PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Fitria Aprilyani Zarkasih 0913010093/FE/AK

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh: Fitria Aprilyani Zarkasih

0913010093/FE/AK

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun Oleh : Fitria Aprilyani Zarkasih

0913010093/FE/AK

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 22 Febuari 2013

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dr. Sri Trisnaningsih , SE, M.Si Dr. Sri Trisnaningsih , SE, M.Si

Sekertaris

Dra. Ec. Siti Sundari , M.Si Anggota

Drs. Ec. Sjafii, Ak, MM Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasinal “Veteran” Jawa Timur


(4)

Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala karunia dan rahmat-Nyasehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan baik sesuai dengan harapan semula. Adapun judul

penelitian yang diajukan dalam skripsi kami adalah “PENGARUH

PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Dhani Ichsanuddin, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Hero Priono, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan dan memberikan saran yang berguna bagi penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staff pengajar Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan


(5)

6. Kepada sahabat tersayang Zulfiah Irfa, Astrid Nuriandini Putri, Aldina Dewi, Astritika Puspita Z, Rizka Elis, Sirikit Haviri dan Febrianto Efrat yang selama ini tiada lelah memberikan bantuan dan dukungannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat waktu.

7. Semuanya yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, terima kasih

banyak atas segala yang telah diberikan baik bantuan, dorongan, serta doa. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu kami. Peneliti juga menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Oleh karena itu, kami menghargai semua kritik dan saran yang bersifat membangun karena hal tersebut dapat membawa pengaruh yang lebih baik terhadap diri peneliti untuk mengetahui segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.

Surabaya, Februari 2013


(6)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

ABSTRAK ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 8

1.3Tujuan Penelitian 8

1.4Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Hasil Penelitian Terdahulu 11

2.2Landasan Teori 15

2.2.1 Profitabilitas 15

2.2.2 Struktur Aktiva 16

2.2.3 Modal 17

2.2.3.1 Pengertian Modal 17

2.2.3.2 Pemenuhan Kebutuhan Modal 17


(7)

2.2.4.2 Struktur Modal yang Optimal 23

2.2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur

Modal 24

2.2.5 Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal 27

2.2.6 Pengaruh Struktur Akiva terhadap Struktur Modal 28

2.2.7 Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Aktiva terhadap

Struktur Modal 29

2.3 Kerangka Pikir 30

2.4 Hipotesis 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 33

3.2Teknik Penentuan Sampel 35

3.2.1 Populasi 35

3.2.2 Sampel 36

3.3Teknik Pengumpulan Data 38

3.3.1 Jenis Data 38

3.3.2 Sumber Data 39

3.3.3 Pengumpulan Data 39

3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 39


(8)

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 45

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 60

4.2.1 Variabel Profitabilitas 60

4.2.2 Variabel Struktur Aktiva 62

4.2.3 Variabel Struktur Modal 65

4.3 Hasil Analisis dan Uji Hipotesis 68

4.3.1 Uji Normalitas 68

4.3.2 Asumsi Klasik 69

4.3.3 Persamaan Regresi Linier Berganda 71

4.3.4 Uji F 72

4.3.5 Uji t 74

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 75

4.4.1 Perbedaan Hasil Penelitian Saat ini dengan

Penelitian Terdahulu 78

4.4.2 Keterbatasan Hasil Penelitian 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Saran 80

DAFTAR PUSTAKA xi


(9)

Oleh:

FITRIA APRILYANI ZARKASIH

Abstrac

Capital structure is a clasic problem for the company. The good and bad capital structure will affect the survival of a company. Faced with this, the company should look for funding alternatives selected. The financial manager must arrange for the company to obtain the necessary funds at minimal cost and terms of the most profitable. The purpose of this study was to obtain evidence of whether the profitability and asset structure has an influence on the capital structure.

In this case, researchers used secondary data from company financial statements ICMD and consumer goods industries 2009-2011 period were obtained from the Indonesia Stock Exchange (IDX). Researchers used a sample of 26 companies selected consumer goods industries by purposive sampling. The analysis technique used is multiple linear regression.

The conclusion of this study that partial profitability variable (X1) a significant negative effect on capital structure (Y) while the asset structure (X2) does not significantly influence capital structure (Y). The two variables used in this study (profitability and asset structure) jointly affect the capital structure with a value of 9.4% while the remaining 90.6% is a free variable that is determined by external factors other than the variable profitability and asset structure.


(10)

Oleh:

FITRIA APRILYANI ZARKASIH

Abstrak

Struktur modal merupakan masalah klasik bagi perusahaan. Baik buruknya struktur modal akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan. Menghadapi hal tersebut, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif sumber dana yang dipilih. Manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti apakah profitabilitas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan data sekunder berupa ICMD dan laporan keuangan perusahaan industri barang konsumsi periode 2009-2011 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti menggunakan sampel sebanyak 26 perusahaan industri barang konsumsi yang dipilih secara purposive

sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa secara parsial variabel

profitabilitas (X1) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (Y)

sedangkan struktur aktiva (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur

modalnya (Y). Kedua variabel yang digunakan dalam penelitian ini (profitabilitas dan struktur aktiva) secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal dengan nilai 9,4% sedangkan sisanya sebesar 90,6% merupakan variabel bebas yang ditentukan oleh faktor-faktor eksternal selain variabel profitabilitas dan struktur aktiva.


(11)

1.1. Latar Belakang

Perekonomian berkembang semakin pesat, dimana dunia bisnis dituntut untuk berusaha mengikuti perkembangan yang terjadi. Perusahaan dengan berbagai jenis usaha saling bersaing guna memenuhi pangsa pasar yang menuntut kualitas pelayanan semakin baik, pendistribusian yang semakin cepat, dan produk-produk yang bervariasi. Agar dapat bersaing dengan sukses dan berkelanjutan, pengembangan perusahaan akan selalu dilakukan. Upaya ini merupakan permasalahan tersendiri bagi perusahaan karena menyangkut pemenuhan akan modal yang dibutuhkan.

Kebutuhan akan modal sangat penting dalam membangun dan menjamin kelangsungan suatu perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan berapa besarnya modal yang dibutukan untuk memenuhi atau membiayai kegiatan usahanya. Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan mempunyai jenis yang berbeda-beda.

Umumnya, perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen daripada modal asing. Modal asing hanya digunakan sebagai pelengkap apabila modal sendiri kurang mencukupi.


(12)

Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijakan dalam menentukan apakah kebutuhan dana perusahaan akan dibelanjai oleh modal sendiri atau dengan modal asing.

Menghadapi hal tersebut, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif sumber dana yang dipilih. Manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Manajer keuangan harus mempertimbangkan dengan cermat sifat dan biaya masing-masing sumber modal yang dipilih karena masing-masing sumber modal mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda (Riyanto, 2010:05).

Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya (Munawir, 1997:19).

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana

mencerminkan pula perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2010:22). Struktur modal menggambarkan proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri (Moeljadi, 2006:236). Struktur modal hanya tercermin pada utang jangka panjang dan unsur-unsur modalnya sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen dan dana jangka panjang (Riyanto, 2010:22).


(13)

Setiap perusahaan menghendaki agar dalam keadaan bagaimanapun juga jangan mempunyai hutang yang lebih besar daripada jumlah modal

sendiri, atau dengan kata lain “debt ratio” jangan lebih besar dari 50%

sehingga modal yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri) (Riyanto, 2010:294).

Struktur modal merupakan masalah klasik bagi perusahaan. Baik buruknya struktur modal akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan. Jika perusahaan mengandalkan hutang sebagai sumber modal utamanya, maka beban yang harus ditanggung sangatlah besar. Hal ini akan meningkatkan resiko finansial, dimana resiko saat perusahaan tidak dapat membayar beban bunga dan angsuran-angsuran hutangnya. Struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata adalah struktur modal yang optimal (Riyanto, 2010:294).

