoh, tebal dan panjang, dan lebih menyerupai akar sungguhan (tanaman). Ketinggian air 5 cm dari permukaan tanah merupakan kondisi yang paling disukai Azolla (Khan, 1988; Suyana, dkk., 1998) namun ketahanannya terhadap cekaman lingkungan (Suyana, dkk., 1998; Mujiyo, 1998) dan logam berat (Setiaji, 1998) lebih baik bila Azolla tumbuh melekat di tanah dengan akar masuk ke dalam tanah

Azolla membutuhkan unsur-unsur hara baik makro maupun mikro untuk pertumbuhannya (Lumpkin and Plucknett, 1982). Tanah yang baik untuk pertumbuhan Azolla harus mengandung fosfor (P) sebesar 20 mg/kg


(17)

commit to user

tanah. Fosfor merupakan unsur yang penting dalam perbanyakan Azolla (Anonim, 1987). Bila P kurangdari 0,03 m mol/L maka penambatan N akan menurun. Keberlangsungan hidup Azolla pada medium yang kekurangan P menyebabkan penurunan tingkat pertumbuhan yang signifikan.

Anabaena azollae mempunyai dua macam sel yaitu sel heterosis dan sel vegetatif. Sel vegetatif berfungsi mengikat CO2 dan diangkut ke sel

heterosis sedangkan nitrogen diikat oleh sel heterosis kemudian diangkut ke sel vegetatif terdekat (Lee, 1980). Sel heterosis mengandung enzim nitrogenase yang akan memfiksasi N2 kemudian akan dirubah menjadi NH4 +

(amonium) selanjutnya diangkut ke inang (Azolla). Sel heterosis ini tidak mengadakan fotosintesis sebab nitrogenase peka terhadap O2. Inang ( Azolla )

mengubah NH3 menjadi asam-asam amino, disamping itu inang mempunyai

kemampuan memfiksasi CO2 dan melakukan fotosintesis. Selain

dipergunakan untuk kebutuhan sendiri, fotosintat yang dihasilkan oleh inang secara bersama dengan asam amino akan disuplai ke mikrosimbion (Anabaena azollae) (Lee, 1982).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penambatan nitrogen adalah: 1) Unsur Hara

Penambahan unsur hara tertentu ke dalam medium akan mempunyai pengaruh merangsang atau menghambat proses penambatan nitrogen (Abdulkadir, 1976). Penambahan nitrogen pada medium akan menghambat produksi heterosis (Vashista, 1984). Hal ini mengakibatkan terhambatnya pengikatan nitrogen sebab enzim nitrogenase yang dihasilkan oleh heterosis sebagai enzim yang bertanggungjawab terhadap pengikatan nitrogen tidak dapat diproduksi (Delvin, 1975). Akan tetapi unsur Co, Mo, Fe akan memacu meningkatkan proses penambatan N, karena unsur tersebut berfungsi mengaktifkan kerja enzim nitrogenase dalam proses metabolisme N. Penambahan fosfat ke dalam medium juga akan meningkatkan produksi enzim nitrogenase.


(18)

commit to user 2) Temperatur

Menurut Zhuo-xin cit IRRI (1987) mengatakan bahwa temperatur akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Azolla. Abdulkadir (1976) mengatakan bahwa penambatan N Azolla lebih tergantung pada temperatur larutan hara daripada intensitas cahaya. Temperatur yang paling baik untuk kegiatan pengikatan N adalah berkisar antara 200C – 300C.

3) Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya optimum untuk proses pengikatan N berkisar antara 48-62 klx. Pengikatan N berjalan secara cepat setelah matahari terbit. Disamping itu pengikatan N akan meningkat pada musim panas dan akan menurun pada musim hujan. Pada hari cerah kegiatan penambatan 8-10% lebih tinggi dibandingkan musim hujan (Zhuo-xin, 1987).

4) Derajat kemasaman

Proses pengikatan N yang paling baik sekitar 5,5 (Watanabe, 1977). Pada pH 6 atau 6,5 kegiatan pengikatan N meningkat

tetapi akan menurun dengan meningkatnya harga pH (Fiori and Ruschell, 1981).

3. Pengaruh Logam Berat Kromium (Cr) terhadap pertumbuhan Azolla

dan Anabaena azollae

Logam berat merupakan suatu unsur logam yang tergolong sebagai unsur dengan berat molekul yang tinggi. Unsur logam berat yang sering dihasilkan oleh proses industri antara lain timbal (Pb), tembaga (Cu), kromium (Cr), cadmium (Cd), air raksa (Hg), nikel (Ni), seng (Zn), dan arsenik (Ar). Jika melewati ambang batas, keberadaan jenis-jenis polutan tersebut diketahui bersifat racun. Contohnya pada logam Cr mempunyai ambang batas sekitar 2,5 ppm, bila melebihi ambang batas tersebut keberadan


(19)

commit to user

Cr dapat mengganggu ekositem karena Cr bersifat toksik (Giyatmi et al., 2008).

Kromium merupakan elemen berbahaya yang dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr (II) sampai Cr (VI), tetapi hanya kromium bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya. Kromium bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam, dan dalam material biologis kromium selalu berbentuk tiga valensi, karena kromium enam valensi merupakan salah satu material organik pengoksida tinggi. Kromium tiga valensi memiliki sifat racun yang rendah dibanding dengan enam valensi. Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas kromium relatif rendah (Suhendrayatna, 2008). Menurut Kirkby (1987) bahwa dalam tanaman, Cr dapat berfungsi sebagai kofaktor enzim, tetapi bila jumlahnya berlebih dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman.

Cara absorbsi logam berat dapat dibagi dua yakni :

1. Passive uptake

Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben. Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara pertukaran ion, yaitu ion pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat; dan kedua adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil secara bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada Sargassum sp. dan Eklonia sp., yaitu Cr (VI) mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi Cr (III) dan Cr (III) di-remove melalui proses pertukaran kation.


(20)

commit to user

2. Aktif uptake

Mekanisme masuknya logam berat melewati membran sel sama dengan proses masuknya logam esensial melalui sistem transpor membran, hal ini disebabkan adanya kemiripan sifat antara logam berat dengan logam esensial dalam hal sifat fisika-kimia secara keseluruhan. Proses aktif uptake pada mikroorganisme dapat terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan dan akumulasi intraselular ion logam (Johan, 2006). Logam-logam seperti Cu, Ni, Pb, Cd, dan Zn telah diketahui mampu diakumulasi di dalam jaringan tanaman. Ketahanan tanaman terhadap ion logam bersifat spesifik logamnya (Humpreys dan Bradshaw, 1976).

Azolla berpotensi sebagai fitoabsorber (penyerap logam berat) pada limbah yang mengandung logam berat agar tidak menganggu ekosistem Untuk lahan pertanian, pengelolaan pencemaran limbah bukan sekedar untuk menjaga produktivitas tanaman saja, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk menjamin kualitas produk yang aman bagi kesehatan dan juga menjaga daya saing produk pertanian di pasar global (Munarso, 2003).

Azolla melalui proses fitoabsorbernya merupakan salah satu jenis proses bioremediasi yang dapat digunakan untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Salah satu rekomendasi yang dihasilkan pada Workshop on

Azolla Use di Fuzhou, Cina, 31 Maret – 5 April 1985 adalah penggunaan

Azolla dalam pengendalian pencemaran air karena Azolla merupakan

bio-akumulator dari logam berat (Anonim, 1987).

Keberadaan logam berat dalam medium pertumbuhan dapat mempengaruhi Anabaena azollae. Menurut Khairiah, et al. (2008), logam Ni merupakan logam yang paling toksik terhadap pertumbuhan Anabaena flosaquae dibandingkan logam Fe dan Mn. Logam Mn merupakan logam kedua yang berbahaya setelah Ni. Walaupun logam Fe dan Mn merupakan


(21)

commit to user

unsur mikro esensial yang diperlukan oleh Anabaena flos-aquae, tetapi kedua logam tersebut menunjukkan efek meracun pada tingkat konsentrasi tinggi. Logam Mn lima kali lebih toksik daripada logam Fe. Hal ini menunjukkan bahwa sianobakter lebih toleran terhadap logam Fe jika dibandingkan dengan logam Mn.

