PENGGUNAAN MEDIA GRAFFITI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTUALISASI DIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

oleh :

Id Id Sayyid Sabiq NIM 1003041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Oleh Id Id Sayyid Sabiq

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Id Id Sayyid Sabiq 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, dipoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... A. LatarBelakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian... C. RumusanMasalahPenelitian... 6 7 D. TujuanPenelitian... 8

E. Manfaat Penelitian... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran IPS... 11

B. Pengertian dan Ruang Lingkup Media Pembelajaran... 26

C. Tinjauan Tentang Media Graffiti... 33

D. Tinjauan Tentang Berpikir Kritis Siswa... 39

E. Tinjauan Aktualisasi Diri... 46

F. Hasil Penelitian Terdahulu... 48

G. Kerangka Berpikir... H. Hipotesis Tindakan... 50 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek, dan Waktu Penelitian... 52

B. Desain Penelitian... 53

C. Metode Penelitian... 56

D. Definisi Operasional... 57

E. Instrumen Penelitian... 60


(5)

G. Teknik Pengumpulan Data... 63

H. Teknik Analisis Data... 67

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN... A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 71

1. Sejarah Singkat Perkembangan SMP Negeri 6 Kota Bandung... 71

2. Visi dan Misi Sekolah... 72

3. Identitas Sekolah... 72

B. Hasil Penelitian... 75

1. Deskripsi Awal Observasi... 75

a. Pelaksanaan Observasi Awal Fokus Mitra Peneliti... 75

b. Pelaksanaan Observasi Awal Fokus Siswa... 75

c. Pelaksanaan Observasi Awal Pembelajaran IPS... 77

d. Refleksi Hasil Observasi Awal Pembelajaran IPS... 83

2. Penelitian Siklus I... 84

a. Perencanaan Tindakan Siklus I... 84

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 86

c. Hasil Observasi Siklus I... 96

d. Refleksi Tindakan Siklus I... 126

3. Penelitian Siklus II... 127

a. Perencanaan Tindakan Siklus II... 127

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II... 128

c. Hasil Observasi Siklus II... 138

d. Refleksi Tindakan Siklus II... 153

4. Penelitian Siklus III... 153

a. Perencanaan Tindakan Siklus III... 153

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III... 154

c. Hasil Observasi Siklus III... 160

d. Refleksi Tindakan Siklus III... 173

C. Pembahasan Penelitian... 175

1. Perencanaan Pembelajaran IPS Menggunakan Media Graffiti Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Aktualisasi Diri Siswa... 176


(6)

2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS Menggunakan Media Graffiti Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Aktualisasi Diri

Siswa... 181

3. Solusi Untuk Mengtasi Kendala-Kendala Pada Saat Menggunkan Media Graffiti Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Aktualisasi Diri Siswa Pada Mata Pelajaran IPS... 196

4. Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis dan Aktualisasi Diri Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Graffiti... 199

BAB V KESIMPULAN dan SARAN... 209

A. Kesimpulan... 209

B. Saran... 213

DAFTAR PUSTAKA 216


(7)

ii

PENGGUNAAN MEDIA GRAFFITI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTUALISASI DIRI SISWA

PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-II SMPN 6 Kota Bandung)

ABSTRAK

Penelitian ini bermula dari permasalahan siswa yang tidak menghiraukan temannya mencoret-coret fasilitas kelas, bosan terhadap media yang sering

digunakan oleh guru, kurang berani mengemukakan pendapat atau

berargumentasi, belum mampu menjawab pertanyaan dan menyimpulkan materi dengan baik. Penggunaan media graffiti dalam pembelajaran IPS dapat menjadi alternatif media dalam melatih cara berpikir kritis dan sarana siswa untuk mengaktualisasikan dirinya di lingkungan sosial dengan benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk medeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa, dan upaya mengatasi kendala dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan media graffiti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) model Kemmis dan Taggart dalam tiga siklus. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 6 Kota Bandung dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-II dan dilaksanakan dalam rentang waktu bulan April sampai Mei 2014. Hasil penelitian ini yaitu: 1) Perencanaan pembelajaran menggunakan media graffiti pada setiap siklusnya disesuaikan dengan tujuan, kebutuhan, dan hasil yang diperoleh siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri. 2) Pelaksanakan pembelajaran menggunakan media graffiti melalui pendekatan pembelajaran kontekstual dengan membahas isu-isu sosial yang sesuai dengan materi pelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa. 3) Pembelajaran menggunakan media graffiti pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa dapat dikatakan berhasil, merujuk pada indikator bepikir kritis dan aktualisasi diri yaitu mampu menjawab pertanyaan, menyimpulkan, memberi penjelasan lanjut, kreatif, dan kepekaan sosial. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dari siklus pertama hingga siklus ketiga dari kategori cukup menjadi baik. 4) Diskusi balikan atau merefleksi pembelajaran sebagai upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menggunakan media graffiti yakni mengelola waktu dan kelas dengan baik, penggunaan bahasa yang sederhana, dan membuat graffiti dengan sekala besar. Sehingga dari penelitian ini dapat diambil simpulan, bahwa penggunaan media graffiti pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa.


(8)

iii

THE USE OF GRAFFITI MEDIA TO IMPROVE STUDENTS’ CRITICAL THINKING SKILLS AND SELF ACTUALIZATION ON SOCIAL

STUDIES SUBJECT

(A Classroom Action Research at VIII-II Grade of SMPN 6 Bandung) ABSTRACT

This researchstems fromthe problemof studentswhodo

notheedtheirdoodlingclassfacilities,tired of themediaarefrequentlyusedby teachers,

lack ofcourageto speak uporargue, has not beenable to

answerquestionsandconcludedthe material well. The use ofgraffiti mediain teachingIPScanbe an alternativemediain trainingcritical thinkingandbe a meanstoactualizeherstudentsina socialenvironmentcorrectly.The aimof this research istodescribethe planning, execution, critical thinking skillsandstudentself-actualization, andefforts toovercome the obstacles inimprovingcritical thinking skillsand self-actualizationof studentsin social studiesusing graffiti media. The method usedin this researchisaction research(classroom action research)based onKemmisandTaggartmodel in threecycles. This research was conducted in SMPN 6 Bandung with research subjects were the students of VIII-II grade and implemented within the period April to May 2014. The research result is: 1) Lesson plans using graffiti media on every cycle was adapted to the purpose, necessity, and the results obtained by the students to improve their critical thinking skills and self-actualization. 2) The implementation of learning using graffiti media through contextual learning approach by addressing social issues with the subject matter to improve critical thinking skills and student self-actualization. 3) Learning by using the graffiti media in social studies is to improve critical thinking skills and student self-actualization can be said success, it refers to the indicators of critical thinking and self-actualization that is able to answer the question, to conclude, to give further explanations, to be creative, and to have the social sensitivity. All aspects have evolved from the first cycle to the third cycle from the adequatecategory to the good category. 4) The feedback discussion or learning reflect as an attempt to overcome the obstacles faced in learning by using graffiti media is to manage class and time well, and to use of simple language, and to make graffiti with large scale. So it can be concluded, the use of graffiti media in social studies can improve critical thinking skills and student self-actualization.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Penelitian ini bermula dari permasalahan peserta didik yang tidak menghiraukan temannya mencoret-coreti fasilitas kelas. Fasilitas kelas yang dicoret-coret oleh peserta didik pada umumnya ialah meja, kursi, dinding kelas. keadaan kondisi fasilitas kelas yang penuh coret-coretan tentu berdampak buruk bagi sekolah maupun peserta didik. Ketika pembelajaran berlangsung ada peserta didik yang tidak memperhatikan gurunya, tetapi asik mencoret-coret meja belajar dengan tip-x ada pula dengan pensil atau ballpoint. Dalam pembelajaran mata pelajaran IPS siswa dilatih dan diajarkan untuk mempunyai keterampilan sosialnya dan berpikir kritis terhadap keadaan lingkungan sekitar.

Berdasarkan temuan awal pra-penelitian dari hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 25 Februari 2014 di SMPN 6 Kota Bandung khususnya di kelas VIII-II. Pada mata pelajaran IPS pembelajaran sudah menggunakan atau menerapkan student centered approach terlihat dalam pembelajarannya kontekstual dengan menggunakan metode picture and picture. Adapun media yang digunakan adalah gambar-gambar yang relevan dengan materi pelajaran, pada waktu itu yaitu pranata sosial. Ada yang kurang pada waktu pembelajaran, yaitu pengajar tidak menanamkan atau mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Terdapat permasalahan pada lingkungan, dimana dalam ruangan kelas terdapat coretan-coretan di dinding, meja, dan kursi kelas ulah dari kejailan siswa-siswa tersebut.