Banyak contoh kegagalan perusahaan dalam mengimplementasikan kebijakan yang berkaitan dengan struktur modal. Contoh riil yang masih menarik untuk didiskusikan adalah masalah krisis moneter yang melanda Indonesia. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 menjadikan perekonomian Indonesia semakin memburuk. Krisis ini ditandai dengan adanya penurunan secara drastis pada nilai tukar rupiah terhadap dollar, yang pada akhirnya membuat kinerja perekonomian Indonesia banyak yang mengandalkan utang dalam dollar, dan pemasukan dalam rupiah pun

menjadi “collapse”. Kondisi perekonomian seperti ini akan merambah ke semua sektor, likuidasi beberapa bank, penutupan beberapa perusahaan,


(14)

PHK besar-besaran, dan harga-harga sembako yang semakin melonjak (www.google.com).

Contoh selanjutnya adalah regulasi pemerintah yang berisikan

tentang pengetatan produksi, standarisasi bagi industri, merek dan label yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Aturan dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang tembakau yang dibuat berdasarkan masukan pemerintah daerah, hanya akan memperkuat dominasi perusahaan rokok asing. Saat ini, perusahaan rokok dari Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Cina sedang fokus menggarap pasar rokok di Indonesia.

Peraturan Pemerintah (RPP) tembakau ini terlalu membatasi gerak perusahaan rokok. Ketatnya aturan terlihat misalnya dari niat menutup ruang iklan rokok atau mengganti sekitar 40-50 persen bungkus rokoknya dengan himbauan ancaman bahaya merokok. Akibatnya, itu berpotensi menutup ruang gerak perusahaan dalam menawarkan produknya.

Berkaca pada negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, larangan rokok hanya sebatas imbauan, tidak mengarah ke tahap mematikan industri rokok secara nasional (Tempo.co).

Hal ini sungguh mengecewakan bagi perusahaan yang bergerak di sektor industri rokok. Jelas sangat merugikan, apalagi jika tidak didukung dengan kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pengetatan impor rokok asing. Terkesan industri rokok dalam negeri ini menjadi “anak tiri” di negerinya sendiri.


(15)

Jika pemerintah tidak segera turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka penjualan rokok akan merosot dan keuntungan juga ikut menurun. Hal ini mempengaruhi struktur modal dimana para pemilik modal asing akan berpikir dua kali untuk meminjamkan dananya.

Penjualan yang diprediksi mengalami penurunan akibat adanya regulasi

pemerintah yang berisikan tentang pengetatan produksi, standarisasi bagi industri, merek dan label serta tidak adanya kebijakan tentang pembatasan rokok impor asing akan membuat para pemilik dana mengurangi atau bahkan lebih ekstrim lagi menghentikan pinjamannya. Hal ini sangat wajar dikarenakan para pemilik modal asing tidak mau mengambil resiko jika kedepannya nanti perusahaan mengalami kesulitan dalam mengembalikan hutangnya.

Jika penjualan merosot maka secara langsung profit yang diterima perusahaan akan mengalami penurunan. Hal ini berpengaruh terhadap struktur modal, dimana beberapa pemilik modal asing memiliki persepsi bahwa profitabilitas menjadi salah satu cerminan kinerja perusahaan. Apabila profit yang diterima perusahaan cenderung menurun, maka para pemilik modal asing akan lebih selektif dan hati-hati dalam memberikan pinjamannya.

Perusahaan yang memiliki struktur aktiva (fixed assets) kurang mumpuni akan mengalami kesulitan dalam mencari pinjaman apalagi di saat kondisi yang tidak mendukung seperti contoh diatas. Struktur aktiva (fixed assets) menjadi salah satu penilaian bagi para pemilik modal asing


(16)

untuk memberikan pinjamannya. Struktur aktiva dinilai efektif untuk penjamin modal asing.

Hal tersebut juga terjadi pada ratusan pengusaha tekstil Majalaya yang meminta pemerintah daerah bisa memfasilitasi bantuan permodalan perbankan yang selama ini tidak pernah didapatkan. Pihak perbankan lebih senang menyalurkan bantuan permodalannya ke pengusaha besar ketimbang pengusaha kecil. Pasalnya, seringkali bantuan berupa kredit usaha rakyat pun tetap harus menggunakan jaminan (bisnis-jabar.com).

Sruktur modal perusahaan dipengaruhi banyak faktor dimana faktor-faktor yang utama ialah: tingkat bunga, susunan dari aktiva, kadar resiko dari aktiva, besarnya modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen dan besarnya suatu perusahaan (Riyanto, 2010:297). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006:42), ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan, antara lain: stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat, kondisi pasar dan kondisi internal perusahaan, serta fleksibilitas keuangan.

Hasil pengujian Firnanti (2011) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, artinya profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modalnya. Sedangkan hasil pengujian Kesuma (2009) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap


(17)

struktur modal. Dalam teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2006:43) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang memilki tingkat investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relatif sedikit. Salah satu penjelasan praktis adalah bahwa perusahaan-perusahaan yang sangat menguntungkan seperti Intel, Microsoft, dan Coca-Cola memang sebenarnya tidak banyak membutuhkan pendanaan melalui utang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan mereka melakukan sebagian besar pendanaan secara internal.

Menurut Brigham dan Houston (2006:42), perusahaan yang aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Aktiva untuk tujuan umum yang dapat digunakan oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik. Hasil pengujian Kartika (2009) menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, artinya setiap adanya peningkatan pada struktur aktiva, maka akan diikuti dengan peningkatan struktur modalnya. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Seftianne dan Handayani (2011) yang menyatakan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan publik sektor manufaktur.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil

judul “PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA


(18)

INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan,

permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur

modal pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur

modal pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah profitabilitas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh

terhadap struktur modal pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan untuk menentukan bentuk dan besarnya modal yang akan digunakan.


(19)

Secara spesifik, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk menguji apakah profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap

struktur modal pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk menguji apakah struktur aktiva mempunyai pengaruh

terhadap struktur modal pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi seluruh pihak, diantaranya adalah:

1. Bagi Umum

a. Bagi Perusahaan, digunakan sebagai informasi atau masukan

dalam pengambilan keputusan tentang struktur modal dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan bentuk dan besarnya modal yang akan digunakan oleh perusahaan.

b. Bagi investor, digunakan sebagai bahan pertimbangan yang

bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi pada perusahaan yang akan ditanamkan dananya dengan melihat struktur modal perusahaaan tersebut.


(20)

2. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan juga menguji pengetahuan yang telah didapatkan ketika kuliah untuk dapat diimplementasikan dalam penyusunan penelitian ini.

3. Bagi kalangan Akademik dan Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi sebagai rekomendasi penelitian yang dilakukan di masa yang akan datang.


(21)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan mempunyai hubungan dengan struktur modal adalah sebagai berikut:

1. Ali Kesuma (2009)

“Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”

Rumusan masalah:

a. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penjualan, profitabilitas, dan

rasio hutang terhadap struktur modal.

b. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penjualan, struktur aktiva,

profitabilitas, rasio hutang terhadap harga saham. Kesimpulan:

Teknik analisis yang digunakan oleh Ali Kesuma adalah Structural

Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan program AMOS 7.0. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pertumbuhan

penjualan mempunyai pengaruh negatif dengan struktur modal. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan rasio hutang mempunyai pengaruh yang signifikan


(22)

dengan struktur modal. Pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham. Struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham. Rasio hutang mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham. Profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan dengan harga saham. Sedangkan struktur modal mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham.

