TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI

BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh :

AHMAD HANAFI ZAKARIYA

214 11 006

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI

BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh :

AHMAD HANAFI ZAKARIYA

214 11 006

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

MOTTO

“Belajar dari masa lalu, hidup untuk hari ini, berharap untuk

hari esok. Yang penting kita tidak pernah berhenti bertanya.”

  

Albert Einstein

  

῀Eagle fly free῀

  PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan skripsi ini untuk: Bapak dan ibu ku tercinta, yang telah banyak menyalurkan pemberian dari Allah serta telah sering merepotkan kalian. Maaf telah lama menunggu untuk ini.

  Mas Zaky dan Arul.

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نمحرلا للها مسب

  Dengan segala rahmat dan ridho dari Allah

  subhanahuwata’ala yang telah

  memberikan ilmu dan keajaibannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah, Nabi Muhammad

  shallalahu ‘alaihi wasallam yang telah membimbing ke shirotol mustaqim.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum. adapun judul skripsi ini adalah “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN ”.

  Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik.

3. Ibu Evi Ariyani, M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah IAIN Salatiga.

  4. Bapak Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberi arahan, pemahaman, dan selalu membagi ilmunya

  5. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi Fakultas Syariah serta lembaga IAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, pemikiran serta pelayanan kepada penulis hingga studi ini dapat selesai.

  6. Bapak dan ibu pegawai kelurahan Karangduren serta warga masyarakat di Desa Karangduren yang telah ikut membantu dalam proses penelitian skripsi ini.

  7. Kedua orang tua penulis yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa suatu halangan.

  8. Kakak, adik, om, bulek dan segenap keluarga penulis yang senantiasa memberikan motivasi pada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

  9. Sejawat-sejawat MAPALA MITAPASA serta FORSA MITAPASA yang telah membantu membangun karakter serta pemikiran penulis.

  10. Warga serta pengasuh Pondok pesantren al-Islah Tingkir Lor, warga PKM

  1 IAIN Salatiga , Crew Its’milk Salatiga yang telah memberikan begitu banyak pengalaman serta tempat berteduh bagi penulis yang bodoh ini.

  11. Teman-teman Bidikmisi IAIN Salatiga, Ikamaksuta Salatiga, teman-teman HES, dan semua pihak yang tidak bisa penuliskan satu per satu, yang telah menjadi teman penulis dalam kehidupan di Salatiga ini.

  Semoga alam mereka diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda lebeih dari apa yang mereka berikan

  

ABSTRAK

  Zakariya, Ahmad Hanafi. 2017. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Sewa

  Menyewa Tanah Dalam Produksi Batu Bata di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten

  . Skripsi, Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A.

  Kata Kunci : Hukum Islam, Sewa Menyewa, Tanah, Produksi Batu Bata

  Sewa menyewa atau di dalam Fiqh disebut Ijarah adalah akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Sewa menyewa tanah di Desa Karangduren terjadi karena kebutuhan pembuat batu bata untuk produksi sedangkan pemilik tanah yang tidak memiliki waktu untuk mengelola tanahnya sendiri. Dalam prakteknya sewa menyewa ini mengalami penyimpangan, dimana pihak penyewa mengambil material tanah untuk bahan baku pembuatan tanah, sedangkan pada hakikatnya sewa menyewa adalah jual beli atas manfaat suatu objek tanpa adanya pemindahan hak kepemilikan (objek akad tidak boleh rusak/berkurang zatnya). Penelitian tentang terjadinya akad sewa menyewa tanah di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten dalam produksi batu bata ini ditujukan pada kedua belah pihak yang melakukan perjanjian dan akad yang membangun terjadinya perjanjian ini. Adapun permasalahan yang akan dikaji yakni : Bagaimana pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah dalam produksi batu bata di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktek sewa menyewa tersebut. Bagaimana bentuk akad yang sesuai untuk perjanjian sewa menyewa tersebut.