Fasilitas kelas seperti kursi belajar dan dinding kelas terkotori aksi vandalisme peserta didik. Ketika guru menjelaskan tentang materi pelajaran terdapat peserta didik yang tidak fokus belajar, ia asik mencoreti meja belajarnya. Pada saat itu guru menegurnya dengan dijadikan contoh tentang materi pranata sosial. Dilihat dari berbagai tulisan coret-coretan di kelas VIII-II menggambarkan curhatan hati, identitas, dan informasi. Maka dari itu kelas VIII-II yang dijadikan


(10)

objek penelitian. Tidak hanya itu peneliti juga menemukan masalah pada peserta didik kurangnya keberanian mengemukakan pendapat, memberikan jawaban atau argumentasi, dan kesimpulan dengan baik, hal itu terlihat ketika guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik.

Perilaku coret-coretan itu adalah suatu bentuk vandalisme. Obiagwu (dalam Barcell dan Marlini, 2013, hlm. 28) mengemukakan bahwa “vandalisme adalah tindakan perusakan bahan pustaka dengan menulis mencoret-coret, memberi tanda khusus, membasahi, membakar, dan lain-lain.” Sedangkan Menurut Safitri (2012,

hlm. 105) mengemukakan bahwa “vandalisme merupakan tindakan mengganggu atau merusak objek fisik dan buatan baik milik priadi maupun fasilitas/milik

umum.” Adapun jenis-jenis vandalisme, yaitu: ekspresi dari protes sosial (an expression of sosial protest), dendam (revenge), kebencian (hatred), aktualisasi diri (self actualization), dan manifestasi perilaku kewilayahan (manifestasion of territorial behavior).

Aktualisasi diri atau self actualization adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis (www.psychologymania.com). Seseorang yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya akan berkembang untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Begitu pun pelaku vandalisme karena membutuhkan ruang atau tempat untuk mengekspresikan atau menunjukan eksistensinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari tekanan, baik berasal dari dalam diri maupun dari luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan diri dari tekanan internal dan eksternal dalam pengaktualisasian dirinya menunjukan bahwa orang tersebut telah mencapai aktualisasi diri tersebut secara penuh (Ulandari, 2010, hml. 10).

Adanya perilaku vandalisme di kelas atau di sekolah, menunjukkan tidak menerapnya atau tidak tertanamnya pada peserta didik pengembangan kreativitas


(11)

dan keterampilan berpikir kritis siswa dengan nilai-nilai sosial yang tentunya sebelumnya seorang guru telah mengajarkan hal itu dalam mata pelajaran IPS dan kurangnya seorang guru memberikan ruang gerak siswa untuk mengaktualisasikan kemampuan dirinya. Hal itu terlihat tidak sepadannya antara pendidikan IPS yang mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dengan perilaku peserta didik mencoret-coret fasilitas sekolah. Banks (dalam Sapriya, 2007, hlm. 3) memberikan definisi social studies sebagai berikut:

The social studies is that part of the elementary and high school curriculum which has the primary responsibility for helping students to develop the knowledge, skill, attitudes, and values needed to participate in the civic life of their local communities, the nation, and the world.Jadi Social studiesadalah bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakatnya.

Glaser (dalam Fisher, 2009, hlm. 2) mendefinisikan berpikir kritis sebagai:

(1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti

pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang

diakibatkannya.

Sedangkan pada Taksonomi Bloom kemampuan berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis dibagi menjadi tiga aspek, yaitu C4 analisis, C5 sintesis, C6 produksi. Dari ketiga aspek tersebut mengembangkan daya kritis sosial siswa untuk berpikir kiritis dan mendalam, siswa menampilkan pikiran yang original dan kreatif, dan siswa dapat membuat keputusan baik tidaknya ide, pemecahan masalah atau karya seni.

Pada penelitian ini, dalam proses berpikir kritis menggunakan pendekatan FRISCO (Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview) berdasarkan pendekatan tersebut, kemampuan berpikir kritis dapat dilihat sebagai berikut: 1.


(12)

memberikan penjelasan yang sederhana (elementary clarification), meliputi: a. Memfokuskan pertanyaan, b. Menganalisis argument, c. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan; 2. Membangun keterampilan dasar (basic support), meliputi: a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, b. Mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan observasi; 3. Menyimpulkan (inference), meliputi: a. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, b. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, c. Membuat dan menentukan nilai pertimbangan; 4. Memberikan penjelasan lanjut (advance clarification), meliputi: a. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, b. Mengidentifikasi pendapat; 5. Mengatur strategi dan teknik (strategy and tactics), meliputi: a. Menentukan tindakan, b. Berinteraksi dengan orang lain.

Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan ruang untuk mengaktualisasikan diri siswa, dibutuhkan pengarahan ke arah yang lebih positif, selain pengaruh lingkungan masyarakat, lembaga pendidikan sangat penting dalam membangun manusia yang diharapkan. Sebagaimana Kesuma dan Somarya (2009, hlm. 1) mengemukakan bahwa:

Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep, prinsip atau teori pendidikan oleh pendidik dengan terdidik dalam berinteraksi, yang berlangsung dalam suasana saling mempengaruhi atau terjadinya saling interaksi yang positif dan konstruktif selama tujuannya mengubah terdidik menjadi manusia yang diharapkan atau dewasa. Upaya menekan perilaku vandalisme dikalangan remaja dimana dengan mayoritas seorang pelajar, pada lembaga pendidikan perlu adanya fasilitas atau media di suatu sekolah untuk menyalurkan kreativitas siswa ke hal yang lebih positif salah satunya yaitu seni graffiti. Menurut Kurniasari (2013, hlm. 3)

mengemukakan bahwa “graffiti sebagi bentuk komunikasi visual, sesuai dengan pendapat Chaffee (1993, hlm. 3) bahwa komunikasi mempunyai banyak muka,

informasi bisa ditransmisikan melalui berbagai bentuk.” Seorang guru atau pihak

lembaga sekolah harus memberikan fasilitas, memupuk dan merangsang pertumbuahan peserta didik dalam upaya memunculkan kekreativitasan peserta


(13)

didik. Kreativitas seni graffiti untuk meningkatkan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa dalam kreativitas menjaga fasilitas publik sebagai upaya menekan perilaku vandalisme.

Wicandar (dalam Kurniasari, 2013) pada majalah HAI No. 36/XXX/4-10 September 2006 memuat tentang graffiti, pada awalnya graffiti menjadi sekedar coretan dinding yang berafiliasi dengan kelompok atau geng tertentu. Kemudian graffiti menemukan gaya baru yang mengarah pada artistic graffiti sehingga muncul seni mural yang banyak menyajikan kritik sosial. Disini tembok jalanan menjadi tempat atau medium alternatif bagi seniman guna mengekspresikan segala hal yang mereka rasa dan pikirkan. Selain itu, cara ini juga dapat digunakan sebagai wujud pemenuhan kebutuhan akan eksistensi diri maupun komunitas. Dengan menggunakan nama jalanan (street name) dan ideologinya masing-masing, setiap writer (pembuat graffiti) menumpahkan ekspresinya melalui warna, objek, dan kata-kata dalam graffiti.

Bagi sebagian siswa IPS merupakan pelajaran yang membosankan karena sebagai pelajaran yang banyak teori dan bukan mata pelajaran prioritas. Memperhatikan persoalan diatas, sudah semestinya dilakukan tindakan untuk memperbaiki situasi dan kondisi dalam pembelajaran untuk mendapatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPS di kelas VIII-II SMPN 6 Kota Bandung. Seperti yang dikemukakan oleh Sagala (2008, hlm. 62) bahwa pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Maka dalam pembelajarannya guru memfasilitasi siswa agar lebih aktif, kreatif, dan kritis. Siswa melakukan sebuah inkuiri atau mengidentifikasi suatu fenomena graffiti lalu dikaji dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. Siswa juga melakukan pengamatan disekitar lingkungannya kemudian mengungkapkan atau menyajikannya dalam media graffiti sebagai bentuk ekspresi atau aktualisasi diri dengan daya kritis sosialnya.


(14)

Dalam suatu pembelajaran tidak akan optimal jika media pembelajaran tidak

ada. Criticos (dalam Daryanto, 2010, hlm. 4) mengemukakan bahwa “media

merupakan suatu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari

komunikator menuju komunikan.” Guru menyampaikan materi pelajaran melalui

media pembelajaran sebagai perantara. Tanpa media komunikasi pembelajaran tidak akan optimal, karena media pembelajaran merupakan komponen integral dari sistem pembelajaran. Media yang digunakan dalam pembelajaran tersebut adalah media visual yaitu graffiti.

Dengan media pembelajaran tersebut diharapkan mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Kususnya penggunaan media graffiti dalam pembelajaran IPS mengembangkan sikap kritis siswa upaya menekan perilaku vandalisme. Pembelajaran menggunakan media graffiti, diharapkan memfasilitasi siwa untuk mengaktualisasikan dirinya dalam kreativitas menjaga fasilitas publik dan membangun sikap kritis sosial yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang ada pada mata pelajaran IPS.

