PERAN KHALIFAH HARUN Al - RASYID DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

PERAN KHALIFAH HARUN Al - RASYID

DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

PADA MASA DINASTI ABBASIYAH

SKRIPSI

  

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

LAILY AGUSTINI

  

111-12-199

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2016

  

PERAN KHALIFAH HARUN Al - RASYID

DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

PADA MASA DINASTI ABBASIYAH

SKRIPSI

  

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

LAILY AGUSTINI

  

111-12-199

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2016

  

MOTTO

Membaca sejarah adalah cara menemukan harapan.

  

Harapanlah yang membuat kita rela dan berani melakukan

kebajikan-kebajikan hari ini, walaupun buah kebajikan itu

akan dipetik oleh mereka yang baru lahir esok hari

(Muhammad Anis Matta)

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada :  Bapak dan Ibu tercinta, Sriyono dan Siti Sopiyah yang telah memberikan semua pengorbanan, bimbingan dan mendidik penulis dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

   Ibu Dra. Hj. Maryatin, M.Pd., M.Ag yang telah membimbing penulis dalam pembuatan skripsi ini penuh dengan kesabaran dan ketelatenan. Sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar sampai selesai.

   Semua kakakku, Siti Khoiriyah dan M. Rifai yang selalu memberi semangat dalam hidupku, untuk selalu mengejar cita-cita setinggi mungkin.

   Saudaraku Lia S sekeluarga yang telah memberi dukungan.  Kawan-kawanku seperjuangan Nuriya, Dita Indi, Animatul, Azza, dan Mbak Mega juga PAI F tercinta, yang selalu menjadi teman terbaikku.

   Kawan-kawan aktivis Kopma Fatawa, yang banyak memberikan pengalaman.

   Semua pihak yang telah banyak membantu, yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang selalu memberikan dukungan & semangat pada penulis.

KATA PENGANTAR

  

ِميح ّرلا ِنمحّرلا الله مسِب

  Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, yang telah meberikan kekuatan dan pertolongan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan, serta kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya.

  Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Institut Agama AIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Peran Khalifah Harun Al

  Rasyid dalam Pengembangan Pendidikan Islam Pada Masa Di nasti Abbasiyah”. “Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. , selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Ibu Dra. Hj. Maryatin, M.Pd., selaku pembimbing skripsi, yang telah

  meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar sampai selesai.

  5. Bapak Dr. Adang Kuswaya M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik

  yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan selama masa kuliah.

  6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

  pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian skripsi ini.

  7. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

  mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi agama, nusa dan bangsa.

  Amin – amin yarobbal 'alamin.

  Salatiga, 02 Mei 2016 Penulis

  Laily Agustini 111-12-199

  ABSTRAK

  Agustini, Laily. 2016. Peran Khalifah Harun Al Rasyid dalam Pengembangan

  Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah. Skripsi. Fakultas

  Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra, Hj. Maryatin M.Pd.

  Kata kunci: Pendidikan Islam, khalifah, Harun Al-Rasyid.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji peran Khalifah Harun Al Rasyid dalam pengembangan pendidikan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana biografi Khalifah Harun Al-Rasyid?, dan (2) Bagaimana peran Khalifah Harun Al-Rasyid dalam pemerintahan pada masa Dinasti Abbasiyah?, dan (3) Bagaimana sumbangan Khalifah Harun Al-Rasyid terhadap pengembangan pendidikan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian menggunakan pendekatan kepustakaan.

  Metode penelitian yang digunakan dengan jenis penelitian literer, sumber data primernya adalah buku yang berjudul Harun Al-Rasyid Amir Para Khalifah dan Raja Teragung di Dunia dan Kejayaan Sang Khalifah Harun Ar

  • –Rasyid Kemajuan Peradaban Dunia Pada Zaman Keemasan Islam. Sedangkan sumber data sekundernya adalah buku-buku lain yang relevan dengan obyek pembahasan penulis. Metode pengolahan data yang dipakai adalah metode analisis isi.

  Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yaitu (1) Biografi dari Khalifah Harun Al Rasyid seorang putera mahkota dari keluarga penguasa Abbasiyah. ayahnya adalah khalifah Al Mahdi dan ibunya adalah Khairuzan. (2) Peran Khalifah Harun Al Rasyid dalam pemerintahan yaitu memberikan kemajuan pembangunan pada masanya, diantaranya: Pembangunan masjid, Bidang Kesehatan, Bidang militer, Bidang administrasi, Peran Zubaidah dalam mengembangkan pembangunan, Bidang ekonomi. Ia menggunakan kekuasaan dan kekayaannya untuk melakukan gerakan-gerakan dalam pembangunan, memberi fasilitas kepada siapa saja yang mau bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. (3) Peran Khalfah Harun Al Rasyid dalam Pengembangan Pendidikan Islam yaitu selain sebagai seorang khalifah ia juga sebagai seorang cendekiawan. ia memperbesar departemen studi ilmiah dan penerjemahan. Ia menjadikan istana sebagai tempat berkumpulnya para ahli alim ulama; syair, sejarah, fikih, kedokteran, musik dan berbagai ilmu dan kesenian lainnya.

  DAFTAR ISI

  Sampul i ………………………………………………….............................

  Lembar Berlogo............................................................................................. ii Judul.............................................................................................................. iii Persetujuan Pembimbing.............................................................................. iv Pengesahan Kelulusan.................................................................................. v Pernyataan Keaslian Tulisan ........................................................................ vi Motto dan Persembahan................................................................................ vii Kata Pengantar.............................................................................................. ix Abstrak ......................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN

  1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………… .........