Batas kritis konsentrasi logam Cr dalam tanah adalah 2,5 ppm dan dalam tanaman 5 – 30 ppm (Djunaedi, 2004). Menurut Saxena & Sharma (2006), Azolla dapat tumbuh pada medium yang mengandung Cr sampai 10 ppm. Yong-huang & Wei-zhen (1987) menyatakan bahwa Azolla toleran terhadap logam-logam Cu, Fe, Zn, Mo, Co, Cd, As, Hg, Cr, dan Pb pada percobaan laboratorium. Keberadaan Cr tergantung pada beberapa faktor antara lain: media, pH, keadaan ion logam bebas, atau terikat dengan kation, dan logam berat lainnya di dalam media. Pada profil tanah Cr terakumulasi pada horizon iluvial. Kromium juga terikat kuat oleh bahan organik. Tekstur tanah dapat mempengaruhi retensi Cr dan ketersediannya dalam tanah. Unsur Cr yang ada pada tanah liat biasanya lebih tinggi dari pada tanah-tanah pasiran (Srivastava dan Gupta, 1996).

4. Hubungan Jenis Tanah terhadap pertumbuhan Azolla dan Anabaena

azollae

Azolla dapat tumbuh baik pada hampir semua jenis tanah dengan pH yang bervariasi seperti Ultisol, Entisol, dan Vertisol (Suyana, dkk., 1998; Setiaji, 1998). Reaksi (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan Azolla adalah antara 4,5-7 (Lumpkin and Plucknett, 1982). Penelitian yang dilakukan Sudadi, dkk. (1998) menunjukkan bahwa enam spesies Azolla (A. microphylla phillipine, A. microphylla china, A. filiculoides, A. caroliniana, A. mexicana

dan A. imbricata) mampu tumbuh baik pada tanah gambut dan Andisols,


(22)

commit to user

di dalam air secara vertikal, menembus lumpur untuk menyerap zat hara dari dalam air atau lumpur (Abdulkadir, 1987).

Tanah Vertisol pada umumnya mempunyai tekstur lempung, kandungan lempung berkisar antara 35% sampai 90% dari total tanah. Dalam Vertisols terdapatnya mineral liat tipe 2:1 yang relatif banyak. Oleh karena itu, Vertisols dapat mengkerut (shrinking) jika kering dan mengembang (swelling) jika jenuh air. Proses mengembang dan mengkerut itu disebabkan karena masing-masing unit terdiri dari 2 Si tetrahedral ditambah dengan 1 Al octahedral, masing-masing unit dihubungkan dengan unit lain oleh ikatan yang lemah dari oksigen ke oksigen serta air ataupun kation dapat masuk pada ruang antar lapisan sehingga mudah mengembang dan mengkerut (Munir, 1996).

Tekstur tanah Entisol pada umumnya kasar, struktur remah atau kersai, konsistensinya lepas sampai gembur dan pH pada umumnya 6-7 (Darmawijaya, 1990). Berhubung dengan keadaan tekstur yang demikian maka tanah ini mempunyai permeabilitas yang cepat sampai sangat cepat,

daya menahan air yang sangat rendah dan sangat peka terhadap bahaya erosi (Sarief, 1986).


(23)

commit to user

B. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

1. Perbedaan jenis tanah, tinggi genangan air, dan konsentrasi logam berat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan Azolla dan populasi Anabaena azollae

2. Interaksi perlakuan tinggi genangan air dan konsentrasi logam berat Cr berpengaruh sangat nyata terhadap populasi Anabaena azollae.

3. Pertumbuhan Azolla lebih baik dan populasi Anabaena azollae lebih banyak pada tanah Vertisol.

Toksik pada Azolla

Populasi Anabaena azollae menurun Toksik pada Anabaena

azollae

Produksi Biomassa Azolla menurun

Fiksasi N2 turun


(24)

commit to user 14

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Analisis mikrobiologi (pengamatan Anabaena azollae) dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah, sedangkan analisis tanah dan jaringan tanaman dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS dan Sub Laboratorium Kimia Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, pada bulan April - September 2009.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan

Penelitian ini menggunakan tanah Entisol yang diambil dari daerah Colomadu, Karanganyar dan tanah Vertisol yang diambil dari daerah Jatikuwung, Karanganyar. Azolla yang digunakan adalah jenis Azolla

microphylla, dan untuk media biakan Azolla tersebut menggunakan media

biakan Azolla bebas N, yaitu larutan yoshida. Logam berat Cr yang digunakan dibuat dengan berbagai konsentrasi, untuk penelitian pendahuluan adalah 0; 2,5; 5; 7,5; 10; 20; 30; 40; 50; dan 60 ppm, sedangkan konsentrasi Cr untuk penelitian utama adalah 0; 5; 10; 15; dan 20 ppm.

2. Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah pot plastik (ukuran diameter x tinggi = 15 x 15 cm), kamera digital, alat tulis, AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer), timbangan analitik, erlenmeyer, gelas piala, pengaduk, termometer, pH meter, pipet drop, jarum ose/jarum ent, gelas preparat cekung, mikroskop cahaya, dan hemasitometer.


(25)

commit to user

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang datanya diperoleh melalui serangkaian percobaan. Percobaan terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan pertama yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi lethal logam berat Cr terhadap Azolla pada medium tumbuh Yoshida. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu konsentrasi logam berat Cr. Konsentrasi Cr yang dicobakan untuk percobaan pertama adalah 0; 2,5; 5; 7,5; 10; 20; 30; 40; 50; dan 60 ppm. Sebanyak 1 gram inokulum Azolla segar disebarkan pada pot plastik dengan media tumbuh Yoshida pada masing-masing perlakuan konsentrasi logam berat dan dipelihara selama satu minggu dirumah kaca (Arora & Saxena, 2006). Medium Yoshida yang digunakan mempunyai komposisi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Media biakan Azolla bebas N (Yoshida et al., cit. Khan, 1988)

Elemen (hara) Bahan kimia Konsentrasi akhir

P NaH2PO4 2H2O 40 ppm

K K2SO4 40 ppm

Ca CaCl2 40 ppm

Mg MgSO4 7 H2O 40 ppm

Mn MnCl2 2 H2O 0,50 ppm

Mo NaMoO4 2 H2O 0,15 ppm

B H3BO3 0,20 ppm

Zn ZnSO4 7 H2O 0,01 ppm

Cu CuSO4 5 H2O 0,01 ppm

Fe (Fe sitrat) FeCl3 6 H2O 2,00 ppm

H2SO4 50 ml / lt larutan induk (pH 5,5)

Hasil percobaan pertama ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsentrasi Cr pada percobaan kedua. Percobaan kedua bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh jenis tanah, konsentrasi logam berat Cr dan tingkat persinggungan akar Azolla dengan tanah terhadap pertumbuhan Azolla. Percobaan menggunakan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan tiga faktor perlakuan yaitu:


(26)

commit to user 1. Faktor I adalah jenis tanah (T)

T1 = tanah Vertisol T2 = tanah Entisol

2. Faktor II adalah tingkat persinggungan akar Azolla dengan tanah (A) A0 = akar masuk ke dalam tanah(tergenang macak-macak)

A1 = akar menyentuh permukaan tanah (air menggenang sekitar 2 cm) A2 = akar menggantung 5 cm di atas permukaan tanah (air mengenang

sekitar 7 cm).