  Berdasarkan metode penellitian yang dilakukan, yaitu penelitian kualitatif yang bersifat yuridis sosiologis, yakni terjun langsung kelapangan dengan mengamati dan wawancara kepada kedua pihak yang bersangkutan. Adapun hasil penelitian yang dapat dipaparkan peneliti, sebagai berikut : Pelaksanaan sewa menyewa tanah sawah di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten merupakan kesepakatan yang terjadi secara adat. Perjanjian dilakukan antara dua pihak, pemilik tanah dan penyewa atau pembuat batu bata. terdapat 3 (tiga) macam pelaksaan akad yang terjadi dalam sewa menyewa ini. Pertama, pihak penyewa menyewa tanah hanya untuk tempat produksi batu bata, kedua pihak penyewa menyewa tanah digunakan untuk tempat produksi sekaligus syaratnya. Tetapi ditinjau dari segi akad, dalam pelaksanaannya tidaklah tepat. Akad yang tepat dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten ini ada tiga macam karena terdapat tiga jenis pelaksaan akad yang berbeda pula. Akad yang pertama adalah akad sewa menyewa murni, dimana pihak penyewa hanya menyewa tanah untuk tempat produksi batu bata saja. Akad yang kedua adalah multi akad, atau

  al- ‘uqud al- murakkabah. Karena terhimpunnya dua akad, yaitu akad ijarah (sewa

  menyewa) dan

  bai’ (jual beli). Karena dalam pelaksaanaannya, penyewa tanah

  menyewa tanah untuk produksi batu bata, tetapi juga membeli material tanah sebagai bahan baku pembuatan batu bata. akad yang ketiga adalah akad jual beli (

  

bai’). Dimana pihak penyewa bukan menyewa tanah untuk produksi batu bata,

melainkan mengambil material tanah untuk bahan produksi batu bata.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv MOTTO .......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 4 E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 4 F. Definisi Operasional ..................................................................... 6 G. Metode Penelitian ......................................................................... 7 H.

  BAB II SEWA MENYEWA TANAH A. Pengertian Sewa Menyewa .......................................................... 13 B. Dasar Hukum ................................................................................ 15 1. Al- Qur’an .............................................................................. 15 2. Hadits Nabi ............................................................................. 18 3. Ijma’ ....................................................................................... 21 4. Kaidah Fiqh ............................................................................ 21 C. Rukun dan Syarat ......................................................................... 22 1. Rukun Ijarah .......................................................................... 22 2. Syarat Ijarah ........................................................................... 24 D. Hak dan Kewajiban Para Pihak .................................................... 27 E. Batal dan Berakhirnya Perjanjian ................................................. 28 F. Multi Akad ................................................................................... 29 1. Pengertian Multi Akad (Al-‘Uqud Al- Murakkabah) .............. 29 2. Hukum Multi Akad ................................................................ 30 3. Batasan dan Standar Multi Akad ............................................ 32 BAB III PELAKSANAAN SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN A. Gambaran Umum Geografis dan Demografis Desa ..................... 38 1.

  3. Kependudukan ........................................................................ 39 4.

  Kondisi Sosial Ekonomi ......................................................... 40 5. Kondisi Sosial Keagamaan ..................................................... 40 B. Pelaksanaan Sewa Menyewa Tanah dalam Produksi Batu

  Bata ............................................................................................... 41 1.

  Sejarah Singkat Batu Bata ...................................................... 41 2. Terjadinya Akad Sewa Menyewa dan Sebab-sebab

  Terjadinya Sewa Menyewa .................................................... 44 3. Penentuan Harga Sewa Menyewa Dalam Sewa Menyewa di Lapangan ............................................................................ 47

  4. Resiko dalam Pelaksaan Sewa Menyewa Serta Pasca Masa Sewa Berakhir ............................................................... 48

  BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA ................................ 51 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 59 B. Saran ............................................................................................. 60 DAFTAR PUSTAKA

  DAFTAR LAMPIRAN 1. Biografi Penulis 2. Surat penunjukan pembimbing Skripsi 3. Surat ijin penelitian 4. Lembar konsultasi Skripsi 5. Peta Wilayah Desa Karangduren 6. Daftar Pertanyaan Wawancara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak akan lepas dari

  hubungan antar manusia. Selain hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia juga harus menjalani hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam.

  Dalam hubungan manusia dengan manusia Islam menyebutnya dengan Muamalah. Di dalam Mualamah ini banyak aturan serta ajaran yang telah diatur dalam syari

  ’ah, yaitu salah satunya tentang Ijarah atau sewa-menyewa.

  Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Ijarah. Idris Ahmad dalam bukunya yang berjudul

  Fiqh Syafi’i, berpendapat bahwa Ijarah berarti upah-mengupah. Sedangkan Kamaludin A. Marzuki sebagai

  penerjemah Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq menjelaskan Ijarah dengan sewa-menyewa, (Suhendi, 2014:113)

  Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang menurut bahasanya ialah al- ‘iwadh yang dalam bahasa Indonesia berarti ganti atau upah. Sedangkan

  menurut istilah, menurut Sayyid Sabiq bahwa Ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. (Suhendi, 2014:114- 115). Dari pengertian-pengertian tersebut penulis mengambil makna

  

Ijarah sebagai sewa-menyewa, yang diartikan dengan pengambilan

manfaat dengan jalan penggantian.

  Masyarakat di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Klaten telah banyak yang mempraktikkan atau menerapkan hubungan sewa- menyewa ini. Salah satu objek sewa-menyewanya adalah sewa-menyewa tanah. Sewa-menyewa tanah di sini bukanlah sewa-menyewa untuk ditanami atau pun bercocok tanam, tetapi sewa-menyewa tanah yang digunakan untuk memproduksi batu bata. Sedangkan tanah yang biasa untuk produksi adalah lahan tanah persawahan. Sebenarnya lahan persawahan di desa tersebut tidaklah kekurangan air untuk irigasi cocok tanam padi. Tetapi terjadinya sewa-menyewa ini dikarenakan faktor keahlian pembuat batu bata yang tidak bisa produksi dikarenakan kekurangan lahan, bahkan tidak mempunyai lahan. Disisi lain, terdapat orang yang mempunyai lahan tetapi tidak bisa untuk memanfaatkan lahan yang ia miliki. Disebabkan oleh kurangnya waktu ataupun keahlian untuk mengolah lahan tersebut agar menjadi lahan yang bermanfaat. Disinilah terjadinya kejadian saling menguntungkan, antara orang yang mempunyai keahlian dengan orang yang mempunyai lahan.

  Dalam prakteknya, objek yang disewakan diambil materialnya oleh penyewa, yang menyebabkan kerugian bagi pihak yang disewa. Kenyataan ini sangat bertentangan dengan hakekat sewa menyewa, karena sewa menyewa adalah jual beli atas manfaat suatu objek tanpa adanya pemindahan hak kepemilikan, Imtiyanah (2015) mengartikan objek akad tidak boleh rusak/berkurang zatnya.

  Berangkat dari paparan latar belakang tersebut, penulis bermaksud untuk mengkaji pelaksanaan pratek sewa menyewa di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten. Penulis melakukan kajian dari sudut pandang hukum islam, maka penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul : “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARNGDUREN KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN ”.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang tersebut maka kami merumuskan beberapa permasalahan:

  1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah dalam produksi batu bata di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten? 2. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktek sewa menyewa tersebut?

  3. Bagaimana bentuk akad yang sesuai untuk perjanjian sewa menyewa tersebut?

C. Tujuan

  Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka kami bertujuan : 1.

  Untuk mendeskripsikan perjanjian yang terjadi dalam sewa menyewa tanah untuk produksi Batu Bata di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten.

  2. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap praktek perjanjian sewa menyewa tersebut.

  3. Untuk mengetahui jenis akad yang sesuai dengan pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah tersebut.

  D. Kegunaan Penelitian 1.

  Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberkan kontribusi pemikiran bagi khasanah ilmu pengetahuan hukum Islam, khususnya mengenai masalah sewa menyewa.

  2. Penelitian ini dapat menjadi gambaran untuk pembaca terutama masyarakat dalam melihat praktek ber-muamalah mereka apakah sudah selaras dengan tuntunan agama Islam atau belum.