  5 B. Rumusan Masalah ………………………………………...........

  5 C . Tujuan Penelitian ………………………………………. ..........

  D. Kegunaan Penelitian 5 ……………………………………...........

  E. Metodologi Penelitian 6 …………………………………............

  8 F. Penegasan Istilah…………………………………….................

  10 G. Sistematika Penulisan…………………………………….........

  BAB II BIOGRAFI HARUN Al RASYID A. Riwayat Hidup Harun Al

  12 Rasyid …………………………......

  15

  16 C. Pernikahan Harun Al Rasyid…………...... ................................

  D. Jabatan yang pernah diduduki....................................................

  20 E. Setting Sosial .............................................................................

  21 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A.

  Peran Khalifah Harun Al-Rasyid dalam Pengembangan Pendidikan Islam pada Masa Abbasiyah

  25 ………………......

  B. Peran Khalifah Harun Al-Rasyid dalam Pemerintahan pada Masa Abbasiyah

  37 ……………………………………………...

  BAB IV PEMBAHASAN A. Latar Belakang Keluarga Harun Al-Rasyid................................

  49 Pendidikan Islam

  58 ………………………………………………

  C. Relevansi Peran Harun Al-Rasyid dalam Pengembangan Pendidikan Islam......................................................................

  65 D. Implikasi Pemikiran Harun Al-Rasyid dalam Pengembangan Pendidikan Islam

  68 ……………………………………………..

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………......................... 72 B. Saran-

  74 Saran……………………………………….......................... DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pengembangan Pendidikan Islam, memerlukan tokoh yang

  menjadi pemimpin dan pembina. Nabi Muhammad saw sebagai pembawa ajaran Islam berperan memimpin dan membina masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang bertaqwa dan berakhlak terpuji.

  Pelaksanaan pembinaan pendidikan Islam pada zaman Nabi dapat dibedakan menjadi dua tahap, baik dari segi isi dan materi pendidikanya, yaitu: (1) tahap fase Makkah, sebagai fase awal pembinaan pendidikan Islam, dengan Makkah sebagai pusat kegiatanya, dan (2) tahap atau fase Madinah, sebagai fase lanjutan (penyempurnaan atau pembinaan) pendidikan Islam dengan Madinah sebagai pusat kegiatannya. Peristiwa hijrah telah membedakan kedua fase tersebut (Zuhairini dkk,1986:18).

  Menurut Ahmad Syafii Maarif, dalam buku Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, disebutkan bahwa Islam hadir ditengah kerasnya peradaban jahiliah. Melalui Nabi Muhammad SAW, Islam selanjutnya berhasil bermetamorfosa menyebar ke hampir sepertiga bagian jagad ini. Setelah Rasulullah, peran perjuangan dilanjutkan oleh Al-Khulafau Al-Rasyidin dan dinasti-dinasti Islam yang muncul sesudahnya. Mereka berhasil membangun peradaban dan kekuasaan politik yang menandingi kekuatan raksasa saat itu, Byzantium dan Persia (Karim,2009:7).

  Masa kekhalifahan Bani Umayah selain digunakan dengan program-program besar, mendasar, dan strategis, juga banyak melahirkan golongan dan aliran dalam Islam, serta perkembangan ilmu agama, ilmu umum dan kebudayaan, dan peradaban (Nata,2011:127).

  Meski diawali dengan pertumpahan darah dengan Bani Umayah, Dinasti Abbasiyah telah mencatat tonggak-tonggak penting dalam sejarah Islam. Pada masa pemerinthan Bani Abbas peradaban mencapai puncaknya. Semua bidang ilmu pengetahuan tumbuh subur. Ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak dirumuskan dalam bentuk formil kini muncul. Pada masa ini ilmu kedokteran, anatomi tubuh, ilmu astronomi, optik, aljabar, dan lain-lain berkembang pesat. Kemajuan ini didukung Suyuthi,2012:XIII).

  Pada masa Abbasiyah, Khalifah Manshur memunculkan kembali bahwa “pengembaraan mencari ilmu” (ملعلا بلط ىف ةلحرلا) merupakan satu bentuk kesalehan paripurna. Sejalan dengan itu, diyakini pula bahwa mereka yang meninggal dalam perjalanan mencari ilmu adalah syahid.

  Salah satu langkah strategis yang diterapkan Dinasti Abbasiyah dalam memajukan dunia intelektual kaum muslim adalah kebijakan untuk menerjemahkan literatur-literatur asing dari Yunani, Aramik (sekarang Suriah) dan India, kedalam bahasa arab. Berbekal karya-karya terjemahan itu, para cendekiawan muslim mengembangkannya menjadi penemuan- penemuan baru (Effendi,2015: 238).