2. Andi Kartika (2009)

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI”

Rumusan masalah:

Bagaimana pengaruh bagaimana pengaruh risiko bisnis (bussines

risk), struktur aktiva (tangibility of assets), profitabilitas (profitability) dan ukuran perusahaan (firm size) terhadap struktur

modal pada industri manufaktur yang telah listing di BEI selama periode 2004-2006.

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil analisis menggunakan regresi linier berganda, penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil pengujian variabel independen risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modalnya. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modalnya, sedangkan variabel independen yang lain yaitu struktur aktiva dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur


(23)

modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Seftianne dan Ratih Handayani (2011)

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur”

Rumusan Masalah:

Bagaimana pengaruh profitabilitas, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, resiko bisnis, growth opportunity, kepemilikan manajerial, dan struktur aktiva terhadap struktur modal.

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa growth opportunity dan ukuran perusahaan mempengaruhi struktur modal. Profitabilitas, likuiditas, resiko bisnis, kepemilikan manajerial dan struktur aktiva tidak mempengaruhi struktur modal.

4. Friska Firnanti (2011)

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”

Rumusan masalah:

Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, resiko bisnis, time interest earned, dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal perusahaan.


(24)

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, dapat diperoleh kesimpulan bahwa ukuran perusahaan dan resiko bisnis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Faktor yang berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan adalah time interest earned, dan pertumbuhan perusahaan. Sedangkan profitabilitas mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini terletak pada objek penelitian yaitu perusahaan yang digunakan. Peneliti saat ini menggunakan perusahaan industri barang konsumsi, sedangkan peneliti terdahulu menggunakan perusahaan manufaktur dan real estate.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini terletak pada variabel independen, yaitu profitabilitas dan struktur aktiva. Dalam penelitian terdahulu, profitabilitas dan struktur aktiva merupakan kedua variabel yang menjadi subjek penelitian selain variabel-variabel lain seperti ukuran perusahaan, resiko bisnis, pertumbuhan penjualan, dan masih banyak lagi. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil penelitian saat ini sependapat dengan penelitian terdahulu.


(25)

2.2. Landasan Teori

Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis serta sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan teori serta argumentasi yang disusun sebagai tuntunan dalam memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

2.2.1. Profitabilitas

Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan

mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap, 2002:304).

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston, 2006:107). Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal.

Dari definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa pihak, peneliti dapat menyimpulkan bahwa profitabilitas merupakan hasil akhir dari kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada dengan sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan.

Profitabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio Return on


(26)

pajak terhadap total aktiva (Riyanto, 2010:336). Adapun rumus yang digunakan, yaitu:

Keuntungan Neto Sesudah Pajak ROI =

Total Aktiva

2.2.2. Struktur Aktiva

Aktiva merupakan kemungkinan manfaat ekonomis masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi-transaksi atau kejadian masa lampau (Wield Subramanyan Halsey, 2005:300). Baridwan (2000:20) menyatakan bahwa aktiva adalah manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang diharapkan akan diterima oleh suatu badan usaha sebagai hasil dari transaksi-transaksi di masa lalu. Sedangkan menurut Kieso Weygandt Warfield (2002:219), aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh di masa depan atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktiva adalah manfaat ekonomi yang diperoleh di masa datang sebagai hasil transaksi masa lalu yang diharapkan akan diterima oleh suatu entitas atau badan usaha.

Struktur aktiva ialah perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam arti relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap (Riyanto, 2010:22). Struktur aktiva dapat dihitung dengan cara membandingkan antara aktiva tetap dengan total aktiva (Kesuma, 2009). Adapun rumus yang digunakan, yaitu sebagai berikut:


(27)

Aktiva Tetap SA =

Total Aktiva

2.2.3. Modal

2.2.3.1. Pengertian Modal

Scwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih

luas, dimana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang, maupun dalam bentuk barang, misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya (Riyanto, 2010:18).

Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya (Munawir, 1997:19).

Dengan demikian, modal merupakan bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan berupa modal dalam bentuk pos modal, surplus dan laba ditahan. Sedangkan modal dalam bentuk barang meliputi mesin, barang dagangan, dan lain sebagainya.

2.2.3.2. Pemenuhan Kebutuhan Modal

Pada prinsipnya, pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat disediakan dari sumber intern perusahaan, yaitu sumber yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari sumber intern dikatakan perusahaan itu melakukan pendanaan intern.


(28)

Disamping sumber intern, dalam memenuhi kebutuhan dana suatu perusahaan dapat pula menyediakan dari sumber ekstern, yaitu sumber dana yang berasal dari dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru, penjualan obligasi, dan kredit dari bank. Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari sumber luar disebut pendanaan ekstern. Apabila perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya dipenuhi dari dana yang berasal dari pinjaman, dikatakan perusahaan itu melakukan pendanaan utang. Sedangkan kebutuhan dana diperoleh dari emisi atau penerbitan saham baru dikatakan perusahaan itu melakukan pendanaan modal sendiri (Riyanto, 2010:06).

Dalam melaksanakan fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi pendanaan (financing), manajer keuangan pun harus selalu mencari alternatif-alternatif sumber dana untuk dianalisa, dan dari hasil analisa tersebut harus diambil keputusan alternatif sumber dana atau kombinasi sumber dana mana yang akan dipilih.

2.2.3.3. Biaya Penggunaan Modal

Konsep “biaya penggunaan modal atau biaya modal” atau yang

disebut cost of capital merupakan konsep yang sangat penting dalam pembelanjaan perusahaan. Konsep ini dimasudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber (Riyanto, 2010:245).


(29)

Dengan demikian, konsep cost of capital tersebut dimasukkan untuk dapat menentukan besarnya biaya riil dari penggunaan modal dari masing-masing sumber dana untuk kemudian menentukan biaya modal rata-rata dari keseluruhan dana yang digunakan di dalam perusahaan (Riyanto, 2010:246). Adapun biaya penggunaan dana dari berbagai sumber, yaitu:

1. Biaya penggunaan dana yang berasal dari utang jangka pendek

Pada dasarnya, utang jangka pendek terdiri dari utang perniagaan, utang wesel dan kredit jangka pendek dari bank.

2. Biaya penggunaan dana yang berasal dari utang jangka panjang

Obligasi merupakan pengakuan utang pihak yang mengeluarkan pada pihak yang membeli. Dengan demikian, obligasi adalah suatu janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dan juga bunga setiap tanggal tertentu (Baridwan, 2000:253). Pada dasarnya biaya penggunaan utang jangka panjang atau biaya penggunaan dana berasal dari penjualan obligasi.

3. Biaya penggunaan modal yang berasal dari saham preferen

Saham preferen mempunyai sifat campuran antara utang dan saham biasa. Biaya penggunaan dana berasal dari penjualan saham preferen.

4. Biaya penggunaan modal yang berasal dari laba yang ditahan

Sumber dana yang berasal dari laba ditahan seperti sumber-sumber dana lainnya pun harus diperhitungkan biayanya. Seandainya


(30)

sumber ini memang tanpa biaya, lebih baik keuntungan tersebut dikembalikan kepada pemilik modal sendiri sehingga mereka mempunyai kesempatan untuk menggunakannya.

5. Biaya penggunaan modal yang berasal dari emisi saham biasa baru

Biaya penggunaan dana yang berasal dari emisi saham baru atau

disingkat “biaya saham biasa baru” adalah lebih tinggi daripada biaya penggunaan dana yang berasal dari laba ditahan karena dalam emisi saham baru dibebani biaya emisi.