  E. Tinjauan Pustaka

  Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat beberapa penelitian karya ilmiah yang sudah membahas tentang sewa menyewa tanah. Salah satu karya yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sewa Kabupaten Temanggung Jawa Tengah” oleh saudari Imtiyanah, Fakultas

  Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga. Karya ini membahas tentang akad perjanjian yang digunakan dalam sewa menyewa tanah untuk produksi batubata. Imtiyanah menyimpulkan bahwa dalam praktek sewa menyewa tanah di Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung terdapat dua sewa menyewa tanah, yang pertama sewa menyewa tanah untuk peroduksi batu bata saja, dan pengambilan material tanah dari luar tanah sewa. Dan juga ada sewa menyewa tanah sekaligus pengambilan material batu bata dari tanah tersebut. Sedangkan akad yang digunakan dalam sewa menyewa tanah tersebut juga terdapat dua akad. Yang pertama akad sewa menyewa murni, karena lahan yang digunakan sebagai lahan produksi saja.

  Sedangkan yang kedua adalah multi akad al-uqud al-mujtamiah. Dimana dalam prateknya terdapat akad jual beli tetapi tidak menghilangkan akad sewa menyewanya. Dan menurut Imtiyanah akad yang berlangsung dalam pratek kejadian ini adalah sah, karena telah memenuhi ketentuan akad secara khusus maupun umum.

  Dan juga skripsi yang berjudul tinjauan “Hukum Islam Terhadap Praktek Sewa Tanah Pembuatan Batubata Merah (Sudi Kasus Di Desa Kebasen Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas)” yang di tulis oleh Hawa Santika

  , Fakultas Syari’ah IAIN Purwokerto. Karya ilmiyah ini juga membahas tetang bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pratek sewa menyewa lahan untuk pembuatan batubata. Berdasarkan kesimpulan perjanjian sukarela dan tidak ada paksaan, dan telah sesuai dengan adat istiadat disana. Namun karena penelitian dilakukan berdasarkan hukum Islam, peneliti pun menemukan bahwa praktek sewa menyewa ini tidak sesuai dengan kaedah hukum Islam. Karena terdapat pengambilan material atau zat objek sewa yang mengakibatkan kerusakan yang fatal terhadap objek tersebut. Adanya kerusakan objek yang ditimbulkan oleh penyewa tanah secara sengaja hal tersebut mengakibatkan fasakh (rusak/pembatalan) pada akad sewa yang berlangsung karena hal tersebut telah melanggar Syari

  ’at Islam.

F. Definisi Operasional 1.

  Sewa Menyewa (Ijarah). Menurut Kamaludin A. Marzuki sebagai penerjemah Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, menjelaskan makna

  Ijarah dengan Sewa Menyewa. Ijarah menurut Sayyid Sabiq ialah

  suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian (Suhendi, 2014:115).

  2. Produksi Hal menghasilkan barang-barang pembuatan, penghasian; apa yang dihasikan (diperbuat).

  3. Batu bata Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar

4. Hukum Islam

  Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan atau Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam.

  (Syarifuddin, 2005:9)

G. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan field research dengan meggunakan pendekatan kualitatif yaitu melakukan pembahasan terhadap kenyataan atau data yang ada dalam praktek. Yang kemudian akan dihubungkan dengan pendekatan secara langsung terhadap penelitian. Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi lapangan dengan metode penellitian yang dilakukan yaitu penelitian kualitatif yang bersifat yuridis sosiologis, yang bertujuan untuk memaparkan tentang sewa menyewa lahan tanah untuk produksi batubata.

2. Kehadiran Peneliti

  Peneliti bertindak sebagai instrumen pengumpul data yang mana peneliti melakukan wawancara dan melakukan observasi serta menganalisis hasil data-data yang dihasilkan. Dalam bertindak sebagai peneliti sekaligus pengamat. Kehadiran peneliti disini diketahui statusnya oleh subjek yang diteliti.

  3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

  4. Subjek dan Informan Penelitian Subjek penelitian adalah pemillik tanah dan pembuat batu bata.

  5. Sumber Data Jenis data yang peneliti gunakan : a.

  Data Primer Data yang diperoleh muerupakan sebuah keterangan atau hasil yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Dalam hal ini adalah data yang didapat dari hasil wawancara dari subjek yang diteliti serta pengamatan di lokasi penelitian. Objek wawancara yaitu aparatur desa, dan kedua belah pihak yang melakukan akad (penyewa dan pemilik tanah).

  b.