Berdasarkan pemikiran tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas, maka timbul permasalahan yang ingin diteliti oleh penulis, yaitu:

“penggunaan media graffiti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial”. Diadakannya

penelitian ini penulis berharap media pembelajaran graffiti ini dapat menjadi bahan atau alternatif media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial terutama di jenjang sekolah menengah pertama. Model ini juga diharapkan banyak manfaat dalam mengembangkan dan menjadi sarana peserta didik untuk mengaktualisasikan dirinya.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran IPS dikelas masih memiliki kecenderungan pengajar yang aktif di dalam kelas (teacher center), meskipun pembelajaran sudah


(15)

menggunakan pendekatan kontekstual, tetapi pengajar masih mendominasi dalam pembelajaran.

2. Meskipun pengajar telah menggunakan media yang vareatif seperti gambar-gambar, itu hanya sebagai penarik perhatian peserta didik dalam pembelajaran saja, sasaran untuk membangun dan mengembangkan cara berpikir mereka hanya mampu pada tahap pemahaman saja.

3. Buku paket seringkali dijadikan sebagai satu-satunya sumber

pembelajaran, padahal dalam pembelajaran IPS membutuhkan informasi yang lebih luas apalagi era globalisasi ini, dengan kecanggihan teknologi informasi atau pengetahuan mudah didapat.

4. Peserta didik tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat, berpikir kreatif, dan berpikir kritis.

5. Sejumlah peserta didik yang diwawancarai menganggap bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang bukan menjadi prioritasnya dengan alasan bahwa mata pelajaran IPS kurang menarik banyak materi dan membosankan.

6. Di kelas VIII-II terdapat fasilitas-fasilitas yang banyak coretan-coretan ulah kenakalan peserta didik.

7. Siswa kurang diberikan ruang atau media untuk beraktualisasi diri dengan kemampuan yang peserta didik miliki menjadi ke arah yang lebih positif dalam pembelajaran IPS.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Bagaimana penggunaan media graffiti dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan terfasilitasi untuk mengaktualisasikan dirinya, sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.Untuk memfokuskan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut :


(16)

1. Bagaimana mendesain pembelajaran IPS menggunakan media graffiti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa di kelas VIII-II SMPN 6 Kota Bandung?

2. Bagaimana penerapan media graffiti dalam mata pelajaran IPS untuk menigkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa di kelas VIII-II SMPN 6 Kota Bandung?

3. Apa Kendala-kendala dan upaya yang dihadapi serta solusi dalam penggunaan media graffiti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa dalam mata pelajaran IPS?

4. Bagaimana keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa setelah pembelajaran menggunakan media graffiti dalam mata pelajaran IPS di kelas VIII-II SMPN 6 Kota Bandung?

D.Tujuan Penelitin

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai penggunaan media graffiti dalam mata pelajaran IPS di kelas VIII-II SMPN 6 Bandung efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan terfasilitasinya siswa untuk mengaktualisasikan kreativitasnya, sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan melalui penelitian tindakan kelas.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan oleh peneliti, diantaranya adalah:

1. Mendeskripsikan bagaimana proses perencanaan pembelajaran IPS

menggunakan media graffiti dalam upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritisdan aktualisasi diri siswa di kelas VIII-II SMPN 6 Bandung. 2. Medeskripsikan proses pembelajaran IPS menggunakan media graffiti dalam upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa di kelas VIII-II SMPN 6 Bandung.

3. Mendeskripsikan upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi serta solusi yang digunakan dalam penggunaan


(17)

media graffiti dalam upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa di kelas VIII-II SMPN 6 Bandung.

4. Mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa setelah pembelajaran menggunakan media graffiti dalam mata pelajaran IPS di kelas VIII-II SMPN 6 Bandung.

E.Manfaat Penlitian

Berawal dari pokok permasalahan yang diambil oleh penulis, maka manfaat atau kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian tindakan kelas ini adalah diharapkan dapat memberi masukan bagi pembelajaran IPS agar dalam pembelajarannya menggunakan media yang lebih menarik. Dengan media pembelajaran yang menarik diharapkan siswa tidak merasa jenuh dengan pelajaran tersebut dan lebih dapat mengekspresikan potensi dirinya. Selain itu juga dari hasil pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi pengetahuan sekaligus pengalaman bagi peneliti agar dapat meneliti dengan lebih baik lagi.

b. Bagi Sekolah

Memajukan kualitas dengan mengembangkan media-media pembelajaran untuk memenuhi harapan siswa, guru, maupun masyarakat dan sebagai referensi bagi meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dalam pelaksanaan belajar mengajar di SMPN 6 Kota Bandung.


(18)

Sebagai bahan masukan atau referensi bagi guru untuk

menerapkan atau menggunakan graffiti sebagai media

pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa dalam menjaga fasilitas publik upaya menekan vandalisme dikalangan remaja.

d. Bagi Siswa

Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa terhadap

fenomena-fenomena sosial dan memberikan ruang untuk

mengaktualisasikan diri. Meningkatkan pemahaman materi dan penerapan sikap positif sehingga tidak melakukan tindakan vandalisme.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan dari hasil penlitian tindakan kelas ini akan dipaparkan dalam struktur sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang didalamnya terdiri dari beberapa sub-bab, meliputi: 1. Latar belakang penelitian, 2. Identifikasi masalah penelitian 3. Rumusan masalah penelitian, 4. Tujuan penelitian, 5. Manfaat penelitian, dan 6. Struktur organisasi skripsi.

Bab II merupakan kajian pustaka dan kerangka pemikiran yang didalamnya terdiri dari beberapa sub-bab, meliputi: 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran IPS. 2. Pengertian dan ruang lingkup media pembelajaran. 3. Tinjauan tentang graffiti. 4. Tinjauan tentang berpikir kritis siswa. 5. Tinjauan Aktualisasi diri, 6. Hasil penelitian terdahulu. 7. Kerangka berpikir. 8. Hipotesis tindakan.

Bab III merupakan metode penelitian yang didalmanya terdiri dari beberapa sub-bab, meliputi: 1. Lokasi, subjek, dan waktu penelitian, 2. Desain penelitian, 3. Metode Penelitian, 4. Definisi operasional, 5. Instrumen penelitian, 6. Validitas data, 7. Teknik pengumpulan data, dan 8. Teknik analisis data.


(19)

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang didalamnya terdiri dari beberapa sub-bab, meliputi: 1. Deskripsi lokasi penelitian, 2. Deskripsi hasil penelitian, 3. Pembahasan hasil penelitian.

Bab V merupakan kesimpulan dan saran yang didalamnya terdiri dari beberapa sub-bab, meliputi 1. Kesimpulan dan 2. Saran.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi, Subjek, dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Lokasi dilaksanakannya penelitian ini adalah di SMP Negeri 6 Bandung terletak di Jl. H. Yakub No. 36 Kota Bandung. Sekolah ini didukung oleh beberapa tenaga pendidik dan staf yang profesional serta kondisi sekolah yang menurut peneliti tepat untuk dijadikan lokasi untuk penelitian.

2. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII-II SMPN 6 Kota Bandung tahun ajaran 2013-2014. Pemilihan subjek penelitian ini berdasarkan peserta didik yang kurang berani dalam memberikan jawaban, pendapat, argumentasi, dan menyimpulkan suatu konsep materi pelajaran dengan baik. Pemilihan subjek penelitian ini juga berdasarkan bahwa fasilitas belajar di kelas VIII-II terdapat banyak hasil tindakan vandalisme atau coret-coretan dengan motif berbagai eksistensi diri peserta didik. Selama pembelajaran berlangsung terdapat peserta didik yang mencoret-coreti meja belajar, sedangkan peserta didik yang lain atau temannya tidak menegurnya. Ketika ditanya kenapa mencoret-coret meja, peserta didik tidak memberikan alasan yang benar. Dilihat dari bentuk coret-coretan dikelas VIII-II banyak terdapat motif curhatan hati, identitas,dan informasi. Darisanalah terlihat keterampilan berpikir kritis masih kurang dan tempat untuk beraktualisasi mereka tidak ditempatka atau disalurkan pada hal yang benar. Jumlah peserta didik di kelas VIII-II ini sebanyak 40 orang, yang terdiri dari 19 laki-laki dan 21 perempuan.


(21)

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014.

B.Desain Penelitian

Dalam proses penelitian tindakan kelas perlu adanya langkah-langkah praktis supaya penelitian terhadap pengggunaan media graffti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa kelas VIII-II pada mata pelajaran IPS tersebut dapat dijabarkan secara jelas dan mudah. Pada bagian ini menurut Suhardjono ar su. (2009, hlm. 117) akan difokuskan pada kegiatan pokok, yaitu (1) planning, (2) acting, (3) observing, (4) reflecting. Rencana penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dengan tiga siklus. Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum menunjukan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya sampai peneliti merasa puas.

Desain penelitian yang digunakan peneliti, yaitu model Kemmis & McTaggart. Berikut desain penelitian dibawah ini:

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart (1988) (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 66)


(22)

Kegiatan-kegiatan tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Planningyaitu rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan pada penggunaan media graffiti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa pada mata pelajaran IPS.