  Dalam pendidikan Islam, seorang muslim harus memiliki kecerdasan, baik kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosional dan spiritual. Bahkan dalam Al-Quran disebutkan betapa pentingnya dan keutamaan pendidikan atau menuntut ilmu. Seperti yang tercantum dalam Q.S. Mujaadillah ayat: 11 Allah SWT berfirman:

   ْمُكَل ُهَّللا ِحَسْفَ ي اوُحَسْفاَف ِسِلاَجَمْلا يِف اوُحَّسَفَ ت ْمُكَل َليِق اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي ُهَّللاَو ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذَّلاَو ْمُكنِم اوُنَمآ َنيِذ َّلا ُهَّللا ِعَفْرَ ي اوُزُشناَف اوُزُشنا َليِق اَذِإَو ريِبَخ َنوُلَمْعَ ت اَمِب

  Artinya:Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan

  kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa der ajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

  Masa kejayaan pendidikan Islam, dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam, yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga Pendidikan Islam dan madrasah-madrasah (sekolah- sekolah) formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Lembaga pendidikan, sekolah dan universitas tersebut nampak dominan pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan pola budaya kaum muslimin. Berbagai ilmu pengetahuan berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan berbagai macam aspek budaya kaum muslimin (Zuhairini dkk,1986 : 87).

  Harun Al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang berwibawa, dermawan, taat beragama dan piawai dalam memegang pemerintahan sehingga dikenal sebagai penguasa terbesar di dunia. Ia merupakan mutiara sejarah Abbasiyah dan raja paling agung dalam sejarah (Khoiriyah,2012:93).

  Baghdad yang menjadi ibukota pemerintahan pada masa kepemimpinan Ar Rasyid, menjadi pusat ilmu pengetahuan bertaraf internasional. Dalam sejarah kota tersebut, belum pernah terjadi gerakan cinta ilmu dan pemikiran yang begitu dahsyat kecuali di masanya. Dari Baghdad, gerakan tersebut menyebar keseluruh pelosok negeri Islam (Khalil,1997:xi).

  Kejayaan yang dicapai dinasti Abbasiyah pada masa yang dilakukan khalifah sebagai pemimpin dinasti Abbasiyah. Kuatnya kemiliteran yang membuat pemerintahan bertahan selama 23 tahun dan majunya perekonomian dapat menciptaan kemakmuran rakyat di bawah kepemimpinannya. Dalam mencapai kejayaan tersebut Khalifah Harun Al- Rasyid melakukan beberapa upaya, yaitu dengan mempertahankan wilayah kekuasaannya yang luas, memperkuat kemiliteran, dan memajukan perekonomian Dinasti Abbasiyah (Chasanah dkk, 2013: 9).

  Dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul :

  “Peran Khalifah Harun Al-

Rasyid Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti mengetahui sejarah sehingga memperoleh semangat belajar agar dimasa depan Islam mampu menjadi pusat ilmu pengetahuan bagi dunia.

B. Rumusan Masalah

  Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana biografi Khalifah Harun Al-Rasyid ? 2.

  Bagaimana peran Khalifah Harun Al-Rasyid dalam pemerintahan pada masa Dinasti Abbasiyah ?

  3. Bagaimana sumbangan Khalifah Harun Al-Rasyid terhadap pengembangan pendidikan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah ?

C. Tujuan Penelitian

  dicapai adalah : 1.

  Untuk mengetahui biografi Khalifah Harun Al-Rasyid pemerintahan pada masa Abbasiyah.

  2. Untuk mengetahui peran Khalifah Harun Al-Rasyid dalam pemerintahan pada masa dinasti Abbasiyah.

  3. Untuk mengetahui sumbangan Khalifah Harun Al-Rasyid terhadap pengembangan pendidikan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah.

D. Kegunaan Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian di atas, kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

  1. Teoritis : Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan Pendidikan Islam. Serta memperkaya wawasan pengetahuan tentang perkembangan Pendidikan Islam pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid .

  2. Praktis : a.

  Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wahana dalam memperoleh informasi dan pengetahuan peneliti untuk melatih diri dalam masalah yang terjadi pada sejarah Islam. Khususnya tentang Abbasiyah dalam masa kepemimpinan Harun Al-Rasyid.

  b.

  Bagi Lembaga Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan kajian tentang Sejarah Pendidikan Islam pada masa Khalifah Harun Al-

  Rasyid untuk pertimbangan dan perbandingan dalam penerapan dan pengembangan Pendidikan Islam pada masa sekarang.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian literer yang terfokus pada referensi buku dan sumber-sumber yang relevan. Penelitian literer lebih di fokuskan kepada studi kepustakaan (Amirin, 1995: 135).

  2. Metode Pengumpulan Data Dalam pengambilan dan pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Pengumpulan data dapat berupa buku, kitab, jurnal, artikel, dokumen dan lain sebagainya. Dengan demikian, penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut (Suryabrata, 1995: 66).

  3. Sumber Data Penelitian ini menggunakan sumber data bersifat kepustakaan yang sumber datanya diambil dari dokumen-dokumen kepustakaan seperti buku, majalah, paper, koran, kitab dan sumber literatur lainnya yang dibutuhkan . Dalam pengumpulan data ini digunakan dua sumber a.

  Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini.

  Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku yang berjudul Harun Al-Rasyid Amir Para Khalifah dan Raja Teragung di Dunia dan Kejayaan Sang Khalifah Harun Ar

  • –Rasyid Kemajuan Peradaban Dunia Pada Zaman Keemasan Islam.

  b.

  Sumber data Sekunder Sumber data sekunder adalah buku - buku, dan sumber lain yang mendukung penelitian ini, berbagai literatur yang berhubungan dan relevan dengan objek penelitian, baik itu berupa transkrip, wawancara, buku, artikel di surat kabar, majalah, tabloid, website, dan blog di internet yang berupa jurnal.