3. Faktor III adalah konsentrasi logam berat Cr (K)

Dari hasil percobaan pendahuluan, dipilih perlakuan konsentrasi Cr untuk percobaan utama sebagai berikut:

K0 = 0 ppm K1 = 5,0 ppm K2 = 10 ppm K3 = 15 ppm K4 = 20 ppm

Dari ketiga faktor tersebut maka dapat diperoleh 30 kombinasi perlakuan yang masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali faktor. Pengamatan terhadap suhu tanah dan air serta gejala fisiologis Azolla dilakukan setiap hari selama 3 minggu. Pengambilan sampel dilakukan pada minggu 1, 2 dan 3 setelah tanam dengan metode sampel terbuang, dengan parameter yang diamati meliputi biomassa Azolla dan populasi Anabaena azollae. Analisis awal dilakukan terhadap beberapa sifat kimia tanah (KTK, pH, kadar bahan organik, kadar Cr tersedia ) dan sifat fisika tanah (tekstur dan permeabilitas tanah).


(27)

commit to user

D. Tata Laksana Penelitian

1. Pengambilan sampel tanah

Sampel tanah diambil pada lahan dengan kedalaman 20 cm. Diambil di beberapa titik secara diagonal pada satu lahan kemudian dikompositkan. Sampel tersebut kemudian dikeringanginkan, ditumbuk dan diayak dengan ayakan dengan mata saring Ø 2 mm untuk media tanam dan Ø 0,5 mm untuk keperluan analisis laboratorium.

2. Persiapan media tanam

Media tanam dibuat dengan menimbang tanah, untuk tanah Entisol 200 g dan Vertisols 191 g yang didasarkan pada kesamaan volume tanahnya. Setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam pot plastik, selanjutnya menambahkan larutan yoshida sebagai nutrisi dengan konsentrasi logam berat sesuai perlakuan hingga tinggi genangan sesuai perlakuan yaitu kondisi air macak-macak, air setinggi 2 cm, dan air setinggi 7 cm di atas tanah.

3. Penanaman

Menimbang 1 gram Azolla kemudian dimasukkan ke dalam pot plastik (ukuran diameter x tinggi = 15 x 15 cm).

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan setiap hari dengan penambahan aquades pada masing-masing pot sehingga tinggi genangan air seperti kondisi awal yang telah ditentukan sebelumnya dan Azolla tidak mengalami kekeringan atau masih tetap hidup.

5. Pengamatan gejala visual dan suhu air/tanah.

Pengamatan gejala visual yang timbul akibat keracunan Cr dan suhu air/tanah media tanam Azolla dilakukan setiap hari. Suhu diukur pada pukul 14.00 WIB.


(28)

commit to user

6. Pengambilan sampel untuk analisis biomassa Azolla dan populasi Anabaena azollae

Dilakukan pada minggu 1, 2, dan 3 setelah tanam dengan metode sampel terbuang. Azolla yang sudah dipanen ditiriskan airnya dan ditimbang berat segarnya, kemudian dioven menggunakan oven listrik pada suhu 70oC sampai beratnya konstan. Selanjutnya ditimbang berat keringnya. Sedangkan untuk perhitungan Anabaena azollae diambil sedikit sampel dari Azolla yang sudah ditimbang berat segarnya.

7. Pengambilan sampel tanah/ air untuk analisis Cr tersedia

Dilakukan pada akhir inkubasi (minggu ketiga), demikian pula serapan Cr Azolla dianalisis pada akhir inkubasi.

E. Analisis laboratorium 1. Analisis tanah awal

a. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Besarnya nilai KTK dianalisis dengan metode ekstrak amonium asetat (Balai Penelitian Tanah, 2005).

b. pH tanah

Besarnya nilai pH dianalisis dengan metode elektrolisis (Balai Penelitian Tanah, 2005).

c. Bahan organik

Besarnya kadar bahan organik dianalisis dengan metode Walky and Black (Balai Penelitian Tanah, 2005).

d. Kadar Cr tersedia dalam tanah

Besarnya kadar Cr tersedia dalam tanah dianalisis dengan metode ekstrak amonium asetat (Anonim, 2005).

e. Tekstur tanah

Analisis tekstur tanah menggunakan metode pemipetan (Balai Penelitian Tanah, 2005).


(29)

commit to user f. Permeabilitas tanah

Koefisien permeabilitas tanah dihitung dengan rumus permeabilitas tanah berdasarkan Rumus Empiris Darcy, yaitu :

Keterangan :

θ = Banyak air yang mengalir tiap pengukuran (ml) t = Waktu pengukuran (jam)

L = Tebal contoh tanah (cm)

h = Tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah (cm) A= Luas permukaan contoh tanah (cm2)

k = Koefisien permeabilitas tanah (Siswanto, 2001).

2. Analisis kandungan Cr pada jaringan tanaman

Untuk analisis konsentrasi Cr Azolla pada jaringan tanaman dilakukan dengan metode destruksi basah HClO4 + HNO3 dengan perbandingan 3:1

dan dibaca dengan AAS (Balittan, 2005) 3. Menghitung populasi Anabaena azollae

a. Mengambil 10 helai daun Azolla pada tiap perlakuan, kemudian diletakkan pada gelas preparat cekung.

b. Menambahkan aquades dengan volume 0,1 ml lalu ditumbuk sampai halus secara perlahan.

c. Mengambil sedikit suspensi menggunakan pipet drop, diletakkan di atas gelas preparat dan ditutup dengan gelas penutup.

d. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali dan menghitung populasi Anabaena azollae (sel vegetatif dan sel heterosis) dalam satu kotak kecil hemasitometer, dilakukan sebanyak 25 kali pergeseran bidang pandang.

k = t

q

x h L

x A 1


(30)

commit to user

Contoh cara menghitung jumlah sel Anabaena azollae

Jumlah sel /10 daun

=ǰauavǰauaʒl捩ma ˜1mu a ua 1ġ m1捩a˜ u 捩1u1ǰ ×z, ġġ

Ņ ml捩1 ua 1ġ m1捩a˜ u 捩1u1ǰ

= z, ġ捩

. z 捩捩 ×4. .− 4. . ฀ . ( . ฀ . ) 4

= zz捩捩

. z 捩捩 ×4. .− 4. . ฀ . ( . ฀ . ) 4

Jumlah sel/ daun

= zz捩捩

. z 捩捩 . z×4. .− 4. . ฀ . ( . ฀ . ) 4

= 4.104×4 4. .

F. Variabel Pengamatan

Variabel percobaan yang diamati meliputi sel mikrosimbion Anabaena

azollae (sel vegetatif dan sel heterosis), dan biomassa Azolla. Pengamatan

dilakukan pada minggu 1, 2 dan 3 setelah tanam dengan metode sampel terbuang. Pengamatan terhadap suhu tanah/air dan gejala fisiologis Azolla dilakukan setiap hari selama 3 minggu. Pengambilan sampel untuk analisis N total jaringan Azolla, kadar Cr Azolla, dan Cr tersedia tanah hanya dilakukan pada minggu ketiga.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan uji kruskal wallis pada aras kepercayaan 95%, dilanjutkan dengan uji mood median apabila ada pengaruh yang nyata. Uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara total sel mikrosimbion Anabaena azollae dengan variabel tergantung yang lain (Gomez dan Gomez, 1990).


(31)

commit to user 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Beberapa sifat tanah dan jaringan Azolla microphylla awal

Tanah yang digunakan untuk sampel adalah tanah Vertisol Jatikuwung dan Entisol Colomadu. Penggunaan kedua tanah tersebut dimaksudkan untuk membandingan pengaruh ditanah dengan kandungan lempung tinggi dengan kandungan pasir tinggi (lempung rendah). Kandungan lempung yang berbeda tersebut akan menyebabkan sifat kimia dan fisika dari kedua tanah tersebut juga berbeda.