Kegiatan planning antara lain sebagai berikut: a. Identifikasi masalah.

b. Memastikan kelas yang akan menjadi tempat penelitia. c. Menyusun waktu yang tepat untuk melakukan penelitian. d. Perumusan masalah dan analisis penyebab masalah. e. Pengembangan intervensi (action/solution)

Pada tahap planning juga terdapat tahap perencanaan dengan peneliti beserta guru mitra berkolaborasi, guru mitra sebagai pengamat atau observer, sedangkan peneliti sebagai pelaksana proses kegiatan belajar dan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakn dengan tujuan untuk mendapatkan

kondisi atau keadaan langsung dilapangan. Adapun pembuatan

perencananaan pelaksanaan pembelajaran dengan kegiatan sebagai berikut : a. Menyusun atau mengembangkan perangkat Rencana Pelaksanaan

dan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dari silabus pembelajaran IPS kelas VIII SMP.

b. Menyusun lembar kerja Siswa (LKS).

c. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. d. Menyusun format observasi dan evaluasi pembelajaran.

e. Merencanakan untuk melakukan perbaikan sebagai tindak lanjut dari diskusi balikan yang telah dilakukan dengan kolaborator.

2. Acting,dalam tahap pelaksanaan (acting), guru harus mengambil peran dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa dengan menggunakan media graffiti pada siswa kelas VIII-II SMP Negeri


(23)

6 Kota Bandung. Adapun implementasi penggunaan media graffiti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa terangkum dalam langkah-langkah pembelajaran IPS berikut ini :

a. Kegiatan dalam mengamati bentuk graffiti yang dibuat oleh pendidik, kemudian siswa menjawab atau menyimpulkan untuk mengetahui fokus masalah yang akan dibahas di dalam kelas.

b. Kemudian membagikan lembar kerja pada setiap kelompok yang

dikerjakan baik secara kelompok maupun individu.

c. Siswa mencari informasi untuk membahas

permasalahan-permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tulisan pada graffiti, dimana siswa dapat berbagi argumen dan informasi untuk memecahkan masalah sebagai salah satu cara membangun keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa.

d. Siswa diberikan kesempatan atau diberikan waktu untuk menyajikan hasil pengerjaan tugasnya didepan kelas.

e. Membahas penampilan masing-masing kelompok atau siswa

f. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

3. Observing,tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung. Dalam tahap ini peneliti dan guru mitra mengamati kondisi pembelajaran dikelas yang meliputi:

a. Melakukan observasi terhadap kelas yang diteliti.

b. Mengamati kesesuaian penerapan media dengan pokok bahasan materi.

c. Pengamatan guru memotivasi siswa saat kegiatan pembelajaran menggunakan media graffiti.


(24)

d. Observer mencatat kelemahan dan kelebihan yang dilakukan guru selama melaksanakan tindakan.

e. Mengidentifikasi kendala-kendala yang muncul pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

f. Mengamati siswa saat melakukan penyajian hasil pengerjaan LKS atau prsentasi dan tanya jawab.

g. Mengamati dan memberikan penilaian bagaimana siswa

memberikan pertanyaan dan argumennya saat sesi tanya jawab serta mengamati dan menilai hasil LKS dengan nilai yang telah ditentukan oleh peneliti.

4. Reflecting,refleksi dalam penelitian ini yaitu peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama mitra peneliti dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru dan siswa, metode, alat peraga maupun evaluasi.

C. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif. Menurut Craswell (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 8) menjabarkan, bahwa “penelitian kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang berbeda.” Jadi pendekatan penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian atau pemecahan suatu masalah fenomena-fenomena sosial yang bersifat ilmiah secara alamiah (natural setting). Namun dalam pengolahan data peniliti juga menggunakan pendekatan kuantitatif, Sontani dan Muhidin (2011, hlm. 10) mengemukakan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan


(25)

filsafat positivisme.Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teknologi dari realitas sosial.

Metode merupakan cara atau jalan untuk mencapai sesuatu. Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan (Azwar, 1999, hlm. 1). Jadi metode penelitian dapat diartikan suatu cara dalam mencari suatu kebenaran masalah-masalah alam dan kemanusiaan melalui bidang atau disiplin ilmu-ilmu yang relevan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas. Menurut Kemmis (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 12) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan peraktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk penelitian reflektif didalam kelas dengan mengkaji tindakan-tindakan tertentu sebagai evaluasi pembelajaran.

D. Definisi Operasional

Untuk memudahkan penelitian ini, maka penulis memecahkan masalah menjadi dua variabel (X) media graffiti, variabel (Y1) keterampilan berpikir kritis siswa, dan variabel (Y2) aktualisasi diri Siswa. Dalam penelitian ini, penulis membatasi pengertian istilah-istilah sebagai berikut:

1. Media Graffiti

Graffiti berasal dari bahasa Yunani “Graphein” (menuliskan) yang

bisa diartikan sebagai sebuah coretan gambar atau kata-kata pada dinding atau permukaan ditempat-tempat umum, atau tempat pribadi. Graffiti (juga ditulis grafity atau grafitti) merupakan adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk


(26)

menuliskan kalimat tertentu diatas dinding (Muttaqin, 2009, hlm. 25). Graffiti merupakan bagian dari media visual. Ciri-ciri graffiti pada umumnya berbentuk sebuah tulisan dengan pola tertentu yang mengandung kritikan sosial dan ekspresi diri pada media ruang publik maupun fasilitas pribadi seperti dinding atau tembok, triplek, dan karton atau kertas yang berbahankan dari cat cair, spidol, dan crayon.

2. Keterampilan Berpikir Kritis

Robert Ennis (dalam Fisher, 2009, hlm. 4) mendefinisikan bahwa “berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.” Indonesia strong from (2008) mengemukakana bahwa “berpikir kritis adalah suatu tingkatan pola berpikir manusia yang bisa memprakirakan hal-hal apa yang mungkin menjadi permasalahan manusia dimasa mendatang dan mulai mempersiapkan solusinya sejak sekarang.” Dari kedua definisi tersebut kriteria dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis melelui media graffiti, yaitu membedakan graffiti menurut macam dan motifnya, menganalisis dampak dan soulisi dari sebuah graffiti, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi dari graffiti yang tak terucapkan, menemukan makna dari sebuah grafitti, dan mengaplikasikan sebuah graffiti pada benda atau tempat yang layak.

Adapun Strategi dalam mengajar berpikir kritis menurut R.H. Ennis (1996) ada enam elemen dasar dengan menggunakan pendekatan FRISCO ialah:

a. Focus (fokus), langkah awal dari berpikir kritis mengidentifikasi masalah dengan baik. Permasalahan yang menjadi fokus bisa terdapat dalam kesimpulan sebuah argumen. b. Reason (alasan), apakah alasan-alasan yang diberikan logis atau


(27)

c. Inference (kesimpulan), jika alasannya tepat apakah alasan itu cukup untuk sampai pada kesimpulan yang diberikan.

d. Situation (situasi), mencocokan dengan situasi yang sebenarnya.

e. Clarity (kejelasan), harus ada kejelasan mengenai istilah-istilah yang dipakai dalam argumen tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membuat kesimpulan.

f. Overview (tinjauan ulang), artinya perlu pengecekan ulang apa yang sudah ditemukan, diputuskan, diperhatikan, dipelajari, dan disimpulkan.

Adapun peneliti memilih 3 (tiga) indikator berpikir kritis karena dengan pertimbangan kondisi siswa dan sekolah yang telah dipaparkan. 3 (tiga) indikator tersebut adalah bertanya menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan, membuat kesimpulan, dan membuat penjelasan lanjut.

3. Aktualisasi Diri

Maslow (dalam Arinato, 2009) menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan (www.psychologymania.com).Menurut Maslow (dalam Boeree, 2013, hlm. 258) ada beberapa karakteristik yang

menunjukan seseorang mencapai aktualisasi diri atau cara

mengaktualisasikan diri, yaitu kreatif, rasa persaudaraan, kepekaan sosial, simpati, dan prikemanusiaan. Hal-hal tersebut merupakan cara untuk menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-sifat serta potensi individu sesuai ciri khas yang ada, agar menjadi kepribadian yang utuh.


(28)

Adapun peneliti hanya memilih 2 karakteristik sebagai indikator fokus penelitian yaitu kreatif dan kepekaan sosial.

4. Pembelajaran

Komalasari (2010, hlm.3) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

5. Pendidikan IPS

Banks (dalam Sapriya, 2008, hlm. 3) memberikan definisi Social Studies sebagai berikut:“The social studies is that part of the elementary and high school curriculum which has the primary responsibility for helping students to develop the knowledge, skill, attitudes, and values needed to participate in the civic life of their local communities, the nation, and the world.” Jadi Social studies adalah bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakatnya.

kurikulum 2013 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang isu-isu sosial dengan unsur kajiannya dalam konteks peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi. Tema yang dikaji dalam IPS adalah fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat baik masa lalu, masa sekarang, dan kecenderungannya di masa-masa mendatang. Pada jenjang SMP/MTs, mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diharapkan dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.