2.2.3.4. Sumber – Sumber Penawaran Modal

1. Sumber Intern (Internal Sources)

Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber intern atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di

dalam perusahaan adalah “keuntungan yang ditahan” dan

penyusutan (Riyanto, 2010:209).

a. Laba Ditahan

Laba ditahan adalah laba yang ditahan untuk digunakan dalam aktivitas bisnis (Kieso Weygandt Warfield, 2002:354). Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan itu merupakan keuntungan yang ditahan. Keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai deviden dan sebagian ditahan oleh perusahaan.


(31)

b. Depresiasi

Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi (Baridwan, 2000:307). Sebelum depresiasi tersebut digunakan untuk mengganti aktiva tetap, dapat digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai saat penggantian tersebut. Selama waktu itu, depresiasi merupakan sumber penawaran modal di dalam perusahaan itu sendiri.

2. Sumber Ekstern (Exsternal Sources)

Sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan. Dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal dari kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Modal yang berasal dari para kreditur adalah merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan dan modal yang berasal dari para kreditur tersebut ialah modal asing. Sedangkan dana yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan merupakan dana yang akan tetap ditanamkan dalam perusahaan yang bersangkutan adalah modal sendiri. Dengan demikian, pada dasarnya dana yang berasal dari sumber ekstern terdiri dari modal asing dan modal sendiri (Riyanto, 2010:214).


(32)

3. Supplier, Bank dan Pasar Modal sebagai Sumber Ekstern Utama

a. Supplier

Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan di dalam

bentuk penjualan barang secara kredit, baik jangka pendek (kurang dari 1 tahun), maupun untuk jangka menengah (lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun)

b. Bank-Bank

Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama

memberikan kredit disamping pemberian jasa-jasa lain di bidang keuangan. Oleh karena tugas utamanya adalah memberikan kredit, maka bank telah menentukan kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai pemberian kredit. Kredit yang diberikan bank dapat dalam bentuknya kredit jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

c. Pasar Modal

Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang (Samsul, 2006:43). Fungsi pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan kepada unit ekonomi yang defisit tabungan (Riyanto, 2010:219).


(33)

2.2.4. Struktur Modal

2.2.4.1. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal menggambarkan proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri (Moeljadi, 2006:236). Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pula perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang akan digunakan perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan (Riyanto, 2010:22).

2.2.4.2. Struktur Modal yang Optimal

Kalau lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan modal dari sumber eksternal maka ketergantungan akan modal itu sendiri semakin besar, ditambah lagi resiko finansialnya yang tinggi. Sebaliknya jika hanya mengandalkan modal internal saja maka perusahaan tidak akan berkembang. Oleh karena itu, perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber modal tersebut (Riyanto, 2010:293).

Struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2006:07).

Setiap perusahaan menghendaki agar dalam keadaan

bagaimanapun juga jangan mempunyai hutang yang lebih besar daripada


(34)

dari 50% sehingga modal yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri) (Riyanto, 2010:294).

Semua struktur modal adalah baik. Tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2000:299).

2.2.4.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Menurut Riyanto (2010:297), struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor yang utama ialah:

1. Tingkat Bunga

Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah akan mengeluarkan saham atau obligasi.

2. Stabilitas dari “earning”

Suatu perusahaan yang mempunyai “earning” yang stabil akan

selalu dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai

“earning” tidak stabil dan “unpredictable” akan menanggung resiko tidak dapat membayar beban bunga atau tidak dapat membayar angsuran-angsuran utangnya pada tahun-tahun atau keadaan buruk. Teori ini didukung oleh Moeljadi (2006:274) bahwa variabilitas earnings dapat menjadi ukuran resiko bisnis suatu perusahaan maka calon kreditor cenderung memberikan


(35)

pinjaman kepada perusahaan yang memiliki earnings yang relatif stabil.

3. Susunan dari Aktiva

Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya sebagai pelengkap.

4. Kadar Resiko dari Aktiva

Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, makin besar resikonya.

5. Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan

Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai pengaruh terhadap jenis modal yang ditarik. Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu sumber saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Sebaliknya, apabila jumlah modal yang dibutuhkan adalah sangat besar sehingga tidak dapat dipenuhi dari satu sumber saja, maka perlulah dicari sumber dana lain.

6. Keadaan Pasar Modal

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi, para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham.


(36)

7. Sifat Manajemen

Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.

8. Besarnya Suatu Perusahaan

Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi

kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan

dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Suatu perusahaan yang berukuran besar lebih mudah memperoleh pinjaman jika dibandingkan dengan perusahaan kecil (Moeljadi, 2006:274). Menurut Brigham dan Houston (2006:42), perusahaan umumnya mempertimbangkan faktor-faktor berikut ketika membuat keputusan struktur modal, yaitu:

1. Stabilitas penjualan.

2. Struktur aktiva.

3. Leverage operasi.

4. Tingkat pertumbuhan.

5. Profitabilitas.

6. Pajak.

7. Pengendalian.

8. Sikap manajemen.

9. Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat.


(37)

11.Kondisi internal perusahaan.

12.Fleksibilitas keuangan.

Sedangkan menurut teori Husnan (2000, 334), faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan struktur modal adalah:

1. Lokasi distribusi keuntungan.

2. Stabilitas penjualan dan keuntungan.

3. Kebijakan deviden.

4. Pengendalian.

5. Resiko kebangkrutan.

2.2.5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston, 2006:107). Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal.

Perusahaan yang memiliki keuntungan atau profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan profit tersebut untuk pembiayaan internal. Menurut Brigham dan Houston (2006:43), perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relatif sedikit. Meskipun tidak terdapat pembenaran teoritis atas fakta ini, salah satu penjelasan praktis adalah bahwa perusahaan-perusahaan yang sangat menguntungkan seperti Intel, Microsoft dan Coca-Cola memang sebenarnya tidak banyak membutuhkan pendanaan melalui utang. Tingkat pengembalian mereka yang tinggi


(38)

memungkinkan mereka melakukan sebagaian besar pendanaan secara internal.

Sedangkan pendapat yang dikemukakan oleh Husnan (2000:336), bahwa semakin stabil keuntungan maka semakin besar kemungkinan perusahaan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Dengan demikian, perusahaan akan semakin berani menggunakan hutang.

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

2.2.6. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal

Menurut Brigham dan Houston (2006:42), perusahaan yang aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Aktiva untuk tujuan umum yang dapat digunakan oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik.

Hasil pengujian Kartika (2009) menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI diterima, artinya setiap adanya peningkatan pada struktur aktiva, maka akan diikuti dengan peningkatan struktur modalnya.

Apabila komposisi aktiva suatu perusahaan bersifat

capital-intensive, maka yang diutamakan adalah equity-financing. Artinya, modal

pinjaman hanya merupakan pelengkap, terutama untuk memenuhi kebutuhan dana bagi pemodal kerja (Moeljadi, 2006:275).

Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.


(39)

2.2.7. Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal

Profitabilitas dan struktur aktiva merupakan dua variabel yang diambil dalam penelitian ini sebagai variabel independen yang berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen yaitu struktur modal.

Dari hasil pengujian Firnanti (2011) menunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh negatif terhadap strukutur modal. Artinya, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi memiliki dana internal yang lebih tinggi sehingga mendorong penggunaan utang yang lebih sedikit. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Brigham dan Houston (2006:43), perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relatif sedikit. Meskipun tidak terdapat pembenaran teoritis atas fakta ini, salah satu penjelasan praktis adalah bahwa perusahaan-perusahaan yang sangat menguntungkan seperti Intel, Microsoft dan Coca-Cola memang sebenarnya tidak banyak membutuhkan pendanaan melalui utang. Tingkat pengembalian mereka yang tinggi memungkinkan mereka melakukan sebagaian besar pendanaan secara internal.