Analisis karakteristik tanah awal dan jaringan Azolla awal sebelum perlakuan disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Awal Tanah dan Jaringan Azolla microphylla

Keterangan Analisis Satuan Nilai Harkat

Tanah Vertisol

pH H2O 6,6 Netral *

C-Organik % 1,378 Rendah *

BO % 2,37 Sangat rendah *

KTK cmol(+)/kg 51,347 Sangat tinggi *

Tekstur % Pasir 22,56;

Debu 24,7; Lempung 52,74

Clay (Lempungan)

Cr tersedia Permeabilitas

ppm cm/jam

0.041

12,4 Cukup cepat *

Tanah Entisol

pH H2O 6,2 Agak masam *

C-Organik % 2,422 Sedang *

BO % 4,16 Rendah *

KTK cmol(+)/kg 12,636 Rendah *

Tekstur % Pasir 57,3;

Debu 16,8; Lempung 25,9

Sandy Clay Loam

(Geluh lempung pasiran) Cr tersedia

Permeabilitas ppm cm/jam

0,033

32,5 Sangat cepat *

Azolla

microphylla Kadar Cr ppm 0,077

Keterangan :


(32)

commit to user

Berdasarkan hasil analisis tanah awal (Tabel 4. 1) dapat diketahui bahwa tanah Vertisol Jatikuwung memiliki pH sebesar 6,6 dengan kriteria netral. Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah ini sangat tinggi, yaitu sebesar 51,347 cmol(+)/kg yang menyebabkan tingginya kandungan lempung yang terbungkus

mineral montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1985) bahwa kejenuhan basa yang tinggi, tekstur yang relatif halus, permeabilitas yang rendah dan pH yang relatif tinggi serta status hara yang tidak seimbang merupakan karakteristik tanah Vertisol. Pertukaran kation dipengaruhi oleh muatan elektrostatis dari partikel tanah, maka pH juga mempengaruhi KTK. Semakin tinggi nilai pH tanah maka semakin tinggi pula KTK tanah tersebut. Kandungan bahan organiknya sangat rendah, yaitu sebesar 2,37%. Tekstur tanah dapat mempengaruhi retensi Cr dan ketersediannya dalam tanah. Kadar Cr tersedia dalam tanah Vertisol sebesar 0,041 ppm sedangkan Cr tersedia pada tanah Entisol sebesar 0,033 ppm. Hal ini sesuai dengan pendapat Srivastava dan Gupta (1996) bahwa unsur Cr yang ada pada tanah lempung biasanya lebih tinggi daripada tanah-tanah pasiran. Cr banyak yang terjerap lempung pada tanah Vertisol sedangkan pada tanah Entisol banyak Cr yang tercuci daripada Cr yang terjerap.

Hasil analisis tanah awal pada tanah Entisol menunjukkan bahwa pH tanah tersebut tergolong pada pengharkatan agak masam, yaitu 6,2 dan bahan organiknya sebesar 4,16% tergolong dalam pengharkatan rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Munir (1996) bahwa tanah Vertisol nilai reaksi tanahnya sangat beragam mulai dari pH 2,5-8,5 dan kadar bahan organik tergolong rendah (biasanya < 1%). Rendahnya nilai KTK pada tanah Entisol bisa dikarenakan Entisol mempunyai tekstur yang kasar sehingga banyak basa – basa tanah seperti Ca2+, Mg2+, Na+, K+ yang tercuci. Tanah yang bertekstur kasar mempunyai KTK yang lebih rendah daripada tanah yang bertekstur halus, karena tanah yang bertekstur kasar mempunyai koloid yang lebih sedikit daripada tanah yang


(33)

commit to user

bertekstur halus sehingga tidak dapat menjerap Ca2+, Mg2+, Na+, K+. Nilai permeabilitas tanah ini juga sangat cepat yaitu sebesar 32,5 cm/jam, hal ini disebabkan oleh tekstur tanahnya yang kasar karena kandungan pasirnya tinggi sehingga daya menahan air sangat rendah dan sangat peka terhadap bahaya erosi. Kadar logam Cr pada tanah Entisol juga masih dibawah ambang batas logam Cr, kadar Cr dalam tanah Entisol sebesar 0,033 ppm. Pada analisis jaringan tanaman

Azolla sebelum perlakuan mengandung unsur Cr sebesar 0,077 ppm. Kadar

tersebut masih dapat ditolerir oleh Azolla. Menurut Kirkby (1978) bahwa dalam tanaman, Cr dapat berfungsi sebagai kofaktor enzim, tetapi bila jumlahnya berlebihan akan menyebabkan keracunan bagi tanaman.

B. Penentuan konsentrasi lethal logam berat Kromium (Cr) terhadap Azolla

microphylla

Konsentrasi lethal merupakan konsentrasi yang menunjukkan mulai adanya tanda - tanda kematian Azolla akibat logam Cr (warna daun Azolla yang mulai menguning, lama kelamaan akan berwarna kecoklatan dan mengering). Pada percobaan pertama ini Azolla ditumbuhkan dalam larutan yoshida, yaitu media pertumbuhan bebas N, dengan konsentrasi logam Cr yang digunakan adalah 0; 2.5; 5; 7.5; 10; 20; 30; 40; 50; dan 60 ppm.


(34)

commit to user

Tabel 4.2 Pengaruh konsentrasi Cr dalam medium pertumbuhan yoshida terhadap biomassa segar, biomassa kering dan jumlah penggandaan Azolla microphylla

Konsentrasi Cr (ppm)

Biomassa segar Azolla(g/pot)

Biomassa kering Azolla(g/pot)

Jumlah penggandaan (n)

0 2,366 0,184 1,234

2,5 2,138 0,1783 1,089

5,0 1,970 0,170 0,972

7,5 1,910 0,170 0,927

10,0 1,615 0,158 0,687

20,0 0,540 0,057 -0,883

30,0 0,512 0,045 -0,959

40,0 0,370 0,045 -1,425

50,0 0,302 0,034 -1.716

60,0 0,323 0,043 -1,617

Penggandaan Azolla adalah kemampuan Azolla dalam memperbanyak diri. Jumlah penggandaan (n) dapat dihitung sebagai berikut:

N = N02n dimana,

2n = Azolla menjadi dua kali lipat dari biomassa awalnya setiap kali, n = jumlah generasi (frekuensi penggandaan) = 3.3 (log N - log N0)

N = biomassa segar Azolla saat panen (umur satu minggu) (gram), N0 = biomassa segar Azolla pada saat awal (gram).

(Fomeg and Merestela, 2004).

Pertumbuhan Azolla dapat dilihat dari produksi biomassa Azolla, yaitu dari bobot brangkasan segar dan brangkasan keringnya. Berdasarkan Tabel 4.2 hasil percobaan pada medium yoshida menunjukkan bahwa adanya logam Cr dapat menurunkan pertumbuhan Azolla. Azolla masih dapat hidup pada konsentrasi 10 ppm dengan jumlah penggandaan yang kecil yaitu sebesar 0,687. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saxena dan Sharma (2006), yaitu Azolla dapat tumbuh pada medium yang mengandung Cr sampai 10 ppm. Sedangkan mulai konsentrasi 20 ppm nilai penggandaan Azolla adalah negatif yaitu -0,883 artinya biomassa Azolla tidak bertambah tetapi justru berkurang dan Azolla mulai mati


(35)

commit to user

(konsentrasi lethal). Semakin besar konsentrasi logam Cr maka jumlah penggandaan Azolla juga semakin kecil atau negatif.

Menurut Djunaedi (2004) batas kritis konsentrasi logam Cr dalam jaringan tanaman berkisar 5-30 ppm. Pada konsentrasi 20 ppm Azolla mulai mati hal ini karena hiperakumulasi ion logam terlalu berlebihan sehingga sel yang mengalami hiperakumulasi akan mati. Tingginya konsentrasi Cr dalam Azolla menyebabkan proses metabolisme semakin menurun hal ini dapat dilihat dari penampakan fisik dari daun Azolla yang semakin menguning, lama kelamaan akan berwarna kecoklatan dan mengering (mati).

