ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, LEVERAGE DAN DIVIDEN PAY OUT RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN

OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

M. REEZA PRAMADIKA 0712010141 / FE / EM

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul

“ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, LEVERAGE DAN

DIVIDEN PAY OUT RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA” telah terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, dukungan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, SE,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, sekaligus selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan saran, nasehat serta bantuan bimbingan skripsi kepada peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.


(3)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak dan Ibu serta Kakak tercinta Anugerah Karina Surya Negara, SH, penulis menyampaikan terima kasih banyak atas doa dan dukungan baik secara spiritual maupun materiil yang tidak mungkin penulis uraikan dengan kata-kata.

6. Kakak angkatku tersayang Nur Cholifah, SE, dan Lia Wijayanti, SE, atas bantuan dan dukungannya serta tempat berkeluh kesah.

7. Keluarga besar Beswan Djarum dan Djarum Bakti Pendidikan yang telah memberikan semangat kebersamaan, dengan segala ide kreatifnya dan dukungan bagi penulis.

8. Teman-teman kos yang selalu membuat suasana lebih bewarna.

9. Hernani Maryulianti atas semua dukungan, doa, semangat dan pengertiannya yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik..

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.


(4)

Halaman

DAFTAR ISI ………... i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... . 1

1.2 Perumusan Masalah ………... . 8

1.3 Tujuan Penelitian ……….. . 9

1.4 Manfaat Penelitian ……….... . 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ……… 11

2.2 Landasan Teori ……….. 12

2.2.1. Pengertian Pasar Modal... ……… 12

2.2.2.1 Peranan Pasar Modal... ………... 13

2.2.2.2 Fungsi Pasar Modal…...………... 13

2.2.2.3 Manfaat Pasar Modal ... 14

2.2.2. Pengertian Manajemen Keuangan………... 15

2.2.2.1 Bentuk Laporan Keuangan... 16

2.2.3. Investasi di Pasar Modal ………... 18

2.2.4. Penilaian Harga Saham ………... . 19

2.2.5. Price Earning Ratio ……….. . 20

2.2.5.1 Pengertian Price Earning Ratio ……….. 20

2.2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) ………... . 22

2.2.6. Pengertian Variabel Bebas ... . 23

2.2.6.1 Pengertian Current Ratio ... 23

2.2.6.2 Pengertian Leverage ... 24


(5)

Ratio.. ……. 28

2.3 Kerangka Konseptual………... 29

2.4 Hipotesis ………... . 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi operasional dan Pengukuran Variabel ………... 31

3.2 Teknik Penentuan Sampel………... . 33

3.2.1 Populasi………... . 33

3.2.2 Sampel………... 33

3.3. Teknik Pengumpulan Data……….. . 35

3.3.1 Jenis Data………. . 35

3.3.2 Sumber Data……….. 35

3.3.3 Pengumpulan Data………. 35

3.4 Teknik Analisa dan Uji Hipotesis... 36

3.4.1. Regresi Linier Berganda ... 36

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 37

3.4.3 Uji Hipotesis ……… 42

3.4.3.1 Uji Simultan (Uji F) ………. . 42

3.4.3.2 Uji Parsial (Uji t) ………. . 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ……….. 47

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ……….. . 47

4.1.2 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI) ……….. . 48

4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) …………... 50


(6)

4.3.3 Dividen Payout Ratio (X3) ………..……. . 66

4.3.4 Price Earning Ratio (Y) ………. 67

4.1 Analisis Dan Pengujian Hipotesis ………... . 68

4.3.1 Uji Normalitas ………... . 68

4.3.2 Uji Outlier... 69

4.3.3 Uji Asumsi Klasik………... 70

4.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda ………... 75

4.3.5. Koefisien Determinansi (R2)... 76

4.3.6 Uji t ... 77

4.4 Pembahasan ………... 79

4.4.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Price Earnung Ratio ... . 80

4.4.2 Pengaruh Leverage Terhadap Price Earnung Ratio ……….. 81

4.4.3 Pengaruh Dividen Payout Ratio Terhadap Price Earning Ratio……… 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………... . 84

5.2. Saran ………... . 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

Tabel 1. Nilai Price Earning Ratio Perusahaan Otomotif yang Go Publik

di Bursa Efek Indonesia…... 7

Tabel 2. Sampel Perusahaan Otomotif Yang Membayar Dividen Pay Out Ratio dalam periode tahun 2005 – 2008 di Bursa Efefk Indonesia… 34

Tabel 3. Current Ratio (X1) Perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2008…... 62

Tabel 4. Leverage (X2) Perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2008……… 63

Tabel 5. Dividen Pay Out Ratio (X3) Perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2008……… 64

Tabel 6. Price Earning Ratio (Y) Perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2008……..………… 66

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas………... 67

Tabel 8. Hasil Nilai Mahalanobis Distance……… 68

Tabel 9. Hasil Uji Multikolinieritas………. 69

Tabel 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas………... 70

Tabel 11. Hasil Durbin – Watson………. 72

Tabel 12. Koefisien Regresi Linear Berganda.,………... 73


(8)

Gambar 1. Kerangka Konseptual... 37 Gambar 2. Statistik d Durbin – Watson... 47 Gambar 3 Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia... 56


(9)

Lampiran 1 : Tabulasi Data Keuangan


(10)

PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA

EFEK INDONESIA

Oleh :

M. REEZA PRAMADIKA

Abstraksi

Dengan semakin ketatnya persaingan bisnis antar perusahaan, perusahaan berupaya menjadi yang terbaik dari perusahaan lain. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan menunjukkan semakin bagus prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Para investor tentunya akan berminat menanamkan investasinya kepada perusahaan yang prospek kedepannya menjanjikan keuntungan, terutama perusahaan yang besar. Dapat dilihat dari seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan, kemudian dengan memperkirakan apakah perusahaan tersebut mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya serta penggunaan leverage yang baik dan Price Earning Ratio banyak digunakan investor untuk menentukan apakah investasi modal yang dilakukannya menguntungkan atau merugikan. Atas dasar fenomena tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai pengaruh Current Ratio, Leverage dan Dividen Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Probability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, maka jumlah sampel perusahaan otomotif yang memenuhi kriteria sebanyak 10 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan periode 2005-2008 yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk pengujian data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan asumsi klasik menggunakan program SPSS.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel current ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap price earning ratio, begitu juga dividen payout ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap price earning ratio, sedangkan leverage menunjukkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Prestasi perusahaan yang semakin meningkat atau semakin baik dengan sendirinya akan meningkatkan kepercayaan pihak luar dan akan mempermudah perusahaan untuk memperoleh dana atau tambahan modal melalui go public dengan menjual sahamnya kepada masyarakat. Dengan semakin ketatnya persaingan bisnis antar perusahaan maka perusahaan akan berupaya menjadi lebih baik dari perusahaan lain, terutama untuk perusahaan yang memproduksi barang sejenis.

Kehadiran pasar modal bagi perusahaan merupakan alternatif pilihan sumber dana (khususnya jangka panjang). Hal ini berarti keputusan pembelanjaan dapat menjadi semakin bervariasi. Bagi investor, pasar modal merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan untuk menginvestasikan dananya dan dapat juga menambah pilihan investasi sehingga kesempatan untuk mengoptimalkan keuntungan investasi semakin besar. Tujuan dari pasar modal itu sendiri adalah (Bambang Riyanto, 1994), 1) mempercepat proses pemerataan pendapatan masyarakat melalui kepemilikan saham-saham perusahaan swasta, 2) meningkatkan penghimpunan dana masyarakat untuk digunakan secara produktif dalam pembiayaan pembangunan nasional. Pasar modal dapat diidentifikasikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan


(12)

dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta ( Jogiyanto, 2000).