Menurut Brigham dan Houston (2006:42), perusahaan yang aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Aktiva untuk tujuan umum yang dapat digunakan oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik. Hasil penelitian Kartika (2009) menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal, artinya setiap adanya peningkatan pada struktur


(40)

aktiva, maka akan diikuti dengan peningkatan struktur modalnya. Dalam teori Riyanto (2010:217) bahwa pada umumnya, pemberian kredit oleh bank adalah berdasarkan hasil penilaian dari bank tersebut terhadap permohonan kredit mengenai berbagai aspek, salah satunya collateral.

Collateral menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai

jaminan atas kredit yang diberikan oleh Bank.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan sehingga dapat dijadikan dasar dalam pembuatan kerangka pikir. Adapun kerangka pikir yang telah peneliti susun, yaitu:


(41)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan uraian pada landasan teori diatas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:

H1: Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal pada

perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2: Struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal pada

perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Profitabilitas (X1)

Struktur Aktiva (X2)

Struktur Modal (Y1)


(42)

H3: Profitabilitas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap

struktur modal pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(43)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasi kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2005:126).

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Profitabilitas (X1), dan Struktur Aktiva (X2) sebagai variabel bebas.

Sedangkan Struktur Modal sebagai variabel terikat (Y).

Variabel-variabel penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel Bebas (X)

a. Profitabilitas (X1)

Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini juga memberi gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Sawir, 2005:18).


(44)

Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio Return on

Investment. Return on Investment (ROI) merupakan rasio laba

rugi setelah pajak terhadap total aktiva. Skala pengukurannya dengan rasio dan dinyatakan dalam presentase. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah (Riyanto, 2010:336):

Keuntungan Neto Sesudah Pajak ROI =

Total Aktiva

b. Struktur Aktiva (X2)

Struktur aktiva ialah perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam arti relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap (Riyanto, 2010:22). Cara mengukurnya dengan perbandingan atau perimbangan antara aktiva tetap dengan total aktiva (Kesuma, 2009). Skala pengukurannya dengan rasio dan dinyatakan dalam persentase. Adapun persamaannya sebagai berikut:

Aktiva Tetap SA =


(45)

2. Variabel Terikat (Y)

a. Struktur Modal (Y)

Struktur modal menggambarkan proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri (Moeljadi, 2006:236). Sedangkan menurut Riyanto (2010:22), struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pula perimbangan antara utang

jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila kita

membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri, maka disebut dengan istilah struktur modal (capital

structure) yang menggambarkan kemampuan modal sendiri

menjamin utang jangka panjang. Skala pengukurannya dengan rasio dan dinyatakan dalam persentase. Untuk perhitungannya sebagai berikut (Moeljadi, 2006:52):

Utang Jangka Panjang

Struktur Modal =

Modal Sendiri

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang yang telah ditetapkan (Nazir, 2005:271). Populasi merupakan kelompok subjek atau objek yang memilki ciri-ciri atau


(46)

karakteristik-karakteristik yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004:44).

Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong dalam kelompok perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2011. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 41 perusahaan.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004:44).

Teknik purposive sampling digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian (Bungin, 2006:115). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil dari populasi dilakukan dengan purposive sampling yang didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu:

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah

perusahaan industri barang konsumsi.

2. Perusahaan industri barang konsumsi terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama tahun 2009-2011.

3. Perusahaan industri barang konsumsi mengalami profit selama 3


(47)

Dari populasi sebanyak 41 perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diperoleh sebanyak 26 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel, yaitu:

1. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

2. Cahaya Kalbar Tbk.

3. Delta Djakarta Tbk.

4. PT Fast food Indonesia Tbk.

5. Indofood Sukses Makmur Tbk.

6. Multi Bintang Indonesia Tbk.

7. Mayora Indah Tbk.

8. Prashida Aneka Niaga Tbk.

9. Sekar Laut Tbk.

10.Siantar Top Tbk.

11.Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk.

12.Tunas Baru Lampung Tbk.

13.Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk.

14.Gudang Garam Tbk.

15.Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.

16.Darya Varia Laboratoria Tbk.

17.Indofarma Tbk.

18.Kimia Farma Tbk.

19.Kalbe Farma Tbk.


(48)

21.Pyridam Farma Tbk.

22.Tempo Scan Pasific Tbk.

23.Mustika Ratu Tbk.

24.Mandom Indonesia Tbk.

25.Unilever Indonesia Tbk.

26.Kedawung Setia Industrial Tbk.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang mana data ini diperoleh dan dikelola sedemikian rupa untuk keperluan penelitian. Data dan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (Bungin, 2006:122).

Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara langsung dari objek penelitian melainkan dari pihak lain. Data sekunder yang digunakan meliputi ICMD dan laporan keuangan perusahaan industri barang konsumsi periode 2009-2011. Sumber data sekunder diharapkan dapat berperan membantu mengungkap data yang diharapkan (Bungin, 2006:123).


(49)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang peneliti gunakan diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Di BEI (Bursa Efek Indonesia), terdapat data-data mengenai laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan oleh peneliti yaitu perusahaan industri barang konsumsi.

3.3.3. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah teknik atau metode dokumenter. Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis (Bungin, 2006:144). Metode ini mengumpulkan dan menggunakan data yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi linier berganda (multiple linear regression) adalah hubungan sebuah variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen. Analisis regeresi linier berganda adalah suatu metode statistik umum yang digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen


(50)

dengan beberapa variabel independen. Adapun bentuk matematis analisis regresi linier berganda adalah (Sulaiman, 2004:80):

Y = α + β1X1 + β2X2 + e

Dimana:

Y = variabel struktur modal

α = konstanta

β1 dan β2 = koefisien regresi

X1 = variabel profitabilitas

X2 = variabel struktur aktiva

e = standar error

Sebelum melakukan uji hipotesis, sesuai dengan ketentuan bahwa dalam uji regresi linier berganda harus dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu agar penelitian tidak bias dan untuk menguji kesalahan model regresi yang dilakukan dalam penelitian. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu :

1. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali, 2009:95). Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai Variance Inflation Factor (VIF).


(51)

Dasar pengambilan keputusan:

a. VIF ≥ 10 menunjukkan terjadinya multikolinearitas atau korelasi antar variabel independen (profitabilitas dan struktur aktiva)

b. VIF < 10 menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas atau

korelasi antar variabel independen (profitabilitas dan struktur aktiva).

2. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2009:125). Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Rank Spearman (Santoso, 2003:242).

Proses pengambilan keputusan:

a. Ho: kedua variabel tidak ada hubungan satu dengan yang lain.

b. Hi: kedua variabel ada hubungan yang signifikan satu dengan

yang lain.

Dasar pengambilan keputusan:

a. Probabilitas > 0,05 maka Ho diterima.

b. Probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.

3. Autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu korelasi antara nilai variabel dengan nilai variabel yang sama pada lag satu atau lebih sebelumnya (Suharjo, 2008:93). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka


(52)

dilakukan pengujian Durbin – Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Sulaiman, 2004:89):

a. 1,65 < DW < 2,35 menunjukkan tidak adanya autokorelasi.

b. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 menunjukkan tidak dapat disimpulkan.

c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 menunjukkan terjadinya

autokorelasi.

3.4.2. Teknik Pengujian Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2009:147). Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya Kolmogorov Smirnov test (Sumarsono, 2004:40). Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut: a. Jika nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka

distribusi adalah tidak normal.

b. Jika nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.

3.4.3. Uji Hipotesis

Pengujian terhadap model regresi linier berganda pada penelitian


(53)

1. Pengujian menyeluruh atau simultan (Uji F)

Uji F disebut juga uji serempak atau uji simultan (Gujarati, 1995:120). Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap semua variabel bebas yang meliputi profitabilitas dan struktur aktiva secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal. Dengan demikian, akan dapat diketahui model hubungan fungsional antara variabel terikat dengan variabel bebas yang terbentuk pada penelitian ini.