Gambar 4.1 Pengaruh konsentrasi Cr dalam medium yoshida terhadap jumlah penggandaan Azolla

Pada konsentrasi Cr 0 ppm, nilai penggandaan Azolla paling tinggi. Nilai penggandaan semakin menurun mulai konsentrasi 2,5 ppm sampai pada konsentrasi 10 ppm, Azolla masih mampu mengganda meskipun nilai penggandaannya sangat kecil (Gambar 4.1). Pada konsentrasi 20 ppm nilai penggandaan Azolla negatif (lethal).

1,234

1,089 0,972 0,927 0,687

-0,883 -0,958 -1,425

-1,714 -1,621 -2,000

-1,500 -1,000 -0,500 0,000 0,500 1,000 1,500

0 2,5 5 7,5 10 20 30 40 50 60

Ju

m

la

h

P

en

g

ga

n

d

a

an

az

o

ll

a(

n

)


(36)

commit to user

C. Pengaruh perlakuan

1. Pengaruh jenis t

Pada peneli biomassa kering

Gambar 4.2 Peng Keterangan : an me de

Berdasarka diketahui bahwa biomassa segar d maupun kering m tanah Vertisol b seberat 0,149 g/p 1,238 g/pot dan

Azolla pada tana

yang lebih besa dipengaruhi oleh terutama keterse

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 Biom 1.04 B io m a ss a Azo ll a (g /p o t)

an terhadap biomassa Azolla pada percobaan

is tanah terhadap biomassa Azolla

nelitian ini, pengaruh tanah terhadap biomassa seg g Azolla disajikan pada gambar sebagai berikut :

ngaruh berbagai macam tanah terhadap biomassa angka yang diikuti huruf sama pada variabel menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Mo dengan aras kepercayaan 95 %.

rkan analisis dengan menggunakan uji Krus wa jenis tanah tidak berpengaruh (P= 0.318 r dan biomassa kering Azolla. Biomassa Azolla g menunjukkan lebih tinggi pada tanah Entisol l bobot segarnya seberat 1,044 g/pot dan bobo

g/pot, sedangkan pada tanah Entisol bobot segar n bobot keringnya seberat 0,177 g/pot. Besarny nah Entisol dikarenakan kandungan bahan orga esar dibandingkan Vertisols. Pertumbuhan Az

leh faktor – faktor iklim dari lingkungan rsedian air, sinar matahari, temperatur, kelemba

Biomassa segar Biomassa kering

1.044 a 0.149 a 1.238 a 0.177 a Vertisols Entisols an kedua segar dan t : ssa Azolla. yang sama Mood Median

ruskal Wallis 318) terhadap lla baik segar , yaitu pada bot keringnya garnya seberat rnya biomassa rganik Entisol Azolla sangat n tumbuhnya, baban udara,


(37)

commit to user keharaan tanah, k

1987).

2. Pengaruh tinggi

Pertumbuh Kruskal Wallis biomassa segar (Gambar 4.3) pa genangan air 2 cm ke dalam tana terhambat sehing Sedangkan biom paling tinggi pad logam Cr oleh A paling sedikit seh

Gambar 4.3 Peng Keterangan : an me de 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 B io m a ss a Azo ll a (g /p o t)

, kegaraman dan pH media tumbuh (Khan, 1988

ggi genangan air terhadap biomassa Azolla

uhan Azolla sangat tergantung dengan air. Berd lis tinggi genangan berpengaruh sangat nyat

ar Azolla (P = 0,000). Produksi biomassa se

pada genangan 0 cm lebih rendah jika dibandin cm dan 7 cm. Hal ini dikarenakan pada kondisi nah menyebabkan pembelahan Azolla (frak ingga kemampuan Azolla memperbanyak diri aka iomassa kering Azolla, jika dilihat dari bobot

pada penggenangan air 0 cm. Hal ini disebabk Azolla pada penggenangan 0 cm merupakan se sehingga Azolla tidak terlalu keracunan logam Cr

ngaruh tinggi genangan air terhadap biomassa Az angka yang diikuti huruf sama pada variabel menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Mo dengan aras kepercayaan 95 %.

Berat segar Berat kering

1.702 a 0.345 a 2.904 b 0.343 b 2.238 b 0.288 b 88; Lumpkin,

Berdasarkan uji yata terhadap segar Azolla dingkan tinggi isi akar masuk raksionasinya) kan menurun. ot brangkasan abkan serapan serapan yang Cr.

Azolla. yang sama Mood Median

0 cm 2 cm 7 cm


(38)

commit to user

3. Pengaruh konse

Adanya k menyebabkan ak tersebut dan akhir tanaman Azolla. Winarso (2005), sesuai dengan pe unsur hara atau a maka produksi ta

Gambar 4.4 Peng Keterangan : an me de Berdasarkan G maupun biomass 0 ppm dan jumlah sampai konsentra berpengaruh san

B io m a ss a Azo ll a ( g /p o t)

sentrasi Cr terhadap biomassa Azolla

konsentrasi logam Cr yang terlalu tinggi akar tidak mampu menahan kation yang ber khirnya logam Cr akan merusak metabolisme pa . Menurut de Willegen dan Van Noordwijk ), produksi tanaman akan meningkat hingga ba penambahan suplai hara atau air. Akan tetapi, ap u air terus ditingkatkan hingga melebihi kebutuha i tanaman akan menurun.

ngaruh konsentrasi Cr terhadap biomassa Azolla angka yang diikuti huruf sama pada variabel menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Mo dengan aras kepercayaan 95 %.

Gambar 4.4 produksi biomassa Azolla baik biom ssa kering mencapai titik yang maksimum pada lahnya terus mengalami penurunan mulai konsen trasi 20 ppm. Berdasarkan uji Kruskal Wallis, angat nyata (P = 0,000) menurunkan bioma

0 1 2 3 4 5 6

Biomassa segar Biomassa kering

5. 5 16 a 0. 55 8 a 2 .394 b 0. 348 a 1. 478 c 0. 254 b 1. 029 c 0. 235 b 0. 9 9 c

i pada akan bersifat racun pada jaringan ijk (1987) cit batas tertentu apabila suplai uhan tanaman,

lla.

yang sama Mood Median

iomassa segar da konsentrasi sentrasi 5 ppm is, konsentrasi massa Azolla. ing 0. 23 5 b 0 .24 2 b 0 ppm 5 ppm 10 ppm 15 ppm 20 ppm


(39)

commit to user

Semakin tinggi konsentrasi logam Cr, biomassa segar dan kering Azolla semakin kecil. Hal ini dikarenakan Cr dapat merusak jaringan pada Azolla tersebut. Menurut Lepp (1981) bahwa logam berat Cr yang terkumpul dalam jaringan tumbuhan, tinggal menetap untuk waktu yang lama dan bersifat racun akumulatif. Akumulasi Cr mengakibatkan gangguan fisiologis tanaman, karena aktivitas enzim terganggu dan selanjutnya akan menyebabkan tanaman mengalami defisiensi nutrisi akibat terhambatnya penyerapan nutrien oleh tanaman.

D. Populasi mikrosimbion Anabaena azollae

1. Pengaruh jenis tanah terhadap populasi mikrosimbion Anabaena

azollae

Pada simbiosis Azolla-Anabaena, Azolla merupakan ganggang hijau biru yang biasanya disebut sebagai makrosimbion sedangkan Anabaena sebagai mikrosimbionnya. Pengamatan mikrosimbion Anabaena azollae dilakukan terhadap sel vegetatif dan sel heterosis yang terdapat dalam rongga daun Azolla. Sel vegetatif berfungsi mengikat CO2 melalui fotosintesis dan

diangkut ke sel heterosis sedangkan nitrogen diikat oleh sel heterosis kemudian diangkut ke sel vegetatif terdekat (Lee, 1980). Sel heterosis mengandung enzim nitrogenase yang akan memfiksasi N2 kemudian akan

dirubah menjadi NH4+(amonium) selanjutnya diangkut ke inang (Azolla). Sel

heterosis ini tidak mengadakan fotosintesis sebab nitrogenase peka terhadap O2.