4. Metode Analisis Data

  Setelah data dikumpulkan, langkah berikutnya adalah menganalisis data. Metode pengolahan data yang dipakai adalah metode analisis isi, yaitu menghimpun dari majalah, dokumen- dokumen resmi, buku-buku kemudian diklarifikasi sesuai dengan masalah yang di bahas dan dianalisis isinya.

  Penelitian dengan metode analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari sumber data yang disampaikan dalam bentuk lambang yang terdokumentasi atau dapat didokumentasikan. Metode ini dapat dipakai untuk majalah semua bentuk komunikasi, seperti pada surat kabar,buku, puisi, film, cerita rakyat, peraturan perundang-undangan dan sebagainya (Hariyono,1998:175).

F. Penegasan Istilah

  Untuk memahami judul dan mempermudah serta menghindari kesalahan, maka akan dijelasan beberapa kata pokok yang terdapat pada judul di atas, yaitu: 1.

  Peran Khalifah Harun Al-Rasyid Peran adalah serangkaian perilaku atau tindakan yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada ketentuan dan harapan peran yang menerangkan tentang individu - individu harus harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran- peran tersebut (Friedman,1998:286).

  Istilah Khalifah dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah wakil (pengganti) Nabi Muhammad saw. Setelah nabi wafat yang melaksanakan Sy ari‟at Islam dalam kehidupan negara, (gelar) kepala agama dan raja di negara Islam.

  Harun Al-Rasyid adalah nama pemimpin negara pada masa dinasti Abbasiyah. Nama lengkapnya Ar- Rasyid Abu Ja‟far bin Al

  Mahdi bin Al Manshur Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al Abbas (As Suyuthi,2012:340).

  Maka peran Khalifah Harun Al-Rasyid adalah tindakan yang Rasyid untuk melaksanakan syari‟at Islam dalam mengatur kehidupan bernegara.

2. Pengembangan Pendidikan Islam

  Istilah Pengembangan dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, adalah proses, cara perbuatan mengembangkan (pemerintah selalu berusaha), pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki.

  Pendidikan Islam adalah sebagai usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Achmadi, 1992:20).

  Maka pengembangan pendidikan Islam adalah prosesuntuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani menuju insan kamil yang sesuai dengan norma Islam.

3. Dinasti Abbasiyah

  Istilah Dinasti dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, adalah keturunan dari raja-raja yang memerintah, dan semuanya berasal dari satu keluarga. Secara harfiah dinasti adalah kekuasaan yang dipegang secara turun temurun dalam satu garis keturunan atau kerabat.

  Sedangkan istilah Abbasiyah diambil dari nama salah seorang dari paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Al Abbas ibn Abd Al- Muttalib ibn Hasyim (Karim,2009:143).

  Maka Dinasti Abbasiyah adalah kekuasaan yang dipegang secara turun temurun oleh keturunan dari Al Abbas ibn Abd Al-Muttalib ibn Hasyim.

  Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bagaimana peran Khalifah Harun Al-Rasyid dalam pengembangan pendidikanIslam pada masa dinasti Abbasiyah, melalui tindakan dan proses yang dilakukan dalam menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan sumber daya yang ada demi kemajuan Pendidikan Islam pada masa itu.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi. Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, akan disusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan memaparkan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitan, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  BAB II BIOGRAFI KHALIFAH HARUN AL-RASYID Bab ini akan memaparkan tentang Biografi Harun Al- Rasyid, yang meliputi kelahiran, keluarga, pendidikan, jabatan yang pernah di duduki dan setting sosial. BAB III PERAN KHALIFAH HARUN AL RASYID Bab ini akan memaparkan tentang peran Harun Al-Rasyid dalam pengembangan Pendidikan Islam pada masa Abbasiyah

  BAB IV ANALISIS PERAN KHALIFAH HARUN AL RASYID Bab ini akan mengulas tentang signifikansi peran, relevansi, dan implikasi Harun Al-Rasyid terhadap pengembangan Pendidikan Islam.

  BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran

BAB II BIOGRAFI KHALIFAH HARUN AL-RASYID A. Riwayat Hidup Khalifah Harun Al-Rasyid Harun Al-Rasyid dilahirkan di Ray pada tahun 150 H. Ia adalah

  putera dari Mahdi, seorang Khalifah Abbasiyah yang populer dengan sikap sangat lunak terhadap rival poitiknya, dermawan, dan berperan dalam pembelaan Islam. Periodenya identik dengan negara yang aman dan kekayaan negeri bertambah (Karim,2009:148).

  Ibunya adalah Khairuzan seorang ratu yang tegas dan berpengetahuan luas, berasal dari Yaman. Ia belajar fikih dari Imam Al Auza‟i. Pada mulanya, ia merupakan seorang salah satu jariyah (budak) Al Mahdi. Lalu dimerdekakan dan menikah dengannya. Ketika Al Mahdi meninggal dunia, dan anaknya menduduki kursi khalifah, ia memegang kendali atas urusan penting pemerintahan (Khalil,1997:15).

  Sewaktu kanak-kanak, ia menghabiskan sebagian waktunya di kerajaan, ia diawasi oleh staf harem, seperti lazimnya perlakuan

  harem

  untuk pewaris tahta yang sedang tumbuh. Masa tinggalnya disana kerap menerima kunjungan dari Manshur, sang kakek yang mengesankan, melangkah dengan sepatu bot hitamnya yang besar dan serban hitam serta kisah- kisah mengenai kekuasaan yang bercampur dengan “nasihat bijak mengenai kebijakan kehidupan” (Bobrick,2012:58).