  Data Sekunder Data ini merupakan data pendukung dari data primer. Data sekunder adaah data yang diperoleh peneliti dari sumber

  Mu’amalah, Fatwa MUI tentang Ijarah, buku tentang akad, dan lain sebagainya.

6. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan: a.

  Wawancara Wawancara dilakukan secara mendalam (in-depth) serta terbuka. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara yang digunakan dengan mengunakan dua tahap, pertama peneliti melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua melakukan wawancara mendalam sehingga menemukan informasi lebih banyak dan penting sampai menemukan titik jenuh (Maslikhah, 2013:321).

  Wawancara yang digunakan dengan model wawancara terbuka, artinya informan dapat mengungkapkan beberapa upaya yang dilakukan dalam pengaplikasian materi-materi dan gagasan-gagasan yang muncul dalam diri serta hambatan- hambatan yang diprediksi. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada kedua belah pihak yang melakukan akad, yaitu b.

  Observasi Observasi dilakukan secara langsung untuk melihat serta menganalisis hasil dari wawancara serta hasil analisa dari referensi-referensi.

7. Analisis Data

  Pada analisa data, data yang terkumpul selanjutnya dilakukan penyusunan serta perbaikan dari hasil wawancara serta observasi.

  Proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka digunakan teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh dari lapangan. Penyajian data (data disply) yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and ferification) dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur akusalitas, dan proposisi

  (Maslikhah, 2013:323). Pada prinsipnya, proses proses ini bertujuan agar data yang di analisis telah akurat.

8. Pengecekan Keabsahan Data

  Pengecekan keabsahan data yang digunakan didasarkan pada empat kriterian yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara pembuktian apakah yang diamati oleh peneliti benar-benar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar dilapangan. Untuk melakukan uji kepercayaan (credibility) ini dilakukan observasi secara terus menerus.

  Keteralihan (transferability) membuat uraian laporan atas data yang ditemukan secara khusus dengan jelas ditulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kebergantungan (dependability) dilakukan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam mengumpulkan, menginterpretasi temuan dan laporan hasil penelitian denga cara menentukan dependent auditor (konsultan peneliti). Kepastian (confirmability) dlakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memenuhi obyektifitas atau tidak.

  Untuk melakukan uji confirmability ini dilakukan dengan cara melakukan konfirmasi apakah pandangan, pendapat, dan penemuan

  Oleh karena itu, data yang sudah dikumpulkan dikonfirmasikan dengan para ahli yang membidanginya.(Maslikhah, 2013:323-324)

H. Sistemtika Penulisan

  Sistematika pembahasan dalam Skripsi ini terdiri dari lima BAB yakni :

  Bab I Pendahuluan. Merupakan pijakan bagi penulis dalam menentukan garis-garis besar dalam penulisan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang menjadi dasar atau mendukung timbulnya masalah dalam objek yang diteliti dan memperjelas alasan-alasan mengapa masalah tersebut dipandang penting untuk deteliti. Kemudian dianjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II pembahasan, menguraikan gambaran umum tentang sewa menyewa, jual beli dan multi akad dalam Islam. Bab ini akan menguraikan pengertian sewa menyewa dan jual beli, dasar hukum, syarat dan rukun, hak dan kewajiban para pihak, serta berakhirnya perjanjian. Bab ini juga berisi mengenai pengertian multi akad dan kedudukannya dalam hukum Islam.

  Bab III. Pembahasan dalam bab ini menerangkan tentang pelaksanaan sewa menyewa tanah dalam peroduksi batu bata di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten. Bab ini berisi tentang gambaran umum geografis, sejarah adanya peroduksi baru bata, terjadinya akad sewa

  Bab IV menguraikan tentang analisis hukum Islam terhadap praktik sewa menyewa tanah dalam produksi batu bata di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten. Bab ini merupakan inti dalam pembahasan Skripsi, di dalamnya meliputi analisis hukum islam terhadap praktik sewa menyewa yang terjadi, analisis yang ditinjau dari berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi para pihak yang melakukan akad, pernyataan para pihak dalam akad, objek akad, tujuan akad dan berakhirnya akad tersebut.