Price Earnings Ratio (PER) merupakan ukuran yang paling banyak digunakan untuk menentukan apakah investasi modal yang dilakukannya menguntungkan atau merugikan. Price Earning Ratio (PER) mempunyai kelebihan antara lain karena kemudahan dan kepraktisan, serta adanya standar yang memudahkan pemodal untuk melakukan perbandingan penilaian terhadap perusahaan lain pada industri yang sama. Hal ini menyebabkan para investor lebih mempertimbangkan Price Earning Ratio (PER) untuk digunakan dalam membantu mengidentifikasikan harga saham. Price Earning Ratio (PER) menunjukkan seberapa besar para investor bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang dilaporkan perusahaan sehingga merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Para manajer keuangan akan senang jika saham perusahaannya dijual dengan Price Earning Ratio (PER) yang tinggi. Ini mengidentikasikan bahwa perusahaan mempunyai peluang pertumbuhan yang baik, yang berarti pendapatannya relatif aman dan sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi.

Dalam penelitian ini, saham kelompok perusahaan otomotif lebih banyak menarik minat para investor karena perusahaan otomotif merupakan salah satu usaha yang tidak pernah mati akan kebutuhan transportasi yang merupakan kebutuhan pokok manusia. Tingkat pemakaian masyarakat akan semakin bertambah sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin


(13)

komplek dan meningkat. Adapun alasan dipilihnya kelompok perusahaan otomotif sebagai objek penelitian karena perusahaan otomotif adalah perusahaan yang memiliki karakteristik industri yang produknya selalu dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari – hari, selain itu banyak diantara perusahaan otomotif telah tercatat dalam waktu yang relatif lama dan cukup dikenal luas dengan kinerja yang cukup baik.

Dampak krisis global, yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya melakukan efisiensi dan menahan diri untuk ekspansi. Ini bukan hanya karena menurunnya tingkat daya beli masyarakat akibat krisis. Melainkan juga ancaman krisis likuiditas juga sempat di alami kalangan perbankan. Industri otomotif yang pembiayaan penjualannya sangat mengandalkan perbankan pun harus ikut kena getahnya. Sehingga banyak cabang perusahaan-perusahaan itu ditutup dan terjadi pemutusan hubungan kerja besar-besaran.

Krisis ekonomi global berdampak terhadap kemerosotan industri otomotif termasuk yang paling luar biasa. Antara lain ditandai kasus kebangkrutan sejumlah perusahaan otomotif besar, seperti General Motor (GM), Ford, dan Chrysler atau yang lebih dikenal The Big Three, mengakibatkan selama 2008, industri otomotif AS hanya mampu menjual mobil sebanyak 13,2 juta unit atau menurun 18 persen dibandingkan 2007 yang mampu menjual sebanyak 16,1 juta unit mobil. Meskipun krisis global mengancam prospek ekonomi dalam negeri, namun hal itu tampaknya tidak berlaku bagi produk otomotif di Indonesia. Pada 2008, volume penjualan mobil mencapai 607.805 unit, atau naik 39,89 persen dibandingkan 2007 yang


(14)

mencapai 434.473 unit. Pada 2007, pertumbuhan penjualan mobil di Indonesia mencapai 35,9 persen dibandingkan 2006, yang merupakan pertumbuhan tertinggi di Asia, lebih tinggi sekalipun dengan Cina dan India. Dengan kata lain, di balik kebangkrutan industri otomotif global, sesungguhnya terdapat blessing bagi peningkatan aktivitas investasi, khususnya sektor otomotif di Indonesia. (http://localhost//ProspekIndustriotomotif REPUBLIKA, Jumat, 29 Mei 2009).

Dalam rangka peningkatan pertumbuhan perusahaan dan menjaga kelangsungan hidup usahanya dalam persaingan bisnis yang ketat, perusahaan lebih cenderung untuk menahan sebagian besar keuntungannya untuk dijadikan modal dengan maksud perusahaan mempunyai kesempatan investasi yang paling menarik sehingga tingkat keuntungan juga akan dapat dicapai secara maksimal.

Price Earning Ratio menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar perdana atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspetasi investor tentang prestasi perusahaan dimasa yang akan datang cukup tinggi (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 66).

Menurut Husnan (1994:279), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi PER adalah pertumbuhan dividen (yang berarti juga laba). Sedangkan Dividen Payout Ratio sendiri mempunyai arti yaitu bagian dari laba perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen. Faktor ini mempunyai pengaruh yang positif terhadap PER karena besarnya Dividen Payout Ratio


(15)

menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham, di mana besarnya dividen ini secara positif dapat mempengaruhi harga suatu saham terutama pada pasar modal yang didominasi oleh investor yang berorientasi pada pendapatan dividen. Dengan demikian apabila faktor-faktor lain yang mempengaruhi PER konstan, semakin tinggi Dividen Payout Ratio, maka semakin tinggi PER.

Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001 : 59) Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Artinya jika kewajiban-kewajiban finansial jangka pendek jatuh tempo mampukah pihak perusahaan mengatasi hal tersebut.

Current Rasio adalah rasio untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Sedangkan menurut Karnadi (1997), Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajiban jangka pendeknya. Dengan semakin meningkatnya Current Ratio

perusahaan ada kemungkinan akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut yang akan mempengaruhi PER. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara Current Ratio perusahaan terhadap PER.

Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001: 59), Rasio Leverage atau rasio utang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai utang atau oleh pihak luar. Sartono dan Munir (1997)


(16)

dalam penelitiannya, menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mampu menjelaskan PER pada industri tertentu adalah Leverage (debt to equity ratio) perusahaan. Suryaputi dan Astuti (2001) menurut Hansen dan Crutchley (1990) menyatakan bahwa rata-rata harga saham terpengaruh saat perusahaan mengumumkan penerbitan surat berharga yang baru. Terdapat bukti yang mengidentifikasikan bahwa terjadi penurunan harga saham secara signifikan selama pengumuman dari pembelanjaan modal yang baru atau utang yang dapat dipertukarkan (convertible debt). Penawaran utang secara terbuka atau saham preferen menghasilkan reaksi saham yang negatif tetapi signifikan.. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara Leverage (debt to equity ratio) perusahaan terhadap PER.

Menurut Sartono (2001 : 249), perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.

Oleh karena itu menjadi tujuan utama bagi investor untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio, sehingga dapat memutuskan investasi saham mana yang akan dipilih atau bagaimana diversifikasi investasi yang tepat sekaligus menguntungkan.

Ada 10 Perusahaan Otomotif yang go publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam setiap perusahaan otomotif yang nantinya akan berimbas pada berfluktuasinya penjualan. Fluktuasinya penjualan berpengaruh juga pada Price Earning Ratio perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis


(17)

laporan keuangan masing-masing perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang dapat ditunjukkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1 : Nilai Price Earning Ratio Perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.

No Nama Perusahaan

Price Earning Ratio

2005 2006 2007 2008

1 PT. Astra Internasional Tbk. 7.57 17.12 16.95 4.65

2 PT. Astra Otoparts Tbk. 7.74 8 5.64 4.77

3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 5.12 10.65 12.57 252.45

4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. -49.02 10.65 12.57 252.45

5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 8.25 19.17 10.98 2.27

6 PT. Indo Kordsa Tbk. 3.54 46.69 21.84 8.55

7 PT. Intraco Penta Tbk. 5.61 29.35 24.97 4.41

8 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 9.34 4.54 45.05 288.09

9 PT. Tunas Ridean Tbk. 6.74 44.59 9.11 4.27

10 PT. United Tractor Tbk. 9.96 20.08 20.82 5.5

Sumber : Indonesia Capital Market Directory 2005-2008 (Bursa Efek Indonesia)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Price Earning Ratio pada perusahaan-perusahaan otomotif memang mengalami fluktuasi (cenderung turun) karena pada tahun penelitian perusahaan-perusahaan otomotif terkena imbas dari krisis ekonomi yang melanda dunia bisnis pada umumnya sehingga menyebabkan hasil yang dicapai oleh perusahaan-perusahaan otomotif menurun dan berakibat pada tidak stabilnya harga saham perusahaan. Ini tentunya akan membuat investor tidak mendapatkan apa yang diinginkannya yaitu tingkat keuntungan atau tingkat return yang tinggi dari dana yang dikeluarkan oleh para investor. Padahal seorang investor yang berinvestasi selalu menginginkan keuntungan yang optimal dari investasi yang ditanamkan. Dalam beberapa tahun terakhir ini perusahaan otomotif


(18)

seharusnya dapat memaksimalkan keuntungannya karena adanya tingkat perekonomian di Indonesia mulai membaik dan daya beli masyarakat juga naik, ini bisa dilihat dari semakin banyaknya penggunaan kendaran bermotor di Indonesia. Dengan memaksimalkan tingkat keuntungan maka perusahaan akan dapat memberikan return yang tinggi kepada para pemegang saham atau investor.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengangkat topik tersebut kedalam penelitian dengan judul ”PENGARUH CURRENT RATIO, LEVERAGE DAN DIVIDEN PAYOUT RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”.