  Dalam akhlaknya, Al-Rasyid selalu mencontoh Al Manshur dan menerapkannya kecuali dalam kedermawanan dan pemberian hadiah. Al- kemauannya sendiri maupun karena diminta. Dia tidak pernah menunda pemberian hari ini ke hari esok (Khalil,1997:3) Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun telah dipercaya oleh ayahnya dalam urusan pemerintahan. Harun yang belum genap dua puluh tahun berhasil merebut benteng Samalu setelah 38 hari. Ekspedisi Harun terhadap Byzantium menaikkan kekuatan politiknya dan ketika ia kembali pada tanggal 31 Agustus 782, dia digelari “ Al-Rasyid”, berarti “Yang Mendapat Petunjuk” (Bobrick,2012:39).

  Harun Al-Rasyid berkulit putih, tinggi, gemuk, tampan, fashih, memiliki wawasan tentang ilmu dan sastra, menyukai ilmu dan ulama, senantiasa menhindari apa-apa yang diharamkan dalam Islam, tidak menyukai pembantahan dalam agama atau mengeluarkan kata-kata yang bertentangan dengan Nash (Al-

  Qur‟an dan As Sunnah), sering menangisi dirinya sendiri, terutama ketika ia sedang dinasehati (Khalil,1997:1).

  Pada pengangkatannya sebagai khalifah terjadi keserentakan tiga peristiwa. Pada saat itu Harun tengah tertidur ketika Wazir Yahya Al Barmeki datang ke tempatnya dan kemudian ia dibangunkan dengan suatu panggilan kehormatan tertinggi (Amirul Mukminin). Yahya menceritakan meninggalnya Khalifah Al Hadi dan menyerahkan cincin kebesaran dan memasangkan kejarinya. Selanjutnya Wazir Yahya Al Barmaki menyampaikan lagi suatu berita gembira bahwa istrinya telah melahirkan putra, yaitu Al Makmun. Sejarah mencatat bahwa malam itu, seorang khalifah wafat, dan seorang khali fah di bai‟at, dan seorang calon khalifah lahir yang terjadi pada satu malam secara bersamaan (Sou‟yb,1977:103).

  Dalam hal keimanan, Harun tak pernah lupa melaksanakan ritual ibadah agamanya. Setiap pagi, dia memberikan seribu dirham untuk amal dan melakukan shalat seratus rakaat (masing-masing disertai banyak bacaan dzikir dan doa) setiap hari. Dia berhaji ke Mekkah (1.750 Mil dari Baghdad pulang pergi) menggunakan unta sebanyak tujuh kali, dimulai pada tahun setelah dia naik tahta, dan haji yang kedelapan dari Rakkah (di Syiria) ke Mekkah dengan berjalan kaki. Saat perjalanan haji, dia juga memberikan harta dalam jumlah yang besar kepada penduduk Mekkah dan Madinah, dua kota paling suci dalam Islam, dan pada jamaah haji yang miskin sepanjang perjalanan. Selalu ada orang zuhud yang dibiayai dalam rombongannya, dan ketika pada tahun tertentu, ketika dia tidak bisa berangkat haji sendiri, dia mengirimkan beberapa wakil yang berkedudukan tinggi bersama tiga ratus pegawai atas biaya darinya untuk pergi berhaji (Bobrick,2012:64).

  Al-Rasyid meninggal saat memimpin perang Thus, sebuah kota di wilayah Khurasan. Dia dikuburkan ditempat itu pada tanggal 3 Jumadil Akhir tahun 193 H. Anaknya bernama Shalih menjadi imam atas jenazahnya. Setelah Harun meninggal, Al Amin, segera dilantik. Saat itu Al Amin berada di Baghdad di tengah-tengah pasukan tentara. Setelah kabar kematian ayahnya sampai padanya, dia kemudian melakukan sholat bersama kaum muslimin di tempat itu. Dia berkutbah serta memberitahukan kematian ayahnya kepada penduduk Baghdad (As Suyuthi,2012:356).

B. Pendidikan Harun Al-Rasyid

  Harun memperoleh pendidikan awalnya di istana, baik ilmu agama maupun ilmu pemerintahan. Ia di didik oleh keluarga Barmaki, Yahya bin Khalid salah seorang anggota keluarga Barmak yang beperan dalam masa pemerintahan Bani Abbasiyah. Sehingga Ia menjadi orang yang terpelajar, cerdas, fasih berbicara dan berkepribadian kuat.

  Harun mempelajari Sejarah, Geografi, dan Retorika (kefasihan); musik dan syair; serta ekonomi dalam bentuk pelajaran keuangan.

  Pelajaran keagamaan mewarnai semua mata pelajaran, dan dibawah kepengawasan Ali bin Hamzah Al Kisa‟i, seorang teolog terkemuka, energi terbesar Harun digunakan untuk menguasai hadis atau sunah nabi dan teks Al Qur‟an. Latihan fisiknya sebagai calon tentara tuhan juga ditekankan dan memadukan latihan militer seperti permainan pedang, panahan, dan pertempuran berkuda dengan pelajaran seni perang (Bobrick,2012:58-59).

  Harun Al-Rasyid adalah seorang cendekiawan yang memiliki wawasan sangat luas yang berkaitan dengan semua yang berbau Arab (sejarah, bahasa, kesusastraan dan lain-lain). Dia juga memiliki citra rasa yang tinggi terhadap syair dan bahasa sehingga sebagian orang ada yang berkata, “Pengetahuan Al-Rasyid adalah pengetahuan semua ulama” (Khalil,1997:57).