Formulasi hipotesis:

a. Ho : βi = 0, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Ho : βi ≠ 0, artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi), dasar pengambilan keputusannya adalah:

a. Jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima.

b. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.

2. Uji koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan dalam menerangkan variasi-variasi variabel dependen.


(54)

berarti kemampuan variabel-veriabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:87).

3. Pengujian individual atau parsial (Uji t)

Uji t dimaksudkan untuk menguji pengaruh setiap variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y). Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan (Sulaiman, 2004:87).

Formulasi hipotesis:

a. Ho : βi = 0 menunjukkan bahwa variabel independen tidak ada

pengaruh terhadap struktur modal.

b. Ho : βi ≠ 0 menunjukkan bahwa variabel independen ada

pengaruh terhadap struktur modal.

Berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi), dasar pengambilan keputusannya adalah:

c. Jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima.


(55)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

1. PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA)

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk ("Perseroan" atau "TPS") telah menjadi perusahaan publik dengan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003. TPS adalah salah satu perusahaan yang termasuk dalam Indeks Kompas 100 dan mendapat penghargaan Best Consumer Goods Industry Public Listed Company.

TPS beroperasi di bidang makanan, agrobisnis, dan beras melalui anak perusahaannya. Divisi Manufaktur Makanan yang berjalan selama lebih dari 50 tahun telah menjadi roda penggerak Perseroan. Namun, kinerja Divisi Agrobisnis dan Divisi Beras telah berkembang pesat dan terus tumbuh dalam memberikan kontribusi finansial kepada Perseroan.

2. PT. Cahaya Kalbar Tbk (CEKA)

PT. Cahaya Kabar Tbk adalah suatu perseroan terbatas berkedudukan di Kabupaten bekasi dengan alamat di Jalan Industri Selatan 3 Blok GG No. 1, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi 17550-Propinsi Jawa Barat (Perseroan). Perseroan bergerak di bidang industri dan perdagangan minyak nabati yaitu minyak kelapa sawit beserta produk


(56)

turunannya, biji tengkawang, minyak tengkawang dan minyak nabati spesialitas.

3. PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA)

PT. Delta Djakarta (“Perseroan”) didirikan pada tahun 1932 oleh suatu kelompok usaha Jerman yang pada awalnya bernama Archipel Brouwerij NV, selanjutnya kelompok usaha Belanda mengambil alih Perseroan dan merubah namanya menjadi NV De Oranje brouwerij. Pada tahun 1970, Perseroan berubah nama dengan namanya yang dkenal saat ini, PT. Delta Djakarta.

Perseroan memproduksi dan mendistribusikan produk Bir Pilsener

dan Bir Hitam untuk pasar dvmestik dengan merek dagang Anker Bir, Anker Stout, Carlsberg, San Miguel pale Pilsen, SanMig Light and Kuda Putih, serta produk minuman non-alkhohol dengan merek dagang Sodaku. Perseroan juga memproduksi dan mengekspor berbagai merek bir pilsener.

4. PT. Fast Food Indonesia Tbk (FAST)

PT. Fast Food Indonesia Tbk. adalah satu-satunya pemegang hak waralaba KFC untuk seluruh Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh Gelael Group pada 1978 sebagai pihak yang mengawali akuisisi hak waralaba KFC untuk seluruh Indonesia.

Produk unggulan Perseroan, Colonel’s Original Recipe dan Hot &


(57)

Indonesia, dan konsisten sebagai ayam goreng paling lezat menurut berbagai survei di Indonesia.

5. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di pasar. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, indofood memperoleh manfaat dari ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat kelompok usaha strategis (Grup) yang saling melengkapi. Grup tersebut adalah produk konsumen bermerek (CBP) yang dijalankan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan terkemuka dan dikenal di indonesia. Grup kedua yaitu Bogasari yang kegiatan usaha utamanya memproduksi tepung terigu dan pasta. Grup ketiga adalah Agribisnis yang dijalankan oleh PT Salim Pratama Tbk. Kegiatan usaha utama grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan, pemuliaan dan pengvlahan kelapa sawit hingga produksi dan pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening bermerek. Grup keempat yaitu Distribusi yang kegiatan utamanya mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen indofood dan anak-anak perusahaannya, serta berbagai produk pihak ketiga.


(58)

6. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)

Pertama kali didirikan dengan nama Nederlandsch-Indische

Bierbrouwerijen di Medan pada tahun 1929, perusahaan ini

mengoperasikan brewery-nya di Surabaya sebelum membangun brewery kedua di Tangerang pada tahun 1972.

MBI sinonim dengan bir Bintang, merek bir unggulan Indonesia. Selain menawarkan portofolio merek bir dan minuman ringan, MBI juga memproduksi dan memasarkan Heineken, Bintang Zero dan Green Sands di Indonesia. Meskipun brewery MBI berada di Sampang Agung dan Tangerang, MBI melalui anak perusahaannya, PT Multi Bintang Indonesia Niaga telah memantapkan pijakannya dalam bidang penjualan dan pemasaran di seluruh kota besar di Indonesia yang terbentang dari Medan di Sumatra Utara hingga ke Jayapura di Papua.

7. PT. Mayora Indah Tbk (MYOR)

PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977 dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang. Menjadi perusahaan publik pada tahun 1990 Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. memiliki 6 (enam) divisi yang masing masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi, meliputi devisi biskuit, devisi kembang gula, devisi wafer, devisi coklat, devisi kopi dan devisi makanan kesehatan.


(59)

8. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN)

Perseroan yang didirikan dengan Akta Pendirian nomor 7 pada tanggal 16 April 1974, semula bernama PT Aneka Bumi Asih dan berkedudukan di Jakarta. Berdasarkan Akta Nomor 189 tanggal 25 April 1984 tempat kedudukan Perseroan dipindahkan dari Jakarta ke Palembang. Bidang usaha Perseroan dan Anak Perusahaan yang utama adalah pengolahan dan perdagangan hasil-hasil bumi seperti kopi dan karet remah. Industri karet remah Perseroan yang terletak di Palembang menghasilkan 3 jenis Standard Indonesia Rubber (SIR) yaitu: SIR 5, SIR 10 dan SIR 20.

9. PT. Sierad Produce Tbk (SKLT)

Sierad Produce, dahulu bernama PT Betara Darma Export, berdiri pada tanggal 6 September 1985. Nama Sierad mulai diguakan pada tanggal 27 Desember 1996 saat persiapan Public listing di Bursa Efek Jakarta. Bisnis utama perusahaan ini meliputi produksi pakan ternak, pembibitan ayam, penetasan telur, produksi anak ayam (DOC), kemitraan, rumah potong ayam, industri peralatan peternakan dan industri tepung ikan.

10. PT. Siantar Top Tbk (STTP)

PT. Siantar Top Tbk (perusahaan) didirikan berdasarkan akte No 45 tanggal 12 Mei 1987 dari Ny. Endang Widjajanti, S.H. notaris di


(60)

Sidoarjo dan akte perubahannya No. 64 tanggal 24 Maret 1988 dari notaris yang sama.

Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak pada bidang industri makanan ringan, yaitu mie (snang gck noodle), kerupuk (crackers) dan kembang gula (candy). Perusahaan berdomisili di Sidoarjo, Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo (Jawa Timur), Medan (Sumatera Utara), dan Bekasi (Jawa Barat).

11. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR)

Didirikan tahun 1962, PT Sinar Mas Agro Resources and

Technology Tbk (“SMART” atau “Perseroan”) saat ini adalah salah satu

perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit terintegrasi yang terbesar di Indonesia. Aktivitas utama Perseroan dimulai dari penanaman dan pemanenan pohon sawit, pengolahan tandan buah segar

(“TBS”) menjadi minyak kelapa sawit (“CPO”) dan inti sawit (“PK”),

serta penyulingan CPO menjadi produk industri dan konsumen seperti minyak goreng, margarin dan shortening.

12. PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)

Sejak PT Tunas Baru Lampung Tbk mulai beroperasi di Lampung pada awal 1970, Perseroan telah berkembang menjadi salah satu produsen minyak goreng terbesar dan termurah. PT Tunas Baru Lampung Tbk


(61)

pertama kali terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tanggal 14 Februari 2000.

13. PT. Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ)

Bermula dari usaha keluarga yang dirintis sejak awal tahun 1960an oleh Bapak Achmad Prawirawidjaja (alm), PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (“Perseroan”) dari tahun ke tahun terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu perusahaan yang cukup terkemuPerseroan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman.

Di bidang minuman, perseroan ini memproduksi rupa-rupa jenis minuman seperti minuman susu cair, minuman teh, minuman tradisional dan minuman untuk kesehatan.

14. PT. Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA)

PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (“Darya-Varia” atau“Perseroan”)

memulai operasinya di Indonesia pada 1976. Darya-Varia menjadi

perusahaan terbuka tahun 1994 sebagai bagian dari rencana

pengembangannya. Tahun 1995, Perseroan mengakuisisi PT Pradja Pharin (Prafa), memperkuat bisnis Perseroan dalam memproduksi berbagai macam produk obat resep dan Consumer Health (OTC dan Naturals).

Pabrik Darya-Varia di Gunung Putri, Bogor, memiliki spesialisasi

dalam produksi kapsul gelatin lunak dan produk-produk cair, sementara pabrik Prafa di Citeureup, Bogor, memiliki spesialisasi dalam produksi


(62)

injeksi steril dan produk padat. Darya-Varia juga melakukan toll

manufacturing dengan perusahaan afiliasinya, PT Medifarma Laboratories,

di pabrik Cimanggis, Depok.

15. PT. Indofarma Tbk (INAF)

Pada tahun 1918, pemerintah Belanda melakukan pengadaan obat dan alat kesehatan di Indonesia dengan membuat salep dan pemotongan

kain kasa pembalut yang dilakukan di Centrale Burgelijke Zeinkeninrichting

(CBZ) yang sekarang dikenal Rumah sakit Cipto Mangunkusumo di Jakarta. Pabrik tersebut dipimpin oleh Drs. J. A. R. Benhke, Apt, seorang warga negara Belanda keturunan Jerman. Kemudian lokasi pabrik dipindahkan ke jalan Tambak No 2, Manggarai Jakarta, sehingga dikenal sebagai pabrik obat Manggarai.

Tanggal 14 Februari 1967 berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.008/II/Am/67, nama pabrik Manggarai diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan dan ditetapkan sebagai unit operatif setingkat Direktorat Jenderal Farmasi. Tugas pokok pabrik ini adalah memproduksi obat yang berdasarkan pesanan Departemen Kesehatan RI. Pada tahun 1969-1975 pabrik mengalami renovasi dan pada tahun 1979 ditetapkan menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan.

Pada tanggal 11 Juli 1981 berdasarkan PP No.20 tahun 1981, Pusat Produksi Farmasi diubah dari perusahaan umum menjadi Indonesia Farma (Perum Indofarma) yang direalisasikan pada tanggal 1 April 1983. Pada


(63)

tanggal 26 Januari 1996, Perum Indofarma diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT Indofarma) melalui PP No.34 tanggal 20 September 1995.

Pada tahun 2001 PT Indofarma (Persero) melakukan penawaran saham perdanakepada masyarakat dan mendaftarkan seluruh saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta resmi menjadi sebuah perusahaan terbukadengan nama PT. Indofarma (Persero) Tbk.

16. PT. Kimia Farma Tbk (KAEF)

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).

Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan ini kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.


(64)

17. PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Kalbe didirikan pada tahun 1966. Pada tahun 1991, Kalbe terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan publik. Kalbe telah jauh berkembang dari awal mulanya sebagai usaha farmasi yang dikelola di sebuah garasi di wilayah Jakarta Utara. Saat ini Kalbe telah menjadi perusahaan produk kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara yang memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar USD 3,9 miliar dan omset penjualan Rp 10,91 triliun pada akhir tahun 2011.

Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 divisi, yaitu divisi obat resep, divisi produk kesehatan, divisi nutrisi serta divisi distribusi dan logistik. Saat ini Kalbe didukung lebih dari 15.000 karyawan termasuk 4.000 tenaga pemasaran dan penjualan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sehingga Kalbe mampu menjangkau 70% dokter umum, 90% dokter spesialis, 100% rumah sakit, 100% apotek untuk pasar obat-obat resep serta 80% untuk pasar produk kesehatan dan nutrisi.

18. PT. Merck Tbk (MERK)

Di Indonesia, PT Merck Tbk (selanjutnya disebut 'Perseroan') adalah pemain utama dalam industri farmasi dan bahan kimia. Dalam area farmasi, perseroan memproduksi dan memasarkan produk-produk obat bebas (tanpa resep) melalui melalui Divisi Perawatan Kesehatan Konsumen, dan obat-obatan peresepan melalui Divisi Merck Serono. Merek-merek yang dipasarkan Perseroan di Indonesia termasuk


(65)

produk-produk yang telah sangat diterima dan dipercaya oleh konsumen dan praktisi medisi Indonesia, seperti Sangobion® dan Neurobion®.

19. PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA)

PT. Pyridam Farma Tbk. didirikan pada tanggal 27 November 1976 berdasarkan Akta Notaris No. 31 yang dibuat oleh Notaris Tan Tiong Kie dan disahkan oleh Kementrian Kehakiman Indonesia melalui Surat Keputusan No. YA 5/118/3 tertanggal 17 Maret 1977 dengan nama PT. Pyridam. Pengesahan pendirian PT. Pyridam telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 102, Suplemen No. 801 tertanggal 23 Desember 1977.

Perseroan dibentuk oleh para pendiri dengan tujuan awal utama untuk memproduksi dan memasarkan produk veteriner. Pada tahun 1985 Perseroan ini mulai memproduksi produk farmasi dan pada tanggal 1 Februari 1993, PT. Pyridam Veteriner didirikan untuk memisahkan kegiatan produksi farmasi dari kegiatan produksi veteriner.

20. PT. Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC)

PT. Tempo Scan Pacific Tbk dan anak perusahaannya (Perseroan) merupakan bagian dari kelompok usaha swasta nasional Grup Tempo yang telah memulai usaha perdagangan produk farmasi sejak tahun 1953. PT Tempo Scan Pacific Tbk dibentuk melalui proses restrukturisasi pada tahun 1991 dan semula bernama PT. Scanchemie yang pada tahun 1970


(66)

memulai kegiatan produksi komersial produk farmasi dalam skala besar. Seiring dengan perjalanan waktu, Perseroan melalui anak perusahaannya memproduksi produk kosmetika dan produk konsumen sejak tahun 1977.

21. PT. Gudang Garam Tbk (GGRM)

Gudang Garam, dengan pangsa pasar sebesar 20% (dihitung berdasarkan data pembelian pita cukai oleh seluruh industri rokok), merupakan produsen rokok kretek terkemuka dengan produk-produk yang sudah dikenal luas oleh masyarakat di seluruh Nusantara. Perseroan ini juga menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44.600 orang yang sebagian besar terlibat dalam produksi rokok (khususnya sigaret kretek tangan) dan selebihnya dalam bidang distribusi dan sarana penunjang lainnya.