1.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah current ratio berpengaruh terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah leverage berpengaruh terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan otomotif yangt go public di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah dividen payout ratio berpengaruh terhadap Price Earning

Ratio pada perusahaan otomotif yangt go public di Bursa Efek Indonesia?


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dan manfaat ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap Price Earning

Ratio pada perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh dividen payout ratio terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia

1.4. Manfaat Penelitian.

Dengan adanya latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang dapat digunakan oleh para investor dalam melakukan penelitian terhadap saham yang akan diteliti.

2. Dapat digunakan sebagai langkah awal bagi peneliti dalam membandingkan dan mempraktekkan ilmu yang telah didapatkan dibangku kuliah dengan kenyataan yang ada dilapangan.


(20)

3. Dapat digunakan bagi para akademisi sebagai tambahan literatur yang membantu didalam perkembangan ilmu manajemen dan menambah wawasan tentang Price Earning Ratio.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu.

Penelitian yang pernah dilakukan mengenai Price Earning Ratio ini antara lain :

1. Halim (2005), penelitian dengan judul “Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Dividen terhadap Price Earning Ratio pada industri manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini sample yang digunakan adalah purposive sampling dan pengujian dilakukan dengan menggunakan analisa multiple regression. Berdasarkan analisis dan pembahasan dari penelitian Halim (2005) menunjukkan bahwa dalam penelitian tersebut didapatkan hasil dimana pada tahun 2001 semua variabel independen, yaitu current ratio (CR), dept to equity ratio (DER), dan deviden payout ratio (DPR) berpengaruh positif (Signifikan) terhadap PER, sedangkan pada tahun 2002 hanya deviden payout ratio (DPR) yang berpengaruh positif (signifikan) terhadap PER.

2. Suryaputri dan Astuti (2003), penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Leverage, Divident Payout, Size, Earning Growth and Country Risk Terhadap Price Earning Ratio (Studi pada perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama 1995-1999)”, Permasalahan yang dikemukakan adalah : Apakah Faktor Leverage, Devident Payout, Size Earning Growth and Country Risk berpengaruh


(22)

signifikan terhadap Price Earning Ratio. Sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan pengujian dilakukan dengan menggunakan analisa multiple regression.

Pada jurnal penelitian tersebut diperoleh dari hasil analisis maka dapat disimpulkan hanya variabel Leverage, variabel Dividend Payout, variabel Size dan variabel Country Risk yang berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio sedangkan variabel Earning Growth tidak signifikan.

3. Menurut Whitbeck-kisor (1963) didalam Husnan (1994: 309) bahwa tiga variabel yang mempengaruhi PER, yaitu :

1. Tingkat Pertumbuhan Laba 2. Divident Payout Rate

3. Deviasi Standar Tingkat pertumbuhan Laba Persamaan yang berhasil mereka susun adalah

PER = 8,2 + 1,5 (Tingkat Pertumbuhan Laba) + 0,067 (Divident Payout Rate) - 0,2 (Deviasi Standar Tingkat Pertumbuhan laba)

Variabel (1) dan (2) diharapkan mempunyai hubungan yang positif terhadap PER (artinya semakin tinggi varibel-variabel tersebut semakin tinggi PER) sedangkan varibel (3) diharapkan mempunyai hubungan yang negatif (artinya semakin tinggi variabel ini semakin rendah PER).

a. Tingkat pertumbuhan laba sebagai salah satu faktor mempengaruhi PER, apabila suatu tingkat pertumbuhan laba naik, maka dengan


(23)

sendirinya akan meningkatkan PER. Selain itu tingkat pertumbuhan laba dapat menentukan apakah PER telah berada pada potensi dibeli atau dilakukan short selling (suatu cara yang digunakan dalam penjualan saham di mana investor/trader meminjam dana (on margin) untuk menjual saham (yang belum dimiliki) dengan harga tinggi dengan harapan akan membeli kembali dan mengembalikan pijaman saham ke pialangnya pada saat saham turun.)

b. Divident Payout Rate adalah proporsi laba yang dibagikan sebagai dividen. Apabila dividend payout rate sebesar 40%, maka dari setiap Rp. 100 laba yang diperoleh, Rp. 40 dibagikan sebagai dividen.

c. Deviasi Standar Tingkat pertumbuhan Laba merupakan ukuran

sebaran statistik yang paling lazim. Singkatnya, ia mengukur bagaimana nilai-nilai data tersebar.

2.2. Landasan Teori.

2.2.1. Pengertian Pasar Modal.

Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau Long Term Financial Assets. Pasar modal memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang untuk investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan, peralatan dan sarana produksi lainnya (Sartono,2001:21). Bentuk umum surat berharga yang


(24)

diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi, saham preferen dan saham biasa.

Menurut Sunariyah (2004 :5), Pasar Modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten.

2.2.1.1. Peranan Pasar Modal

Peranan pasar modal ditinjau dari aspek mikro yaitu dilihat dari sisi kepentingan para pelaku pasar modal adalah (Sunariyah,2003:7):

1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan harga saham atau surat beharga yang diperjualbelikan.

2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan.

3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimiliki atau surat berharga lainnya.

4) Pasar modal menciptakan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.

2.2.1.2. Fungsi Pasar Modal

Fungsi dari pasar modal / bursa efek (Sartono,2001: 23) adalah :

A. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang ditawarkan kepada masyarakat.


(25)

B. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme pasar.

C. Membantu pembelajaran (pemenuhan dana) dunia usaha melalui penghimpunan dana masyarakat.

D. Menghimpun proses perluasan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham-saham perusahaan.

2.2.1.3. Manfaat Pasar Modal

Menurut Anoraga dan Pakarti (2001: 12) manfaat pasar modal adalah : a). Manfaat Pasar Modal bagi emiten/perusahaan adalah :

1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.

2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.

3. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.

4. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.

5. Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan.

6. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi.

7. Tidak ada beban finansial.

8. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. 9. Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu.


(26)

10.Profesionalisme dalam manajemen meningkat. b). Manfaat Pasar modal bagi Investor / Pemodal adalah :

1. Nilai investasi berkembang mengikuti harga saham yang mencapai capital gain.

2. Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.

3. Mempunyai hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam RUPO (Rapat Umum Pemegang Obligasi) bila diadakan bagi pemegang obligasi.

4. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi, misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi resiko.

c). Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang adalah :

1. Menuju ke arah professional didalam memberikan pelayanannya sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.

3. Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang. 4. Likuiditas efek semakin tinggi.

d). Manfaat Pasar Modal bagi Pemerintah adalah : 1. Mendorong laju pembangunan.


(27)

3. Pencipta lapangan kerja.

4. Mengurangi anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

2.2.2. Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut Husnan (2004: 4), manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer keuangan.

Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur Keuangan, Manajer Keuangan, Kepala Bagian Keuangan dan sebagainya, mungkin sekali melakukan kegiatan keuangan. Sebagai misal, keputusan untuk memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru jelas akan dibicarakan dan diputuskan oleh berbagai direktur, tidak terbatas hanya oleh Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Meskipun demikian kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana (allocation of funds) dan mencari pendanaan (raising of funds). Dua kegiatan utama (atau fungsi) tersebut disebut sebagai fungsi keuangan.

Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusaha-usahaan dengan biaya yang murah serta


(28)

usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien (Sutrisno, 2001:3).