(29)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian tindakan kelas yang memiliki peranan penting. Arikunto (1998, hlm. 151) mengemukakan bahwa instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dari pengertian tersebut bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi tentang variabel atau objek yang sedang diteliti. Namun dalam penelitian ini bisa menggunakan instrumen lain sebagai pendukung peneliti dalam memeproleh data. Adapun instrumen lain yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas yaitu :

1. Peneliti

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan (Sugiyono, 2013, hlm. 305).

2. Lembar Observasi

Kerlinger (dalam Arikunto, 1998, hlm. 225) mengmukakan bahwamengobservasi adalah suatu istilah umum yang mempunyai arti semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya, dan mencatatnya. Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar. Pedoman observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas guru dan siswa pada saat penggunaan media graffiti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri dalam mata pelajaran IPS. Lembar observasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah lembar


(30)

observasi terhadap guru dalam penggunaan media visual graffiti pada pembelajaran IPS dan Instrumen berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa pada penggunaan media graffiti.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh informasi baik dari guru maupun siswa dalam mengukur tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan dikelas. Secara garis besar pedoman wawancara dibagi menjadi dua yaitu, pedoman wawancara tidak terstuktur adalah pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan, sedangkan pedoman wawancara terstukur yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupaicheklist (Arikunto, 1998, hlm. 231). Teknik ini peneliti gunakan untuk memperoleh data dari siswa dan guru yang tidak terungkap dalam observasi. Data ini bersifat lebih luas dan dalam, karena data ini digali oleh peneliti sampai peneliti merasa cukup. Pedoman wawancara ini digunakan oleh peneliti sebagai pemandu dan penguatan terhadap penelitian itu sendiri.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan (field notes) merupakan salah satu cara melaporkan hasil observasi, refleksi, dan reaksi terhadap masalah-masalah kelas (Hopkins, 2011, hlm. 181). Catatan lapangan merupakan catatan tertulis berisi tentang segala peristiwa sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru mengenai apa yang dilihat, didengar dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data seperti mengetahui berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa.


(31)

Lembar tes bentuk isian LKS dilakukan setiap siklus dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa (terlampir dalam RPP) dan sekenario untuk pembelajaran dengan penggunaan graffiti sebagai media pembelajarannya.

6. Dokumentasi

Dokumentasi yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berupa foto dan dokumen atau data penting yang menunjang terhadap penelitian. Foto-foto diambil selama proses penelitian berlangsung meliputi, saat pembelajaran, observasi, dan wawancara.

F. Validitas Data

Salah satu hal yang terpenting adalah validitas data. Agar dapat diperoleh data yang valid, instrument atau alat untuk mengevaluasinya harus valid, jadi validitas merupakan salah satu syarat penting dalam pelaksanaan seluruh jenis kegiatan penelitian termasuk penelitian tindakan kelas. Untuk melihat valid tidaknya suatu data, Hopkins (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 168-170) menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Member chek, yakni dengan memeriksa kembali keterangan-keterangan

atau informasi data yang diperoleh peneliti dengan cara

mengkonfirmasikan kepada guru kelas pada setiap akhir tindakan. 2. Triangulasi, yakni memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau

analisis yang diperoleh peneliti dengan cara membandingkan dengan hasil orang lain, yakni kepala sekolah, guru pamong, guru lain, siswa, staf TU dan sebagainya. Hasil triangulasi ini kemudian dijabarkan dalam catatan lapangan.

3. Audit Trial, yakni mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan dengan teman sejawat atau dosen pembimbing.


(32)

4. Expert Opinion, merupakan tahap akhir validasi yang mana penulis mengkonsultasikan hasil temuan kepada pakar dibidangnya.Dalam hal ini peneliti mengkonfirmasikannya dengan dosen pembimbing IPS, sehingga hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.

5. Saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan. Situasi ini yaitu dimana pada siklus lanjutan dalam penelitian ini tidak ditemukan data baru maka terdapat suatu kejenuhan itu disebut saturasi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Agar data-data yang diperoleh relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data. Mengumpilkan data merupakan pekerjaan yang penting dalam meneliti. Sependapat dengan Sugiyona (2013, hlm. 308) “teknik mengumpulkan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.”

Adapun langkah-langkah dalam proses pengumpulan data ini adalah sebagi berikut:

1. Observasi

Kegiatan observasi yang peneliti lakukan adalah dengan cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara langsung. Dalam hal ini yang menjadi objek pengamatan adalah siswa, pembelajaran yang berlangsung, lingkungan kelas dan hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa itu sendiri. Kejadian-kejadian yang ada dilapangan dicatatan kedalam lembar catatan lapangan. Manfaat yang diperoleh adalah sebagai bahan refleksi atau diskusi balikan untuk menentukan rencana tindakan siklus


(33)

berikutnya, sehingga dari siklus I ke siklus berikutnya dapat di evaluasi kemajuannya.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan cara observasi berupa structured or controlled observation yaitu observasi yang direncanakan dan terkontrol. Pada observasi ini peneliti menggunakan pedoman observasi yang tersusun dan memuat aspek- aspek atau gejala-gejala yang perlu diperhatikan pada waktu penelitian berlangsung. Kedudukan observer dalam penelitian ini adalah alat untuk memantau pertumbuhan, kemajuan siswa dalam pembelajaran agar sesuai dengan apa yang direncanakan sekaligus sebagai alat dalam mengevaluasi dan merefleksi dari tindakan yang dilakukan di kelas, yang tercermin dalam aktivitas belajar dari siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.

Peneliti membatasi aspek-aspek atau fokus permasalahan pada keterampilan berpikir krits dan aktualisasi diri siswa. Adapun lembar indikator penelitian keterampilan berpikir kritis peneliti hanya memilih tiga indikator yaitu: a. Memberikanpenjelasansederhana (menjawab pertanyaan), b. Kesimpulan (inference), c. Memberi penjelasan lanjut. Sedangkan untuk lembar aktualisasi diri siswa, peneliti memuat dua indikator, yakni kreatif dan kepekaan sosial. Adapun aspek fokus observasi terhadap guru, antara lain sebagai berikut:

a. Menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.

b. Kemampuan memfokuskan perhatian peserta didik.

c. Kemampuan dalam mengarahkan peserta didik berdiskusi.

d. Kemampuan membimbing peserta didik dalam melakukan

penemuan informasi dari berbagai sumber referensi. e. Kemampuan merespon pendapat peserta didik.

f. Kemampuan mengolah hasil belajar dengan media graffiti. Pengisiansetiaplembarobservasidilakukandenganmenggunakantand

acheck list padasalahsatukolom yang telahdisediakan. Untuk


(34)

masing-masing pada lembar observasi dengan standar ketercapaian sebagai berikut: B = Baik, C = Cukup K = Kurang. Adapun skor yang peneliti tentukan ialah B = 3, C = 2, K = 1.Ketercapaian keberhasilan siswa dalam berpikir kritis dan aktualisasi diri, penliti tentukan pada skor 76 (tujuh puluh enam) menyesuaikan dengan nilai KKM pelajaran IPS di sekolah tersebut.

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu percakapan, tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu. Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 117) mengemukakan bahwa “wawancara adalah salah satu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas

dilihat dari sudut pandang yang lain.” Teknik ini peneliti gunakan untuk

memperoleh data dari siswa dan guru yang tidak terungkap baik dalam kuesioner maupun dalam observasi. Objek yang diwawancarai ialah peserta didik dengan populasi siswa siswi kelas VIII-II dan sampel dipilih dari beberpa peserta didik yang mempunyai nilai rata-rata tinggi, sedang, dan rendah pada mata pelajaran IPS. Wawancara kepada peserta didik dilakukan sebelum, sedang, dan sesudah penelitian. Namun wawancara ini tida sepenuhnya terpaku pada pedoman wawancara karena untuk lebih mendapatkan data yang lebih mendalam. Sedangkan wawancara kepada guru ialah guru mitra atau guru mata pelajaran IPS pada pra-penelitian

Pedoman wawancara digunakan untuk mengungkapkan data secara kualitatif. Data ini bersifat lebih luas dan dalam, karena data ini digali oleh peneliti sampai peneliti merasa cukup. Pedoman wawancara ini digunakan oleh peneliti sebagai pemandu dan penguatan terhadap penelitian itu sendiri. Kegiatanwawancaradilakukanuntukmendapatkan data mengenaipendapatpenggunaan media graffiti dalampembelajaran IPS untukmeningkatkanketerampilanberpikirkritisdanaktualisasidiri.