  Bab V merupakan bab penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari uraian yang dikemukakan dalam penyusunan skripsi ini. Bab ini juga merupakan jawaban dari pokok masalah yang timbul dalam pendahuluan skripsi.

BAB II SEWA MENYEWA TANAH A. Pengertian Sewa Menyewa Hubungan antar sesama manusia berkaitan dengan harta dan

  kepemilikan tersebut, dalam fiqh disebut dengan Fiqh Muamalah. Ruang lingkup pembahasan fiqh muamalah melingkupi dalam banyak hal, seperti jual-beli (al-

  bai‟), gadai (ar-rahn), pemindahan utang (hiwalah), dsb,- dan salah satunya adalah sewa-menyewa.

  Dalam Fiqh Muamalah, sewa menyewa disebut dengan istilah

  Ijarah . Terdapat dua pengertian tentang Ijarah. Yaitu Ijarah yang di artikan sebagai upah-mengupah dan Ijarah yang berarti sewa-menyewa.

  Namun demikian, disini penulis mengambil arti Ijarah sebagai sewa- menyewa. Ini di dasarkan pada pendapat Kamaludin A. Mardzuki sebagai penerjemah Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq yang menjelaskan Ijarah dengan sewa-menyewa. (Suhendi, 2014:113)

  Al-Ijarah (

  ةراجلإا ) berasal dari kata al-Ajru yang arti menurut bahasanya ialah al-

  „Iwadh yang arti dalam bahasa Indonesianya ialah ganti

  dan upah. Sedangkan menurut istilah al-Ijarah ialah menyerahkan (memberikan) manfaat benda kepada orang lain dengan suatu ganti pembayaran. (Abdurrahman, 1992:97)

  Dalam buku Fiqh Mualamah karya Prof. Dr. H. Hendi Suhendi (2014:114), beliau menukil pengertian Ijarah menurut Hanafiyah, bahwa

  Ijarah ialah فِ قْ تَ قْاا تَ فِ ةٍةتَ قْ يُ قْعتَ ةٍ تَ تَ يُ قْ تَ ةٍ تَ تَققْ تَ فِ قْ فِ قْ تَ يُ قْ فِقيُ دٌ قْع ةٍ قْ تَ فِ فِةتَ فِج تَ قْ يُ قْاا

  

“Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan

disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan”.

  Menurut Andri Soemitra dalam bukunya, akad ijarah yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah, sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. (2009:391)

  Dalam Fatwa Dewan Syaria‟ah Nasioanal (DSN) No. 09/DSN- MUI/IV/200 juga tercantumkan, bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh suatu barang sering memerlukan pihak lain melalui akad

  

Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang

  dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

  Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sewa- menyewa adalah pemindahan kepemilikan sementara atas manfaat dengan imbalan. Jadi dalam hal ini zat atau bentuk dari benda tersebut tidak berkurang sama sekali, dengan kata lain dengan terjadinya sewa-menyewa yang berpindah hanyalah manfaat dari benda tersebut, dalam hal ini dapat sewa menyewa merupakan suatu perjanjian yang berunsurkan kepemilikan manfaat atau biaya sebagai pengganti dari pihak lain.

B. Dasar Hukum

  Pada dasarnya hukum dalam ber-muamalah dalam syariat islam hukum aslinya adalah boleh (mubah), selama belum ada peraturan yang melarangnya. Sewa-menyewa juga mempunyai peranan penting bagi kehidupan bermasyarakat, guna meringankan salah satu pihak atau saling meringankan antar sesama, serta termasuk salah satu bentuk perilaku tolong menolong yang dianjurkan dalam agama. Maka dari itu sewa- menyewa boleh dilakukan tetapi bukan dalam hal yang merugikan atau yang diharamkan oleh agama. Dalam fiqh dasar hukum diperbolehkannya akad sewa menyewa di ambil dari al-

  Qur‟an, as-Sunnah, dan Ijma‟ para ulama.

  Adapun dasar hukum dalam sewa-menyewa adalah sebagai berikut:

1. Al- Qur’an

  Firman Allah dalam surat Az-Zukhruf ayat 32, yang berbunyi:

                      

  

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah

menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan

dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas

sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat

mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih

baik dari apa yang mereka kumpulkan. (QS. Az-Zukhruf : 32)

  Ayat ini memerintahkan kepada manusia agar saling tolong menolong dan membantu antar sesama.