2.2.2.1. Bentuk Laporan Keuangan A. Neraca

Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet. (Munawir,2002:13)

Bentuk Neraca : 1. Skontro

Dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri atau debet dan hutang sebelah kanan atau kredit.

2. Vertical

Dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal.

3. Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan perusahaan. (Munawir, 2002:20).


(29)

Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001: 58), salah satu teknik dalam Analisis Laporan Keungan adalah Analisis Rasio Keuangan. Analisis rasio ini dibagi dlam lima macam dan dijelaskan masing-masing sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas.

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendek. Rasio-rasio Likuditas antara lain: a. Current Ratio adalah Rasio untuk menghitung berapa kemampuan

perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia.

Total Aktiva Lancar Current Ratio =

Total Hutang Lancar

Menurut Weston and Copeland (1994:226), Current Ratio dapat dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dagang dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang dan akan jatuh tempo, pajak penghasilan yang terhutang. Semakin tinggi rasio lancar, semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Rasio lancar dijadikan sebagai indikator bahan pertimbangan bagi investor dalam menilai kinerja suatu perusahaan dan hal ini akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan.


(30)

b. Cash Ratio adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan uang kas yang tersedia dan efek yang segera diuangkan.

Kas + Efek Cash Ratio =

Utang lancer

c. Quick Ratio adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang lebih likuid atau mudah dicairkan.

Aktiva Lancar - Persediaan Quik Ratio =

Utang Lancar

2. Rasio Leverage.

Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai atau difinansir oleh pihak luar atau dengan kata lain financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan. Rasio-rasio Leverage (utang) antara lain.

a. Debt Ratio adalah rasio yang mengukur sejumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur.

Total Hutang Debt Ratio =


(31)

Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001: 59), Rasio Leverage atau rasio utang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai utang atau oleh pihak luar. Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai atau difinansir oleh pihak luar atau dengan kata lain finansial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan.

b. Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang diukur dari

perbandingan utang dengan ekuitas (modal sendiri).

Total Hutang Debt to Equity Ratio =

Total Modal sendiri

c. Time Interest Earned Ratio adalah rasio yang menunjukkan

hubungan antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga utang jangka panjang.

Laba Operasi Time Interest Earned Ratio =

Beban Bunga per Tahun

d. Fixed Charge Coverage Ratio adalah ratio yang mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayara dividen saham preferen bunga, angsuran pinjaman dan sewa.

EBIT + Bunga + Pembayaran Sewa Fixed Charge Coverage Ratio =


(32)

e. Debt Service Coverage adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman.

Laba Sebelum Bunga dan Pajak Debt Service Coverage =

(Bunga + Sewa + (Angsuran pokok pinjaman/1-tarif pajak))

3. Rasio Aktivitas.

Analisis keuangan berkepentingan dengan rasio ini, yaitu untuk mengetahui seberapa besar efisiensi investasi pada berbagai aktiva. Artinya sejauh mana sumber daya organisasi telah dimanfaatkan secara optimal. Rasio-rasio Aktivtas antara lain :

a. Periode Pengumpulan Piutang adalah rasio yang menunjukkan rata-rata hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas.

Piutang x 360 Periode Pengumpulan Piutang =

Penjualan Kredit

b. Perputaran Piutang adalah rasio untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam piutang perusahaan berputar dalam setahun.

Penjualan Kredit Perputaran Piutang =


(33)

c. Perputaran Persediaan, pada perusahaan yang perputaran persediaannya yang makin tinggi menunjukkan makin efisien, tetapi perputaran yang terlalu tinggi juga tidak berarti.

Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan =

Rata-rata Persediaan

d. Perputaran Aktiva Tetap adalah rasio yang menunjukkan

bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor.

Penjualan Perputaran Total Aktiva =

Total Aktiva

4. Rasio Profitabilitas.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio-rasio Profitabilitas antara lain :

a. Gross Profit Margin adalah rasio yang mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan.

Laba Kotor Gross Profit Margin =

Penjualan

b. Operating Profit Margin adalah rasio mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjualan.


(34)

Laba Operasi Operating Profit Margin =

Penjualan

c. NetProfit Margin adalah rasio yang mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan.

Laba Setelah Pajak Net Profit Margin =

Penjualan

d. Return On Investment (ROI) atau Return On Assets adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.

Laba Setelah Pajak Return On Investment (ROI) =

Total Aktiva

e. Return on Equity atau Return On Net Worth adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.

Laba Setelah Pajak Return on Equity =

Modal Sendiri

f. Earning Power adalah rasio yang tinggi rendahnya memberikan indikasi seberapa jauh efisiensi penggunaan modal, dan turun naiknya penjulan dan biaya.


(35)

Laba Setelah Pajak Earning Power =

Total Aktiva

5. Rasio Saham.

Rasio ini menunjukkan bagian dari laba perusahaan, dividend dan modal yang dibagikan kepada setiap saham. Rasio-rasio saham biasa antara lain :

a. Price Earning Ratio adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar perdana atau harag perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.

Harga perLembar Saham Price Earning Ratio=

Earning perLembar Saham

Menurut Sawir (2005:21), Price Earning Ratio adalah apa yang investor bayar untuk aliran earnings. Atau dilihat dari kebalikannya adalah apa yang investor dapatkan (peroleh) dari investasi tersebut. Investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan Price Earning Ratio untuk mengukur apakah suatu saham underpriced atau overpriced. Menurut Halim (2003:23), Price Earning Ratio sering digunakan analis saham untuk menilai harga saham

b. Earning Per Share adalah rasio yang mengukur besarnya laba yang diberikan kepada pemegang saham.


(36)

Laba Bersih setelah Pajak – Pembayaran Dividen Saham Preferen

Earning Ratio Share=

Jumlah Saham Biasa yang Beredar

c. Dividen Per Share adalah rasio yang menunjukkan seluruh

pembayaran dividen dalam angka per saham.

Dividen yang Dibayarkan Dividen Per Share =

Jumlah Saham Biasa yang Beredar

d. Dividen Yield adalah rasio yang menunjukkan tingkat penghasilan berjalan yang diperoleh dari investasi saham perusahaan.

Dividen yang Dibayarkan per Saham Dividen Yield =

Harga Pasar per Saham

e. Payout Ratio adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam benruk dividen.

Dividen per Saham Payout Ratio =

Earning per Share

Dividen menurut Ross (1995) adalah sebagai pembayaran kepada pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai. Sedangkan Dividen Payout Ratio


(37)

menurut Anwar (1999:394) merupakan presentase jumlah yang dibayarkan dari laba bersih usaha.

f. Nilai Buku Per Saham adalah rasio yang menunjukkan nilai buku perusahaan yaitu total aktiva dikurangi dengan total utang (modal) yang dihitung untuk setiap saham.

Modal Nilai Buku Per Saham =

Jumlah Saham Biasa yang beredar

g. Price to Book Value adalah rasio yang menunjukkan apakah harga saham (harga pasar) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut.

Harga Pasar Saham Biasa Price to Book Value =

Nilai Buku per Saham

C. Laporan Rugi Laba

Merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. (Munawir, 2002:26)

Bentuk Laporan Rugi Laba :

1. Bentuk Single Step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok,


(38)

sehingga untuk menghitung rugi laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan. 2. Bentuk Multiple Step yaitu bentuk ini dilakukan pengelompokan yang

lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.

2.2.3. Investasi di Pasar Modal

Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana (Sunariyah,2003 : 4)

Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana masa datang dengan jumlah yang lebih besar dari dana dilepaskan pada saat investasi awal (Moeljadi, 2006 : 121)

Investasi menurut Jogianto (2000 : 5), merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu.


(39)

Di dalam investasi ada dua potensi keuntungan dari investasi bursa efek, yaitu berupa keuntungan yang diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham (dividen) dan jika investor menjual sahamnya di atas harga belinya. Dividen perusahaan sangat berkaitan dengan

performance perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu dipengaruhi oleh perusahaan. Unsur spekulasi sangat berperan dalam jual beli saham, jika harga jual saham di bawah harga beli (capital lost), sedangkan deviden tidak bisa negatif (Anoraga dan Pakarti, 2003 : 81).