(40)

commit to user Gambar 4.5 Penga

sel heter Keterangan : ang me den Berdasarkan berpengaruh sang heterosis Anabaen pada tanah Vertiso tanah Vertisols leb Cr tanah Vertisol Tanah Vertisol me pengikat (landfill Selain itu, pada ta tinggi, sehingga Cr menyebabkan A hiperakumulasi io Azolla dan jumlah Gupta (1996) me lempung dan baha

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 S e l An a b a e n a a zo ll a e (S e l/ d a u n )

ngaruh jenis tanah terhadap jumlah sel vegetatif terosis Anabaena azollae

ngka yang diikuti huruf sama pada variabel enunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Mo engan aras kepercayaan 95 %.

an uji Kruskal-Wallis, diketahui bahwa j ngat nyata (P=0,000) terhadap jumlah sel vegeta aena azollae. Jumlah total sel Anabaena azollae

rtisol dibandingkan Entisols karena ketersediaa ls lebih tinggi dibandingkan tanah Entisol. Nilai rer ol sebesar 60,318 µg/pot dan tanah Entisol 90, mempunyai kadar lempung yang tinggi, lempung fill), sehingga pergerakan Cr dapat dihambat ata tanah Vertisol juga mempunyai kompleks jerap Cr banyak yang terjerap. Semakin banyak Cr y Azolla tidak dapat menyerap Cr tersebu i ion logamnya menjadi sedikit sehingga tidak

lah sel Anabaena azollae akan lebih banyak. S engatakan bahwa Cr terikat kuat pada tempat ahan organik. Meskipun pada tanah yang dijadi

0 000 0000 0000 0000 0000 0000 0000 Vegetatif Vertisols Vegetatif Entisols Heterosis Vertisols Heterosis Entisols Total Sel Vertisols 321280 a 214945 b

24936 a 15313 b

346216 a

tif dan jumlah yang sama Mood Median

jenis tanah getatif dan sel lebih tinggi iaan Cr pada rerata serapan 0,019 µ g/pot. ng merupakan atau terbatasi. rapannya yang Cr yang terjerap but sehingga dak meracuni Srivasta dan pat pertukaran adikan sampel

Total Sel Entisols

16 a


(41)

commit to user adalah tanah Enti

nilainya lebih bes sedikit sehingga Cr

Gambar 4.6 Serapa Keterangan : angk nyata Kondisi pH b sifat elektrokimia la penelitian tanah aw ini mengakibatkan pada koloid tanah perlahan, sehingg menyebabkan kera menjadi bermuatan menjadi semakin (Saefudin, 2007).

0 50 100

S

e

ra

p

a

n

C

r

g

/p

o

t)

ntisol yang mempunyai kandungan bahan or esar daripada tanah Vertisol, tetapi kandungan l a Cr yang terjerap juga sedikit.

pan Cr pada berbagai jenis tanah.

gka yang diikuti huruf sama menunjukkan be yata pada uji Mood Median dengan aras kepercay berpengaruh pada sorpsi, karena pH akan me ia larutan dan muatan partikel atau koloid tanah awal pH tanah Vertisol lebih tinggi daripada tan

an kation Cr pada tanah Vertisol lebih banyak y ah sehingga Vertisol hanya mampu menyediaka

gga tidak banyak terserap oleh Azolla y eracunan. Pada pH tinggi, permukaan sel aka tan negatif, sehingga kekuatan untuk mengikat kin kecil dan mengurangi kemampuan

Vertisol Entisol

60,318 a

93,019 a

Jenis Tanah

organik yang n lempungnya

berbeda tidak ayaan 95 %.

empengaruhi ah. Dari hasil tanah Entisol, k yang terikat kan Cr secara yang dapat akan perlahan at ion-ion Cr penyerapan


(42)

commit to user

2. Pengaruh tinggi g

Genangan A pertumbuhan Az meningkatkan ke azollae dalam pen Pengaruh tinggi g heterosis Anabaen

Gambar 4.7 Penga jumlah Keterangan : ang me den Berdasarkan tidak berpengaruh azollae. Berdasark dalam tanah) me maupun sel hetero genangan air 2 cm

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 S e l A n a b a e n a a zo ll a e (S e l/ d a u n )

gi genangan air terhadap mikrosimbion Anaba

Air merupakan salah satu faktor yang p

Azolla dan Anabaena azollae. Penggenan

ketersediaan P. Unsur P sangat penting bagi enambatan N2, karena P dapat menumbuhkan se

i genangan air terhadap jumlah sel vegetatif dan ena azollae disajikan pada Gambar 4.7:

ngaruh tinggi genangan air terhadap jumlah sel v lah sel heterosis Anabaena azollae

ngka yang diikuti huruf sama pada variabel enunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Mo engan aras kepercayaan 95 %.

kan uji Kruskal-Wallis, diketahui bahwa tinggi g uh terhadap jumlah sel vegetatif dan sel heterosi arkan Gambar 4.7 tinggi genangan air 0 cm (aka emberikan total sel Anabaena azollae baik s terosis yang lebih banyak dibandingkan perlakuan cm dan 7 cm. Menurut Ashton (1974), pertumbu

Vegetatif Heterosis Total Sel

2 798 76 a 223 82 a 302 25 8 a 279 964 a 201 07 a 300 0 71 a 244 498 a 1 788 4 a 262 383 a baena azollae

penting bagi angan dapat

agi Anabaena

sel heterosis. an jumlah sel

l vegetatif dan yang sama Mood Median

i genangan air osis Anabaena akar masuk ke sel vegetatif an pada tinggi buhan Azolla

0 cm 2 cm 7 cm


(43)

commit to user tidak dapat meme

Pada kondisi ter maksimal. Oleh s cm dan 7 cm lebih pada tinggi genang

Gambar 4.8 Peng genang Suhu dan mendukung pertum banyak. Menurut jawab pada penam kondisi suhu ya mengalami denatu N2. Oleh sebab itu

sel Anabaena azoll cm dibandingkan Anabaena azollae persaingan antara air sehingga Azoll tanah. Pada lingk

36,5 37 37,5 38 38,5 39 39,5 0 37.61 R e ra ta S u h u ( o C ) Tinggi

menuhi seluruh luasan lahan bila genangan air tersebut, penambatan N2 pada sel heterosis

sebab itu, jumlah sel heterosis pada tinggi gen lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah s

angan 0 cm.

engaruh rerata suhu dan serapan Cr pada berb ngan air.

n serapan Cr yang rendah pada penggenan tumbuhan Azolla sehingga populasi Anabaena a ut Lumpkin et al. (1980), enzim nitrogenase b nambatan N2 tersusun oleh komponen utama pro

yang tinggi ini akan menyebabkan enzim aturasi dan terjadi penurunan aktivitasnya dalam itu, peningkatan suhu juga menunjukkan penuru zollae. Serapan Cr yang lebih rendah pada tinggi an genangan air 2 dan 7 cm meningkatka llae karena pada genangan 0 cm di dalam ta ra kation Cr dengan kation lain lebih besar daripa olla menyerap Cr lebih sedikit bila akarnya masu

gkungan tumbuh yang baik terdapat banyak se

2 7

37.61 38.63

39,01

ggi genangan air (cm)

0 50.000 100.000 0 2 46,93 98,32 S e ra pa n C r g /po t) Tinggi genan

airnya dalam. is juga tidak enangan air 2 h sel heterosis

erbagai tinggi

angan 0 cm a azollae lebih e bertanggung protein, maka nitrogenase am menambat urunan jumlah gi genangan 0 tkan populasi tanah terjadi ipada di dalam asuk di dalam sel heterosis,

7 98,32

89,13


(44)

commit to user setiap 5 sel vege

heterosis (Ladh

Gambar 4.9 Penga Nitrogen (N tanaman. Unsur in siklus hidup tana kandungan N to dibandingkan deng karena pada tingg yang menghujam lingkungan sehin Menurut Vashishta penambatan gas mempengaruhi ke Semakin banyak s