  Dalam Surat al-Baqarah ayat 233, yang berbunyi :

  

           

           

....Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan

Ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

  (QS. Al-Baqarah : 233) Ayat tersebut berisi tentang pemberian upah kepada seseorang yang memberikan jasa kepada kita dengan pemberian upah yang sepantasnya dan sepadan dengan apa yang ia kerjakan.

  

           

    

.... Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu,

maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah

di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik;.... (QS. At-Talaq : 6)

  Dalam ayat 6 surat at-Talaq di atas menjelaskan bahwa dalam pemberian upah ataupun dalam perjanjian sewa menyewa, biaya yang dikenakan baiknya dimusyawarahkan dan disepakati antara kedua belah pihak, agar tidak terjadi sesuatu yang merugikan salah satu pihak.

  Firman Allah dalam surat al-Qasas ayat 26-27 :

  

         

           

            

         

  Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".(26) Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik".(27) (QS. Al-Qasas : 26-27)

  Ketiga ayat tersebut menjelaskan tentang memberikan upah kepada seseorang yang telah memberikan jasa kepada kita.

  Pemberian upah atas jasa adalah perintah dari Allah yang telah di tuliskan dalam al- Qur‟an. Atas hukum dasar inilah akad Ijarah diperbolehkan dalam kehidupan.

2. Hadits Nabi

  Adapun dasar hukum dari Hadts Nabi SAW. diantaranya yaitu hadits riwayat Abu Daud d ari Sa‟d Ibn Abi Waqqash, ia berkata:

  ـ فِءاتَ قْاافِ تَ فِ تَ اتَ تَ فِ قْرنَّلاا تَ فِ قْ فِااتَ نَّ اا تَ تَ اتَ فِ تَ قْرتَ قْاا فِ قْ يُ انَّ يُ ,

  اتَهقْ فِ اتَ تَ تَ تَأتَ تَ فِاتَذ قْ تَ تَمنَّ تَ تَ فِهفِاآتَ فِهقْ تَ تَ يُالله نَّ تَص فِالله يُلقْ يُ تَر اتَ اتَهتَ تَف .

  ةٍ نَّ فِف قْ تَأ ةٍ تَ تَ فِ اتَهتَ فِ قْ يُ قْ تَأ

“Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil

pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal

tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan

emas dan perak.

  

  Hadits riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda: .

  يُهيُاتَ تَ نَّــفِ تَ قْ تَأ تَــقْ تَا يُ تَ قْجتَأ تَ قْ فِجتَاقْا ا يُ قْ تَأ “Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya.”

  Dan juga, hadits riwayat „Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa‟id al-Khudri, Nabi SAW bersabda: .

  يُ تَ قْجتَأ يُهقْ فِ قْ يُ قْ تَف ارً قْ فِجتَأ تَ تَجقْ تَ قْ ا فِ تَ

“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”

  Suhendi (2014:116) dalam bukunya juga mencantumkan Hadits yang diriwayat oleh Bukhari dan Muslim :

  يُ تَ قْجتَأ تَاانَّ يُلاا فِ قْ اتَ قْمفِ تَ قْ فِا

“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya

  جأ اا لاا أ م ا م ه الله ص اا أ

“Sesungguhnya Nabi Muhammad pernah berbekam dan

memberikan kepada tukang bekam upahnya .

  ” (Syarifuddin, 2003:217)

  Hadits di atas menjelaskan tentang pemberian upah kepada pekerja yang membantu atau menyewakan jasa kepada seseorang.

  Pemberian upah merupakan suatu kewajiban atas si pengguna jasa. Dengan demikian pekerja akan senang dengan pekerjaanya, begitu pula dengan si penyewa. Upah selain sebagai tanda jasa juga merupakan tanda terimakasih atas pertologan dari pekerja karena dengan demikian akan ada rasa saling tolong menolong antar sesama dan juga adanya tali silaturahmi yang terjalin. Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari „Amr bin „Auf:

  ارً اتَ تَ نَّـتَ تَأ قْ تَأ رًلَّ تَلَتَ تَانَّ تَ ارًلقْ يُص نَّلَّفِإ تَ فِ فِ قْ يُ قْاا تَ قْ تَ دٌلفِئاتَج يُحقْ ُّ اتَا .