Menurut Usman dkk (1990 : 144), setiap pemodal memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapainya melalui keputusan investasi yang diambil. Secara umum tertentu saja motif investasi adalah : memperoleh keuntungan, namun dikaitkan dengan karakteristik instrument di pasar modal pada dasarnya ada 5 sasaran yang ingin di capai oleh pemodal, antara lain :

1. keamanan

2. pendapatan 3. pertumbuhan 4. fasilitas pajak 5. spekulasi

2.2.4. Penilaian Harga Saham

Tinggi rendahnya harga saham benar-benar merupakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang termasuk diantaranya


(40)

adalah kondisi (performance) perusahaan dan faktor penawaran dan permintaan saham serta kemampuan dalam menganalisis efek.

Dalam analisis fundamental laporan keuangan perusahaan memegang peranan penting dengan mengevaluasi laporan keuangan, akan mengetahui perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan. Hal ini dikemukakan oleh Husnan (1994:285) yang menyebutkan bahwa ada dua pendekatan dalam analisis investasi yang umumnya digunakan dalam melakukan penilaian saham ,yaitu :

1. Analisis Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis ini adalah bahwa harga saham yang mencerminkan informasi yang relevan, bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu dan karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu.

2. Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimate nilai faktor – faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Ada dua pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam melakukan penilaian saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (Present Value Approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach) (Jogianto,2000:89).


(41)

2.2.5. Pengaruh Current Ratio terhadap Price Earning Ratio.

Current Ratio adalah rasio yang mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Ratio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Oleh karena itu rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan kreditur jangka pendek dan dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dengan periode yang sama dengan jatuh tempo hutang.

Menurut Weston dan Copeland (1995 : 244),semakin tinggi resiko semakin tinggi faktor diskonto dan semakin rendah Price Earning Ratio. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan semakin tinggi Price Earning Ratio.

Menurut Beaver, et al (1970), Farrely, et al (1982), Capstaff (1992) didalam Abdurahim, berpendapat jika Current Ratio tinggi pada current asset yang besarnya tetap, berarti liabilitasnya kecil. Demikian juga sebaliknya pada current liabilities yang tetap, maka jumlah asset yang dimiliki semakin besar. Dengan demikian semakin tinggi Current Ratio

berarti semakin kecil resiko yang akan ditanggung oleh para investor, bila tingkat resiko kecil maka Price Earning Ratio akan meningkat.

Menurut Karnadi (1997) dalam Halim (2005), berpendapat Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajiban jangka pendeknya. Dengan semakin meningkatnya likuiditas


(42)

(current ratio) perusahaan ada kemungkinan akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut yang akan mempengaruhi PER.

Dari uraian diatas dan teori-teori yang ada dapat disimpulkan bahwa Current Ratio berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio. Hal ini didukung oleh Halim (2005) yang juga menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara Current Ratio perusahaan terhadap PER.

2.2.6. Pengaruh Leverage terhadap Price Earning Ratio.

Menurut Helfert (1996:97), Penggunaan hutang yang berhasil akan meningkatkan pendapatan pemilik perusahan karena pengembalian dari dana ini melebihi bunga yang harus dibayar dan menjadi hak pemilik yang berarti meningkatkan ekuitas pemilik. Menurut Sartono (2001:87) P/E ratio akan meningkat dengan peningkatan ROE, hal ini disebabkan karena ROE yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk berkembang lebih baik.

Menurut Fuller dan Farrel (1987:365) dalam Setiawan (2005),

Leverage dinyatakan dapat berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio dikarenakan bahwa leverage merupakan salah satu elemen yang menentukan tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Dalam analisis Du Pont menyatakan bahwa Leverage tinggi berpeluang akan memperbesar

Return On Equity (ROE), sehingga akan meningkatkan tingkat


(43)

sedangkan faktor-faktor lain dianggap konstan maka dapat mengakibatkan

Price Earning Ratio meningkat.

2.2.7. Pengaruh Dividen Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio. DPR adalah presentase dari pendapatan yang akan dibayar kepada pemegang saham sebagai “cash divideno” . Bila DPR mengalami kenaikan, PER akan mengalami kenaikan, dan PER akan turun jika DPR mengalami penurunan. Menurut Litner ( 1956 ) dalam Halim (2005) membuktikan bahwa para manajer cenderung untuk mengubah pembagian dividen terutama untuk menanggapi perubahan yang tidak terantisipasi dan berfluktuasinya laba perusahaan (PER). Penelitian Marsh and Merton (1987) dalam Suryaputri dan Astuti (2003) mendukung teori Litner yang menyatakan bahwa laba yang permanen dapat mengukur nilai interistik perusahaan, dimana nilai interistik sama dengan nilai sekarang ( present value) dari arus kas yang diharapkan tersedia di masa datang oleh para pemegang saham saat ini. Dengan meningkatnya Price Earning Ratio

salah satunya dipengaruhi oleh Dividen Payout Ratio, bila Divident Payout Ratio meningkat atau besar akan meningkatkan Price Earning Ratio juga. Sebaliknya bila Dividen Payout Ratio kecil atau menurun maka Price Earning Ratio menjadi lebih kecil.


(44)

2.3 Kerangka Konseptual.

Gambar 1. Kerangka Konseptual.

2.4. Hipotesis.

Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan,maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Current Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Price Earning Ratio.

2. Current Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Price Earning Ratio.

3. Dividen Payout Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Price Earning Ratio.

Current Ratio ( X1 )

Debt to Equity Ratio ( X2 )

Dividend Payout Ratio ( X3 )


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat dan variabel bebas. Price Earning Ratio (PER) sebagai variabel terikat (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah Current ratio (X1),

Leverage (X2) dan Dividen Payout Ratio (X3).

Definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Price Earning ratio ( Y ) adalah Rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan (Tandelilin,2001: 192)

Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah kali (x)

Rumus : arg

H aPerLembarSaham

PER

EarningPerLembarSaham

= Keterangan :

PER : Price Earning Ratio

Laba bersih setelah pajak

EPS =


(46)

2. Current Ratio ( X1 ) adalah rasio untuk menghitung berapa

kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. (Fakhruddin dan Hadianto,2001: 59)

Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah kali (x).

Rumus :

Total Aktiva Lancar Current Ratio =

Total Hutang Lancar

3. Leverage ( X2 ) adalah rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan

dibiayai oleh utang atau dibiayai oleh pihak luar (Fakhruddin dan Hadianto,2001: 61)

Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang digunakan adalah kali (x).

Rumus : Total Hutang

Leverage = Total Aktiva

4. Dividen Payout Ratio ( X3 ) adalah persentase laba bersih yang

dibayarkan sebagai deviden (Brigham & Houston, 1998 : 109). Dimana persentasenya adalah

Dividen per saham DPR =


(47)

3.2. Teknik Penentuan Sampel. 3.2.1. Populasi.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. (Sugiyono, 2004:90)

Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek adalah perusahaan Otomotif yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai saat ini adalah sebanyak 19 perusahaan.

3.2.2. Sampel.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2004:91). Dalam penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah Non Probability Sampling dengan menggunakan metode Purposive Sampling yaitu bahwa pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, dengan kriteria sebagai berikut :

• Perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangannya secara kontinyu selama 4 periode, tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 di Bursa efek Indonesia.

• Perusahaan yang membayar Dividen Payout secara kontinyu minimal 2 tahun dalam periode tahun 2005 sampai tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia.


(48)

Adapun kesepuluh perusahan otomotif yang ditentukan sebagai sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2 : Sampel Perusahaan Otomotif Yang Membayar Dividen Payout Ratio dalam periode tahun 2005 – 2008 di Bursa Efefk Indonesia.