  Dalam buku Harun Ar Rasyid, Amir para Khalifah dan Raja Teragung Di Dunia disebutkan bahwa guru-gurunya adalah: 1.

  Al Mufadhal Adh Dhabbi, seorang sastrawan besar yang mengajarinya

  2. Al Kisa‟i mengajarinya Nahwu, Bahasa Arab, Sejarah dan Fiqih 3.

  Al Ashmui telah mengajarinya tentang banyak kisah. Ia adalah salah satu sarjana kesukaanya dan kadang muncul di Istana bersama Abu Ubaidah, juga seorang sarjana yang serba bisa.

  4. Imam Malik adalah gurunya dalam Fikih dan Hadits.

  Kecintaanya terhadap fikih dan para fukaha sangat mendalam, begitu juga penghormatan dan kecenderungan dirinya terhadap ilmu pengetahuan dan para ulama (ilmuwan). Dia juga sangat menyukai syair, bahkan menghafalnya. Dia sering menerima kunjungan para penyair dan mendengarkan bait-bait mereka. Selain itu, ia juga menyukai sastra dan para sastrawan dan sangat membenci debat dalam masalah agama (Khalil,1997:3).

C. Pernikahan Harun Al-Rasyid

  Memiliki fisik yang menarik, kecakapan dan juga kedudukannya, tidak mustahil Harun menjadi pemuda yang membuat banyak wanita jatuh cinta. Dia jatuh cinta kepada saudara sepupunya sendiri yang bernama Zubaidah dan menjadikannya seorang permaisuri.

  Zubaidah adalah seorang ibu yang agung, banyak melibatkan dirinya dalam diskusi-diskusi peadaban dan pengetahuan, berlaku lemah lembut kepada para sastrawan, penyair dan dokter. Memiliki intelektualitas yang tinggi, penuh gagasan, fasih dan balighah . Al-Rasyid menikahinya pada tahun 165 H di Baghdad (Khalil,1997:19).

  Selain menikahi Zubaidah, Ia juga menikahi wanita merdeka dengan mahar yang tinggi diantaranya yaitu:

  1. Ummatul Aziz Ummu Walad Musa 2.

  Ummu Muhammad binti Shalih Al Miskin 3. Al Abbasah binti Sulaiman 4. Al Juraisyiyyah Al Ustmaniyyah

  Dalam buku Harun Ar Rasyid, Amir Para Khalifah Dan Raja Teragung Di Dunia halaman; 38 disebutkan bahwa Khalifah Harun dikaruniai banyak putera dan puteri dari istri-istrinya yaitu:

  1. Muhammad Al Akbar (Al Amin) ibunya adalah Zubaidah 2.

  Abdullah Al Ma‟mun dan Sakinahibunya adalah bernama Qashf 3. Muhammad bin Ishaq Al Mu‟tashimdan Ummu Habibibunya bernama

  Maaridah 4. Ali ibunya bernama Ummu Walad Musa Ratsm 5. Muhammad Abu Isa dan Ummul Hasan ibunya bernama „Iraabah 6.

  Muhammad Abu Ya‟qub ibunya bernama Syadzarah 7. Muhammad Abul Abbas, ibunya bernama Khubts 8. Muhammad Abu Sulaiman ibunya bernama Rawaah 9. Muhammad Abu Ali ibunya bernama Dawaaj 10.

  Muhammad Abu Ahmad ibunya bernama Kitman.

  11. Arwa ibunya bernama Halub 12.

  Fatimah, ibunya bernama Mushaffa 13. Ummu Abiha ibunya bernama Sakkar 14. Ummu Salamah ibunya bernama Rahiq 15. Khadijah ibunya bernama Syajar 16. Ummu Qasim ibunya bernama Khazaq

18. Ummu Ali ibunya bernama Aniq 19.

  Ummu Al Ghaliyah ibunya bernama Samandal 20. Rithah ibunya bernama Zainah.

  Diantara sekian banyak putera dan putri yang dimiliki oleh Khalifah Harun Al-Rasyid, hanya Muhammad Al Amin dan Abdullah Al Ma‟mun yang paling berpengaruh dalam masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Mereka berdua menjadi khalifah selanjutnya menggantikan posisi ayahnya.

  Harun Al-Rasyid mengangkat puteranya Muhammad Al Amin sebagai putera mahkota pada hari kamis, bulan Sya‟ban tahun 173 H. Kemudian ia mengangkat Abdullah Al Ma‟mun untuk menjadi khalifah setelah Al Amin di Riqqah pada tahun 183 H, dan mengangkatnya menjadi gubernur mulai dari wilayah Hamdzan hingga ke ujung Masyriq (Khalil, 1997:39).

  Pada tahun 186 H, Al-Rasyid melaksanakan ibadah haji dengan Al Amin dan Al Ma‟mun beserta para pimpinan pasukannya. Setelah ia menyelesaikan manasik haji, ia menulis dua dokumen untuk anaknya.

  Pertama, untuk mengingatkan Al Amin untuk memenuhi syarat yang telah ditetapkan baginya, yaitu menyerahkan kekhilafahan setelahnya kepada Abdullah Al Ma‟mun. Kedua, salinan naskah yang telah bai‟at yang telah disetujui oleh orang-orang dekat khalifah maupun publik. Kedua dokumen it u diletakkan di Baitul Haram, setelah sebelumnya memberikan bai‟at kepada Al Amin dan mempersaksikannya kepada Allah, para malaikat- Nya dan semua orang yang ada di sekeliling Ka‟bah, seperti anak-anaknya, keluarganya, mawalinya, para menterinya, sekretarisnya dan lain-lain (Khalil,1997:41).