  ارً اتَ تَ نَّـتَ تَأ قْ تَأ رًلَّ تَلَتَ تَانَّ تَ رًاطقْ تَش نَّلَّفِإ قْمفِهفِط يُ يُش تَ تَ تَ يُ فِ قْ يُ قْااتَ

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan

yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat

mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau

menghalalkan yang haram.”

  Hadits tersebut menjelaskan tentang diperbolehkannya suatu perjanjian. Perjanjian tersebut sah apabila tidak bertentangan dengan etika yang ada. Perjanjian yang mengharamkan yang halal ataupun menghalalkan yang haram adalah tidak boleh, karena itu jelas bertentangan dengan etika dan ajaran agama. Syarat-syarat yang digunakan akadalah yang telah disebutkan di dalam al-

  Qur‟an dan hadits ataupun yang telah ditetapkan di dalam syari‟at agama.

3. Ijma’ Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.

  (Fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 hal. 3) 4.

   Kaidah Fiqh

  Di dalam Fatwa Dewan Syari‟ah Nasioanal (DSN) MUI tentang Pembiayaan Ijarah disebutkan kaidah Fiqh tentang sewa menyewa, yaitu:

  .

  اتَهفِ قْ فِ قْلتَ تَ تَ دٌـقْ فِاتَ ُّليُ تَ قْ تَأ نَّلَّإ يُ تَ اتَ فِ قْلإا فِت تَلَتَ اتَ يُ قْاا فِف يُـقْصتَاتَا

  “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali

  ada dalil yang mengharamkannya.” فِحفِااتَ تَ قْاا فِ قْ تَج تَ تَ دٌانَّ تَعيُ فِ فِ اتَقتَ قْاا يُءقْرتَ

  “Menghindarkan mafsadat (kerusakan, bahaya) harus didahulukan

  Segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan berekonomi adalah diperbolehkan, kecuali terdapat dalil atau perintah diharamkan. Jadi sewa menyewa adalah boleh, tetapi jika terdapat sesuatu yang haram atau dilarang maka akad sewa menyewa juga terkena hukum haram atau tidak boleh. Sewa menyewa juga dianjurkan selama itu membawa manfaat dan kebaikan bagi seseorang.

C. Rukun dan Syarat Ijarah

  Transaksi Ijarah dalam pelaksanaannya akan sah apabila terpenuhi rukun dan syaratnya.

1. Rukun Ijarah

  Rukun merupakan suatu ketentuan yang harus dipenuhi di dalam melakukan ibadah atau pekerjaan/perbuatan. Bila rukun tidak terpenuhi maka perbuatan tersebut tidak sah atau batal menurut hukum. Begitu juga di dalam melaksanakan akad sewa menyewa.

  Dalam akad sewa menyewa (Ijarah) terdapat rukun-rukun yang harus terpenuhi, yaitu: a.

  Shigat Ijarah Yaitu ijab dan qobul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain. Ijab qobul sewa- menyewa misalnya: “Aku sewakan mobil

  “Aku terima sewa mobil tersebut dengan harga demikian setiap hari”.

  b.

  Orang yang menyewakan / Mu‟jir

  Mu‟jir adalah orang yang memberikan upah dan atau yang menyewakan.

  c.

  Orang yang menyewa / Penyewa / Musta‟jir

  Musta‟jir adalah orang yang menerima upah atau yang menyewa sesuatu.

  d.

  Ujrah atau imbalan atau upah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak dalam sewa-menyewa.

  e.

Dokumen yang terkait

ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TEBASAN DI DESA SUROJOYO KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 89

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

0 0 120

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL SAWAH TAHUNAN (STUDI KASUS DI DESA PURWOREJO KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 90

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 119

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

0 0 120

FENOMENA MITOS LARANGAN PERNIKAHAN DI DESA JETIS DAN DESA ROGOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 2 100

PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 81

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 92

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERUBAHAN AKTA PENDIRIAN DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 88