Perseroan menghasilkan berbagai jenis rokok kretek, termasuk rokok rendah tar dan nikotin serta produk tradisional sigaret kretek tangan. Gudang Garam memiliki fasilitas percetakan kemasan rokok, dan disamping itu juga memiliki dua anak perusahaan utama yaitu PT Surya Pamenang, yang memproduksi kertas karton untuk kemasan, dan PT Surya Madistrindo, sebagai distributor tunggal produk Perseroan.

22. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP)

Sampoerna didirikan pada tahun 1913 di Surabaya oleh Liem Seeng Tee dan istrinya Siem Tjiang Nio, imigran Tionghoa dari Fujian,


(67)

Tiongkok dengan nama Handel Maastchpaij Liem Seeng Tee yang kemudian berubah menjadi NV Handel Maastchapij Sampoerna.

Perusahaan ini meraih kesuksesan dengan merek Dji Sam Soe pada tahun 1930-an hingga kedatangan Jepang pada tahun 1942 yang memporak-porandakan bisnis tersebut. Setelah masa tersebut, putra Liem, Aga Sampoerna mengambil alih kepemimpinan dan membangkitkan kembali perusahaan tersebut dengan manajemen yang lebih modern. Nama perusahaan juga berubah seperti namanya yang sekarang ini.

PT. Hanjaya Mandala Sampoerna sebelumnya merupakan perusahaan yang dimiliki keluarga Sampoerna, namun sejak Maret 2005 kepemilikan mayoritasnya berpindah tangan ke Philip Morris, perusahaan rokok terbesar di dunia dari Amerika Serikat, mengakhiri tradisi keluarga yang melebihi 90 tahun.

23. PT. Mustika Ratu Tbk (MRAT)

Pada tahun 1975 didirikan PT. Mustika Ratu. Pada awalnya jamu yang diproduksi hanya lima macam, yaitu erawatan wanita, perawatan

remaja, putri ”Sedet Saliro” (Pelangsing tubuh), ”Sepetan Sari”

(Keputihan), ”Kesepuhan” (Menopause), dan beberapa macam kosmetik tradisional seperti Lulur, Mangir, Bedak Dingin dan Air Mawar. Pada tahun yang sama, beliau mengajarkan ilmu kecantikan secara tradisional kepada para ahli kecantikan, pemilik salon dan sanggar. Tanggal 8 April 1981, pabrik PT. Mustika Ratu diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI


(68)

pada waktu itu Bapak Dr. Soewardjono Soeryaningrat, dengan jumlah karyawan 150 orang.

Perusahaan memproduksi lebih dari 500 produk kosmetik, yang memberi kontribusi terbesar dalam omset penjualan dan keuntungan perusahaan, terdiri dari beberapa kategori produk, yaitu produk perawatan wajah, tata rias dasar, tata rias dekoratif, perawatan rambut dan perawatan tubuh.

24. PT. Mandom Indonesia Tbk (TCID)

Pada November 1969 perseroan ini berdiri dengan nama PT. Tancho Indonesia Co. Ltd. Memulai produksi secara komersial di pabrik Sunter, Jakarta tahun 1971. Perusahaan ini berubah nama menjadi PT. Mandom Indonesia Tbk dan diikuti dengan pergantian logo perseroan pada Januari 2001.

PT. Mandom Indonesia Tbk bergerak di bidang Industri Kosmetika, wangi-wangian, perbekalan kesehatan rumah tangga, toiletries, dan kemasan plastik.

25. PT. Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

PT. Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia. Rangkaian produk Perseroan mencakup produk Home & Personal Care serta Foods & Beverages ditandai dengan brand-brand terpercaya dan ternama di dunia,


(1)

79

4.4.2.Keterbatasan Penelitian

Setelah melakukan analisis data, pengujian hipotesis serta pendeskripsikan hasil penelitian, maka diperoleh keterbatasan, yaitu: 1. Sampel penelitian relatif kecil, hanya pada perusahaan industri barang

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Jumlah variabel yang diteliti pada penelitian ini hanya terbatas pada variabel profitabilitas dan struktur aktiva.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh profitabilitas dan struktur aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 hingga 2011. Untuk menjawab tujuan tersebut, digunakanlah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa secara parsial variabel profitabilitas (X1) terbukti berpengaruh terhadap struktur modal (Y), yaitu berpengaruh negatif sedangkan struktur aktiva (X2) tidak terbukti berpengaruh terhadap struktur modal (Y). Kedua variabel yang digunakan dalam penelitian ini (profitabilitas dan struktur aktiva) secara bersama-sama terbukti berpengaruh terhadap struktur modal, hanya saja pengaruhnya relatif sangat rendah.

5.2.Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan diatas, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan dirasa cukup baik dalam menentukan struktur modalnya. Hal ini harus terus dipertahankan dan dimaksimalkan


(3)

81

lagi sehingga penggunaan modal sendiri bisa lebih optimal dibandingkan utang jangka panjang untuk periode selanjutnya. 2. Bagi pihak manajemen agar jauh lebih cermat dan hati-hati dalam

memilih sumber modal yang terbaik untuk perusahaan. Ingat bahwa setiap sumber modal yang dipilih memiliki konsekuensi finansial yang berbeda-beda.

3. Calon investor harus menganalisa lebih dalam lagi tentang struktur modal perusahaan yang akan dipilih sehingga dana yang diinvestasikan benar-benar menguntungkan bukan malah sebaliknya.

4. Diharapkan agar penelitian yang akandatang dapat memperluas jangkauan populasi dan memperpanjang periode pengamatan serta dapat menambah jumlah variabel agar hasil penelitian lebih bervariasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2000, Intermediate Accounting, Edisi Ke Tujuh, BPFE, Yogyakarta.

Brigham, Eugene dan Houston, Joel, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jilid 1 dan 2, Edisi Ke Sepuluh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Bungin, M Burhan, 2006, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Edisi Pertama, Kencana, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Penerbit BPUD, Semarang.

Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Sumarno Zain. Erlangga. Jakarta

Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Husnan, Suad, 2000, Manajemen Keuangan, Edisi Ke Empat, BPFE, Yogyakarta.

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010 Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2011

Kashmir, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke Satu, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kieso, Weygandt, Warfield, 2002, Akuntansi Intermediate, Edisi Ke Sepuluh, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Moeljadi, 2006, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Bayumedia, Malang.


(5)

Munawir, 1997, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Ke Empat, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Nazir, Moh, 2005, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor Selatan.

Riyanto, Bambang, 2010, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ke Empat, BPFE, Yogyakarta.

Samsul, Mohammad, 2006, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Santoso, Singgih, 2003, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Sawir, Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suharjo, Bambang, 2008, Analisis Regresi Terapan dengan SPSS, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sulaiman, Wahid, 2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi, FE UPN “Veteran”, Surabaya.

Suparman, 2003, Buku Materi Pokok Pengunpulan dan Penyajian Data, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta.

Wild, Subramanyam, Hasley, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Delapan, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(6)

Jurnal :

Kesuma, Ali, 2009, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 11, No.1, 38-45.

Kartika, Andi, 2009, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada

Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI”, Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol 1, No.02, 105-122.

Seftianne dan Handayani, Ratih, 2011, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 13, No. 1, 39-56.

Firnanti, Friska, 2011, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 13, No. 2, 119-128.

Internet:

www.google.com/http://2g3nius.blogspot.com/2008/06/dampak-sosial-krisis-moneter-tahun-1997.html

www.tempo.co


Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Modal dan Aktiva Produktif terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 29 70

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 6 14

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 3 18

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN RISIKO BISNIS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 3 26

Pengaruh Struktur Aktiva dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal (Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta).

0 0 2

Pengaruh Struktur Aktiva dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal (Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta).

0 0 92

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 125

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 106

ANALISIS PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PENJUALAN DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaf

0 0 9

PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 20