(35)

3. Studi Dokumentasi

Dalam melaksanakan studi dokumentasi peneliti mengumpulkan data sekunder yaitu berupa data dari buku-buku, karya tulis ilmiah seperti tesis, skripsi, jurnal, dan lain sebagainya. Selain

mengumpulkankan data sekunder, dalam penelitian ini juga

menggunakan pedoman studi dokumentasi. Pedoman studi dokumentasi diambil tes hasil belajar dalam bentuk LKS penggunaan media graffiti. Tes hasil belajar dibuat oleh peneliti sendiri dan dikonsultasikan dengan guru sebagai kolaborator, yang digunakan sebagai alat pengumpul data, sehingga akhirnya akan terlihat peningkatan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa pada mata pelajaran IPS. Foto proses pembelajaran sebagai bukti proses dengan menggunakan graffiti sebagai media pembelajaran yang dilaksanakan pada siswa kelas VIII-II SMPN 6 Kota Bandungdandokumenresmisepertisilabusdanrencana proses pembelajaran.

H.Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Kualitatif

Filsafat yang mendasari penelitian tindakan mengatakan bahwa analisis data dilakukan melalui diskusi tentang kriteria, ruang lingkup peneliti serta tingkah laku yang terlihat. Analisis adalah memberikan makna/arti terhadap apa yang telah terjadi di dalam kehidupan/kelas sesungguhnya. Tingkah laku yang diperinci hanya menunjukan berapa kali orang melakukan sesuatu, tetapi bukan alasan ia melakukannya. Cara ini hanya terpaku pada jenjang deskriptif saja, dan apa yang dapat dilihat (Kusumah dan Dwitagama, 2012, hlm. 83).

Rencana analisis data yang ingin peneliti lakukan dari awal sampai akhir yaitu lebih menekankan nilai kepada aspek keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa. Bentuk evaluasi dalam penelitian ini adalah hasil tugas LKS dimana peneliti bisa melihat apakah siswa sudah mampu


(36)

berpikir secara kritis dan mampu mengaktualisasikan diri pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan media graffiti. Faisal dan Moleong (dalam Iskandar, 2009, hlm. 26) menyatakan bahwa pengumpulan data, reduksi data, display data, dan verifikasi atau pengambilan kesimpulan bukan suatu yang berlangsung secara linier, tetapi bersifat simultan atau siklus yang interaktif.

Miles dan Huberman (dalam Hopkins, 2011, hlm. 237) model interaktif analisis data ialah sebagai berikut:

a. Reduksi Data: reduksi data menunjuk pada proses menyeleksi,

memfokuskan, mensimplifikasi, mengabstraksikan, dan

mentransformasikan data-data entah yang muncul dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak,apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi, wawancara atau dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan subjek yang ditetliti (Iskandar, 2009, hlm. 76).

b. Tampilan Data: menghimpun informasi secara terorganisir yang

memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan-kesimpulan dan melaksanakan tindakan melihat tampilan-tampilan data membantu kita memahami apa yang terjadi dan melaksanakan sesuatu analisis atau tindakan lebih jauh yang didasarkan pada pemahaman tersebut. Sedangkan Iskandar (2009, hlm. 77) mengemukakan bahwa melaksanakan display data atau penyajian data kepada yang telah diperoleh ke dalam sejumlah matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya digunakan berbentuk teks neratif.

c. Penarikan Kesimpulan: tahap ketiga dalam analisis data adalah

kesimpulan dan verifikasi. Dari tahap awal pengumpulan data, guru atau peneliti mulai menelusuri makna-makna dari data yang


(37)

diperoleh, mencatat rutinitas-rutinitas, pola-pola, penjelasan-penjelasan, konfiguarsi-konfigurasi, aliran-aliran kausatif, dan

proposisi-proposisi. Sedangkan Iskandar (2009, hlm. 77)

mengemukakan bahwa mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara merefleksi kembali, peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, triangulasi, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai. Sedangkan verifikasi dimaksudkan agar penilaian tentang kesesuaian data dengan maksud yang terkandung dalam konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut lebih tepat dan obyektif.

2. Analisis Data Kuantitatif

Pada penelitian ini selain menganalisis data dengan metode kualitatif, peneliti juga menggunakan metode kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif adalah pengolahan data-data yang didapatkan dalam penelitian berupa angka-angka. Sugiyono (20013, hlm. 14) mengemukakan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, teknik pengambilan sample pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data mengunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan unutk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Pengolahan data atau analisi data kuantitatif pada penelitian ini dilakukan secara sederhana. Penghitungan data kuantitatif dalam menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dengan cara menghitung persentase setiap kategori untuk setiap tindakan. Adapun cara


(38)

penghitungannya sebagaimana Komalasari (2011, hlm. 156) merumuskan penghitungan perolehan skor dengan menggunakan rumus di bawah ini:

Penghitungan rata-rata (persentase): Perolehan Skor X 100% Skor Maksimal

Presentase Aktivitas Guru = Perolehan SkorX 100% Seluruh Aktivitas

Presentase keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa = Perolehan Skor X 100%

Skor Maksimal

Penilaian Keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri = Skor Total berpikir kritis + skor total aktualisasi diri 2

Setelah dihitung kemudian hasilnya dikonversikan, adapun konversi rata-rata tersebut ialah sebagai berikut:

Rentang Skor Kategori

66,7%-100% B = Baik

33,4%-66,6% C = Cukup

0-33%,3% K = Kurang

3. Interfretasi Data

Interpretasi data merupakan langkah kegiatan analisis data terpentinh dalam penelitian tingakan kelas. Tahapan ini bertujuan untuk memberikan makna terhadap data-data yang telah diperoleh. Sehingga masalah penelitian bisa dipecahkan. Tahapan ini juga dilakukan untuk menafsirkan keseluruhan temuan dalam penelitian.

Menginterfretasikan data harus dilakukan secara rinci sehingga mendapatkan hasil dengan baik. Tahapan interfretasi atau penafsiran data dalam penelitian tindakan kelas Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2010, hlm. 186) mengemukakan bahwa kegiatannya mencakup menyesuaikan hipotesis kerja yang sudah sahih kepada teori yangg menjadi kerangka


(39)

pemikiran sehingga menjadi bermakna. Hal ini berarti, bahwa hipotesis kerja tersebut dihubungkan dengan teori, dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam praktek sehari-hari, atauh bahkan dengan naluri guru dalam menilai pembelajaran yang baik. Dengan cara ini, guru peneliti memberikan makna kepada serangkaian observasi yang dilakukannya dalam penelitian tindakan kelasnya, dari yang tadinya berupa data dan konstruk hasil pengamatan. Dalam interpretasi data ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan. b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus. c. Mendeskripsikan hasil observasi.

d. Menganalisis penggunaan media dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa.


(40)

BAB V

SIMPULAN dan SARAN

A. SIMPULAN

Penggunaan media graffiti dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial di kelas VIII-II SMP Negeri 6 Kota Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Merencanakan pembelajaran IPS menggunakan media graffiti untuk

meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa kelas VIII-II SMPN 6 Kota Bandung dapat dikatakan berhasil karena sejalan dengan pelaksanaan dengan hasil yang maksimal. Perencanaan penggunaan media graffiti dalam pembelajaran IPS yang perlu disiapkan ialah rancangan penggunaan media graffiti berdasarkan pada memperhatikan beberapa aspek yang disesuaikan dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan juga didasarkan pada karakteristik dan kondisi kelas. Pada setiap siklusnya merencanakan atau penyusunan silabus dan RPP yang tepat agar pelaksanaan PTK pembelajaran menggunakan media graffiti sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Tujuan pembelajaran dengan menggunakan media graffiti adalah untuk menigkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa.

Setelah menyusun RPP yang tepat, peneliti bersama guru mitra menentukan tema media graffiti yang sesuai dengan materi pelajaran dan menunjang untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa. Selanjutnya peneliti menyusun instrumen penilaian sebagai alat untuk memudahkan guru dan siswa mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran menggunakan media graffiti. Instrumen tersebut ialah penilaian terhadap hasil LKS siswa, penilaian terhadap guru dalam menggunakan media graffiti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa, dan catatan lapangan untuk mengetahui kondisi siswa atau kelas pada saat penelitian berlangsung. Hal tersebut dilakukan oleh


(41)

peneliti agar dapat melihat perkembangan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa dengan penggunaan media graffiti dalam pembelajaran IPS. Tingkat keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa mencapai hasil yang maksimal karena perencanaan yang dilaksanakan berdasarkan berbagai pertimbangan bersama mitra peneliti yang terus diperbaiki pada setiap siklusnya, sehingga mampu mencapai hasil yang ditargetkan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa dengan penggunaan media graffiti pada mata pelajaran IPS.

2. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan media graffiti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa kelas VIII-II SMPN 6 Kota Bandung dapat dikatakan baik dengan adanya peningkatan dalam pelaksanaannya di kelas. Pelaksanaan penggunaan media graffiti dalam pembelajaran IPS ini dilakukan dalam tiga siklus. Pada siklus pertama media graffiti digunakan pada tahapan eksplorasi, tanya jawab mengenai materi pelajaran permasalahan perpajakan di Indonesia melalui dua media graffiti yang bertuliskan “pungutan liar” dan “pajak dikorup”. Pada tahap elaborasi siswa secara berkelompok mengerjakan LKS yang di dalamnya menganalisis sebuah berita kasus permasalahan sosial dan menuangkan aspirasi dari bacaan berita kasus ke dalam bentuk graffiti. Kemudian beberapa kelompok diberikan kesempatan untuk tampil mempresentasikan hasil tugasnya dan beberapa kelompok lain menanggapi kelompok yang tampil. Hasilnya siswa masih kebingungan bagaimana cara mengerjakan LKS dan membuat graffiti dengan baik. Sementara itu hasil observasi guru belum bisa menggunakan media graffiti dalam pembelajaran dengan baik.