No Nama Perusahaan Dividen Pay Out Ratio

2005 2006 2007 2008

1. PT. Astra Internasional Tbk. 32.64 31.63 0 0

2. PT. Astra Otoparts Tbk. 27.64 16.40 0 0

3. PT. Gajah Tunggal Tbk. 4.57 138 9 0

4. PT. Goodyear Indonesia Tbk. 136 138 9 0

5. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 39.52 36.22 31.15 0

6. PT. Indo Kordsa Tbk. 15.06 29.49 72.42 59.35

7. PT. Intraco Penta Tbk. 14.52 0 0 37.66

8. PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 17.51 2.11 20.95 0

9. PT. Tunas Ridean Tbk. 18.57 33.29 40.42 95.63

10. PT. United Tractor Tbk. 29.82 26.05 28.65 27.51

Sumber: Indonesia Capital Market Directory 2005-2008 (Bursa Efek Indonesia)

3.3. Teknik Pengumpulan Data. 3.3.1. Jenis Data.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 sampai tahun 2008.


(49)

3.3.2. Sumber Data.

Dalam penelitian ini data bersumber dari PT. BURSA EFEK INDONESIA (BEI) berupa laporan keuangan yang terangkum dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD) perusahaan otomotif yang telah dipilih sebagai sampel penelitian.

3.3.3. Pengumpulan Data.

Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan oleh peneliti, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yaiu pengumpulan data dengan cara menggunakan dan mempelajari catatan perusahaan yang berkaitan. Pengumpulan data historis perusahaan yang telah didokumentasikan dan masih berlaku saat ini, kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis 3.4.1. Regresi Linier Berganda

Teknik analisa yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Dikarenakan dalam analisis pemilihan regresi linier berganda dapat menerangkan ketergantungan satu variabel terikat (Y) yaitu Price Earning Ratio dengan satu atau lebih variabel bebas (X), yang meliputi tiga variabel bebas yaitu Current Ratio, Leverage dan Dividen Payout Ratio.


(50)

Maka kaitan antara variabel penelitian dapat digunakan model sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2+ β3X3 +

ε

Keterangan :

Y : PER.

Β0 : kostanta ( intercept ).

β1,β2,β3 : koefisien regresi parsial ( slope ).

X1 : Current Ratio.

X2 : Leverage.

X3 : Dividen Payout Ratio.

ε

: Kesalahan Acak.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik.

Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE (Best,Linier,Unbiased,Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi, yaitu :

1. Tidak boleh ada multikoloniaritas 2. Tidak boleh ada heteroskedastisitas 3. Tidak boleh ada autokorelasi

Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias (Gujarati, 1995:153)

Menurut Sumodiningrat (2002: 115) sifat blue dapat dijelaskan sebagai berikut:


(51)

1. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan uji signifikan baku terhadap α dan ß.

2. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran. 3. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter

diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya.

4. Estimate : e diharapkan sekecil mungkin..

Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau regresi bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator) artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias atau tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti:

A. Multikolinearitas

Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah kolinearitas berkenaan dengan terdapatnya satu hubungan linier (Gujarati,1995: 157)

Menurut Widarjono (2003:131), mengemukakan bahwa multikolinearitas berarti adanya hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi linier berganda dalam suatu persamaan. Multikolinearitas merupakan korelasi variabel independen dalam regresi berganda.

Deteksi adanya Multikolinearitas :


(52)

Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinearitas.

b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 dan Condition Index melebihi angka 15 (Nachrowi dan Usman,2006: 100)

B. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan varian dari residual atau error yang tidak konstan atau berubah-ubah. Model regresi yang baik tidak mempunyai Heteroskedastisitas (Nachrowi dan Usman,2006: 109)

Deteksi adanya Heteroskedastisitas :

Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank spearman.

Menurut Gujarati (1995: 188) rumus rank spearman adalah :

Σ di2

rs = 1 – 6

N(N2 – 1)

Keterangan :

di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i N = Banyaknya data

Menurut Gujarati (1995:177), mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

a. Nilai probabilitas > 0.05 berarti bebas dari heteroskedastisitas b. Nilai probabilitas < 0.05 berarti terkena heteroskedastisitas


(53)

C. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu.

Prosedur untuk menguji autokorelasi yang sebenarnya dapat dijelaskan lebih baik dengan bantuan gambar dibawah ini, yang menunjukkan batas d adalah 0 dan 4.

Gambar 2. Statistik d Durbin – Watson, (Gujarati,1995: 216)

Menolak Ho Daerah Daerah Menolak

Bukti auto Keragu- Keragu- H*o Bukti

korelasi raguan raguan auto kore- positif lasi negatif

Menerima Ho atau H*o atau kedua-duanya

0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4 d

Mekanisme tes Durbin-Watson adalah sebagai berikut, dengan mengasumsikan bahwa asumsi yang mendasari tes dipenuhi :

a. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan tertentu dapatkan nilai kritis dL dan du.

b. Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka jika d < dL : menolak Ho

d > du : tidak menolak Ho


(54)

c. Jika hipotesis nol Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi korelasi negatif, maka jika

d > 4 – dL : menolak Ho

d < 4 – du : tidak menolak Ho

4 – du < d < 4 – dL : pengujian tidak meyakinkan

d. Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif, maka jika

d < dL : menolak Ho

d > 4 – dL : menolak Ho

du < d < 4 – du : tidak menolak Ho

dL < d < du

atau pengujian tidak meyakinkan 4 – du < d < 4 – dL

Seperti langkah tadi menunjukkan, kelemahan besar dari tes d adalah bahwa jika d tadi jatuh dalam daerah yang meragukan atau daerah ketidaktahuan, orang tidak dapat menyimpulkan apakah autokorelasi ada atau tidak ada. Dalam kasus ini orang bisa mungkin terpaksa melakukan tes lain (beberapa diantaranya diberikan dalam bentuk soal latihan) atau mendapatkan data tambahan data atau sampel yang berbeda. Harus juga diperhatikan bahwa banyaknya observasi minimum yang diperlukan sehubungan dengan tabel Durbin Watson adalah 15. Alasannya adalah bahwa suatu sampel yang lebih kecil dari 15 observasi akan menjadi sangat


(55)

sulit untuk bisa menarik kesimpulan yang pasti (definitif) mengenai autokorelasi dengan memeriksa residual yang ditaksir.

3.4.3. Uji Hipotesis

3.4.3.1. Uji Simultan (Uji F)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan prosedur sebagai berikut :

1. H0 : β1 = β2 = ...= βk = 0

Artinya secara simultan variabel bebas tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat

H1 : minimal ada 1 βi≠ 0, i = 1,2,...,k

Artinya secara simultan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan sebesar α = 0,10 (10%) dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dam k : jumlah variabel

3. Dengan F hitung sebesar

(

)

2

2

/ ( 1)

(1 ) /

hit

R k F

R n k − =

− −

Keterangan :

Fhit = F hasil perhitungan


(56)

k = jumlah variabel n = jumlah sampel.

4. Kriteria pengujian sebagai berikut

a. Jika Signifikan > 0,10 maka Ho di tolak dan Hi diterima (berarti secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terkait). b. Jika Signifikan < 0,10 maka Ho di terima dan Hi ditolak (berarti

secara simultan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terkait).

3.4.3.2. Uji Parsial (Uji t)

Uji t adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat (Widarjono,2005:58).

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut : 1. H0 = βi = 0, i = 1,2,…,k

Artinya secara parsial varibel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

H1 = βi = β2≠ 0

Artinya secara parsial varibel bebas ada pengaruh terhadap variabel terikat.

2. Menentukan Level of Significant = 10% dengan derajat bebas = ( n-k ), dimana n : jumlah data dan k : jumlah variabel bebas.


(57)

3. thitung = βi

Se ( βi )

thitung = t hasil perhitungan

Dimana: βi = koefisien regresi Se(βi) = Standar error.

4. Kriteria pengujian sebagai berikut:

1. Apabila tingkat signifikan > 0,10 maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Apabila tingkat signifikan < 0,10 maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal

Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan Uang dan Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1952 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927 dibentuk Bursa – bursa efek di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Semarang dan Surabaya.

Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di bursa-bursa efek tersebut praktis berhenti karena situasi politik saat itu. Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia tepatnya tahun 1951 pemerintah memberlakukan Undang-Undang Darurat No. 15 tahun 1952 tentang Bursa Efek.