3. Pengaruh konsen

Anabaena azollae 0,08 0,068 0,07 0,072 0,074 0,076 0,078 0,08 0,082 N to ta l (% )

egetatif dalam filament Anabaena azollae terd dha, 1980).

garuh tinggi genangan air terhadap kadar N total (N) merupakan hara makro utama yang sangat r ini disebut unsur makro primer karena paling pe anaman. Berdasarkan Gambar 4.8 dapat diketa

total Azolla pada genangan 0 cm paling engan tinggi genangan air 2 cm dan 7 cm. Hal ini

ggi genangan air 0 cm, Azolla cenderung memb m ke dalam tanah dan akan lebih tahan terhada ingga laju penambatan N2 dapat berlangsung

ishta (1984) sel heterosis merupakan tempat berl as N2 sehingga jumlah sel heterosis dalam

kemampuan Anabaena azolla untuk menamba k sel heterosis maka semakin besar penambatan N

sentrasi logam berat Kromium terhadap mik

llae 0,081

0,077

0,073

0 2 7

Tinggi Genangan (cm)

terdapat 2 sel

tal Azolla gat diperlukan penting dalam etahui bahwa g tinggi jika ini disebabkan mbentuk akar adap cekaman ng maksimal. erlangsungnya m 1 filamen bat gas N2.

N2.


(45)

commit to user Menurut M

tanah, kontamina Sebagian dari kon pada kondisi lingk sifat dari kontam mekanisme proses Bahkan tanpa kon konsentrasi dari k penambahan kons

Gambar 4.10 Pen jumlah s Keterangan : ang me den Berdasarkan nyata (P=0,000) konsentrasi Cr 0 jumlahnya mulai m Azolla masih dapa tubuhnya berjalan Pada konsentrasi

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 S e l An a b a e n a a zo ll a e ( S e l/ d a u n )

t Mattigod et al. cit. Notodarmojo (2005) di da inan akan bereaksi dengan partikel atau ko ontaminan akan mengalami dinamika reaksi yang

gkungan seperti pH, potensial redoks, dan tempe taminan yang kontak dengan tanah akan me ses yang terjadi antara kontaminan dengan par kontak langsung dengan tanah suatu reaksi atau i kontaminan dapat saja terjadi. Hasil percobaa nsentrasi Cr disajikan pada gambar sebagai berik

engaruh konsentrasi Cr pada berbagai jenis tan h sel vegetati dan heterosis Anabaena azollae

ngka yang diikuti huruf sama pada variabel enunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Mo engan aras kepercayaan 95 %.

kan uji Kruskal-Wallis, konsentrasi Cr berpeng ) menurunkan jumlah Azolla dan Anabaena az 0 ppm merupakan jumlah tertinggi sel Ana lai menurun pada konsentrasi 5 ppm. Pada konsen pat tumbuh dengan baik sehingga proses metaboli lan dengan lancar demikian juga pada Anabae

si 20 ppm merupakan konsentrasi lethal dim

Vegetatif Heterosis Total Sel

491319 a 56059 a 547378 a 297 333 b 201 1 9 b 317 452 a 210 1 33 b 10 222 b 220 356 a 172 3 56 b 74 37 b 179 7 93 b 169 422 b 6 785 b 176 207 b

dalam larutan koloid tanah. ng tergantung peratur.

Sifat-empengaruhi partikel tanah. tau perubahan aan pengaruh rikut :

tanah terhadap yang sama Mood Median ngaruh sangat azollae. Pada nabaena dan sentrasi 0 ppm bolisme dalam aena azollae. imana Azolla 0 ppm 5 ppm 10 ppm 15 ppm 20 ppm


(46)

commit to user menunjukkan war

ditemukan sel veg

Gambar 4.11 Peng Keterangan : Ang

ber Serapan Cr bahwa serapan Cr ini karena Azolla difusi ke jaringan mulai mati (Tabe berlebihan sehing Tingginya konsen semakin menurun Azolla yang sem kecoklatan dan m Azolla juga meny akan berdampak p untuk mengikat lo

0 20 40 60 80 100 120 140 S e ra p a n C r g /p o t)

arna kecoklatan dan menggering daunnya na egetatif dan heterosis pada daun Azolla.

engaruh konsentrasi Cr terhadap serapan Cr Azolla ngka-angka yang diikuti huruf yang sama m erbeda tidak nyata pada uji Mood Median 95%. Cr oleh Azolla berdasarkan Gambar 4.14 m Cr mencapai nilai maksimum pada konsentrasi lla masih dalam kondisi segar sehingga dapat

an akar dengan optimal. Pada konsentrasi 20 bel 4.2) hal ini karena hiperakumulasi ion lo ingga sel yang mengalami hiperakumulasi sentrasi Cr dalam Azolla menyebabkan proses m

un hal ini dapat dilihat dari penampakan fisik emakin menguning dan lama kelamaan akan mengering (mati). Tingginya konsentrasi Cr pa nyebabkan jaringan sel dalam akar akan cepat ru k pada penurunan produksi fitokelati (enzim yang t logam).

0 5 10 15 20

6, 566 a 46, 474 a 5 9, 801 b 1 35, 76 c 131 ,57 b

Konsentrasi Logam Cr (ppm)

namun masih

olla

menunjukkan

menunjukkan si 15 ppm hal at melakukan 0 ppm Azolla logam terlalu i akan mati. s metabolisme isik dari daun kan berwarna pada jaringan rusak hal ini ang digunakan

13

1,

57


(47)

commit to user

Gambar 4.12 N total Azolla pada berbagai konsentrasi Cr

Berdasarkan Gambar 4.12 kandungan N total Azolla pada konsentrasi 0 ppm paling tinggi dan jumlahnya semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi logam Cr tersebut. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi 0 ppm jumlah sel heterosisnya paling tinggi sehingga mampu fiksasi N lebih banyak. Kandungan N total Azolla yang cukup banyak mampu mendukung pertumbuhan Azolla sehingga Azolla dapat terus berfungsi sebagai fitoabsorber yang menyerap logam Cr.

E. Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap pengamatan Anabaena azollae

0,096

0,085

0,073

0,068

0,062

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12

0 5 10 15 20

N

to

tal

(

%

)


(1)

commit to user

Menurut M

tanah, kontamina

Sebagian dari kon

pada kondisi lingk

sifat dari kontam

mekanisme proses

Bahkan tanpa kon

konsentrasi dari k

penambahan kons

Gambar 4.10 Pen

jumlah s

Keterangan : ang

me

den

Berdasarkan

nyata (P=0,000)

konsentrasi Cr 0

jumlahnya mulai m

Azolla masih dapa

tubuhnya berjalan

Pada konsentrasi

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 S e l An a b a e n a a zo ll a e ( S e l/ d a u n )

t Mattigod

et al.

cit. Notodarmojo (2005) di da

inan akan bereaksi dengan partikel atau ko

ontaminan akan mengalami dinamika reaksi yang

gkungan seperti pH, potensial redoks, dan tempe

taminan yang kontak dengan tanah akan me

ses yang terjadi antara kontaminan dengan par

kontak langsung dengan tanah suatu reaksi atau

i kontaminan dapat saja terjadi. Hasil percobaa

nsentrasi Cr disajikan pada gambar sebagai berik

engaruh konsentrasi Cr pada berbagai jenis tan

h sel vegetati dan heterosis Anabaena azollae

ngka yang diikuti huruf sama pada variabel

enunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Mo

engan aras kepercayaan 95 %.

kan uji Kruskal-Wallis, konsentrasi Cr berpeng

) menurunkan jumlah

Azolla

dan

Anabaena az

0 ppm merupakan jumlah tertinggi sel

Ana

lai menurun pada konsentrasi 5 ppm. Pada konsen

pat tumbuh dengan baik sehingga proses metaboli

lan dengan lancar demikian juga pada

Anabae

si 20 ppm merupakan konsentrasi lethal dim

Vegetatif Heterosis Total Sel

491319 a 56059 a 547378 a 297 333 b 201 1 9 b 317 452 a 210 1 33 b 10 222 b 220 356 a 172 3 56 b 74 37 b 179 7 93 b 169 422 b 6 785 b 176 207 b

dalam larutan

koloid tanah.

ng tergantung

peratur.