Pada siklus kedua penggunaan media digunakan untuk tanya jawab mengenai materi pembelajaran pada tahapan eksplorasikemudian pada tahapan elaborasi siswa secara individu menganalisis tulisan sebuah graffiti tersebut dan siswa juga membuat graffiti bertemakan membayar pajak. Hasilnya siswa sudah mampu menganalisis dengan cukup baik dan cukup mengerti cara


(42)

membuat graffiti yang baik dan benar. Dalam pembelajarannya siswa cukup aktif dalam bertanya, menyampaikan pendapat ataupun berargumentasi. Sedangkan penilaian pelaksanaan guru dalam penggunaan media sudah mampu memotivasi siswa untuk aktif, kreatif, dan kritis.

Pada siklus ketiga penggunaan graffiti dilaksanakan dalam

pembelajaran yaitu dengan menggunakannya untuk menjelaskan materi pelajaran dan melakukan brainstroming mengenai konsep kejujuran dalam jual beli. Setelah itu siswa secara individu mengerjakan LKS untuk

menganalisis sebuah berita kasus permasalahan sosial kemudian

menuangkannya dalam bentuk graffiti. Setelah itu beberapa siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikannya di depan kelas. Hasilnya keterampilan siswa dalam menganalisi dan mengungkapkan sebuah gagasan pada bentuk media graffiti dengan sangat kritis. Adapun penilaian terhadap guru dalam menggunakan media graffiti dalam pembelajaran IPS, yaitu guru sudah terampil dalam menggunakan media graffiti.

3. Kendala-kendala yang terjadi saat pelaksanaan penggunaan media graffiti untuk meningaktkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa pada mata pelajaran IPS yaitu dari segi teknis dan non-teknis. Kendala dari segi teknis ialah fasilitas sekolah yang kurang mendukung. Seperti kurangnya infokus sebagai media pendukung untuk memperbesar gambar graffiti, supaya terlihat jelas oleh seluruh siswa. Sedangkan kendala dari segi teknis yang dihadapi adalah siswa kebingungan dalam membuat graffiti atau mengerjakan LKS, guru kurang bisa mengelola waktu serta kelas dengan baik, dan guru menggunakan bahasa yang terlalu tinggi.

Dalam upaya mengetasi kendala-kendala tersebut, peneliti melakukan diskusi balikan bersama guru mitra dan rekan PLP untuk mendapatkan solusi atau perbaikan untuk tindakan selanjutnya. Adapun solusi yang didapat hasil diskusi balikan dalam mengatasi kendal dari segi teknis, yaitu guru harus membuat graffiti dengan sekala besar. Sedangkan solusi untuk mengatasi


(43)

kendala dari segi non-teknis, diantaranyaguru harus bisa menguasai kelas dan mengelola waktu dengan baik yaitu dengan cara guru harus mengambil perhatian siswa untuk fokus baik kepada guru ataupun pelajaran, memberikan motivasi tinggi, intonasi suara harus lebih nyaring agar terdengar oleh seluruh siswa, menghindari pembelajaran secara berkelompok besar dengan cara memperkecil kelompok atau pembelajaran secara individu agar siswa terbimbing dengan baik, terlihat perkembangan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswanya, dan kondusif. Selanjutnya guru harus mengalokasikan waktu dengan baik dan harus memperhatikan waktu atau melihat jam ketika pembelajaran berlangsung.

Solusi mengatasi kebingungan siswa, yaitu guru perlu memberikan penjelasan yang rinci mengenai cara membuat graffti atau cara mengerjakan LKS, basaha yang digunakan harus disederhanakan sesuai dengan perkembangan siswa baik itu ucapan guru ketika dalam menyampaikan materi ataupun dalam tulisan LKS agar siswa mudah mengerti. Adapun kelebihan dalam menggunakan media graffiti ini yaitu bisa meningkatkan motivasi serta antusiasme siswa untuk belajar dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa. Sedangkan yang menjadi kelemahan penggunaan media graffiti ini yaitu siswa sedikit kesulitan dalam membuat graffiti sendiri, memerlukan media atau bidang yang besar, dan memerlukan waktu lama untuk pembuatannya.

4. Tingkat keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa melalui pembelajaran IPS menggunakan media graffiti mengalami peningkatan yang baik dari setiap siklusnya. Pada siklus pertama keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa dikategorikan cukup baik dalam cara berpikir kritis terhadap permasalahan sosial namun siswa belum mampu menjawab pertanyaan, meniyimpulkan dan memberikan penjelasan lanjut dengan baik. Keterampilan siswa dalam mengaktualisasikan dirinya juga cukup baik, tetapi dalam membuat graffiti siswa belum begitu kreatif dan peka terhadap isu


(44)

sosial. Hasil tersebut belum memenuhi target yang telah direncanakan dalam penelitian ini.

Pada siklus kedua terjadi peningkatan yang signifikan dari pelaksanaan siklus pertama. Siswa mampu menjawab pertanyaan dan membuat inference dengan baik, tetapi siswa mendefinisikan istilah masih belum relevan. Sedangkan aktualisasi diri, siswa peka dalam mengkritisi permasalahan sosial, namun cukup kreatif menuangkan aspirasi dalam media grafiti. Pada siklus kedua tingkat keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi sudah baik namum belum mencapai target yang diinginkan. Sedangkan pada siklus ketiga tingkat keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa sudah dalam kategori baik dan memenuhi bahkan melampaui pencapaian yang ditargetkan. Siswa sudah mampu menjawab pertanyaan dengan baik dan sesuai dengan pertanyaan, membuat kesimpulan dengan baik, memberikan penjelasan lanjut dengan baik, mengaktualisasikan tingkat kekreatifan dan kepekasaan sosial dirinya pada sebuah media graffiti dengan baik dan kritis.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman peneliti pada penggunaan media garffiti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial, dari peneliti terdapat beberapa hal yang menjadi saran kepada berbagai pihak yang terkait dalam penelitian ini diantaranya:

1. Bagi Pihak Sekolah

Peneliti berharap pihak sekolah mendukung pembelajaran IPS menggunakan media graffiti untuk meningkatkan kualitas cara berpikir belajar berpikir kritis dan memfasilitasi siswa sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri, khususnya di SMP Negeri 6 Kota Bandung. Pembelajaran di sekolah perlu memperhatikan pembelajaran yang menggembangkan kemampuan afektif dan psikomotor siswa, tidak hanya pengetahuan kognitif yang selalu dikembangkan


(1)

215

sesuatu. Melalui pembelajaran menggunakan media graffiti juga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi pelajaran, penerapan sikap positif, dan keterampilan sosialnya sehingga tidak melakukan tindakan yang merugikan. Untuk lebih kreatif lagi siswa disarankan untuk membuat graffiti yang mengambarkan kritikan sosial pada media kayu atau triplek dengan diwarnai oleh cat atau aerosol sebagus mungkin, kemudian pajangkan baik di kelas atau tempat-tempat strategis di sekolah upaya mengingatkan seseorang untuk berbuat lebih baik.

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian mengenai media graffiti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri perlu adanya tindak lanjut atau penelitian lainnya mengenai penggunaan media graffiti sebagai media pembelajaran tidak hanya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan aktualisasi diri siswa. Hendaknya, peneliti selanjutnya menganalisis penggunaan media graffiti agar lebih fokus pada sarana eksistensi diri siswa, penanaman nilai afektif, dan motivasi belajar pada mata pelajaran IPS.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arikunto, S. (1993a). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (1998b). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, dkk. (2000c). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BumiAksara.

Asmani, J.A. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di

Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press.

Azwar, S. (1999). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barry, S. (2008). Jalan Seni Jalanan Yogyakarta. Yogyakarta: Studium.

Berry, D. (2003). Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi.Ed.1, Cet.4. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Beyer, B. K. (1985). Critical Thinking. Bloomington. IN: Phi Delta Kappa Educational Foundation.

Boeree, C.G. (2013). Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia George C. Boeree. Jogjakarta: Prismasophie.

Chaffee, Lyman G. (1993). Political Protest and Street art: Popular Tools for

Democratization in Hispanic Countries. Westport: Greenwood Publishing

Group, Inc.

Cheppy. (2000). Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya: Karya Anda.

Daryanto. (2010). MEDIA PEMBELAJARAN: Perencanaan Sangat Penting

Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Cet.1. Yogyakarta: Gava Media.