Pada tanggal 10 Agustus 1990 berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52 tahun 1976, Pasar Modal di Indonesia dari tahun 1977 sampai tahun 1987 relatif kurang memberikan hasil seperti yang di harapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersedat– sedatnya perkembangan pasar modal selama itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu


(59)

ketat, adanya batasan fliktuasi harga saham dan campur tangan pemerintah pasar perdana.

Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar modal tersebut diatas, pemerintah mengluarkan serangkaian deregulasi yang berkaiatn dengan perkembangan pasar modal yaitu paket Kebijaksanaan Desember (Pakdes 1987), Paket Kebijaksanaan Oktober 1988(Pakto 1988), Paket Kebijaksanaan Desember 1988 ( Pakdes 1988).

4.1.2. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia , sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke – 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan Batavia, pusat pemerintah colonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1952. Selain Bursa Batavia, pemerintah colonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia

Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan , bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang Dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisme pada tahun 1956.


(60)

Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sector swasta.Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal ( BAPEPAM).

Tahun 1955 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru. Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan

Jakarta Automated Trading System(JATS), sebuah system perdagangan otomotisasi yang menggantikan system perdagangan manual. System baru ini ndapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding system perdagangan manual.

Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat ( Scripless Trading ) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.

Pada tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh ( Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.


(61)

4.1.3. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) a. Visi

1. Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.

2. Bursa yang kompetitif adalah Bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat Internasional , serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar , teratur dan efisiensi.

b. Misi

1. Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor local maupun asing.

2. Menjadi Lembaga bursa yang berwibawa, trasparan , memiliki integritas yang tinggi serta sebagai institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.

4.1.4. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ( BEI )

Dalam menjalankan kegiatan usaha , Bursa Efek Indonesia tunduk pada peraturan perundang-undang yang berlaku dibidang pasar modal. Pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Efek Indonesia dilakukan oleh Badan pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Kekuasaan tertinggi di PT.Bursa Efek Indonesia sesuai anggaran dasar perusahaan terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam struktur organisasi PT.Bursa Efek


(62)

Indonesia juga terdapat Dewan Komisaris , yang bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap kelancaran jalannya perseroan.

PT. Bursa Efek Indonesia mempunyai direksi sebanyak 4 orang yaitu satu orang Direktur tang membawahi beberapa divisi operasional. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh tiga komite yang terdiri dari Komite Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi Efek, Komite Pencatatan dan Komite Disiplin Anggota Bursa.

Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3 : Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia


(63)

4.1.5 Gambaran Umum Persuhaan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia yang telah memenuhi kriteria dalam pengambilan sampel. Berdasarkan data yang telah diperoleh terdapat 19 (sembilanbelas) perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Adapun gambaran umum mengenai ke-10 (sepuluh) perusahaan dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1. PT. Astra International Tbk

PT Astra Internasional Tbk (Persero) didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT Astra Internasional Incorporated. Pada tahun 1990, perseroan itu mengubah namanya menjadi PT Astra Internasional Tbk. Dengan berdomosili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di Jl. Gaya Motor Raya No.8, Sunter II, Jakarta.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan perseroan adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama anak perusahaan meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat-alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan dan teknologi informasi.

2. PT. Astra Otoparts Tbk

PT Astra Otoparts Tbk (“Perusahaan”) didirikan dengan akta notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya, S.H.,


(64)

notaris di Jakarta, dengan nama PT Federal Adiwiraserasi. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2- 1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Februari 1992 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 39 Tambahan No. 2208 tanggal 15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 68 tanggal 27 Mei 2008 dari Imas Fatimah, S.H., sehubungan dengan perubahan mengikuti Undang- Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Perubahan anggaran dasar ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU- 46481.01.02. tanggal 31 Juli 2008. Sampai dengan tanggal laporan ini, Akta Notaris tersebut masih dalam proses pengumuman di Lembaran Berita Negara.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor baik lokal maupun ekspor dan menjalankan usaha dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri plastik.

Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1991. Saat ini kegiatan pemasaran Perusahaan meliputi dalam dan luar negeri termasuk Asia, Timur Tengah dan Afrika, dan memiliki divisi perdagangan yang beroperasi di Singapura dan anak perusahaan di Australia.


(65)

Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha Astra Grup. Pabrik Perusahaan berlokasi di Jakarta dan Bogor dan kantor pusatnya beralamat di Jalan Raya Pegangsaan Dua Km. 2,2, Kelapa Gading, Jakarta.

Pada tanggal 29 Mei 1998, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam suratnya No. S-1110/PM/1998 untuk melakukan penawaran umum perdana atas 75 juta saham Perusahaan kepada masyarakat dengan nilai nominal Rp 500 per saham dan harga perdana sebesar Rp 575 per saham. Pada tanggal 15 Juni 1998, saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.

3. PT. Gajah Tunggal Tbk

PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 54 tanggal 24 Agustus 1951 dari Raden Meester Soewandi, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. J.A.5/69/23 tanggal 29 Mei 1952 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 63 tanggal 5 Agustus 1952, Tambahan No. 884. Anggaran Dasar Perusahaan telah disesuaikan dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas, dengan akta No. 13 tanggal 22 Nopember 2007 dari Amrul Partomuan Pohan SH, Lex Legibus Magister, notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. C-06556.HT.01.04-TH.2007 tanggal 13 Desember 2007.


(66)

Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Tangerang dan Serang. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma Hayam Wuruk, Lantai 10 Jl. Hayam Wuruk 8, Jakarta. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang industri pembuatan barang-barang dari karet, termasuk ban dalam dan luar segala jenis kendaraan, barang atau alat. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1953. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk ke Amerika Serikat, Asia, Australia dan Eropa.

4. PT. Goodyear Indonesia Tbk

PT. Goodyear Indonesia Tbk ( Perusahaan) semula didirikan dengan nama “NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited” pada tanggal 26 Januari 1917 berdasarkan Akta Notaris Berjamin ter kuile No.199, yang kemudian berubah nama menjadi “PT. Goodyear Indonesia “ berdasarkan Akta Notaris Eliza Pondaggt No. 73 tanggal 31 Oktober 1977 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/250/7 tanggal 25 juli 1978.

Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan dan yang terakhir adalah pada tanggal 16 Juni 1997 berdasarkan Akta Notaris No.48 Mudofir Hadi,S.H, dalam rangka memenuhi ketentuan Undan-Undang Perseroan Terbatas No. 1/1995 (Perusahaan masih dalam proses untuk menyesuaikan Anggaran Dasar Perusahaan dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40/2007)


(67)

dan peraturan pasar modal. Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-151.HT.01.04.Th.98 tanggal 1998.

Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk kendaraan bermotor dan pesawat terbang serta komponen lain yang terkait, penyaluran dan ekspor ban.

Perusahaan mulai beroperasi dalam bidang usaha perdagangan ban pada tahun 1917. Pabrik perusahaan dibangun pada tahun 1935 di Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor pusat perusahaan berdomosili di Bogor.

Pada tanggal 10 Nopember 1980, perusahaan menawarkan 6.150.000 lembar sahamnya dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.000 (Rupiah penuh) per lembar saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ), efektif mulai Desember 2007 menjadi Bursa efaek Indonesia.Pada tanggal 20 Desember 2000 perusahaan mendaftarkan 34.850.000 lembar sahamnya yang dimiliki oleh The Goodyear Tire & Rubber Company (GTRC) ke BEJ. Sejak tanggal 2 Januiari 2001, seluruh saham perusahaan telah tercatat secara resmi di BEJ.

5. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk

Hexindo Adiperkasa Tbk (Perusahaan) didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Notaris Mohamad Ali, S.H No 37 tanggal 28 November 1988. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat eputusan No.C2-4389.HT.01.01.TH.89 tanggal 12


(68)

Mei 1989,serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.54 Tambahan No. 1251 tanggal 5 Juli 1989. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan terakhir antara lain mengenai modal saha dan tugas dan wewenang direksi, sebagaimana dinyatakan dalam Akta Notaris Robert Purba, S.H., No. 74 tanggal 27 Juni 2007. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah diterima dan dicatat di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No. C-UM.HT.01.10-1530 tanggal 30 Oktober 2007.