Sifat-empengaruhi

partikel tanah.

tau perubahan

aan pengaruh

rikut :

tanah terhadap

yang sama

Mood Median

ngaruh sangat

azollae. Pada

nabaena dan

sentrasi 0 ppm

bolisme dalam

aena azollae.

imana

Azolla

0 ppm 5 ppm 10 ppm 15 ppm 20 ppm


(2)

commit to user

menunjukkan war

ditemukan sel veg

Gambar 4.11 Peng

Keterangan : Ang

ber

Serapan Cr

bahwa serapan Cr

ini karena

Azolla

difusi ke jaringan

mulai mati (Tabe

berlebihan sehing

Tingginya konsen

semakin menurun

Azolla yang sem

kecoklatan dan m

Azolla juga meny

akan berdampak p

untuk mengikat lo

0 20 40 60 80 100 120 140 S e ra p a n C r g /p o t)

arna kecoklatan dan menggering daunnya na

egetatif dan heterosis pada daun Azolla.

engaruh konsentrasi Cr terhadap serapan Cr Azolla

ngka-angka yang diikuti huruf yang sama m

erbeda tidak nyata pada uji Mood Median 95%.

Cr oleh

Azolla berdasarkan Gambar 4.14 m

Cr mencapai nilai maksimum pada konsentrasi

lla masih dalam kondisi segar sehingga dapat

an akar dengan optimal. Pada konsentrasi 20

bel 4.2) hal ini karena hiperakumulasi ion lo

ingga sel yang mengalami hiperakumulasi

sentrasi Cr dalam

Azolla menyebabkan proses m

un hal ini dapat dilihat dari penampakan fisik

emakin menguning dan lama kelamaan akan

mengering (mati). Tingginya konsentrasi Cr pa

nyebabkan jaringan sel dalam akar akan cepat ru

k pada penurunan produksi fitokelati (enzim yang

t logam).

0 5 10 15 20

6, 566 a 46, 474 a 5 9, 801 b 1 35, 76 c 131 ,57 b

Konsentrasi Logam Cr (ppm)

namun masih

olla

menunjukkan

menunjukkan

si 15 ppm hal

at melakukan

0 ppm

Azolla

logam terlalu

i akan mati.

s metabolisme

isik dari daun

kan berwarna

pada jaringan

rusak hal ini

ang digunakan

13

1,

57


(3)

commit to user

Gambar 4.12 N total Azolla pada berbagai konsentrasi Cr

Berdasarkan Gambar 4.12 kandungan N total Azolla pada konsentrasi

0 ppm paling tinggi dan jumlahnya semakin menurun seiring dengan

bertambahnya konsentrasi logam Cr tersebut. Hal ini disebabkan karena

pada konsentrasi 0 ppm jumlah sel heterosisnya paling tinggi sehingga

mampu fiksasi N lebih banyak. Kandungan N total

Azolla yang cukup

banyak mampu mendukung pertumbuhan Azolla sehingga Azolla dapat terus

berfungsi sebagai fitoabsorber yang menyerap logam Cr.

E.

Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap pengamatan

Anabaena azollae

0,096

0,085

0,073

0,068

0,062

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12

0 5 10 15 20

N

to

tal

(

%

)


(4)

commit to user

Pengaruh kombinasi perlakuan yaitu jenis tanah, tinggi genangan air dan

konsentrasi Cr memberikan jumlah sel

Anabaena azollae yang berbeda-beda,

seperti disajikan pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Pengaruh Kombinasi Perlakuan terhadap Jumlah Total Sel

Anabaena azollae

Pada kombinasi perlakuan menunjukkan bahwa total sel

Anabaena

azollae semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi Cr. Baik

pada tanah Vertisol maupun Entisols jumlah total sel Anabaena tertinggi terjadi

pada tinggi genangan 0 cm dan konsentrasi Cr 0 ppm hal ini dikarenakan

serapan Cr pada

Azolla

(Gambar 4.13) masih sangat rendah sehingga baik

Azolla maupun sel Anabaena masih dapat tumbuh dengan baik.

F.

Hubungan antar variabel pengamatan

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000

0 5 10 15 20 0 5 10 15 20

Kons Cr,ppm Kons Cr, ppm

Vertisol Entisol

Tanah

T

o

ta

l S

e

l

A

n

a

b

a

e

n

a

a

z

o

ll

a

e

(

S

e

l/

d

a

u

n

)

T.air 0 cm T.air 2 cm T.air 7 cm


(5)

commit to user

Hasil analisis korelasi antar variabel pengamatan pada perlakuan logam

Cr disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Korelasi antar variabel pengamatan

Populasi BB BK N Tot SUHU pH Cr-jrg BB 0,632

0,000

BK 0,480 0,681 0,000 0,000

N Tot 0,151 0,123 0,213 0,156 0,248 0,044

SUHU -0,021 -0,104 -0,192 -0,005 0,843 0,331 0,070 0,962

pH -0,288 -0,424 -0,264 -0,087 -0,043 0,006 0,000 0,012 0,415 0,686

Cr-jrg -0,325 -0,273 -0,214 -0,027 -0,082 -0,053 0,002 0,009 0,043 0,800 0,441 0,619

Cr-Tsd -0,317 -0,436 -0,355 -0,100 -0,214 0,448 -0,066 0,002 0,000 0,001 0,349 0,043 0,000 0,539

Berdasarkan uji korelasi (Tabel 4.3) populasi

Anabaena azollae

berkorelasi positif terhadap biomassa dan N total

Azolla yang artinya semakin

tinggi jumlah populasi

Anabaena azollae dan N total maka biomassa

Azolla

maka juga semakin meningkat. Sedangkan populasi

Anabaena azollae

berkorelasi negatif dengan suhu, pH, Cr jaringan, dan Cr tersedia. Hal ini berarti

semakin meningkatnya suhu dan pH tanah maka akan menurunkan populasi sel

Anabaena azollae karena

Azolla menjadi tidak tahan terhadap cekaman

lingkungan. Dan semakin banyak kandungan Cr dalam

Azolla maka populasi

Anabaena azollae akan menurun karena hiperakumulasi Cr yang berlebihan

akan merusak jaringan sel pada

Azolla

sehingga lama kelamaan

Azolla dan

Anabaena azollae akan mati. Semakin sedikit Cr tersedia maka populasi

Anabaena azollae akan semakin meningkat karena Cr yang dapat diserap oleh

Azolla hanya sedikit


(6)

commit to user

40

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN

1.

Jenis tanah dan konsentrasi Cr berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah

sel vegetatif dan sel heterosis

Anabaena azollae. Populasi

Anabaena

azollae

lebih banyak pada tanah Vertisol dibanding Entisols. Populasi

Anabaena azollae semakin menurun seiring dengan bertambahnya

konsentrasi Cr.

2.

Konsentrasi Cr berpengaruh sangat nyata terhadap biomassa

Azolla

dan

populasi Anabaena azollae.

Biomassa

Azolla dan populasi

Anabaena

azollae semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi Cr.

3.

Interaksi perlakuan jenis tanah dan konsentrasi Cr berpengaruh sangat

nyata terhadap jumlah sel

Anabaena azollae, pada tanah Vertisol tinggi

genangan 0 cm dan konsentrasi 0 ppm mampu memberikan total sel

vegetatif dan sel heterosis Anabaena azollae paling banyak.

4.

Tanah Vertisol yang memiliki tekstur

Clay, KTK sangat tinggi, dapat

mengurangai toksisitas terhadap logam Cr pada tanaman.

B.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai percobaan di daerah

tercemar logam Cr, sehingga dapat dibandingkan kemampuan

Azolla sebagai

fitoabsorber dan populasi

Anabaena azollae

dalam

memfiksasi N

antara di