  Al Amin adalah putera Khalifah Harun Al-Rasyid yang memiliki keturunan darah Arab, ayah dan ibunya berasal dari bani Hasyim. Al-Amin menduduki kursi khilafah pada usia 23 tahun. Masa kekhalifahannya hanya berlangsung sebentar, dan dipenuhi pertikaian dengan saudaranya, al- Ma‟mun.

  Perang saudara antara Al Amin dan Al Ma‟mun dimenangkan oleh Al Ma‟mun. Al Amin akhirnya menyetujui untuk menyerah ditangan panglima Al Ma‟mun, yang bernama Harsama. Kemudiania terbunuh pada malam hari (September 813 H) ditangan sekelompok orang yang fanatik. Kekalahan Al Amin dan pengukuhan Al Ma‟mun sebagai khalifah membawa era baru dalam sejarah Islam (Karim,2009:151).

  Pada masa pemerintahan Al Ma‟mun perkembangan ilmu mengalami kemajuan yang pesat. Dia sering mengumpulkan para fukoha dari berbagai penjuru negeri. Dia memiliki pengetahuan yang sangat luas dalam masalah Fiqih, Bahasa Arab, dan Sejarah. Saat ia dewasa, ia banyak mempelajari filsafat dan ilmu-ilmu yang pernah berkembang di Yunani sehingga membuatnya menjadi seorang pakar dalam bidang ilmu ini. Ilmu filsafat yang telah ia pelajari telah membawanya kepada pendapat yang menganggap bahwa Al Qur‟an adalah makhluk (As Suyuthi,2012:369).

  Diantara jasa-jasanya dalam buku Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab Sebelum Islam Hingga Dinasti Islam; halaman 96, antara lain :

  1. Mendirikan Baitul Hikmah, meneruskan dari masa pemerintahan ayahnya, yaitu perpustakaan besar yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dan kantor penerjemahan.

2. Perluasan wilayah membentang luas dari timur (tembok besar Cina) sampai ke barat (Pantai Atlantik).

D. Jabatan yang pernah di duduki

  Sebelum menjadi seorang khalifah, di usia yang masih remaja ia telah menunjukan ketangkasan dan kecerdasannya. Sehingga dalam pemerintahan ayahnya Al Mahdi, dia dipercaya menjadi panglima pasukan dan membantu para panglima senior. Dalam ekpedisi peperangan Ia mampu menakhlukan musuhnya dan membuat bangga ayahnya.

  Pada saat itu Mahdi, meluncurkan dua ekspedisi besar (pada 779 dan 781-782) dibawah kepemimpinan puteranya (Harun). Dalam hal ini Mahdi mendidik puteranya untuk memimpin, seperti dulu ayahnya mendidik dirinya. Pada saat itu, Byzantium diduduki oleh seorang bernama Konstantinus VI yang ibunya, Irene memerintah sebagai wali atas namanya. Kekuasaanya rapuh dan kemudian terjadi pertikaian dalam negeri. Dibawah bimbingan para jenderal, negarawan, dan ajudan berpengalaman, Harun yang belum genap dua puluh tahun berhasil merebut benteng Samalu setelah pengepungan 38 hari (Bobrick,2012:38- 39).

  Pada pemerintahan ayahnya, Al-Rasyid juga turut berperang melawan Ash Shaa‟ifah beberapa kali; mengadakan gencatan senjata dengan Romawi, setelah ia berhasil mengepung Konstantinopel; dengan syarat mereka harus membayar jizyah kepada kaum muslimin setiap tahun (Khalil,1997:158).

  Dia di daulat ayahnya (Mahdi) menjadi gubernur di Assafah tahun 779 M dan di Maghrib pada tahun 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, dilihat dari kualitas yang dimiliki Harun jauh lebih baik daripada kakaknya (Al Hadi), kemudian sang ayah mengukuhkannya sebagai putra mahkota setelah saudaranya.

E. Setting Sosial

  Harun sebagai putra mahkota yang hidup dalam lingkungan kerajaan Islam, menjadikan ia menguasai ilmu pemerintahan dan ilmu tentang agama. Kecerdasan dan ketangkasannya yang dimiliki dalam berbagai hal, ia dapat dipercaya dalam ekpedisi-ekpedisi melawan musuh pada masa pemerintahan ayahnya.

  Harun berasal dari keturunan Abbasiyah yang didirikan oleh Assafah seorang dengan darah Arab, namun Harun Al-Rasyid sangat dekat dengan keluarga Barmaki dari Persia. Pendiri keluarga Barmak adalah Khalid Al Barmaki, ayahnya menjabat sebagai ketua Bhiksu biara Budha. Ia masuk Islam saat kawasan Asia Tengah ditakhlukan oleh Qutaibah ibn Muslim. Keluarga Barmak memiliki kecerdasan dan kesetiaan untuk mengabdi kepada Abbasiyah. Usaha mereka menghasilkan peningkatan kesejahteraan, kebahagiaan rakyat, serta memperkokoh dinasti Abbasiyah sehingga kekayaan negara meningkat, dan adanya banyak usaha meningkatkan berbagai macam budaya yang membawa dinasti Abbasiyah pada zaman keemasan (Karim,2009:149).