Perusahaan memulai operasi komersional pada bulan Januari 1989. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, kegiatan usaha perusahaan adalah perdagangan dan persewaan alat berat serta pelayanan purna jual. Saat ini, perusahan bertindak selaku distributor alat-alat berat jenis tertentu dan suku cadang dari merek Hitachi, John Deere dan Krupp. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berlokasi di Kawasan industry Pulo Gadung Jalan Pulo Kambing II kav No. 33,Jakarta 1390. Pada tanggal 31 Desember 2007, perusahaan memiliki 10 cabang, 5 sub cabang kantor perwakilan dan 8 proyek yang tersebar di seluruh Indonesia.

6. PT. Indo Kordsa Tbk.

PT. Indo Kordsa Tbk ( dahulu PT Branta Mulia Tbk “Perseroan) didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri berdasarkan Undang-Undang No 6 tahun 1968, dengan akte notaries Ridwan Suselo tanggal 8 Juli 1981 No.83, diubah dengan akte-akte notaries yang sama


(1)

volume penjualan meskipun sebenarnya dengan tingkat hutang tinggi akan semakin besar risiko keuangan yang akan dihadapi perusahaan sehingga dengan adanya hutang yang besar maka perusahaan menggunakan laba yang dimiliki untuk membayarnya sehingga hal tersebut akan menurunkan keuntungan para investor. Hal ini akan berdampak positif terhadap Price Earning Ratio Perusahaan Otomotif yaitu tingginya Leverage mengakibatkan Price Earning Ratio Perusahaan Otomotif naik sehingga Leverage mampu secara nyata memprediksi Price Earning Ratio di masa yang akan datang pada perusahaan Otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

Menurut Fuller dan Farrel (1987:365) dalam Setiawan (2005), Leverage dinyatakan dapat berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio dikarenakan bahwa Leverage merupakan salah satu elemen yang menentukan tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Dalam analisis Du Pont menyatakan bahwa Leverage tinggi berpeluang akan memperbesar Return On Equity (ROE), sehingga akan meningkatkan tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Jika tingkat pertumbuhan laba naik, sedangkan faktor-faktor lain dianggap konstan maka dapat mengakibatkan Price Earning Ratio meningkat.

4.4.3. Pengaruh Dividen Payout Ratio Terhadap Price Earning Ratio Perusahaan Otomotif

Secara Parsial (uji-t) didapat hasil untuk variabel Dividen Payout Ratio nilai thitung < ttabel sehingga nilai thitung di daerah terima H0, yang artinya variabel

Dividen Payout Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI tahun

2005-Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

83

2008, ditunjukkan bahwa pengaruh Dividen Payout Ratio 0,173 dengan tingkat signifikansi 0,864. Hal ini berarti bahwa semakin turun Dividen maka tingkat Price Earning Ratio akan semakin rendah. Ini disebabkan perusahaan Otomotif tidak semuanya membayarkan Dividen Payout kepada para investor. Battacharya (1979) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai earning yang semakin meningkat merupakan signal bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek bagus di masa yang akan datang. Dalam ini investor kurang tertarik dengan adanya penawaran dividen oleh perusahaan tetapi lebih memperhatikan prospek perusahaan di masa yang akan datang yang nantinya akan memberikan keuntungan yang lebih. Semakin tingginya Dividen Payout Ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Karena perusahaan yang pertumbuhan labanya kurang stabil ataupun mengalami kerugian bisa saja membayarkan dividen, agar dapat menarik para investor dan dapat menghilangkan keseimbangan investor tentang keuntungan perusahaan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan di bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Menyatakan bahwa Current Ratio menurun akan mengakibatkan Price Earning Ratio menurun pada perusahaan Otomotif yang ada di BEI. b. Menyatakan bahwa Leverage meningkat akan mengakibatkan Price

Earning Ratio meningkat pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI.

c. Menyatakan bahwa Dividen Payout Ratio menurun akan mengakibatkan Price Earning Ratio menurun pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI.

5.2. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan peneliti berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut :

a. Dalam melakukan investasi (penanaman modal) pada suatu perusahaan, investor tidak boleh hanya memperhatikan besarnya Current Ratio, Leverage, Dividen Payout Ratio dalam suatu dalam suatu perusahaan. Tetapi juga harus melihat faktor-faktor fundamental lain yang mempengaruhi Price Earning Ratio agar dalam berinvestasi investor

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

85

tidak spekulatif dan hanya ikut-ikutan tanpa mempertimbangkan faktor yang rasional.

b. Konsep Price Earning Ratio sebagai konsep yang fundamental bagi pengembangan teori pasar modal sebaiknya lebih banyak dikupas lagi oleh para ahli.

c. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian hal yang sama dapat menggunakan variabel-variabel lain yang diperkirakan akan berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio.


(5)

Anoraga, Panji dan Piji Pakarti, 2001, Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta,Jakarta.

Arifin, Zainal, 2005, Teori Keuangan dan Pasar Modal, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin, 2001, Pasar Modal Indonesia,

Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Fakhruddin,M dan Hadianto M.Sopian, 2001, Perangkat dan Model Analisis Investasi Pasar Modal, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Gujarati, Damodar dan Zain Sumarno, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Halim Abdul, 2003, Analisis Investasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Husnan Suad, 1994, Dasar-dasar teoti Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kedua, Penerbit UPP - AMP YKPN, Yogyakarta.

Husnan Suad, 2004, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit AMP YKPN, Yogyakarta.

Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Jones, Charles P, 2000, Investments Analysis and Management, Edisi Ketujuh, New York.

Moeljadi, 2006, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Bayumedia, Malang.

Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Nachrowi, D.Nachrowi dan Usman Hardius, 2006, Pendekatan Populer dan Praktik Ekonometrika, Penerbit FE UI, Jakarta.

Sartono, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

Sawir Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Penerbit Gramedia, Jakarta.

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung Sunariyah, 2004, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Penerbit YKPN,

Yogyakarta.

Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta

Sumodiningrat Gunawan, 2004, Ekonometrika Pengantar, Penerbit BPFE,

Yogyakarta.

Tampubolon, Manahan P, 2005, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Galhia Indonesia, Bogor.

Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Usman, dkk, 1990, ABC Pasar Modal Indonesia, Penerbit LPPI, Jakarta.

Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Weston J. Fred Weston dan Copeland, Thomas E, 1996, Manajmen Keuangan, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Widarjono Agus, 2005, Ekonometrika, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

JURNAL :

Halim Johan, 2005, Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Dividen terhadap Price Earning Ratio pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Balance, Vol 2, No 1.

Suryaputri V.Rossje dan Astuti Dwi Christina, 2003, Pengaruh Faktor Leverage, Devident Payout, Size, Earning Growth and Country Risk terhadap Price Earning Ratio, Media Riset Akuntansi Auditing dan Informasi, Vol 3, No 1. Setiawan Rahmat, 2005, Pengaruh Dividend Pay Out Ratio, Profit Margin, Asset Turnover, Leverage dan Tingkat Risiko Terhadap Price Earning Ratio Pada Kondisi Pasar Bearish dan Bullish (Kajian Empiris Di Bursa Efek Jakarta Pada Masa Krisis Ekonomi), Majalah Ekonomi, Tahun XIV, No 1.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Momentum dan Price Earning Ratio Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 37 85

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 41 118

Analisis Pengaruh Price Earning Ratio Dan Dividen Tunai Terhadap Harga Saham Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia

0 61 101

Pengaruh Dividend Pay Out Ratio, Current Ratio, Variance Of Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

7 73 99

Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham (Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. Serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk.)

0 36 85

ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, LEVERAGE DAN FIRM SIZE TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 4 95

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN PRICE EARNING RATIO (PER) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 16 103

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL (CURRENT RATIO, LEVERAGE RATIO, DAN DEVIDEND PAYOUT RATIO) TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005-2007.

0 0 1

KATA PENGANTAR - ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, LEVERAGE DAN FIRM SIZE TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 19

ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, LEVERAGE DAN DIVIDEN PAY OUT RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 20