Dimyati. dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Cet.2. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djamrah, S.B. dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Cet.3. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ennis, R.H. (1996). Critical Thinking. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Fathurrohman dan Sutikno (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung: PT. Refika Aditama

Feldman, D.A. (2010). Berpikir Kritis. Jakarta: PT. Indeks

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Hamalik, O. (2001a). Proses Belajar Mengajar. Cet.1. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamalik, O. (2003b). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah, N. dan Suhan, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Cet.1. Bandung: PT. Refika Aditama.

Harjanto. (2010). Perencanaan Pengajaran. Cet.7. Jakarta: PT. Rineka Cipta Hasan, S.H. (2010). Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran

Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Kementrian Pendidikan Nasional. Badan Penelitian dan


(3)

217

Hassoubah, Z.I. (2004). Developing Creative & Cricital Thinking Skill: Cara

Berpikir Kreatif dan Kritis. Cet.1. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.

Hatimah, I. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Adira

Hopkins, D. (2011). Panduan Guru Penetilian Tindakan Kelas: A Teacher’s

Guide To Classroom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Iskandar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press. Komalasari, K. (2010a). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: PT Refika Aditama.

Komalasari, K. (2011b). Media Pembelajaran IPS. Bandung: PIPS UPI.

Kusuamah, W. dan Dwitagam, D. (2012). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks.

Mulyasa, E. (2010). Prektik Penelitian Tindakan Kelas. Cet.3. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Ed.1. Cet.2. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyono.(1980). Pengertian dan Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Debdikbud.

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Cet.1. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press.

Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006a). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: kencana Perdana Media Group

Sanjaya, W. (2008b). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Sapriya, Sadjarudin, Susilawati. (2007a). Konsep Dasar IPS. Bandung: Lab PKn FPIPS UPI.

Sapriya. (2009b). Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobandi. (2008). Model Pembelajaran Kritik dan Apresiasi Seni Rupa. Cet.1. Dikti.

Solihatin dan Raharjo. (2007). Cooperative Learning: Analisis Model

Pembelajaran IPS.Jakarta: Bumi Aksara

Sontani, T.U dan Muhidin, A.S. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Adhika Utama.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutarna, A. et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(4)

JOURNAL

Barcell dan marlini.(2013). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindakan Vandalisme Di Kantor Arsip Perpustakaan dan Dokumentasi Kota Padang.

Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan kearsipan,UNP,2 (1), hlm. 27-33

Daryono. (2010). Faktor-Faktor Terjadinya Tindakan Vandalisme Koleksi Perpustakaan dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Media Pustakawan

Universitas Bengkulu. 17, (1 dan 2), hlm. 31-34.

Hadyanta, E. dkk. (2013). Penerapan Pembelajaran Terbalik (Reciprocal

Teaching) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam

Pelajaran IPS Di Kelas IV SD. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

UNDIKSHA, Singaraja.1.

Prasetyo, A.R (2013). Persaingan Seni Visual Jalanan (Studi Deskriptif Persaingan Antar Seniman Visual Jalanan Pada Ruang Publik Di Kota Surabaya). Jurnal Sosial dan Politik, Departemen Sosiologi, FISIP,

Universitas Airlangga.

Safitri, A. (2012). Pengaruh Budaya Hedonisme Terhadap Timbulnya Vandalisme Siswa SMK Tri Dharma 3 dan SMK YKTB 2 Kota Bogor. Jurnal

Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana, UIKA, Bogor. 2, (2), hlm. 96-122.

Wahyuni, M.J.R.B. (2011). Grafiti Dalam Prespektif Budaya Kota Jakarta (Urban). Jurnal Fakultas Desain Komunikasi Visual, Universitas

Multimedia Nusantara, IV (2), hlm. 107-119.

TESIS

Djollong, A.F. (2009). Penggunaan Metode Reciprocal Teaching Dalam

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Tesis, Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Marissa, R. (2012). Analisis Kemampuan Mengemas Materi Menggunakan LKS

Inkuiri Pada Guru Biologi SMA Di Kota Bandung. Tesis, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Pertiyani. (2014).Penerapan Metode Pemecahan Masalah Melalui Media

Gambar Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentatif Dan Keterampilan Berpikir Kritis: Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMAN 1 Serang Baru Cikarang. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung. SKRIPSI

Kurniasari, T. (2013). Eksistensi graffiti Sebagai Media Ekspersi Subkultur Anak


(5)

219

Muttaqin, M.I. (2009). KROMONISASI VANDALISME Siasat Seni Komunitas

Jogja Street Art Graffiti Dalam Merebut Ruang Publik. Skripsi, Fakultas

Ushuluddin UIN, Yogyakarta.

Sidik, K. (2010). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pkn. Skripsi, FPIPS UPI, Bandung.

Simanjuntak, N. (2012). Kemunculan Vandalisme dan Seni Grafiti Di Ruang

Bawah Jalan Layang. Skripsi Pada FT UI, Depok.

Suyitno, A. Dkk. (1997). Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: FPMIPA UNNES.

Ulandari, W. (2010). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Aktualisasi Diri

Anak Usia Sekolah Di Kelas 7 SMPN 29 Semarang. Skripsi Pada Fakultas

Ilmu Keperawatan dan Kesehatan UMS, Semarang. INTERNET

Riadi, B. (2013). Definisi Belajar dan pembelajaran. [Online]. Tersedia di: http://bambangriadi1008.wordpress.com/2013/09/03/definisi-belajar-dan-pembelajaran/. Diakses 20 Juni 2014.

Cemmy. (2011). Vandalisme. [Online]. Tersedia di: http://chemmy-t-s-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37795-Materi-Vandalisme.html. Diakses 12 September 2013.

Ennis, R.H. (2013). Twenty-One Strategies and Tactics for Teaching Critical

Thinking. [Online]. Tersedia di:

http://www.criticalthinking.net/howteach.htm. Diakses 10 Desember 2013. Hakim, Z. (2012). Pengertian dan Tujuan Pembelajaran. [Online]. Tersedia di: http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran.html. Diakses 15 Juli 2014.

Hulwah, A.F. Definisi Belajar Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia di: http://widhiieaprilia.blogspot.com/p/blog-page_16.html. Diakses 10 Oktober 2014.

Putra. (2011). Fungsi Graffiti. [Online]. Tersedia di: http://mozzarella-graffiti.blogspot.com/2011/12/fungsi-graffiti.html. Diakses 10 Desember 2013.

Radiansyah, I. (2010). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia di: http://lkpk.org/2010/12/01/mengembangkan-kemampuan-berpikir-kritis/. Diakses 12 Desember 2013.

Sudio, R. (2013). Pengertia Metode Pembelajaran. [Online]. Tersedia di: http://pembelajaranku.com/pengertian-metode-pembelajaran/. Diakses 13 Maret 2014.

Suprapto. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir Untuk Meningkatkan

Mutu Pembelajaran. [Online]. Tersedia di:

http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/menggunakan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran/. Diakses 17 Maret 2014.


(6)

Syarif. (2012). Kegunaan dan Jenis-Jenis Grafiti. [Online]. Tersedia di: http://syarifzeroseni.blogspot.com/2012/05/kegunaan-dan-jenis-graffiti-gambar.html. Diakses 03 Juli 2014.

Karakteristik Aktualisasi Diri. [Online]. Tersedia di:

http://www.psychologymania.com/2012/12/karakteristik-aktualisasi-diri.html. Diakses 17 Desember 2013.

Pengertian Graffiti. [Online]. Tersedia di:

http://ilmutambah.wordpress.com/2009/08/27/pengertian-graffiti/. Diakses 13 November 2013.

Pengertian Aktualisasi Diri. [Online]. Tersedia di:

http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-aktualisasi-diri.html. Diakses 17 Desember 2013.

Teori Motivasi Abraham Maslow 1943-1970. [Online]. Tersedia di:

HTTP://WWW.M-EDUKASI.WEB.ID/2013/08/TEORI-MOTIVASI-ABRAHAM-MASLOW-1943-1970.HTML. Diakses 13 November 2013.

Lain-Lain

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi mata Pelajaran

Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Naskah Kajian Kurikulum Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS). Departemen Pendidikan Nasioanal: Badan Penelitian dan

Sosial Pengembangan Pusat Kurikulum.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Penerapan Strategi Pembelajaran Scramble Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas II

0 1 19

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN PKN SISWA KELAS I Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Dan Pkn Siswa Kelas I SD Negeri 03 Gedong Kecamatan Karanganyar

0 1 15

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA SD KELAS I.

0 4 16

MEDIA VISUALISASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK PADA KONSEP HIDROKARBON.

0 0 27

Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Experiental Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial (Studi pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar).

0 0 1

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Menggunakan Model Problem Based Learning Siswa Kelas IV SDN I Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri.

0 2 152

PENGGUNAAN MEDIA GRAFFITI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTUALISASI DIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL - repository UPI S IPS 1003041 Title

0 0 3

DEFRAGMENTING BERPIKIR PSEUDO SISWA DALA

0 0 21

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MATA PELAJARAN IPA DENGAN MODEL INKUIRI

0 0 21

PENGGUNAAN MEDIA FILM DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS

0 0 10