  Peran pentingnya yaitu menjadi penasihat Khalifah Manshur, dan setelah itu keluarga Barmak mulai berpengaruh besar dalam pemerintahan Abbasiyah. Keturunan Barmak selanjutnya juga diberi kepercayaan penting untuk mengasuh dan memberikan pendidikan dasar untuk putera mahkota.

  Pada masa pemerintahan Harun, Baghdad mampu menjadi pusat peradaban. Baghdad memiliki sejuta pesona, dipinggir kota terdapat banyak wilayah dengan taman, kebun, vila; beberapa dihiasi dengan lukisan dinding yang dipernis berwarna biru cerah dan merah terang, atau panel tembikar berlapis kaca dan lukisan ubin keramik. Sebuah lapangan yang sangat luas di depan istana utama digunakan untuk turnamen dan balapan, pemeriksaan dan apel militer. Sebuah hutan menara mendominasi cakrawala dan seratus lima puluh jembatan menyebrangi kanal-kanal (Bobrick,2012:100).

  Kota Baghdad padasaat itu muncul menjadi pusat dunia dengan tingkat kemakmuran dan peraninternasional yang luar biasa. Dinasti Abbasiyah memasuki tatanan yang sangat besar di dalam pemerintahan terutama dalam sistem perpajakan dan administrasi peradilan. Kejayaan ini berjalan seiring dengan kemakmuran kerajaan terutama ibukotanya. Istana kerajaan dengan bangunan-bangunan seperti ruang pertemuan yang dilengkapi dengan karpet, gorden, dan bantal terbaik dari Timur (Ismiyati dkk, 2015: 12)

  Keindahan kota Baghdad dan istana pada masa itu, membuktikan bahwa perkembangan ilmu bidang arsitektur telah mengalami kemajuan

  Khalifah Harun juga mencintai olahraga. Dia adalah khalifah pertama yang bermain hoki dan bola. Dia juga khalifah yang melemparkan anak panah ke lilin yang diletakan diatas kuda dan dia juga khalifah Abbasiyah pertama yang bermain catur (As Suyuthi,2012:355).

  Sebagai seorang khalifah, Harun sangat perduli terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Baik dalam bidang ilmu agama, sains, seni maupun olahraga. Ia akan mendukung siapa saja yang membutuhkan bantuan dalam perkembangan ilmu dan menyediakan fasilitas yang memadai. Ia juga tak segan memberikan hadiah bagi para penerjemah kitab-kitab, syair, dan membiayai para sufi.

  Tokoh penting dalam Islam di sekitar Al-Rasyid yang mendukung pada masanya yaitu diantaranya, Abu Yusuf (Penulis kitab “Al-Kharaj”), Muhammad bin Al Hasan (Qadhi Al Qudhat-Hakim tertinggi), Abdullah bin Mubarak (Ilmuwan Timur dan Barat), fudhail bin Iyadh (seorang yang zuhud dan penasehat ulung), Imam Malik (Imam Dar Al Hijrah), dan Imam Asy Syafi‟i (Khalil, 1997:165).

  Ilmu pengetahuan dan kebudayaan telah tumbuh dan berkembang dan penulisan kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, maka berdirilah toko-toko kitab. Saudagar-saudagar buku tersebut bukan hanya mencari keuntungan, akan tetapi kebanyakan dari mereka adalah sastrawan yang cerdas, agar mereka dapat kesempatan yang baik untuk membaca dan menelaah, serta bergaul dengan para ulama dan pujangga-pujangga.

  Mereka juga menyalin kitab-kitab yang penting dan menyodorkan kepada orang yang memerlukan dan mendapat imbalan (Zuhairini dkk,1986:94).

  Seperti kekuasaan sebelumnya, Khalifah Harun juga mengalami pemberontakan, penghianatan serta pembangkangan rakyat di berbagai daerah yang mewarnai masa pemerintahaanya. Pada pemerintahan Al- Rasyid, pemimpin Khawarij yang mencoba melakukan pemberontakan adalah Al Walid bin Tharif Asy-Syaibani di pinggiran kota Nushaiban pada tahun 178 H, dan berhasil ditumpas oleh Yazid bin Mazid Asy Syaibani, yaitu anak dari saudara Ma‟an bin Zaa‟idah pada tahun 179 H (Khalil,1997:139).

  Pada tahun 183 H, orang-orang Khazar melakukan pemberontakan di Armenia. Peristiwa ini memberikan pukulan yang sangat memilukan bagi kaum muslimin karena pada saat itu kaum muslimin banyak menjadi korban, bahkan lebih dari seratus ribu penduduk ditawan. Satu peristiwa yang menoreh goresan sejarah yang dalam, karena peristiwa seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya (As Suyuthi,2012:344).

Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL ANAK-ANAK ANGIN KARYA BAYU ADI PERSADA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 144

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

KONSEP ETOS KERJA ISLAMI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 221

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM BUKU CARA NABI MENDIDIK ANAK KARYA MUHAMMAD IBNU ABDUL HAFIDH SUWAID SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 79

NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 3 168

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 138

PENDIDIKAN KESABARAN DALAM ALQUR’AN SURAT AL-INSAN AYAT 24 DAN SURAT AS-SYUURA AYAT 43 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 100

NILAI-NILAI AKHLAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13) SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

1 1 91

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KECERDASAN SPIRITUAL DALAM IBADAH PUASA PERSPEKTIF TASAWUF SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 126